PENGENALAN KARANG
DAN EKOSISTEM TERUMBU
KARANG
Oleh :
Nuryati
Nuryati66.bp3@gmail.com
081232497762
Oleh :
Nuryati
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayahnya modul Pengenalan Karang dan Ekosistem Terumbu Karang telah disusun
oleh Ir. Nuryati dengan baik. Penyusunan modul ini dimaksudkan untuk bahan
pembelajaran dalam pelaksanaan Pelatihan Pengelolaan Karang Hias Hasil Budidaya.
Dalam kesempatan ini, kami ucapkan terimakasih yang mendalam kepada penulis bahan
ajar serta pihak yang telah membantu. Dengan adanya modul ini, diharapkan akan dapat
membantu peserta diklat dalam memahami materi Pengenalan Karang dan Ekosistem
Terumbu Karang dengan baik dan benar.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Deskripsi Singkat ..........................................................................2
1.3. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta.................................................2
1.4. Tujuan Pembelajaran.....................................................................2
a. Kompetensi Dasar.....................................................................2
b. Indikator Keberhasilan..............................................................2
BAB II. EKOSISTEM TERUMBU KARANG.................................................3
b.1. Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang....................................3
b.2. Nilai Bio Ekologi ..........................................................................4
b.3. Nilai Sosio Ekonomi .....................................................................6
b.4. Tipe-tipe Terumbu Karang............................................................7
b.5. Jenis-jenis Parameter Ekologi........................................................8
BAB III. MENGENAL BIOLOGI KARANG.................................................11
3.1. Klasifikasi Karang.........................................................................11
3.2. Perkembangbiakan Karang secara Asexsual.................................11
3.3. Perkembangbiakan Karang secara Sexsual....................................12
BAB IV. KERUSAKAN TERUMBU KARANG..............................................19
3.1. Faktor Biologis............................................................................19
3.2. Faktor Fisik..................................................................................20
3.3. Aktifitas Manusia .......................................................................22
BAB V. PENUTUP..............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26
ii
I. PENDAHULUAN
Menurut BIRD (1976) terdapat tiga teori terbentuknya terumbu karang berdasarkan
bidang ilmu geologi. Ketiga teori tersebut adalah ’Subsidence theory’ yang diusulkan
oleh Darwin, ’Anthecendent platform theory’ yang diusulkan Murray dan ’Glacial
control theory’ yang diusulkan oleh Daly. ’Subsidence theory’ atau teori penurunan
lempengan kerak bumi di dasar samudra akibat aktivitas gunung berapi. 'Anthecendent
platform theory' adalah teori yang mengemukakan bahwa keberadaan terumbu karang
bermula saat terbentuknya koloni antara koral dengan alga di dasar laut. Sejarah
terbentuknya terumbu karang menurut dugaan beberapa pakar geologi seperti
SHEPARD (1971), KUENEN (1960), BIRD (1976) dan MATER & BENNET (1984)
berbeda-beda, namun intinya serupa yaitu bahwa 75 % dari seluruh terumbu karang
terbentuk pada masa Pleistosen. Menurut MATHER & BENNETH (1984) saat itu
terjadi "tectonic subsidence” (penurunan lapisan kerak bumi di dasar samudra akibat
letusan gunung berapi) dan fluktuasi paras muka laut akibat terjadinya perubahan massa
es mulai jaman Pleistosen hingga perioda resen yang mengakibatkan variasi pada
kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental (continental shelf). Terjadinya variasi
pada kedalam laut di sepanjang paparan kontinental inilah yang menyebabkan
tumbuhnya karang secara berkesinambungan. Terumbu karang mempunyai nilai dan arti
yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga
penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir menggantungkan hidupnya dari
perikanan laut dangkal. Mereka umumnya masih menggunakan cara-cara tradisional
dan terbatas di daerah yang relatif dangkal yang umumnya berupa terumbu karang.
Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain : Sebagai gudang
keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat
mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi hewan laut lainnya.
Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi
dan fisik secara global yang mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi.
