CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
BAB III
KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR
PASAL - 1
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan galian dan urugan tanah yang sesuai dengan Gambar Kerja
dan Spesifikasi.
b. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian dan pembuangan tanah, penggalian batu-batuan
atau material lain, pengupasan lapisan tanah atas atau humus, pembuangan bekas longsoran, yang
kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi dan gambar kerja.
c. Pekerjaan pengurugan kembali sesuai ruang lingkup pekerjaan sampai pada elevasi yang telah
ditentukan didalam Gambar Kerja
4) Obstacle.
Kriteria obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan dinding
tembok, besi-besi tua dan lain-lain bekas konstruksi bangunan lama, yang cara
pembongkarannya memerlukan metoda khusus dengan menggunakan peralatan yang
lebih khusus pula (misalnya beton breaker, compressor, mesin potong) atau semua
dengan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah.
Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran, konstruksi existing, galian dan
lain-lain, harus segera dikeluarkan dari lokasi dan dibuang ketempat yang ditentukan oleh
Direksi. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di
lapangan dalam keadaan siap pakai.
Pemborong harus tetap menjaga kebersihan di area pekerjaan dan sekitarnya yang
diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini, serta menjaga keutuhan material/barang
yang sudah terpasang (eksisting).
5) Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut :
Pada daerah titik pondasi setempat sampai mencapai kedalaman yang masih
memungkinkan, obstacle tersebut bisa dibongkar/digali sesuai dengan kondisi dan sifat
tanah pada daerah tersebut.
Pada jalur yang akan dibuat poer dan sloof mulai dari permukaan tanah existing sampai
dengan dibawah permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi beton pondasi dan sloof.
d. Pembuangan Humus
1) Sebelum mulai pekerjaan seluruh tapak pekerjaan, lapisan humus harus dikupas sedalam 30
cm atau apabila lapisan humus tersebut dalamnya lebih dari 30 cm maka pembuangan humus
maksimalnya dalamnya 1 meter sehingga bebas dari sisa tanah bawah (subsoil), bekas pohon,
akar, batuan, semak-semak atau bahan lain.
2) Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang sudah ditentukan
oleh Direksi.
e. Pekerjaan Galian
1) Selama proses penggalian, lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan sistem drainase
yang baik.
2) Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-tempat dimana
penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak benda-benda yang berada didekatnya,
bangunan ataupun pekerjaan yang telah selesai. Dalam hal ini metode pekerjaan menggunakan
tenaga manusia (manual).
3) Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk menahan lereng galian
tanah agar lereng galian tersebut tidak longsor, sehingga tidak menggangu pekerjaan
4) Apabila terjadi kerusakan bangunan/konstruksi yang diakibatkan oleh pekerjaan galian, maka
Konraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan bangunan tersebut dan harus
menggantinya atas biaya Kontraktor.
5) Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk bagian-bagian
pekerjaan diatas maupun dibawah tanah, drainase, saluran-saluran pembuangan dan rintangan-
rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
6) Kemiringan galian harus dibuat minimal dengan perbandingan 1 horisontal dengan 1 vertikal,
kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.
f. Pekerjaan Urugan
1) Bahan Urugan
Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang memenuhi
persyaratan sebagai bahan urugan, dan harus didatangkan dari luar proyek. Lokasi sumber
jenis bahan urugan tersebut diatas, harus mendapat persetujuan dari Direksi. Tanah bekas
galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila tanah
tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan dari
Direksi.
Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan
bahan urugan untuk mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Direksi, baik menganai kualitas
bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan didalam lokasi
pekerjaan.
Urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan lain-lain, tidak boleh
dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan ditempatkan
pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Direksi.
Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi
standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri.
2) Pengurugan
Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping setebal 80 cm.
Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk, sebelum pekerjaan
pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang bersangkutan
dalam bab ini selanjutnya.
Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika permukaan
lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor harus membuat alur-alur pada
bagian teratas untuk mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan
dipadatkan kembali.Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai
yang tercantum didalam gambar kerja.
3) Pemadatan
Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan bahan urugan dan
memperbaiki kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai untuk
pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas.
Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90 % (modified proctor)
dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO T99.
Kontraktor harus mengadakan test/pengujian terhadap bahan urugan dan hasil pemadatan
apabila dikehendaki oleh Direksi dan Konsultan Pengawas. Biaya pengujian ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor
Kontraktor harus mengadakan test kepadatan tanah dengan cara CBR dan SAND CONE.
Biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor
PASAL 2
PEMBEBANAN GEMPA
Pembanan lateral diambil dengan menganggap Plat Lantai sebagai diafragma yang kaku untuk masing-
masing taraf lantai hal ini di ambil sebagai salah satu pendekatan dalam perhitungan. DED SDN PAKUJAYA
02 TANGERANG SELATAN ini berada di Zona 4 tanah lunak dengan percepatan 0.75 G.
Faktor keutamaan (1) gedung ini di tentukan berdasrkan SNI 03-1726-2002 yang besarnya 1=1.
Daktilitas penuh (R) untuk gedung ini ditentukan berdasarkan SNI 03-1726-2002 yang besarnya R - 8.5
Untuk perencanaan elemen-elemen balok dan kolom mengikuti ketentuan standar tata cara
perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2002, mengenai kuat perlu, Sesuai SNI 03-
2847-2002 tersebut, pengaruh gempa dianggap bekerja dalam dua arah sumbu utama secara serempak yaitu
100% gempa arah utama dikombinasikan dengan 30% gempa arah tegak lurusnya.
PASAL 3
PEKERJAAN PONDASI TIANG BORED PILE
1. Permukaan Lapangan
Pemborong supaya mempertimbangkan apapun yang diperlukan untuk meratakan tanah untuk jalan
masuk untuk dapat bekerjanya alat pondasi tiang (pilling rig)
3. Penyelidikan Lapangan
Sebelum mengajukan penawaran, kontraktor dianggap telah mengunjungi dan mempelajari keadaan
sebaik – baiknya termasuk yang disebutkan secara khusus dalam gambar – gambar struktur. Jika
kontraktor ingin melakukan penyelidikan tambahan yang menyangkut galian, sondir, boring dan
sebagainya sebelum mengajukan penawaran hal ini dapat dilakukan atas tanggungan biaya kontraktor
tersebut.
