Anda di halaman 1dari 30

MODUL

PENGENALAN KARANG
DAN EKOSISTEM TERUMBU
KARANG

Oleh :
Nuryati
Nuryati66.bp3@gmail.com

081232497762

BALAI PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN


(BPPP) BANYUWANGI
2020
MODUL
PENGENALAN KARANG DAN
EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Oleh :
Nuryati

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
BALAI PELATIHAN DAN PENYULUHAN
PERIKANAN BANYUWANGI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayahnya modul Pengenalan Karang dan Ekosistem Terumbu Karang telah disusun
oleh Ir. Nuryati dengan baik. Penyusunan modul ini dimaksudkan untuk bahan
pembelajaran dalam pelaksanaan Pelatihan Pengelolaan Karang Hias Hasil Budidaya.

Dalam kesempatan ini, kami ucapkan terimakasih yang mendalam kepada penulis bahan
ajar serta pihak yang telah membantu. Dengan adanya modul ini, diharapkan akan dapat
membantu peserta diklat dalam memahami materi Pengenalan Karang dan Ekosistem
Terumbu Karang dengan baik dan benar.

Banyuwangi, Maret 2020


Kepala Balai,

Achmad Subijakto, A.Pi.,MP


NIP. 19681207 199303 1 004

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Deskripsi Singkat ..........................................................................2
1.3. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta.................................................2
1.4. Tujuan Pembelajaran.....................................................................2
a. Kompetensi Dasar.....................................................................2
b. Indikator Keberhasilan..............................................................2
BAB II. EKOSISTEM TERUMBU KARANG.................................................3
b.1. Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang....................................3
b.2. Nilai Bio Ekologi ..........................................................................4
b.3. Nilai Sosio Ekonomi .....................................................................6
b.4. Tipe-tipe Terumbu Karang............................................................7
b.5. Jenis-jenis Parameter Ekologi........................................................8
BAB III. MENGENAL BIOLOGI KARANG.................................................11
3.1. Klasifikasi Karang.........................................................................11
3.2. Perkembangbiakan Karang secara Asexsual.................................11
3.3. Perkembangbiakan Karang secara Sexsual....................................12
BAB IV. KERUSAKAN TERUMBU KARANG..............................................19
3.1. Faktor Biologis............................................................................19
3.2. Faktor Fisik..................................................................................20
3.3. Aktifitas Manusia .......................................................................22
BAB V. PENUTUP..............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26

ii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut BIRD (1976) terdapat tiga teori terbentuknya terumbu karang berdasarkan
bidang ilmu geologi. Ketiga teori tersebut adalah ’Subsidence theory’ yang diusulkan
oleh Darwin, ’Anthecendent platform theory’ yang diusulkan Murray dan ’Glacial
control theory’ yang diusulkan oleh Daly. ’Subsidence theory’ atau teori penurunan
lempengan kerak bumi di dasar samudra akibat aktivitas gunung berapi. 'Anthecendent
platform theory' adalah teori yang mengemukakan bahwa keberadaan terumbu karang
bermula saat terbentuknya koloni antara koral dengan alga di dasar laut. Sejarah
terbentuknya terumbu karang menurut dugaan beberapa pakar geologi seperti
SHEPARD (1971), KUENEN (1960), BIRD (1976) dan MATER & BENNET (1984)
berbeda-beda, namun intinya serupa yaitu bahwa 75 % dari seluruh terumbu karang
terbentuk pada masa Pleistosen. Menurut MATHER & BENNETH (1984) saat itu
terjadi "tectonic subsidence” (penurunan lapisan kerak bumi di dasar samudra akibat
letusan gunung berapi) dan fluktuasi paras muka laut akibat terjadinya perubahan massa
es mulai jaman Pleistosen hingga perioda resen yang mengakibatkan variasi pada
kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental (continental shelf). Terjadinya variasi
pada kedalam laut di sepanjang paparan kontinental inilah yang menyebabkan
tumbuhnya karang secara berkesinambungan. Terumbu karang mempunyai nilai dan arti
yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga
penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir menggantungkan hidupnya dari
perikanan laut dangkal. Mereka umumnya masih menggunakan cara-cara tradisional
dan terbatas di daerah yang relatif dangkal yang umumnya berupa terumbu karang.
Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain : Sebagai gudang
keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat
mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi hewan laut lainnya.
Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi
dan fisik secara global yang mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi.
Terumbu karang merupakan sumber bahan makanan langsung maupun tidak langsung

1
dan sumber obat-obatan. Terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hempasan
ombak dan sumber utama bahan-bahan kontruksi.
Disamping itu terumbu karang mempunyai nilai yang penting sebagai pendukung dan
penyedia bagi perikanan pantai termasuk di dalamnya sebagai penyedia lahan dan
tempat budidaya berbagai hasil laut. Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai
daerah rekreasi, baik rekreasi pantai maupun rekreasi bawah laut lainnya. Terumbu
karang juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta sebagai
tempat perlindungan biota-biota langka

1.2. Deskripsi Singkat


Bahan ajar ini membahas tentang Mengenal Karang Hias.

1.3.. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu Mengenal Karang Hias secara baik
dan benar.

