Anda di halaman 1dari 59

BAB III

METODOLOGI
PEKERJAAN

3.1 Rencana Kerja

Untuk memberikan gambaran mengenai metode yang akan digunakan oleh

Konsultan dalam menangani pekerjaan “SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis”


maka pada Sub Bab ini akan diuraikan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan yang

Mengacu pada Kerangka Acuan Kerja, antara lain meliputi :

I. Kegitan A. Pekerjaan Persiapan

A1. Persiapan Administrasi dan Personil


A3. Penyusunan Program Mutu

A4. Evaluasi data Studi Terdahulu

A5. Penyusunan Konsep Laporan Pendahuluan

II. Kegiatan B. Pekerjaan Survey Lapangan dan Analisis Data


B1. Survey Pendahuluan

B2. Survey Identifikasi Alternatif Lokasi Situ

B3. Survey Topografi dan Pemetaan

B4. Survey Bathimetri


B5. Survey Hidrometri dan Investigasi

B6. Survey Sosial Ekonomi

B7. Survey Geologi Teknik dan Mektan

B.7.1 Hand Boring


B.7.2 Test Pit
3-1
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

B.7.3 Sondir

B8. Analisis Data


B.8.1 Analisa Pemilihan Lokasi Situ

B.8.2 Analisa Hidrologi dan Kualitas Air

B.8.3 Analisa Geoteknik

B.8.4 Analisa Hidrolika


B.8.5 Analisa Sosial Ekonomi

III. Kegiatan C. Kegiatan Desain

C.1 Design Bangunan Revitalisasi Situ

C.2 Penggambaran
C.3 Perhitungan BOQ dan RAB, Spesifikasi Teknik dan Metode Pelaksanaan

C.4 Design O&P

IV. Kegiatan D. Diskusi dan Pembahasan

D.1 Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak ( Program Mutu )


D.2 Pembahasan Laporan Pendahuluan

D.3 Pembahasan Laporan Antara (Interim Report)

D.4 Pembahasan Draft Laporan Akhir

D.5 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)


V. Kegiatan E. Pelaporan

E.1 Program Mutu

E.2 Laporan Bulanan

E.3 Laporan Pendahuluan


E.4 Laporan Pertengahan (Interim Report)

E.5 Konsep Laporan Akhir

E.6 Laporan Akhir :

E.6.1 Laporan Ringkasan


E.6.2 Laporan Utama
E.6.3 Laporan Penunjang

3-2
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

E.6.3.1 Laporan Survey dan Investigasi

- Survey Topografi dan Pemetaan


- Survey Hidrometri dan Investigasi

- Penyelidikan Geoteknik Lapangan dan Uji lab

E.6.3.2 Laporan Analisis

- Analisis Hidrologi dan Kualitas Air


- Analisis Hidraolika

- Analisis Geoteknik

- Nota Desain

E.6.3.3 Pemdolean 3 dimensi hasil perencanaan


E.6.3.4 Laporan Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

- laporan pekerjaan (BOQ)

- Harga satuan dasar Upah, Bahan perlatan (HSP)

- Harga satuan anggaran biaya


E.6.3.5 Dokumen Pedoman Operasional dan Pemeliharaan (O&P)

E.6.3.6 Dokumen Informasi Lingkungan

E.6.3.7 Gambar

- Cetakan A1
- Cetakan A3

E.6.3.8 Dokumen Tender


- Rencana Pelaksanaan Fisik dan metode pelaksanaan
- Spesifikasi umum dan spesifikasi teknis

- draft kontrak

E.7 Foto Dokumentasi

E.8 Soft Copy Laporan, Gambar dan Bahan Tayangan dalam Hardsik 1 TB

3-3
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Rincian pekerjaan diatas dapat juga dilihat pada bagan alir dibawah :

Mulai
(SPMK Diterima)

Persiapan Mobilisasi

 Administrasi dan Personil  Personil


 Penyusunan Program Mutu  Alat
 Persiapan Perizinan Keperluan  Bahan
Mobilisasi Tidak

Chek

Konsep RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN KONTRAK


Perbaikan Tidak
Laporan (PROGRAM MUTU)
dan
Program
Asistensi
Mutu

Ya

Persiapan administrasi untuk


Disetujui
pendukung studi
pendahuluan

Laporan
Program
mutu

3-4
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

STUDI PENDAHULUAN

OBSERVASI LAPANGAN PENGUMPULAN DATA SEKUNDER


 Survey Awal  Laporan Terdahulu, Studi yang ada
 Pengambilan Informasi (wawancara dan  Peta Rupa Bumi Indonesia
Dokumentasi)  Data - data Situ

PENINJAUAN
PENDAHULUAN
 Survey Pendahuluan dan
Identifikasi Alternatif Lokasi
Situ
 Perangkingan Situ
 Penyusunan Konsep Laporan
Pendahuluan

KONSEP LAPORAN
PENDAHULUAN

Tidak
Chek

Ya Finalisasi
DISKUSI KONSEP Konsep Tidak
Laporan Perbaikan dan
LAPORAN PENDAHULUAN Pendahuluan Asistensi
Ya

Ya
Persiapan administrasi untuk Disetujui
pendukung Survey Data

Laporan
B Pendahuluan

3-5
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

PKM 1
B

SURVEI DAN INVESTIGASI LAPANGAN

SURVEI TOPOGRAFI DAN PEMETAAN SURVEI BATHIMETRI SURVEI HIDROMETRI SURVEY GEOLOGI TEKNIK SURVEY SOSIAL EKONOMI

 Pengukuran topografi  Pengukuran Bathimetri di 5  Pengukuran Debit  Boring  Quisioner


 Pemasangan Titik BM Situ  Pengecekan Kualitas Air  Test Pit  Wawancara
 Pemasangan Titik CP Bersih  Sondir

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Chek Chek Chek Chek Chek

Ya Ya Ya Ya
Ya
KONSEP LAPORAN ANTARA
(INTERIM)

3-6
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Finalisasi
Konsep
DISKUSI KONSEP LAPORAN ANTARA Laporan Antara Tidak Perbaikan dan
(INTERM) (Interim) Asistensi

Ya
Ya
Disetujui
EVALUASI

Laporan
Antara
(Interim)

3-7
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

PENGGAMBARAN UJI LABORATORIUM ANALISIS


TOPOGRAFI  Analisis Hidrologi
-Gambar Situasi Existing  Pengujian Tanah  Analisis Geoteknik
-Gambar Long Existing (Geoteknik Laboratorium)  Analisis Hidraolika
-Gambar Cross Existing  Pengujian Kualitas Air  Analisis Sosial Ekonomi

Tidak Tidak Tidak

Chek Chek Chek

Ya Ya Ya

DESAIN
 Desain Bangunan Revitalisasi Situ
 Penggambaran Desain

PKM ke 2

3-8
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di kabupaten Ciamis

FINISHING
Penggambaran Perencanaan
dan
Perhitungan RAB dan BOQ

DISKUSI KEMAJUAN PEKERJAAN II

KONSEP LAPORAN AKHIR

Tidak
Ya
Chek

DISKUSI KONSEP
LAPORAN AKHIR

Perbaikan Tidak Tidak


Finalisasi KONSEP LAPORAN Perbaikan
dan Konsep PENUNJANG: dan
Assistensi Laporan Akhir 1. Laporan Survey Investigasi Assistensi
2. Laporan Analisis
3. Laporan Perencanaan
Ya 4. Laporan Rab dan BOQ
5. Dokumen O&P
Ya 6. Dokumen Infomasi
Lingkungan
Disetujui
7. Cetak Gambar
8. Dokumen Tender
9. Foto Dokumentasi Ya

