KATA PENGANTAR
Laporan ini secara umum berisi tentang, latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan
pekerjaan, lingkup pekerjaan, kondisi umum daerah studi, metode pelaksanaan dan hasil
kegiatan.
Demikian laporan ini disusun, semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tujuan. Atas
kepercayaannya yang telah diberikan, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................ v
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................... I-1
1.1. Latar Belakang Proyek....................................................................................... I-1
1.2. Lokasi Pekerjaan................................................................................................ I-2
1.3. Jangka Waktu Pelaksanaan................................................................................ I-2
1.4. Maksud Dan Tujuan........................................................................................... I-2
1.5. Lingkup Pekerjaan............................................................................................. I-2
BAB 2 KONDISI UMUM DAERAH STUDI............................................................ II - 1
2.1. Kondisi Umum Danau Limboto........................................................................ II - 1
2.1.1. Administrasi...................................................................................................... II - 1
2.1.2. Topografi........................................................................................................... II - 1
2.1.3. Geologi.............................................................................................................. II - 2
2.1.4. Geomorfologi.................................................................................................... II - 4
2.1.5. Hidroklimatologi............................................................................................... II - 5
2.2. Kondisi Sosial Ekonomi................................................................................... II - 10
2.3. Permasalahan yang Ada..................................................................................... II - 12
BAB 3 METODE PELAKSANAAN......................................................................... III - 1
3.1. Kunjungan Persiapan / Sosialisasi................................................................. III - 1
3.2. Pelaksanaan Pra............................................................................................. III - 1
3.3. Pengorganisasian Masalah dan Penyusunan RKTD...................................... III - 3
3.4. Pembahasan Alternatif Kegiatan.................................................................... III - 4
3.5. Pemilihan Kegiatan Dan Pengisian Bagan RKTD......................................... III - 5
3.6. Inventarisasi Penanggungjawab Kegiatan Dalam RKTD.............................. III - 5
BAB 4 HASIL KEGIATAN....................................................................................... IV - 1
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1 PENDAHULUAN
Danau Limboto merupakan sumber daya alam yang sangat terkait dengan hajat
hidup masyarakat dan merupakan salah satu aset sumber daya alam yang dimiliki
Gorontalo saat ini.Secara ekologis danau merupakan habitat dari berbagai biota air,
juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Secara ekonomi Danau Limboto
merupakan sumber mata pencaharian petani dan nelayan di sekitarnya, juga
berfungsi sebagai sarana transportasi dan obyek wisata. Saat ini, Danau Limboto
berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan karena mengalami proses
penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam keberadaannya
dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya luasan perairan danau
menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau sebagai kawasan penampung air
sehingga berpotensi terjadinya banjir dan kekeringan di sekitar wilayah kawasan
danau bahkan di luar kawasan Danau Limboto.
Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat diberbagai keperluan, maka
diperlukan suatu perencanaan pengelolaan secara terpadu guna menentukan langkah
dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan
mengoptimalkan potensi pengembangan SDA, melindungi / melestarikan serta
meningkatkan nilai SDA dan lahan khususnya Danau Limboto sebagai aset Daerah
yang perlu dilestarikan.
Untuk itu Kegiatan Perencanaan dan Program Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai
Sulawesi II pada Tahun Anggaran 2010 ini akan melaksanakan Perencanaan
Greenbelt Danau Limboto guna mewujudkan pemanfaatan dan pendayagunaan
sumber air di wilayah sungai tersebut secara serasi dan optimal
Adapun tujuannya adalah untuk memperoleh hasil desain kawasan sempadan danau
yang merupakan kawasan lindung sehingga terlindungi dari kegiatan budidaya yang
dapat mengganggu fungsi danau tersebut, dengan mempertahankan elevasi + 4,8 m
dpl.