1.4. Tujuan Pembelajaran


a. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu Mengenal Karang secara baik
dan benar.

b. Indikator Keberhasilan
Peserta dapat:
1) Menjelaskan Keragaman Hayati Terumbu Karang
2) Menjelaskan Nilai Bio Ekologi Karang
3) Menjelaskan Sosio Ekonomi Karang
4) Menjelaskan jenis-jenis Terumbu Karang
5) Menjelaskan jenis-jenis Parameter Ekologi
6) Menjelaskan Klasifikasi Karang

2
II. EKOSISTEM TERUMBU KARANG

2.1 Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang

Sebagai suatu ekosistem, terumbu karang memiliki komponen-komponen sebagaimana


ekosistem lain yaitu komponen biotik dan abiotik. Secara umum, pada ekosistem
perairan komponen biotik yang berperan adalah tumbuhan hijau (produser), bermacam-
macam kelompok hewan (konsumer) dan bakteri (dekomposer). Pada ekosistem
terumbu karang, komponen produser utama adalah algae dari kelas dinophyceae yang
disebut zooxanthelae yang hidup bersimbiosis dengan binatang karang, disamping
beberapa jenis algae yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Sangat banyak
komponen biotik yang menempati ekosistem terumbu karang terutama adalah hewan
karang itu sendiri yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Selain itu, banyak jenis
hewan yang berasosiasi dengan ekosistem ini antara lain ikan-ikan karang, Moluska,
sponge, berbagai jenis echinodermata, dan berbagai jenis algae. Komponen abiotik
meliputi unsur dan senyawa baik organik maupun anorganik dan parameter lingkungan
berupa temperatur, oksigen, nutrien dan faktor fisik lain yang membatasi kondisi
kehidupan. Komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Keterkaitan antar komponen-komponen tersebut sangat erat sehingga perubahan salah
satu komponen tersebut dapat berakibat pada berubahnya kondisi ekosistem.
Keseimbangan ekosistem akan selalu terjaga bila komponen-komponen tersebut tetap
berada pada kondisi stabil dan dinamis. Indikator kesetabilan itu dapat dilihat
berdasarkan besarnya keanekaragaman hayati (biodiversity) yang merupakan unsur
biotik dalam suatu ekosistem.

Menurut Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological


Diversity), keanekaragaman hayati (biodiversity) didefinisikan sebagai variabilitas
makluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya ekosistem daratan ,lautan dan
ekosistem perairan lain, serta kompleks-kompleks ekologis yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya

3
Sebagian besar terumbu karang masuk dalam kelas Anthozoa. Hanya dua familinya
yang berkaitan dengan kelas lain dari coelenterate Hydrozoa: Milleporidae dan
Stylasteridae. Kelas Anthozoa meliputi dua subkelas Hexacoralia (atau Zoantharia) dan
Octocorallia, yang berbeda asalnya, demikian pula dalam morfologi dan fisiologinya.
Fungsi bangunan terumbu sebagian besar dibentuk 8 oleh karang pembangun terumbu
(hermatypic), yang membentuk endapan kapur (aragonit) massif. Kelompok karang
hermatypic diwakili sebagian besar oleh ordo Scleractinia (Subklas Hexacorallia). Dua
spesies dalam kelompok ini termasuk dalam ordo Octocorallia (Tubipora musica dan
Heliopora coerulea), dan beberapa spesies kedalam kelas Hydrozoa (hydrocoral
Millepora sp. dan Stylaster roseus). Karang hermatypik mengandung alga simbion
zooxanthellae yang sangat mempercepat proses calsifikasi, dengan demikian
memungkinkan karang inangnya membangun koloni massif. Hexacoral dari ordo-ordo
lain dari subklas Hexacorallia: Corallimorpharia, Anthipatharia, dan Ceriantharia,
termasuk beberapa spesies dari ordo zoanthidea seperti sebagian besar octocoral dari
subklas octocorallia, menjadi hewan-hewan yang berkoloni, juga memproduksi skeleton
keras atau ellemen keras dari skeleton yang lembutnya dari materi cacareus dan dengan
demikian berperan dalam memproduksi materi kapur remah. Menurut Anonimus
(2003a) ada 12 family dan 47 genera karang. Menurut Ongkosongo (1988) terdapat
enam bentuk pertumbuhan karang batu yaitu (1) Tipe bercabang (branching), (2) tipe
padat (massive), (3) tipe kerak (encrusting), tipe meja (tabulate), (5) tipe daun (foliose),
dan (6) tipe jamur (mushroom).

