- Laporan Hidrologi/Hidrometri
- Laporan Geologi/Mektan
- Laporan Inventarisasi
16. Diskusi
Untuk menjamin dan terarahnya kegiatan perencanaan maka perlu disusun skenario
alur fikir yang menggambarkan proses atau hirarki pelaksanaan pekerjaan secara
teratur, logis dan realistis serta terarah dalam pencapaian tujuan dan sasaran dari
pekerjaan perencanaan. Skenario alur fikir atas hirarki pelaksanaan pekerjaan ini
digambarkan dalam suatu bentuk diagram alir (flow-chart) yang dipresentasikan pada
Gambar 3.1 berikut ini.
Rencana
Mutu Survey Perencanaan
Kontrak Topografi dan
dan Bathimetri Pemodelan
Pengump
ulan data
sekunder
Survey Hidro- Perhitungan
oseanografi Struktur
Penyerahan Pekerjaan Studi Analisa
Kontrak Dimulai Pustaka Data
Penyelidikan
Geologi. Meka- Analisa
Survey nika tanah
Lap. Pen- Biaya dan RAB
dahuluan
1. Pengurusan administrasi
Tujuan
Menyiapkan segala keperluan surat menyurat dan persyaratan administrasi yang harus
dilengkapi dalam rangka memperoleh perijinan dan legalitas sehingga pelaksanaan
pekerjaan dapat terkoordinasikan kepada instansi-instansi pemerintah lainnya di
daerah.
Ruang lingkup
Ruang lingkup pengurusan administrasi ini antara lain adalah :
Penyelesaian surat menyurat yang berkaitan dengan kontrak pekerjaan
Penyiapan surat-surat yang menyangkut perijinan, legalitas baik untuk intern
maupun perijinan dengan pihak lain dan juga koordinasi kepada instansi-instansi
terkait.
Personil
Ketua Tim, tenaga administrasi, operator computer.
Output
Surat Perjanjian (Kontrak), Surat perijinan, Surat pemberitahuan.
Pada tahap ini akan dilakukan koordinasi kesemua instansi terkait yang ada supaya
pelaksanaan pekerjaan nantinya dapat berjalan dengan lancar. Langkah-langkah yang
akan dilakukan pada tahapan ini diantaranya adalah :
Menyiapkan surat-menyurat dan pekerjaan administrasi lainnya
Menyiapkan dana untuk biaya pelaksanaan pekerjaan
Melakukan pengarahan kepada personil
Tujuan
Mengumpulkan semua data dan informasi selengkap mungkin yang ada kaitannya
dengan kegiatan pekerjaan “SID Pengaman Pantai Kabupaten Pontianak”, yang
selanjutnya dianalisa untuk memperoleh gambaran dan rumusan penanganan
kerusakan pantai secara tepat dan efisien serta menentukan langkah-langkah yang
lebih konkrit, logis dan relistis dalam pencapaian sasaran pekerjaan.
Ruang lingkup
Pengumpulan data sekunder dan peta akan dilakukan dari berbagai instansi terkait
baik pemerintah maupun swasta. Data yang akan dikumpulkan antara lain adalah :
Data hidrologi
Data meteorologi
Data hidro-oceanografi
Peta topografi
Foto udara
Peta bathimetri
Peta geologi
Laporan-laporan studi terdahulu
Personil
Ketua Tim, Ahli Pantai, Ahli Geodesi, Ahli Ekonomi
Output
File data-base, statistik, rencana kerja survey dan investigasi.
3. Studi kepustakaan
Tujuan
Melakukan kajian masalah erosi pantai dan masalah pantai lainnya dari berbagai
sumber buku, text-book, pedoman, dan laporan ilmiah mengenai masalah erosi dan
kerusakan pantai. Sumber kajian ini selanjutnya dijadikan referensi dan improvisasi
dalam membuat pola perencanaan penanggulangan erosi pantai.
Ruang lingkup
Mempelajari masalah erosi dan abrasi pantai, faktor-faktor penyebab terjadinya erosi
dan abrasi, serta cara-cara penanggulangannya.
Personil
Ahli Pantai, Ahli Sungai, Ahli Hidrologi, Ahli Lingkungan, Ahli Hidraulik Struktur.
Output
Rumusan pola penanggulangan erosi pantai, kelebihan dan kekurangan dari berbagai
alternatif struktur pengaman pantai.
Tujuan
Mengetahui dan melihat kondisi fisik pantai secara visual dan faktual sehingga akan
dapat terinventarisir kondisi pantai yang paling kritis dan teridentifikasi penyebab
utama terjadinya erosi. Selain itu akan mudah membayangkan gambaran kebutuhan
pekerjaan lapangan yang meliputi penentuan base-camp, starting point pengukuran,
menetapkan lokasi yang dipilih untuk ditindak lanjuti dengan survey investigasi, serta
persiapan mobilisasi dan akomodasi lapangan.