5. Spesifikasi Pondasi
a. Tiang bore pile yang digunakan adalah tiang bored pile beton dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Ukuran : ø 30 (segi Lingkaran)
- Panjang : 18 m
- Mutu beton : Site mix K – 300 slump 12 cm
- Mutu besi beton begel : U-40
- Curing : STEAM Curing
- Daya dukung : 35 Ton
- Umur beton : min- 28 hari
b. Pembuatan bored pile.
1) Tiang bored pile digali mengunakan mesin bor, mencapai ke dalaman min 18 m.
2) Dalam persyaratan teknis (spesifikasi) ini, daya dukung berarti beban pondasi tiang bore pile yang
disebabkan oleh berat sendiri bangunan dan beban hidup yang sesuai dengan yang
dirancangkan.
9. Posisi Pondasi Tiang Bored Pile & Pemasangan Kerangka Baja Tulangan
Pondasi tiang harus dibor tepat pada posisinya maupun permukaannya. Tiang yang tidak tepat pada
tempatnya tidak boleh secara paksa diperbaiki pada posisi yang seharusnya.
a. Posisi tiang bored pile adalah pada lokasi seperti yang ditunjukkan pada gambar struktur. Kontraktor
bertanggung jawab untuk posisi tiang bored pile yang tepat, permukaan dan keseluruhannya dan untuk
semua peralatan yang diperlukan untuk ini. Pengukuran-pengukuran dilapangan harus dilakukan oleh
serveyor sebelum dan sesudah pekerjaan bored pile.
b. Kerangka baja tulangan yang telah dirakit diangkat dengan bantuan diesel winch dalam posisi tegak
lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan
dengan lubang bor, Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan
tulangan melintang lubang bor, Apabila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan
penyambungan dengan diikat kawat beton dengan panjang overlap 30 - 40 D atau dengan cara
las.Pada saat pembersihan dilakukan, pengadukan beton bisa mulai dilakukan.
kontraktor.
konsultan Pengawas.
PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI BATU BELAH
1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan seperti dalam gambar atau disebutkan dalam spesifikasi ini dengan hasil yang baik dan
sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pasangan pondasi batu belah/batu kali dan bagian-bagian lain yang dianggap
perlu.
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Batu belah/batu kali dari jenis yang keras tidak keropos, adalah batu besar yang dibelah-belah
menjadi ukuran normal dan harus memenuhi P.U.B.I. (NI-3-1970).
b. Portland harus memenuhi NI - 18.
c. Pasir harus memenuhi NI - 3
d. Air harus memenuhi PBVI - 1982
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Pondasi tersebut harus dipasang dengan campuran 1 pc : 5 pasir.
b. Pasangan batu belah tersebut harus di kerjakan dengan cara yang terbaik yang dikenal disini ,
batu kali harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat atau retak .
c. Setelah pasangan batu belah/batu kali tersebut mencapai 24 jam baru diperbolehkan melakukan
pekerjaan lanjutan.
d. Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk -bentuk yang di
tunjukan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga semua
hubungan batu melekat satu dengan yang lainnya dengan sempurna, semua batu harus di
pasang diatas lapisan adukan dan di cetak di tempatnya sehingga tegak.adukan harus mengisi
penuh rongga-rongga antara batu untuk mendapatkan masa yang kuat dan integral.
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 30
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
PASAL 5
PEKERJAAN ACUAN / BEKISTING
1. Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan peralatan, pengangkutan dan dan pelaksanaan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari arsitek dalam uraian dan syarat-syarat
pelaksanaannya.
2. Persyaratan bahan.
Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk : beton, baja, pasangan bata yang di plester,
pemakaian bambu tidak diperbolehkan. Lain-lain bahan yang akan dipergunakan harus mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis terlebih dahulu, acuan yang terbuat dari kayu harus
menggunakan kayu jenis meranti atau setara, ukuran kayu yang dipergunakan tergantung dari
perencanaan struktur dengan tebal multiplek minimum 12 mm.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a.perencanaan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan beban-beban, tekanan lateral dan
tekanan yang di izinkan seperti tercantum pada “ Renommended Pratice For Concrete Formwork “
( ACI.347-68 ) dan peninjauan terhadap beban angin dll, peraturan harus dikontrol terhadap
Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
b.Semua ukuran-ukuran penampang Struktur beton yang tercantum dalam gambar struktur adalah ukuran
bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran / finishing.
c.Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus memberikan gambar-gambar dan perhitungan acuan
serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui oleh Pengawas Teknis. Pada dasarnya tiap-
tiap bagian bekisting harus endapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis, sebelum bekisting di
buat pada bagian itu.
d.Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk dan cukup kuat
menampung beban-beban sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya pengecoran beton.
e.Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan
dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas Teknis. Penyusunan harus sedemikian rupa
sehingga pada pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang
bersangkutan.
f. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti potongan-potongan kayu,
kawat, tahi gergaji, tanah dan sebagainya.
g.Acuan harus menghasilkan sebagian konstruksi yang ukuran, kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya
sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.
h.Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran, harus dihindarkan dari
kumpulnya air pada sisi bawah.
i. Cetakkan beton harus dibikin supaya tidak terjadi kebocoran atau hilangnya air semen selama
pengecoran, tetap lurus dan tidak bergoyang
j. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis baut-baut dan tie rod yang
dpergunakan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur sedemikian rupa sehingga bila bekisting di
bongkar kembali, maka semua besi tulangan harus berada dalam permukaan beton.
k.Pada bagian terendah dari bekisting kolom atau dinding harus ada bagian yang di buka untuk inspeksi
dan pembersihan.
4. Pembongkaran.
a.Pembongkaran dilakukan sesuai dengan peraturan beton Indonesia, dimana bagian konstruksi yang di
bongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.
b.Cetakan bagian konstruksi di bawah in boleh dilepas dalam waktu sebagai berikut:
1) sisi-sisi balok dan kolom yang tidak dibebani minimal 7 hari .
