PEKERJAAN TANAH
1.1. PENDAHULUAN
Pekerjaan tanah adalah bagian pekerjaan yang dilakukan dalam pembangunan sebuah
proyek dan perlu dipersiapkan sesuai dengan spesifikasi teknis karena hal ini
mempengaruhi performa dan keamanan dari proyek secara keseluruhan.
B. Semua daerah urugan harus dipadatkan baik untuk urugan yang ada maupun terhadap
urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau bahan-bahan
yang dapat menimbulkan pelapukan di kemudian hari.
2. GALIAN
A. Galian harus dilakukan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan kelengkungan
yang diperlukan untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan dan atau sesuai yang tercantum
dalam gambar-gambar rencana. Galian harus bebas dari genangan air selama proses
pekerjaan berlangsung. Tanah bekas galian jika tidak terpakai untuk bahan urugan harus
segera dibuang keluar dari lokasi proyek.
B. Pemborong harus menjaga supaya tanah di bawah dasar elevasi seperti pada gambar
rencana atau yang ditentukan oleh Direksi tidak terganggu. Jika terganggu Pemborong
1
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200
harus menggali dan mengurug kembali dan harus dipadatkan sampai memenuhi syarat
yang ditentukan Direksi.
C. Dalam hal dijumpai adanya muka air tanah yang terletak diatas dasar galian, maka
Pemborong harus merencanakan sistem dewatering untuk menurunkan permukaan air
tanah sampai dengan 1.0 meter dibawah dasar galian. Durasi/lamanya pekerjaan
dewatering akan ditentukan oleh direksi.
D. Dalam pelaksanaan pekerjaan galian dan dewatering, harus dilakukan sistem monitoring
terhadap kondisi lingkungan sekitar dan dilakukan upaya-upaya agar pekerjaan galian
dan dewatering tersebut tidak menggangu dan menyebabkan kerusakan terhadap
lingkungan/bangunan sekitar (pergerakan tanah lateral, penurunan muka air tanah,
penurunan bangunan, dll). Jika dipandang perlu, harus dibuat juga recharging well
diluar/sekitar area galian.
3. URUGAN
A. Material urugan/timbunan adalah material tanah yang layak digunakan sebagai material
timbunan yang layak dan memenuhi persyaratan yang diberikan. Dalam pekerjaan ini
diupayakan material timbunan berasal dari daerah di dekat lokasi proyek.
B. Semua material yang diperlukan untuk urugan atau urugan kembali harus bersih dari
bekas akar-akar pohon, kayu, tanaman dan material logam dan akan mendapat
persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.
C. Urugan harus dilakukan untuk memenuhi elevasi yang diperlukan untuk melakukan
sesuatu pekerjaan dan atau seperti yang tercantum dalam gambar-gambar rencana.
D. Tanah bekas tanaman harus dikupas sedalam minimum 50 cm, kemudian tanah di
bawahnya harus dipadatkan seperti yang disyaratkan dalam bagian pekerjaan ini
sebelum diadakan pengurugan di atas lapisan tersebut.
E. Jika tidak ditentukan lain, material urugan harus terdiri dari bahan tanah merah dengan
klasifikasi SM atau SC (klasifikasi menurut USCS).
2
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200
Sifat pengembangan tanah atau swelling dan sifat dispersif dari tanah yang dipadatkan
dapat dievaluasi dengan menbandingkan hasil uji CBR pada kondisi unsoaked dan pada
kondisi soaked.
Uji CBR dilakukan pada sampel yang dipadatkan pada OMC atau pada kadar air yang
dikehendaki, sesuai dengan kadar air saat pemadatan di lapangan kelak. Uji CBR
dilakukan pada dua buah kondisi, yaitu kondisi tidak terendam (unsoaked) dan kondisi
terendam (soaked). Pengembangan volume tanah atau swelling dari sampel tanah yang
direndam tidak boleh lebih besar dari 2% atau lebih dari nilai yang disyaratkan.
Nilai CBR dari sampel uji yang direndam pada proyek ini tidak boleh kurang dari 6%
atau kurang dari nilai yang disyaratkan.
3
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200
Kuat geser atau parameter kuat geser dari tanah yang dipadatkan dapat dilakukan di
laboratorium dengan prinsip yang sama dengan uji kuat geser tanah yang umum
dilakukan di laboratorium. Uji ini mempunyai tujuan utama untuk memperoleh
parameter kuat geser dari tanah timbunan yang dipadatkan, sehingga digunakan sampel
uji yang diambil dari tanah hasil kompaksi, baik dalam kondisi tidak terendam air
(unsoaked) maupun pada kondisi terendam air (soaked).