Metodologi
Survey lapangan pendahuluan ini dilakukan dengan cara :
Diskusi dengan nara sumber dan instansi terkait
Wawancara dengan masyarakat sekitar pantai
Pengamatan langsung di lapangan
Personil
Ketua Tim, Ahli Pantai, Ahli Geodesi, Ahli Geologi dan Mekanika Tanah, Ahli
Hidrologi /Hidrometri, Ahli Ekonomi.
Output
Rencana kerja, dan rekomendasi lokasi-lokasi pantai yang perlu dilakukan
pengukuran detail.
5. Mobilisasi
Tujuan
Mengatur dan menyiapkan semua potensi sumberdaya; personil, peralatan dan biaya
untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Ruang Lingkup
Mengerahkan personil, peralatan dan biaya seefektif mungkin
Personil
Personil inti tim dan tenaga administrasi.
Output
Rencana kerja, jadwal penugasan personil dan jadwal peralatan yang digunakan.
Tujuan
Membuat peta situasi daerah pantai dan muara pada areal darat dari masing-masing
lokasi pantai yang bermasalah yang nantinya akan digunakan dalam perencanaan
detail desain bangunan pengamanan pantai.
Metodologi
Metode pengukuran topografi secara garis besar meliputi pemasangan patok tetap BM
& CP, pengukuran titik kontrol vertikal, titik kontrol horizontal, detail situasi, dan
penampang melintang.
Peralatan yang digunakan dalam survey topografi adalah Theodolit, Waterpass, dan
peralatan bantu lainnya (rambu ukur, pita ukur, jalon, rol meter,tali), dimana
kesemuanya dalam keadaan baik dan memenuhi syarat ketelitian yang diminta.
Ruang lingkup
Ruang lingkup pekerjaan survey topografi adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran polygon
Pengukuran polygon akan dilakukan dengan system tertutup dengan cara
mengukur sudut dan jarak menurut lintasan tertutup. Pembacaan sudut dilakukan
dua seri yaitu pembacaan biasa dan pembacaan luar biasa, dimana besar sudut
yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Semua hasil
pengukuran akan diikatkan pada titik triangulasi apabila ada dan bila tidak ada
maka akan dibuat patok-patok tetap dengan koordinat local dan azimuth
magnetis.
Personil
Ahli Geodesi dan tim surveyor topografi & Bathimetri.
Output
Peta situasi dan profil melintang pantai/muara dari lokasi studi.
2. Survey bathimetri
Tujuan
Membuat peta situasi dasar pantai dengan lajur pengukuran diambil dengan interval
20 m. Pengukuran ke arah laut sampai mencapai lokasi laut dalam dari masing-
masing lokasi pantai yang bermasalah dengan total sepanjang 10 km menyisir garis
pantai.
Ruang lingkup
Ruang lingkup pekerjaan pengukuran batimetri adalah :
Menentukan patok-patok tetap untuk titik-titik referensi
Pengukuran kedalaman laut dengan menggunakan alat echosounder
Penentuan posisi titik di laut sebagai tempat pengukuran kedalaman laut
dilakukan dengan alat GPS.
Penggambaran
Metodologi
Survey batmetri dilakukan setelah pengukuran topografi pantai selesai dilaksanakan.
Pengukuran kedalaman muka air laut dilakukan dengan alat Echosounder Raytheon.
Posisi titik pengukuran kedalaman ditentukan dengan menggunakan alat GPS (Global
Positioning System). Lalur-lalur pemeruman dibuat sedemikian rupa sehingga tegak
lurus dengan garis pantai sampai mencapai lokasi laut dalam. Grid pengukuran
kedalaman dilakukan pada jarak 50 m sejajar garis pantai dan sejarak 25 m tegak
lurus garis pantai. Pengukuran batimetri dilakukan bersamaan dengan pencatatan
pasang surut muka air laut dengan interval bacaan setiap 15 menit, dimana
pengamatan pasang surut ini untuk bahan koreksi kedalaman hasil pengukuran
batimetri.
Personil
Ahli Geodesi dan tim surveyor topografi & batimetri.
Output
Peta bathimetri dari masing-masing lokasi pantai yang bermasalah.
3. Survey hidro-oseanografi
Tujuan
Mendapatkan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi oseanografi dari perairan
sekitar masing-masing lokasi pantai pada daerah proyek. Parameter hidro-
oseanografi tersebut meliputi pasang surut, gelombang, arus dan sedimen.
Ruang lingkup
Ruang lingkup pekerjaan survey hidro-osenografi ini adalah :
Pengamatan pasang surut muka air laut
Pengukuran gelombang
Pengukuran arus
Pengambilan contoh sedimen.
Metodologi
Metodologi pengukuran hidro-oseanografi tersebut adalah sebagai berikut :
pembacaan setiap 1 jam secara terus menerus pada satu atau dua lokasi sedangkan
pada lokasi lainnya cukup pengamatan selama 39 jam. Hasil pembacaan pasang
surut ini selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan konstanta-konstanta pasang
surut, sehingga akan dapat ditentukan nilai-nilai ketinggian muka air seperti :
HHWL = muka air tertinggi
HWL = muka air tinggi
MSL = muka air rata-rata
LWL = muka air rendah
LLWL = muka air terendah
Metoda yang digunakan dalan menganalisa data pasang surut adalah metoda
Admiralty.
b. Pengukuran gelombang
Parameter gelombang yang akan diukur adalah tinggi, perioda, dan arah
gelombang. Data parameter gelombang ini diperlukan untuk mengetahui
karakteristik gelombang yang datang ke pantai. Pengukuran tinggi dan perioda
gelombang akan dilakukan selama 15 hari yang dilakukan secara visual.