LAPORAN AKHIR
Ya

Disetujui

LAPORAN
PENUNJANG

SELESAI

Gambar 3.1 Bagan Alir Keseluruhan Proses Penyusunan SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

3-9
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

3.2. Metodologi

3.2.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan ini meliputi beberapa kegiatan baik berupa kegiatan di kantor maupun

kegiatan di lapangan. Pekerjaan pendahuluan ini diuraikan sebagai berikut :

1. Persiapan Administrasi, Personil pelaksana dan Peralatan

Tahap ini merupakan bagian yang penting untuk dilakukan, agar pelaksanaan

kegiatan pada tahap berikutnya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadual

yang telah disepakati. Kegiatan ini urnum terdiri dari :

a) Persiapan administrasi, personil dan peralatan


b) Mobilisasi personil dan peralatan
c) Pengumpulan data awal

2. Penyusunan Program Mutu

Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) bahwa penyusunan laporan program

mutu mengacu pada 5/SE/M/2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan
Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat setelah dilaksanakannya penandatanganan kontrak.

3. Evaluasi Data Studi Terdahulu

Setelah tersusun rencana/program kerja yang definitif sesuai dengan persetujuan

Direksi Pekerjaan seperti yang tercantum dalam Laporan program mutu, maka tahap

selanjutnya adalah melaksanakan pekerjaan persiapan teknis dan evaluasi data yang
meliputi :

 Laporan desain terdahulu (jika ada)

 Data debit, curah hujan dan kilmatologi

 Data geometri dan morfologi sungai (jika ada)


 Data material dasar sungai (jika ada)
 Data kondisi geologi teknik

3-10
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

 Data bangunan-bangunan air yang sudah ada termasuk as built drawing (jika

ada)
4. Penyusunan Konsep Laporan Pendahuluan

Setelah dilakukan pengumpulan data awal untuk kebutuhan pendahuluan dalam


pekerjaan SID Revitalisasi Situ di Kab. Ciamis selanjutnya dilakukan penyusunan

konsep laporan pendahuluan.

3.2.2 Pekerjaan Survey lapangan dan analisis data


3.2.2.1 Survey Pendahuluan

Dalam mendapatkan aset situ untuk keperluan pekerjaan SID Revitalisasi Situ
di Kabupaten Ciamis konsultan perencana melakukan survey pendahuluan dengan

menggunakan metode kualitatif dan Pendekatan secara deskriptif. Penggunaan metode


ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi aset situ yang

akan dikaji guna keperluan pelaksanaan pekerjaan berikutnya. Survey pendahuluan yang

dilaksanakan terdiri dari :

1. Metode Pengumpulan Data

Metode mengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data sekunder dan
data primer yang dilaksanakan oleh konsultan perencana guna keperluan pekerjaan

pendahuluan. Adapun metode pengumpulan data yang dilaksanakan oleh konsultan

perencana sesuai dengan metode Kualitatif yang digunakan, adalah sebagai berikut :

1. Metode Wawancara
Wawancara terhadap sumber data, yaitu: proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara konsultan

perencana atau pewawancara dengan penjawab atau sumber informasi.

2. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa

ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi


digunakan untuk memperoleh data dilapangan dengan alasan untuk

3-11
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

mengetahui situasi, menggambarkan keadaan, melukiskan bentuk. Pengamatan

didasarkan pada pengamatan langsung dilapangan.


3. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah pengambilan situasi lapangan dengan cara

mengabadikan lewat foto maupun video. Hal ini membantu untuk melihat

posisi bangunan dan situasi situ dilapangan.


4. Metode Pengambilan data terdahulu /data sekunder

Data terdahulu/ data sekunder di ambil dari hasil koordinasi dan pencarian

data melalui intansi terkait maupun melalui sumber lainnya yang dapat

mendukung pada pekerjaan ini.


2. Tahapan pelaksanan survey

a). Tahap Persiapan

Konsultan Perencana melaksanakan persiapan sebelum melakukan survey.

Persiapan yang dilaksanakan konsultan perencana adalah :


 Persiapan Administrasi

Persiapan ini menyiapkan surat – surat yang diperlukan sebelum

melaksanakan survey seperti izin mobilisasi personil untuk melaksanakan

survey, surat permintaan data, Surat Tugas pelaksanaan survey dari BBWS
Citanduy, dan surat lainnya yang dianggap perlu

 Persiapan Personil

Konsultan perencana menyiapkan personil sesuai yang ada pada kontrak

untuk melaksanakan survey.


 Persiapan Alat GPS untuk Track Lokasi Situ

Alat GPS di gunakan untuk melihat luas situ yang disurvey luas situ yang

didapatkan nantinya akan berpengaruh terhadap perangkingan yang

dilakukan.
 Persiapan Format Survey

3-12
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Sebelum dilaksanakan survey, konsultan perencana membuat format survey

dengan persetujuan pihak direksi.


b) Tahap Koordinasi

Kordinasi dilaksanakan untuk mendapatkan data sekunder guna pendukung

dalam survey. Data ini nantinya akan menjadi informasi dan acuan dalam

pelaksanaan survey pendahuluan. Koordinasi dilaksanakan dari tingkat BBWS


Citanduy (Owner) sampai dengan tingkat desa yang daerahnya terdapat situ.

C) Tahap Identifikasi Situ


Setelah dilaksanakan koordinasi dan terkumpulnya informasi serta data sekunder

sebagai acuan pelaksanaan survey pendahuluan, konsultan perencana


selanjutnya melaksanakan survey identifikasi situ sebagai bentuk observasi
lapangan untuk nantinya di analisa dan di rengking.

d) Penentuan Kriteria Penilaian


Tahap ini dilaksanakan pengolahan data dengan mengurutkan data situ-situ di

kabupaten ciamis yang didapatkan dan membuat suatu kriteria penilaian. Adapun
kriteria penilaian dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu :

1. Aspek Teknis

A. Kondisi Topografi

 Luas Genangan

 Volume Tampungan Situ


 Kedalam Situ/ Bentuk Tampungan

B. Kondisi Geologi

 Jenis tanah dasar dan daya dukung pondasi

 Perkiraan adanya gejala struktur


 Gejala longsoran tebing daerah genangan

 Permeabilitas tanah secara visual

3-13
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

C. Infrastruktur

 Kondisi Infrastruktur
 Ketersediaan Desain

D. Kondisi Hidrologi

 Tata Guna Lahan DAS

 Sumber Air Situ


 Potensi Inflow tahunan

2. Aspek Ekonomi

A. Pemanfataan Eksisting

 Pemanfaatan Air
 Pariwisata

B. Bentang Tanggul

C. Ketersediaan Material di Lokasi

D. Luas Manfaat dan Jumlah penduduk penerima manfaat


E. Kondisi Pengelolaan Situ

F. Pembuatan jalan masuk

3. Aspek Sosial dan Lingkungan

A. Respon Masyarakat Sekitar


B. Status lahan pada lokasi site dan genangan

C. Kondisi Keberlangsungan Air

4. Rencana Strategis Pembangunan situ

e) Analisis Scoring Kriteria


Tahap ini konsultan melakukan analisis terhadap data-data hasil survey
pendahuluan terhadap situ yang dikaji. Analisis ini mengacu pada metode

deskriptif Kualitatif dimana pengolahan dilakukan dengan cara penggambaran

situasi dilapangan. Keluaran dari analisis ini adalah mendapatkan 5 (Lima) situ

yang akan di revitalisasi. Analisis dilakukan berdasarkan pada kriteria penilaian di