Secara garis besar ruang lingkup dari pekerjaan “Perencanaan Greenbelt Danau
Limboto” di Propinsi Gorontalo adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Kepemilikan Lahan Lingkungan Perairan Danau Limboto guna
mempertahankan kelestarian danau limboto dan membuat garis sempadan
danau limboto yang dapat dituangkan dalam satu Peraturan daerah provinsi
Gorontalo.
2. Inventarisasi masalah umum, sistem usaha tani dan erosi tanah didaerah
tangkapan danau limboto serta sosial-ekonominya dan investasi stakeholder dan
kegiatan pengelolaan lahannya.
3. Penyusunan upaya fisik berupa detail desain daerah yang diperlukan.
4. Melakukan kajian terhadap studi terkait yang pernah dilakukan.
5. Pembuatan system planning
Danau Limboto terletak di dua wilayah yaitu + 30 % wilayah Kota Gorontalo dan +
70 % di wilayah Kabupaten Gorontalo yang menjangkau 7 kecamatan.
Secara geografis, danau Limboto terletak di bagian tengah Provinsi Gorontalo dan
secara astronomis, danau limboto terletak pada 122° 57’ 40” – 123° 02’ 14” BT dan
00° 31’ 58” – 00° 34’ 50” LU
2.1.2. Topografi
Danau Limboto, merupakan cekungan rendah atau laguna, yang merupakan muara
sungai-sungai, diantaranya: Ritenga, Alo Pohu, Marisa, Meluopo, Biyonga.
2.1.3. Geologi
Sulawesi memperlihatkan bentukan oleh tumbukan dari benturan 2 lempengan
bumi. Lempengan Benua Australia bergerak ke arah Barat dengan mengalirkan
magma dan bertumbukan dengan lempengan Benua Asia. Tumbukan tersebut
disertai dengan patahan dan putaran fragmen pada lempengan utama. Lempengan
Australia menyusup di bawah lempengan Asia, dan hal tersebut menyebabkan
pemunculan dan pemisahan fragmen lempengan.
Bagian Utara bersama bagian Selatan Sulawesi memisah sepanjang garis Selat
Makasar dari lempengan Asia pada bagian Barat Kalimantan yang menyebabkan
proses tektonik selama pertengahan jaman tersier. Batuan dasar tertua jaman pra
tersier dari metamorphik dan ultrabasic telah muncul di ujung Barat Daya pada
Sulawesi Utara. Berikutnya awal pertengahan jaman tersier batuan volkanic antara
dasar dengan batuan sedimen tersebar menutupi batuan dasar. Granit menyusup
terjadi di tengah akhir jaman tersier dan tersebar secara luas di Sulawesi Utara,
mendekati gabungan mineralisasi.
Batuan pasir, volkanic conglomerat dan dasar tipis batuan kapur telah membentuk
pada akhir jaman tersier. Batuan tersebut dapat diobservasi pada bagian Utara dari
Sulawesi Utara. Batuan volkanic dari andesit dan atau komposisi dacific telah
masuk menerobos ke atas nebtuibes strata pada awal jaman kuarter dan batuan
tersebut membentuk pegunungan tinggi diwilayah.
Relatif kurang konsolidasi dan strata endapan ”celebes mollase”, yang terdiri dari
konglomerat, kuarsa batuan pasir, shales, marls, coral batuan kapur menurun
menutup volkanic kuarter awal. Batas porsi dari strata/ (lapisan) dapat diobsevasi
pada kondisi terbuka. Endapan baru pasir, gravel dan coral karang telah menyebar
di atas seluruh strata (lapisan).
Geologi pada area studi terdiri utamanya jenis volkanic dan batuan sedimen pada
pertengahan jaman tersier ke awal jaman kuarter. Volkanic dan batuan sedimen
pembentuk utama ke jenis susupan (intrusi) merupakan metamorphose ringan ke
tinggi dan kondisi asli dari batuan metamorphose tinggi sedikit tidak dapat
dibedakan. Sebagian batuan sedimen adalah ke granitan dan
metamorphosean/lapukan.
