DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Khusus................................................................................................2
1.4 Manfaat Riset.................................................................................................2
1.5 Keutamaan dan Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan...............................3
1.6 Temuan yang Ditargetkan...............................................................................3
1.7 Luaran Riset....................................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Wacana...........................................................................................................4
2.2 Perguruan Tinggi Negeri................................................................................4
2.3 Konghucu........................................................................................................4
2.4 Penelitian Terdahulu.......................................................................................4
BAB 3. METODE RISET........................................................................................6
3.1 Lokasi Riset....................................................................................................6
3.2 Disain Riset.....................................................................................................6
3.2 Tahapan Riset Yang Akan Dilaksanakan.......................................................6
3.3 Objek atau Variabel Riset Dengan Indikator Yang Jelas...............................6
3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.........................................................7
3.4.1 Wawancara......................................................................................................7
3.4.2 Observasi.........................................................................................................7
3.4.3 Dokumentasi....................................................................................................7
3.4.4 FGD (Focus Group Discussion)......................................................................7
3.5 Teknik Analisi Data........................................................................................7
3.6 Penyimpulan Hasil Riset.................................................................................7
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.......................................................8
4.1 Anggaran Biaya..............................................................................................8
4.2 Jadwal Kegiatan..............................................................................................8
i
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
LAMPIRAN...........................................................................................................11
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim, serta Dosen Pendamping..........11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan;......................................................16
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas;..........17
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana.................................................18
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya....................................................8
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan.......................................................................................8
iii
4
BAB 1. PENDAHULUAN
pertambangan timah di darat, tak heran tambang timah di laut juga eksis dalam
pemanfaatan sektor pertambangan. Kehadiran tambang laut yang melahirkan
konflik di masyarakat Batu Beriga dimana mayoritas masyarakatnya menolak
kegiatan penambangan di laut Beriga karena menjadi ruang penghidupan mereka.
Penolakan – penolakan atas tambang laut ini juga yang menjadi landasan
masyarakat Batu Beriga melakukan gerakan sosial penolakan terhadap rencana
pembangunan PLTN (Thorium) pertama di Pulau Gelasa.
Pemprov Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dan ThorCon International
pada Kamis, menandatangani nota kesepahaman (MOU) dalam rangka
merealisasikan implementasi prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Thorium
(PLTT) di Wilayah Bangka Belitung.2 Masyarakat Batu Beriga sebagai yang
terdekat dengan Pulau Gelasa, mengaku belum mendapat sosialisasi yang
mendalam dan pasti dari bagaimana perencanaan pembangunan PLTT di Pulau
Gelasa. Disini peran masyarakat adat Batu Beriga muncul dalam penolakan
terhadap pembangunan PLTT.
Masyarakat adat yang ada di Batu Beriga terdiri dari para nelayan,
perempuan – perempuan pesisir ,masyarakat berkebun dan pelaku – pelaku umkm
yang berasal dari hasil kekayaan laut, mewarnai gerakan – gerakan sosial
masyarakat berbasis adat di Batu Beriga. Landasan kepentingan masih menjadi
alasan perlawanan masyarakat. Dalam kasus ini, peneliti melihat kepentingan
yang berbeda antara pemerintah bersama PT Thorcon dan masyarakat adat Batu
Beriga dalam pemanfaatan dan kelola wilayah sebagai sumber daya alam.
Dalam masyarakat adat, laut menjadi suatu kesatuan yang menjadi sumber
penghidupan mayoritas masyarakat Batu beriga. ”Mayoritas masyarakat Batu
Beriga menolak kehadiran pertambangan jenis apapun di laut mereka.Pasalnya,
sebagian besar, bahkan 80 persen masyarakat Batu Beriga menggantungkan
hidupnya dari hasil laut”, ungkap Berku selaku Ketua Umum Nelayan Batu
Beriga3. Inilah yang dilihat dari bagaimana tarik menark kepentingan terjadi,
sebab dilain sisi pemerintah dan PT Thorcon ingin menjadikan Pulau Gelasa
menjadi tempat dalam pembangunan PLTN (Thorium) yang dianggap dapat
mengancam dan merusak ekosistem dan keselematan laut Beriga.
