Anda di halaman 1dari 27

BAB 4

METODOLOGI DAN
HASIL PELAKSANAAN SURVEI

4.1 Pelaksanaan Pekerjaan


Survei dan inventarisasi data akan dilakukan secara teliti dan cermat sehingga didapat
suatu data yang akurat dan lengkap untuk mendapatkan hasil studi yang memenuhi
sasaran.
Dengan kualitas data yang baik dan memenuhi syarat sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan, maka diharapkan akan menghasilkan suatu pedoman yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi para pengelola sumber daya air.
Untuk memenuhi dan mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan apa yang diharapkan
dari pelaksanaan pekerjaan ini seperti uraian tugas yang dijelaskan dalam Kerangka
Acuan Kerja, diperlukan metode pelaksanaan pekerjaan yang tepat dan efektif.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-1


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
(Sumber : PT. BUANA CAKRA KONSULTAN, 2020)
Gambar 4.1 Bagan Alir Pendekatan Pekerjaan

LAPORAN PENDAHULUAN 4-2


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
4.1.1 Pekerjaan Persiapan
Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan pencapaian dalam penyelesaian
setiap tahapan kegiatan, konsultan mempersiapkan segala sesuatu baik segi manajemen
pengelolaan maupun dari segi teknis. Beberapa tahap kegiatan pada pekerjaan persiapan
akan diuraikan seperti berikut.
Persiapan yang dimaksud antara lain:
1. Persiapan Administrasi
Pada tahap ini dilakukan koordinasi kepada Pemberi Tugas perihal pembentukan tim
pelaksana pekerjaan sekaligus dimulainya pekerjaan. Pada tahap ini juga dilakukan
persiapan administrasi berupa pembuatan surat tugas, surat pengantar untuk
kebutuhan survei lapangan dan pengumpulan data.
Untuk menggambarkan proses Pekerjaan Perencanaan Teknis Penataan Trase
Akses Jembatan Cisadane-Prosida ditunjukan dalam jadwal rencana pelaksanaan
pekerjaan dari awal sampai selesainya pekerjaan. Dalam Jadwal tersebut dapat
dilihat banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-masing
kegiatan.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-3


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
Tabel 4.1 Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
BULAN - MINGGU

NO. KEGIATAN 1 2 KET.

1 2 3 4 5 6 7 8

A. PERSIAPAN
1 Persiapan Administrasi
2 Mobilisasi Personil dan Peralatan
3 Pengumpulan Data
4 Orientasi Lapangan

B. SURVEY & IDENTIFIKASI


LAPANGAN
1 Survey Literatur
2 Survey Lapangan
3 a. Survey Topografi
4 b. Survey dan Investigasi Tanah

C. ANALISA DATA
1 Analisa Data Topografi
2 Analisa Data Tanah
3 Analisa Site dan Lingkungan
4 Analisa Program Desain

D. KONSEP DESAIN & DESAIN RINCI


1 Penyusunan Konsep Desain
a. Desain Skematik
b. Pengembangan Desain
2 Penyusunan Desain Rinci

LAPORAN PENDAHULUAN 4-4


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
a. Desain Rinci
b. Penggambaran
3 Perhitungan RAB

E. PENYUSUNAN LAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Akhir :
a. Laporan RAB
b. Laporan RKS
c. Resume
3 Gambar Arsitektur, Sipil, MEP dan 3D
4 Flashdisk

F. DISKUSI
1 Diskusi Laporan Pendahuluan
3 Diskusi Laporan Akhir

(Sumber : PT. BUANA CAKRA KONSULTAN, 2020)

LAPORAN PENDAHULUAN 4-5


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
2. Persiapan Personil atau Mobilisasi
Penyiapan tim pelaksana pekerjaan, termasuk pembagian tugas dan tanggungjawab
kepada masing-masing anggota tim, serta penyiapan sarana dan prasarana kerja
untuk tim pelaksana pekerjaan.
Susunan personil sebagai berikut :
a. Tenaga Ahli
 Team Leader
 Ahli Muda Geodesi
b. Tenaga Pendukung
 Drafter CAD
3. Persiapan Peralatan
Beberapa alat yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain :
a. Survei Topografi
Pekerjaan survei topografi dan pemetaan merupakan pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan peralatan yang
menunjang keberhasilan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu pekerjaan utama
dalam ukur tanah adalah mengukur jarak dan sudut dan berdasarkan ini pula,
maka alat-alat ukur tanah adalah alat-alat yang dipersiapkan untuk mengukur
jarak dan atau sudut. Alat alat yang digunakan adalah :
 Theodolite
 GPS
 Meteran
 Drone
b. Survei Lalulintas
Survai lalulintas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data
volume lalu lintas untuk berbagai keperluan teknik lalu lintas maupun
perencanaan transportasi. Alat alat yang digunakan adalah :
 Form survei
 Counter/alat hitung
 Alat tulis
c. Survei Geoteknik
Survei geoteknik pada pekerjaan ini dilakukan dengan uji DCP (Dynamic Cone
Penetrometer), tujuannya adalah untuk menentukan nilai CBR Subgrade,
subbase/base course suatu sistem secara cepat dan tepat. Alat alat yang
digunakan adalah alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer).