Sedangkan arah gelombang dilakukan pengukuran arah datangnya gelombang
terhadap garis pantai dengan menggunakan Theodolith atau Kompas.
c. Pengukuran arus
Pengukuran arus ini akan dilakukan pada saat pasang purnama (pasang tinggi)
dan pasang perbani (pasang rendah), dimana masing-masing dilakukan setiap jam
selama 25 jam secara berturut-turut. Pengukuran kecepatan arus dilakukan
dengan menggunakan alat current-meter yang dilakukan pada kedalaman 0.2 H,
0.6 H dan 0.8 H dimana H = kedalaman air laut. Untuk pengukuran arah arus
digunakan pelampung dimana gerakan pelampung diukur dengan 2 buah
Theodolith atau Kompas. Lokasi pengukuran arus ditempatkan pada jarak 200 m
dari garis pantai. Penyajian data arus adalah dalam bentuk vektor.
Personil
Ahli Pantai, Ahli hidrologi/hidrometri, Ahli Geologi dan mekanika tanah, dan
surveyor.
Output
Data pasang surut, gelombang, arus dan karakteristik sedimen serta rekomendasi
teknis tentang kondisi oseanografi.
Tujuan
Mengetahui jenis batuan, lapisan tanah, sifat tanah, parameter tanah
Ruang lingkup
Ruang lingkup pekerjaan penyelidikan gelogi dan mekanika tanah adalah melakukan
penyelidikan untuk mengetahui jenis batuan, jenis lapisan tanah dan ketebalannya
serta sifat dan parameter tanah yang dilakukan melalui penyelidikan lapangan dan
laboratorium.
Metodologi
a. Penyelidikan Lapangan
Hand Penetrometer
Hand Penetrometer adalah sebuah pengujian kapasitas dukung secara
langsung dilapangan in-situ, pengujian ini cocok untuk tanah yang lunak
hingga padat cara pengujian pada alat ini sangat sederhana yaitu dengan cara
menekannya kemudian didapat langsung kapasitas dukungnya. Pengujian ini
digunakan pada tanah permukaan saja sehingga cocok untuk dilokasi apapun
karena mobilisasi alat ini tidak sulit dibandingkan dengan alat sondir.
Sondir/Boring
Sondir dilkukan untuk mengetahui nilai perlawanan konus tiap lapisan tanah
dan variasi kedalaman lapisan. Sondir yang dilakukan terdiri dari 2 jenis
yaitu Cone Penetration Test (CPT) dan Standar Penetration Test (SPT).
Pekerjaan sondir CPT pembacaan tekanannya dilakukan dengan 2 buah
manometer dengan skala bacaan 200 kg/cm2 dan mata sondir yang digunakan
adalah biconus sehingga akan diperoleh nilai perlawanan konus dan local
friction. Pekerjaan sondir SPT dilakukan pada lubang bor pada kedalaman 4
m. Uji tersebut dilakukan dengan palu SPT seberat 60 kg yang dijatuhkan
bebas dari ketinggian 75 cm. Setiap pengujian dilakukan sebanyak 3 bacaan
(N). N yaitu jumlah pukulan yang diperlukan untuk membenamkan Raymond
Split Sampler sedalam 15 cm.
b. Penyelidikan laboratorium
Pada contoh-contoh tanah yang terambil, baik tanah asli maupun tanah terganggu
akan dilakukan analisa loboratorium untuk mengetahui sifat, jenis dan parameter
tanah. Macam-macam percobaan yang dilakukan di laboratorium tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Soil properties
a. Unit weight
Untuk memperoleh nilai berat isi tanah, tanah yang diuji adalah tanah asli.
b. Spesific gravity (Gs)
Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditenyukan dengan menggunakan botol
picnometer dan perlengkapannya. Prosedur penentuannya mengikuti cara
ASTM – 0.854 atau ASSHO.T.100.
c. Moisture Content (Wn)
Tanah yang diuji adalah tanah asli dengan prosedur mengikuti
ASTM.D.2216.
3. Atterberg limit
a. Liquid limit (Wl)
Batas cair atau liquid limit adalah nilai kadar air pada batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis. Nillai batas cair ini dilakukan prosedur
ASTM.D423.
b. Plastis limit (Wp)
Batas plastis limit adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis.
Penentuan batas plastis ini adalah mengikuti prosedur ASTM.D.424.
c. Plasticity index (Pi)
Plasticity indek tanah adalah selisih kadar air dari batas cair dengan batas
plastis.
d. Shrinkage limit
PT.Secon Dwitunggal Putra III - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Pengaman Pantai Kabupaten Pontianak
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan volume
dari tanah tidak berubah. Prosedur penentuan mengikuti ASTM.D.427.