2.2 Nilai Bio Ekologi

a. Penyedia Pangan
Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain : Sebagai gudang
keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat
mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi hewan laut
lainnya. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus
biologi, kimiawi dan fisika secara global yang mempunyai tingkat produktivitas yang
sangat tinggi. Terumbu karang merupakan sumber bahan makanan langsung maupun
tidak langsung dan sumber obat-obatan. Terumbu karang sebagai pelindung pantai
dari hempasan ombak dan sumber utama bahan-bahan kontruksi.
4
b. Pelindung Ekosistem Pantai

Terumbu karang merupakan  ekosistim laut dangkal yang sangat produktif jika
dibandingkan dengan ekosistim laut dangkal lainnya, seperti lamun dan mangrove.
Sehingga dapat memberikan kontribusi tambahan dan input energi bagi lingkungan
perairan disekitarnya. Terumbu karang akan menahan dan memecah energi
gelombang yang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan
abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus yang sehingga
mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistem pantai lain seperti
padang lamun dan magrove. Terumbu karang juga diketahui sebagai penahan abrasi
pantai. Jika terumbu karang rusak maka ombak tidak dapat ditahan untuk menggerus
pasir. Gelombang laut dapat terkendali dengan adanya terumbu karang. Terumbu
karang akan memecah gelombang ombak yang sangat besar di laut. Hal tersebut
menyebabkan ombak yang sampai ke bibir pantai bersahabat.

c. Rumah Bagi Banyak Jenis Makhluk Hidup Di Laut

Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk
melakukan pemijahan, penularan, pembesaran anak, makan dan mencari makan
“feeding & foraging”, terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis
penting. Terumbu karang bagaikan oase dipadang pasir untuk lautan. Karenanya
banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah ,
membesarkan anaknya dan berlindung. Untuk manusia ini artinya terumbu karang
memiliki potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan
maupun mata pencaharian mereka. Untuk diperkirakan, terumbu karang yang sehat
dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunya. Yakni sekitaran 300 juta orang di dunia
menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang.

5
d. Peghasil Bahan baku Obat-obatan
Banyaknya spesies makhluk hidup laut yang dapat ditemukan diterumbu karang
menjadikan ekosistem ini sebgai gudang keanekaragaman hayati laut. Untuk saat ini,
peran terumbu karang sebagai gudang keanekaragaman hayati menjadikannya
sebagai sumber penting bagi berbagai bahan bioaktif yang diperlukan dibidang
media dan farmasi. Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang
diperkirakan dapat menjadi obat bagi manusia. Untuk saat ini banyak penelitian
mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai
penyakit pada manusia. Terumbu karang memiliki kemampuan untuk memproduksi
oksigen sama seperti fungsi hutan di daratan, sehingga menjadi habitat yang nyaman
bagi biota laut.

2.3 Nilai Sosio Ekonomi

Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi
dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir
menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal. Mereka umumnya masih
menggunakan cara-cara tradisional dan terbatas di daerah yang relatif dangkal yang
umumnya berupa terumbu karang. Terumbu karang juga hanya bisa hidup di laut yang
bebas dari pencemaran dan limbah. Semakin bersih suatu laut maka akan semakin indah
warna warna yang dipancarkan terumbu karang. Apabila laut terpapar oleh polusi,
terumbu karang tidak akan memancarkan warna – warna yang indah.
Terumbu karang adalah habitat untuk  berbagai organisme yang indah. Indonesia
memiliki panjang pesisir lebih dari 60.000 km2 dengan kekayaan terumbu karang yang
sangat melimpah. Banyak tempat terumbu karang yang layak untuk dikunjungi dan
menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Beberapa daerah yang dapat dinikmati keindahan terumbu karang adalah Papua,
Maluku, dan Nusa Tenggara. Indonesia memiliki satu per delapan terumbu karang yang
ada di dunia. Keanekaragaman biota yang ada di perairan Indonesia sangat banyak.
Terumbu karang sangat bermanfaat bagi kehidupan organisme laut maupun bagi
manusia, manfaat ekologi maupun bidang ekonomi.

6
Terumbu  karang  yang  bagus  akan  menarik  minat  wisatawan  pada  kegiatan 
diving,karena variasi terumbu karang yang berwarna-warni dan bentuk yang memikat
merupakan atraksi tersendiri bagi wisatawan baik asing maupun domestik

tersendiri  bagi  wisatawan  baik  asing  maupun  domestik.  Diperkirakan  sekitar  20 
juta penyelam,  menyelam  dan  menikmati  terumbu  karang  per  tahun. Hal  ini  dapat 
memberikan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar.Wisata bahari mengunjungi
obyek  terumbu karang merupakan bagian yang penting pada aktifitas wisata laut
tropis .Keunggulan lankap bawah air dengan panorama yang indah menjadikan setiap
orang ingin terjun dan menikmati keindahannya. Cukup dengan bermodalkan atau sewa
masker dan snorkel kita bisa menikmati keindahan bawah air tersebut.Kegiatan wisata
bawah air merupakan pilihan penting di Bali saat ini dimana mereka sudah merasa
jenuh kalau hanya mengunjungi objek objek di darat.Kegiatan ini dari tahun ke tahun
terus meningkat yang ditandai dengan maraknya paket wisata laut yang banyak
menawarkan  kursus singkat menyelam..Daerah yang paling diminati di Bali untuk
panorama bawah air adalah pulau Nusa Penida karena disana  telah disediakan fasilitas
berupa pontoon yang dibangun di kawasan terumbu karang sebagai shelter bagi para
turis untuk terjun ke air.Bagi para pencinta menyelam terumbu karang akan menjadi
pilihan utama dimanapun di tempat tempat yang akan mereka kunjungi sebagai  spot 
lokasi penyelaman.