LAPORAN PENDAHULUAN 4-6


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
4.1.2 Penyusunan Metodologi dan Rencana Kerja
Di dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu program kerja
yang konsepsional, efektif dan efisien sedemikian sehingga setiap aktivitas kerja
terprogram dengan baik dalam rangka mencapai target sukses pekerjaan.
Program kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK).
Dalam penyusunan program kerja antara lain:
1. Ruang lingkup pekerjaan;
2. Volume pekerjaan;
3. Batas waktu;
4. Keahlian personil;
5. Jumlah personil;
6. Peralatan yang dipakai;
7. Arahan Pemberi Tugas/Pengguna Jasa;
8. Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya.
Secara garis besar program kerja tersebut diuraikan seperti berikut ini :
1. Untuk melaksanakan pekerjaan secara tepat waktu dan hasil yang baik sesuai
dengan jadwal kerja yang direncanakan;
2. Rencana kerja disusun dan dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan yang efektif
dan sesuai dengan waktu pelaksanaannya. Rencana kerja disusun secara sistematis
dengan tujuan agar tercapai sasaran dan tujuan pekerjaan ini.

4.1.3 Pengumpulan Data Sekunder


Melaksanakan pengumpulan data sekunder berupa data, laporan dan informasi untuk
mempelajari kondisi daerah perencanaan guna mempersiapkan rencana tidak lanjut
tahap berikutnya.

4.1.4 Pengumpulan Data Sosial, Ekonomi, Lingkungan dan Kebijakan Pemerintah


Teknik pengumpulan data secara umum terdapat empat macam yaitu observasi,
wawancara, dokumentasi, dan gabungan/tringulasi. Dalam mengumpulkan data,
dilakukan 3 teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam tahap ini pengamatan dilakukan secara langsung semua hal terkait rencana
penataan teknis simpang Kecamatan Benda dan Neglasari yang mempengaruhi
aspek sosial dan ekonomi dalam masyarakat yang terkena dampak.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-7


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan dengan melakukan tanya
jawab sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan yang
diwawancarai atau informan. Dalam hal ini akan dilakukan dengan cara
mewawancarai informan yaitu masyarakat yang akan terkena dampak dari perencaan
simpang ini.
3. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data yang bersifat tertulis. Hal itu
dimaksudkan untuk data penelitian, pengujian suatu peristiwa atau record terkait
perencanaan simpang.

4.1.5 Penyusunan Laporan Pendahuluan


Penyusunan laporan pendahuluan dilakukan untuk memaparkan kegiatan yang telah
dilakukan pada awal masa pelaksanaan kegiatan. Penyusunan laporan pendahuluan ini
disusun berdasarkan suatu tujuan yang berkaitan dengan maksud dan tujuan dari
dilaksanakannya pekerjaan ini.
Laporan pendahuluan akan dipaparkan dihadapan pemberi tugas untuk selanjutnya
dilakukan perbaikan jika ada koreksi dan mengaplikasikan masukan-masukan untuk
pelaksanaan pada tahap selanjutnya.

4.2 Pekerjaan Survei


Secara umum, pelaksanaan pekerjaan dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan dengan
urutan kerja sebagai berikut:

4.2.1 Survei Pendahuluan


Lingkup kegiatan pendahuluan, meliputi :
a. Mobilisasi personil dan peralatan kerja
b. Persiapan administrasi dan Rencana Kerja
c. Pengumpulan data sekunder
d. Identifikasi awal lokasi (orientasi lapangan)

4.2.2 Survei Topografi


a. Survei pengukuran topografi
Survei Topografi dilaksanakan untuk memperoleh gambaran bentuk dan tinggi
rendahnya relief muka tanah termasuk data situasi dari semua unsur yang ada

