Anda di halaman 1dari 39

BAB 4 Pekerjaan Struktur

PEMBANGUNAN KOMPLEK KANTOR PENGELOLA


DALAM RANGKA PEMBANGUNAN JRSCA
4.1 PASAL (I) PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan galian dan urugan tanah
yang sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi.
b. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian dan pembuangan tanah,
penggalian batu-batuan atau material lain, pengupasan lapisan tanah atas atau
humus, pembuangan bekas longsoran, yang kesemuanya disesuaikan dengan
Spesifikasi dan gambar kerja.
c. Pekerjaan pengurugan kembali sesuai ruang lingkup pekerjaan sampai pada
elevasi yang telah ditentukan didalam Gambar Kerja

2. Syarat - Syarat Pelaksanaan


a. Tata Letak
Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan
rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari Direksi. Bench Mark yang
bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan
atau pemindahan.
b. Pengawasan
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus menempatkan
seorang tenaga ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan
penggalian/pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai kontrak.
c. Pekerjaan Pembersihan dan Pembongkaran
1) Benda dipermukaan seperti humus, pohon, akar dan tonjolan, serta
rintangan yang berada didalam batas daerah pembangunan yang
tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan/atau dibongkar kecuali
untuk hal dibawah ini :
 Sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda
yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 meter dibawah
dasar pondasi.
 Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan selokan-selokan hanya
sedalam yang diperlukan dalam penggalian ditempat tersebut.
 Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 1


pepohonan dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan
bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.
2) Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman
dan puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas.
3) Kontraktor harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap
berada pada tempatnya.
4) Obstacle.
 Kriteria obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali,
pasangan dinding tembok, besi-besi tua dan lain-lain bekas konstruksi
bangunan lama, yang cara pembongkarannya memerlukan metoda
khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih khusus pula
(misalnya beton breaker, compressor, mesin potong) atau semua
dengan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah.
 Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran, konstruksi
existing, galian dan lain-lain, harus segera dikeluarkan dari lokasi dan
dibuang ketempat yang ditentukan oleh Direksi. Semua peralatan yang
diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di lapangan dalam
keadaan siap pakai.
 Pemborong harus tetap menjaga kebersihan di area pekerjaan dan
sekitarnya yang diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini, serta
menjaga keutuhan material/barang yang sudah terpasang (eksisting).
5) Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut :
 Pada daerah titik pondasi setempat sampai mencapai kedalaman yang
masih memungkinkan, obstacle tersebut bisa dibongkar/digali sesuai
dengan kondisi dan sifat tanah pada daerah tersebut.
 Pada jalur yang akan dibuat poer dan sloof mulai dari permukaan
tanah existing sampai dengan dibawah permukaan dasar urugan pasir
dari konstruksi beton pondasi dan sloof.
d. Pembuangan Humus
1) Sebelum mulai pekerjaan seluruh tapak pekerjaan, lapisan humus harus
dikupas sedalam 30 cm atau apabila lapisan humus tersebut dalamnya
lebih dari 30 cm maka pembuangan humus maksimalnya dalamnya 1 meter
sehingga bebas dari sisa tanah bawah (subsoil), bekas pohon, akar,
batuan, semak-semak atau bahan lain.
2) Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ketempat

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 2


yang sudah ditentukan oleh Direksi.
e. Pekerjaan Galian
1) Selama proses penggalian, lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan
sistem drainase yang baik.
2) Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-
tempat dimana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak benda-
benda yang berada didekatnya, bangunan ataupun pekerjaan yang telah
selesai. Dalam hal ini metode pekerjaan menggunakan tenaga manusia
(manual).
3) Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk
menahan lereng galian tanah agar lereng galian tersebut tidak longsor,
sehingga tidak menggangu pekerjaan
4) Apabila terjadi kerusakan bangunan/konstruksi yang diakibatkan oleh
pekerjaan galian, maka Konraktor harus bertanggung jawab terhadap
kerusakan bangunan tersebut dan harus menggantinya atas biaya
Kontraktor.
5) Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup
untuk bagian-bagian pekerjaan diatas maupun dibawah tanah, drainase,
saluran-saluran pembuangan dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan pekerjaan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
6) Kemiringan galian harus dibuat minimal dengan perbandingan 1 horisontal
dengan 1 vertikal, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.
f. Pekerjaan Urugan
1) Bahan Urugan
 Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat
yang memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan, dan harus
didatangkan dari luar proyek. Lokasi sumber jenis bahan urugan tersebut
diatas, harus mendapat persetujuan dari Direksi. Tanah bekas galian pada
umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila
tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan
mendapat persetujuan dari Direksi.
 Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk
menjamin penyediaan bahan urugan untuk mencukupi kebutuhan seluruh
proyek.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 3


 Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Direksi, baik
menganai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum
dibawa atau digunakan didalam lokasi pekerjaan.
 Urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan lain-
lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini
harus dipindahkan dan ditempatkan pada daerah pembuangan yang
disetujui atau ditunjuk oleh Direksi.
 Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi
tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas
biaya sendiri.
2) Pengurugan
 Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara
stripping setebal 80 cm.
 Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan
dikeruk, sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan
dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
 Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang
bersangkutan dalam bab ini selanjutnya.
 Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras.
Jika permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air,
Kontraktor harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk
mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan
kembali.Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai
elevasi sesuai yang tercantum didalam gambar kerja.
3) Pemadatan
 Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan
bahan urugan dan memperbaiki kekurangan akibat pemadatan yang
tidak cukup.
 Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang
paling sesuai untuk pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat
pemadatan ini harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.
 Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
tiap lapisan maksimum 30 cm dan dipadatkan sampai mencapai paling
sedikit 90 % (modified proctor) dari kepadatan kering maksimum
seperti yang ditentukan dalam AASHTO T99.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 4


 Kontraktor harus mengadakan test/pengujian terhadap bahan urugan
dan hasil pemadatan apabila dikehendaki oleh Direksi dan Konsultan
Pengawas. Biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor
 Kontraktor harus mengadakan test kepadatan tanah dengan cara CBR
dan SAND CONE. Biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor

4.2 PASAL (II) PEMBEBANAN GEMPA

Pembanan lateral diambil dengan menganggap Plat Lantai sebagai diafragma yang
kaku untuk masing-masing taraf lantai hal ini di ambil sebagai salah satu pendekatan
dalam perhitungan. Pandeglang berada di Zona 4 tanah lunak dengan percepatan
0.75 G.

Faktor keutamaan (1) gedung ini di tentukan berdasrkan SNI 03-1726-2002 yang
besarnya 1=1.
Daktilitas penuh (R) untuk gedung ini ditentukan berdasarkan SNI 03-1726-2002 yang
besarnya R - 8.5
Untuk perencanaan elemen-elemen balok dan kolom mengikuti ketentuan standar
tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2002,
mengenai kuat perlu, Sesuai SNI 03-2847-2002 tersebut, pengaruh gempa dianggap

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 5


bekerja dalam dua arah sumbu utama secara serempak yaitu 100% gempa arah
utama dikombinasikan dengan 30% gempa arah tegak lurusnya.

4.3 PASAL (III) PEKERJAAN DINDING PENAHAN TANAH


1. Lingkup Pekerjaan
Ini meliputi penyediaan bahan dan perekatnya, menyiapkan tempat yang akan
dipasang batu kali, serta pelaksanaan pekerjaan pasang batu kali itu sendiri, sesuai
gambar dan spesifikasi ini.
Pasangan batu kali dilaksanakan untuk :
- Pondasi
- Pekerjaan Batu kali lainnya
2. Bahan
Batu yang digunakan harus berkualitas terbaik dan merupakan bahan setempat,
padat, bersih, tanpa retak-retak dan kekurangan-kekurangan lain yang
mempengaruhi kualitas.
Baik batu gunung maupun batu kali dapat digunakan.
3. Adukan
Semua pasangan batu kali untuk dinding penahan tanah, pondasi dan pekerjaan
batu kali lainya dilaksanakan dengan adukan1 SP : 4 PP
4. Pelaksanaan
Pasangan batu kali harus diukur dilapangan dan dilaksanakan sesuai dengan
ukuran dan ketinggian seperti tercantum pada gambar-gambar.
Sebelum pasangan batu kali dilaksanakan, di bawahnya harus dibuat/ digelar
aanstamping batu kali.
5. Perlindungan
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan batu kali yang tidak terlindung, bila hujan
maka bagian atas harus dilindungi.
6. Variasi Kedalaman Pondasi
Denah dan kedalaman pasangan batu kali harus yang diizinkan atau diperintahkan
oleh Direksi/ Konsultan Pengawas. Bila kondisi pada suatu bagian membutuhkan
perubahan-perubahan kedalaman dan lebar pondasi, harus dengan izin tertulis dari
Direksi/ Konsultan Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 6


4.4 PASAL (IV) PEKERJAAN PONDASI TAPAK
1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pondasi ini meliputi pekerjaan pondasi telapak. Pekerjaan pondasi telapak
beton bertulang yang dimaksud adalah meliputi :
a) Lantai kerja adukan 1 pc : 3 kr : 5 ps.
b) Pondasi Telapak adukan beton Sitemix ukuran besi beton dapat dilihat pada
gambar kerja.