4. Triaxial test
Prosedure dari percobaan triaxial akan menyesuaikan dengan literature
diantaranya; The Measurement of Soil Properties in The Triaxial Test by
Bishop, Henkel USBR Earth Manual, atau Engineering Properties of Soil and
Their Measurement by Bowles.
5. Consolidation test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan
dengan pembebanan yang telah dilakukan, diantaranya compression index
(cc), coefficient of consolidation (Cv). Prosedur percobaan adalah mengikuti
cara Measurement Bowles.
6. Pemeability test
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui nilai koefisien rembesan dari
tanah. Untuk tanah berbutir kasar dilakukan dengan cara constant head dan
untuk tanah berbutir halus dilakukan dengan cara falling head.
7. Compaction test
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pemadatan tanah optimum.
Metode yang sering digunakan dalam percobaan pemadatan adalah metode
Proctor. Tanah uji pemadatan berkisar 30 kg, tanah ini akan dikenakan
percobaan standar modified AASHO, dimana nilai kadar air optimumnya
dapat diketahui. Prosedur percobaan dapat dilakukan dengan menggunakan
cara AASHO.T.180 atau ASTM.D.698.
Tujuan
Mengolah data iklim untuk dalam rangka memperoleh besaran-besaran yang akan
berpengaruh terhadap perencanaan bangunan pengaman pantai, sepeti debit banjir di
muara sungai dan distribusi angin dalam kaitannya dengan peramalan gelombang.
Ruang lingkup
Menganalisa perkiraan debit banjir dan besaran distribusi angin menurut arah mata
angin.
Metodologi
Metode perhitungan perkiraan debit banjir yang lajim digunakan antara lain; Rational,
Melchior, Weduwen, Mananobe, Gumbel dan lain sebagainya. Data iklim yang
Perhitungan distribusi angin ditentukan dengan cara analisa frekuensi secara statistik.
Tujuan
Memperoleh data yang baik, benar dan akurat yang siap pakai untuk digunakan
sebagai bahan dalam perencanaan.
Ruang lingkup
Menganalisis seluruh data lapangan.
Metodologi
a. Data situasi dan batimetri pantai
Hasil pengukuran situasi dan batimetri selanjutnya dibuat peta topografi dan peta
batimetri dari lokasi yang diukur dengan skala 1 : 2000. Skala peta yang dibuat
disesuaikan dengan keperluan perencanaan bangunan pantai. Untuk perencanaan
bangunan pantai umumnya skala peta dibuat 1 : 500, dimana dalam peta ini
dicantumkan berbagai informasi seperti elevasi, lokasi patok tetap, dan sebaginya.
dimana :
Hb = tinggi gelombang pecah
H0 = tinggi gelombang perairan dalam
L0 = panjang gelombang perairan dalam
db = kedalam air laut di tempat terjadi gelombang pecah.
c. Pasang surut
Dari 9 komponen pasang surut utama, 4 komponen diantaranya yaitu M 2, S2, K1
dan O1 adalah merupakan komponen yang sangat penting dalam menentukan tipe
pasang surut yang terjadi. Defonk membagi pasang surut kedalam 4 tipe dengan
menggunakan angka perbandingan antara jumlah komponen K1 dan O1 dengan
jumlak komponen M2 dan S2, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
dimana :
Zt = tinggi muka air pada waktu t
Z0 = tinggi duduk tengah rata-rata
Zi = amplitude komponen i
n = jumlah komponen pasang surut
i = kecepatan sudut komponen i = 2π/Ti
Ti = periode komponen i
i = index fasa komponen i
t = waktu
Dari analisis pasang surut ini akan diperoleh besaran konstanta pasang surut dan
selanjutnya akan dapat dihitung tinggi muka air HWL, MSL dan LWL yang akan
dipakai sebagai referensi elevasi topografi dan bangunan pantai.
Dimana :
S0 = jumlah angkutan sedimen
H0 = tinggi gelombang di laut dalam
C0 = kecepatan rambat gelombang di laut dalam
Krb = koefisien refraksi gelombang
αb = besarnya sudut gelombang pecah
Tujuan
Melakukan peramalan gelombang secara hindcasting menggunakan data angin.
Ruang lingkup
Menganalisa data angin dan peramalan gelombang.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam melakukan peramalan gelombang secara handcasting
menggunakan data angin adalah metode Jonswap atau metode Sverdrup Munk
Bretseneider (SMB) . Formula dari metode Jonswap ini adalah sebagai berikut :
Dimana :
H = tinggi gelombang
T = periode gelombang
4. Pemodelan Numerik
Uji model numerik adalah salah satu cara yang efektif dan murah untuk menguji
kinerja dan efektifitas dari bangunan pengaman pantai yang terpilih. Selain itu
dampak yang akan ditimbulkan oleh bangunan pengaman pantai terpilih tadi akan
dapat diketahui melalui uji model numerik dengan memperhatikan pola penjalaran
dan tinggi gelombang, pola sirkulasi arus akibat gelombang serta perubahan garis
pantai. Dengan demikian dampak negatif yang akan muncul dapat ditekan seminimal
mungkin melalui rekayasa dengan uji model numerik.
a. Pemodelan gelombang
Tujuan
Mengetahui pola penjalaran gelombang dan tinggi gelombang.