LAPORAN PENDAHULUAN 4-8


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
diatasnya, seperti alur sungai, tegalan, sawah, kampung, kuburan, bangunan-
bangunan prasarana umum, dan lain-lain. Pengambilan data dari setiap obyek
yang dipilih akan berupa data posisi dalam sistem koordinat polar. Kemudian
untuk keperluan penggambaran peta situasi dan untuk keperluan perencanaan
teknis selanjutnya, data dalam sistem polar ini dikonversi menjadi data posisi
dalam koordinat katersian (x, y, z).
Dalam pemetaan situasi, secara umum pengukuran lapangan terdiri dari :
i. Pemasangan Patok
Pada pemetaan situasi untuk perencanaan simpang, ada beberapa jenis
patok yang harus dipasang. Patok-patok tersebut adalah Patok Benchmark,
Patok Poligon, dan Patok Profil.
 Patok Benchmark
Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm
atau pipa paralon ukuran 4 inchi yang diisi dengan adukan beton dan di
atasnya dipasang nut dari baut dengan ujung kepala baut (nut) diberi
tanda cross grooving, ditempatkan pada tempat yang aman terhadap
kemungkinan tercabut atau berubah posisi, mudah terlihat. Patok
dipasang setiap 1 km dan pada setiap lokasi rencana dipasang minimal
2 buah pada awal dan akhir proyek.
Patok dipasang dengan kuat, bagian yang tampak di atas tanah setinggi
20 cm dicat warna kuning diberi lambing BM dengan warna hitam. Patok
yang sudah terpasang kemudian difoto sebagai dokumentasi yang
dilengkapi dengan nilai koordinat dan elevasi.
Penamaan disesuaikan dengan singkatan nama daerah yang di Survei.
 Patok Poligon
Patok Poligon adalah patok yang merupakan titik poligon dilapangan.
Patok poligon terbuat dari kayu yang cukup keras, lurus, dengan
diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50 cm, bagian
wahnya diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam
dengan kuat, bagian yang Nampak diberi nomor dan dicat warna kuning.
Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan patok bantu.
Guna memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar
patok diberi tanda-tanda khusus.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-9


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
 Patok Profil
Patok profil adalah patok yang merupakan titik pengukuran potongan
memanjang dilapangan. Patok profil dapat terbuat seperti patok poligon
atau dapat juga berupa paku yang ditanam pada aspal jalan dan
dilingkari dengan cat kuning sebagai tanda.
ii. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal
Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk polygon. Polygon atau jarak
antara titik polygon maksimal 100 Meter diukur dengan pegas ukur (meteran)
atau alat ukur jarak Elektronis.
iii. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal
Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dilakukan 2
kali berdiri alat, batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm.
Dimana D adalah panjang pengukuran (km) dalam 1 (satu) hari. Rambu ukur
yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian skala jelas
dan sama.
iv. Pengukuran Situasi/Detail
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem Tachymetri. Ketelitian alat yang
dipakai adalah 30". Pengukuran situasi daerah rencana simpang harus
mencakup semua detail topografi dan keterangan-keterangan yang ada di
daerah sepanjang rencana jalan tersebut. Untuk tempat-tempat jembatan
atau perpotongan dengan jalan lain pengukuran harus diperluas.
Pengukuran situasi meliputi :
 Pengukuran elevasi pada titik-titik ekstrim;
 Pengukuran situasi sungai, alur, saluran irigasi;
 Pengukuran detail bangunan air (elevasi, bentuk dan demensi), seperti
jembatan, gorong-gorong, dan lainnya;
 Pengukuran detail prasarana yang ada dilapangan, seperti jalan,
hightension tower, bangunan penting, dan lainnya;
 Pengukuran tata guna lahan (sawah, tegalan, hutan,
kampung/pemukiman, kuburan, perdangan dan lainnya);
 Pengukuran titik breakline, seperti tepi saluran, tepi sungai, tepi danau,
dinding lembah/bukit, garis pantai, dan lainnya.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-10


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
v. Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang
Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan untuk
menentukan volume penggalian dan penimbunan. Pengukuran penampang
memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana simpang.
Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai
dibuat setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan/pegunungan setiap 25
meter.
Pengukuran penampang melintang dilakukan bersamaan dengan
pengukuran situasi, dan dengan alat yang sama.
vi. Pengukuran Situasi Khusus
Pengukuran situasi khusus dilakukan jika rencana trase jalan berpotongan
dengan sungai/jalur/saluran irigasi, jalan nasional/propinsi/kabupaten
eksisting, proyek pembangunan (konstruksi) jalan.
Daerah sekitar yang diukur meliputi :
 200 meter kiri dan kanan dari sumbu sungai
 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan
Pengukuran dilakukan untuk memperkirakan ketinggian air tertinggi daerah
sungai, profil sungai, dan rencana bentang jembatan.