3-14
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

atas dengan memasukan bobot pada setiap kriteria. Adapun pembagian bobot

sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kriteria Scoring Situ menurut Aspek Teknis
NILAI BOBOT
NO KRITERIA PENILAIAN
(i) (% )
A ASPEK TEKNIS 40
1 Kondisi Topografi
a Luas Genangan 4
- besar, A ≥ 5.00 Ha 4
- sedang, 1,00 < A < 5.00 hektar 2
- kecil, A ≤ 1.00 hektar 1
b Volume Tampungan Situ 4
3 4
- banyak, Vol ≥ 40,000 m
- cukup, 20,000 m3 < Vol < 40,000 m3 3
- sedang, 5,000 m3 < Vol < 20,000 m3 2
- sedikit, Vol ≤ 5,000 m3 1
c Kedalaman Situ/Bentuk Tampungan 3
- Curam, h > 3 4
- Medium, 2 ≤ h ≤ 3 2
- Landai, h ≤ 1.00 1
2 Kondisi Geologi
a Jenis tanah dasar dan daya dukung pondasi 3
- Batuan beku; andesit 4
- Lempung; breksi 2
- Batu lempung 1
b Perkiraan adanya gejala struktur 3
- Tidak ada gejala struktur, sehingga mendukung 4
- Terdapat tanda gejala struktur 1
- Ada indikasi jelas gejala struktur 0
c Gejala longsoran tebing daerah genangan 3
- Stabil 4
- Sedang 2
- Buruk 1
- Sangat terlihat potensinya 0
d Permeabilitas tanah secara visual 3
- Kedap Air 4
- Semi Kedap 2
- Rendah/lolos air 1
- Rembesan tinggi 0

3-15
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

NILAI BOBOT
NO KRITERIA PENILAIAN
(i) (% )
A ASPEK TEKNIS 40
3 Infrastruktur 4
a Kondisi Infrastruktur
- Belum ada Infrastruktur 4
- Tidak Lengkap dan ada kerusakan 3
- Lengkap dan ada kerusakan 2
- Lengkap dan masih baik 1
b Ketersediaan Desain 4
Belum ada Desain 4
Sudah ada Desain 0
4 Kondisi Hidrologi
a Tata Guna Lahan DAS 3
- Berupa hutan 4
- Berupa sawah dan lahan garapan 2
- Berupa pemukiman atau lahan gundul 1
b Sumber Air Situ 3
- Mata Air dan sungai 4
- Mata Air / sungai 2
- Tadah Hujan 1
c Potensi Inflow tahunan 3
- Inflow tahunan ≥ 50% Volume tampungan 4
- Inflow tahunan ≈ 31% s/d 40% Volume tampungan 3
- Inflow tahunan ≈ 21% s/d 30% Volume tampungan 2
- Inflow tahunan ≤ 20% Volume tampungan 1

Tabel 3.2 Kriteria Scoring Situ menurut Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan, Rencana Strategis Pembangunan Situ
NILAI BOBOT
NO KRITERIA PENILAIAN
(i) (% )
B ASPEK EKONOMI 20
1 Pemanfataan Eksisting 3
a Pemanfaatan Air
Konservasi 4
Irigasi dan Konservasi 3
Air Baku dan Konservasi 2
Irigasi, Air Baku dan Konservasi 1
b Pemanfaatan Pariwisata 1
Belum ada 4
Sudah ada 0
2 Bentang Tanggul 3
- Pendek, X ≤ 150 m 4
- Sedang, 150 < X ≤ 290 m 3
- Agak Panjang, 290 < X ≤ 450 m 2
- Panjang, > 450 m 1
3 Ketersediaan Material di Lokasi 3
- Banyak di sekitar site 4
- Banyak dan perlu transport mekanis 3
- Sedang dan sebagian perlu didatangkan jauh 2
- Kurang 1
4 Luas Manfaat dan Jumlah penduduk penerima manfaat 3
- Luas dan Banyak, AM > 10 Ha dan 2000 KK 4
- Sedang, 5 Ha < AM ≤ 10 Ha dan 1000 KK 2
- Kecil dan Sedikit, AM ≤ 5 Ha dan 500 KK 1

3-16
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

NILAI BOBOT
NO KRITERIA PENILAIAN
(i) (% )
B ASPEK EKONOMI 20
5 Kondisi Pengelolaan Situ 3
- Tidak ada Pemeliharaan 4
- Ada pemeliharaan 1
6 Pembuatan jalan masuk 4
- dekat, X ≤ 200 m 3
- sedang, 200 < X ≤ 300 m 2
- jauh, X > 300 m 1
C ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN 20
1 Respon Masyarakat Sekitar 7
- Sangat mendukung/Antusias 4
- Mendukung 3
- Pro dan Kontra 2
- Tidak mau tahu 1
- Menolak 0
2 Status lahan pada lokasi site dan genangan 7
- Milik Desa yang bersedia dibebaskan tanpa penggantian 4
- Milik Masy. yang bersedia dibebaskan (ganti-untung) 3
- Milik Perhutani 2
- HGU 1
3 Kondisi Keberlangsungan Air 6
- Rawan kekeringan 4
- Sedang 2
- Daerah Surplus Air 1
D RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN SITU 20
- Pembangunan ≤ 1 Tahun 4 20
- 1 tahun < Pembangunan < 5 Tahun 2
- Pembangunan > 5 Tahun 1

Keterangan :

Nilai (i) : Nilai kondisi situ sesuai kriteria dengan nilai 4 sebagai
nilai maksimum

Dengan memasukan nilai (i) sesuai dengan kondisi lapangan maka akan

didapatkan nilai kriteria setiap kondisi situ di lapangan dengan rumus :

Bobot Kriteria = i/imax x Bobot

3-17
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

3.3 Bagan alir Tahapan Survey


Adapun bagan alir dari tahapan-tahapan survey yang dijelaskan pada sub bab 3.3
dijelaskan pada gambar 3.1

Mulai

PERSIAPAN KOORDINASI :
 Persiapan Administrasi
 BBWS Citanduy
 Persiapan Personil
 PEMKAB Ciamis
 Persiapan Alat GPS untuk Track Lokasi
 UPTD Citanduy
Situ
 Persiapan Format Survey  Pemerintahan Desa

SURVEY IDENTIFIKASI SITU


DAN
PENGAMBILAN DATA

DATA PRIMER : DATA SEKUNDER:


 Gambaran Kondisi Existing Situasi Situ  Peta RBI
 Fungsi, manfaat dan Peruntukan Situ
 Data Situ Kabupaten Ciamis
 Luas Situ
 Status Lahan  Dan Lain-lain.