Terumbu karang merupakan sumber bahan makanan langsung maupun tidak langsung
1
dan sumber obat-obatan. Terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hempasan
ombak dan sumber utama bahan-bahan kontruksi.
Disamping itu terumbu karang mempunyai nilai yang penting sebagai pendukung dan
penyedia bagi perikanan pantai termasuk di dalamnya sebagai penyedia lahan dan
tempat budidaya berbagai hasil laut. Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai
daerah rekreasi, baik rekreasi pantai maupun rekreasi bawah laut lainnya. Terumbu
karang juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta sebagai
tempat perlindungan biota-biota langka
b. Indikator Keberhasilan
Peserta dapat:
1) Menjelaskan Keragaman Hayati Terumbu Karang
2) Menjelaskan Nilai Bio Ekologi Karang
3) Menjelaskan Sosio Ekonomi Karang
4) Menjelaskan jenis-jenis Terumbu Karang
5) Menjelaskan jenis-jenis Parameter Ekologi
6) Menjelaskan Klasifikasi Karang
2
II. EKOSISTEM TERUMBU KARANG
3
Sebagian besar terumbu karang masuk dalam kelas Anthozoa. Hanya dua familinya
yang berkaitan dengan kelas lain dari coelenterate Hydrozoa: Milleporidae dan
Stylasteridae. Kelas Anthozoa meliputi dua subkelas Hexacoralia (atau Zoantharia) dan
Octocorallia, yang berbeda asalnya, demikian pula dalam morfologi dan fisiologinya.
Fungsi bangunan terumbu sebagian besar dibentuk 8 oleh karang pembangun terumbu
(hermatypic), yang membentuk endapan kapur (aragonit) massif. Kelompok karang
hermatypic diwakili sebagian besar oleh ordo Scleractinia (Subklas Hexacorallia). Dua
spesies dalam kelompok ini termasuk dalam ordo Octocorallia (Tubipora musica dan
Heliopora coerulea), dan beberapa spesies kedalam kelas Hydrozoa (hydrocoral
Millepora sp. dan Stylaster roseus). Karang hermatypik mengandung alga simbion
zooxanthellae yang sangat mempercepat proses calsifikasi, dengan demikian
memungkinkan karang inangnya membangun koloni massif. Hexacoral dari ordo-ordo
lain dari subklas Hexacorallia: Corallimorpharia, Anthipatharia, dan Ceriantharia,
termasuk beberapa spesies dari ordo zoanthidea seperti sebagian besar octocoral dari
subklas octocorallia, menjadi hewan-hewan yang berkoloni, juga memproduksi skeleton
keras atau ellemen keras dari skeleton yang lembutnya dari materi cacareus dan dengan
demikian berperan dalam memproduksi materi kapur remah. Menurut Anonimus
(2003a) ada 12 family dan 47 genera karang. Menurut Ongkosongo (1988) terdapat
enam bentuk pertumbuhan karang batu yaitu (1) Tipe bercabang (branching), (2) tipe
padat (massive), (3) tipe kerak (encrusting), tipe meja (tabulate), (5) tipe daun (foliose),
dan (6) tipe jamur (mushroom).
a. Penyedia Pangan
Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain : Sebagai gudang
keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat
mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi hewan laut
lainnya. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus
biologi, kimiawi dan fisika secara global yang mempunyai tingkat produktivitas yang
sangat tinggi. Terumbu karang merupakan sumber bahan makanan langsung maupun
tidak langsung dan sumber obat-obatan. Terumbu karang sebagai pelindung pantai
dari hempasan ombak dan sumber utama bahan-bahan kontruksi.
4
b. Pelindung Ekosistem Pantai
Terumbu karang merupakan ekosistim laut dangkal yang sangat produktif jika
dibandingkan dengan ekosistim laut dangkal lainnya, seperti lamun dan mangrove.
