Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas observasi
yang berjudul “Survei Lalu Lintas Persimpangan Jl. Dr.Sam Ratulangi-Kasuari-
Lanto.Dg.Pasewang”. Tak lupa shalawat dan salam kami hantarkan kepada
Rasulullah SWA yang telah membawa kita dari alam kebodohan kea lam yang
penuh petunjuk ini.
Kami yang bertanggung jawab atas tugas observasi ini telah berusaha
semaksimal mungkin untuk membuat tugas ini dengan baik dan dengan teliti.
Kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada ibu dosen Sri Gusty
ST,MT. selaku pembimbing mata kuliah Rakayasa Lalu Lintas serta rekan-rekan
yang telah mendukung dan mejalankan tugas ini.
Kami menyimpulkan bahwa tugas besar ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami serta
pihak akademi, umum, praktisi maupun pembaca.
BAB I PENDAHULUAN
A. Volume Lalu Lintas ....................................................................... 1
B. Kecepatan Lalu Lintas ................................................................... 2
C. Kecepatan Lalu Lintas ................................................................... 3
Tabel 3.2 Perhitungan Rasio Belok Kiri, Belok Kanan, dan Lurus ................. 40
Tabel 3.3 Arus Belok Kanan (FRT) ................................................................. 45
Tabel 3.4 Arus Belok Kiri (FLT) ..................................................................... 45
Tabel 3.5 Faktor Rasio Arus (FR) .................................................................... 47
Tabel 3.6 Faktor Rasio Arus Simoang (IFR) ................................................... 48
Tabel 3.7 Alokasi Waktu Siklus....................................................................... 49
Tabel 3.8 Kapasitas Samping ........................................................................... 50
Tabel 3.9 Derajat Kejenuhan (DS) ................................................................... 51
Tabel 3.10 Rasio Hijau (GR) ........................................................................... 51
Tabel 3.11 Jumlah SMP yang Tersisa dari Fase Hijau Sebelumnya (NQ) ...... 53
Tabel 3.12 Jumlah SMP yang Datang Selama Fase Merah (NQ2) .................. 54
Tabel 3.13 Jumlah Kendaraan Antri (NQ) ....................................................... 55
Tabel 3.14 Panjang Antrian (QL)..................................................................... 56
Tabel 3.15 Panjang Antrian (NS) ..................................................................... 57
Tabel 3.16 Kendaraan Terhenti (Nsv) .............................................................. 58
Tabel 3.17 Koefisien antara Fase Hijau dengan Fase Merah (NQ2) ............... 59
Tabel 3.18 Tundaan Lalu Lintas (DT) ............................................................. 60
Tabel 3.19 Tundaan Geometrik (DG) .............................................................. 61
Tabel 3.20 Tundaan Rata-rata (D) ................................................................... 62
Tabel 3.21 Kendaraan Total ............................................................................. 63
ST = Lurus
RT = Belok Kanan
I = Waktu Merah
IG = Antar Hijau
WA = Lebar Pendekat
We = Lebar Efektif
S = Arus Jenuh
FR = Rasio Arus
Gi = Waktu Hijau
DS = Derajat Kejenuhan
GR = Rasio Hijau
QL = Panjang Antrian
NQ = Antrian
NS = Angka Henti
D = Tundaan
DG = Tundaan Geometrik
PENDAHULUAN
Volume alu lintas adalah kendaraan yang melewati satu titik pada
jalur gerak dalam satu satuan dan biasanya diukur dalam unit suatu
kendaraan /satuan mempunyai karakteristik sendiri. Dengan demikian
diperlukan suatu waktu karena arus lalu lintas terdiri dari beberapa jenis
kendaraan yang berbanding dan berbagai jenis kendaraan yang ada. Suatu
perbandingan yang digunakan adalah satuan mobil penumpang (smp),
Yaitu angka equivalent jenis kendaraan tertentu terhadap mobil
penumpang oleh direktur jendral bina marga. Departemen pekerjaan
umum telah menetapkan angka kesesuaian.
