Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA

INVENTARISASI LAHAN KRITIS DAN GALIAN C


DI WILAYAH BANTEN

KEGIATAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN


DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN
T A H U N 2017

KERANGKA ACUAN KERJA


PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP
TAHUN 2017

I. LATAR BELAKANG

Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup


pengertian dari fisik termasuk iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan
vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial
berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Djaenudin, 1997).
Kemampuan penggunaan lahan merupakan kesanggupan lahan untuk
memberikan hasil penggunaan pertanian pada tingkat produksi tertentu.
(FAO, 1976 ; Sanchez, 1993). Lahan kritis adalah lahan/tanah yang saat ini
tidak produktif karena pengelolaan dan penggunaan tanah yang
tidak/kurang memperhatikan syarat-syarat konservasi tanah dan air
sehingga menimbulkan erosi, kerusakan-kerusakan kimia, fisik, tata air dan
lingkungannya (Soedarjanto dan Syaiful, 2003).
Bahan Galian Golongan C adalah Bahan Galian yang tidak termasuk
Bahan Galian Golongan A (Strategis) danBahanGalianGolongan B (Vital)
sebagaimanadimaksuddalamUndang-undangNomor 11 Tahun 1967 Jo
PeraturanPemerintahNomor 27 Tahun 1980.
BahanGalianGolongan Cataubahangalian industry terdiridari : (1)
Nitrat, phosphate, garambatu; (2) Asbes, talk, mike, grafit, magnesit; (3)
Yarosit, leusit, tawas (alam), oker; (4) Batupermata, batusetengahpermata;
(5) Pasirkwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonite; (6) Batuapung, teras,
obsidian, perlit, tanahdiatome; (7) Marmer, batutulis; (8) Batukapor, dolomit,
kalsit; (9) Granit, andesit, basal, trakkit, tanahliat, danpasir
Meluasnya lahan kritis disebabkan oleh beberapa hal antara lain : (a)
Tekanan penduduk, (b) Perluasan areal pertanian yang tidak sesuai, (c)
Perladangan berpindah, (d) Padang penggembalaan yang berlebihan, (e)
Pengelolaan hutan yang tidak baik dan (f) Pembakaran yang tidak
terkendali. Fujisaka dan Carrity (1989)mengemukakan bahwa masalah
utama yang dihadapi di lahan kritis antara lain adalah lahan mudah tererosi,
tanah bereaksi masam dan miskin unsur hara.

Kerangka Acuan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2017 1


Menurut Kartasapoetra (2000), menyatakan bahwa pengelolaan lahan
merupakan suatu upaya yang dimaksudkan agar lahan dapat berfungsi
optimal sebagai media pengatur tata air dan produksi. Bentuk pengelolaan
lahan yang baik adalah dapat menciptakan suatu keadaan yang mirip
dengan keadaan alamiahnya (Arsyad, 2000).
Upaya perbaikan kondisi lahan kritis melalui program rehabilitasi lahan
akan dapat terlaksana dengan baik apabila informasi obyektif kondisi lahan
sasaran rehabilitasi dapat teridentifikasi secara menyeluruh. Penyediaan
data dan informasi tersebut sangat diperlukan terutama dalam menunjang
formulasi strategi rehabilitasi lahan yang berdayaguna, sehingga
diharapkan dapat diperoleh acuan dalam pengalokasian sumberdaya
secara proporsional. Dengan demikian maka dengan tersedianya data dan
informasi yang tepat diharapkan dapat tercipta daya dukung sumberdaya
lahan yang optimal dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat di Provinsi
Banten
Berbagai data dan informasi mengenai lahan kritis yang banyak
disampaikan oleh berbagai pihak, seringkali tidak mengacu kepada format
dan struktur database yang dapat dipertanggungjawabkan. Keadaan
demikian menyebabkan informasi yang diberikan seringkali tidak bersifat
menyeluruh dan informatif. Kondisi tersebut sebenarnya tidak dapat
disalahkan sepenuhnya kepada para user, karena data dan informasi
tersebut seringkali tidak tersimpan dalam format yang representatif dan
accessible. Bagi para pengambil kebijakan, keadaan tersebut sangat
mengganggu dalam proses pengambilan keputusan (decission making
process), dalam arti berdasarkan data dan informasi yang tersedia kecil
kemungkinannya diperoleh rekomendasi yang berdayaguna sebagai acuan
dalam pengambilan kebijakan rehabilitasi lahan.

II. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Dasar pelaksanaan dari Pemantauan Kualitas Lingkungan di Provinsi


Banten adalah sbb :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2000 tentang


Pembentukan Provinsi Banten.

Kerangka Acuan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2017 2


2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2005
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2014 tentang
Konservasi Tanah dan Air
6. Undang-undangRepublik IndonesiaNomor 11 Tahun
1967tentangKetentuan-KetentuanPokokPertambangan

7. Peraturan PemerintahNomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan


Bahan-Bahan Galian
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
9. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten
(Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 41).
10. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 51 tahun 2002 tentang
Pengendalian Dampak Lingkungan.

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan yang diharapkan dalam pelaksanaan inventarisasi lahan kritis dan


galian c adalah diperolehnya data dan informasi yang akurat tentang
kondisi aktual lahan kritis dan galian c yang ada di Provinsi Banten

IV. METODOLOGI

Kerangka Acuan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2017 3


Sebagai tahap awal untuk dapat melakukan kegiatan inventarisasi lahan
kritis dan galian c petugas lapangan dan pihak-pihak yang terkait harus
memahami terlebih dahulu kriteria-kriteria dari lahan kritis dan galian c.
Suatu lahan dapat dikategorikan sebagai lahan kritis apabila lahan tersebut
fungsinya kurang baik sebagai media produksi untuk menumbuhkan
tanaman yang dibudidayakan atau yang tidak dibudidayakan

.
Berdasarkan hasil-hasil kajian sebelumnya, kerusakan ekosistem umumnya
disebabkan oleh faktor biofisik lingkungan dan faktor sosial ekonomi
masyarakat setempat. Untuk mengetahui faktorbiofisik lingkungan yang
berpengaruh terhadap terjadinya kerusakan lahan,
perludilakukanpengumpulan data primer dansekunder. Data primer
dapatdiperolehdari survey langsung di lapangandan/atau dari.Sedangkan
data sekunder dapat diperoleh dari penelusuran

Terhadap data/dokumen penunjang yang berasal dari hasil kajian atau


penelitian sebelumnya.Selain inventarisasi terhadap faktor biofisik
lingkungan, perlu dilakukan pula identifikasi dan analisis terhadap faktor
sosial ekonomi masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan survey dengan metodedeskriptifkualitatif.

Secara umum, metode inventarisasi lahan kritis dan galian c dapat


digambarkan seperti terlihat pada Gambar 1.

Kerangka Acuan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2017 4


Mulai

PenetapanKriteri
a

Pengumpulan data
sekunder, dokumen-
dokumen, peta dasar

Petalahankritisdan
C

PenetapanKriteri
a

AnalisadanEval
uasiawal
menggunakan
Revisipetalokasikerusaka kriteria
n menjadi draft peta penilaian (tabel
akhir skorin)
AnalisadanEvalua
silanjutan
Pengukuranluasan
Penyajianpetalahankriti Tabulasi
sgalian C

Evaluasidanpelapo

ran
Selesai

Gambar. 1. Diagram alir tahapan inventarisasi lahan kritis dan galian C

V. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Kerangka Acuan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2017 5


Adapun lingkup pekerjaan dalam rangka pelaksanaan inventarisasi lahan
kritis dan galian c adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Awal :
• Perumusan metodologi dan rencana kerja
• Studi awal literatur dan kebijakan.
2. Pengumpulan Data danInformasi.
3. Analisis Data danInformasi.
4. Penyusunan, Pengumpulan, dan Pembahasan Rancangan Awal
(Laporan Pendahuluan).
5. Penyusunan, Pengumpulan, dan Pembahasan Konsep Laporan Akhir
Sementara.
6. Penyusunan, Pembahasan Laporan Akhir Sementara dan
Pengumpulan Rancangan Akhir.