Sehingga dapat memberikan kontribusi tambahan dan input energi bagi lingkungan
perairan disekitarnya. Terumbu karang akan menahan dan memecah energi
gelombang yang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan
abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus yang sehingga
mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistem pantai lain seperti
padang lamun dan magrove. Terumbu karang juga diketahui sebagai penahan abrasi
pantai. Jika terumbu karang rusak maka ombak tidak dapat ditahan untuk menggerus
pasir. Gelombang laut dapat terkendali dengan adanya terumbu karang. Terumbu
karang akan memecah gelombang ombak yang sangat besar di laut. Hal tersebut
menyebabkan ombak yang sampai ke bibir pantai bersahabat.
Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk
melakukan pemijahan, penularan, pembesaran anak, makan dan mencari makan
“feeding & foraging”, terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis
penting. Terumbu karang bagaikan oase dipadang pasir untuk lautan. Karenanya
banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah ,
membesarkan anaknya dan berlindung. Untuk manusia ini artinya terumbu karang
memiliki potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan
maupun mata pencaharian mereka. Untuk diperkirakan, terumbu karang yang sehat
dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunya. Yakni sekitaran 300 juta orang di dunia
menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang.
5
d. Peghasil Bahan baku Obat-obatan
Banyaknya spesies makhluk hidup laut yang dapat ditemukan diterumbu karang
menjadikan ekosistem ini sebgai gudang keanekaragaman hayati laut. Untuk saat ini,
peran terumbu karang sebagai gudang keanekaragaman hayati menjadikannya
sebagai sumber penting bagi berbagai bahan bioaktif yang diperlukan dibidang
media dan farmasi. Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang
diperkirakan dapat menjadi obat bagi manusia. Untuk saat ini banyak penelitian
mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai
penyakit pada manusia. Terumbu karang memiliki kemampuan untuk memproduksi
oksigen sama seperti fungsi hutan di daratan, sehingga menjadi habitat yang nyaman
bagi biota laut.
Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi
dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir
menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal. Mereka umumnya masih
menggunakan cara-cara tradisional dan terbatas di daerah yang relatif dangkal yang
umumnya berupa terumbu karang. Terumbu karang juga hanya bisa hidup di laut yang
bebas dari pencemaran dan limbah. Semakin bersih suatu laut maka akan semakin indah
warna warna yang dipancarkan terumbu karang. Apabila laut terpapar oleh polusi,
terumbu karang tidak akan memancarkan warna – warna yang indah.
Terumbu karang adalah habitat untuk berbagai organisme yang indah. Indonesia
memiliki panjang pesisir lebih dari 60.000 km2 dengan kekayaan terumbu karang yang
sangat melimpah. Banyak tempat terumbu karang yang layak untuk dikunjungi dan
menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Beberapa daerah yang dapat dinikmati keindahan terumbu karang adalah Papua,
Maluku, dan Nusa Tenggara. Indonesia memiliki satu per delapan terumbu karang yang
ada di dunia. Keanekaragaman biota yang ada di perairan Indonesia sangat banyak.
Terumbu karang sangat bermanfaat bagi kehidupan organisme laut maupun bagi
manusia, manfaat ekologi maupun bidang ekonomi.
6
Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan pada kegiatan
diving,karena variasi terumbu karang yang berwarna-warni dan bentuk yang memikat
merupakan atraksi tersendiri bagi wisatawan baik asing maupun domestik
tersendiri bagi wisatawan baik asing maupun domestik. Diperkirakan sekitar 20
juta penyelam, menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun. Hal ini dapat
memberikan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar.Wisata bahari mengunjungi
obyek terumbu karang merupakan bagian yang penting pada aktifitas wisata laut
tropis .Keunggulan lankap bawah air dengan panorama yang indah menjadikan setiap
orang ingin terjun dan menikmati keindahannya. Cukup dengan bermodalkan atau sewa
masker dan snorkel kita bisa menikmati keindahan bawah air tersebut.Kegiatan wisata
bawah air merupakan pilihan penting di Bali saat ini dimana mereka sudah merasa
jenuh kalau hanya mengunjungi objek objek di darat.Kegiatan ini dari tahun ke tahun
terus meningkat yang ditandai dengan maraknya paket wisata laut yang banyak
menawarkan kursus singkat menyelam..Daerah yang paling diminati di Bali untuk
panorama bawah air adalah pulau Nusa Penida karena disana telah disediakan fasilitas
berupa pontoon yang dibangun di kawasan terumbu karang sebagai shelter bagi para
turis untuk terjun ke air.Bagi para pencinta menyelam terumbu karang akan menjadi
pilihan utama dimanapun di tempat tempat yang akan mereka kunjungi sebagai spot
lokasi penyelaman.