2.4 Tipe-tipe Terumbu Karang

a. Terumbu karang tepi (fringing reefs)


Jenis terumbu karang tepi termasuk yang terbanyak ditemukan pada lautan
Indonesia. Dalam terumbu karang ini tak terbentuk laguna (lagoon) yakni daerah air
laut diantara karang dengan pantai, layaknya terumbu karang penghalang. Sehingga
membuat karang tepi ini rentan terkena campur tangan manusia yang tak
bertanggung jawab. Misalnya saja terkena bahaya logam berat dari pembuangan
limbah serta dampak sampah plastik di pesisir pantai yang berserakan.Terumbu
karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-
7
pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya
bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai
yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken
(Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

b. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)


Terumbu karang penghalang yakni jenis terumbu yang berkembang agak jauh
dengan pesisir pantai serta membentuk laguna. Tempat pembentukan karang ini
umumnya antara 0,5 km hingga 1 km dari bibir pantai pada kedalaman 75 meter.
Didunia jenis karang penghalang terkenal ialah “Great Barrier Reefs” terletak di
pesisir pantai timur Australia. Namun dinegara Indonesia juga punya karang
penghalang yakni di pulau Batuan Tengah, atau Spermonde, serta di Kepulauan
Banggai.

c. Terumbu karang cincin (atolls)


Terumbu karang cincin yakni susunan karang yang bentuknya cincin besar serta
menyerupai suatu pulau. Jenis karang ini juga banyak ditemukan di wilayah
samudera Atlantik. Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas
dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan
daratan.

d. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)


Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat
island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam
kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini
akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.
Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu. Jenis karang ini
digolongkan kedalam jenis karang keempat sesudah karang tepi, cincin dan
karang penghalang

2.5 Jenis-jenis Parameter Ekologi


8
Pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh faktor, diantaranya adalah suhu, salinitas,
cahaya matahari, arus dan substrat

A. Suhu
Secara geografis, suhu membatasi sebaran karang. Suhu optimum untuk terumbu
karang adalah 25°C - 300°C (Sukarno et al, 1983). Suhu mempengaruhi tingkah
laku makan karang. Kebanyakan karang akan kehilangan kemampuan untuk
menangkap makanan pada suhu diatas 33,5 °C dan dibawah 160°C
(Mayor, 1918). Pengaruh suhu terhadap karang tidak saja yang ekstrim
maksimum dan minimum saja, namun perubahan mendadak dari suhu alami
sekitar 40°C - 60°C dibawah atau diatas ambient dapat mengurangi
pertumbuhan karang bahkan mematikannya.

B. Cahaya
Cahaya diperlukan oleh alga simbiotik zooxantela dalam proses fotosintesis
guna memenuhi kebutuhan oksigen biota terumbu karang (Nybakken, 1992).
Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan kemampuan
karang menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu akan berkurang
pula. Kedalaman penetrasi cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan karang
hermatipik sehingga dapat mempengaruhi penyebarannya (Sukarno, 1977).
Jumlah spesies berkurang secara nyata pada kedalaman penetrasi cahaya sebesar
15 – 20 % dari penetrasi cahaya permukaan yang secara cepat menurun mulai
dari kedalaman 10 m (D’elia et al, 1991).

C. Sedimentasi
Pengaruh sedimentasi terhadap hewan karang dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Sedimen akan mematikan langsung karang bila ukuran
sedimen cukup besar atau banyak sehingga menutup polip karang. Pengaruh
tidak langsung adalah menurunnya penetrasi cahaya matahari yang penting
untuk proses fotosintesis zooxanthellae. Selain itu banyaknya energi yang
dikeluarkan oleh binatang karang tersebut untuk menghalau
sedimen ,mengakibatkan turunnya laju pdertumbuhan karang.

D. Salinitas
9
Salinitas merupakan faktor pembatas kehidupan karang. Daya setiap jenis
karang berbeda-beda tergantung pada kondisi laut setempat. Karang hermatipik
adalah organisme laut sejati yang sangat sensitif terhadap perubahan salinitas
yang jelas menyimpang terhadap salinitas air laut, yaitu 32°/∞ - 35°/∞. Binatang
karang hidup subur pada salinitas air laut 34°/∞ - 36°/∞. Karang yang hidup di
laut dalam jarang atau hampir tidak pernah mengalami perubahan salinitas yang
cukup besar sedang yang hidup ditempat-tempat dangkal sering kali dipengaruhi
oleh masukan air tawar dari pantai maupun hujan sehingga terjadi penurunan
salinitas perairan.

E. Arus/ Pergerakan air


Pertumbuhan karang ditempat berarus lebih baik dibandingkan dengan perairan
yang tenang (Nontji, 1987). Umumnya terumbu karang lebih berkembang pada
daerah yang bergelombang besar. Selain memberikan pasokan oksigen bagi
karang, gelombang juga memberi plankton yang baru untuk koloni karang.
Selain itu gelombang sangat membantu dalam menghalangi pengendapan pada
koloni karang. Sebaiknya, gelombang yang sangat kuat seperti halnya
gelombang tsunami dapat menghancurkan karang secara fisik.