Untuk setiap jenis kendaraan terhadap arus lalu lintas sebagai berikut :
Jenis Kendaraan Angka Penyesuaian
- Sepeda 0,50
- Becak 7,00
- Sepeda Motor 1,00
- Mobil Penumpang 1,00
- Pick Up 2,00
- Truk 2,50
- Trainer/Semi Trainer 3,00
- Bus 3,00
1. Kapasitas jalan
Kapasitas jalan adalah kapasitas suatu ruas system jalan raya
adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan
yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam 1 arah atau 2
arah) dalam periode waktu tertentu dan dibawah kondisi jalan dan
lalu lintas yang umum.
a. Maksimum
Besarnya kapasitas yang menunjukkan volume maksimum
yang dapat ditampung jalan raya pada keadaan lalu lintas yang
bergerak lancer tanpa ada terputus atur kemacetan. Pada
kapasitas kualitas pelayanan atau tingkat pelayanan jalan
dikatakan jauh dan dekat.
b. Kemungkinan yang layak
Umunya kapasitas dinyatakan dalam mobil penumpang
umum per jam, truk dan bus umumnya bergerak dapat
mempengaruhi besarnya kapasitas.
c. Kemungkinan yang layak
Besarnya kapasitas tidak dapat ditentukan dengan tepat
disebabkan banyaknya variabel yang mempengaruhi arus lalu
lintas, terutama pada volume yang tinggi jadi kapasitas actual
pada kondisi jalan merupakan serupa dapat berbeda jauh dari
kata lain besarnya lebih merupakan kemungkinan dari pada
kepastian.
d. Periode waktu tertentu
Volume lalu luntas dan kapasitas sering dinyatakan dalam
jumlah kendaraan per jam. Berhubungan arus lalu lintas yang
terjadi dalam waktu 1 jam dinyatakan senagai “Factor Jam
Sibuk”, ini yang besarnya kurang atau sama dengan 1, adalah
hasil adalah hasil bagidari volume tiap jam dibagi dengan
volume pada periode terpendek dikalikan dengan jumlah periode
dalam 1 jam.
e. Kondisi jalan dan lalu lintas yang umum
f. Kondisi jalan yang umum menyangkut ciri fisik sebuah jalan
yang mempengaruhi kapasitas.
2. Jenis-jenis Persimpangan
Persimpangan terdiri dari dua jenis, meliputi :
1. Persimpangan sebidang
Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana berbagai jalan
atau ujung jalan masuk ke persimpangan mengarahkan lalu lintas
masuk kejalur yang dapat berlawanan dengan lalu lintasnya, misalnya
pada jalan kota. Bentuk persimpangan sebidang ditentukan oleh :
a. Jumlah kaki persimpangan
b. Bentuk fotologi atau topografi
c. Pola lalu lintas (fluktuasi lalu lintas)
d. Jenis operasional yang diinginkan.
3. Geometrik Simpang
Geometrik simpang merupakan dimensi yang nyata dari suatu
persimpangan yang bersinyal memerlukan hal-hal khusus pada desainnya.
Untuk menganalisanya perlu mengetahui beberapa definisi sebagai
berikut :
1. Approach yaitu kaki persimpangan, arah pada persimpangan yang
digunakan untuk antrian kendaraan sebelum menyeberangi garis
penghentian.
4. Kapasitas Simpang
Kapasitas simpang adalah tingkat arus maksimum dimana
kendaraan dapat diharapkan untuk melalui suatu potongan jalan pada
periode waktu tertentu untuk kondisi lajur/jalan, lalulintas, pengendalian
lalu lintas dan kondisi cuaca yang berlaku.
Yang dimaksud dengan kondisi lalu lintas adalah meliputi
distribusi kendaraan dalam setiap gerakan, baik itu menerus, belok kiri,
maupun belok kanan, tipe distribusi dan lokasi parkir pada daerah
persimpangan. Kondisi jalan ini adalah keadaan geometrik yang meliputi:
a. Tipe kaki persimpangan
b. Lebar kaki persimpangan
c. Tipe median jalan mayor.
Dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
kapasitas persimpangan dengan lampu lalu lintas dapat dihitung sebagai
berikut :
C = S x g/c
Rumus 2.2. Kapasitas Simpang
g = Waktu hijau
5. Arus jenuh
Arus lalu lintas jenuh adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat
melewati persimpangan dengan lampu lalu lintas. Arus jenuh dapat
dibedakan atas jenuh dasar (So) dan arus jenuh (S). Arus jenuh dasar dapat
diidentifikasikan yaitu besarnya arus keberangkatan antrian pada suatu
pendekatan selama ondisi ideal (smp/jam hijau). Sedangkan arus jenuh
Dimana :
Dimana :
8( 𝐷𝑆−0,5)
NQ1= 0,25 x C x{( 𝐷𝑆 − 1 )√( 𝐷𝑆 − 1 )2 + }
𝐶
Rumus 2.9. Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya ( NQ1)
Dimana :
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau yang sebelumnya
C = Kapasitas (smp/jam)
DS = Derajat Kejenuhan
Catatan :
Kemudian dihitung jumlah SMP yang dating selama fase merah ( NQ2)
dengan formula sebagai berikut :
1−𝐺𝑅 𝑄
NQ2 = C x 1−𝐺𝑅 𝑥 𝐷𝑆 𝑥 3600
Rumus 2.10. jumlah smp yang datang selama fase merah ( NQ2 )
DS = Derajat Kejenuhan
GR = Rasio hijau ( g / c )
NQ = NQ1 + NQ2
𝑁𝑄𝑀𝐴𝑋 𝑥 20
QL = 𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌
Dimana :
QL = Panjang antrian
C = Kapasitas ( smp )
Alat pemberi isyarat lalu lintas berfungsi untuk mengatur lalu lintas
kendaraan dan atau pejalan kaki. Alat ini terdiri dari :
1. Kepala lampu
Kepala lampu lalu lintas harus terdiri dari tiga buah lampu, dimana
dipasang secara vertical dengan lampu warna merah berada diatas,
kemudian lampu kuning berada ditengah dan lampu hijau berada di
bawah. Diameter lensa adalah 203 mm, dan lensa tersebut diterangi
dari belakang dengan suatu sumber cahaya yang terpisah. Kepala lalu
lintas didukung oleh tiang-tiang, kabel-kabel dan dinding-dinding.
Suatu sumber listrik harus diberikan kepada kepala alat pengendali
yang bertugas mengoperasikan lampu-lampu tersebut. Lampu- lampu
tersebut harus distandarisasi dan ditempatkan pada lokasi yang jelas
terlihat oleh semua pengemudi kendaraan yang berhenti/menunggu
dipersimpangan.
2. Alat Pengendali
Alat pengendali lampu lalu lintas merupakan suatu peralatan
pengatur waktu elektronik atau elektromekanis yang kompleks (rumit)
dimana berfungsi untuk mengendalikan atau mengkoordinsikan lampu
lalu lintas sesuai dengan program yang ditetapkan sebelumnya. Alat
pengendali ini biasanya dipasang pada suatu kotak ditepi jalan.
3. Detector
Detector biasanya berupa pipa kabel induksi yang memberikan
data secara elektronis ke alat pengendali atas hadirnya suatu
kendaraan. Detector tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisa
kecepatan kendaraaan, dan digunakan pada system operasi actuated.
1. Penyampaian Isyarat
a. Isyarat Lampu
Ukuran mengenai isyarat alat pemberi isyarat lalu lintas.
Urutan isyarat lampu yang berlaku di Indonesia adalah
merah, hijau, kuning dan kemabli merah agar supaya tidak
terjadi tumpeng tindih antara waktu hijau antar phase,
sebelum hijau pada phase berikutnya diberi suatu waktu
merah bersama (all-read) yang berfungsi untuk meningkatkan
keselamatan dipersimpangan.
Rambu dan Marka Pelengkap
a. Prestimed
Dalam pengoperasian ini panjang waktu siklus, kurun
waktu hijau dan penggantian interval adalah konstan, yang
ditetapkan berdasarkan telah lalu lintas, bagi setiap fase.
Lampu lalu lintas bekerja berdasarkan urutan waktu yang
tetap yang tidak memperhatikan naik turunnya (fluktuasi) arus
lalu lintas sepanjag hari.
a. Jenis simpangan
b. Tipe simpangan
c. Penggunaan Sinyal
RATULANGI
Jl. DR. SAM
RATULANGI
Jl. DR. SAM
Di mana :
4. Waktu sinyal
Dimana :
C = Waktu siklus (detik)
LTI = Jumlah waktu hilang / lost time per siklus (detik)
FR = Flow Ration (Rasio Arus Persimpangan)
FR = Arus di bagi dengan arus jenuh (Q/S)
FRerit = Nilai FR tertinngi dari semua pendekat yabg berangkat
pada suatu phase sinyal.