2. Persyaratan bahan-bahan
a) Semen portland/PC Semen yang digunakan adalah Semen Tiga Roda. Semen
yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari
kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen.Penggunaan semen harus sesuai
dengan urutan kedatangan semen tersebut di lokasi pekerjaan.
b) Agregat : Pasir dan Split/Kerikil
 Pasir laut tidak oleh dipergunakan.
 Kerikil/Split harus bersih dari kotoran yang dapat menghalangi ikatan dengan
semen, jika agregat yang datang ternyata kotor maka sebelum dipakai harus
dicuci (disiram) lebih dahulu.
 Jika kerikil/split yang akan digunakan ternyata terlalu kering, maka sebelum
digunakan harus dibasahi dengan disiram air.
 Pasir yang digunakan harus berbutir kasar, sedangkan ukuran kerikil/split
mengikuti persyaratan-persyaratan beton yang telah diterangkan
sebelumnya.
c) Air
 Air untuk campuran adukan beton harus bebas dari asam, garam, bahan
alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
 Penggunaan air untuk kerja harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
 Bila akan digunakan air kerja yang bukan untuk air minum dan mutunya
meragukan, maka Konsultan Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor
untuk mengadakan pengujian tersebut dengan biaya tanggungan Kontraktor.
d) Baja tulangan
 Baja tulangan yang digunakan adalah Baja Polos U 24 untuk baja tulangan
dengan diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm. Sedangkan untuk

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 7


baja tulangan dengan diameter lebih besar dari 12 mm menggunakan Baja
Ulir U 39. Kondisi baja tulangan yang didatangkan tidak dalam kondisi
berkarat dan mengelupas.
 Untuk tulangan utama Ø 16 -150
 Baja ulir/deform yang di datangkan ke lokasi proyek tidak holeh
dibengkok/ditekuk, harus dalam bentuk lonjoran.
 Diameter baja tulangan yang digunakan harus sama dengan ukuran
diameter yang tertera dalam gambar rencana bagian struktur. Toleransi
diameter baja yang dapat diambil adalah sesuai dengan persetujuan tertulis
dari Pengawas/Perencana.
e) Bekisting (Acuan)
 Bekisting harus kuat menahan beban adukan beton tanpa berubah bentuk
(stabil).
 tahan terhadap perbedaan cuaca yang dapat mengakibatkan perubahan
bentuknya (melengkung), harus kedap air, tidak meloloskan air campuran
(pasta semen), yang dapat merusak kualitas beton dan mempunyai
permukaan yang rata/halus.
 Bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh, untuk mendapatkan
bentuk penampang, ukuran dari bahan beton seperti dalam gambar kerja.
 Bekisting tidak boleh dibongkar sebelum mendapatkan ijin tertulis dari
KonsultanPengawas.
f) Cerucuk Bambu diameter 10-15 cm dan pankjang 3-4 meter

3. Pelaksanaan pekerjaan
a) Bentuk dan ukuran bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga
mengahasilkan dimensi beton sesuai dengan gambar kerja.
b) Sambungan bekisting harus dibuat benar-benar rapat, sehingga air adukan beton
tidak banyak keluar.
c) Rangka/penguat bekisting harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin kokohnya bekisting.
d) Sebelum dilakukan pengecoran, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari
semua kotoran maupun serpihan kayu.
e) Pelaksana harus membuat gambar detil rencana pemotongan besi tulangan,
tempat sambungan/pemberhentian, overlapping sambungan maupun
pembengkokan. Semua gambar tersebut harus mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas/ Konsultan Perencana.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 8


f) Tidak diperkenankan membengkokkan baja tulangan ditempat bekisting
terpasang kecuali keadaan yang sangat memaksa dengan pesetujuan Konsultan
Pengawas/ Konsultan Perencana dan dihindari menimbulkan kerusakan terhadap
bekisting.
g) Semua tulangan harus diikat dengan kawat bendrat atau las, sehingga dijamin
tidak bergeser pada waktu pengecoran.
h) Pada muka pondasi dan kolom-kolom beton bertulang harus dipasang stek-stek
tulang yang besarnya sama dengan diameter tulangan kolom tersebut, stek-stek
tersebut harus ditanam dalam pondasi minimal 30 cm.
i) Pengecoran hanya boleh dilaksanakan setelah pemasangan tulangan serta
kelengkapannya telah diperiksa dan dianggap benar oleh Pengawas/Perencana.
Pelaksana harus mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas/ Konsultan
Perencana untuk memulai pengecoran.
j) Perbandingan campuran beton harus dilaksanakan dengan alat-alat takaran yang
tetap, agar selalu dicapai kualitas beton yang direncanakan.
k) Pelaksana harus menyediakan masin pengaduk adukan beton (molen) dalam
jumlah yang cukup, demikian juga mesin penggetar adukan (vibrator).
l) Mesin pengaduk yang akan digunakan harus dalam kondisi siap pakai, agar tidak
terjadi hambatan saat pengadukan. Tempat pengadukan harus benar-benar
bersih/bebas dari debu terutama minyak dan karat.
m) Pemberhentian pengecoran harus dilakukan pada tempat-tempat yang telah
disetujui Konsultan Pengawas/Konsultan Perencana.
n) Untuk menyambung, pengecoran sebelumnya harus dibersihkan permukaannya
dan dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna sambungannya dan sebelum
adukan beton dituangkan, permukaan yag akan disambung harus disiram
dengan pasta semen dengan campuran 1 PC : 0,5 air.
o) Khusus pondasi untuk yang berada diatas tanah urugan, Kontraktor harus
menyesuaikan kedalamannya sesuai dengan gambar kerja.
p) Pelaksanaan pemasangan pondasi telapak harus dibuat sesuai dengan ukuran
yang tertera pada gambar.
q) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 9


4.5 PASAL (V) PEKERJAAN PONDASI BATU KALI
1. lingkup pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dalam gambar atau disebutkan dalam
spesifikasi ini dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pasangan pondasi batu belah/batu kali dan bagian-bagian
lain yang dianggap perlu.
2.  persyaratan bahan
a. Batu belah/batu kali dari jenis yang keras tidak keropos, adalah batu
besar  yang dibelah-belah menjadi ukuran normal dan harus memenuhi
P.U.B.I. (NI-3-1970).
b. Portland harus memenuhi NI - 18.
c. Pasir harus memenuhi NI - 3
d. Air harus memenuhi PBVI - 1982
3. syarat-syarat pelaksanaan
a. Pondasi tersebut harus dipasang dengan campuran 1 SP : 4PP
b. Pasangan batu belah tersebut harus di kerjakan dengan cara yang terbaik
yang dikenal disini , batu kali harus keras dengan permukaan kasar tanpa
cacat atau retak .
c. Setelah pasangan batu belah/batu kali tersebut mencapai 24 jam baru
diperbolehkan melakukan pekerjaan lanjutan.
d. Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan
bentuk -bentuk yang di tunjukan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus
dipasang penuh dengan adukan sehingga semua hubungan batu melekat
satu dengan yang lainnya dengan sempurna, semua batu harus di pasang
diatas lapisan adukan dan di cetak di tempatnya sehingga tegak.adukan
harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu untuk mendapatkan
masa  yang kuat dan integral.