Bukan tanpa alasan mengapa masyarakat dapat mengatakan bahwa
pembangunan PLTN di Pulau Gelasa dapat mengancam ruang penghidupan rakyat
pesisir. Pulau Gelasa sebagai pulau yang terletak di kabupaten Bangka Tengah ini
merupakan termasuk wilayah yang dilindungi oleh pemerintah yang mana
termasuk sebagai aset konservasi dan sebagai tempat penangkaran penyu dan
beberapa hewan-hewan laut lainnya. Wilayah ini pun termasuk dalam perda zona
wilayah pesisir dan pulau kecil.
Masyarakat adat masih menjadi korban dari perampasan tanah dan ruang –
2
Faisal Yunarto, “Pemprov Babel - ThorCon MoU pembangunan prototipe pembangkit thorium,” Antara News,
Juli 30, 2020, https://www.antaranews.com/berita/1641494/pemprov-babel-thorcon-mou-pembangunan-
prototipe-pembangkit-thorium
3
Nurhayati CC, ” Nelayan Tolak Tambang Timah di Laut, Ombudsman Bangka Belitung Nilai Ini Persoalan
Kompleks”, Mei 29, 2023, https://bangka.tribunnews.com/2023/05/29/nelayan-tolak-tambang-timah-di-laut-
ombudsman-bangka-belitung-nilai-ini-persoalan-kompleks
6
Edward shils1, berpendapat mengenai sebuah definisi masyarakat adat sebagai satu
bagian dari fenomena antar waktu yang telah terjadi. Masyarakat adat hadir bukan
karena adanya bagian dalam sebuah fenomena perjalanan waktu, Namun masyarakat
adat itu sendirilah yang menjadi sebuah perwujudan dari waktu, eksistensi mereka
sebagai masyarakat adat ada di dalam waktu tersebut.
Setiadi3, sendiri punya definisi sendiri terhadap masyarakat adat sebagai sekelompok
manusia yang memiliki interaksi secara intens dengan seluruh manusia yang ada dalam
kelompoknya.
Dengan adanya ketiga pengertian diatas yang menjelaskan mengenai seperti apa definisi
dari masyarakat adat dapat memberikan sebuah bukti pada eksisnya kehadiran
masayrakat adat, dengan pesatnya kemajuan teknologi serta revolusi industri yang telah
terjadi tentunya tidak dapat menggeser dan menghapuskan sebuah eksistensi masyarakat
adat yang ada. Mereka adalah bagian dari waktu itu sendiri yang tidak dapat dipisahkan
kehadirannya. Keberadaan yang sudah turun temurun serta kebiasaan dan tradisi yang
diwariskan kian menguatkan eksistensi dari masyarakat adat, terkhusus ketika kita
mengalihkan pandangan dari lingkungan masyarakat urban kota yang terikat sekali
dengan budaya industri ekstraktif kearah masyarakat adat desa batu beriga yang
mempunyai sejarah panjang dan ikatan yang kuat terhadap ruang lingkungan hidupnya
yaitu alam, hutan, dan laut. Bagaimana banyaknya sudah tradisi seperti budaya
taberlaut/sedekah laut serta kebiasaan masyarakat yang dibentuk sangat syarat
keterikatannya dengan ruang lingkungan hidup disekitarnya. Masyarakat adat desa
batubriga sendiri yang mayoritas diisi oleh suku melayu kebanyakan dulunya memiliki
aktifitas lain selain melaut dapat dikatakan berkebun merupakan suatu bagian dari
aktifitas tersebut namun karena turunnya harga dari beberapa komoditas seperti lada dan
cengkeh, akhirnya membuat masyarakat adat batu briga sangat bergantung kepada laut.
Sehingga tradisi yang ada dimasayarakat adat batu briga sangat kental hubungannnya
dengan laut, budaya yang diajarkan turun temurun dari leluhur untuk tetap menjaga dan
melindungi laut lewat tradisi taber laot atau sedekah laut sebagai salah satu ritual yang
terus dijalankan hingga saat ini, banyak pantangan dan larangan yang harus dipatuhi
7
oleh masyrakat adat batu briga seperti larangan untuk tidak menagkap dan membunuh
penyu belimbing, penyu sisik, lumba lumba hidung botol, dugong, hiu paus, serta
dilarang untuk merusak terumbu karang sebagai habitat dari ikan. Larangan yang
diciptakan untuk tetap menjaga laut dan apa yang ada didalamnya.