∑FRerit = Rasio Arus simpang = Jumlah FRerit dari semua phase pada
waktu siklus tersebut
b. Kurun Waktu hijau
gi = ( c – LTI) x FRerit / ∑FRerit)
Dimana :
gi = Tampilan waktu hijau pada fase I (Detik)
c = Waktu siklus (Detik)
LTI = Waktu hilang / lost time per detik
FR = Flow ration ( Rasio arus persimpangan )
FR = Arus di bagi dengan Arus jenuh (Q/S)
FRerit = Rasio arus kritis \
∑FRerit = Jumlah rasio arus kritis dari tiap fase
1. Waktu pengosongan
Dimana :
2. Waktu Hilang
A <5
B 5,1 – 15
C 15,1 – 25
D 25,1 – 40
E 40,1 – 60
F >60
Volume lalu lintas merupakan dasar perencanaan lampu lalu lintas yaitu
besarnya volume lalu lintas yang tertunda akibat lampu lalu lintas tersebut dan
terjadi pada jam sibuk serta hari sibuk. Data volume puncak pada setiap
pergerakan kendaraan disesuaikan terhadap satuan mobil penumpang (smp)bagi
setiap jenis kendaraan. Adapun volume maksimum pada persimpangan jalan
Dr.Ratulangi-Kasuari-Lanto Dg. Pasewang adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Volume Lalu Lintas pada persimpangan jalan Dr.Sam Ratulangi-
Kasuari-Lanto Dg. Pasewang
Volume
Hari Jam Sumber Data
Ruas Jalan Puncak
Pengamatan Pengamatan
(kend/jam) (lam/hal)
Jln. Dr. Sam
Ratulangi Selasa 07:00 - 08:00 2309 Hal.
"Utara"
Jln. Dr. Sam
Ratulangi Selasa 18:00 - 19:00 4889 Hal.
"Selatan"
Jln. Kasuari
Selasa 07:00 - 08:00 1191 Hal.
"Barat"
Jln. Lato Dg.
Pasewang Selasa 13:00 - 14:00 1583 Hal.
"Timur"
Adapun perhitungan rasio belok kiri, belok kanan dan rasio kendaraan tak
bermotor adalah sebagai berikut:
RT = 123,4 smp/jam
ST = 1151,6 smp/jam
Rasio lurus
1151,6
PST = 1448,6 = 0,794974
RT = 35 smp/jam
ST = 2354,8 smp/jam
Rasio lurus
2354,8
PST = 2569,4 = 0,916479
Kasuari “Barat”
Diketahui :
LT = 167,6 smp/jam
RT = 31,8 smp/jam
ST = 448,6 smp/jam
RT = 292,3 smp/jam
ST = 407,1 smp/jam
Rasio lurus
407,1
PST = 1013 = 0,401876
𝑊𝑐 = 𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌
𝑊𝑒 = 𝑊𝐴
Digunakan nilai terkecil
𝑊𝑐 = 𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌
𝑊𝑒 = min
𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌 =7m
𝑊𝐴 - 𝑊𝐿𝑇𝑂𝑅 = 7 m
𝑊𝑒 = min
𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌 =7m
𝑊𝑒 = 7 m
Lengan B = Jalan Kaswari “Barat”
Penentuan nilai 𝑊𝑒 :
𝑊𝐿𝑇𝑂𝑅 = 4,5 > 2 m
Maka :
𝑊𝑒 = nilai terkecil dari :
𝑊𝐴 = 9 m atau 𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌 = 4,5 m
𝑊𝑒 = min
𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌 = 4,5 m
𝑊𝑒 = 4,5 m
Lengan T = Jalan Lonto. Dg. Pasewang “Timur”
Penentuan nilai 𝑊𝑒 :
𝑊𝐿𝑇𝑂𝑅 = 4,5 > 2 m
Maka :
𝑊𝑒 = nilai terkecil dari :
𝑊𝐴 = 9 m atau 𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌 = 4,5 m
𝑊𝐴 - 𝑊𝐿𝑇𝑂𝑅 = 4,5 m
𝑊𝑒 = min
𝑊𝐸𝑁𝑇𝑅𝑌 = 4,5 m
𝑊𝑒 = 4,5 m