4.6 PASAL (VI) PEKERJAAN ACUAN BEKISTING


1. Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan peralatan, pengangkutan dan
dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan
gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan
dari arsitek dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 10


2. Persyaratan bahan.

Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk : beton, baja, pasangan bata
yang di plester, pemakaian bambu tidak diperbolehkan. Lain-lain bahan yang akan
dipergunakan harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis terlebih
dahulu, acuan yang terbuat dari kayu harus menggunakan kayu jenis meranti atau
setara, ukuran kayu yang dipergunakan tergantung dari perencanaan struktur
dengan tebal multiplek minimum 12 mm.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. perencanaan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan beban-


beban, tekanan lateral dan tekanan yang di izinkan seperti tercantum pada “
Renommended Pratice For Concrete Formwork “ ( ACI.347-68 ) dan peninjauan
terhadap beban angin dll, peraturan harus dikontrol terhadap Peraturan
Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
b. Semua ukuran-ukuran penampang Struktur beton yang tercantum dalam
gambar struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk
plesteran / finishing.
c. Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus memberikan gambar-gambar
dan perhitungan acuan serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui
oleh Pengawas Teknis. Pada dasarnya tiap-tiap bagian bekisting harus endapat
persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis, sebelum bekisting di buat pada
bagian itu.
d. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk dan cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun tetap
sesuai dengan jalannya pengecoran beton.
e. Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas
Teknis. Penyusunan harus sedemikian rupa sehingga pada pembongkarannya
tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
f.Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti
potongan-potongan kayu, kawat, tahi gergaji, tanah dan sebagainya.
g. Acuan harus menghasilkan sebagian konstruksi yang ukuran,
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 11


h. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran,
harus dihindarkan dari kumpulnya air pada sisi bawah.
i. Cetakkan beton harus dibikin supaya tidak terjadi kebocoran atau hilangnya air
semen selama pengecoran, tetap lurus dan tidak bergoyang
j. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis baut-
baut dan tie rod yang dpergunakan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus
diatur sedemikian rupa sehingga bila bekisting di bongkar kembali, maka semua
besi tulangan harus berada dalam permukaan beton.
k. Pada bagian terendah dari bekisting kolom atau dinding harus ada bagian yang
di buka untuk inspeksi dan pembersihan.
4. Pembongkaran.

a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan peraturan beton Indonesia, dimana


bagian konstruksi yang di bongkar cetakannya harus dapat memikul berat
sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.
b. Cetakan bagian konstruksi di bawah in boleh dilepas dalam waktu sebagai
berikut:
1) sisi-sisi balok dan kolom yang tidak dibebani minimal 7 hari .
2) sisi-sisi balok dan kolom yang dibebani minimal 21 hari.
c. Setiap rencana pembongkaran bekisting harus diajukan terlebih dahulu secara
tertulis untuk disetujui oleh Pengawas Teknis.
d. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan di buka, tidak
bergelombang, berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala
keropos.
e. Apabila setelah cetakan di bongkar ternyata terdapat bagian beton yang
keropos atau cacat, mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka
pemborong harus segera memberitahukan kepada Pengawas Teknis meminta
persetujuan tertulis cara perbaikan pengisian atau pembongkarannya,
pemborong tidak diperbolehkan menutupi atau mengisi bagian beton yang
keropos tanpa mendapat persetujuan secara tertulis dai Pengawas Teknis.
Semua resiko yang terjadi akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya perbaikan,
pembongkaran atau pengisian atau penutupan bagian tersebut menjadi
tanggung jawab pemborong.
f.Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas Teknis
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi yang cacat seperti berikut :
1) konstruksi yang keropos dapat mengurangi kekuatan konstruksi.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 12


2) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar rencana.
3) Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang telah
direncanakan
4) Dan cacat-cacat lainnya yang menurut pendapat Perencana/Pengawas
Teknis dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
5. Alternatif acuan / bekisting
Pemborong dapat mengusulkan alternatif jenis acuan yang akan di pakai, dengan
melampirkan brosur/gambar beserta perhitungannya untuk mendapat persetujuan
tertulis dari Pengawas Teknis. Dengan catatan alternaif tersebut tidak merupakan
kerja tambah dan tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan.

4.7 PASAL (VII) PEKERJAAN BETON


1. Syarat - Syarat Umum.
a. Ketentuan
Menunjuk pada persyaratan :
1) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 2002, NI-2
2) PUBB NI-3, 2002
b. Mutu Beton
Beton memakai mutu K-175 dengan mutu baja BJTD 24 dan BJTD 40. Masing-
masing penggunaan disesuaikan dengan yang tercantum pada gambar dan
diuraikan dalam pasal 8.1.3. Mutu karakteristik merupakan syarat mengikat.
c. Campuran/adukan beton
1) Pemakaian jenis adukan beton.
- Jenis beton B1 :
Seluruh sloof, Ring balok, kolom yang terbuat dari beton bertulang
dengan mutu beton K-175, mutu baja BJTD 40.
- Jenis beton B2 :
Kolom praktis. Mutu beton K 175 kedap air dan mutu baja BJTD 24.
- Jenis beton B3 :
Untuk lantai kerja, tebal 5 cm (tidak dicor ke dalam cetakan).
- Mutu besi beton BJTD 24 kurang dari diameter 12, sedangkan BJTD 40
lebih dari diameter 16
2) Campuran tambahan untuk beton (concrete admixture).
Bilamana dianggap perlu, dapat dipergunakan concrete admixture.
3) Pengadukan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 13


Semua jenis pengadukan jenis beton dilakukan dengan mesin pengaduk
berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan,
pengadukan harus rata hingga warna dan kentalnya sama.
4) Takaran
perbandingan campuran. Semua bahan harus ditakar menurut volume /
beratnya.
5) Temperatur adukan yang diizinkan 28 - 30 derajat Celcius.
d. Pengawasan campuran adukan
1) Komposisi.
Semua agregat, semen, air, volume / beratnya harus ditakar dengan
seksama. Proporsi semen yang ditentukan
2) Pengujian Slump test. Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan
PBI 2002 termasuk pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian-
pengujian tekanan.
Nilai slump untuk pekerjaan:
- Sloof : 8 - 10
- Kolom, balok, pelat : 10 - 12
Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat slump, maka bagian/kelompok
adukan tersebut tidak boleh dipakai.
Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan sesuai
dengan prosedur-prosedur dalam PBI - 2002
2. Bahan - Bahan
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland Cement dari merk yang disetujui dan yang
dalam segala hal memenuhi syarat seperti dikehendaki oleh "Peraturan Beton
Bertulang Indonesia" untuk beton kelas I - z 475 atau British Standard No. 12-
1965. Dalam pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong)
asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di
gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang
ditinggikan paling sedikit 10 cm dari lantai. Kantong semen tersebut tidak
boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m, dan tiap pengiriman baru
harus dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar pemakaian semen
dilakukan menurut urutan pengirimannya.
b. Agregat (butiran, pasir).