4.2.3 Survei Hidrologi


Survei hidrologi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam analisa hidrologi dan selanjutnya dapat dipakai dalam
perencanaan drainase sepanjang rencana jalan/simpang.
Lingkup pekerjaan kegiatan Survei hidrologi ini, secara umum meliputi kegiatan-
kegiatan:
i. Mengambil Peta Topografi pada daerah rencana pekerjaan dengan skala 1 :
250.000 serta Peta Situasi skala 1 : 1000
ii. Mengiventarisir gorong-gorong dan saluran samping existing meliputi :
 STA
 Dimensi
 Kondisi Jembatan
iii. Menganalisa pola aliran pada daerah rencana pekerjaan untuk mendapatkan
trase jalan dan posisi jembatan yang paling aman di lihat dari pengaruh pola
aliran tersebut.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-11


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
iv. Memprediksi kemungkinan terjadinya curah hujan yang paling besar yang
selanjutnya dapat memperkirakan besarnya intensitas curah hujan dan banjir
rencana dengan metode-metode yang ada.
v. Dari data lapangan dan hasil perhitungan tersebut diatas, selanjutnya
menentukan :
 Jenis dan dimensi bangunan drainase yang diperlukan seperti jenis
saluran samping dan dimensinya.
 Jenis dan dimensi gorong-gorong.

4.2.4 Survei Geologi dan Geoteknik


Dalam Survei geoteknik dilakukan pemeriksaan Dynamic Cone Penetration
(DCP) untuk menentukan nilai CBR lapisan tanah dasar yang dilakukan pada
ruas-ruas jalan yang belum beraspal, seperti jalan tanah, jalan kerikil, atau jalan
aspal yang telah rusak hingga tampak lapisan kondisinya. Pemeriksaan harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
i. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan;
ii. Pemeriksaan dilakukan Dilaksanakan Minimal 2 (dua) pada masing-masing
lengan simpang;
iii. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan tanah
lapisan dasar;
iv. Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada, seperti
lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya;
v. Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan
tanah dasar kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapisan
batuan);
vi. Selama pemeriksaan harus dicatat kondisi-kondisi khusus yang perlu
diperhatikan, seperti : timbunan, kondisi drainase, cuaca, waktu dan
sebagainya;
Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini dicatat dalam formulir.

4.2.5 Survei lalu lintas


Ketentuan mengenai Survei lalu lintas ini diambil dari Buku Petunjuk Teknik
Survei dan Perencanaan Teknik Jalan dari Direktorat Jenderal Bina Marga.
Survei Lalu Lintas dilaksanakan untuk memperoleh jumlah Lalulintas Harian/LHR
pada simpang yang akan direncanakan. Lokasi pelaksanaan dipilih di beberapa

LAPORAN PENDAHULUAN 4-12


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
titik yang dianggap paling tinggi jumlah lalulintasnya. Adapun waktu/hari
pelaksanaan dipilih pada hari yang dianggap paling ramai, dan biasanya pada
hari kerja.
Survei lalulintas bertujuan untuk mengetahui volume lalulintas, serta
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas
jalan/simpang tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalulintas
harian rata-rata sebagai dasar perencanaan jalan.
i. Pemilihan Lokasi Pos
 Pos mempunyai jarak pandang yang cukup untuk mengawasi
pergerakan pada lengan-lengan yang ditinjau;
 Pos tidak mengganggu kebebasan pandang pengemudi;
 Lokasi pos dapat memberikan ruang pengamatan yang jelas untuk
melihat lintasan dan arah pergerakan lalu lintas;
 Pos sebaiknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan dengan lampu
penerangan dan tempat berteduh.
ii. Periode Perhitungan
Perhitungan jenis kendaraan berdasarkan jumlah tiap jenis kendaraan
selama periode pengamatan dalam interval 15 menit serta tersebar dihitung
4x15 menit selama periode pagi, dan sore. Dalam perhitungan jumlah
lalulintas, kendaraan di bagi kedalam 8 kelompok mencakup kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-13


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
Tabel 4.3 Golongan dan Kelompok Jenis Kendaraan