10
BAB. III
MENGENAL BIOLOGI KARANG

3.1 Klasifikasi Karang

Di Indonesia sangat banyak sekali di temukan keragaman jenis terumbu karang dan
ternyata Indonesia juga termasuk kedalam garis segi tiga terumbu karang terbesar di
dunia khususnya wilayah Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi, Maluku, Fak-fak dll.
Terumbu karang merupakan jantungnya lautan, karena terumbu karang sangat berperan
penting sekali dalam keseimbangan ekosistem di laut. Terumbu karang termasuk dalam
jenis Filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang
(coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas
Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.

3.2 Perkembangbiakan Karang secara Asexual

Reproduksi asexual pada karang dilakukan dengan cara membentuk tunas, hal ini
biasanya dilakukan oleh karang yang soliter tipe reproduksi ini karang-karang muda
yang dihasilkan sangat identik dengan induknya (Fossa dan Nilsen, 1998). Pertunasan
dibedakan menjadi pertunasan intraselular dan pertunasan ekstraselular.

Pertunasan intraselular adalah pembentukan individu baru dalam individu lama,


sedangkan pertunasan Ekstraselular adalah pembentukan individu baru terjadi di luar
individu lama (Tomascik et al., 1997). Cara lain dari reproduksi aseksual pada karang

11
menurut Highsmith (1982) ialah dengan fragmentasi yaitu dimana bagian dari koloni
karang yang terpisah dari induk; disebabkan oleh faktor fisik (arus dan gelombang) atau
faktor biologi (predator); dapat beradaptasi di lingkungan yang baru hingga tumbuh dan
membentuk koloni yang baru.

Transplantasi karang merupakan salah satu pemanfaatan reproduksi aseksual karang


untuk mempercepat rehabilitasi karang

Gambar 1 : Acropora formosa Gambar 2 : Acropora horrida

3.3 Perkembangbiakan Karang secara Sexual

Jenis kelamin hewan karang tidak mudah dilihat dari luar sebagaimana pada hewan
tingkat tinggi lainnya. Untuk menentukan jenis kelamin secara langsung harus
mengamati gonad matang di dalam coelenteron. Jenis kelamin dapat mudah dilihat lebih
jelas sewaktu karang brooder mengandung embrionya dalam coelenteron. Testis karang
biasanya berwarna putih, sedangkan ovarium tampak berwarna lebih menyolok merah,
merah muda, orange, coklat atau biru (Harrison dan Wallace, 1990).

Reproduksi seksual merupakan reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan


ovum (fertelisasi). Reproduksi seksual karang dimulai dengan pembentukan calon
gamet sampai terbentuknya gamet matang, proses ini disebut dengan gametogenesis.
Selanjutnya gamet yang matang atau masak dilepaskan dalam bentuk telur atau planula.

12
Gambar. Spowning
Berdasarkan individu penghasil gamet, jenis kelamin karang dapat dikategorikan
bersifat:

1. Hermafrodit: Apabila telur dan sperma dihasilkan oleh satu polip dalam satu
koloni Contoh :Family Acroporidae, Pocilloporidae, Faviidae, Merulinidae,
Oculinidae, Musidae dan Pectinidae.

Karang hermaprodit menurut perkembangan gonadnya terbagi atas (1)


hermafrodit simultan (simultaneous hermaphrodite) dan (2) hermafrodit
berurutan (sequential hermaphrodite). Pada karang hermafrodit simultan, ovum
dan sperma karang matang secara serentak (Policansky, 1982), sedangkan
hermafrodit berurutan adalah kematangan ovum dan sperma berbeda waktunya.
Matang gonad pada hermafrodit berurutan mempunyai dua pengertian, yaitu
jantan matang lebih dulu daripada betina yang disebut protrandus, atau betina
lebih dulu matang daripada jantan yang disebut protogynous (Ghiselin, 1974

2. Gonokoris: Dalam satu jenis (Spesies), telur (gamet betina) dan sperma (gamet
jantan) dihasilkan oleh individu yang berbeda secara sendiri-sendiri . Dimana
karang yang jantan dan betina itu berbeda atau kelamin terpisah (dioecious).
Contoh: Sub Ordo Fungiina, antara lain family Agaricidae, Siderastreidae,
Fungiidae dan Poritidae.

3.4 Bentuk Pertumbuhan Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat biodiversitas yang tinggi.


Penyusun utama ekosistem ini adalah hewan karang yang biasa dijumpai dalam

13
berbagai macam bentuk dan warna. Bentuk pertumbuhan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pergerakan kolom air dan kedalaman (Warner, 1984). Perbedaan bentuk
pertumbuhan ini biasa digunakan peneliti untuk melihat keanekaragan dan kompleksitas
jenis karang yang ada dalam suatu ekosistem, karena biasanya satu jenis genus atau
spesies karang memiliki bentuk khasnya sendiri. Terumbu karang adalah ekosistem
bawah laut yang terdiri atas hewan karang yang membentuk struktur kalsium karbonat
(CaCo3) dan bersimbiosis dengan zooxanthellae (Sorokin, 1993). English (1994)
mengelompokkan bentuk pertumbuhan karang dalam 2 bentuk utama, yaitu Acropora
dan non-Acropora. Sesuai namanya, untuk bentuk pertumbuhan Acropora adalah
karang-karang dari genus Acropora, dengan ciri khas utama yaitu letak koralit yang
berada pada sisi radial dan axial dari karang. Sedangkan pada jenis-jenis karang non-
Acropora, koralit hanya ditemukan pada sisi radial saja. 