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 14


Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh mengandung
bahan-bahan yang merusak umpamanya yang bentuk atau kualitasnya
bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau kekalnya konstruksi beton
pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari tulangan besi
beton. Agregat (butiran) dalam segala hal harus memenuhi yang dikehendaki
(ketentuan - ketentuan) PBI-2002 untuk dilakukan pengujian butiran.
c. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan
yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat
semen.
d. Baja tulangan
1) Jenis penulangan.
Batang tulangan besi beton harus terdiri dari baja lunak dan baja sedang
dengan tegangan leleh 3900 kg/cm2. Bahan tersebut dalam segala hal
harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI - 2002. Standard Jepang klas
SR-24 atau British Standard No. 785 - 1938. Grade yang dipergunakan
adalah ST-37 dengan katagori U-39 yang sesuai dengan tabel 3.7.1. PBI -
2002.
2) Penyambungan tulangan.
Panjang penyambungan harus dilakukan sebagai berikut :
 Kolom struktur : Batang polos minimal 40 D
Batang ulir minimal 40 D
 Balok struktur : Tulangan tarik batang polos minimal 180 cm.
Tulangan tarik batang ulir minimal 90 cm.
Tulangan tekan batang polos minimal 120 cm.
Tulangan tekan batang ulir minimal 60 cm.
Kecuali yang tidak ditentukan di atas dan yang tercantum di dalam
gambar, dalam segala hal tidak boleh kurang dari 60 cm.
3) Penyimpanan.
Tulangan besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan
tidak boleh disimpan di udara terbuka untuk jangka waktu yang
panjang.
4) Pemasangan.
Sebelum beton dicor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak,
kotoran, cat, karat lepas, kulit giling, adukan beton yang melekat atau

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 15


bahan-bahan lain yang merusak harus dihilangkan dan dibersihkan
dengan kompressor sebelum pengecoran. Semua tulangan harus
dipasang dengan posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah atau
bergeser pada waktu adukan ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan. Tulangan
besi beton dan penutup beton tingginya harus tepat.
5) Pengujian (testing).
Pada umumnya pengujian untuk tulangan besi beton harus sesuai dengan
PBI – 2002 yaitu yang mempunyai kekuatan leleh minimal 2400 kg/cm2.
Jika besi beton tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
tercantum di dalam Uraian dan Syarat-syarat Pengujian, maka kelompok
yang tidak memenuhi syarat- syarat itu tidak boleh dipakai, dan
Pemborong harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
6) Selimut beton.
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak
termasuk plesteran), adalah sebagai berikut :
 Sloof atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan
tanah = 3,5 cm
 Kolom dan balok beton = 2,5 cm
 Plat beton = 2,0 cm
e. Cetakan (bekisting).
1) B a h a n.
Bekisting harus dipakai kayu kelas II yang cukup kering dan sesuai dengan
finishing yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari
beton sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Bekisting harus cukup
mampu untuk menahan getaran-getaran vibrator dan kejutan gaya lain
yang diterima tanpa berubah bentuk.
Cetakan harus dibuat dari papan-papan yang bermutu baik, dipakai kayu
terentang tebal minimum 3 cm.
2) Konstruksi.
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat
menahan getaran yang merusak atau lengkung akibat tekanan adukan
beton yang cair atau sudah padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa
hingga mempermudah penumbukan-penumbukan untuk memadatkan
pengecoran tanpa merusak konstruksi.
3) Alat untuk membersihkan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 16


Pada cetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapan-
perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran- kotoran, serbuk gergaji,
potongan-potongan kawat pengikat dan lain-lain.
4) U k u r a n.
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama di
semua tempat untuk bentuk dan ukuran yang diinginkan sama.
5) Steiger.
"Steiger" penyangga dibuat dari kayu dolken dengan diameter minimum
7 cm. Pemakaian bahan lain harus seijin Pengawas Lapangan.
6) Pelapis cetakan.
Untuk mempermudah pembukaan bekisting, pelapis cetakan dari merk
yang telah disetujui dapat dipergunakan Minyak pelumas, yang sudah /
belum dipakai, tidak boleh digunakan.
3. Lingkup dan macam pekerjaan
a. Pekerjaan meliputi tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
b. Pekerjaan meliputi :
1) Pekerjaan Sloof.
2) Pekerjaan struktur pelat, kolom, dan Ring balok beton.
4. Syarat-syarat pelaksanaan.
a. Lubang dan blok keos
Pemborong harus menentukan tempat dan membuat lobang- lobang,
memasang kayu keras untuk paku atau klos-klos, angker dan sebagainya yang
diperlukan, memasang rangka atau pekerjaan kayu halus. Alat yang salah
penempatannya harus dipindahkan jika memang diperintahkan oleh Pemberi
Tugas dan ketetapan-ketetapan lain harus dibuat untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki.
b. Toleransi
Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1cm,
toleransi ini tidak boleh bertambah (cumulative). Ukuran masing-masing bagian
harus seksama dalam -0,50 dan +0,50 cm.
c. Pemberitahuan pelaksanaan pengecoran.
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian utama dari
pekerjaan, Pemborong harus mendapat persetujuan dari pengawas lapangan yang
sebelumnya telah mengecek penulangan pembesian. Jika tidak mendapat

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 17


persetujuan, maka pengecoran tidak disetujui, sehingga Pemborong dapat
diperintahkan untuk membongkar beton yang telah dicor atas perongkosan
sendiri.
d. Pengangkutan adukan.
Adukan beton harus diangkut, dapat dihindarkan adanya pemisahan dari
bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 2
meter.
e. Pembersihan cetakan dan alat-alat
Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas harus dibuang dari
cetakan. Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan
berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sebelum dicor.
f. Pengecoran.
Pengecoran ke dalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental,
yang dalam keadaan normal 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari
pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti. Tidak boleh mengecor beton pada
waktu hujan, kecuali jika Pemborong mengambil tindakan-tindakan mencegah
kerusakan.
g. Perawatan.
Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, angin dan hujan,
sampai beton itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan terlalu
cepat harus diambil tindakan-tindakan sebagai berikut :
1) Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus
dibasahi terus menerus sampai cetakan dibongkar.
2) Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi
dengan cara di tutup karung goni yang dibasahi air / di siram selama 14
hari berturut-turut.
h. Pembongkaran cetakan.
Pembongkaran cetakan dapat dilakukan setelah waktu minimal yang
dicantumkan di bawah ini :
1) Sloof minimum 2 hari
2) Kolom dan balok (cetakan tepi) minimum 3 hari
3) Pelat / balok minimum 21 hari beban maksimal tetap ditahan
Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja
beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak
boleh dibongkar selama keadaan tetap berlangsung. Perlu ditentukan bahwa

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 18


tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada
Pemborong dan perhatian Pemborong mengenai pembongkaran cetakan
ditujukan ke PBI - 1971 dalam pasal yang bersangkutan.
Pemborong harus memberitahu Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan bilamana
ia bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi
yang utama dan minta persetujuannya, tapi dengan adanya persetujuan itu
tidak berarti Pemborong lepas dari tag jawabnya.
i. Pembulatan pinggiran.
Pinggiran dari plat beton pada jalan corridor / pavement dan lain-lain harus
dibulatkan dengan alat-alat yang cocok dengan lingkaran perbulatan kira-kira
0,5 cm.

j. Perubahan konstruksi beton


Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi
beton yang cacat seperti berikut :

1) Konstruksi beton yang sangat keropos.


2) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan
atau posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
3) Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang
direncanakan.
4) Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
k. Campuran dan pengambilan contoh (sampling).
1) Untuk mencapai mutu beton sesuai dengan PBI 2002, Pemborong harus
melakukan percobaan-percobaan membuat mix disgn campuran-campuran
sedemikian rupa sehingga untuk kubus beton berukuran : 15 x 15 x 15
cm pada umur 28 hari, harus mempunyai kekuatan hancur karakteristik
minimal yang direfensikan PBI 2002, bahan-bahan yang dipergunakan
adalah bahan-bahan yang nantinya akan dipergunakan sebagai bahan
beton struktur. Kubus percobaan harus dibuat sejumlah 20 buah dan
dibuat paling sedikit dalam 3 proses pengadukan yang tidak
bersamaan waktunya.Referensi PBI 2002.
2) Setiap hari pengecoran harus diambil contoh uji (sampling) paling
sedikit tiga buah kubus percobaan. Pengetesan kubus percobaan tersebut
hanya boleh dilakukan di Lembaga-Lembaga Penelitian Bahan Bangunan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 19


resmi yang disetujui oleh Pengawas Lapangan Analisa kekuatan
berdasarkan pada rumus statistik sebagaimana tertera dalam PBI – 2002.
4.8 PASAL (VII) PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. Seluruh pekerjaan strukur beton bertulang harus berpedoman pada peraturan
konstruksi beton yang berlaku yaitu :

a. Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk bangunan gedung (SNI 03-2847-
2002).
b. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (SNI 03-1726-
2002).
c. American Concrete Institute ( A.C.I 318 m) 2005.
d. Peraturan perencanaan tahun gempa untuk Indonesia untuk gedung 2003
e. Pedoman perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang biasa dan struktur
tembok bertulang untuk gedung 1983
f.Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1972 ( PUBI-1982)-NI-3
g. Peraturan porteland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
h. Mutu dan cara uji semen Portland (SII 0013-81).
i. Mutu dan cara uji Agregat Beton (SII 005-80).
j. ASTM C-33 Standard Specification for Cocrete Aggregates.
k. Baja tulang beton (SII 0136-84).
l. Jaringan kawat baja las untuk tulang beton (SII 0784-83).
m. American Socity For Testing and Material (ASTM).
n. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
o. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI- 2.3.5.3 1987
VDC :699.81:624.04).
Peraturan – peraturan yang diperlukan tersebut di atas harus di sediakan
Pemborong di “Site” Sehingga memudahkan apa bila hendakdi gunakan

