Anda di halaman 1dari 7

SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR

PEKERJAAN TANAH – S02200

PEKERJAAN TANAH

1.1. PENDAHULUAN
Pekerjaan tanah adalah bagian pekerjaan yang dilakukan dalam pembangunan sebuah
proyek dan perlu dipersiapkan sesuai dengan spesifikasi teknis karena hal ini
mempengaruhi performa dan keamanan dari proyek secara keseluruhan.

1.2. SYARAT-SYARAT UMUM


A. Persiapan daerah yang akan dikerjakan meliputi perbaikan tempat-tempat dimana
bangunan akan didirikan, penebasan atau pembabatan terhadap semua pohon-pohon,
belukar, sampah yang tertanam serta material lain yang merugikan dan berada dalam
daerah yang akan dikerjakan, harus dihilangkan, ditimbun dan kemudian dibakar atau
dibuang dengan cara-cara yang disetujui Direksi. Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-
akar, batang pohon, rumput-rumput dan sebagainya, harus dihilangkan sampai
kedalaman 50 cm di bawah tanah dasar yang direncanakan.

B. Semua daerah urugan harus dipadatkan baik untuk urugan yang ada maupun terhadap
urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau bahan-bahan
yang dapat menimbulkan pelapukan di kemudian hari.

1.3. RUANG LINGKUP


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “Pekerjaan Tanah”, seperti tertera dalam
gambar-gambar rencana dan spesifikasi ini, semua pekerjaan pembersihan dan
penebasan atau pembabatan, galian dan urugan untuk jalan, galian dan urugan untuk
bangunan atau pekerjaan tanah lainnya (dinding penahan tanah) yang ditentukan oleh
Direksi.

2. GALIAN
A. Galian harus dilakukan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan kelengkungan
yang diperlukan untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan dan atau sesuai yang tercantum
dalam gambar-gambar rencana. Galian harus bebas dari genangan air selama proses
pekerjaan berlangsung. Tanah bekas galian jika tidak terpakai untuk bahan urugan harus
segera dibuang keluar dari lokasi proyek.

B. Pemborong harus menjaga supaya tanah di bawah dasar elevasi seperti pada gambar
rencana atau yang ditentukan oleh Direksi tidak terganggu. Jika terganggu Pemborong

1
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200

harus menggali dan mengurug kembali dan harus dipadatkan sampai memenuhi syarat
yang ditentukan Direksi.

C. Dalam hal dijumpai adanya muka air tanah yang terletak diatas dasar galian, maka
Pemborong harus merencanakan sistem dewatering untuk menurunkan permukaan air
tanah sampai dengan 1.0 meter dibawah dasar galian. Durasi/lamanya pekerjaan
dewatering akan ditentukan oleh direksi.

D. Dalam pelaksanaan pekerjaan galian dan dewatering, harus dilakukan sistem monitoring
terhadap kondisi lingkungan sekitar dan dilakukan upaya-upaya agar pekerjaan galian
dan dewatering tersebut tidak menggangu dan menyebabkan kerusakan terhadap
lingkungan/bangunan sekitar (pergerakan tanah lateral, penurunan muka air tanah,
penurunan bangunan, dll). Jika dipandang perlu, harus dibuat juga recharging well
diluar/sekitar area galian.

3. URUGAN
A. Material urugan/timbunan adalah material tanah yang layak digunakan sebagai material
timbunan yang layak dan memenuhi persyaratan yang diberikan. Dalam pekerjaan ini
diupayakan material timbunan berasal dari daerah di dekat lokasi proyek.
B. Semua material yang diperlukan untuk urugan atau urugan kembali harus bersih dari
bekas akar-akar pohon, kayu, tanaman dan material logam dan akan mendapat
persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.

C. Urugan harus dilakukan untuk memenuhi elevasi yang diperlukan untuk melakukan
sesuatu pekerjaan dan atau seperti yang tercantum dalam gambar-gambar rencana.

D. Tanah bekas tanaman harus dikupas sedalam minimum 50 cm, kemudian tanah di
bawahnya harus dipadatkan seperti yang disyaratkan dalam bagian pekerjaan ini
sebelum diadakan pengurugan di atas lapisan tersebut.

E. Jika tidak ditentukan lain, material urugan harus terdiri dari bahan tanah merah dengan
klasifikasi SM atau SC (klasifikasi menurut USCS).