Penentuan Kriteria Penilaian


Kondisi Situ

SCORING PRIORITAS SITU YANG


AKAN DIREVITALISASI :
 Analisis Situ dengan Metode SELESAI
Deskriptif Kualitatif
 Hasil Perangkingan Situ

Gambar 3.2 Bagan Alir Survey Pendahuluan

3-18
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

3.2.2.2 Survey Topografi dan Pemetaan

Untuk pekerjaan pemetaan topografi ini disusun rencana kerja dan pola pengendalian
operasional yang dituangkan dalam bagan alir pengukuran dan pemetaan topografi

berikut ini :
START

PERSIAPAN
 Personil Pelaksanan
 Peralatan Survey

Orientasi Lapangan dan


Penentapan Titik
Referensi

Pemasangan Bench
Mark (BM)

PENGUKURAN

Pengamatan Matahari Kerangka Horizontal Kerangka Vertikal

Perhitungan
Pengamatan Matahari

Pengukuran Profil
Memanjang / Melintang
dan Detail

ANALISIS

Perhitungan Perhitungan Kerangka Perhitungan Kerangka


Perhitungan Titik Detail
Pengamatan Matahari Horizontal Vertikal

Cek Cek

LAPORAN PENGUKURAN  Gambar geometris sungai


DESKRIPSI Bench Mark  Profil memanjang dan Melintang
(BM)  Situasi Rencana Bangunan

Gambar 3.3. Bagan Alir Pengukuran Topografi

Kegiatan pengukuran topografi ini meliputi pekerjaan pengukuran geometri sungai

sepanjang ± 20,00 Km. Kegiatan survai topografi ini meliputi pekerjaan pengukuran
3-19
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

situasi Sungai Cisokan dan anak-anak sungainya yang dianggap perlu, situasi dan

potongan melintang sungai.


Uraian mengenai metode pengukuran dan pemetaan situasi ini, meliputi :

 Metode Pengukuran

 Metode Hitungan

 Metode Penggambaran
Survei ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi rupa bumi di lokasi pekerjaan

dan daerah di sekitarnya beserta dengan obyek-obyek dan bangunan-bangunan

penting didalamnya dalam rupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan. Hasil

survei ini akan menjadi tambahan data dari data yang sudah ada hasil dan survei pada
pekerjaan sebelumnya. Secara garis besar pengukuran dan pemetaan situasi meliputi

pemasangan patok Beton BM, kontrol horizontal dan vertical, pengukuran situasi darat

dll.

A). Pengukuran Pengikatan


Salah satu kegiatan survei topografi adalah pengukuran pengikatan yaitu pengukuran

untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal.

a) Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat (X,Y)

Untuk pekerjaan ini dibuat dua buah BM. Dalam proses pemetaan BM-1 dipakai sebagai
referensi horisontal (X,Y). BM ini harus diikatkan terlebih dahulu terhadap BM yang ada

dilapangan (sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan) yang sudah memiliki nilai koordinat

global. BM yang lain diikatkan terhadap BM-1 ini. Titik titik referensi ini dilalui atau

termasuk dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga merupakan salah satu titik
poligon. Jika referensi horizontal ini tidak ada, maka akan digunakan posisi horizontal

dari GPS.

b) Titik Referensi Posisi Vertikal (Z)

Sebagai referensi ketinggian digunakan elevasi yang sudah tersimpan pada BM di


lapangan, yang juga digunakan pada pekerjaan terdahulu, yang mempunyai datum
(elevasi 0.00 m) pada Lowest Low Water Level (LLWL) \.

3-20
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

B). Pemasangan BM

Pemasangan BM (Bench Mark) dan CP (Control Point) ditandai dengan pilar-pilar beton
yang ditanam di tempat aman, strategis, dan mudah dicari. Dipasang pada setiap jarak

± 2,0 km untuk pekerjaan pengukuran sepanjang sungailsaluran pembuang. Setiap BM

dibuat deskripsinya dan diberi nama sesuai dengan daerah survey serta nomor urut

yang teratur. Ukuran BM adalah (20 x 20) cm dan diberi marmer, serta ukuran marmer
adalah (10 x 10) cm, BM dicat wama biru, diatasnya dipasang baut dengan diameter

1,50 cm (untuk BM). Bench Mark tersebut nantinya berfungsi sebagai penyimpan data

koordinat/bank data (X,Y,Z) dilapangan.

Dalam pelaksanaan pemasangan pilar-pilar BM diperhatikan juga ketentuan-ketentuan


sebagai berikut :

 Pilar BM dan CP dipasang berpasangan dan saling terlihat satu sama lain antara 100-

150 m pada jarak setiap interval ± 2,0 km.

 Kerangka pilar dan cetakan BM/CP di Base Camp, sedang pengecoran pilar dilakukan
dilokasi pemasangan.

 Pilar BM/CP dilakukan pengecatan dengan wama biru, dan di potret setiap pilar

BM/CP (dengan nomor kelihatan) untuk melengkapi Deskripsi Bench Mark.

Pilar BM/CP ditanam dengan kuat, tidak goyang dan tidak mudah tercabut, diben
nomor unit sesuai dengan sistem penomoran yang direncanakan serta letaknya

dipertimbangkan pada altematif sebagai berikut :

 Pilar BM/CP dipasang disekitar jalur pengukuran, dalain hal ini didekat sungai.

 Pilar BM/CP dan ditempatkan pada tanah yang keras/relatif stabil.


 Dekat dengan pos penjagaan atau jembatan yang permanen.

 Tanggul / batu kali yang sudah dinormalisasi.

Mengenai pemilihan letak pemasangan ini disesuaikan dengan petunjuk Direksi

Pekerjaan. Selanjutnya BM/CP dibuatkan deskripsinya, yang memuat nilai koordinat


(X,Y,Z) serta sketsa dan keterangan lokasi dimana BM/CP tersebut dipasang. Bentuk dan
gambar dari BM/CP dapat dilihat pada gambar berikut ini :

3-21
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Gambar 3.4. Konstruksi pilar BM (Bench Mark)

Gambar 3.5. Konstruksi pilar CP (Control Point)

3-22
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

C). Penentuan Posisi Dengan GPS

Survey penentuan posisi dengan GPS (survey GPS) secara umum dapat didefinisikan
sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik

yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode penentuan posisi

diferensial (differential positioning) serta data pengamatan fase (carrier phase) dan sinyal

satelit GPS (Global Positioning Sistem). Yang selanjutnya titik-titik koordinat hasil
penentuan posisi dengan GPS tersebut, digunakan sebagai titik referensi (titik awal)

pengukuran dan hitungan untuk kerangka dasar pemetaan topografi.

GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi

menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola Amerika Serikat. Sistem. yang terdiri atas
24 satelit ini dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca, serta

didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan juga

informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia.

Gambar 3.6. Geometrik lintasan orbit satelit GPS di angkasa

Patut dicatat disini bahwa posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi tiga dimensi
(X,Y,Z ataupun , , h) yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System)

3-23
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

1984. Dengan GPS, titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam (static positioning)

ataupun bergerak (kinematic positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan


menggunakan satu receiver GPS terhadap pusat bumi dengan rnenggunakan metode

absolute (point) positioning, ataupun terhadap titik Iainnya yang telah diketahui

koordinatnya (monitor station) dengan menggunakan metode differential (relative)

positioning yang menggunakan minimal dua receiver GPS. GPS dapat memberikan
posisi secara instant (real-time) ataupun sesudah pengamatan setelah data

pengamatannya diproses secara lebih ekstensif (post processing) yang biasanya

dilakukan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik.

Gambar 3.7. Penentuan posisi titik-titik dengan metode survey GPS


Data pengamatan dasar GPS adalah waktu tempuh (t) dan kode-kode P dan C/A serta

fase (carrier phase, ) dari gelombang pembawa L1 dan L2.