2. Keahlian dan Pertukangan.

a. Pemborong harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai


dengan ketentuan – ketentuan yang disyahkan, termasuk kekuatan, toleransi
dan penyelesaian.
b. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang yang terletak langsung di atas
tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan campuran
semen : pasir : kerikil = 1:3:5 setebal minimal 5 cm atau seperti tercantum

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 20


pada gambar pelaksana .
c. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh Ahli – ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaan.
d. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan
gambar dan Spesifikasi Struktur.
e. Apabila pengawas Teknis memandang perlu, Pemborong dapat meminta
nasihat
3. Persyaratan Bahan

a. Semen
1) Semen yang digunakan adalah semen Portland Lokal yang memenuhi
Syarat-Syarat dari :
 Peraturan–Peraturan Relevan yang tercantum pada Pasal ini ayat 1.
 Mempunyai Sertifikasi uji (Test Sertificate) dari Laboratorium yang
disetujui secara tertulis dari Pengawas Teknis .
2) Semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama ( tidak
diperkenankan menggunakan bermacam – macam jenis/merek semen
untuk suatu Konstruksi / struktur yang sama ), dalam keadaa baru dan
asli , dikirim dari kantong – kantong semen yang masih disegel dan tidak
pecah.
3) Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, semen
diterimakan dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan
tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yangcukup Ventilasinya dan
diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai ,
zak-zak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui
2 meter atau maksimum 10 zak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan
dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut
urutan pengirimannya.
4) Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah
penyimpanan, dianggap sudah rusak, membatu dan dapat ditolak
penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus
segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam
atas biaya pemborong .
b. Agregat ( Aggregates )
1) semua pemakaian batu pecah ( Agregat kasar ) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat:

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 21


a. Peraturan–peraturan relevan yang tercantum dalam pasal ini ( 1 ).
b. Bebas dari tanah liat (tidak bercampur dengan tanah liat atau kotoran
– kotoran lainnya).
2) kerikil dan batu pecah ( Agregat Kasar ) yang mempunyai ukuran lebih
besar dari 38mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan
tertulis dari Pengawasan Teknis, Gradasi dan Agregat-agregat tersebut
secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang
diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen
dan air, dalam Proporsi campuran yang akan dipakai. Pengawas Teknis
harus meminta kepada pemborong untuk mengadakan test Kuailitas dari
Agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh
Pengawas Teknis, setiap saat di laborotarium yang disetujui Pengawas
Teknis atas biaya Pemborong.
3) Dalam hal ini adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut
disuplay, maka pemborong diwajibkan untuk memberitahukan secara
tertulis kepada Pengawas Teknis.
4) Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya
dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah dan terkotori.
c. Air
1) Air yang dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan
adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahn kimia
( asam alkali ), tidak mengandung organisme yang dapat memberikan
efekmerusak beton / tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat-
syarat Peraturan Beton Indonesia serta diuji terlebih dahulu oleh
Laboratorium yang disetujui oleh Pengawas Teknis.
2) Air yang mengandung garam ( air laut ) sama sekali tidak diperkenankan
untuk dipakai.
d. Besi Beton
1) Semua beton yang digunakan harus memenuhi Syarat – Syarat :
 Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada Pasal ini ( ayat 1)
 Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak / karat dan tidak
cacat ( retak-retak ), mengelupas, luka dan sebagainya.
 Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan
bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-
ketentuan Peraturan Beton Indonesia.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 22


 Mempunyai penampang yang sama rata.
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan – ketentuan
diatas, harus mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur, besi beton
harus disuplay dari sumber (Manufacture) dan tidak dibenarkan untuk
mencampur adukan bermacam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan Konstruksi.
3) Sebelum mengadakan pemesanan pemborong harus mengadakan
pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-
petunjuk dari Pengawas Teknis, berjumlah minimal 3 ( tiga ) batang untuk
tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama dan panjangnya kurang
lebih 100 cm. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat
bilamana dipandang perlu oleh Pengawas Teknis.
4) Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian
Pengawas Teknis tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test yang
bersangkutan tidak syah .
5) Semua biaya – biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemborong. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti Steel
Wiremesh atau yang semacam itu. Harus mendapat persetujuan tertulis
Perencana Struktur.
6) Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran
dan tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai
untuk besi tersebut.
7) Besi beton yang tidak memenuhi syarat – syarat karena kualitasnya tidak
sesuai dengan spesifikasi Struktur harus dikeluarkan dari site setelah
menerima Instruksi tertulis dari Pengawas Teknis, dalam waktu 2X24 jam
atas biaya Pemborong.
e. Kualitas Beton
1) Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-175
( Tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15 x 15 x
15 cm3 pada usia 28 hari ). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia.
Mutu beton K-175 digunakan pada umumnya untuk kolom-kolom praktis,
pagar, regol dan bagian – bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali
ditentukan lain.

2) Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 23


kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman
pelaksanaan di lain tempat dan dengan mengadakan trial-mix di
Laboratorium.
3) Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton
dan kubus beton, menurut ketentuan-ketentuan yang di sebut dalam
Peraturan Beton Indonesia mengingat bahwa W/C factor yang sesuai disini
adalah sekitar 0,25-0,55 maka – pemasukan adukan ke dalam cetakan
benda uji dilakukan menurut peraturan beton Indonesia tanpa
menggunakan penggetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat min 1 benda uji
per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang
pertama, pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.

4) Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton


yang dibuat dengan disahkan oleh Pengawas Teknis dan laporan tersebut
harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton.
5) Laporan tertulis tersebut harus disertai setifikat dari Laboratorium.
6) setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, selama pelaksanaan
harus ada pengujian slump, dengan syarat minimum 5 cmdan maksimum
12 cm. Cara pengujian slump sebagai berikut :
contoh beton diambil tepat sebelum di tuangkan kedalam cetakan beton
( bekisting ) cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang
rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16
mm panjang 30 cmdengan ujung yang bulat ( seperti peluru ).

Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya.


Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam
satu lapisan yang bawahnya. Setelah atas nya diratakan, segera cetakan di
angkat perlahan-lahan dan di ukur penurunannya ( nilai slump-nya )

f. Syarat –syarat pelaksanaan :


1) beton yang digunakan pada proyek ini adalah beton Site mix K-175 untuk
beton Struktur utama .khusus untuk beton kolom praktis, ring balk, pagar
dan regol sama digunakan Site Maxing dengan mutu K-175 atau

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 24


menggunakan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.
 Adukan beton yang di buat di tempat ( site mixing )
adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :
- semen diukur menurut berat
- Agregat diukur menurut berat
- Pasir diukur menurut berat
- Adukan beton di buat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (
concrete batching plant ).
- Jumlah adukan beton tidak boleh melebuhi kapasitas mesin pengaduk.
- Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan
berada dalam mesin pengaduk .
- Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus
dibersihkan lebih dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
g. Test Kubus Beton ( Pengujian Mutu Beton ).
1) Pengawas Teknis berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk
membuat benda uji silinder atau kubus dari adukan beton yang di buat dua
sample untuk tiap 5m3).
2) Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk silinder
dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dam memenuhi syarat
dalam Peraturan Beton Indonesia. Untuk benda uji berbentuk kubus.
Cetakan harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah dengan ukuran
15 x 15 x 15 cm dan memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
3) Pengambilan adukan beton, pencetakan beda uji kubus dan curingnya
harus dibawah Pengawasan Teknis. Prosedurnya harus memenuhi syarat –
syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
4) Pengujian pada umumnya dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton
Indonesia, termasuk juga pengujian – pengujian kekentalan adukan
(slump) dan pengujian tekan (Crushing Test).
Jika beton tidak memenuhi syarat – syarat pengujian slump, maka
kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai dan
Pemborong harus menyingkirkan dari tempat pekerjaan. Jika pengujian
tekan gagal maka perbaikan – perbaikan atau langkah – langkah yang
diambil harus dilakukan dengan mengikuti prosedur – prosedur Peraturan
Beton Indonesia atas biaya Pemborong.
5) Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus menjadi

