Anda di halaman 1dari 14

TOPIK KHUSUS STRUKTUR

SELF COMPACTING CONCRETE - SCC

KELOMPOK I
FAJAR MUSAHIR / 1720121049
DWIYANA AFANDI BADDU / 1620121099

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKUTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FAJAR
2019
DAFTAR ISI
SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA 3
2.1 PENGERTIAN BETON 3
2.2 SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) 3
2.3 KELEBIHAN SELF COMPACTING CONCRETE 5
2.4 KEKURANGAN SELF COMPACTING CONCRETE 6
2.5 PENGGUNAAN BETON SCC 7
2.6 PEMBUATAN BETON SCC 7
2.7 SCC YANG BAIK 8
BAB III KESIMPULAN 9
BAB IV DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam dunia konstruksi, keandalan beton sebagai material konstruksi yang
paling banyak digunakan tidak diragukan lagi. Hal ini disebabkan oleh
kelebihan beton itu sendiri, antara lain kuat tekan yang tinggi serta memiliki
nilai ekonomis dalam pembuatan dan perawatan.
Secara teoritis, parameter utama dalam menentukan kuat tekan beton
dalam beton normal adalah perbandingan air-semen (w/c rasio) dalam
campuran semakin tinggi kandungan semen dalam campuran, semakin tinggi
kuat tekannya. Permasalahannya adalah apabila kandungan semen terus
dinaikkan, sampai batas tertentu akan timbul masalah seperti campuran
menjadi terlalu kental sehingga sulit dalam pelaksanaan pengecoran, serta
sering kali timbul retak dan susut berlebihan pada beton setelah mengeras.
Dalam beberapa kasus di lapangan, sering pula diperlukan beton dengan
mutu dan slump sangat tinggi, dua hal yang pada dasarnya saling bertolak
belakang pada beton campuran normal. Selain itu sering pula ditemui
pengerjaan pengecoran yang sulit terutama pada beton bertulang dikarenakan
jarak antar tulangan yang terlalu rapat. Akibatnya terjadi pemisahan antar
agregat halus, semen, dan air dengan agregat kasar (segregasi)
Dalam pekerjaan pembetonan untuk pekerjaan struktur beton bertulang,
pekerjaan penting yang harus dilakukan adalah pemadatan atau vibrasi beton.
Tujuan dari pemadatan adalah untuk meminimalkan udara yang terjebak
dalam beton agar diperoleh beton yang homogen dan tidak berongga. Jika
beton tidak dipadatkan secara sempurna maka konsekuensinya akan diperoleh
beton dengan mutu rendah
Banyak design kreatif khususnya pada konstruksi beton bertulang, namun
di lain hal banyak memunculkan masalah karena pengerjaannya lebih sulit
dibandingkan beton normal. Pengecoran yang tidak baik akan menghasilkan
kualitas beton yang buruk. Seperti beton keropos atau beton mengalami
pemisahan material. Beton yang keropos rentan terhadap tempat yang agresif,
zat-zat mudah masuk ke dalam beton sehingga mengakibatkan korosi pada
tulangan apalagi jika terkontaminasi dengan air terlebih khusus jika air laut.
Oleh sebab itu diperlukan teknologi dan metode yang memungkinkan
pengecoran dapat dilakukan dengan merata atau terjaga homogenitas
campuran beton dan salah satu solusinya adalah penggunaan beton yang dapat
memadat sendiri (self compacting concrete – SCC). Campuran beton SCC
lebih cair dibanding beton normal. Campuran ini dapat mengalir dan memadat
ke setiap sudut struktur bangunan yang sulit dijangkau dan mengisi
permukaan yang diinginkan dengan rata tanpa menalam bleeding. Campuran
mengalir melalui celah-celah antar tulangan tanpa terjadi segregasi atau
pemisahan material.

1.2 TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan SCC
2. Mengetahui kelebihan serta kekurangan penggunaan metode self
compacting concrete (SCC)
3. Mengetahui salah satu jenis beton self compacting concrete serta
aplikasinya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN BETON


Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar,
dan air, dengan atau bahan campuran tambahan yang membentuk massa
padat. Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan
berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air.
Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun
perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada
penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur
secara tepa