Lautan sudah dijaga selama ratusan tahun oleh masyarakat batu briga dengan berbagai
larangan yang terkadung dalam tradisi adat turun temurun dari para leluhur kehidupan
tenang dan damai dengan harmonisasi manusia dan alam terpaksa diusik oleh rakusnya
tangan tangan masyarakat urban, kekayaan laut yang terpaksa harus diganggu dengan
hadirnya wacana pembangnan pltn yang dapat memberikan dampak serta ancaman bagi
ketenangan dan kelestarian ruang lingkungan hidup masyarkat batu briga, hadirnya
wacana pembangunan pltn seaka menjadi tanda bagi masyrakat desa batu briga untuk
melaksakan perjuangan melawan wacana tersebut demi melindungi tradisi dan kekayaan
alam yang dimiliki, masyarakat yang tahunya hidup dari laut mendapat kabar wacana
tersebut sebagai sebuah ancaman bagi kesejahteraan masayrakat,berbagai macam upaya
dan cara dilakukan untuk berjuag dan melindungi tanah yang penuh akan nilai nilai adat
dan sejarah, dapat dipastikan penolakan terus digaungkan oleh masyarakat terhadap
wacana pembangunan pltn.
Geraka sosial merupakan suatu keyakinan atau tindakan yang dipercaya oleh
sekelompok orang tanpa lembaga (noninstitutionalized), untuk bergerak dalam
melakukan sebuah perubahan atau tindakan untuk menghalangi dari apa yang diyakini
dapat memajukan atau merubah sebuah kondisi dari sekelompok orang pada satu
tatanan sosial masyarakat. Gerakan tanpa lembaga yang disebutkan sebagai
(noninstitutionalized) punya arti bahwa mereka adalah sekelompok orang yang
posisinya tidak diakui sebagai satu golongan secara luas, umum dan sah dalam satu
lapisan masyarakat sosial. Gerakan sosial sendiri memiliki tujuan untuk mereorganisasi
satu kelompok masyarakat baik itu menggunakan cara yang teknis tersusun rapih dalam
pergerakannya maupun menggunakan cara yang cair dalam proses pengorgasasiannya.
Adapun gerakan sosial sendiri didasari dari tujuan-tujuan bersama atas perasaan
solidaritas dari suatu kelompok melahirkan interaksi sosial yang terus berlanjut diantara
kelompok elit penentang berlawanan dengan para pemegang wewenang yang ditentang,
Sedikit menelaah pendapat dari charles tilly ia punya definisi bahwa gerakan sosial
merupakan sebuah rangkaian yang diciptakan untuk melakukan aksi dan perlawanan
secara continue atas nama lapisan kelompok yang dirugikan oleh para pemegang
wewenang lewat berbagai macam bentuk protes sosial, berhubungan dengan jalur diluar
proses partisipasi politik formal yang sudah diatur dalam rangkaian hukum serta
perundang-undangan demi menunjukan bahwa ikatan solid suatu kelompok yang
tergabung kedalam gerakan sosial punya komitmen dan keterwakilan dari jumlah cita-
cita bersama yang signifikan.
Dapat ditafsirkan dari pernyataan charles tilly bahwa gerakan sosial merupakan suatu
bentuk cita-cita atau keyakinan yang terorganisir (organised) dalam sebuah kelompok,
terus bergerak dan memiliki sifat keberkelanjutan (sustained), menolak (self counscious
challange) serta hadirmya persamaan pemahaman dan idenstitas (shared identity)
diantara lapisan individu yang ikut terlibat pada sebuah gerakan sosial yang lahir dari
keresahan yang sama.