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 25


tanggung jawab Pemborong.
6) Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukan
tanggal pengecoran, bagian struktur yang bersangkutan dan lain – lain
data yang perlu dicatat.
7) Benda uji kubus harus ditest di Laboratorium Beton yang disetujui oleh
Pengawas Teknis.
8) Laporan Asli (bukan foto copy) hasil Percobaan harus diserahkan kepada
Pengawas Teknis dan Perencana Struktur segera sesudah selesai
percobaan, dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, devisi
standard Percobaan / Test kubus beton dilakukan untuk umur – umur
beton 3,7 dan 14 hari dan juga untuk umur beton 28 hari.
9) Apabila dalam pelaksanaan nanti kepadatan bahwa mutu beton yang
dibuat seperti yang ditunjukan oleh benda uji kubusnya gagal memenuhi
syarat spesifikasi, maka Pengawas Teknis berhak meminta Pemborong
supaya mengadakan percobaan – percobaan non destruktif atau kalau
memungkinkan mengadakan percobaan loading atas biaya Pemborong.
Percobaan – percobaan ini harus memenuhi syarat – syarat dalam
Peraturan Beton Indonesia. Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut
harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk Pengawas
Teknis. Semua biaya – biaya untuk percobaan dan akibat – akibat gagalnya
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.
h. Pengecoran Beton.
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian – bagian
struktur dari pekerjaan beton, Pemborong harus mengajukan permohonan
izin pengecoran tertulis kepada Pengawas Teknis minimum 3 (tiga) hari
sebelum tanggal / hari pengecoran.
2) Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila
bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Pemborong
sudah mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga
sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
3) Atas pertimbangan khusus Pengawas Teknis dan pada keadaan – keadaan
khusus misalnya untuk volume pekerjaan yang akan dicor relatif sedikit /
kecil dan sederhana maka izin pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal
dari 3 (tiga) hari tersebut.
4) Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 26


apabila terjadi salah satu keadaan seperti tersebut.
 Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal
rencana pengecoran yang disebutkan dalam izin tersebut.
 Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi
syarat lagi musalnya tulangan, pembersih bekisting atau hal – hal lain
yang tidak sesuai dengan gambar – gambar dan spesifikasi.
Jika tidak ada persetujuan dari Pengawas Teknis, maka Pemborong
dapat diperintahkan untuk menyingkir / membongkar beton yang
sudah dicor tanpa persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis atas biaya
Pemborong sendiri.

5) Adukan beton harus secepatnya di bawah ketempat pengecoran dengan


menggunakan cara ( metode ) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengendapan aggregrat dan tercampurnya kotoran
– kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat – alat pengangkut
mesin haruslah mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis,
sebelum alat – alat didatangkan ketempat pekerjaan.
6) Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan
besi beton selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari
Pengawas Teknis.
7) Sebelum pengecoran dimaulai, maka tempat – tempat yang akan dicor
terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran – kotoran (potongan
kayu, batu, tanah dan lain – lain). Dan basahi dengan air semen.
8) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan
menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari
1,5 m yang akanmenyebabkab pengendapan / pemisahan aggregat.
Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue / tanpa
berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggikan) dalam waktu lebih dari 15
menit setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang
tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenan untuk dipakai lagi.
i. Pemadatan Beton
1) Beton Harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran
yang sesuai selama pengecoran berlangsung dan tidak merusak acuan
maupun posisi / rangkaian tulangan.
2) Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (huney comb),
yaitu memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 27


3) Pemborong harus menyiapkan vibrator – vibrator untuk menjamin
pemadatan yang baik.
Vibrator yang dipakai harus dengan frekuensi tidak kurang dari 6000
cyrcles permenit dan kemampuan memberikan percepatan 6 g pada beton
setelah kontak dengan beton. Pada umumnya jarum pengetar dimasukan
kedalam adukan kira – kira vertical, tetapi dalam keadaan – keadaan
khusus boleh miring sampai 45º.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakan kearah horizontal karena
hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan – bahan. Harus dijaga jarum
tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras.
Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan
atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar
tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari
betonnya dan getaran – gataran tidak merambat kebagian – bagian lain
dimana betonnya sudah mulai mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh tebal dari panjang jarum dan pada
umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung dengan itu
maka pengecoran bagian – bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap – tiap lapis dapat dipadatkan
dengan baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai sampai
mengkilap sekitar jarum ( air semen mulai memisahkan diri dari aggregat )
yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum
ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi
penuh lagi dengan adukan.
4) Pemborong harus menyediakan paling sedikit 2 vibrator extra / cadangan
untuk masing -masing ukuran yang digunakan, untuk digunakan pada saat
yang lain rusak, sehingga kontinuitas pengecoran beton tetap terjamin.
5) Admixture pada umumnya dengan pemilih bahan – bahan yang seksama,
cara mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang
cermat tidak diperlukan penggunaan suatu admixture. Jika penggunaan
admixture masih dianggap perlu, Pemborong diminta terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis mengenai hal
tersebut.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 28


Untuk itu Pemborong diharap memberitahukan nama perdagangan
Admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data – data
bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara – cara
pemakaiannya resiko – resiko / efek samping dan keterangan – keterangan
lain yang dianggap perlu. Sebelum pekerjaan dimulai Pemborong harus
menyerahkan contoh beton dengan ukuran 10 x 10 x20 cm3 yang telah
menggunakan campuran kedap air tersebut, contoh tersebut oleh
Pengawas Teknis akan direndam dalam cairan berwarna selama 2 x 24 jam
dan setelah itu contoh diangkat dan dikeringkan.
Kemungkinan contoh tersebut dipatahkan menjadi dua dan dilihat berapa
tebal meresapnya cairan berwarna tersebut kedalam beton.
j. Siar Pelaksanaan
1) Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan
beton yang berlaku mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.
Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang tengah dari
suatu konstruksi. Bentuk siar pelaksanaan harus vertical dan tidak siar
pelaksanaan yang menahan gaya besar harus diberikan besi tambahan /
dowel yang sesuai untuk menahan gaya geser tersebut.
2) Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya
dibersihkan dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran – kotoran
disingkirkan dengan air dan menyikat sampai aggregate kasar tampak.
Setelah permukaan siar tersebut bersih “ Calbond ” harus dilapiskan merata
seluruh permukaan.
k. Curing dan Perlindungan Tes Beton.
1) Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap metahari selama
berlangsungnya proses pengerasan, pengeringan oleh angin, hujan atau
aliran air dan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
2) Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus menerus selama
14 hari. Khusus untuk kolom, maka curig beton dapat dilakukan dengan
cara menutupi dengan karung basah sedangkan untuk lantai selama 7 hari
atau menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
3) Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curig dan
perlindungan atas beton harus lebih diperhatikan. Pemborong bertanggung
jawab atas retaknya beton karena susut akibat kelalaian ini.
l. Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 29