Ruang lingkup
Membuat dan menyusun input data pemodelan gelombang seperti batimetri
daerah model, tinggi gelombang, periode dan arah gelombang datang
Melakukan pemodelan gelombang
Melakukan verifikasi hasil pemodelan gelombang.
Metodologi
Persamaan gelombang slope landai telah dikembangkan sebagai model yang efektif
untuk melukiskan kombinasi refraksi-refraksi gelombang di perairan pantai.
Persamaan ini digunakan untuk menghitung transformasi gelombang ke arah pantai
pada zona pecah gelombang. Persamaan slope landai yang dikembangkan oleh
Berkhoff (1972) untuk medan gelombang stasioner adalah :
(1)
Dengan :
c = √ [ (g/k) tanh kh ] adalah kecepatan fasa
cg = c [ 1 + 2kh / sinh kh ] / 2 adalah kecepatan grup
σ2 = gk tanh kh (2)
Model difraksi yang dikembangkan oleh Mei dan Tuck (1980) memberikan
persamaan parabolic sederhana untuk difraksi gelombang, sebagai berikut :
Personil
Ahli pantai, Ahli model numerik, Kompuet analis
Output
Pola penjalaran gelombang dan tinggi gelombang
b. Pemodelan arus
Tujuan
Mengetahui pola sirkulasi arus akibat gelombang.
Ruang lingkup
Membuat dan menyusun input data pemodelan arus yaitu parameter gelombang
hasil pemodelan gelombang
Melakukan pemodelan arus
Melakukan verifikasi hasil pemodelan arus.
Metodologi
Persamaan pengatur yang digunakan pada analisis arus perairan pantai adalah
persamaan kekekalan massa (kontinuitas) dan kekekalan momentum, dengan
mengintegrasikan persaman-persaman tersebut terhadap kedalaman dan dirata-ratakan
terhadap periode gelombang (Philips, 1977, Mei, 1983). Persaman-persaman tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Persamaan kontinuitas :
Dimana :
Fx dan Fy = gesekan dasar dalam arah x dan y
Mx dan My = percampuran lateral dalam arah x dan y
Rx dan Ry = stress radiasi dalam arah x dan y
Personil
Ahli pantai, Ahli Hidrologi/Hidrometri, Operator Komputer
Output
Pola sirkulasi arus akibat gelombang.
Tujuan
Mengetahui perubahan garis pantai.
Ruang lingkup
Membuat dan menyusun input data pemodelan perubahan garis pantai yaitu
batimetri daerah model, parameter gelombang dan konfigurasi struktur
Melakukan pemodelan perubahan garis pantai
Melakukan verifikasi hasil pemodelan perubahan garis pantai.
Metodologi
GENESIS dikembangkan oleh Hans Hanson dan Nicholas C. Kraus untuk Department
of The Army, US Army Corps of Engineer (1989). GENESIS dikembangkan untuk
mensimulasikan perubahan garis pantai jangka panjang pada suatu perairan pantai
yang terbuka sebagai hasil dari perbedaan temporal dan spasial pada transport pasir
sejajar pantai (Hanson 1987, 1989; Hanson dan Kraus 1989).
Diasumsikan bahwa profil pantai bergerak ke arah darat atau laut sepanjang bagian
pantai, tanpa perubahan bentuk ketika jumlah sediment masuk atau keluar dari bagian
pantai pada interval waktu Δt. Perubahan posisi garis pantai akibat penambahan atau
pengurangan adalah Δy. Panjang segmen garis pantai adalah Δx. Pergerakan profil
dalam arah vertical dinyatakan sebagai elevasi berm DB, sedangkan kedalaman
closure adalah DC. Keduanya diukur dari datum vertikal yang sama. Perubahan
volume pada bagian ini adalah ΔV = Δx Δy (DB + DC) ditentukan dari jumlah
sediment yang memasuki bagian pantai dari keempat sudutnya. Salah satu kontribusi
terhadap perubahan volume, terjadi jika ada perbedaan laju transport pasir sejajar
pantai Q arah lateral. Sehingga perubahan volume dinyatakan sebagai ΔQ Δt =
(∂Q/∂x) Δx Δt. Kontribusi lain timbul dai suku sumber dan sink, yang bisa
menambah atau mengurangi volume pasir per satuan lebar pantai. Suku tersebut
dinyatakan sebagai qs jika berasal dari sisi pantai dan dinyatakan q 0 jika berasal dari
laut, sehingga laju kontribusi adalah dinyatakan sebagai q = q s + q0. Penambahan
dari kontribusi-kontribusi tersebut membentuk persamaan perubahan volume sebagi
berikut :
Dengan mengambil limit , maka laju perubahan posisi garis pantai dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Untuk menyelesaikan persamaam (1), harus diketahui posisi garis pantai awal, kondisi
batas pantai dan harga-harga Q, q, DB, dan DC.