NILAI ADAT
Sebagai hakikatnya nilai adat adalah sebuah keyakinan yang dipegang sebagai pedoman,
bentuk dari konsep pada alam fikiran bagi sebagian besar masyarakat yang percaya dengan
anggapan apa saja yang bernilai, berharga dan penting sebagai bagian dari kehidupan
menjadi orientasi serta penentu arah dalam kehidupan. Nilai adat juga merupakan sebuah
perwujudan ide dari kebudayaan serta nilai tradisi yang terkandung didalamnya, wujud itu
dapat kita sebut sebagai adat tata kelakuan yang memiliki fungsi untuk mengatur tata
kelakuan berkehidupan (koentjaraningrat, 2009:153). Penerapan nilai-nilai adat yang
menjadi pedoman dari masyrakat adat desat batu briga menjadi sebuah fokus penelitian
untuk memahami bagaimana landasan gerakan sosial yang lahir pada aktivitas perlawanan
wacana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Pembangkit listik tenaga nuklir (PLTN) merupakan sebuah pembangkit daya thermal yang
menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja
sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah pembangkit listrik tenaga uap, menggunakan uap
bertekanan tinggi untuk memutar turbin pembangkit listrik tenaga nuklir yang dinilai lebih
ramah lingkungan, system keamanan berlapis, dan bahaya radiasi tidak lebih tinggi dari pada
pembangkit listrik tenaga batu bara (Harjanto, 2008) adapun teknologi yang digunakan
11
dalam wacana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang akan dibangun
dipulau gelasa desa batu briga kecamatan lubuk besar, adalah TMSR 500 yang merupakan
reaktor nuklir jenis molten salt reactor (MSR) yang mempunyai 2 modul reaktor yang
masing-masing berdaya 550 MWth. Kedua modul ini mensuplai kalor satu unit sistem turbin
uap. Sistem turbin uap tersebut mampu membangkitkan daya listrik sebesar 500 MWe.
TMSR-500 memiliki 4 untai sistem sirkulasi fluida, yaitu sistem sistem sirkulasi fluida
bahan bakar (sistem primer), sistem sirkulasi fluida intermediet, sistem sirkulasi fluida
pendingin sekundar dan sistem fluida kerja konversi energi (Agus Waluyo dan Azizul
Khakim, 2021) adapun penelitian ini difokuskan terhadap wacana pembangunan pembangkit
listrik tenaga nuklir PLTN yang memunculkan gerakan resistensi perlawanan masyarakat
adat desa batu briga dalam perjuangan mempertahankan ruang lingkungan hidup terkhusus
pulau gelasa sebagai penjaga ekosistem laut.
Budi darmawan (2023) dalam penelitiannya yang berjudul “Kontestasi Wacana PLTN Thorium
Pulau Gelasa : Antara Pembangunan, Kerusakan Ekologi, Kesenjangan Sosial” memiliki tujuan
dalam memaparkan bagaimana kondisi pertarungan diantara berbagai macam penolakan terhadap
wacana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di desa Batu briga kecamatan lubuk
besar. Adapun metode yang digunakan adalah metododologi kualitatif serta desain yang digunkan
merupakan teknik analisis isi, dalam hal jenis data yang digunakan oleh peneliti mengikuti analisis
wacana yang digunakan oleh ardianto yang didasari analisis wacana laclau dan mouffe. Pada
penelitiannya peneliti menyajikan data yang didapati dari berita media online dan tulisan akademik
tentang adanya wacana pembangunan PLTN Thorium di pulau gelasa, kabupaten bangka tengah.
12
aliansi umat islam Bangka Belitung, akademisi dan tokoh masyarakat di Bangka
Belitung.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok:
PT. Rajagrafindo Persada.
Bappeda, A. (2015, Juli 8). Pengertian Pembangunan Menurut Prof. Dr. Hj.
Syamsiah Badruddin, M.Si. Retrieved from bappeda.bulelengkab.go.id:
https://bappeda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-
pembangunan-menurut-prof-dr-hj-syamsiah-badruddin-m-si-48
Chris, Berker. (2000). Culture Studies (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Kreasi
Wacana
Herza. (2022, Juni 28). Tertanggalnya Hak Politis Warga Tionghoa Bangka
Belitung. Retrieved from news.detik.com: https://news.detik.com/kolom/d-
6151359/tertanggalnya-hak-politis-warga-tionghoa-bangka-belitung.
Diakses pada tanggal 11 Januari 2023
Kusuma, P. T. (2022, Desember 1). Wacana: Jenis, Ciri, Syarat, dan Contohnya.
Retrieved from www.detik.com: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
6435821/wacana-jenis-ciri-syarat-dan-contohnya. Diakses pada tanggal 13
Januari 2023. Diakses pada tanggal 13 Januari 2023
LAMPIRAN
Biodata Anggota 1
19
Biodata Anggota 2
20