Seseorang dapat mengamati sebagian atau seluruh jenis pengamatan di atas


bergantung pada jenis dan tipe alat penerima sinyal GPS (GPS receiver) yang digunakan.
Hasil pengamatan ini terkait dengan posisi pengamatan (X,Y,Z) serta parameter-

parameter Iainnya melalui hubungan yang dapat diformulasikan secara umum berikut

ini :
𝑃𝑖 = 𝜌 + 𝑑𝜌 + 𝑑𝑡𝑟𝑜𝑝 + 𝑑𝑖𝑜𝑛𝑖 + (𝑑𝑡 − 𝑑𝑇) + 𝑀𝑃𝑖 + 𝜗𝑃𝑖
𝐿𝑖 = 𝜌 + 𝑑𝜌 + 𝑑𝑡𝑟𝑜𝑝 + 𝑑𝑖𝑜𝑛𝑖 + (𝑑𝑡 − 𝑑𝑇) + 𝜆𝑖 𝑁𝑖 + 𝜗𝐶𝑖
Dimana :
Pi = cAt

3-24
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

= pseudorange pada frekuensi fi (m), (i=1,2),

Li = ii
= jarak fase (carrier range) pada frekwensi fi(m),(i=1,2),

 = jarak geometns antara pengamat (X,Y,Z) dengan satelit (m),

c = kecepatan cahaya dalam vakum (m/s),

 = panjang gelombang dan sinyal (m)


= c/f (f adalah frekwensi),

dP = kesalahan jarak yang disebabkan oleh kesalahan ephemeris (orbit),

dtrop = bias yang disebabkan oleh refraksi troposfer (m),

dion = bias yang disebabkan oleh refraksi ionosfer(m) pada frekwensi f i (m),
dt, dT = kesalahan dan offset dari jam GPS receiver dan jam satelit (m),

MPi, MCi = efek dari multipath pada hasil pengamatan P dan L. (m),

N 1, N 2 = ambiguitas fase dan pengamatan fase sinyal-sinyal L1 dan L2

(dalamjumlah gelombang), dan


Pi, Ci = gangguan (noise) pada hasil pengamatan Pi dan Li (m).

Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi, 2D atau tiga

dimensi, 3D) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Posisi tiga dimensi

(3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat
geosentrik. Bergantung pada parameter-parameter pendefinisi koordinat yang

digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu sistem koordinat

Kartesian/siku-siku ruang (X Y, Z) dan sistem koordinat Geodetik (L, B, h).

Kedua sistem koordinat di atas penting sehingga hubungan kedua sistem koordinat
tersebut perlu ditentukan, agar dapat dilakukan transforinasi antar sistem koordinat.

3-25
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Sumber : Abidin, H. Z., 2001, Geodesi Satelit,

Gambar 3.8. Posisi titik dalam sistem koordinat Geosentrik

Bila koordinat Kartesian/siku-siku ruang ditulis sebagai (X, Y, Z) dan koordinat geodetik
ditulis sebagai (L, B, h), maka hubungan antara keduanya dapat ditulis sebagai :

Sumber : Abidin, H. Z., 2001, Geodesi


Satelit,
Gambar 3.9. Hubungan antara sistem koordinat Geodetik dengan sistem koordinat
Kartesian/siku-siku ruang

Bila koordinat Kartesian/siku-siku ruang ditulis sebagai (X, Y, Z) dan koordinat geodetik

ditulis sebagai (L, B, h), maka hubungan antara keduanya dapat ditulis sebagai :
𝑿 = (𝑁 + ℎ) cos 𝑳 cos 𝑩

3-26
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

𝒀 = (𝑁 + ℎ) cos 𝑳 sin 𝑩
𝒁 = [𝑁(1 − 𝑒 2 ) + ℎ] sin 𝑳

Dimana :

N = Jari-jari normal = 𝑎/(1 − 𝑒 2 sin2 𝑳)1/2


a = Setengah sumbu panjang ellipsoid

b = Setengah sumbu pendek ellipsoid

e = Eksentrisitas pertama ellipsoid = [(𝑎2 − 𝑏2 )/𝑎2 ]1/2

h = Tinggi suatu titik di atas bidang ellipsoid


Hubungan kebalikannya dapat ditulis sebagai :
𝑍 + 𝑒′2 𝑏 sin3 𝜃
𝑳 = arc tan [ ]
𝑝 − 𝑒 2 𝑎 cos 3 𝜃
𝑋
𝑩 = arc tan [ ]
𝑌
𝑝
𝒉=[ ]−𝑁
cos 𝐿
Dimana :
𝑝 = [𝑋 2 + 𝑌 2 ]1/2
𝑍𝑎
θ = arc tan [ ]
𝑝𝑏
1/2

𝑎2 − 𝑏2
𝑒 =[ ]
𝑏2
1/2
𝑎2 − 𝑏2
𝑒=[ ]
𝑎2
D). Pengukuran Poligon

Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar
horizontal/posisi horisontal (X, Y) digunakan metoda poligon. Dalam pengukuran

poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan

yang akan diuraikan dalam penjelasan di bawah ini.

Dalam pembuatan titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut
berjarak antara 50 - 100 meter.

3-27
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Metode pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

(1) Pengukuran Jarak


Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan

pita ukur 100 m. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan

pita ukur, sangat bergantung kepada :

 Cara pengukuran itu sendiri


 Keadaan permukaan tanah

Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara

seperti yang digambarkan pada Gambar dibawah ini.

Sumber : Abidin, H. Z., 2001, Geodesi


Satelit,
Gambar 3.10. Pengukuran Jarak Pada Daerah Miring

Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran jarak, juga dilakukan pengukuran jarak


optis hasil pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

(2) Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur

sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan ditentukan
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

3-28
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Sumber : Abidin, H. Z., 2001, Geodesi


Satelit,

Gambar 3.11. Pengukuraia Sudut Jurusan

Berdasarkan gambar diatas besarnya sudut  :


𝛽 = 𝛼𝐴𝐶 − 𝛼𝐴𝐵
Dimana:

 = sudut mendatar

AC = bacaan skala horisontal ke target kiri.

AB = bacaan skala honsontal ke target kanan.

Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar biasa.

Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

a. Jarak antara titik-titik poligon adalah < 50 meter.


b. Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.

c. Alat ukurjarak yang digunakan pita ukur 100 meter.

d. Jumlah serf pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2)

e. Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik)


f. Ketelitian jarak linier (KI).

(3) Pengamatan Azimuth Astronomis

Disamping untuk mengetahui arab/azimuth awal, pengamatan matahari dilakukan

untuk tujuan sebagai berikut :

3-29
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut

sudut terukur dalam jaringan poligon. Untuk menentukan arah/azimuth titik-titik


control/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya.

Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran

yang bersifat lokal/koordinat lokal.

Metodologi pengamatan azimuth astronomis diilustrasikan pada Gambar F.13 di


bawah mi. Dengan memperhatikan metoth pengamatan azimuth astronomis path

gambar tersebut, maka azimuth target (T) adalah :


𝛼 𝑇 = 𝛼𝑀 + 𝛽 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝛼 𝑇 = 𝛼𝑀 + (𝑙 𝑇 − 𝑙𝑀 )

Dimana:

T = azimuth ke target.

M = azimuth pusat matahari.

lT = bacaan jurusan mendatar ke target

lM = bacaan jurusan mendatar ke matahari


 = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target.

Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap patok

terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.

Sumber : Abidin, H. Z., 2001, Geodesi


Satelit,

Gambar 3.12. Pengamatan Azimuth Astronomis

3-30
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

(4) Pengukuran Sipat Datar

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran

dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double

stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka

pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik


kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua

titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan pada Gambar 4.12.

Spesifikasi teknis pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut :

- Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.


- Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

- Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang

menjadi rambu muka.

Sumber : Abidin, H. Z., 2001, Geodesi


Satelit,
Gambar 3.13. Pengukuran Sipat Datar

- Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap

benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

- Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.
- Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.

- Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

- Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut :

𝑇 = (8√𝐷) 𝑚𝑚
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km.

3-31
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

E). Pengukuran Situasi Detail dan Profil Melintang

Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam
maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang

diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x, y, z). Untuk selanjutnya garis kontur

untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.

Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang dipasang
dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran di dalam daerah survey. Bila

perlu jalur polygon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi

detail planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh penggambaran

kontur yang Iebih menghasilkan informasi ketinggian yang memadai.


Pengukuran situasi rinci dilakukan dengan cara tachymetri dengan menggunakan alat

ukur Theodolite Kompas (TO). Dengan cara ini diperoleh data-data sebagal berikut :

- Azimuth magnetis

- Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)


- Sudut zenith atau sudut miring

- Tinggi alat ukur

3.2.2.3 Survey Bathimetri

Survey bathimetri dilaksanakan menggunakan alat Echosounder untuk mencari


kedalam situ yang akan di rencanakan. Pengukuran bathimetri dengan alat Echosounder

dilaksanakan dengan cara mengelilingi situ secara diagonal sehingga dasar situ bisa

diketahui.

3-32
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Gambar 3.14. Penggunaan Alat Echosounder

3.2.2.4 Survey Hidrometri dan Investigasi

Tahapan Survey hidrometri dan investigasi dilaksanakan sesuai dengan

keperluan analisis data yang dibutuhkan. Berikut survey hidrometri dan investigasi
dilapangan yang akan dilaksanakan :

1. Pencarian Data Hujan dan Klimatologi (jika di survey pendahuluan tidak ada data)

2. Penentuan atau parameter cara perhitungan debit jika memungkinkan untuk

dilakukan survey hidrometri


3. Melaksanakan survey hidrometri

4. Melakukan investigasi lapangan untuk penentuan pola oprasi situ.

Berikut bagan alir survey hidrometri yang akan dilaksanakan :

3-33
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Pengecekan lokasi untuk


MULAI
kaliberasi metode analisa dan
pengukuran debit

Pencarian Data
Hujan dan
Pengukuran Debit Air (jika
Klimatologi
memungkinkan untuk
dilaksanakan)

Survey Investigasi Penentuan Pola


Operasi Situ

Analisis

Selesai

Gambar 3.15. Bagan Alir Pelaksanaan Survey Hidrometri dan Investigasi

3-34
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

3.2.2.5 Survey Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Survey ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kondisi sosial ekonomi yang
masyarakat di lokasi studi pada saat ini seperti, jumlah penduduk yang tinggal di daerah

catchment area, perilaku masyarakat setempat dalam melakukan kegiatannya seperti

dalam bercocok tanam dan kegiatan penambangan. Metode pengumpulan Sosial

Ekonomi dan Kependudukan dilakukan dengan beberapa pola pendekatan yang terdiri
atas :

I. Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait.

Kegiatan survei sosial ekonomi meliputi pelaksanaan pengumpulan data sekunder

dari instansi terkait. Dalam hal ini instansi yang akan dikunjungi adalah BAPPEDA
Propinsi Jawa Barat, BAPPEDA Kab. Cianjur, Biro Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Barat,

BPS Kab. Cianjur dan Kantor pemerintah daerah tingkat kecamatan, desa, serta instansi

terkait lainnya.

II. Pengumpulan data Primer Dari Lapangan.


Pengumpulan data primer khususnya yang menyangkut daerah rawan banjir harus

dilakukan secara langsung dilapangan, baik berupa wawancara dengan penduduk

maupun dengan cara penyebaran kuisioner yang memuat daftar pertanyaan untuk

disebarkan pada masyarakat dalam wilayah studi. Daftar pertanyaan yang dibuat harus
memuat semua aspek yang diperlukan, sehingga semua kondisi sosio ekonomi wilayah

studi dan masalah banjir dan pengaruhnya terhadap produktiviatas masyarakat dapat

terekam dengan baik.

Didalam melakukan kegiatan pengumpulan data primer tersebut, terdapat hal-hal yang
perlu disiapkan antara lain :

B. Persiapan Kuesioner

Isi dari kuesioner harus sesuai dengan indikator yang telah dirancang sebelumnya

dan jenis kuesioner yang dipersiapkan untuk :


 Instansi terkait
 Pemuka masyarakat

3-35
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

 Penduduk yang terkena dampak genangan banjir

Kuesioner akan digunakan didesain dengan bahasa yang mudah dan tidak berbelit-
belit dan pertanyaan diusahakan jangan terlalu banyak untuk menghindari

kejenuhan didalam wawancara.

C. Survey Lingkungan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melengkapi pelaksanaan kegiatan proyek bidang


pekerjaan umum yang tidak wajib AMDAL, tetapi dampak yang mungkin akan timbul

perlu ditangani. Penyajian informasi lingkungan ini mernerlukan beberapa informasi

dan data sebagai berikut :

1) Fisik :
a) Iklim :

 Komponen cuaca : tipe, suhu, kelembaban, hujan, kecepatan angin

 Data periodik banjir

b) Fisiografi :
 Morfologi

 Geologi

c) Hidrologi :

 Karakteristik fisik sungai


 Debit rata-rata sungai

 Sedimentasi

d) Tata guna tanah :

 Tata guna tanah, inventarisasi sumber daya


 Regional planning

2) Biologi :

a) Flora dan Fauna

 Inventarisasi jenis flora dan fauna darat


 Kemungkinan adanya hewan langka dan kondisi habitatnya.

3-36
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

b) Ekologi teresterial

 Analisis vegetasi pekarangan (jica ada)


 Rehabilitasi lahan serta konservasi tanah (jika ada)

c) Ekologi perairan

 Hewan air liar dan kualitas air

 Pemeliharaan kualitas air


3) Sosial Ekonomi dan Lingkungan

a) Pengetahuan, sikap dan persepsi penduduk setempat terhadap proyek

b) Kesehatan masyarakat

 Pola dan jenis penyakit


 Sarana dan prasarana kesehatan

 Sektor penyakit

 Kondisi lingkungan permukiman (Sanitasi)

c) Demografi
 Penyebaran dan populasi penduduk

 Kepadatan, struktur umur, ketergantungan penduduk, migrasi

 Mata pencaharian pokok maupun sampingan

d) Keadaan sosial ekonomi penduduk kemungkinan pengaruhnya sesudah ada


proyek

e) Akibat ekologi bagi manusia dengan berubahnya tata guna la/ian, kegiatan

ekonomi serta perubahan pola hidup.

3.2.2.6 Survey Geologi Teknik dan Mekanika Tanah

Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan guna mendapatkan data serta

gambaran mengenai keadaan, jenis dan sifat-sifat mekanis tanah di lokasi. Data tersebut

untuk selanjutnya digunakan sebagai kriteria untuk menentukan daya dukung tanah,
sistem pondasi, kedalaman pondasi dan untuk memperkirakan besarannya settlement.