Uji kuat geser yang digunakan adalah uji triaksial UU, dengan menggunakan sampel-
sampel uji dari hasil pemadatan pada OMC, baik pada kondisi unsoaked maupun pada
kondisi soaked, dan bukan pada kondisi aslinya.
Uji kuat geser lain seperti uji geser langsung (DS, direct shear test) dan uji triaksial CU
juga dapat dilakukan. Tidak direkomendasikan untuk menggunakan uji kuat tekan bebas
(UCT), terutama pada sampel uji dari kondisi soaked.
5. PEMADATAN
A. Pelaksanaan pekerjaan dan pemadatan urugan tidak boleh dilakukan sewaktu cuaca hujan.
Pemadatan dapat dilanjutkan setelah hujan dengan syarat ketentuan mengenai
persyaratan kadar air maksimumnya tidak terlampaui.
B. Pemadatan semua bagian daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis demikian,
sehingga dicapai suatu lapisan setebal 30 cm dan dalam keadaan padat.
Tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya diurug atau ditimbun.
Pemadatan dapat dilakukan dengan wales atau compactor vibratory type yang
mempunyai kapasitas minimum 20 ton.
A. Jumlah Pengujian
Penelitian kepadatan di lapangan harus diawasi oleh Direksi, penelitian tersebut
dilaksanakan setiap 100 m3 dari timbunan dan setiap 200 m2 dari daerah yang
dipadatkan untuk setiap kedalaman tidak melebihi 50 cm. Test kepadatan dapat
dilakukan mengikuti prosedur ASTM D1556 atau D2167. Sedikit bagian permukaan
tanah dibuang karena kemungkinan terganggu pada saat pemadatannya.
4
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200
Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat pemadat atau
compactor “vibratory type” yang disetujui oleh Direksi atau wakilnya.
Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan pada kedalaman
lapisan 30 cm di bawah elevasi yang direncanakan supaya tidak kurang dari 95% dari
kepadatan maksimum hasil laboratorium untuk bagian daerah yang digali/dipotong
(cut); 85 % untuk bagian daerah yang akan dipergunakan untuk jalan orang dan taman;
95 % untuk bagian daerah pavement (perkerasan), 100 % untuk dasar pondasi atau
lantai beton.
7. PENELITIAN LAPANGAN
A. Direksi harus diberitahu bahwa penelitian di lapangan sudah dapat dilaksanakan untuk
penentuan kepadatan relatif sebenarnya yang terjadi di lapangan.
Jika dikehendaki lapisan tanah yang lebih kuat dan stabil, maka dapat digunakan
campuran tanah dengan semen yang kemudian juga dipadatkan di lapangan. Untuk
memperoleh berapa persentase semen yang diperlukan untuk mencapai kuat geser yang
diinginkan, maka perlu dilakukan pengujian pendahuluan (trial tests) di laboratorium
terhadap beberapa set sampel dengan kadar semen yang berbeda-beda. Jenis semen
yang digunakan adalah semen Portland yang tersedia di pasaran.
5
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200
9. MATERIAL BERBATU
Apabila material urugan mengandung batu-batu tidak dibenarkan batu-batu yang besar
bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batu-batu kecil atau
tanah yang dipadatkan.
B. Bahan galian untuk mengisi di tempat lain (“borrow”) jika bahan galian yang ada tidak
mencukupi harus diambil dari suatu daerah “borrowpits” yang sudah ditentukan oleh
Direksi dengan tidak menimbulkan tambahan biaya pada owner.
6
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200
C. Pohon-pohon diluar daerah bangunan tidak satupun yang dipotong. Lokasi dari bangunan
konstruksi serta gudang fasilitas dipilih sesedikit mungkin untuk mengganggu atau
melanggar pertumbuhan tanaman.
B. Setiap galian tambahan dan urugan tambahan yang tidak sesuai dari gambar rencana tidak
dikenakan tambahan biaya.
13. PENGAWASAN
A. Setiap penggalian dan pengurugan kembali akan diawasi dan diberikan persetujuan dari
Direksi sebelum pekerjaan berikutnya dimulai.
C. Adalah satu keharusan bagi pemborong untuk bertanggung jawab terhadap pengaturan
kebersihan jalan umum, truk-truk pengangkutan tanah, koordinasi dengan pejabat-
pejabat yang terkait dengan pekerjaan ini dan segala dampak negatif yang diakibatkan
oleh kegiatan tersebut di atas.