Perumusan yang digunakan untuk menghitung laju transport pasir sejajar pantai dalam
GENESIS adalah :
Dimana :
H = tinggi gelombang
Personil
Ahli pantai, Ahli Hidrologi/Hidrometri, Operator Komputer.
Output
Perubahan garis pantai.
Tujuan
Memberikan suatu pilihan dari bermacam struktur pengaman erosi pantai dengan
mempertimbangkan kriteria desain, efektifitas, ketersediaan material lokal, mudah
dalam pelaksanaan, biaya pembangunan murah, biaya pemilharaan murah, aman dan
stabil, serta memperhatikan segi estetika.
Metodologi
Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebab-sebab terjadinya erosi
pantai dan selanjutnya dicarikan upaya penanggulangannya. Tiga pola konsep
penanggulangan erosi pantai, yaitu (1) bertahan dan melindungi pantai, (2) mundur
dan merelokasi asset, (3) maju dan bekerja sama dengan gaya alam. Dari ketiga pola
penanggulangan ini dapat diterapkan bermacam alternatif jenis bangunan antara lain
tembok laut (sea wall), lapis pelindung tebing (revetment), krib tegak lurus pantai
(groin), krib sejajar pantai, dan bangunan pemecah gelombang (break water).
Pemilihan jenis bangunan pengaman pantai yang akan dipakai harus mengacu kepada
ktiteria desain dengan mempertimbangkan fungsi, dampak yang akan timbul.
Selanjutnya memperhatikan terhadap ketersediaan bahan di lokasi, mudah dalam
pelaksanaan, biaya pembangunan murah dan aman.
Tujuan
Untuk mendapatkan bangunan pantai yang baik dan ideal memenuhi semua kriteria
desain yang meliputi :
Stabilitas struktur, yaitu terdiri dari stabilitas terhadap geser, amblas dan guling.
Elevasi struktur, yaitu elevasi puncak dan elevasi dasar.
Limpasan gelombang (over topping).
Rayapan gelombang (run-up).
Estetika dan Lingkungan
Metodologi
Perhitungan struktur dari bangunan pantai akan dilakukan dengan menggunakan
rumus-rumus, grafik-grafik dan tabel yang lajim digunakan. Dasar-dasar perhitungan
struktur bangunan pantai dapat dijelaskan hal-hal sebagi berikut :
a. Jenis material yang digunakan
Jenis material yang digunakan dengan cara penyusunannya dan jumlah lapisan
yang dipakai dalam suatu bangunan pengaman pantai akan mempengaruhi
terhadap besaran koefisien-koefisien seperti koefisien kestabilan (KD), koefisien
lapisan (K) koefisien run-up (Ru/H) yang berpengaruh terhadap berat unit armor
dan tinggi rayapan gelombang.
Parameter Topografi
Kelandaian dan penampang pantai
Elevasi puncak berm pantai
Parameter Bathimetri
Kelandaian laut
Konfigurasi dasar laut
Parameter Hidro-oseanografi
Parameter gelombang
Tinggi gelombang (h)
Periode gelombang (T)
Arah datang gelombang ()
Tinggi gelombang pecah (Hb)
Parameter arus
Kecepatan arus
Arah arus
Sedimen
Arah angkutan sedimen
Angin
Arah angin dominan
Arah dan kecepatan angin
c. Kriteria desain
Kriteria desain yang harus dipenuhi dalam suatu perencanaan bangunan
pengaman pantai diantaranya adalah :
Stabilitas struktur, terdiri dari stabilitas terhadap geser, amblas dan guling
Elevasi struktur, yaitu elevasi puncak dan elevasi dasar
Limpasan gelombang (over topping)
Rayapan gelombang (run-up)
Estetika dan
Lingkungan
Stabilitas
Elevasi Struktur
Elevasi air laut LWS = 0.00 akan dijadikan sebagai referensi ketinggian dalam
menetapkan elevasi struktur. Acuan untuk elevasi dasar struktur bagian bawah
akan diperhitungkan terhadap elevasi muka air rendah (LWL atau LWS).
Sedangkan untuk elevasi mercu struktur akan diperhitungkan terhadap elevasi
muka air tinggi (HWL atau HWS).
Estetika
Struktur bangunan pengaman pantai Kota Banda Aceh direncanakan dengan
mempertimbangkan estetika bangunan terutama pada pantai yang mempunyai
kawasan wisata pantai seperti pantai Ulee Lheue dan pantai Syiah Kuala. Oleh
karena itu bangunan pengaman pantai harus dibuat sedemikian rupa sehingga dari
segi estetika bisa menjadi nilai tambah bagi pengembangan wisata pantai. Untuk
pertimbangan estetika ini disarankan bagian atas strukuktur dibuatkan jalan untuk
dapat dilewati oleh pejalan kaki yang mengunjunginya dan pada bagian tertentu
disediakan space untuk tempat peristirahatan para pengunjung.