(Sumber : Pedoman Survei Pencatatan Lalu Lintas dengan Cara Manual Pd.T-19-2004-B)

iii. Formulir Survei


Formulir survai terdiri atas formulir lapangan (ruas jalan dan persimpangan)
dan formulir himpunan, formulir harus dilengkapi identitas, seperti berikut ini:
 Adanya logo/nama instansi/lembaga dan atribut lainnya yang dituangkan
di sebelah kiri bagian atas formulir;
 Adanya keterangan mengenai lokasi, pelaksanaan survai dan kondisi
cuaca, meliputi :
o jumlah lembar
o nomor propinsi
o nama propinsi
o nomor pos
o lokasi pos
o tanggal
o arah lalu lintas
o keterangan/cuaca
o pencatat/pengawas

LAPORAN PENDAHULUAN 4-14


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
(Sumber : Pedoman Survei Pencatatan Lalu Lintas dengan Cara Manual Pd.T-19-2004-B)
Gambar 4.2 Contoh Form Survei Lapangan Pencacah Lalu Lintas

LAPORAN PENDAHULUAN 4-15


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
4.3 Perencanaan Teknis dan Kriteria Detail Desain
4.3.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan Informasi dan Data Sekunder akan dilakukan oleh Konsultan
langsung kepada Pemberi Tugas atau kepada Instansi Terkait yang berhubungan
tidak langsung dengan pekerjaan ini.
Adapun pengumpulan informasi dan data sekunder meliputi antara lain :
a. Peta Lokasi, Peta Geologi dan Peta Topografi.
b. Data mengenai kondisi jalan lama (existing) serta
kerusakan-kerusakannya.
c. Data bahan-bahan yang tersedia yang dapat menentukan
jenis konstruksi yang paling ekonomis.
d. Data harga satuan pekerjaan di daerah pekerjaan, disekitar
daerah pekerjaan yang dirinci menurut harga dasar material, upah dan
peralatan.
e. Data perkerasan jalan yang ada.
f. Data mengenai kondisi jembatan (bila ada).
g. Data iklim, curah hujan dan sistim drainase.
h. Informasi dan usulan lain dari Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Tangerang.
Konsultan akan mengumpulkan informasi dan data sekunder lainnya selain yang
tersebut diatas yang dirasakan perlu oleh Konsultan untuk proses tahapan
pekerjaan selanjutnya, hambatan yang sering ditemui oleh Konsultan dalam
kegiatan ini adalah adanya keterkaitan Pihak Ketiga (Instansi Terkait) yang tidak
langsung terlibat dalam pekerjaan ini yang menyebabkan terjadinya keterlambatan
dalam pengumpulan data sekunder tersebut. Konsultan akan mengantisipasi
masalah tersebut agar tidak menghambat pekerjaan dan mengharapkan partisipasi
Pemberi Tugas dalam memberikan rekomendasi bagi Konsultan untuk dapat
menghubungi Pihak Ketiga (Instansi Terkait) secara formal.

4.3.2 Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar
(subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi
perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu perkerasan lentur (flexible
pavement) dan perkerasan kaku (rigid Pavement). Selain dari dua jenis tersebut,

LAPORAN PENDAHULUAN 4-16


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan (composite pavement), yaitu
perpaduan antara lentur dan kaku.
Perencanaan perkerasan jalan dikatakan baik apabila konstruksi tersebut
memberikan beberapa sifat yaitu kuat, nyaman dan bernilai ekonomis. Konstruksi
perkerasan harus mampu mendukung beban lalulintas serta ketahanannya terhadap
kondisi lingkungannya (Kilreski, 1990).
Perkerasan jalan salah satu unsur konstruksi jalan raya sangat penting dalam
rangka kelancaran transportasi darat sehingga memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi penggunanya, sehingga perlu direncanakan dengan baik
berdasarkan standard dan kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia.
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan mobilitas keseharian dibandingkan dengan
transportasi air dan udara, sehingga volume kendaraan yang melewati ruas jalan
tersebut harus mampu mendukung perkerasan jalan pada ruas jalan yang
dilewatinya.
Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement),
Perkeraaan kaku (rigid pavement). Khusus untuk perkeraaan kaku (rigid pavement)
yang terbuat dari beton baik bertulang maupun tanpa tulangan dan lebih banyak
digunakan pada ruas jalan yang mempunyai volume kendaraan berat yang tinggi
serta sering mengalami banjir atau curah hujan tinggi.
Dengan telah dikembangkannya Perkerasan kaku (rigid pavement) untuk
pembangunan prasarana jalan di daerah perkotaan maupun di pedesaan, maka
pemerintah terus menggalakkan pembangunannya baik pada ruas jalan negara,
jalan provinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa ataupun lingkungan, mengingat
perkerasan jalan ini lebih mampu mendukung beban kendaraan berat serta tahan
terhadap genangan air.
Ruas jalan KS. Tubun yang terletak di Kota Tangerang Propinsi Banten, adalah ruas
jalan yang banyak dilalui oleh kendaraan kecil maupun besar.
Oleh karena itu dalam merencanakan suatu konstruksi perkeraaan kaku (rigid
pavement) diperlukan metode yang kompleks dan spesifik sehingga akan diperoleh
perencanaan tebal perkerasan beton serta tulangan berupa Dowel dan Tie Bar yang
mampu mendukung beban yang melintasi ruas jalan tersebut serta dibutuhkan biaya
yang digunakan.
Sehingga dapat dirumuskan permasalahannya, yakni bagaimana melakukan desain
perencanaan perkerasan jalan pada ruas jalan KS. Tubun serta bagaimana