Strata (lapisan) awal ke tengah jaman tersier tampak membentuk batuan dasar di
area studi. Jenis – jenis batuan granit dan granodiarites mudah dibedakan dari satu
dengan lainnya : awal ke tengah lapisan tersier, kemudian batuan tersebut dapat
dipetakan secara terpisah pada peta geologi dari area studi.
Batuan sedimen dari akhir tersier tidak tampak ke permukaan pada area studi, akan
tetapi terdapat kondisi kristalisasi dari batuan kapur, yang dapat mengindikasikan
penyebaran batuan sedimen tersier mengutamakan ke volkanic terakhir kejadian
dari awal kuarter. Kondisi kristalisasi batuan kapur tampak dibentuk oleh aktifitas
hidrothermal saat itu.
Aktifitas volkanic terakhir dari kuarter telah membentuk kerangka dari topographi
saat ini di dalam area studi. Andestic dan dacific lavas menyebar pada puncak
tinggi dari area. Tuft lepas (tidak terikat) juga dapat diobservasi sepanjang tebing
kanan Sungai Bone.
Endapan tidak terkonsolidasi dari gravel dan pasir tersebar luas pada lahan rendah
pada DAS. Lereng dan teras endapan juga tersebar pada kaki dataran tinggi dan
area pegunungan menutup formasi tua
2.1.4. Geomorfologi
Berdasarkan Peta Land System / Land Suitability Series Repprot 1988 Limboto
didominasi oleh punggung-punggung granit terorientasi yang terjal yang mencapai
luas 25.947 ha (28,51 %) dan daratan Lakustrin seluas 10.205 ha (11,22 %), dan
punggung-punggung yang tak teratur diatas batuan vulkanik basa seluas 8.834
(9,71 %). Punggung bukit dan punggung-punggung bukit karstik yang tidak rata
seluas 8.454 (9,29 %)
Tabel 2. 1. Geomorfologi DAS Limboto
Luas
No Geomorfologi
Ha %
1 AWW Dataran berombak diatas napal dan batu gamping 1.330 1.46
2 Pungung – punggung yang tak teratur diatas batuan
BBG 8.834 9.71
vulkanik basa
3 BBR Deretan bukit yang sangat curam diatas batuan beku asam 3.815 4.19
4 BKN Dasar lembah kecil diantara bukit-bukit 635 0.70
5 BMS Punggung bukit yang sangat curam diatas vulkanik basa 6.685 7.35
6 BTR 4.278 4.70
7 Danau 3.415 3.75
8 DLU Daratan Lakustrin 10.208 11.22
9 GBJ Daratan karstik berbukit kecil 89 0.10
10 GJO Kipas alluvial vulkanik yang melereng sedang 1.268 1.39
11 HU Bukit curam diatas napal dengan singkapan batu gamping 2.630 2.89
12 KHY Dataran gabungan endapan muara dan endapan sungai 149 0.16
13 KLG Bukit kars diatas marmer dan batu gamping 3.403 3.74
14 KTG 295 0.32
15 KTT Kipas alluvial non vulkanik yang melereng sedang 3.574 3.93
Luas
No Geomorfologi
Ha %
16 LBB 907 1.00
17 LBS Kipas alluvial non vulkanik yang melereng landai 3.040 3.34
18 LLP 655 0.72
19 LLS 394 0.43
20 LLT 83 0.09
21 Punggung bukit dan punggung-punggung bukit karstik
OKI 8.454 9.29
yang tidak rata
22 Dataran yang bergelombang dengan bukit-bukit kecil di
SFO 916 1.01
atas napal dan batu gamping
23 TWI Punggung – punggung granit terorientasi terjal 25.947 28.51
Total 91.004 100.00
Sumber : Peta Sitel Lahan Kesesuaian Lahan Sulawesi Utara, di dalan RTL-RLKT DAS Limboto
2.1.5. Hidroklimatologi
A. Data Hujan
Data curah hujan di dapat dari Kantor Balai Wilayah Sungai Sulawesi II dan
Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Gorontalo.