2) sisi-sisi balok dan kolom yang dibebani minimal 21 hari.
c.Setiap rencana pembongkaran bekisting harus diajukan terlebih dahulu secara tertulis untuk disetujui
oleh Pengawas Teknis.
d.Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan di buka, tidak bergelombang, berlubang atau
retak-retak dan tidak menunjukan gejala keropos.
e.Apabila setelah cetakan di bongkar ternyata terdapat bagian beton yang keropos atau cacat,
mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka pemborong harus segera memberitahukan
kepada Pengawas Teknis meminta persetujuan tertulis cara perbaikan pengisian atau
pembongkarannya, pemborong tidak diperbolehkan menutupi atau mengisi bagian beton yang
keropos tanpa mendapat persetujuan secara tertulis dai Pengawas Teknis. Semua resiko yang terjadi
akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya perbaikan, pembongkaran atau pengisian atau penutupan
bagian tersebut menjadi tanggung jawab pemborong.
f. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas Teknis mempunyai wewenang
untuk menolak konstruksi yang cacat seperti berikut :
1) konstruksi yang keropos dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
2) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan ukuran dan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak sesuai dengan gambar rencana.
3) Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang telah direncanakan
4) Dan cacat-cacat lainnya yang menurut pendapat Perencana/Pengawas Teknis dapat mengurangi
kekuatan konstruksi.
PASAL 6
PEKERJAAN BETON
1. Syarat - Syarat Umum.
a. Ketentuan
Menunjuk pada persyaratan :
1) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 2002, NI-2
2) PUBB NI-3, 2002
b. Mutu Beton
Beton memakai mutu K- 300 dan K-250 dengan mutu baja BJTD 24 dan BJTD 40. Masing-masing
penggunaan disesuaikan dengan yang tercantum pada gambar dan diuraikan dalam pasal 8.1.3.
Mutu karakteristik merupakan syarat mengikat.
c. Campuran/adukan beton
1) Macam Adukan.
Macam adukan dengan campuran agregat kasar atau halus dengan banyaknya tiap 50 kg
portland cement dan ukuran nominal agregat kasar / halus menurut tabel sebagai berikut di
bawah ini adalah sebagai pedoman.
Pemborong harus membuat percobaan komposisi campuran ( mix disgn ) guna memenuhi
karakteristik.
2) Pemakaian jenis adukan beton.
- Jenis beton B1 :
Seluruh sloof, balok, kolom yang terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton K 250, mutu
baja BJTD 40.
- Jenis beton B2 :
Kolom praktis. Mutu beton K 175 kedap air dan mutu baja BJTD 24.
- Jenis beton B3 :
Untuk lantai kerja, tebal 5 cm (tidak dicor ke dalam cetakan).
- Mutu besi beton BJTD 24 kurang dari diameter 12, sedangkan BJTD 40 lebih dari diameter 16
3) Campuran tambahan untuk beton (concrete admixture).
Bilamana dianggap perlu, dapat dipergunakan concrete admixture.
4) Pengadukan.
Semua jenis pengadukan jenis beton dilakukan dengan mesin pengaduk berkapasitas tidak
kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan, pengadukan harus rata hingga warna dan
kentalnya sama.
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 33
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
5) Takaran
perbandingan campuran. Semua bahan harus ditakar menurut volume / beratnya.
6) Temperatur adukan yang diizinkan 28 - 30 derajat Celcius.
d. Pengawasan campuran adukan
1) Komposisi.
Semua agregat, semen, air, volume / beratnya harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen
yang ditentukan dalam 5.1.3. adalah minimal. Sebagai pedoman, Pemborong harus tetap
mengusahakan mutu / kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan dalam pasal 5.1.2.
2) Pengujian Slump test. Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 2002 termasuk
pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian tekanan.
Nilai slump untuk pekerjaan:
- Sloof : 8 - 10
- Kolom, balok, pelat : 10 - 12
Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat slump, maka bagian/kelompok adukan tersebut tidak
boleh dipakai.
Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan sesuai dengan prosedur-
prosedur dalam PBI - 2002
2. Bahan - Bahan
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland Cement dari merk yang disetujui dan yang dalam segala hal
memenuhi syarat seperti dikehendaki oleh "Peraturan Beton Bertulang Indonesia" untuk beton kelas
I - z 475 atau British Standard No. 12-1965. Dalam pengangkutan, semen harus terlindung dari
hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di
gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling
sedikit 10 cm dari lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui
2 m, dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar pemakaian
semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
b. Agregat (butiran, pasir).
Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh mengandung bahan-bahan yang
merusak umpamanya yang bentuk atau kualitasnya bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau
kekalnya konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari tulangan
besi beton. Agregat (butiran) dalam segala hal harus memenuhi yang dikehendaki (ketentuan -
ketentuan) PBI-2002 untuk dilakukan pengujian butiran.
c. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak atau
campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.
d. Baja tulangan
1) Jenis penulangan.
Batang tulangan besi beton harus terdiri dari baja lunak dan baja sedang dengan tegangan
leleh 3900 kg/cm2. Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI
- 2002. Standard Jepang klas SR-24 atau British Standard No. 785 - 1938. Grade yang
dipergunakan adalah ST-37 dengan katagori U-39 yang sesuai dengan tabel 3.7.1. PBI - 2002.
2) Penyambungan tulangan.
Panjang penyambungan harus dilakukan sebagai berikut :
Kolom struktur : Batang polos minimal 40 D
Batang ulir minimal 40 D
Balok struktur : Tulangan tarik batang polos minimal 180 cm.
Tulangan tarik batang ulir minimal 90 cm.
Tulangan tekan batang polos minimal 120 cm.
Tulangan tekan batang ulir minimal 60 cm.
Kecuali yang tidak ditentukan di atas dan yang tercantum di dalam gambar, dalam segala hal
tidak boleh kurang dari 60 cm.
3) Penyimpanan.
Tulangan besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan
di udara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
4) Pemasangan.
Sebelum beton dicor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat lepas,
kulit giling, adukan beton yang melekat atau bahan-bahan lain yang merusak harus
dihilangkan dan dibersihkan dengan kompressor sebelum pengecoran. Semua tulangan harus
dipasang dengan posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah atau bergeser pada waktu
adukan ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan. Tulangan besi beton dan penutup beton tingginya
harus tepat.
5) Pengujian (testing).