2.2 SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)


Self compacting concrete (SCC) adalah campuran beton yang
mempunyai karakteristik dapat memadat dengan sendirinya tanpa
menggunakan alat pemadat (Vibrator). SCC dapat memadat ke setiap
sudut dari struktur bangunan dan dapat mengisi tinggi permukaan yang
diinginkan dengan rata (self leveling) tanpa mengalami bleeding dan
segregasi sehingga dapat meminimalisir adanya air yang masuk ke dalam
beton yang dapat menyebabkan karat pada besi tulangan. Gradasi yang
tepat dari agregat yang dipakai dan kombinasi dari komposisi material
yang dipergunakan, yang memiliki kadar bahan semen yang tinggi adalah
hal utama dalam memenuhi syarat-syarat dari SCC.
Beton yang berkualitas baik adalah beton yang memiliki kuat tekan
tinggi, kedap air dan tidak keropos/porous. Tingkat porousitas dan
permeabilitas yang tinggi menyebabkan keawetan beton menjadi rendah
sehingga beton tidak dapat digunakan sesuai dengan masa layannya. Beton
yang porous rentan akan tempat yang agresif, zat-zat mudah masuk ke
dalam beton dan mengkorosi tulangan-tulangan yang ada di dalam beton.
Tulangan yang terkorosi dapat mengakibatkan lemahnya tulangan
sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal dan merusak beton di
sekelilingnya (spalling).
Oleh sebab itu diperlukan teknologi dan metode baru yang
memungkinkan pengecoran dapat dilakukan dengan merata dan terjaga
homogenitas campuran beton. Dan salah satu solusinya adalah dengan
penggunaan beton yang dapat memadat mendiri (self compacting
concrete- SCC). Beton memadat mandiri, biasa disebut dengan SCC,
adalah campuran beton yang mampu memadat sendiri tanpa menggunakan
alat pemadat atau mesin penggetar (vibrator). SCC pertama kali
diperkenalkan oleh Okamura pada tahun 1990-an, sebagai upaya
mengatasi persoalan pengecoran di Jepang. Campuran SCC segar ini lebih
cair daripada campuran beton konvensional. Campuran ini dapat mengalir
dan memadat ke setiap sudut struktur bangunan yang sulit dijangkau oleh
pekerja dan mengisi tinggi permukaan yang diinginkan dengan rata (self
leveling) tanpa mengalami bleeding. Selain itu campuran ini mampu
mengalir melalui celah-celah  antar besi tulangan tanpa terjadi segregasi
atau pemisahan materialnya.
Walaupun sifatnya lebih cair daripada beton konvesional, porositas
SCC cenderung lebih kecil daripada beton konvensional pada umumnya
karena SCC menggunakan bahan tambah (admixture) berupa
superplasticizer. Fungsi bahan tambah ini adalah menambah tingkat
workability campuran beton tanpa harus menambah nilai faktor air semen
(fas) campuran beton. Nilai fas ini mempengaruhi porositas beton,
semakin kecil nilai fas maka tingkat porositas beton akan cenderung
semakin kecil. Tingkat porositas beton inilah yang mempengaruhi nilai
kuat tekan dan permeabilitas beton.
Selain itu, komposisi agregat pada SCC berbeda dengan beton
konvensional. Komponen halus pada SCC cenderung lebih banyak
daripada beton konvensional karena SCC memanfaatkan perilaku pasta
yang dapat membantu mengalirkan beton segar. Beton konvesional
menggunakan agregat kasar sebesar 70%-75% dari volume beton. Selain
itu ukuran agregat kasar pada SCC lebih kecil daripada beton
konvensional. Ukuran agregat kasar yang digunakan pada SCC sekitar 5
mm-20 mm. Komposisi agregat inilah yang dapat mengurangi tingkat
permeabilitas dan porositas pada SCC sehingga beton lebih kedap air dan
cenderung lebih awet dari pada beton konvensional
Pemakaian beton SCC sebagai material repair dapat meningkatkan
kualitas beton repair oleh karena dapat menghindari sebagian dari potensi
kesalahan manusia akibat manual compaction. Pemadatan yang kurang
sempurna pada pengecoran dapat mengakibatkan kurangnya durabilitas
beton. Sebaliknya dengan beton SCC, struktur beton repair dapat menjadi
lebih padat terutama pada daerah pembesian yang sangat rapat dan waktu
pelaksanaan pengecoran juga lebih cepat.