Stasiun Hujan terdekat yang ada di sekitar lokasi adalah Stasiun Hujan
Jalaluddin, Stasiun Hujan Pohu Bongomeme, Stasiun Hujan Alo Isimu, Stasiun
Hujan Biyonga dan Stasiun Hujan Bulota Hepulawa. Periode Pencatatan Data
Hujan Stasiun Jalaluddin adalah 17 tahun (1993 – 2009), Stasiun Pohu
Bongomeme selama 8 tahun (2002 – 2009), Stasiun Alo Isimu selama 8 tahun
(2002-2009), Stasiun Biyonga selama 8 tahun (2002 – 2009) dan stasiun Bulota
Hepulawa selama 8 tahun (2002 – 2009)
Tabel 2. 2. Rekap Data Curah Hujan Sta. Jalaluddin (1993-2009)
Tahun JAN. PEB. MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST. SEPT. OKT. NOP. DES. Jumlah
1993 108.00 94.00 25.00 102.00 279.00 70.00 35.00 0.00 1.00 38.00 256.00 142.00 1150.00
1994 96.00 102.00 180.00 200.00 141.00 127.00 65.00 8.00 0.00 48.00 266.00 87.00 1320.00
1995 151.00 97.00 70.00 100.00 88.00 156.00 134.00 230.00 132.00 57.00 218.00 205.00 1638.00
1996 102.00 179.00 168.00 89.00 55.00 286.00 82.00 167.00 49.00 226.00 93.00 88.00 1584.00
1997 188.00 124.00 298.00 97.00 112.00 3.00 58.00 0.00 1.00 3.00 129.00 81.00 1094.00
1998 116.00 1.00 12.00 82.00 306.00 90.00 174.00 59.00 53.00 152.00 207.00 288.00 1540.00
1999 134.00 72.00 296.00 146.00 223.00 113.00 122.00 76.00 35.00 160.00 138.00 92.00 1607.00
2000 170.00 268.00 110.00 99.00 72.00 263.00 140.00 68.00 39.00 185.00 157.00 80.00 1651.00
2001 385.00 205.00 147.00 141.00 141.00 262.00 27.00 30.00 48.00 60.00 253.00 145.00 1844.00
2002 177.00 4.00 126.00 117.00 108.00 82.00 1.00 0.00 0.00 34.00 82.00 127.00 858.00
2003 89.00 56.00 215.00 266.00 192.00 11.00 64.00 46.00 65.00 53.00 82.00 222.00 1361.00
2004 128.00 100.00 79.00 175.30 137.60 50.00 66.00 0.00 36.00 122.00 61.00 74.00 1028.90
2005 30.00 103.00 117.00 105.00 231.00 84.00 210.00 17.00 20.00 223.00 85.00 133.00 1358.00
2006 112.00 143.00 68.00 162.00 68.00 290.00 32.00 3.00 55.00 3.00 204.00 122.00 1262.00
2007 229.00 73.00 76.00 129.00 249.00 214.00 79.80 38.20 129.00 45.80 118.00 399.90 1780.70
2008 214.00 94.00 388.50 228.30 130.00 122.60 253.00 147.00 66.00 188.00 206.10 251.00 2288.50
2009 148.00 147.00 169.00 137.00 228.40 100.70 44.70 9.70 28.60 34.20 142.10 54.70 1244.10
Rata-Rata 151.59 109.53 149.68 139.74 162.41 136.72 93.38 52.88 44.56 96.00 158.66 152.45 1460.32
Sumber : BMG Gorontalo
Data klimatologi didapat dari stasiun Jalaluddin yang meliputi data temperatur
udara, kecepatan angin, kelembaban udara relatif dan lama penyinaran
matahari. Periode Pencatatan adalah Tahun 1994 – 2008.