LAPORAN PENDAHULUAN 4-17


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
Merencanakan Anggaran Biaya dan hasil yang dibutuhkan untuk pembangunan
jalan tersebut.
4.3.3 Hidrologi dan Drainase
a. Analisa Hidrologi

Analisa hidrologi sangat diperlukan dalam perencanaan drainase, hal tersebut


diperlukan untuk menentukan dimensi saluran-saluran samping, maupun
bangunan air lainnya yang sesuai dengan debit air maksimum, perhitungan
hidrologi dimaksudkan untuk dapat mengetahui bersarnya debit air yang harus
disalurkan pada saluran rencana.

Besarnya debit air yang harus disalurkan kesaluran-saluran biasanya selalu


berubah-ubah, bahkan kadang-kadang terjadi banjir, debit banjir rencana dapat
ditentukan berdasarkan curah hujan rencana untuk perhitungan antara lain :

- Cara Grafik
Cara grafik dengan mempergunakan kerta gumbel dan kertas logaritma
disusun dari curah hujan harian maksimum selama 10 tahun pengamatan,
kemudian dihitung periode ulang (Tr) dengan rumus :.

n+1
Tr = -------------
m
Dimana :

n = Jumlah pengamatan

m = Nomor urut masing-masing harga m dan Tr diplotkan pada kertas


logaritma dan Kertas Gumbel

- Sumbu vertical menunjukkan curah hujan harian maksimum


- Sumbu horizontal menunjukkan periode ulang (Tr)
Kemudian ditarik garis lurus yang mendekati titik tersebut, maka akan
didapat hujan rencana untuk berbagai periode ulang.

- Analisa Gumbel
Dengan rumus :

R = R + S.K

LAPORAN PENDAHULUAN 4-18


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
Dimana :

R = Curah hujan dengan masa ulang tertentu dalam (mm)

R = Curah hujan rata-rata dalam (mm)

K = Faktor frekwensi untuk T tertentu yang didapat dari table dibawah ini

S = Standart deviasi terhadap curah hujan rata-ratanya

S = ( R-R )²

( n-1 )

n = Jumlah pengamanan

Untuk menghitung debit banjir rencana dalam hal ini digunakan 3 metode,
yaitu :

- Methode Rasional
Rumus

Q = 0,278 C.I.A m³/detik

I = Intensitas hujan maksimum (mm/jam)

A = Luas daerah aliran sungai (Km²)

C = Koefisien pengaliran, yaitu perbandingan antara tinggi aliran dan


tinggi hujan

Untuk menghitung intensitas hujan maksimum digunakan teori Dr.


Mononobe :

R 24 24
I = x( ) 2/3 ( mm )
24 1 jam
Dimana :

LAPORAN PENDAHULUAN 4-19


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
R24 = Curah hujan maksimum selama 24 jam (mm/hari)

T = Waktu konsentrasi (jam) untuk menghitung t, digunakan rumus


Kirpick :

0.77
L
I = 0.00013
0385
S

L = Panjang sungai dalam (Km)

- Methoda Haspers
Dengan rumus

Q = α x β x q (m³/detik)

Dimana :

Q = Debit banjir rencana dalam (m³/detik)