2.3 KELEBIHAN SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

Kelebihan dari SCC diantaranya :

- Sangat encer, bahkan dengan bahan aditif tertentu bisa menahan slump
tinggi dalam jangka waktu lama ( slump keeping admixture )
- Tidak memerlukan pemadatan manual
- Lebih homogen dan stabil
- Kuat tekan beton bisa dibuat untuk mutu tinggi atau sangat tinggi –
lebih kedap, porositas lebih kecil
- Susut lebih rendah
- Dalam jangka waktu panjang struktur lebih awet (Durable)
- Tampilan permukaan beton lebih baik dan halus karena agregatnya
biasanya berukuran lebih kecil sehingga nilai estetis bangunan menjadi
lebih tinggi
- Karena tidak menggunakan penggetaran manual, lebih rendah polusi
suara saat melaksanakan pengecoran
- Tenaga kerja yang dibutuhkan juga lebih sedikit karena beton dapat
mengalir dengan sendirinya sehingga dapat menghemat biaya sekitar
50% dari upah buruh.
SCC cocok untuk struktur-struktur yang sangat sulit untuk
dilakukan pemadatan manual misalnya karena tulangan yang sangat rapat
ataupun karena bentuk bekisting tidak memungkinkan, sehingga
dikhawatirkan akan terjadi keropos apabila dipadatkan secara manual.
Selain itu bisa juga diaplikasikan untuk lantai, dinding, tunel, beton
precast dan lain-lain. Di Indonesia sendiri, saat ini relatif tidak
menemukan kesulitan untuk membuat SCC, namun untuk beton dengan
tujuan pencapaian kekuatan awal tinggi, SCC masih memerlukan bahan
tambahan lain sehingga menghasilkan SCC dengan kekuatan awal tinggi
yang biasa disebut High Early Strength Self Compacting Concrete
(HESSCC). Penggunaan Silica Fume sebesar 2 % dan Glenium Ace-80
sebesar 2.5 % sudah mampu mencapai kriteria self compactible sekaligus
kuat tekan awal (High Early Strength) yang baik pula, karena nilai water-
binder ratio tetap dijaga pada nilai yang rendah. Untuk mendapatkan
campuran beton SCC dengan tingkat workability yang tinggi perlu juga
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Aggregat kasar dibatasi jumlahnya
sampai kurang lebih 50% dari volume padatnya. Pembatasan jumlah
aggregat halus kurang lebih 40% dari volume mortar. Water Binder Ratio
dijaga pada level kurang lebih 0.3 Saat ini terdapat beberapa produsen
yang menyediakan aditif super plasticizer dan aditif lain untuk keperluan
SCC. Aditif mineral tertentu juga relatif mudah didapat dengan harga
yang ekonomis. Meskipun demikian, pemahaman memadai mengenai
material, perilaku dan metode pelaksanaannya tetap harus diperhatikan
sebelum menggunakan SCC. Beberapa pakar meramalkan SCC akan
merupakan salah satu beton masa depan karena keunggulannya, tentunya
dengan kinerja yang lebih baik lagi
2.4 KEKURANGAN DALAM PENGGUNAAN SCC
Kekurangan-kekurangan dalam penggunaan SCC antara lain :

a. Dari segi biaya , SCC lebih mahal dari beton konvesional


b. Pembuatan bekisting beton harus sangat diperhatikan adalah beton
tidak boleh mengalami kebocoran akibat keenceran campuran beton.
c. Kelemahan yang paling mendasar dan paling penting untuk
diperhatikan adalah beton tidak boleh mengalami segregasi namun
tetap harus memenuhi syarat flowabilitas.

2.5 PENGGUNAAN BETON SCC


SCC cocok untuk struktur-struktur yang sangat sulit untuk
dilakukan pemadatan manual misalnya karena tulangan yang sangat rapat
ataupun karena bentuk bekisting tidak memungkinkan, sehingga
dikhawatirkan akan terjadi keropos apabila dipadatkan secara manual.
Selain itu bisa juga diaplikasikan untuk lantai, dinding, tunel, beton
precast dan lain-lain.

2.6 PEMBUATAN BETON SCC


 Beton SCC diibuat dengan menambahan bahan aditif
Superplasticizer (High Range Water Reduser ) ke dalam campuran
beton
 Berat superplasticizer (WS) yang ditambahkan dihitung terhadap
berat semen yang digunakan

WS = VS x WP
Dengan,

WS adalah berat superpastizer, Vs adalah persen berat


superplasticizer, dan WP adalah berat semen yang digunakan
 Penambahan kadar viscocrete menyebabkan adukan beton menjadi
lebih encer, akan tetapi nilai kuat tekan beton tetap tinggi. Hal ini
karena superplasticizer berfungsi untuk meningkatkan workability
(flowing concrete) dengan sifat kohesif yang baik dan mampu
mempertahankan nilai slump (Mulyono, 2003).
 Kelecakan adukan beton yang semakin tinggi karena penambahan
superplasticizer akan memudahkan beton memadat. Beton SCC akan
mengalir mengisi rongga yang terbentuk antara agregat kasar sehingga
menjadikan beton lebih padat dan homogen.