A. Suhu
Secara geografis, suhu membatasi sebaran karang. Suhu optimum untuk terumbu
karang adalah 25°C - 300°C (Sukarno et al, 1983). Suhu mempengaruhi tingkah
laku makan karang. Kebanyakan karang akan kehilangan kemampuan untuk
menangkap makanan pada suhu diatas 33,5 °C dan dibawah 160°C
(Mayor, 1918). Pengaruh suhu terhadap karang tidak saja yang ekstrim
maksimum dan minimum saja, namun perubahan mendadak dari suhu alami
sekitar 40°C - 60°C dibawah atau diatas ambient dapat mengurangi
pertumbuhan karang bahkan mematikannya.
B. Cahaya
Cahaya diperlukan oleh alga simbiotik zooxantela dalam proses fotosintesis
guna memenuhi kebutuhan oksigen biota terumbu karang (Nybakken, 1992).
Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan kemampuan
karang menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu akan berkurang
pula. Kedalaman penetrasi cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan karang
hermatipik sehingga dapat mempengaruhi penyebarannya (Sukarno, 1977).
Jumlah spesies berkurang secara nyata pada kedalaman penetrasi cahaya sebesar
15 – 20 % dari penetrasi cahaya permukaan yang secara cepat menurun mulai
dari kedalaman 10 m (D’elia et al, 1991).
C. Sedimentasi
Pengaruh sedimentasi terhadap hewan karang dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Sedimen akan mematikan langsung karang bila ukuran
sedimen cukup besar atau banyak sehingga menutup polip karang. Pengaruh
tidak langsung adalah menurunnya penetrasi cahaya matahari yang penting
untuk proses fotosintesis zooxanthellae. Selain itu banyaknya energi yang
dikeluarkan oleh binatang karang tersebut untuk menghalau
sedimen ,mengakibatkan turunnya laju pdertumbuhan karang.
D. Salinitas
9
Salinitas merupakan faktor pembatas kehidupan karang. Daya setiap jenis
karang berbeda-beda tergantung pada kondisi laut setempat. Karang hermatipik
adalah organisme laut sejati yang sangat sensitif terhadap perubahan salinitas
yang jelas menyimpang terhadap salinitas air laut, yaitu 32°/∞ - 35°/∞. Binatang
karang hidup subur pada salinitas air laut 34°/∞ - 36°/∞. Karang yang hidup di
laut dalam jarang atau hampir tidak pernah mengalami perubahan salinitas yang
cukup besar sedang yang hidup ditempat-tempat dangkal sering kali dipengaruhi
oleh masukan air tawar dari pantai maupun hujan sehingga terjadi penurunan
salinitas perairan.
10
BAB. III
MENGENAL BIOLOGI KARANG
Di Indonesia sangat banyak sekali di temukan keragaman jenis terumbu karang dan
ternyata Indonesia juga termasuk kedalam garis segi tiga terumbu karang terbesar di
dunia khususnya wilayah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi, Maluku, Fak-fak dll.
Terumbu karang merupakan jantungnya lautan, karena terumbu karang sangat berperan
penting sekali dalam keseimbangan ekosistem di laut. Terumbu karang termasuk dalam
jenis Filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang
(coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas
Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.
Reproduksi asexual pada karang dilakukan dengan cara membentuk tunas, hal ini
biasanya dilakukan oleh karang yang soliter tipe reproduksi ini karang-karang muda
yang dihasilkan sangat identik dengan induknya (Fossa dan Nilsen, 1998). Pertunasan
dibedakan menjadi pertunasan intraselular dan pertunasan ekstraselular.