F. Syarat teknis material urugan/timbunan untuk proyek ini adalah :


 Tidak bersifat ekspansif
 Tidak bersifat dispersif
 Mencapai nilai CBR minimum 6%
 Mencapai kohesi minimum sebesar 0.5 kg/cm2 untuk tanah lempung yang
dipadatkan
 Mencapai kohesi minimum sebesar 1.0 kg/cm2 dan sudut geser dalam minimum
sebesar 18 untuk soil-cement yang dipadatkan

4. UJI LABORATORIUM UNTUK PENENTUAN KELAYAKAN TANAH URUGAN

2
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200

A. Uji Sifat Fisis Tanah


Uji sifat fisis tanah meliputi uji untuk penentuan berat jenis tanah (Gs), penentuan
batas-batas Atterberg (batas cair dan batas plastis atau LL dan PL), penentuan kadar air
alami tanah dan penentuan persentase atau kadar tanah lempung dan lanau dengan
menggunakan uji hidrometer. Uji kadar air juga dilakukan sebagai kontrol terhadap
kadar air yang digunakan pada pemadatan tanah.

B. Uji Pemadatan Tanah di Laboratorium


Uji pemadatan tanah di laboratorium seperti uji kompaksi standar (Standard Proctor)
atau uji kompaksi Modified Proctor dilakukan untuk menentukan kadar air optimum
(OMC) dan kepadatan tanah kering maksimum (dry max).
Uji kompaksi dilakukan pada beberapa sampel dengan kadar air yang berbeda, dengan
memberikan energi pemadatan tertentu sesuai uji standar Proctor ataupun modified
Proctor hingga diperoleh kadar air optimum (OMC) dan kepadatan tanah kering
maksimum (dry max).

C. Uji CBR (California Bearing Ratio) di Laboratorium


Setelah diperoleh nilai OMC dari uji kompaksi, maka selanjutnya perlu dilakukan uji
CBR pada kondisi tidak terendam (unsoaked) dan pada kondisi terendam air (soaked).
Pembuatan atau pemadatan sampel untuk uji CBR dilakukan pada kadar air tertentu,
yang umumnya adalah berkisar antara kadar air optimum (OMC)  5%. Kondisi
unsoaked menggambarkan kondisi timbunan yang paling baik, sedangkan kondisi
soaked menggambarkan kondisi terburuk dimana timbunan atau tanah terendam dalam
air. Pada uji CBR dalam kondisi soaked, sebelum dilakukan penetrasi terhadap sampel
uji CBR, perubahan volume tanah dalam mold saat mulai direndam dalam air harus
senantiasa dicatat dan digambarkan terhadap waktu, hingga perubahan volume yang
terjadi tersebut telah menjadi sangat kecil terhadap waktu. Perendaman ini dapat
berlangsung hingga beberapa hari.

Sifat pengembangan tanah atau swelling dan sifat dispersif dari tanah yang dipadatkan
dapat dievaluasi dengan menbandingkan hasil uji CBR pada kondisi unsoaked dan pada
kondisi soaked.

Uji CBR dilakukan pada sampel yang dipadatkan pada OMC atau pada kadar air yang
dikehendaki, sesuai dengan kadar air saat pemadatan di lapangan kelak. Uji CBR
dilakukan pada dua buah kondisi, yaitu kondisi tidak terendam (unsoaked) dan kondisi
terendam (soaked). Pengembangan volume tanah atau swelling dari sampel tanah yang
direndam tidak boleh lebih besar dari 2% atau lebih dari nilai yang disyaratkan.

Nilai CBR dari sampel uji yang direndam pada proyek ini tidak boleh kurang dari 6%
atau kurang dari nilai yang disyaratkan.

D. Uji Kuat Geser Tanah yang Dipadatkan di Laboratorium

3
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200

Kuat geser atau parameter kuat geser dari tanah yang dipadatkan dapat dilakukan di
laboratorium dengan prinsip yang sama dengan uji kuat geser tanah yang umum
dilakukan di laboratorium. Uji ini mempunyai tujuan utama untuk memperoleh
parameter kuat geser dari tanah timbunan yang dipadatkan, sehingga digunakan sampel
uji yang diambil dari tanah hasil kompaksi, baik dalam kondisi tidak terendam air
(unsoaked) maupun pada kondisi terendam air (soaked).

Uji kuat geser yang digunakan adalah uji triaksial UU, dengan menggunakan sampel-
sampel uji dari hasil pemadatan pada OMC, baik pada kondisi unsoaked maupun pada
kondisi soaked, dan bukan pada kondisi aslinya.