Lingkungan
Dalam perencanaan struktur bangunan pengaman pantai ini akan ditinjau dan
diperhitungkan dampak yang akan timbul dari pembuatan bangunan pantai
terhadap pantai sekitarnya, seperti terjadinya erosi di bagian hilir dari bangunan
pantai. Untuk itu struktur bangunan pengaman pantai harus diakhiri pada lokasi
dimana dampak dari struktur terhadap pantai tetangganya sangat kecil, yaitu
seperti pada muara sungai atau tanjung. Dengan demikian erosi pantai yang
timbul setelah adanya bangunan pantai tersebut tidak terlalu berat bagi pantai
tetangganya.
Gambar 3.2. Sketsa Potongan Melintang Bangunan Pantai Tipe Rubble Mound
Dimana :
El.p = Elevasi puncak bangunan pantai
B = Lebar puncak bangunan pantai
W = Berat unit material lapiran terluar (lapisan pelindung)
t = Tebal lapisan pelindung
α Curves
Upper lim it data for each slopes
Nearshare slopes m = 0
m = 0.01 (1 : 10 0)
( 1 : 50 )
m=0 . 02 )
(1 : 33
m = 0.03 20)
05 (1 : db
m = 0. (1 : 14)
7
m = 0.00 (1 : 10)
β Curves
sleeper Hb
m = 0..120 (1 : 5) and Lower lim it data for each slopes
m = 0
300
200
Angka Stabilitas Re ncana Minimum ( N S3 )
Batu untuk
Pelindung Kaki
100
80
60
40
30
20
Batu untuk
Pondasi
10
8
6
4
3
PT.Secon Dwitunggal Putra
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 III - 30
0.8
d1
dS
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Pengaman Pantai Kabupaten Pontianak
Bila dalam mencari posisisi terjadinya gelombang pecah yang pertama yaitu dimana
kedalamannya (db) dan tinggi gelombang pecahnya (Hb) tidak termasuk dalam grafik-
grafik di atas, maka perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus empiris.
Rumus empiris yang digunakan dalam menentukan posisi gelombang pecah pertama
tersebut adalah sebagai berikut :
Dimana dan adalah fungsi kemiringan pantai yang dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana :
Hb = tinggi gelombang pecah
H’0 = tinggi gelombang laut ekuivalen
L0 = panjang gelombang laut dalam
m = kemiringan dasar laut
g = percepatan gravitasi
T = periode gelombang
dimana :
W = berat unit material (ton)
PT.Secon Dwitunggal Putra III - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Pengaman Pantai Kabupaten Pontianak
Dimana :
B = lebar puncak bangunan pelindung pantai (m)
= jumlah lapisan unit material lapisan pelindung (minimum =3)
k = koefisien lapisan
W = berat unit material (ton/m3)
r = berat jenis material (ton/m3)
Berikut ini adalah tabel untuk mendapatkan nilai koefisien stabilitas KD dan nilai
koefisien lapisan k.
Ujung (Kepala)
Lengan Bangunan
Bangunan Kemiringan
KD KD
Penempat
Lapis Lindung n Gelomba
an Gelomba Gelomb
ng Gelombang
ng ang Cot
Tidak Tidak Pecah
Pecah Pecah
Pecah
Batu Pecah
Bulat halus 2 Acak 1.2 2.4 1.1 1.9 1.5-3
Bulat halus >3 Acak 1.6 3.2 14 2.3 *2
Bersudut kasar 1 Acak *1 2.9 *1 2.3 *2
1.9 3.2 1.5
Bersudut kasar 2 Acak 2 4 1.6 2.8 2
1.3 2.3 3.0
Bersudut kasar >3 Acak 2.2 4.5 2.1 4.2 *2
Bersudut kasar 2 Khusus*3 5.8 7 5.3 6.4 *2
aralelepipedum 2 Khusus 7.0-20.0 8.5-24.0
Ujung (Kepala)
Lengan Bangunan
Bangunan Kemiringan
KD KD
Penempat
Lapis Lindung n Gelomba
an Gelomba Gelomb
ng Gelombang
ng ang Cot
Tidak Tidak Pecah
Pecah Pecah
Pecah
Tetrapod dan 2 Acak 7 8 5 6 1.5
Qudripod 4.5 5.5 2
3.5 4 3
8.3 9 1.5
Tribar 2 Acak 9 10 7.8 8.5 2
6 6.5 3
Dolos 2 Acak 15.8 31.8 8 16 2
7 14 3
Kubus
2 Acak 6.5 7.5 - 5 *2
Dimodifikasi
Hexapod 2 Acak 8 9.5 5 7 *2
Tribar 1 Seragam 12 15 7.5 9.5 *2
Batu pecah
- Acak 2.2 2.5 - -
(KRR)
Graded Angular)
Tujuan
Menentukan dan memperoleh besaran volume material, volume pekerjaan dan besar
total biaya konstruksi dari seluruh bangunan pengaman pantai yang diusulkan.
Ruang lingkup
Menganalisa dan menghitung volume material, volume pekerjaan dan biaya
konstruksi.