U 1,022148
S 1,003542
B 1,012759
T 1,075023
U 1,019174
S 1,011184
B 1,041383
T 1,049532
Keterangan :
𝐼𝐹𝑅 = ∑(𝐹𝑅𝑐𝑟𝑖𝑡 )
PR = 𝐹𝑅𝑐𝑟𝑖𝑡 /IFR
= 3775,510204 detik
b. Waktu Hijau (Green Time = g) dihitung dengan rumus :
Fase I
gi = (C – LTI) x 𝐹𝑅𝑐𝑟𝑖𝑡 / ∑(𝐹𝑅𝑐𝑟𝑖𝑡 )
= (3775,510204 – 9) x 0,64134 / 0,9951
= 2427,5084456 detik
Fase II
gi = (C – LTI) x 𝐹𝑅𝑐𝑟𝑖𝑡 / ∑(𝐹𝑅𝑐𝑟𝑖𝑡 )
= (3775,510204 – 9) x 0,35376 / 0,9951
= 1348,0017585 detik
2427,5084456 3 1345,001758
2424,508446 1348,001758 3
5
All Red
Utara
DS = Q/C
1448,6
= 2644,74189 = 0,54772831 (smp/jam)
Selatan
DS = Q/C
2569,4
= 2576,23796 = 0,99734576 (smp/jam)
Barat
DS = Q/C
648
= 955,57787 = 0,67812370 (smp/jam)
UTARA
8(0,54772831-0,5)
N𝑄1 = 0,25 x 2644,74189 x {(0,54772831 - 1)+√(0,54772831-1)2 + }
2644,74189
8(0,99093782-0,5)
N𝑄1 = 0,25 x 1022,26394 x {(0,99093782 - 1) +√0,99093782(-1)2 + 1022,26394
}
Catatan :
Untuk DA < 0,5 : NQ1
Untuk pperhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.11 Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (N𝑄1)
SELATAN
1−𝐺𝑅 𝑄
𝑁𝑄2 = 1−𝐺𝑅 𝐷𝑆 x 3600 maka,
1−0,64304830 2569,4 0,35695170 2569,4
𝑁𝑄2 = 1−0,64134149 x = 0,358658509 x = 0,71032572
3600 3600
TIMUR
1−𝐺𝑅 𝑄
𝑁𝑄2 = 1−𝐺𝑅 𝐷𝑆 x 3600 maka,
1−0,35699182 1013 0,64300818 1013
𝑁𝑄2 = 1−0,35375670 x 3600 = 0,64624330 x 3600 = 0,27998024
Tabel 3.12 Jumlah smp yang dihitung selama fase merah (𝑁𝑄2 )
UTARA
𝑁𝑄𝑚𝑎𝑥
QL = x 20
𝑊𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦
0,32724186
QL = x 20 = 0,934976754
7
SELATAN
𝑁𝑄𝑚𝑎𝑥
QL = x 20
𝑊𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦
24,30039347
QL = x 20 = 69,42969563
7
BARAT
𝑁𝑄𝑚𝑎𝑥
QL = x 20
𝑊𝑒𝑛𝑡𝑟𝑦
0,79349930
QL = x 20 = 3,526663538
4,5
13,97329878
QL = x 20 = 62,10355013
4,5
G. Kendaraan Terhenti
1. Angka Henti (𝑁𝑠𝑣 )
Angka henti (𝑁𝑠𝑣 ) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
UTARA
𝑁𝑄
NS = 0,9 x 𝑄 𝑥 𝑐 x 3600
0,327241864
NS = 0,9 x 1448,6 𝑥 3775,00176 x 3600 = 0,00019389
SELATAN
𝑁𝑄
NS = 0,9 x x 3600
𝑄𝑥𝑐
24,30039347
NS = 0,9 x 2569,4 𝑥 3775,00176 x 3600 = 0,00811726
BARAT
𝑁𝑄
NS = 0,9 x 𝑄 𝑥 𝑐 x 3600
0,79349930
NS = 0,9 x x 3600 = 0,00105099
648 x 3775,00176
UTARA
𝑁𝑠𝑣 = Q x NS
= 1448,6 x 0,00019389
= 0,280864409
SELATAN
𝑁𝑠𝑣 = Q x NS
= 2569,4 x 0,00811726
= 20,85648693
TIMUR
𝑁𝑠𝑣 = Q x NS
= 1013 x 0,01183906
= 11,99297138
33,81136551
= = 0,005953753
5679
0,5+(1−𝐹𝑅)2
Rumus A = (1−𝐹𝑅𝑥𝑑𝑠)
UTARA
0,5+(1−0,35222)2
A = (1−0,35222 𝑥 0,54772831) = 1,13944408
SELATAN
0,5+(1−0,64134)2
A = (1−0,64134 𝑋 0,99734576) = 1,74446054
BARAT
0,5+(1−0,24208)2
A = (1−0,24208 𝑥 0,67812370) = 1,28546149
TIMUR
0,5+(1−0,35376)2
A = (1−0,35376 𝑥 0,99093782) = 1,41293655
= 4301,5470116
SELATAN
𝑁𝑄1 𝑥 3600
DT = c x A + 𝑐
23,659051980 𝑥 3600
= 3775,00176 x 33,06083856 + 2576,23796
= 6618,4024320