Α = Koefisien pengajian

1 + 0.012 A 0.7
=
1 + 0.075 A 0.7
β = Angka reduksi untuk hujan rata-rata terhadap curah hujan terpusat
maksimum yang terdapat didaerah aliran

t + 3.7 x 10 - 0.4t Ғ0.75


1/ β = 1+ x
t² + 15 12
Rt = Curah hujan terpusat maksimum didaerah aliran (mm)

t x 24
=
T + 1-0.0008 (260-R24) x (2-t)²

LAPORAN PENDAHULUAN 4-20


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
q = Curah hujan terpusat maksimum didaerah aliran dalam
(m³/detik/Km²)

Rt
=
3,6 t
t = 0.1 x L0.8 x S -0.3

Untuk menghitung dimensi penampang digunakan debit rata-rata dari kedua


rumus diatas :

Q1 + Q2
Q=
2

b. Perencanaan Drainase

- Saluran Samping

1) Saluran samping didesain untuk dapat menampung debit rencana


didaerah pengairan dengan tipe V, dari saluran tanah terbuka.
Kemiringan memanjang saluran (S) diusahakan mengikuti kemiringan
jalan dengan minimum 0.2%-0.4% dan panjang jalur (L) sedapat mungkin
tidak melebihi dari 400 meter sesuai dengan buku pedoman dari
Direktorat Jenderal Bina Marga. Type ini dirancang dengan pertimbangan
factor kemudahan yang sesuai dengan kondisi setempat. Didaerah
menghindari erosi yang berlebihan dan dibentuk ”Cascade” untuk
mengurangi kecepatan aliran air.

Bentuk penampang saluran yang digunakan adalah penampang segitiga


dan penampang trapezium.

Parameter yang digunakan untuk menghitung dimensi saluran, terdiri


dari :

K = Koefisien kekasaran

LAPORAN PENDAHULUAN 4-21


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
m = Kemiringan saluran

n = Perbandingan antara b dan h

Rumus yang digunakan adalah rumus Strykler

V = k x R2/3 x I G1/2

V = Kecepatan aliran (m/det)

k = Koefisien kekasaran saluran (m ° /detik)

R = Jan-jari hidrolis (m)

I = Kemiringan dasar saluran

- Gorong-gorong

Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai membawa air dari saluran


samping atau saluran alam untuk melewati badan jalan bentuk penampang
gorong-gorong yang digunakan adalah bentuk penampang box culvert dan
bulat adapun diameter gorong-gorong sudah standar dan yang terkecil
besarnya 0.60 m.

Agar dimensi penampang gorong-gorong efisien, maka gorong-gorong


direncanakan sebagai saluran tertutup dengan rumus pengaliran sebagai
berikut :

Q=μxAx√ 2xgxz

Q = Debit yang dialirkan m³/detik

μ = Koefisien aliran

A = Luas penampang gorong-gorong m²

g = Grafitasi m²/detik

z = Kehilangan energi (m)

LAPORAN PENDAHULUAN 4-22


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
4.3.4 Struktur Bangunan
Perkerasan direncanakan untuk memikul beban lalu lintas secara aman dan nyaman
serta selama umur rencana tidak terjadi kerusakan yang berarti. Untuk dapat
memenuhi fungsi tersebut, perkerasan beton harus :
- Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar (akibat beban lalu–
lintas )sampai batas–batas yang masih mampu dipikul tanah dasar tersebut,
tanpa menimbulkan perbedaan penurunan /lendutan yang dapat merusak
perkerasan.
- Mampu mengatasi pengaruh kembang susut dan penurunan kekuatan tanah
dasar, serta pengaruh cuaca dan kondisi lingkungan.
Perkerasan beton adalah struktur yang terdiri atas pelat beton yang bersambung
(tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan,
terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis
permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton secara tipikal sebagaimana terlihat
pada Gambar 4.3.

Perkerasan Beton
Lapis Pondasi Beton Kurus (LC)
Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Tanah Dasar (Dipadatkan)

Gambar 4.3. Tipikal Struktur Perkerasan Kaku pada tanah dasar.


Pada perkerasan beton, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat
beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi
keawetan dan kekuatan perkerasan beton.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan
perubahan kadar air selama masa pelayanan. Lapis pondasi bawah pada
perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul
beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi mengendalikan pengaruh kembang
susut tanah dasar, mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan
dan tepi tepi pelat, memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat,
serta sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-23


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan
beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada
lapisan-lapisan di bawahnya.