11
menurut Highsmith (1982) ialah dengan fragmentasi yaitu dimana bagian dari koloni
karang yang terpisah dari induk; disebabkan oleh faktor fisik (arus dan gelombang) atau
faktor biologi (predator); dapat beradaptasi di lingkungan yang baru hingga tumbuh dan
membentuk koloni yang baru.
Jenis kelamin hewan karang tidak mudah dilihat dari luar sebagaimana pada hewan
tingkat tinggi lainnya. Untuk menentukan jenis kelamin secara langsung harus
mengamati gonad matang di dalam coelenteron. Jenis kelamin dapat mudah dilihat lebih
jelas sewaktu karang brooder mengandung embrionya dalam coelenteron. Testis karang
biasanya berwarna putih, sedangkan ovarium tampak berwarna lebih menyolok merah,
merah muda, orange, coklat atau biru (Harrison dan Wallace, 1990).
12
Gambar. Spowning
Berdasarkan individu penghasil gamet, jenis kelamin karang dapat dikategorikan
bersifat:
1. Hermafrodit: Apabila telur dan sperma dihasilkan oleh satu polip dalam satu
koloni Contoh :Family Acroporidae, Pocilloporidae, Faviidae, Merulinidae,
Oculinidae, Musidae dan Pectinidae.
2. Gonokoris: Dalam satu jenis (Spesies), telur (gamet betina) dan sperma (gamet
jantan) dihasilkan oleh individu yang berbeda secara sendiri-sendiri . Dimana
karang yang jantan dan betina itu berbeda atau kelamin terpisah (dioecious).
Contoh: Sub Ordo Fungiina, antara lain family Agaricidae, Siderastreidae,
Fungiidae dan Poritidae.
13
berbagai macam bentuk dan warna. Bentuk pertumbuhan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pergerakan kolom air dan kedalaman (Warner, 1984). Perbedaan bentuk
pertumbuhan ini biasa digunakan peneliti untuk melihat keanekaragan dan kompleksitas
jenis karang yang ada dalam suatu ekosistem, karena biasanya satu jenis genus atau
spesies karang memiliki bentuk khasnya sendiri. Terumbu karang adalah ekosistem
bawah laut yang terdiri atas hewan karang yang membentuk struktur kalsium karbonat
(CaCo3) dan bersimbiosis dengan zooxanthellae (Sorokin, 1993). English (1994)
mengelompokkan bentuk pertumbuhan karang dalam 2 bentuk utama, yaitu Acropora
dan non-Acropora. Sesuai namanya, untuk bentuk pertumbuhan Acropora adalah
karang-karang dari genus Acropora, dengan ciri khas utama yaitu letak koralit yang
berada pada sisi radial dan axial dari karang. Sedangkan pada jenis-jenis karang non-
Acropora, koralit hanya ditemukan pada sisi radial saja.
14
2. Coral massive (CM); Bentuknya padat seperti bola atau bongkahan batu dengan
ukuran yang bervariasi, permukaaan karang halus dan padat. Ukuran dapat mencapai
tinggi dan lebar beberapa meter,
3. Coral encrusting (CE); Bentuknya kerak dimana tubuhnya menyerupai dasar terumbu
dengan permukaan yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil
4. Coral foliose (CF); tubuh bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar
terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan atau melingkar.
7. Coral millepora (CML); Semua jenis karang apa dimana dapat dikenali dengan
adanya warna kuning di ujung koloni serta rasa panas seperti terbakar jika tersentuh.
8. Coral heliopora (CHL); Semua karang biru yang dapat ditandai dengan warna biru
pada rangka kapur karang
16
B. Bentuk Pertumbuhan Karang Acropora
1. Acropora branching (ACB); Acropora yang bentuknya bercabang seperti ranting
pohon.