VI. HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari kegiatan Inventarisasi Lahan Kritis dan Gaian C
adalah: Tersedianya hasil inventarisasi lahan kritis dan galian c di Provinsi
Banten

VII. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Penyusunan inventarisasi lahan kritis galian c akan dilaksanakan selama


120 hari kalender

VIII. TENAGA AHLI KONSULTAN

Pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Lahan Kritis dan Galian C akan


dilakukan oleh Jasa Konsultan yang memiliki pengalaman sejenis dalam
melakukan pekerjaan. Adapun Tenaga Ahli yang perlu di libatkan meliputi:

Kerangka Acuan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2017 6


1. Personil Tenaga Ahli
a. Ketua Tim Kualifikasi Pendidikan sarjana (S-2) Teknik Lingkungan
Pengalaman 1 Tahun dan telah melakukan pekerjaan sejenis dan
memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Muda
b. Ahli Pertambangan Kualifikasi Pendidikan Sarjana (S-1) Teknik
Pertambangan/lingkungan dengan Pengalaman 1 Tahun dan telah
melakukan pekerjaan sejenis;
c. Ahli Kehutanan Kualifikasi Pendidikan Sarjana (S-1) kehutanan dan
Pengalaman 1 Tahun dan telah melakukan pekerjaan sejenis;

2. Personil Tenaga Pendukung


a. Surveyor
Kualifikasi pendidikan Diploma Teknik Lingkungan / Pertambangan
b. Operator Komputer
Kualifikasi pendidikan SLTA sederajat

3. Kualifikasi Penyedia Jasa/ Pekerjaan


Pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Lahan Kritis Galian C akan dilakukan
oleh Jasa Konsultan yang telah memiiliki pengalaman dalam mengerjakan
Inventarisasi Lahan Kritis dan/atau pekerjaan sejenis dan memiliki
Sertifikat Badan Usaha KL 401 (Jasa Konsultansi Lingkungan) yang masih
berlaku.

4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan Inventarisasi Lahan Kritis Galian C berada di wilayah Kota
Cilegon, KabupatenSerang, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, kota Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan.

IX. PELAPORAN

3.1. Sistem Pelaporan


Sistem pelaporan yang harus disiapkan oleh Pemberi Jasa (Konsultan)
kepada Penerima Jasa (DLHK Provinsi Banten) meliputi:

Kerangka Acuan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2017 7


a. Laporan Pendahuluan (Inception Report)

Laporan pendahuluan merupakan laporan pertama yang memuat


tentang pemantapan tujuan, ruang lingkup, pendekatan dan metodologi
studi, metoda analisis dan pengumpulan data yang akan digunakan,
rencana kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Termasuk dalam
laporan pendahuluan adalah tanggapan dan apresiasi Konsultan
terhadap Kerangka Acuan Kerja yang diberikan.

b. Laporan Antara (Interim Report)


Laporan Antara berisi hasil kompilasi data dan informasi yang diperoleh
dari hasil survei serta analisis terhadap data dan informasi yang
terkumpul tersebut.

c. Laporan Akhir (Final Report)


Laporan Akhir merupakan penyempurnaan dari Laporan Akhir
Sementara setelah dilakukan pembahasan dengan Tim Teknis dan
pihak terkait.

X. BIAYA PELAKSANAAN

Biaya pelaksanaan Penyusunan Inventarisasi Lahan Kritis dan Galian C


dibebankan pada Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Banten Tahun Anggaran 2017.

Serang, April 2017


Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Banten

Ir. H.M. Husni Hasan, CES


NIP. 19621222 199003 1004

Kerangka Acuan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2017 8

Anda mungkin juga menyukai