1) Pembengkokan besi beton harus dilakukan dengan hati – hati dan teliti /
tepat pada posisi pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang
dari Peraturan Beton Indonesia.
Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan
menggunakan alat–alat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan cacat patah, retak–retak dan sebagainya. Semua
pembengkokan tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin dan
pemotongan harus dengan bar Cutter, tidak boleh dangan api.
2) Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai Pemborong
diwajibkan membuat gambar kerja (Shop Drawing) berupa penjabaran
gambar rencana Pembesian Struktur, rencana kerja pemotongan dan
Pembengkokan besi beton (ending schedule) yang diserahkan kepada
Pengawas Teknis untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
3) Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil – peil, sesuai dengan
gambar dan harus sudah diperhitungkan mengenai toleransi
penurunannya.
4) Pasangan selimut beton (beton deeking) harus sesuai dengan gambar
detail standart.
Sebagai catatan, pemasangan tulangan utama tarik – tekan penampang,
sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan tersebut diatas
harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawasan Teknis dan
Perencana.
5) Sebelum besi beton dipasang besi beton harus bebas dari kulit besi karat,
lemak, kotoran serta bahan – bahan lain yang dapat mengurangi daya
lekat.
6) Pemasangan Rangkain Tulangan yaitu kait – kait, panjang penjangkaran,
overlap, letak sambungan dan lain – lain harus sesuai dengan gambar.
Apabila ada keraguan tentang rangkaian tulangan maka pemborong harus
memberitahukan kepada Pengawas Teknis/Perencana Struktur untuk
klasifikasi. Untuk hal itu sebelumnya Pemborong membuat gambar
pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada
Pengawas Teknis untuk mendapat persetujuannya.
7) Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada
kedudukan yang teguh untuk menghindari pemindahan tempat dengan
menggunakan kawat yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 30


yang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembesian harus ditunjang
dengan beton atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung seperti
yang ditunjuk pada gambar atau dicantumkan pada spesifikasi ini.
Penunjang – penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan dengan
bekisting.
8) Ikatan kawat harus dimasukan dalam penampungan beton, sehingga tidak
menonjol kepermukaan beton.
9) Sengkang – sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya
harus sesuai dengan gambar.
10) Precast Mortal Spacing Block harus digunakan untuk menahan jarak dan
yang tapat pada tulangan dan minimum mempunyai kekuatan beton yang
sama dengan beton yang dicor.
11) Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul – betul bersih dari
semua kotoran – kotoran.

m. Pengganti Besi.
1) Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.
2) Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka.
 Pemborongan dapat menambah extra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tersedia dalam gambar. Usulan pengganti tersebut harus
segera dikonfirmasikan pada perencana.
 Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pemborong sebagai
pekerjaan lehih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah
ada persetujuan tertulis dari perencanaan Konstruksi.
 Jika disusulkan perubahan dari rangkaian pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
perencana Konstruksi.
 Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga
keharusan dari Pemborong.
3) Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan yang terdekat dengan catatan :

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 31


 Harus ada persetujuan tertulis dari Pengawasan Teknis.
 Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksud adalah jumlah luas). Khusus untuk belok induk, jumlah luas
penampung besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari
pembesian aslinya.
 Pengganti tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
 Tidak ada pekerjaan tambahan dan tambahan waktu pelaksanaan.
4) Pemasangan Alat – alat di Dalam Beton.
 Pemborong tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau
memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan
ijin tertulis dari Perencana Struktur.
 Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat di dalam beton,
pemasangan sparing dan sebagainya, harus sesuai gambar atau
menurut petunjuk – petunjuk Pengawas Teknis.
 Perkuatan pada lubang beton untuk keperluan pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal yang akan dibuat kemudian oleh Perencana Struktur
tetap menjadi beban Pemborong.
n. Kolom Praktis dan Ring Balok untuk Dinding.
1) Setiap dinding yang bertemu dengan kolom harus diadakan penjangkaran
dengan jarak antara 60 cm, panjang jankar minimum 60 cm dibagian
dimana yang tertanam dalam bata 30 cm dan diameter 8 cm.
2) Tiap luas dinding yang lebih besar dari kolom – kolom praktis / ring balok,
dengan ukuran 13 x 13 cm.
Tulangan kolom praktis / ring balok adalah 4 diameter 10 mm dengan
sengkang diameter 6 mm jarak 20 cm.
3) Untuk lisplank bata dan dinding – dinding lainnya yang tingginya > 3 m
harus diberi kolom praktis setiap jarak 3 m dan bagian atasnya diberikan
ring balok. Ukuran dan tulangan kolom praktis dan ring balok seperti pada
butir 2.
o. Tanggungjawab kontraktor.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan di atas, sesuai dengan gambar konstruksi yang diberikan. Hadir atau

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 32


tidaknya Pengawas Teknis selaku wakil Perencana, yang sejauh mungkin tidak
melihat / mengawas / menegur, maka kontraktor tetap bertanggung jawab penuh
terhadap hasil kualitas pekerjaan.

4.9 PASAL (IX) PEKERJAAN BETON TAK BERTULANG


1. Spesifikasi bahan.
a. Air
air yang digunakan harus air bersih yang memenuhi syarat untuk diminum (air
mimum), dan semua biaya untuk mendapatkan air bersih sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
b. Batu Split / koral
Batu split / koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu baik serta
mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat – syarat yang tercantum
dalam PBI 2002.
c. Pasir
Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan – bahan organis, Lumpur dan
sejenis- jenisnya dan juga memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai
dengan syarat – syarat yang tercantum dalam PBI 1971. Pasir laut tidak
diperbolehkan untuk dipakai.
d. Semen
Semen yang digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 1965 atau type 1
menurut ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement Portland
yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (N.C.8-172). Semen yang rusak
tidak diperbolehkan dipakai.
2. Syarat – syarat pelaksanaan
a. Pemukaan tanah yang akan dilapisi beton tumbuk harus rata dan diperkeras.
b. Setelah permukaan rata dan keras kemudian digelar pasir urug dengan ketebalan 5-
10 cm.
c. Beton tumbuk digelar dengan ketebalan minimal 5 cm.

4.10 PASAL (X) PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN


1. Bahan Baku
a. Baja mutu tinggi (High Tension Steel)
1) Baja mutu tinggi dengan grade minimum G550, memiliki criteria :
 Mutu Baja (Steel Grade) : G550

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 33


 Tegangan Leleh Minimum (Minimum Yield Strength) : 550 Mpa
 Tegangan Tarik Ultimate (Ultimate Tensile Strength) : 550 Mpa
 Modulus Elastisitas : 200.000 Mpa
 Modulus Geser : 80.000 Mpa
2) Pengujian G550 di lapangan dapat dilakukan dengan memotong dengan
gunting seng; bila baja mutu tinggi G550 akan mengalami kesulitan jika
dipotong dengan alat gunting seng. Tetapi dapat dilakukan dengan alat
potong gurinda.
3) Fabrikator dan aplikator baja ringan dapat menyertakan setifikat bahan baku
baja mutu tinggi G550.
4) Apabila mutu baja di bawah 550 MPa atau grade di bawah G550; maka tidak
dapat dipergunakan sebagai bahan baku pekerjaan rangka atap baja ringan.
b. Lapisan anti karat Galvanized (Hot Deep Zinc – Z 220)
1) Lapisan anti karat galvanis harus memiliki ketebalan minimum lapisan 220
gr/m2
2) Kadar lapisan galvanis mengandung 95% Zn dan 5% campuran lainnya,
memiliki sifat yakni tidak korosif akibat adukan semen.
3) Pemilihan lapisan anti karat sangat memegang peranan sesuai dengan
karakteristik kontraktor di Indonesia, yang perlu diperhatikan.
4) Bila kontraktor tidak dapat membuat ring balok rata air (waterpass level)
dan perlu penambahan adukan semen, maka disarankan untuk
menggunakan lapisan anti karat Galvanis.
5) Bila kontraktor tidak menggunakan karpet karpus khusus agar baja tidak
terkena adukan semen, maka disarankan menggunakan lapisan anti karat
Galvanis.
6) Lapisan anti karat sesuai standar ASTM untuk bahan struktural (menanggung
beban) : Ketebalan lapisan AZ (Zinc Alumn) ≥ 150 gr/m 2 , kode AZ 150
setara dengan Ketebalan lapisan Z (Galvanis) ≥ 150 gr/m 2 , kode Z 180.
c. Profil Baja
1) Profil Tebal
95 Z 10 1.05
95 Z 08 0.85
74 Z 08 0.85
75 W 10 1.05
75 W 08 0.85