Uji kuat geser lain seperti uji geser langsung (DS, direct shear test) dan uji triaksial CU
juga dapat dilakukan. Tidak direkomendasikan untuk menggunakan uji kuat tekan bebas
(UCT), terutama pada sampel uji dari kondisi soaked.

E. Ketentuan Jumlah Pengujian untuk Tanah Timbunan


Disyaratkan minimum satu set pengujian lengkap terhadap material tanah dari sumber
lokasi pengambilan tanah (quarry) setiap volume maksimum sebesar 5000 m3.

5. PEMADATAN

A. Pelaksanaan pekerjaan dan pemadatan urugan tidak boleh dilakukan sewaktu cuaca hujan.
Pemadatan dapat dilanjutkan setelah hujan dengan syarat ketentuan mengenai
persyaratan kadar air maksimumnya tidak terlampaui.

B. Pemadatan semua bagian daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis demikian,
sehingga dicapai suatu lapisan setebal 30 cm dan dalam keadaan padat.
Tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya diurug atau ditimbun.
Pemadatan dapat dilakukan dengan wales atau compactor vibratory type yang
mempunyai kapasitas minimum 20 ton.

6. PENGAWASAN MUTU PEMADATAN TANAH TIMBUNAN

A. Jumlah Pengujian
Penelitian kepadatan di lapangan harus diawasi oleh Direksi, penelitian tersebut
dilaksanakan setiap 100 m3 dari timbunan dan setiap 200 m2 dari daerah yang
dipadatkan untuk setiap kedalaman tidak melebihi 50 cm. Test kepadatan dapat
dilakukan mengikuti prosedur ASTM D1556 atau D2167. Sedikit bagian permukaan
tanah dibuang karena kemungkinan terganggu pada saat pemadatannya.

B. Uji Kepadatan Tanah

4
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200

Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat pemadat atau
compactor “vibratory type” yang disetujui oleh Direksi atau wakilnya.
Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan pada kedalaman
lapisan 30 cm di bawah elevasi yang direncanakan supaya tidak kurang dari 95% dari
kepadatan maksimum hasil laboratorium untuk bagian daerah yang digali/dipotong
(cut); 85 % untuk bagian daerah yang akan dipergunakan untuk jalan orang dan taman;
95 % untuk bagian daerah pavement (perkerasan), 100 % untuk dasar pondasi atau
lantai beton.

C. Uji Kadar Air Pemadatan Tanah


Kadar air material tanah yang akan digunakan dalam pemadatan harus diketahui
terlebih dahulu. Material timbunan dengan kadar air yang lebih tinggi dari OMC atau
lebih tinggi dari kadar air yang disyaratkan untuk pemadatan di lapangan tidak boleh
digunakan, dan harus dikeringkan terlebih dahulu hingga sesuai dengan kadar air yang
disyaratkan.
Material timbunan dengan kadar air yang lebih rendah dari OMC atau lebih rendah dari
kadar air yang disyaratkan untuk pemadatan di lapangan perlu ditambah hingga sesuai
dengan kadar air pemadatan yang disyaratkan.

D. Uji CBR Lapangan


Nilai CBR lapangan tidak boleh kurang dari 6% atau kurang dari nilai yang disyaratkan.
Pengujian dapat dilakukan menggunakan DCPT

7. PENELITIAN LAPANGAN
A. Direksi harus diberitahu bahwa penelitian di lapangan sudah dapat dilaksanakan untuk
penentuan kepadatan relatif sebenarnya yang terjadi di lapangan.

B. Penelitian kepadatan di lapangan harus diawasi oleh Direksi, penelitian tersebut


dilaksanakan setiap 100 m3 dari timbunan dan setiap 200 m2 dari daerah yang
dipadatkan untuk setiap kedalaman tidak melebihi 50 cm. Test kepadatan dapat
dilakukan mengikuti prosedur ASTM D1556 atau D2167.
Sedikit bagian permukaan tanah dibuang karena kemungkinan terganggu pada saat
pemadatannya.

8. CAMPURAN TANAH−SEMEN (Soil-Cement)

Jika dikehendaki lapisan tanah yang lebih kuat dan stabil, maka dapat digunakan
campuran tanah dengan semen yang kemudian juga dipadatkan di lapangan. Untuk
memperoleh berapa persentase semen yang diperlukan untuk mencapai kuat geser yang
diinginkan, maka perlu dilakukan pengujian pendahuluan (trial tests) di laboratorium
terhadap beberapa set sampel dengan kadar semen yang berbeda-beda. Jenis semen
yang digunakan adalah semen Portland yang tersedia di pasaran.