Gambar 1. Perbedaan Skeleton Karang Acropora dengan Karang Non Acropora


Pada dasarnya, terdapat 5 kategori bentuk pertumbuhan pada jenis Acropora, dan 9 pada
jenis non-Acropora.
A. Bentuk pertumbuhan karang Non Acropora :
1. Coral Branching (CB); Bentuknya bercabang seperti Ranting dimana cabang lebih
panjang dari diameter yang dimilikinya.

14
2. Coral massive (CM); Bentuknya padat seperti bola atau bongkahan batu dengan
ukuran yang bervariasi, permukaaan karang halus dan padat. Ukuran dapat mencapai
tinggi dan lebar beberapa meter,

3. Coral encrusting (CE); Bentuknya kerak dimana tubuhnya menyerupai dasar terumbu
dengan permukaan yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil

4. Coral foliose (CF); tubuh bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar
terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan atau melingkar.

5. Coral submassive (CS); Benetuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau kolom-kolom


kecil.
15
6. Coral mushroom (CMR); bentuknya seperti jamur dimana benrbentuk oval memiliki
banyak tonjolan seperti punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut.

7. Coral millepora (CML); Semua jenis karang apa dimana dapat dikenali dengan
adanya warna kuning di ujung koloni serta rasa panas seperti terbakar jika tersentuh.

8. Coral heliopora (CHL); Semua karang biru yang dapat ditandai dengan warna biru
pada rangka kapur karang
16
B. Bentuk Pertumbuhan Karang Acropora
1. Acropora branching (ACB); Acropora yang bentuknya bercabang seperti ranting
pohon.

2. Acropora digitate (ACD); Acropora berjari dimana  bentuk percabangan rapat


dengan cabang seperti jari-jari tangan

3. Acropora ecrusting (ACE); Acropora yang bentuknya merayap seperti mengerak,


biasanya itu terjadi pada aAcropora yang belum sempurna

17
4. Acropora submassive (ACS); Acropora yang percabangan nya berbentuk
gada/lempeng dan kokoh

5. Acropora tabulate (ACT); Acropora dengan bentuk bercabang dengan arah mendatar
dan rata seperti meja. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau
betumbpu pada sisi membentuk sudut atau data

18
BAB. IV
KERUSAKAN TERUMBU KARANG

Kondisi karang di Indonesia pada saat ini adalah empat persen dalam kondisi kritis, 46
persen telah mengalami kerusakan, 33 persen kondisinya masih bagus dan sekitar tujuh
persen kondisinya bagus sekali. Berdasarkan penyebabnya, kerusakan terumbu karang
diakibatkan oleh beberapa faktor :

4.1 Faktor Biologis, seperti :

4.1.1 Predasi

Predasi merupakan adanya jenis-jenis karang/biota karang lain tertentu yang bersifat
aktif dan agresif untuk mendapatkan makanan sehingga dapat menghambat/mematikan
pertumbuhan karang yang lainnya.  Beberapa contoh kasus predasi antara lain :
·  a. Beberapa jenis karang Famili Musidae, Meandrinidae dan Favidae mempunyai
pertumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan jenis karang lain khususnya dari
suku Acroporidae.
·  b. Beberapa jenis karang yang menghasilkan zat antibiotik yang dapat mencegah
pertumbuhan organisme lain disekitarnya (misalnya jenis Montipora sp.).
c. Beberapa hewan pemakan polyp karang seperti Copepoda, Barnacle, kepiting,
beberapa Gastropoda, Asteroid, ikan Chaetodon trifasciatus, C. trifasialis,
Acanthaster plancii, dll. Beberapa hewan seperti Polychaeta dan Moluska merusak
karang dengan cara membuat rumah pada koloni karang.

4.1.2 Penyakit
19
Karang secara alami mempunyai penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Serangan
penyakit ini biasanya dipicu oleh adanya kondisi perairan yang tidak normal, misalnya
danya pencemaran dan kenaikan suhu permukaan air laut.  Penyakit yang biasa
menyerang karang antara lain :
a. White band disesase atau biasa disebut dengan penyakit gelang putih yang ditandai
dengan adanya warna putih pada sebagian koloni karang sedangkan sebagian lainnya
berwarna normal.
b. Black band disease, penyakit ini hampir sama dengan white band disease namun
hasil akhirnya berbeda oleh karena karang yang diserang ada yang menjadi hitam
atau dapat pula mengalami bleaching (memutih).  Warna putih menunjukkan bahwa
jaringan karang  telah mati sedangkan warna hitam menunjukan jaringan yang
sedang mengalami serangan penyakit.
c. Vibrio AK-1, bakteri ini menyerang pada bagian kondisi dimana suhu lingkungan
naik di atas normal.  Kerusakan akibat bakteri ini ditandai dengan memutihnya
jaringan karang akan tetapi warna putihnya berupa bercak-bercak yang tidak merata.