3-37
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

START

PERSIAPAN
 Personil Pelaksana
 Peralatan yang digunakan
 Pengumpulan Data Awal

ORIENTASI LAPANGAN

Perkerjaan Sondir,Hand Boring


Dan Test Pit

Pengambilan contoh tak


terganggu

Deskripsi Sondir,Bor Inti


Dan Test Pit

Pengujian di laboratorium
Mekanika Tanah

LAPORAN GEOLOGI DAN MEKANIKA


TANAH
 Rekomendasi Jenis dan kedalaman
pondasi
 Rekomendasi Bahan Timbunan

Check & Mutual Check

Gambar 3.16. Bagan Alir Proses Analisa Geologi Teknik dan Mekanika Tanah

3-38
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Pada pekerjaan penyelidikan tanah ini, sesuai dengan KAK lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan terdiri dari :

 Penyelidikan tanah di lapangan meliputi pekerjaan, sondir, bor inti dan test pit serta
pengambilan sampling.

 Pekerjaan test laboratorium dan contoh tanah yang diambil.


a. Sondir (Duth Cone Penetration Test)
Sondir dilakukan dengan alat sondir ringan yang mempunyai kapasitas tekan maksimal 2,5

ton. Sondir tersebut dilengkapi dengan 4 buah angker ulir dengan diameter 40 cm dan
biconus type Bagemann yang mempunyai luas penampang konus 10 cm² dan luas selubung

gesek 150 cm². Grafik sondir disajikan dalam tekanan konus qc, dan jumlah hambatan
pelekat (JHP), versuskedalaman. Pembacaan sondir dilakukan selang interval 20 cm.
Spesifikasi pelaksanaan Sondir adalah sebagai berikut :
a. Sondir dilakukan untuk tiap titik sampai ditemukannya tanah keras.

b. Tanah keras didefinisikan dari bacaan konus, yaitu jika diperoleh tekanan konus qc >200
kg/cm2.
c. Jika hasil bacaan konus telah didapat qc > 150 kg/cm2, sondir dihentikan. Jika tidak,aka
dilakukan terus sampai mencapai tanah keras.
d. Tiap interval 20 cm, dilakukan bacaan tekanan konus dan tekanan friksi.

e. Hasil bacaan ini diplot pada formulir yang telah disediakan.


f. Hasil bacaan sondir dilapangan dan grafik sondir.

b. Hand Boring
Pengujian pengeboran dengan alat Hand Boring bertujuan untuk mengambil
contoh tanah terganggu dan contoh tanah tidak terganggu pada lapisan tanah

tertentu untuk dibawa kelaboratorium dan untuk :


a. Mengetahui susunan lapisan tanah yang terkandung pada daerah penelitian secara

visual dan terinci.


b. Mengambil sampel tanah terganggu (disturbed sample) lapis demi lapis
sampaikedalaman yang diinginkan untuk tujuan deskripsi lithology lapisan
tanah (soiled scription).

c. Mengambil contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) pemboran untuk dibawa
ke laboraborium sebagai bahan pengujian.

3-39
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

c. Test Pit
Pekerjaan uji atau test pit ini gunanya untuk mengetahui ketebalan lapisan di bawah

permukaan tanah dengan Iebih jelas, baik lokasi tersebut untuk pondasi bangunan maupun
untuk jenis bahan timbunan pada daerah borrow area serta quarry site. Dengan demikian

dapat lebih jelas dalam menguraikan jenis lapisan dan ketebalannya. Pada saat pelaksanaan
tersebut juga perlu dicatat uraian-uraian jenis dan warna disertai foto dan samping
lapisannya, juga harus dicatat elevasi-elevasi ketinggian dan lokasi tersebut. Dimensi sumur

uji dibuat dengan ukuran 1—1.5 m2 dengan kedalaman sampai dengan 3 m atau
disesuaikan dengan keadaan lapisan tanahnya. Pembuatan sumur uji ini dihentikan bilamana

:
 Telah dijumpai lapisan keras, dan diperkirakan benar-benar keras pada lokasi tersebut.
 Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk diatasi.
 Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami kesulitan,

tetapi harus diusahakan terlebih dahulu dengan membuat papan-papan penahan


dinding galian.
Pengambilan contoh tanah terganggu (undisturbed sample) dapat diperoleh dan lubang test
pit ini sebanyak + 30 kg. Pengambilan contoh tanah dilakukan sebagai berikut :
 Bila lapisan tanah untuk masing-masing cukup tebal, maka diambil masing-masing -

lapisan dengan pengambilan vertikal.


 Bila lapisan 0,50 meter, maka contoh tanah tersebut diambil secara keseluruhan dengan

pengambilan vertical.
 Contoh-contoh tanah ini akan dilakukan uji laboratorium secara proctor.
 Untuk pengukuran kadar air aslinya dapat diambil contoh dengan menggunakan tabung

PVC yang selanjutnya ditutup dengan parafin. Dan masing-masing karung dan tabung
PVC dicatat dengan symbol dan kedalaman dimana contoh tanah tersebut diambil.

3.2.2.7 Analisa Hidrologi dan Kualitas Air

Untuk dapat menyusun suatu desain rinci pengendalian banjir, salah satu faktor yang
sangat penting adalah penentuan debit banjir rencana. Besarnya debit banjir rencana

3-40
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

yang digunakan untuk desain hidraulik ini akan digunakan debit banjir dengan kala

ulang seperti yang tercantum dalam Pedoman Pengendalian Banjir.


Penentuan besarnya debit banjir rencana tergantung dari ketersediaan data dan

kebutuhan analisa. Jika hanya membutuhkan puncak banjir dapat dilakukan dengan

analisa frekuensi, tetapi jika membutuhkan penelusuran banjir, maka harus dilakukan

analisa hidrograf. Metoda analisis debit banjir rencana dapat dilakukan berdasarkan
ketersediaan data :

a. Jika data debit banjir maksimum tahunan sesaat yang tersedia >20 tahun dan

memenuhi syarat untuk analisa frekuensi (stasioner, homogen, independensi dan

keacakan), maka perhitungan besarnya debit banjir rencana dapat dilakukan dengan
distribusi frekuensi Gumbel, Log Pearson Tipe III atau Log Normal 2 maupun Pearson

III baik dengan cara grafis maupun cara analisis.

b. Jika data debit banjir maksimum sesaat yang tersedia <20 tahun, maka perhitungan

debit banjir rencana dapat menggunakan Metode Analisis Regional yang merupakan
hasil analisa menggunakan gabungan data dan berbagai DPS.

c. Jika besamya debit banjir rencana diperkirakan dari data hujan dan data karaktenistik

DAS, maka besamya debit banjir rencana dapat dilakukan dengan metode empiris,

metoda rasional atau metode analisis regresi (IOH).


d. Jika terdapat data hidrograf banjir dan data hujan durasi pendek pada saat yang

sama dengan hirdrograf banjir, maka dapat digunakan Metoda hubungan hujan

limpasan dengan Unit Hidrograf.

Dengan demikian data-data yang akan dikumpulkan dalam pelaksanaan pekerjaan mi


antara lain:

 Hasil pengukuran debit situ

 Hasil survay hidroklimatologi.

1. Analisa hidrologi yang perlu dilakukan meliputi :

a. Analisa Curah Hujan


b. Debit Banjir Rencana

3-41
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

 Analisis Curah Hujan

Kegiatan analisa curah hujan rencana digambarkan dalam bagan alir seperti pada
Gambar 31. Berdasarkan bagan alir tersebut diatas maka tahapan analisa curah hujan

adalah sebagai berikut :

a) Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data sebagaimana telah diuraikan di atas.


b) Uji Konsistensi Data

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan data

yang diketahui dari ketidak konsistenan datanya. Metode yang digunakan adalah

“Double Mass Curve”. Dimana ploting komulatif data curah hujan dan stasiun
penakar hujan dengan komulatif data stasiun curah hujan lainnnya, sehingga

didapatkan hubungn berupa garis lurus.

c) Hujan Titik

Hujan titik merupakan data-data yang yang sudah diperbaiki termasuk data yang
hilang untuk analisa selanjutnya. Pengisian data hilang dilakukan karena adanya

data yang tidak lengkap yang disebabkan karena tidak tercatatnya data hujan

oleh petugas, alat penakar rusak dan sebab lain. Hal tersebut biasa ditandai

dengan kosongnya data dalam daftar.