5
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200

A. Persiapan Spesimen (Sampel Uji)


Pada prinsipnya persiapan sampel uji dapat dilakukan setelah uji kompaksi dilakukan,
sehingga nilai dry maksimum dan OMC telah diperoleh. Sampel uji kemudian dapat
mulai dibentuk dengan mencampurkan semen dengan tanah sesuai dengan persentase
tertentu terhadap berat keringnya, tambahkan air hingga mencapai OMC atau kadar air
tertentu yang dikehendaki, aduk tanah dengan semen, lakukan pemadatan dan
kemudian lakukan curing jika diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dalam mold kompaksi
untuk kemudian sampel uji diambil dari mold tersebut, atau dengan mencetak sampel
uji secara langsung pada mold khusus sebesar ukuran sampel sesuai dengan kepadatan
kering maksimum dan kadar air yang dikehendaki.

B. Variasi Kadar Semen


Pembuatan sampel uji soil-cement dapat dilakukan pada berbagai kadar semen terhadap
berat tanah alaminya. Disarankan untuk memberikan variasi kadar semen terhadap
berat tanah dalam rentang 1% hingga 8%, walaupun penggunaan semen sebanyak 8%
atau lebih umumnya akan menjadi tidak ekonomis.

C. Pengujian Kuat Geser dan Quality Control


Pengujian kuat geser dapat dilakukan serupa dengan uji kuat geser untuk tanah
timbunan (compacted soils) pada umumnya. Untuk proyek ini disyaratkan campuran
soil-cement yang dipadatkan agar mempunyai kohesi (c) minimum sebesar 1 kg/cm 2 dan
sudut geser dalam () minimum sebesar 18. Uji sondir di lapangan disyaratkan untuk
memberikan tahanan ujung minimum sebesar 40 kg/cm2.

9. MATERIAL BERBATU
Apabila material urugan mengandung batu-batu tidak dibenarkan batu-batu yang besar
bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batu-batu kecil atau
tanah yang dipadatkan.

10. PEMBUANGAN MATERIAL KELEBIHAN


A. Kelebihan material galian jika tidak ditentukan lain harus dibuang oleh pemborong ke
tempat-tempat pembuangan yang telah ditentukan oleh Direksi.

B. Bahan galian untuk mengisi di tempat lain (“borrow”) jika bahan galian yang ada tidak
mencukupi harus diambil dari suatu daerah “borrowpits” yang sudah ditentukan oleh
Direksi dengan tidak menimbulkan tambahan biaya pada owner.

11. POHON-POHON YANG ADA (“EXISTING TREES”)


A. Pohon-pohon yang ada pada lokasi sedapat mungkin dijaga oleh Pemborong terhadap
pengrusakan.

6
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN TANAH – S02200

B. Pohon-pohon dalam daerah bangunan harus dipindahkan dan bekas-bekasnya diurug


kembali sampai rata dan padat. Lokasi penanaman kembali akan ditentukan oleh
Direksi.

C. Pohon-pohon diluar daerah bangunan tidak satupun yang dipotong. Lokasi dari bangunan
konstruksi serta gudang fasilitas dipilih sesedikit mungkin untuk mengganggu atau
melanggar pertumbuhan tanaman.

12. TAMBAHAN GALIAN DAN URUGAN


A. Bilamana dianggap perlu untuk keadaan tertentu diperlukan supaya memperdalam galian
pondasi; pekerjaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dari Direksi.

B. Setiap galian tambahan dan urugan tambahan yang tidak sesuai dari gambar rencana tidak
dikenakan tambahan biaya.

13. PENGAWASAN
A. Setiap penggalian dan pengurugan kembali akan diawasi dan diberikan persetujuan dari
Direksi sebelum pekerjaan berikutnya dimulai.

B. Pengurugan kembali tidak diperbolehkan sebelum Direksi memeriksa pekerjaan pondasi


atau pekerjaan lainnya yang tertutup oleh galian.

C. Adalah satu keharusan bagi pemborong untuk bertanggung jawab terhadap pengaturan
kebersihan jalan umum, truk-truk pengangkutan tanah, koordinasi dengan pejabat-
pejabat yang terkait dengan pekerjaan ini dan segala dampak negatif yang diakibatkan
oleh kegiatan tersebut di atas.

Anda mungkin juga menyukai