Tabel 2. 7. Temperatur Rata – Rata Bulanan, (°C)
Tahun JAN. PEB. MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST. SEPT. OKT. NOP. DES.
1994 26.40 26.30 26.20 26.60 26.90 26.40 26.00 26.50 26.80 27.60 27.10 26.70
1995 26.30 26.50 26.10 27.20 27.30 26.70 25.80 26.20 26.60 27.20 26.90 26.60
1996 26.10 26.00 26.80 27.20 27.10 26.50 26.50 26.20 26.80 26.70 26.60 26.70
1997 26.10 26.30 26.40 26.70 27.40 26.80 26.70 26.40 26.70 27.40 27.40 27.10
1998 26.90 27.10 27.40 27.80 27.60 26.90 26.60 26.50 27.00 27.30 26.70 26.70
1999 26.60 26.70 26.70 27.20 26.90 26.50 26.10 26.30 27.00 26.90 26.90 27.00
2000 26.30 26.40 26.30 26.80 27.10 26.00 26.40 26.40 26.90 26.50 27.10 27.10
2001 26.20 26.40 26.90 27.10 27.20 26.50 26.40 26.80 26.80 27.40 26.90 26.40
2002 26.20 27.00 26.90 27.40 27.20 26.70 26.30 26.80 27.00 28.00 27.70 27.30
2003 26.90 26.80 26.70 27.10 27.20 27.10 26.30 26.90 25.90 27.60 27.40 26.50
2004 26.90 26.60 27.50 27.30 27.20 26.80 26.30 26.30 27.50 27.90 27.60 27.20
2005 27.00 26.60 27.00 27.00 27.20 26.70 26.30 27.00 27.50 29.60 27.00 26.90
2006 26.60 26.70 26.80 26.40 27.10 25.60 26.60 27.10 27.20 27.50 27.40 27.50
2007 26.90 26.20 26.90 27.20 27.40 26.80 26.30 26.10 27.00 27.30 27.20 26.70
2008 26.70 26.70 26.30 26.70 26.80 26.60 26.10 26.20 26.10 27.20 26.20 26.70
2009 26.80 27.00 27.00 27.00 27.60 27.10 26.90 27.40 28.10 27.80 27.50 27.30
Jumlah 424.900 425.300 427.900 432.700 435.200 425.700 421.600 425.100 430.900 439.900 433.600 430.400
Rata-rata 28.327 28.353 28.527 28.847 29.013 28.380 28.107 28.340 28.727 29.327 28.907 28.693
Sumber : BMG Gorontalo
Tahun JAN. PEB. MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST. SEPT. OKT. NOP. DES.
1994 83.40 83.20 86.00 86.00 82.70 83.00 76.40 70.00 65.50 69.20 80.60 82.70
1995 81.60 82.90 77.80 80.50 82.70 84.20 84.80 83.90 79.40 79.80 84.80 84.10
1996 84.70 84.80 83.70 81.30 82.80 84.70 83.10 83.30 77.00 85.10 83.40 81.10
1997 83.10 84.50 84.40 82.80 79.20 72.80 76.30 63.20 68.30 65.90 77.00 81.90
1998 80.10 75.30 71.80 77.00 85.00 84.90 86.70 84.20 80.80 82.50 85.30 85.50
1999 85.20 83.30 85.50 83.30 84.50 84.00 82.30 78.00 78.00 82.40 83.90 84.20
2000 85.70 85.40 84.80 84.30 82.90 86.70 81.00 79.60 77.80 85.20 84.00 84.70
2001 86.10 84.50 82.10 83.90 82.20 84.90 79.50 75.60 78.20 79.70 84.30 84.00
2002 86.00 80.00 82.00 79.00 81.00 83.00 75.00 70.00 68.00 67.00 78.00 80.00
2003 81.50 80.40 82.50 85.10 82.70 76.70 80.00 76.00 72.50 75.50 80.20 85.10
2004 83.00 83.00 82.00 82.00 83.00 77.00 80.00 72.00 68.00 72.00 81.00 83.00
2005 79.00 81.00 79.00 83.00 84.00 83.00 83.00 75.00 71.00 80.00 84.00 84.00
2006 84.10 83.40 81.90 78.60 79.50 85.30 77.30 70.70 71.10 70.20 79.20 81.70