17
4. Acropora submassive (ACS); Acropora yang percabangan nya berbentuk
gada/lempeng dan kokoh
5. Acropora tabulate (ACT); Acropora dengan bentuk bercabang dengan arah mendatar
dan rata seperti meja. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau
betumbpu pada sisi membentuk sudut atau data
18
BAB. IV
KERUSAKAN TERUMBU KARANG
Kondisi karang di Indonesia pada saat ini adalah empat persen dalam kondisi kritis, 46
persen telah mengalami kerusakan, 33 persen kondisinya masih bagus dan sekitar tujuh
persen kondisinya bagus sekali. Berdasarkan penyebabnya, kerusakan terumbu karang
diakibatkan oleh beberapa faktor :
4.1.1 Predasi
Predasi merupakan adanya jenis-jenis karang/biota karang lain tertentu yang bersifat
aktif dan agresif untuk mendapatkan makanan sehingga dapat menghambat/mematikan
pertumbuhan karang yang lainnya. Beberapa contoh kasus predasi antara lain :
· a. Beberapa jenis karang Famili Musidae, Meandrinidae dan Favidae mempunyai
pertumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan jenis karang lain khususnya dari
suku Acroporidae.
· b. Beberapa jenis karang yang menghasilkan zat antibiotik yang dapat mencegah
pertumbuhan organisme lain disekitarnya (misalnya jenis Montipora sp.).
c. Beberapa hewan pemakan polyp karang seperti Copepoda, Barnacle, kepiting,
beberapa Gastropoda, Asteroid, ikan Chaetodon trifasciatus, C. trifasialis,
Acanthaster plancii, dll. Beberapa hewan seperti Polychaeta dan Moluska merusak
karang dengan cara membuat rumah pada koloni karang.
4.1.2 Penyakit
19
Karang secara alami mempunyai penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Serangan
penyakit ini biasanya dipicu oleh adanya kondisi perairan yang tidak normal, misalnya
danya pencemaran dan kenaikan suhu permukaan air laut. Penyakit yang biasa
menyerang karang antara lain :
a. White band disesase atau biasa disebut dengan penyakit gelang putih yang ditandai
dengan adanya warna putih pada sebagian koloni karang sedangkan sebagian lainnya
berwarna normal.
b. Black band disease, penyakit ini hampir sama dengan white band disease namun
hasil akhirnya berbeda oleh karena karang yang diserang ada yang menjadi hitam
atau dapat pula mengalami bleaching (memutih). Warna putih menunjukkan bahwa
jaringan karang telah mati sedangkan warna hitam menunjukan jaringan yang
sedang mengalami serangan penyakit.
c. Vibrio AK-1, bakteri ini menyerang pada bagian kondisi dimana suhu lingkungan
naik di atas normal. Kerusakan akibat bakteri ini ditandai dengan memutihnya
jaringan karang akan tetapi warna putihnya berupa bercak-bercak yang tidak merata.
4.1.3 Bioerosi
Bio erosi merupakan kerusakan karang baik secara kimiawi maupun mekanis karena
terdegradasinya kapur kerangka tubuh karang (CaCO3) yang disebabkan aktifitas
organisme lain. Beberapa contoh bio erosi antara lain :
Ikan kakatua dan ikan Buntel mengerat atau mengkais-kais karang massive untuk
menajamkan giginya.
a. Polychaeta, moluska, krustacea membuat lubang untuk rumahnya dengan cara
mengebor kerangka karang.
b. Echinodermata menggerogoti karang untuk memperoleh makanan yang berupa
detritus atau algae yang melekat di kerangka kapur.
c. Sponge, algae, cyanobacteria melekat di cangkang karang dan mengeluarkan zat
kimia tertentu yang dapat menurunkan keasaman disekitarnya sehingga dapat
melarutkan kapur kerangka tubuh karang.
Respirasi dari turf algae pada malam hari menghasilkan asam organik yang dapat
menurunkan keasaman disekitarnya.
20
4.2 Faktor Fisik, seperti :
Kenaikan suhu air laut sekitar 3 – 4 ° C dari suhu normal akibat peristiwa El Nino dapat
menyebabkan karang menjadi Bleaching yang kadang-kadang diikuti dengan kematian
karang. Karang di daerah tropis lebih sensitive terhadap perubahan suhu air laut
dibanding dengan di daerah sub tropis.