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 34


65 C 08 0.85
45 B 50 0.55
2) Jenis profil dan ketebalan yang dipergunakan harus sesuai dengan standar
desain Software perhitungan yang mengikuti standar yang berlaku untuk
konstruksi baja ringan / tipis (Light Steel); contoh standar : Australian
Building Code.
3) Profil Z dipergunakan sebagai Top Chord, Bottom Chord dan Rafter.
4) Profil W dipergunakan sebagai Top Plate, Walling Plate, dan Webs.
5) Profil C dipergunakan sebagai Webs.
6) Profil B50 (Ώ) dipergunakan sebagai reng/Top Chord Bracing, Bottom Chord
Bracing, Diagonal Webs Bracing dan Lateral Tie.
d. Alat Sambung
1) Screw – alat sambung untuk baja ringan menggunakan Self Drilling Screw
(SDS) atau sekrup dengan ujung penembus tanpa mur. Baut merupakan
jantung kekuatan rangka atap baja ringan, untuk itu pemilihan baut pun
memegang peran penting. Kriteria yang dipergunakan :
2) Self drilling screw yang dipakai harus memiliki alur yang kasar, dan terdapat
ruang di bawah kepala baut.
3) Alur yang kasar akan membuat baja tipis tersusun diantara alur, bukan
dirusak oleh alur, sehingga Self Drilling Screw mampu memikul beban yang
besar di sambungan.
4) Baut yang dipergunakan harus memiliki kekuatan torsi sebesar 6.9 kN.Baut
dengan lapisan anti karat galvanis (class 2–Zinc plated).
5) Connector MGN
Connector MGN merupakan alat sambung antara Top Plate / Walling Plate
dengan rangka atap / kuda-kuda utama.
6) Connector ini harus dapat memperhitungkan gaya uplift (gaya hisap) yang
berlaku sesuai dengan desain.
7) Connector Strap Brace
Connector Strap Brace dipergunakan utnuk tipe kuda-kuda standar yang
dipergunakan sesuai dengan standar desain software Pyda Roof.
8) Connector Strap Brace diletakkan di bawah reng dan diatas Top Chord.

2. Desain
a. Desain rangka atap baja ringan harus memiliki kriteria desain atau software

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 35


khusus yang dapat memperhitungkan :
1) Ketebalan bahan baja yang dipergunakan, dimana Software yang
dipergunakan mengikuti dtandar khusus untuk desain rangka atap baja tipis
(Light Steel) yang memiliki ketebalan dibawah 1 mm. Salah satu standar
khusus adalah Australian Building Code.
2) Perhitungan terhadap jarak webs
3) Perhitungan terhadap jumlah baut yang dipergunakan di masing-masing
sambungan.
4) Perhitungan terhadap lendutan batang tarik kuda-kuda yang diijinkan
(chamber).Perhitungan terhadap jarak bottom chord bracing
5) erhitungan terhadap jarak top chord bracing / reng.
6) Perhitungan terhadap webs yang menggunakan lateral tie, sehingga batang
webs tersebut tahan terhadap gaya vertical.
7) Perhitungan terhadap gaya yang terjadi di setiap tumpuan (baik gaya tekan
dan gaya hisap/uplift)
8) Perhitungan terhadap beban mati.
9) Perhitungan terhadap beban hidup. Beban hidup terbesar yang terjadi
khusus diteritorial Jakarta adalah beban air hujan.
10) Perhitungan terhadap beban tambahan seperti ducting AC, lampu gantung,
water heater dan lainnya, sehingga menyebabkan perlunya perkuatan di
masing-masing kuda.
b. Desain tersebut memiliki kredibilitas sesuai dengan existing atau pengalaman
produk itu sendiri.
c. Jarak maksimum trusses / kuda-kuda 1400 mm dan diperlakukan dengan
menggunakan bracing, dimana baja yang memiliki ketebalan di bawah 1 mm
memiliki kekuatan bahan yang tinggi tetapi memiliki kekakuan yang lemah
terutama terhadap gaya horizontal, maka penggunaan bracing menjadi
standar minimum yang ada dalam desain dan pekerjaan rangka atap baja
ringan (Light Steel).
d. Kriteria desain atap perisai dengan beban penutup atap genteng keramik atau
beton dijabarkan sebagai berikut :
1) Untuk bentang maksimum dua tumpuan : 10 meter, maka menggunakan
system rafter dan hip rafter. Bila lebih dari 10 m dan menggunakan system
rafter maka harus menggunakan tumpuan lebih dari 2 (dua) terutama untuk
kuda-kuda tipe TG.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 36


2) Untuk bentang maksimum 2 tumpuan : 10 – 12 meter, maka menggunakan
system kuda-kuda jack dan kuda-kuda hip sebagai pengganti rafter dan hip
rafter.
3) Jarak maksimum rafter adalah 90 cm.
4) Walling Plate, Top Plate, atau box bahan baja ringan tidak dapat
menggantikan peranan gording cnp atau canal “C” sebagai tumpuan yang
memiliki jarak lebih dari 120 cm, terutama untuk yang diposisikan tidak lot
dengan tanah, maka akan terjadi bahaya puntir.
5) Terutama untuk desain bangunan yang menggunakan atap konsol beton
berjarak 3 – 4 meter terhadap konsol beton berikutnya, maka tidak dapat
menggunakan system box baja ringan yang menggantikan peranan cnp atau
canal “C” sebagai gording. Untuk itu desain harus dikombinasikan dengan
system konvensional, dimana peranan gording tersebut tetap menggunakan
gording cnp atau canal c dan peran dari kaso atau usuk yang diletakan di
atas gording dapat menggunakan system rafter dimana jarak maksimum
rafter 90 cm.
e. Standar minimum bracing yang harus dipergunakan adalah :
1) Top plate/walling plate; dipergunakan sebagai pengaku dasar terhadap gaya
horizontal, dipergunakan sebagai pengukur rata air pada ring balk dan siku
bangunan.
2) Bottom chord bracing dipergunakan sebagai pengaku gaya horizontal yang
terjadi pada batang bawah (bottom chord bracing) setiap kuda-kuda.
3) Lateral tie dipergunakan sebagai pengaku gaya vertical yang terjadi pada
batang pengisi kuda-kuda (webs) sehingga menghindari gaya tekuk yang
terjadi.
4) Diagonal web bracing, dipergunakan sebagai gaya horizontal terhadap
keseluruhan rangkaian kuda-kuda.
5) Top chord bracing, dipergunakan sebagai pengaku batang atas kuda-kuda
(top chord), biasanya kita sebut dengan reng.
f. Safety factor akan menurun apabila aplikator atau fabricator rangka atap baja
ringan tidak menggunakan standar minimum bracing tersebut, sehingga dapat
mengakibatkan suatu kegagalan struktur.

3. Pekerjaan/Pemasangan
a. Perakitan di proyek mempunyai resiko kuda-kuda yang dibuat tidak rapih, tidak

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 37


seragam, atau tidak sesuai gambar desain. Kontrol pemasangan alat sambung
juga merupakan hal yang penting, untuk itu tahapan pekerjaan perakitan dan
pemasangan sesuai standar adalah:
1) Ring balok yang sudah jadi diukur oleh engineer masing-masing fabricator
untuk didisain ulang dengan menggunakan software pryda roof. Adapun
hasil disain tersebut adalah berupa input ke pabrik.
2) Untuk daerah yang mengalami hambatan dalam masalah transportasi, maka
pengerjaan perakitan kuda-kuda dilakukan di lokasi proyek dengan quality
control yang tinggi dan di bawah pengawasan engineer yang
berpengalaman.
3) Adapun output/hasil perakitan tersebut adalah kuda-kuda berbentuk segitiga
lengkap dengan batang pengisi/webs dan dipasang sesuai dengan standar
pemasangan rangka atap baja ringan sebagai berikut:
 Pekerjaan pemasangan top plate di atas ring balok
 Pekerjaan pemasangan kuda-kuda terpancung/TG
 Pekerjaan pemasangan hip rafter atau rafter
 Pekerjaan pemasangan kuda-kuda standar/S
 Pekerjaan pemasangan bottom chord bracing, lateral tie, diagonal webs
bracing
 Pekerjaan pemasangan kuda-kuda valley (bila ada atap anak)
 Pekerjaan pemasangan sekur (bila over hang lebih dari 1 meter)Pekerjaan
pemasangan top chord bracing/reng
 Pengalaman daripada fabricator atau aplikator menjadikan tolak ukur dari
pada kualitas pekerjaan. Dimana hasil akhir sebuah pekerjaan harus
dimonitor ulang dengan system yang jelas sehingga dapat dikeluarkan
suatu garansi pekerjaan yang baik.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat | 4 - 38

Anda mungkin juga menyukai