2007 84.20 83.90 79.90 80.40 79.00 84.90 80.20 80.40 70.30 76.30 79.40 84.50
2008 84.40 82.10 99.00 82.60 80.80 81.90 84.30 82.30 79.40 80.30 82.90 84.40
2009 84.10 82.00 81.00 83.50 81.30 80.20 79.10 72.20 68.20 74.60 80.60 80.10
Jumlah 1336.200 1319.700 1323.400 1313.300 1313.300 1317.200 1289.000 1216.400 1173.500 1225.700 1308.600 1331.000
Rata-rata 89.080 87.980 88.227 87.553 87.553 87.813 85.933 81.093 78.233 81.713 87.240 88.733
Sumber : BMG Gorontalo
Jumlah penduduk kabupaten Gorontalo tahun 2008 sebesar 339.620 jiwa, dengan
laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,64% per tahun. Sedangkan kota gorontalo
laju pertumbuhan penduduk rata – rata 0,53% per tahun
Secara umum penyebaran penduduk di kabupaten Gorotalo dapat dikatakan belum
merata, terbesar di kecamatan Limboto sebesar 12,34% sedangkan terendah di
kecamatan Biluhu sebesar 2,21%. Tingkat kepadatan kabupaten gorontalo pada
tahun 2008 rata-rata 183 jiwa per kilometer persegi. Data jumlah penduduk selama
6 tahun terakhir disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel 2. 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Gorontalo
Jumlah Penduduk
No Kecamatan
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Batudaa Pantai 17.967 18.273 18.381 18.915 19.171 10.511
2 Batudaa 26.222 26.667 26.824 27.604 27.978 12.717
3 Bongomeme 32.277 32.825 33.019 33.978 34.438 33.333
4 Tibawa 33.662 34.233 34.436 35.436 35.916 34.216
5 Pulubala 22.124 22.500 22.632 23.290 23.605 22.852
6 Boliyohuto 21.520 21.885 22.015 22.655 22.962 23.493
7 Mootilango 15.701 15.968 16.062 16.529 16.753 18.303
8 Tolangohula 29.987 30.496 30.677 31.568 31.996 20.667
9 Sumalata 13.256 13.481 13.561 13.955 - -
10 Tolinggula 11.505 11.700 11.769 12.111 - -
11 Kwandang 32.056 32.600 32.793 33.746 - -
12 Anggrek 16.685 16.969 17.069 17.565 - -
13 Limboto 37.295 37.928 38.152 39.261 39.793 41.916
14 Limboto Barat 20.732 21.084 21.209 21.826 22.122 22.316
15 Telaga 37.270 37.903 38.127 39.235 39.766 18.556
16 Telaga Biru 22.382 22.762 22.896 23.562 23.881 24.263
17 Atinggola 16.229 16.504 16.602 17.085 - -
18 Biluhu - - - - - 7.511
19 Tabongo - - - - - 16.186
20 Asparaga - - - - - 11.970
21 Tilango - - - - - 11.848
22 Telaga Jaya - - - - - 9.326
Jumlah 406.870 406.870 416.224 428.321 338.381 339.620
Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo 2009
lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Hal ini berkaitan dengan hembusan angin yang
berbeda pada tiap musim. Enceng gondok akan bergerak dari barat-utara ke timur dan
selatan. Pergeseran tersebut sejalan dengan perubahan musim khususnya arah mata
angin dimana enceng gondok akan terdeposisi di bagian selatan danau.