BARAT
𝑁𝑄1 𝑥 3600
DT = c x A + 𝑐
0,551414676 𝑥 3600
= 3775,00176 x 2,077374227 + 955,57787
= 4854,6967709
TIMUR
𝑁𝑄1 𝑥 3600
DT = c x A + 𝑐
13,693318540 𝑥 3600
= 3775,00176 x 48,22232772 + 1022,26394
= 5382,0602699
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
U–S 4301,5470116
I
S–U 6618,4024320
B–T 4854,6967709
II
T–B 5382,0602699
UTARA
𝐷𝐺𝑗 = (1-pNS) x pRT x 6 + (pNS x 4)
= (1 - 0,000193887) x 1,022148 x 6 + (0,000193887 x 4)
= 6,132474461
SELATAN
𝐷𝐺𝑗 = (1-pNS) x pRT x 6 + (pNS x 4)
= (1 - 0,008117260) x 1,003542 x 6 + (0,008117260 x 4)
= 6,004844973
BARAT
𝐷𝐺𝑗 = (1-pNS) x pRT x 6 + (pNS x 4)
= (1 - 0,001050992) x 1,012759 x 6 + (0,001050992 x 4)
= 6,074371558
TIMUR
𝐷𝐺𝑗 = (1-pNS) x pRT x 6 + (pNS x 4)
= (1 - 0,011839064) x 1,075023 x 6 + (0,011839064 x 4)
= 6,421130660
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
U-S 6,132474461
I
S-U 6,004844973
B-T 6,074371558
II
T-B 6,421130660
UTARA
D = DT + 𝐷𝐺𝑗
= 4301,547012 + 6,132474461
= 4307,679486
SELATAN
D = DT + 𝐷𝐺𝑗
= 6618,402432 + 6,004844973
= 6624,407277
BARAT
D = DT + 𝐷𝐺𝑗
= 4854,696771 + 6,074371558
= 4860,771142
TIMUR
D = DT + 𝐷𝐺𝑗
= 5382,06027 + 6,421130660
= 5388,481401
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
U–S 4307,679486
I
S–U 6624,407277
B–T 4860,771142
II
T–B 5388,481401
SELATAN
Dtot = D x Q
= 6624,407277 x 2569,4
= 17020752,06
BARAT
Dtot = D x Q
= 4860,771142 x 648
= 3149779,7
TIMUR
Dtot = D x Q
= 5388,481401 x 1013
= 994824,5108
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada persimpangan Jln. Dr.
Sam Ratulangi-Kaswari-Lanto Dg. Pasewang dengan menggunakan dua
fase memberikan kesimpulan bahwa tundaan total sebesar 31869167,92
smp/detik dengan waktu siklus 3775,510204 detik yaitu dengan waktu
hijau 2427,508446 pada fase I, 1348,001758 pada fase II. Waktu kuning
selama 3 detik dan fase I dan II. Untuk waktu merah 1345,001758 pada
fase I, 2424,508446 pada fase II dimana angka derajat kejenuhan dimana
angka derajat kejenuhan < 1. Arus lalu lintas pada persimpangan JLn. Dr.
Sam Ratulangi-Kaswari-Lanto Dg. Pasewang sudah tidak stabil.
2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh tundaan rata-rata sebesar
5611,756985
B. SARAN
1. Untuk mendapatkan kapasitas dan tingkat pelayanan yang lebih baik lagi
maka perlu adanya beberapa penambahan rambu lalu lintas dan pelebaran
jalan untuk lebih memperlancar arus lalu lintas dan juga sebagai antisipasi
semakin bertambahnya jumlah kendaraan tiap tahun..
2. Untuk Traffic Light pada persimpangan Jl.DR. Sam Ratulangi-Kasuari-
Lanto Dg. Pasewang, berdasarkan hasil analisa dan perhitungan pada
traffic light di jalan tersebut sebaiknya menggunakan 4 fase yang lebih
efektif dalam pengaturan traffic light.