Pada umumnya pengujian untuk tulangan besi beton harus sesuai dengan PBI – 2002 yaitu
yang mempunyai kekuatan leleh minimal 2400 kg/cm2. Jika besi beton tersebut tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum di dalam Uraian dan Syarat-syarat Pengujian,
maka kelompok yang tidak memenuhi syarat- syarat itu tidak boleh dipakai, dan Pemborong
harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
6) Selimut beton.
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk plesteran),
adalah sebagai berikut :
Sloof atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan tanah = 3,5 cm
Kolom dan balok beton = 2,5 cm
Plat beton = 2,0 cm
e. Cetakan (bekisting).
1) B a h a n.
Bekisting harus dipakai kayu kelas II yang cukup kering dan sesuai dengan finishing yang
diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana diperlihatkan
dalam gambar. Bekisting harus cukup mampu untuk menahan getaran-getaran vibrator dan
kejutan gaya lain yang diterima tanpa berubah bentuk.
Cetakan harus dibuat dari papan-papan yang bermutu baik, dipakai kayu terentang tebal
minimum 3 cm.
2) Konstruksi.
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran yang
merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair atau sudah padat. Cetakan
harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan-penumbukan untuk
memadatkan pengecoran tanpa merusak konstruksi.
3) Alat untuk membersihkan.
Pada cetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapan-perlengkapan untuk
menyingkirkan kotoran- kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kawat pengikat dan lain-
lain.
4) U k u r a n.
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama di semua tempat untuk
bentuk dan ukuran yang diinginkan sama.
5) Steiger.
"Steiger" penyangga dibuat dari kayu dolken dengan diameter minimum 7 cm. Pemakaian
bahan lain harus seijin Pengawas Lapangan.
6) Pelapis cetakan.
Untuk mempermudah pembukaan bekisting, pelapis cetakan dari merk yang telah disetujui
dapat dipergunakan Minyak pelumas, yang sudah / belum dipakai, tidak boleh digunakan.
4. Syarat-syarat pelaksanaan.
a. Lubang dan blok keos
Pemborong harus menentukan tempat dan membuat lobang- lobang, memasang kayu keras untuk
paku atau klos-klos, angker dan sebagainya yang diperlukan, memasang rangka atau pekerjaan kayu
halus. Alat yang salah penempatannya harus dipindahkan jika memang diperintahkan oleh Pemberi
Tugas dan ketetapan-ketetapan lain harus dibuat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
b. Toleransi
Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1cm, toleransi ini tidak boleh
bertambah (cumulative). Ukuran masing-masing bagian harus seksama dalam -0,50 dan +0,50 cm.
c. Pemberitahuan pelaksanaan pengecoran.
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 36
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian utama dari pekerjaan, Pemborong
harus mendapat persetujuan dari pengawas lapangan yang sebelumnya telah mengecek penulangan
pembesian. Jika tidak mendapat persetujuan, maka pengecoran tidak disetujui, sehingga Pemborong
dapat diperintahkan untuk membongkar beton yang telah dicor atas perongkosan sendiri.
d. Pengangkutan adukan.
Adukan beton harus diangkut, dapat dihindarkan adanya pemisahan dari bagian-bagian bahan.
Adukan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 2 meter.
e. Pembersihan cetakan dan alat-alat
Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas harus dibuang dari cetakan. Permukaan
cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi
dengan air sebelum dicor.
f. Pengecoran.
Pengecoran ke dalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam keadaan
normal 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti.
Tidak boleh mengecor beton pada waktu hujan, kecuali jika Pemborong mengambil tindakan-tindakan
mencegah kerusakan.
g. Pemadatan beton.
Adukan harus dipadatkan dengan memakai alat penggetar (vibrator) yang berfrekuensi dalam adukan
paling sedikit 3000 putaran dalam 1 menit. Penggetaran harus dimulai waktu adukan ditaruh, dilanjutkan
dengan adukan berikutnya. Dalam permukaan yang vertikal, vibrator harus dekat ke cetakan tapi tidak
menyentuhnya sehingga dihasillkan permukaan beton yang baik. Tidak menggetarkan suatu bagian
adukan lebih dari 24 detik. Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan ke bagian-
bagian adukan yang sudah mengeras.
h. Perawatan.
Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, angin dan hujan, sampai beton itu
mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat harus diambil tindakan-tindakan
sebagai berikut :
1) Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai cetakan
dibongkar.
2) Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi dengan cara di tutup karung goni
yang dibasahi air / di siram selama 14 hari berturut-turut.
i. Pembongkaran cetakan.
Pembongkaran cetakan dapat dilakukan setelah waktu minimal yang dicantumkan di bawah ini :
1) Sloof minimum 2 hari
2) Kolom dan balok (cetakan tepi) minimum 3 hari
3) Pelat / balok minimum 21 hari beban maksimal tetap ditahan
Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang
lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tetap
berlangsung. Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya
terletak pada Pemborong dan perhatian Pemborong mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 37
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
PASAL 7
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. Seluruh pekerjaan strukur beton bertulang harus berpedoman pada peraturan konstruksi beton yang
berlaku yaitu :
a.Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk bangunan gedung (SNI 03-2847-2002).
b.Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (SNI 03-1726-2002).
c.American Concrete Institute ( A.C.I 318 m) 2005.
d.Peraturan perencanaan tahun gempa untuk Indonesia untuk gedung 2003
e.Pedoman perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang biasa dan struktur tembok bertulang untuk
gedung 1983
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 38
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
3. Persyaratan Bahan
a. Semen
1) Semen yang digunakan adalah semen Portland Lokal yang memenuhi Syarat-Syarat dari :
Peraturan–Peraturan Relevan yang tercantum pada Pasal ini ayat 1.
Mempunyai Sertifikasi uji (Test Sertificate) dari Laboratorium yang disetujui secara tertulis
dari Pengawas Teknis .
2) Semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama ( tidak diperkenankan
menggunakan bermacam – macam jenis/merek semen untuk suatu Konstruksi / struktur yang
sama ), dalam keadaa baru dan asli , dikirim dari kantong – kantong semen yang masih disegel
dan tidak pecah.
3) Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, semen diterimakan dalam zak
(kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang
yangcukup Ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari
lantai , zak-zak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 meter atau
maksimum 10 zak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar
pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
4) Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah penyimpanan,
dianggap sudah rusak, membatu dan dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi.
Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x
24 jam atas biaya pemborong .
b. Agregat ( Aggregates )
1) semua pemakaian batu pecah ( Agregat kasar ) dan pasir beton, harus memenuhi syarat-syarat:
a. Peraturan–peraturan relevan yang tercantum dalam pasal ini ( 1 ).
b. Bebas dari tanah liat (tidak bercampur dengan tanah liat atau kotoran – kotoran lainnya).
2) kerikil dan batu pecah ( Agregat Kasar ) yang mempunyai ukuran lebih besar dari 38mm, untuk
penggunaannya harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawasan Teknis, Gradasi dan
Agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang
diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam
Proporsi campuran yang akan dipakai. Pengawas Teknis harus meminta kepada pemborong
untuk mengadakan test Kuailitas dari Agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang
ditunjuk oleh Pengawas Teknis, setiap saat di laborotarium yang disetujui Pengawas Teknis
atas biaya Pemborong.
3) Dalam hal ini adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disuplay, maka
pemborong diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Pengawas Teknis.
4) Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya
tidak terjadi pencampuran dengan tanah dan terkotori.
c. Air
1) Air yang dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih, tidak
berwarna, tidak mengandung bahan-bahn kimia ( asam alkali ), tidak mengandung organisme
yang dapat memberikan efekmerusak beton / tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi
syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta diuji terlebih dahulu oleh Laboratorium yang
disetujui oleh Pengawas Teknis.
2) Air yang mengandung garam ( air laut ) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.
d. Besi Beton
1) Semua beton yang digunakan harus memenuhi Syarat – Syarat :
Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada Pasal ini ( ayat 1)
Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak / karat dan tidak cacat ( retak-retak ),
mengelupas, luka dan sebagainya.
Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan bahan tersebut
dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan Beton Indonesia.
Mempunyai penampang yang sama rata.
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan – ketentuan diatas, harus
mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur, besi beton harus disuplay dari sumber
(Manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam sumber besi beton
tersebut untuk pekerjaan Konstruksi.
3) Sebelum mengadakan pemesanan pemborong harus mengadakan pengujian mutu besi beton
yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Pengawas Teknis, berjumlah minimal
3 ( tiga ) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama dan panjangnya
kurang lebih 100 cm. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Pengawas Teknis.
4) Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian Pengawas Teknis tidak
diperkenankan sama sekali dan hasil test yang bersangkutan tidak syah .
5) Semua biaya – biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti Steel Wiremesh atau yang semacam itu. Harus
mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur.
6) Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan tanggal
pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut.
7) Besi beton yang tidak memenuhi syarat – syarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasi Struktur harus dikeluarkan dari site setelah menerima Instruksi tertulis dari Pengawas
Teknis, dalam waktu 2X24 jam atas biaya Pemborong.
e. Kualitas Beton
1) Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-250 ( Tegangan tekan
hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm3 pada usia 28 hari ), atau F’c =
29,05 Mpa ( Tegangan tekan hancur karakteristik untuk silinder beton ukuran diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm pada usia 28 hari ).Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia.
Mutu beton K-175 digunakan pada umumnya untuk kolom-kolom praktis, pagar, regol dan
bagian – bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan lain.
2) Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini
dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan di lain tempat dan dengan
mengadakan trial-mix di Laboratorium.
3) Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton dan kubus beton,
menurut ketentuan-ketentuan yang di sebut dalam Peraturan Beton Indonesia mengingat bahwa
W/C factor yang sesuai disini adalah sekitar 0,25-0,55 maka – pemasukan adukan ke dalam
cetakan benda uji dilakukan menurut peraturan beton Indonesia tanpa menggunakan penggetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat min 1 benda uji per 1,5 m3 beton
hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama, pengambilan benda uji harus
dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
4) Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Pengawas Teknis dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan
tekanan beton.
5) Laporan tertulis tersebut harus disertai setifikat dari Laboratorium.
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 41
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
6) setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, selama pelaksanaan harus ada pengujian
slump, dengan syarat minimum 5 cmdan maksimum 12 cm. Cara pengujian slump sebagai
berikut :
contoh beton diambil tepat sebelum di tuangkan kedalam cetakan beton ( bekisting ) cetakan
slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai
kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi
diameter 16 mm panjang 30 cmdengan ujung yang bulat ( seperti peluru ).
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-
tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang bawahnya. Setelah atas
nya diratakan, segera cetakan di angkat perlahan-lahan dan di ukur penurunannya ( nilai slump-
nya )
akan ditolak, segala akibat biaya yang ditimbulkan menjadi beban dan resiko Pemborong.
Adukan beton yang di buat di tempat ( site mixing )
adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :
- semen diukur menurut berat
- Agregat diukur menurut berat
- Pasir diukur menurut berat
- Adukan beton di buat dengan menggunakan alat pengaduk mesin ( concrete batching
plant ).
- Jumlah adukan beton tidak boleh melebuhi kapasitas mesin pengaduk.
- Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam mesin
pengaduk .
- Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari30 menit harus dibersihkan lebih dahulu,
sebelum adukan beton yang baru dimulai.
g. Test Kubus Beton ( Pengujian Mutu Beton ).
1) Pengawas Teknis berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk membuat benda uji
silinder atau kubus dari adukan beton yang di buat dua sample untuk tiap 5m3).
2) Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15
cm dan tinggi 30 cm dam memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia. Untuk benda uji
berbentuk kubus. Cetakan harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah dengan ukuran 15
x 15 x 15 cm dan memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
3) Pengambilan adukan beton, pencetakan beda uji kubus dan curingnya harus dibawah
Pengawasan Teknis. Prosedurnya harus memenuhi syarat – syarat dalam Peraturan Beton
Indonesia.
4) Pengujian pada umumnya dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia, termasuk juga
pengujian – pengujian kekentalan adukan (slump) dan pengujian tekan (Crushing Test).
Jika beton tidak memenuhi syarat – syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak
memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai dan Pemborong harus menyingkirkan dari tempat
pekerjaan. Jika pengujian tekan gagal maka perbaikan – perbaikan atau langkah – langkah
yang diambil harus dilakukan dengan mengikuti prosedur – prosedur Peraturan Beton Indonesia
atas biaya Pemborong.
5) Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus menjadi tanggung jawab
Pemborong.
6) Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukan tanggal pengecoran,
bagian struktur yang bersangkutan dan lain – lain data yang perlu dicatat.
7) Benda uji kubus harus ditest di Laboratorium Beton yang disetujui oleh Pengawas Teknis.
8) Laporan Asli (bukan foto copy) hasil Percobaan harus diserahkan kepada Pengawas Teknis dan
Perencana Struktur segera sesudah selesai percobaan, dengan mencantumkan besarnya
kekuatan karakteristik, devisi standard Percobaan / Test kubus beton dilakukan untuk umur –
umur beton 3,7 dan 14 hari dan juga untuk umur beton 28 hari.
9) Apabila dalam pelaksanaan nanti kepadatan bahwa mutu beton yang dibuat seperti yang
ditunjukan oleh benda uji kubusnya gagal memenuhi syarat spesifikasi, maka Pengawas Teknis
berhak meminta Pemborong supaya mengadakan percobaan – percobaan non destruktif atau
kalau memungkinkan mengadakan percobaan loading atas biaya Pemborong. Percobaan –
percobaan ini harus memenuhi syarat – syarat dalam Peraturan Beton Indonesia. Apabila gagal,
maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk
Pengawas Teknis. Semua biaya – biaya untuk percobaan dan akibat – akibat gagalnya
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.
h. Pengecoran Beton.
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian – bagian struktur dari
pekerjaan beton, Pemborong harus mengajukan permohonan izin pengecoran tertulis kepada
Pengawas Teknis minimum 3 (tiga) hari sebelum tanggal / hari pengecoran.
2) Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila bagian pekerjaan
yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Pemborong sudah mempersiapkan bagian
pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
3) Atas pertimbangan khusus Pengawas Teknis dan pada keadaan – keadaan khusus misalnya
untuk volume pekerjaan yang akan dicor relatif sedikit / kecil dan sederhana maka izin
pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari tersebut.
4) Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal apabila terjadi salah satu
keadaan seperti tersebut.
Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal rencana pengecoran yang
disebutkan dalam izin tersebut.
Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat lagi musalnya
tulangan, pembersih bekisting atau hal – hal lain yang tidak sesuai dengan gambar –
gambar dan spesifikasi.
Jika tidak ada persetujuan dari Pengawas Teknis, maka Pemborong dapat diperintahkan
untuk menyingkir / membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan tertulis dari
Pengawas Teknis atas biaya Pemborong sendiri.
5) Adukan beton harus secepatnya di bawah ketempat pengecoran dengan menggunakan cara
( metode ) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan
aggregrat dan tercampurnya kotoran – kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat – alat
pengangkut mesin haruslah mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis, sebelum alat
– alat didatangkan ketempat pekerjaan.
6) Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai
diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.
7) Sebelum pengecoran dimaulai, maka tempat – tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus
dibersihkan dari segala kotoran – kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain – lain). Dan
basahi dengan air semen.
8) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan
menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang akanmenyebabkab pengendapan /
pemisahan aggregat. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue / tanpa
berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggikan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar
dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak
diperkenan untuk dipakai lagi.
i. Pemadatan Beton
1) Beton Harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran yang sesuai selama
pengecoran berlangsung dan tidak merusak acuan maupun posisi / rangkaian tulangan.
2) Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (huney comb), yaitu memperlihatkan
permukaan yang halus bila cetakan dibuka.
3) Pemborong harus menyiapkan vibrator – vibrator untuk menjamin pemadatan yang baik.
Vibrator yang dipakai harus dengan frekuensi tidak kurang dari 6000 cyrcles permenit dan
kemampuan memberikan percepatan 6 g pada beton setelah kontak dengan beton. Pada
umumnya jarum pengetar dimasukan kedalam adukan kira – kira vertical, tetapi dalam keadaan
– keadaan khusus boleh miring sampai 45º.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakan kearah horizontal karena hal ini akan
menyebabkan pemisahan bahan – bahan. Harus dijaga jarum tidak mengenai cetakan atau
bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat
dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar
tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getaran –
gataran tidak merambat kebagian – bagian lain dimana betonnya sudah mulai mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh
lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung dengan itu maka pengecoran bagian – bagian konstruksi
yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap – tiap lapis dapat dipadatkan
dengan baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai sampai mengkilap sekitar
jarum ( air semen mulai memisahkan diri dari aggregat ) yang pada umumnya tercapai setelah
maksimum 30 detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas
jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
4) Pemborong harus menyediakan paling sedikit 2 vibrator extra / cadangan untuk masing -masing
ukuran yang digunakan, untuk digunakan pada saat yang lain rusak, sehingga kontinuitas
pengecoran beton tetap terjamin.
5) Admixture pada umumnya dengan pemilih bahan – bahan yang seksama, cara mencampur dan
mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan suatu
admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Pemborong diminta terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis mengenai hal tersebut.
Untuk itu Pemborong diharap memberitahukan nama perdagangan Admixture tersebut dengan
keterangan mengenai tujuan, data – data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 45
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
utamanya, cara – cara pemakaiannya resiko – resiko / efek samping dan keterangan –
keterangan lain yang dianggap perlu. Sebelum pekerjaan dimulai Pemborong harus
menyerahkan contoh beton dengan ukuran 10 x 10 x20 cm3 yang telah menggunakan
campuran kedap air tersebut, contoh tersebut oleh Pengawas Teknis akan direndam dalam
cairan berwarna selama 2 x 24 jam dan setelah itu contoh diangkat dan dikeringkan.
Kemungkinan contoh tersebut dipatahkan menjadi dua dan dilihat berapa tebal meresapnya
cairan berwarna tersebut kedalam beton.
j. Siar Pelaksanaan
1) Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan beton yang berlaku
mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.
Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang tengah dari suatu konstruksi.
Bentuk siar pelaksanaan harus vertical dan tidak siar pelaksanaan yang menahan gaya besar
harus diberikan besi tambahan / dowel yang sesuai untuk menahan gaya geser tersebut.
2) Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya dibersihkan dengan
seksama dan dikasarkan. Kotoran – kotoran disingkirkan dengan air dan menyikat sampai
aggregate kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih “ Calbond ” harus dilapiskan
merata seluruh permukaan.
k. Curing dan Perlindungan Tes Beton.
1) Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap metahari selama berlangsungnya proses
pengerasan, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.
2) Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus menerus selama 14 hari. Khusus untuk
kolom, maka curig beton dapat dilakukan dengan cara menutupi dengan karung basah
sedangkan untuk lantai selama 7 hari atau menggenangi dengan air pada permukaan beton
tersebut.
3) Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curig dan perlindungan atas beton
harus lebih diperhatikan. Pemborong bertanggung jawab atas retaknya beton karena susut
akibat kelalaian ini.
l. Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton
1) Pembengkokan besi beton harus dilakukan dengan hati – hati dan teliti / tepat pada posisi
pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari Peraturan Beton Indonesia.
Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan menggunakan alat–alat (bar
bender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak–retak dan sebagainya.
Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin dan pemotongan harus
dengan bar Cutter, tidak boleh dangan api.
2) Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai Pemborong diwajibkan membuat
gambar kerja (Shop Drawing) berupa penjabaran gambar rencana Pembesian Struktur, rencana
kerja pemotongan dan Pembengkokan besi beton (ending schedule) yang diserahkan kepada
Pengawas Teknis untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
3) Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil – peil, sesuai dengan gambar dan harus sudah
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 46
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga keharusan dari
Pemborong.
3) Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang ditetapkan
dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan yang terdekat dengan
catatan :
Harus ada persetujuan tertulis dari Pengawasan Teknis.
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari
yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Khusus
untuk belok induk, jumlah luas penampung besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar
jauh dari pembesian aslinya.
Pengganti tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat tersebut
atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian
penggetar.
Tidak ada pekerjaan tambahan dan tambahan waktu pelaksanaan.
4) Pemasangan Alat – alat di Dalam Beton.
Pemborong tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong
konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan ijin tertulis dari Perencana
Struktur.
Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat di dalam beton, pemasangan sparing
dan sebagainya, harus sesuai gambar atau menurut petunjuk – petunjuk Pengawas
Teknis.
Perkuatan pada lubang beton untuk keperluan pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal yang
akan dibuat kemudian oleh Perencana Struktur tetap menjadi beban Pemborong.
n. Kolom Praktis dan Ring Balok untuk Dinding.
1) Setiap dinding yang bertemu dengan kolom harus diadakan penjangkaran dengan jarak antara
60 cm, panjang jankar minimum 60 cm dibagian dimana yang tertanam dalam bata 30 cm dan
diameter 8 cm.
2) Tiap luas dinding yang lebih besar dari kolom – kolom praktis / ring balok, dengan ukuran 13 x
13 cm.
Tulangan kolom praktis / ring balok adalah 4 diameter 10 mm dengan sengkang diameter 6 mm
jarak 20 cm.
3) Untuk lisplank bata dan dinding – dinding lainnya yang tingginya > 3 m harus diberi kolom
praktis setiap jarak 3 m dan bagian atasnya diberikan ring balok. Ukuran dan tulangan kolom
praktis dan ring balok seperti pada butir 2.
o. Tanggungjawab kontraktor.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan ketentuan di atas, sesuai
dengan gambar konstruksi yang diberikan. Hadir atau tidaknya Pengawas Teknis selaku wakil
Perencana, yang sejauh mungkin tidak melihat / mengawas / menegur, maka kontraktor tetap
bertanggung jawab penuh terhadap hasil kualitas pekerjaan.
PASAL 8
PEKERJAAN BETON TIDAK BERTULANG
1. Spesifikasi bahan.
a. Air
air yang digunakan harus air bersih yang memenuhi syarat untuk diminum (air mimum), dan semua biaya
untuk mendapatkan air bersih sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
b. Batu Split / koral
Batu split / koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi serta
kekerasan sesuai dengan syarat – syarat yang tercantum dalam PBI 2002.
c. Pasir
Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan – bahan organis, Lumpur dan sejenis- jenisnya dan juga
memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat – syarat yang tercantum dalam PBI
1971. Pasir laut tidak diperbolehkan untuk dipakai.
d. Semen
Semen yang digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 1965 atau type 1 menurut ASTM.C.150
dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia (N.C.8-172). Semen yang rusak tidak diperbolehkan dipakai.
PASAL 9
PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN
1. Bahan Baku
a. Baja mutu tinggi (High Tension Steel)
1) Baja mutu tinggi dengan grade minimum G550, memiliki criteria :
Mutu Baja (Steel Grade) : G550
Tegangan Leleh Minimum (Minimum Yield Strength) : 550 Mpa
Tegangan Tarik Ultimate (Ultimate Tensile Strength) : 550 Mpa
Modulus Elastisitas : 200.000 Mpa
Modulus Geser : 80.000 Mpa
2) Pengujian G550 di lapangan dapat dilakukan dengan memotong dengan gunting seng; bila baja
mutu tinggi G550 akan mengalami kesulitan jika dipotong dengan alat gunting seng. Tetapi dapat
kepala baut.
3) Alur yang kasar akan membuat baja tipis tersusun diantara alur, bukan dirusak oleh alur, sehingga
Self Drilling Screw mampu memikul beban yang besar di sambungan.
4) Baut yang dipergunakan harus memiliki kekuatan torsi sebesar 6.9 kN.Baut dengan lapisan anti
karat galvanis (class 2–Zinc plated).
5) Connector MGN
Connector MGN merupakan alat sambung antara Top Plate / Walling Plate dengan rangka atap /
kuda-kuda utama.
6) Connector ini harus dapat memperhitungkan gaya uplift (gaya hisap) yang berlaku sesuai dengan
desain.
7) Connector Strap Brace
Connector Strap Brace dipergunakan utnuk tipe kuda-kuda standar yang dipergunakan sesuai
dengan standar desain software Pyda Roof.
8) Connector Strap Brace diletakkan di bawah reng dan diatas Top Chord.
2. Desain
a. Desain rangka atap baja ringan harus memiliki kriteria desain atau software khusus yang dapat
memperhitungkan :
1) Ketebalan bahan baja yang dipergunakan, dimana Software yang dipergunakan mengikuti
dtandar khusus untuk desain rangka atap baja tipis (Light Steel) yang memiliki ketebalan dibawah
1 mm. Salah satu standar khusus adalah Australian Building Code.
2) Perhitungan terhadap jarak webs
3) Perhitungan terhadap jumlah baut yang dipergunakan di masing-masing sambungan.