21
Aktifitas gunung berapi, gempa bumi dan tsunami mempunyai potensi untuk merusak
terumbu karang dengan akibat sangat berat. Gunung berapi di Indonesia yang
berpotensi menyebabkan kerusakan terumbu karang antara lain Gunung Krakatau di
Selat Sunda, Gunung Api Banda di Banda, Gunung Siau di Pulau Sangihe, Gunung
Lewotolo di Pulau Lembata dan Gunung Pinang di Sulawesi.
4.2.6 Topan atau Badai
Kerusakan karang yang disebabkan oleh topan biasanya sangat parah dan pada area
yang cukup luas tergantung dari kekuatan topan tersebut.
Penambangan karang biasanya dilakukan untuk bahan bangunan, pembuatan kapur atau
bahan kerajinan. Karang yang diambil dapat berupa karang hidup atau pecahan karang
mati dan berasal dari semua jenis karang batu. Akibat adanya penambangan karang itu
selain menyebabkan kerusakan karang secara langsung juga dapat menyebabkan erosi
pantai karena karang sebagai penahan ombak telah rusak sehingga menyebabkan
gelombang langsung menggerus pantai sedangkan pasir laut yang ditambang akan
mencemari wilayah terumbu karang sekitarnya.
b. Pengeboman Karang
Kerusakan karang akibat bom sangat luas. Dari hasil pengamatan menujukkan bahwa
penggunaan bom seberat 0,5 Kg yang diledakkan di dasar terumbu dapat
menghancurkan terumbu karang dengan radius 3 – 5 m dari pusat ledakan.
22
membongkar karang hidup untuk menindih bubu sehingga tampak seperti rongga
dibawah terumbu (kamuflase).
f. Jangkar Perahu
Aktifitas lempar jangkar di daerah terumbu karang juga memberikan kontribusi cukup
besar dalam kerusakan karang karena jangkar yang di lepas dilaut akan merusak karang.
g. Kegiatan Pariwisata
Pengelolaan wisata bahari yang tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang
sampah, snorkling/diving dengan menginjak karang dan mengoleksi biota laut/karang.
a. Sedimentasi
Sumber utama sedimentasi yaitu dari kegiatan penambangan di laut dan berasal dari
daratan yang dibawa oleh air sungai ke laut. Sedimentasi tersebut akan menyebabkan
kekeruhan sehingga menghambat penetrasi sinar matahari dalam air yang sangat
dibutuhkan oleh karang untuk proses biologisnya.
c. Minyak Bumi
23
Tumpahan minyak bumi ke laut dalam jumlah cukup besar dapat menghambat
reproduksi dan perkembangan larwa karang, menghambat pertumbuhan karang,
bleaching samapai menyebabkan kematian.
d. Perdagangan Karang
Perdagangan karang hias yang diambil langsung dari alam merupakan sumber
pendapatan ekonomi bagi Indonesia tetapi di sisi lainnya juga menjadi ancaman untuk
kelestarian terumbu karang bila penanganannya tidak terkontrol dengan baik.
Menurut penelitian Green & Shirley (1999), ada beberapa jenis karang hias yang
menjadi target utama dalam perdagangan. Diantaranya Cynarina lacrymalis,
Tracyphyllia geoffroyi, Nemenzophyllia turbida, Physogyra lichtensteini, Plerogyra
spp, Euphyllia spp, Blastomussa spp, Acanthastrea spp, dan Scolymia spp. Masing-
masing spesies itu telah memiliki batasan kuota pengambilan tiap tahunnya oleh
pemerintah, yang diatur oleh otoritas manajemen dan otoritas keilmuan
24
V. PENUTUP
Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain : Sebagai gudang
keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat
mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi hewan laut lainnya.
Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi
dan fisika secara global yang mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi
Terumbu karang mampu menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah
terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya. Dari segi fisik terumbu karang berfungsi
sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi.
Terumbu karang juga merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi Indonesia tetapi di
sisi lainnya juga menjadi ancaman untuk kelestarian terumbu karang bila
penanganannya tidak terkontrol dengan baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Nabil Zurba. 2019. Pengenalan Terumbu Karang Sebagai Pondasi Utama Laut Kita
26