4.1.3 Bioerosi
Bio erosi merupakan kerusakan karang baik secara kimiawi maupun mekanis karena
terdegradasinya kapur kerangka tubuh karang (CaCO3) yang disebabkan aktifitas
organisme lain.  Beberapa contoh bio erosi antara lain :
Ikan kakatua dan ikan Buntel mengerat atau mengkais-kais karang massive untuk
menajamkan giginya.
a. Polychaeta, moluska, krustacea membuat lubang untuk rumahnya dengan cara
mengebor kerangka karang.
b. Echinodermata menggerogoti karang untuk memperoleh makanan yang berupa
detritus atau algae yang melekat di kerangka kapur.
c. Sponge, algae, cyanobacteria melekat di cangkang karang dan mengeluarkan zat
kimia tertentu yang dapat menurunkan keasaman disekitarnya sehingga dapat
melarutkan kapur kerangka tubuh karang.
Respirasi dari turf algae pada malam hari menghasilkan asam organik yang dapat
menurunkan keasaman disekitarnya.

20
4.2 Faktor Fisik, seperti :

4.2.1 Kenaikan Suhu Air Laut

Kenaikan suhu air laut sekitar 3 – 4 ° C dari suhu normal akibat peristiwa El Nino dapat
menyebabkan karang menjadi Bleaching yang kadang-kadang diikuti dengan kematian
karang.  Karang di daerah tropis lebih sensitive terhadap perubahan suhu air laut
dibanding dengan di daerah sub tropis.

4.2.2 Pasang Surut


Kematian karang akibat pasang surut dapat terjadi apabila terjadi pasang surut yang
sangat rendah sehingga terumbu karang muncul di atas permukaan air laut dan
terjadinya pada siang hari (matahari terik) atau pada saat hujan sehingga air hujan
langsung mengenai terumbu karang.  Kematian karang akibat pasang surut biasanya
terjadi satu atau dua kali dalam setahun dan meliputi area yang cukup luas.
4.2.3 Radiasi Sinar Ultra Violet
Sinar matahari yang memancar setiap hari mengandung sinar ultra vuolet A,B,C yang
mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda.  Sinar UV A dan B merupakan
sinar yang mempunyai daya rusak terhadap sel-sel hidup.  Sinar UV akan mempunyai
dampak buruk terhadap karang jika karang terkena radiasi sinar UV di atas normal (atau
di atas kemampuan karang beradaptasi).  Biasanya terjadi pada saat cuaca sangat cerah,
laut tenang dan jernih serta terjadi pada waktu yang cukup lama.  Ciri-ciri kematian
karang akibat sinar UV yaitu terjadi bleaching meliputi daerah yang cukup luas,
umumnya seragan dan mencapai tempay yang cukup dalam.
4.2.4 Penurunan Salinitas
Secara fisik kematian karang karena penurunan salinitas dimulai dengan kontraksi dari
polip karang untuk lebih mempersempit kontak dengan air laut bersalinitas rendah. 
Kontraksi polip akan mengurangi kecepatan fotosintesa sehingga akan mengurangi
kecepatan respirasi.  Karena karang tidak mempunyai mekanisme untuk mengatus
tekanan osmose di dalam tubuhnya maka sel-sel akan pecah dan zooxanthellae keluar
dari jaringan karang yang akibatnya karang memutih.  Jika penurunan ini berlangsung
cukup lama akhirnya semua jaringan karang akan lysis dan mati.
4.2.5 Gunung Berapi, Gempa Bumi dan Tsunami

21
Aktifitas gunung berapi, gempa bumi dan tsunami mempunyai potensi untuk merusak
terumbu karang dengan akibat sangat berat.  Gunung berapi di Indonesia yang
berpotensi menyebabkan kerusakan terumbu karang antara lain Gunung Krakatau di
Selat Sunda, Gunung Api Banda di Banda, Gunung Siau di Pulau Sangihe, Gunung
Lewotolo di Pulau Lembata dan Gunung Pinang di Sulawesi.
4.2.6 Topan atau Badai
Kerusakan karang yang disebabkan oleh topan biasanya sangat parah dan pada area
yang cukup luas tergantung dari kekuatan topan tersebut.

4.3 Aktifitas Manusia, dibagi menjadi 2 yaitu :

4.3.1 Secara Langsung

a. Penambangan Karang dan Pasir Laut

Penambangan karang biasanya dilakukan untuk bahan bangunan, pembuatan kapur atau
bahan kerajinan.  Karang yang diambil dapat berupa karang hidup atau pecahan karang
mati dan berasal dari semua jenis karang batu.  Akibat adanya penambangan karang itu
selain menyebabkan kerusakan karang secara langsung juga dapat menyebabkan erosi
pantai karena karang sebagai penahan ombak telah rusak sehingga menyebabkan
gelombang langsung menggerus pantai sedangkan pasir laut yang ditambang akan
mencemari wilayah terumbu karang sekitarnya.

b. Pengeboman Karang
Kerusakan karang akibat bom sangat luas.  Dari hasil pengamatan menujukkan bahwa
penggunaan bom seberat 0,5 Kg yang diledakkan di dasar terumbu dapat
menghancurkan terumbu karang dengan radius 3 – 5 m dari pusat ledakan.