RKTD ini disiapkan melalui tahapan atau langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Persiapan
Perencanaan kegiatan tingkat desa, merupakan kegiatan yang cukup besar
dengan melibatkan cukup banyak peserta, dan memerlukan waktu yang
memadai. Karena itu, persiapan yang sebaik-baiknya perlu dilakukan.
Persiapan bahan-bahan perencanaan
Seluruh informasi hasil kajian dengan teknik-teknik PRA dikumpulkan
oleh Tim PRA dan dikaji bersama. Untuk mempermudah proses
perencanaan, dibuat tulisan masing-masing pada selembar kertas besar
mengenai 1) berbagai masalah yang terkumpul dari seluruh penerapan
teknik dan 2) berbagai potensi yang terkumpul dari seluruh penerapan
teknik.
Penyepakatan waktu
Waktu pertemuan penyusunan rencana kegiatan tentu saja harus
disepakati bersama masyarakat agar waktu pertemuan tidak mengganggu
kerja. Biasanya, kita tidak dapat sehari penuh melakukan pertemuan
dengan masyarakat.
Persiapan teknis
Persiapan teknis yang perlu dilakukan antara lain adalah 1) menyepakati
jadwal pertemuan dengan masyarakat, 2) mengundang berbagai kelompok
masyarakat untuk hadir dalam pertemuan, 3) mempersiapkan tempat
pertemuan, 4) mempersiapkan konsumsi (minuman kopi/teh, makanan
kecil), dan 5) mempersiapkan alat-alat dan bahan : kartu-kartu, kertas
besar, lem, selotip dan alat tulis.
b. Pelaksanaan
Pembukaan, Penyampaian Maksud dan Tujuan
Setelah peserta pertemuan desa berkumpul, “pimpinan rombongan” (dari
Tim PRA) menyampaikan kembali maksud dan tujuan dari pertemuan ini.
Juga dari pemuka masyarakat, seperti kepala desa dan wakil dari tokoh
adat, akan menyampaikan sambutan singkat kepada masyarakat mengenai
adanya kegiatan penerapan PRA ini. Acara agak resmi (formal) seperti ini
seringkali sulit untuk dihindari, terutama bila kepala desa dan tokoh-tokoh
masyarakat ikut hadir.
sumber daya alam yang ada, keterampilan yang dimiliki, tenaga kerja yang tersedia,
waktu, modal, tempat dan lain- lain. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling
layak menurut masyarakat bisa dilakukan dengan menggunakan matriks ranking
sederhana untuk masing-masing masalah prioritas yang tercantum. Atau dipilih
berdasarkan kesepakatan bersama.
identifikasi dan evaluasi tindakan/upaya konservasi tanah yang ada saat ini dan
yang mungkin dapat diterapkan lagi pada masa mendatang sangatlah penting untuk
dilakukan.
Untuk mencari solusi masalah konservasi, maka petani selaku stakeholder utama
perlu menyusun daftar tindakan/upaya konservasi tanah yang baik yang diketahui
maupun yang diperkenalkan. Analisa ini dilengkapi dengan analisa keuntungan
maupun kerugian pada masing-masing tindakan/upaya konservasi tanah. Petani
mengindikasikan tindakan-tindakan/upaya-upaya mana yang dianggap tepat dan
sesuai dengan kondisi biofisik di lapangan.
Kemudian para petani memutuskan untuk mengimplementasikan tindakan-
tindakan/upaya-upaya konservasi tanah pada lahannya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan petani bentuk tindakan/upaya konservasi tanah
yang dapat dilakukan dengan tujuan untuk menyeleksi/ memilih tindakan solusi
yang paling tepat.
seputar teknologi konservasi yang mereka terima. Kondisi ini menjadi sebab
rendahnya motivasi dan keinginan penduduk untuk menerapkan secara swadaya
kaidah konservasi pada pengolahan pertanian
.