4) Perhitungan terhadap lendutan batang tarik kuda-kuda yang diijinkan (chamber).Perhitungan
terhadap jarak bottom chord bracing
5) erhitungan terhadap jarak top chord bracing / reng.
6) Perhitungan terhadap webs yang menggunakan lateral tie, sehingga batang webs tersebut tahan
terhadap gaya vertical.
7) Perhitungan terhadap gaya yang terjadi di setiap tumpuan (baik gaya tekan dan gaya hisap/uplift)
8) Perhitungan terhadap beban mati.
9) Perhitungan terhadap beban hidup. Beban hidup terbesar yang terjadi khusus diteritorial Jakarta
adalah beban air hujan.
10) Perhitungan terhadap beban tambahan seperti ducting AC, lampu gantung, water heater dan
lainnya, sehingga menyebabkan perlunya perkuatan di masing-masing kuda.
b. Desain tersebut memiliki kredibilitas sesuai dengan existing atau pengalaman produk itu sendiri.
c. Jarak maksimum trusses / kuda-kuda 1400 mm dan diperlakukan dengan menggunakan bracing,
dimana baja yang memiliki ketebalan di bawah 1 mm memiliki kekuatan bahan yang tinggi tetapi
memiliki kekakuan yang lemah terutama terhadap gaya horizontal, maka penggunaan bracing
menjadi standar minimum yang ada dalam desain dan pekerjaan rangka atap baja ringan (Light
Steel).
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 51
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
d. Kriteria desain atap perisai dengan beban penutup atap genteng keramik atau beton dijabarkan
sebagai berikut :
1) Untuk bentang maksimum dua tumpuan : 10 meter, maka menggunakan system rafter dan hip
rafter. Bila lebih dari 10 m dan menggunakan system rafter maka harus menggunakan tumpuan
lebih dari 2 (dua) terutama untuk kuda-kuda tipe TG.
2) Untuk bentang maksimum 2 tumpuan : 10 – 12 meter, maka menggunakan system kuda-kuda
jack dan kuda-kuda hip sebagai pengganti rafter dan hip rafter.
3) Jarak maksimum rafter adalah 90 cm.
4) Walling Plate, Top Plate, atau box bahan baja ringan tidak dapat menggantikan peranan gording
cnp atau canal “C” sebagai tumpuan yang memiliki jarak lebih dari 120 cm, terutama untuk yang
diposisikan tidak lot dengan tanah, maka akan terjadi bahaya puntir.
5) Terutama untuk desain bangunan yang menggunakan atap konsol beton berjarak 3 – 4 meter
terhadap konsol beton berikutnya, maka tidak dapat menggunakan system box baja ringan yang
menggantikan peranan cnp atau canal “C” sebagai gording. Untuk itu desain harus
dikombinasikan dengan system konvensional, dimana peranan gording tersebut tetap
menggunakan gording cnp atau canal c dan peran dari kaso atau usuk yang diletakan di atas
gording dapat menggunakan system rafter dimana jarak maksimum rafter 90 cm.
e. Standar minimum bracing yang harus dipergunakan adalah :
1) Top plate/walling plate; dipergunakan sebagai pengaku dasar terhadap gaya horizontal,
dipergunakan sebagai pengukur rata air pada ring balk dan siku bangunan.
2) Bottom chord bracing dipergunakan sebagai pengaku gaya horizontal yang terjadi pada batang
bawah (bottom chord bracing) setiap kuda-kuda.
3) Lateral tie dipergunakan sebagai pengaku gaya vertical yang terjadi pada batang pengisi kuda-
kuda (webs) sehingga menghindari gaya tekuk yang terjadi.
4) Diagonal web bracing, dipergunakan sebagai gaya horizontal terhadap keseluruhan rangkaian
kuda-kuda.
5) Top chord bracing, dipergunakan sebagai pengaku batang atas kuda-kuda (top chord), biasanya
kita sebut dengan reng.
f. Safety factor akan menurun apabila aplikator atau fabricator rangka atap baja ringan tidak
menggunakan standar minimum bracing tersebut, sehingga dapat mengakibatkan suatu kegagalan
struktur.
3. Pekerjaan/Pemasangan
a. Perakitan di proyek mempunyai resiko kuda-kuda yang dibuat tidak rapih, tidak seragam, atau tidak
sesuai gambar desain. Kontrol pemasangan alat sambung juga merupakan hal yang penting, untuk
itu tahapan pekerjaan perakitan dan pemasangan sesuai standar adalah:
1) Ring balok yang sudah jadi diukur oleh engineer masing-masing fabricator untuk didisain ulang
dengan menggunakan software pryda roof. Adapun hasil disain tersebut adalah berupa input ke
pabrik.
(RKS) Syarat dan Ketentuan Teknis Struktur BAB III - 52
PT. CIPTA RANCANG MANDIRI DED SDN PAKU JAYA 02 KOTA TANGERANG SELATAN
2) Untuk daerah yang mengalami hambatan dalam masalah transportasi, maka pengerjaan
perakitan kuda-kuda dilakukan di lokasi proyek dengan quality control yang tinggi dan di bawah
pengawasan engineer yang berpengalaman.
3) Adapun output/hasil perakitan tersebut adalah kuda-kuda berbentuk segitiga lengkap dengan
batang pengisi/webs dan dipasang sesuai dengan standar pemasangan rangka atap baja ringan
sebagai berikut:
Pekerjaan pemasangan top plate di atas ring balok
Pekerjaan pemasangan kuda-kuda terpancung/TG
Pekerjaan pemasangan hip rafter atau rafter
Pekerjaan pemasangan kuda-kuda standar/S
Pekerjaan pemasangan bottom chord bracing, lateral tie, diagonal webs bracing
Pekerjaan pemasangan kuda-kuda valley (bila ada atap anak)
Pekerjaan pemasangan sekur (bila over hang lebih dari 1 meter)Pekerjaan pemasangan top
chord bracing/reng
Pengalaman daripada fabricator atau aplikator menjadikan tolak ukur dari pada kualitas
pekerjaan. Dimana hasil akhir sebuah pekerjaan harus dimonitor ulang dengan system yang
jelas sehingga dapat dikeluarkan suatu garansi pekerjaan yang baik.