4.3.5 Pondasi
a. LapisanTanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan
lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut
Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan
setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang
berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang
distabilisasi dan lain-lain.Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar
dibedakan atas:
 Lapisan tanah dasar pada tanah galian.
 Lapisan tanah dasar pada tanah urugan.
 Lapisan tanah dasar pada tanah asli.
Bila tanah dasar berada pada daerah galian, maka sub grade ini harus dibentuk
sesuai penampang melintang dan memanjang jalan, tetapi dengan ketinggian yang
lebih tinggi daripada elevasi akhir, setelah memperhitungkan adanya penurunan
elevasi akibat pemadatan. Tanah harus dipadatkan dengan alat pemadat
(compactor) yang telah disetujui , dan sebelum pemadatan kadar airnya harus
disesuaikan dengan cara disiram air melalui truk sprinkler yang telah disetujui.
Sebelum suatu sumber tanah akan digunakan sebagai material subgrade, harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Untuk penambahan kadar air atau
pengeringan tanah subgrade harus digaruk beberapa kali untuk menghasilkan kadar
air yang seragam (homogen). Bila karakteristik alamiah tanah sedemikian rupa
sehingga tidak memungkinkan tercapainya CBR minimum sebesar 6 % dengan
dipadatkan sesuai ketentuan dalam Spesifikasi. Tanah bongkaran yang memenuhi
syarat sebagai tanah timbunan dapat digunakan sebagai tanah timbunan,
sedangkan tanah bongkaran yang tidak memenuhi syarat sebagai tanah galian
biasa maka tanah tersebut harus dibuang. Untuk derajat kepadatan seluruh material
sampai kedalaman 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sekurang-
kurangnya 100 % dari kepadatan kering maksimum sebagaimana ditentukan sesuai

LAPORAN PENDAHULUAN 4-24


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
dengan AASHTO T 99 pada rentang kadar air - 3% sampai dengan +1% dari kadar
air optimum di laboratorium. Apabila tidak ditentukan lain dalam Gambar, nilai CBR
minimum yang diharuskan untuk subgrade pada pekerjaan perkerasan jalan adalah
sebesar 6 %. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
 Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah
pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya
kepadatan yang kurang baik.

b. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan
tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini
berfungsi sebagai:
 Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah
dasar.
 Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-25


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
Untuk metode pelaksanaan penghamparan lapis pondasi bawah :
Apabila lapisan tanah dasar telah siap bahan LPB harus ditebar dengan
menggunakan tenaga kerja atau motor grader. Tebal penebaran tidak melebihi 20
cm agar dapat mencapai pemadatan yang ditetapkan.
Setelah penebaran dan pembentukan akan dilanjutkan dengan pemadatan dengan
menggunakan mesin gilas roda baja atau mesin gilas roda ban, pengilasan
dilaksanakan secara gradual dari pinggir ke tengah dengan garis sumbu jalan dan
harus terus menerus sampai seluruh permukaan telah dipadatkan secara merata
dengan mengikuti kemiringan yang ditetapkan.
Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas lebih rendah
3 % dari kadar air optimum sampai 1 % lebih tinggi untuk mencapai kepadatan
kering maksimum yang ditetapkan.

c. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis
pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
 Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
 Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga,
volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-26


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida
Untuk metode pelaksanaan penghamparan lapis pondasi atas :
 Agregat LPA dipasang diatas LPB yang sudah disiapkan.
 Agregat harus dihampar dengan tenaga kerja atau dengan motor grader sampai
satu campuran yang merata dengan batas kelembaban yang optimum.
 Agregat harus dihampar dalam lapisan yang tidak melebihi ketebalan 20 cm
sehingga kepadatan maksimum yang telah ditetapkan dapat dicapai.
 Penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan yang diperlukan harus
dilaksanakan dengan cadangan kurang lebih 10 % ketebalan untuk pemadatan
bahan LPA. Bahan tersebut harus dipadatkan dengan baik dengan
menggunakan alat pemadat yang sesuai meliputi mesin gilas roda besi, mesin
gilas ban atau mesin gilas roda bergetar.
 Kadar air untuk pemasangan harus dijaga dalam batas 3 % lebih rendah dari
kadar air optimum sampai 1 % lebih tinggi dari kadar air optimum. Bahan LPA
harus dipadatkan sampai menghasilkan kepadatan 100 % maksimum kepadatan
kering yang diperlukan.

LAPORAN PENDAHULUAN 4-27


Perencanaan Teknis Penataan Trase Akses Jembatan Cisadane-Prosida

Anda mungkin juga menyukai