Metodologi
Perhitungan volume pekerjaan dan RAB ini adalah dengan menggunakan daftar harga
satuan yang tengah berlaku dengan melakukan analisa harga satuan.
Tujuan
Membuat detil desain struktur pengaman erosi pantai yang dilengkapi dengan
perhitungan teknis dan disajikan dalam gambar konstruksi secara lengkap yang dapat
dipakai dalam pelaksanaan konstruksi.
Ruang lingkup
Pembuatan detil desain bangunan pengaman pantai serta bangunan pelengkapnya.
Perencanaan tata letak bangunan pengaman pantai beserta bangunan
pelengkapnya.
Perhitungan kestabilan konstruksi terhadap; guling, geser dan amblas.
Perhitungan secara rinci volume pekerjaan dan perkiraan biaya konstruksi
Metodologi
Berdasarkan permasalahan yang ada, kondisi fisik lapangan, konsep alternatif, uji
model numerik, serta masukan hasil diskusi teknis maka akan ditentukan pemilihan
alternatif pengamanan pantai yang terbaik yang dapat mengakomodir seluruh
Personil
Team Leader, Ahli Pantai, Ahli Lingkungan, dan Ahli Ekonomi
Output
Gambar-gambar teknik dan perhitungan struktur.
Tujuan
Mendapatkan masukan penting yang berharga dari berbagai pihak yang terkait
dalam penyempurnaan perencanaan pola dan sistem pengamanan pantai yang
baik dan efektif dari pekerjaan ”SID Pengaman Pantai Kabupaten Pontianak”
sehingga diperoleh suatu laporan yang berkualitas.
Memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan dalam tahapan-tahapan kegiatan
yang memerlukan persetujuan Direksi, sehingga tahapan kegiatan selanjutnya
dapat segera dilaksanakan.
Metodologi
Mengadakan diskusi melalui presentasi mengenai hasil tahapan-tahapan pelaksanaan
pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk laporan.
Personil
Team Leader, para Tenaga Ahli.
1. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan adalah hal yang mutlak harus dilaksanakan sebagai akuntabilitas
terhadap tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan dan juga merupakan pertang-
gungjawaban terhadap pemakaian uang Negara. Selain itu laporan-laporan yang
dibuat akan mengindikasikan taraf kemajuan dari pelaksanaan pekerjaan yang telah
diberikan.
b. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi hasil peninjauan lapangan pendahuluan, rencana mobilisasi
tenaga dan peralatan, program kerja, jadwal kerja, hambatan yang dihadapi dan
metoda yang akan digunakan dalam tahapan-tahapan perencanaan. Laporan
pendahuluan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yang harus diserahkan 1 (satu)
bulan setelah diterimanya Surat Perintah Kerja (SPK).
c. Laporan Periodik
Laporan periodik berisikan kemajuan kerja yang telah dicapai salama 2 (dua)
mingguan bersangkutan dan menerangkan program kerja yang akan dilakukan
pada 2 (dua) mingguan berikutnya. Laporan Periodik ini dibuat dalam rangkap 2
(dua)) dan harus diserahkan setiap 2 (dua) minggu sekali.
d. Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisikan kemajuan kerja yang telah dicapai salama bulan
bersangkutan dan menerangkan program kerja yang akan dilakukan pada bulan
berikutnya. Laporan bulanan ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan harus
diserahkan setiap bulan per tanggal 25 setiap bulannya.
e. Laporan Antara
f. Laporan Pendukung
Laporan-laporan ini merupakan dokumentasi data lengkap yang dipakai dalam
menyusun Laporan Nota Desain. Laporan-laporan pendukung ini antara lain
adalah:
1. Laporan Lapangan
Laporan Survey Topografi
Laporan Survey Batimetri
Laporan Survey Hidrometri & Hidro Oceanografi
Laporan Survey Geoteknik
2. Laporan Pendukung
Laporan Topografi & Batimetri
Laporan Dikripsi BM & CP
Laporan Hidrologi / Hidrometri
Laporan Hidro Oseanografi
Laporan Geologi / Mektan
Laporan UKL / UPL
Laporan Sosial Ekonomi
Laporan Inventarisasi
Laporan Manual O & P
3. Laporan - Laporan & Gambar-Gambar bentuk CD
k. Laporan Akhir
Laporan Akhir ini merupakan laporan hasil perbaikan dari Konsep Laporan Akhir
dengan merangkum dan mengakomodir seluruh tanggapan dan masukan yang
telah disepakati bersama dari hasil diskusi. Laporan Akhir ini diserahkan
sebanyak 5 (lima) buku.
Contents
3.1 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN...............................................................1
3.2 METODOLOGI PELAKSANAAN................................................................................5
3.2.1 Tahap Persiapan.......................................................................................................5
3.2.2. Tahap Survey dan Investigasi..................................................................................8
3.2.3. Tahap Analisis dan Evaluasi Data.........................................................................16
3.2.4. Tahap Perencanaan Teknis....................................................................................23
3.2.5. Tahap Pelaporan....................................................................................................34