c. Penggunaan Cyanida atau Potas


Dampak penggunaan potas terhadap terumbu karang dapat menyebabkan kematian
karang apabila digunakan dengan konserntrasi yang cukup tinggi dan berulangkali.

d. Penangkapan Ikan dengan Bubu


Penggunaan bubu untuk menangkap ikan di daerah terumbu karang dapat menyebabkan
kerusakan karang karena cara peletakan bubu tersebut di karang dengan cara

22
membongkar karang hidup untuk menindih bubu sehingga tampak seperti rongga
dibawah terumbu (kamuflase).

e. Penangkapan Ikan dengan Muro Ami


Seperti halnya dengan penggunaan bubu, muro ami dapat menyebabkan kerusakan
karang karena penggunaan bambu, pemberat yang dipukul-pukulkan ke karung untuk
menimbulkan bunyi berisik sehingga ikan-ikan keluar dari persembunyiannya kemudian
digiring ke arah jaring yang telah dibentangkan.

f. Jangkar Perahu
Aktifitas lempar jangkar di daerah terumbu karang juga memberikan kontribusi cukup
besar dalam kerusakan karang karena jangkar yang di lepas dilaut akan merusak karang.

g. Kegiatan Pariwisata
Pengelolaan wisata bahari yang tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang
sampah, snorkling/diving dengan menginjak karang dan mengoleksi biota laut/karang.

4.3.2 Akibat Aktifitas manusia Secara Tidak langsung

a. Sedimentasi
Sumber utama sedimentasi yaitu dari kegiatan penambangan di laut dan berasal dari
daratan yang dibawa oleh air sungai  ke laut.  Sedimentasi tersebut akan menyebabkan
kekeruhan sehingga menghambat penetrasi sinar matahari dalam air yang sangat
dibutuhkan oleh karang untuk proses biologisnya.

b. Limbah Kota dan Pencemaran


Limbah kota dapat berupa limbah industri, limbah rumah tangga, limbah hotel dan
perkantoran, bengkel serta rumah sakit.  Beberapa limbah buangan yang dapat
mematikan karang antara lain detergen, senyawa chlorin, dari pestisida (DDT, Eldrin,
Endrin), senyawa polychlorinited biphenyl yang berasal dari pabrik cat, plastik dll, zat
organik berupa nitrat dan fosfat dapat menyebabkan utropikasi (blooming algae
tertentu).

c. Minyak Bumi
23
Tumpahan minyak bumi ke laut dalam jumlah cukup besar dapat menghambat
reproduksi dan perkembangan larwa karang, menghambat pertumbuhan karang,
bleaching samapai menyebabkan kematian.

d. Perdagangan Karang

Perdagangan karang hias yang diambil langsung dari alam merupakan sumber
pendapatan ekonomi bagi Indonesia tetapi di sisi lainnya juga menjadi ancaman untuk
kelestarian terumbu karang bila penanganannya tidak terkontrol dengan baik.
Menurut penelitian Green & Shirley (1999), ada beberapa jenis karang hias yang
menjadi target utama dalam perdagangan. Diantaranya Cynarina lacrymalis,
Tracyphyllia geoffroyi, Nemenzophyllia turbida, Physogyra lichtensteini, Plerogyra
spp, Euphyllia spp, Blastomussa spp, Acanthastrea spp, dan Scolymia spp. Masing-
masing spesies itu telah memiliki batasan kuota pengambilan tiap tahunnya oleh
pemerintah, yang diatur oleh otoritas manajemen dan otoritas keilmuan

24
V. PENUTUP

Sebagai suatu ekosistem, terumbu karang memiliki komponen-komponen sebagaimana


ekosistem lain yaitu komponen biotik dan abiotik. Secara umum, pada ekosistem
perairan komponen biotik yang berperan adalah tumbuhan hijau (produser), bermacam-
macam kelompok hewan (konsumer) dan bakteri (dekomposer). Pada ekosistem
terumbu karang, komponen produser utama adalah algae dari kelas dinophyceae yang
disebut zooxanthelae yang hidup bersimbiosis dengan binatang karang, disamping
beberapa jenis algae yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang.

Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain : Sebagai gudang
keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat
mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi hewan laut lainnya.
Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi
dan fisika secara global yang mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi

Terumbu karang mampu menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah
terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya. Dari segi fisik terumbu karang berfungsi
sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi.

Terumbu karang juga merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi Indonesia tetapi di
sisi lainnya juga menjadi ancaman untuk kelestarian terumbu karang bila
penanganannya tidak terkontrol dengan baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Nabil Zurba. 2019. Pengenalan Terumbu Karang Sebagai Pondasi Utama Laut Kita

Robinson bisa.blogspot.com>2017/03> tipe-tipe terumbu karang

Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia

M. Ambari. Jakarta 2018. Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia Dipicu Dampak


Perubahan Iklim?

Zone geologi. 2014. Klasifikasi Terumbu Karang

Tegar dan serentak. 2014. Bentuk Pertumbuhan Karang

Giyanto. 2007. Perdagangan Karang Hias : Suatu Ancaman Terhadap Ekosistem


Terumbu Karang?

26

Anda mungkin juga menyukai