2.7 SCC YANG BAIK


Workabilitas atau kelecakan campuran beton segar dapat dikatakan
sebagai beton SCC apabila memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:

1. Filling ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir dan mengisi


keseluruh bagian cetakan melalui berat sendirinya.

2. Passing ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir melalui


celah-celah antar besi tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan
tanpa terjadi adanya segregasi atau blocking.

3. Segregation resistance, adalah kemampuan beton SCC untuk menjaga


tetap dalam keadaan komposisi yang homogen selama
waktu transportasi sampai pada saat pengecoran
BAB III

JURNAL HASIL PENELITIAN SCC

3.1 Behavior of SCC (Self Compacting Concrete and NCC (Normal


Compaction Concrete) Based on Size of Aggregate
1
M. Sri Durga Vara Prasad,
2
Jagarlamudi.V.Subbarao, 3Chennupati
Sobharani

Berdasarkan studi eksperimental yang sistematis dan terperinci


yang dilakukan pada campuran SCC dengan tujuan untuk
mengembangkan campuran kinerja, berikut adalah kesimpulan yang
diterima.
1. Campuran dirancang menggunakan ukuran yang lebih rendah
dari agregat yang menghasilkan sifat segar yang lebih baik
daripada jumlah agregat yang lebih tinggi.
2. Dengan meningkatnya kekuatan beton, ukuran agregat yang
efektif telah menurun.

3.2 Self Compacting Concrete (SCC) using Bromo Volcano Ash


TRIWULAN, JANUARTI J.E, PUJO A, AND ANDIKA P.

Dalam penelitian ini, Semen Portland biasa, berasal dari


industri semen lokal; Agregat saja dengan diameter maksimum
20mm berasal dari Mojosari, dan agregat halus berasal dari
Lumajang. Abu gunung diambil dari Gunung Bromo dengan
ukuran area75 mikrometer. Dua polycarboxilyte superplasticizer,
adalah Viscocrete 10 dan Glenium C-351. Semua tes dilakukan di
laboratorium beton ITS menggunakan standar ASTM.

BAB IV

KESIMPULAN

- Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah


SCC adalah campuran beton segar yang sangat plastis yang mampu
mengalir karena berat sendirinya, mengisi ke seluruh cetakan
walaupun pada tulangan yang sangat rapat, memiliki sifat-sifat untuk
memadatkan sendiri tanpa adanya bantuan alat penggetar untuk
pemadatan.
- Beton SCC yang baik harus tetap homogen, kohesif, tidak segregasi,
tidak terjadi blocking, dan tidak bleeding.
- Beton SCC diibuat dengan menambahan bahan aditif
Superplasticizer (High Range Water Reduser ) ke dalam campuran
beton
- Campuran dirancang menggunakan ukuran yang lebih rendah dari
agregat yang menghasilkan sifat segar yang lebih baik daripada jumlah
agregat yang lebih tinggi.
- Dengan meningkatnya kekuatan beton, ukuran agregat yang efektif
telah menurun.
- Dosis dan jenis superplasticizer, memengaruhi kemampuan kerja,
kemampuan mengalir, kemampuan campuran yang lewat.
- Secara umum, penambahan abu vulkanik sebagai pengganti semen
tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan kerja SCC.
- Kandungan abu vulkanik tidak memiliki korelasi nyata dengan
kekuatan tekan. Namun, beton yang mengandung 15% vulkanik
memberikan kekuatan tekan yang optimal.
- Porositas yang terjadi dalam SCC berbanding terbalik dengan kuat
tekan, dan pengembangan nilai porositas cenderung mendukung nilai
kuat tekan.

DAFTAR PUSTAKA

academia.edu/Beton-scc

B.Krishna Rao, A.V krishna and rajagopal (2010),effect of different sizes of coarse
aggregate on the properties of NCC and SCC, international journal of engineering
science and technology,Vol:2(10).

Hamka, A,Triwulan (2008) “Sifat Fisik dan Mekanik Self Compacting Concrete (fc’ 60
MPa) Campuran
https://id.scribd.com/doc/36010768/Self-Compacting-Concrete

Kukun Rusyandi, Jamul Mukodas, Yadi Gunawan. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi
Teknologi Garut

M.,Woise,F.,Hemrich, W . and Ehrlich, N . (2001).

Meyer dan Bahrie (2004),pengalaman produsen beton pracetak Consolis di Eropa


menggunakan bahan beton memadat mandiri, Juvas (2004).

PERANCANGAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (BETON MEMADAT


SENDIRI) Dengan PENAMBAHAN FLY ASH dan STRUCTURO

Rudolf (2001),perancangan dan penbangunan gedung The Phaeno Science Center di


Wolfsburg,

Anda mungkin juga menyukai