Salah satu metode pengisian data hilang adalah metode normal, persamaannya

adalah sebagai berikut :


𝑛
1 𝑅𝑥
𝑟𝑥 = ∑ 𝑟𝑖
𝑛 𝑅𝑖
1

Dimana :

rx = Curah hujan yang diisi.

Rx = Curah hujan rata-rata setahun ditempat pengamatan yang

datanya harus dilengkapi.


Ri = Curah hujan rata-rata setahun di pos hujan pembandingnya.
ri = Curah hujan dipos hujan pembandingnya.

3-42
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

n = Banyaknya pos hujan pembanding.

pemeriksaan hujan abnormal untuk mengetahui data-data yang abnormal


sehingga dalam analisa selanjutnya tidak diikutkan. Metode yang digunakan

adalah “Iwai Kadoya”

d) Hujan Rerata

Hujan rerata merupakan wilayah yang dihitung dari hujan titik dan beberapa
stasiun penakar hujan yang berpengaruh terhadap daerah aliran sungai. Salah

satu metode yang digunakan untuk menghitung hujan wilayah/daerah adalah

metode Thiesen. Poligon Thiesen diperoleh dengan cara membuat poligon yang

memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis hubung dua pos penakar
hujan, persamaannya adalah sebagai berikut
𝑛
𝐴𝑖
𝑅𝐴𝑉𝐺 = ∑ 𝑅
𝐴 𝑖
1

Dimana :
RAVG = Curah hujan rata-rata (mm)

Ai = Luas pengaruh stasiun ke i dari 1 sampai n (km2)

A = Luas daerah aliran sungai (km2)

Ri = Curah hujan pada stasiun ke-i dari 1 sampai n (mm)


e) Analisa Sebaran Cs dan Ck

Sebelum menentukan metode yang sesuai untuk analisa hujan rancangan

terlebih dahulu ditentukan besamya nilai sebaran Cs dan Ck. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat di bagan alir Analisa Hidrologi.


Persamaan Cs dan Ck adalah sebagai berikut :
3
𝑛2 ∑𝑖−𝑛(𝑋𝑖 − 𝑋)
𝐶𝑠 = [ 𝑖=1 ]
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) 𝑛 𝑆3
3
𝑛3 ∑𝑖−𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋)
𝐶𝑘 = [ 𝑖=1 ]
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3) 𝑛 𝑆4

3-43
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Dimana :

S = Standar Deviasi
n = Banyaknya data

Xi = Data

i = Urutan data dan yang terbesar

𝑋 = Hujan rata-rata
Cs = Koefisien Skew

Ck = Koefisien Kurtosis

f) Hujan Rancangan

Meskipun telah diuji Cs dan Ck, namun metode yang digunakan tergantung dan
hasil diskusi dengan Direksi menghendaki analisa dengan berbagai macam

metode. Metode yang biasa digunakan adalah :

a) Metode Gumbel Tipe I

Persamaannya adalah sebagai benkut :

𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝑆 × 𝐾
Dimana :

XT = Besarnya curah hujan rencana untuk periode ulang T tahun.

𝑋 = Besarnya curah hujan ratarata.

S = Standard deviasi
K = Faktor frekwensi

3-44
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

START

q Data hujan tiap stasiun


q Luas daerah tangkapan
q Data Sedimen

Uji Konsistensi

Hujan Titik (Point Rainfall)

Hujan Rerata Daerah


(Area Rainfall)

Hujan Maksimum yang


Analisa Statistik (Cs dan Ck)
mungkin terjadi (PMP)

Hujan Rancangan

Tidak

Uji Kesesuaian
Distribusi Frekuensi

Ya

Distribusi Hujan Jam-jaman

Analisa Debit Banjir Rencana

LAPORAN HIDROLOGI
& HIDROMETRI

SELESAI

Gambar 3.17. Bagan Alir Analisa Hidrologi

3-45
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

START

Penyiapan Data Urut Data Dari Kecil ke


Hujan Maksimum Besar

Hitung Parameter Statistik Hitung Probabilitas Tiap


Dasar Seri X dan Y Varian Xi

Cs = 0 Pilih Kertas Probabilitas


DISTRIBUSI NORMAL
Ck = 3 yang Sesuai

Cs(ln X) = 0 DISTRIBUSI LOG


Ck(ln Y) = 3 NORMAL 2 PARAMETER

Cs > 0
DISTRIBUSI PEARSON Pilih Kertas Probabilitas
1.5 Cs^2 + 3 =
III yang Sesuai
Ck

Cs(ln X) > 0
DISTRIBUSI LOG Plot Distribusi Teoritik &
1.5 Cs(ln X)^2 + 3
PEARSON III Empirik
= Ck(lnX)

Uji Kecocokan Sebaran


Cs = 1.14 DISTRIBUSI GUMBEL
dengan Smirnov
Ck = 5.40 EV1
Kolmogrov

PILIH SEBARAN YANG


MENDEKATI

BACA CURAH HUJAN


RENCANA PADA Cocok ?
DISTRIBUSI TEORITIK

AMBIL SEBARAN YANG


SELESAI PALING MENDEKATI

Gambar 3.18. Bagan Alir Uji Kesesuaian Distribusi

3-46
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

b) Metode Pearson III

Persamaannya adalah sebagai berikut :

𝑋 = 𝑋 + 𝑘 𝜎𝑥

Dimana :

X = besarnya suatu kejadian

𝑋 = Nilai rata-rata hitung dan variabel X ()

x = Faktor yang nilainya tergantung dan parameter skala,

bentuk dan letak


k = Faktor sifat distribusi Pearson tipe III.

c) Metode Normal

Persamaannya adalah sebagai berikut :

𝑋 = 𝑋 + 𝑡𝑝 𝜎
Dimana :

X = besarnya suatu kejadian

𝑋 = Nilai rata-rata hitung dan variabel X ()

tp = Karakteristik dan distribusi probabilitas normal.


Disamping metode diatas, untuk perencanaan bangunan pengendali banjir

sangat penting untuk memperhitungkan kemungkinan Curah Hujan

Maksimum yang terjadi (PMP), metode yang biasa digunakan adalah


Hersfield dengan persamaan sebagai berikut :

𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝐾𝑚 × 𝑆𝑛
Dimana :

XT = Curah hujan maksimum yang mungkin terjadi

𝑋 = Curah hujan maksimum rata-rata

Sn = Standard deviasi
Km = Faktor frekuensi

3-47
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

g) Uji Distribusi Curah Hujan


Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa

distribusi curah hujan yang digunakan. Metode yang diusulkan adalah Smirnov

Kolmogorov. Dalam metode Smimov Kolmogorov dilakukan pengeplotan data

pada kertas probabilitas dan garis durasi yang sesuai, yang Iangkahnya adalah
sebagai berikut :

 Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke

besar.

 Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull :


100 𝑚
𝑃= %
(𝑛 + 1)
Dimana :

P = Probabilitas (%)
m = Nomor urut data seri yang telah disusun

n = Banyaknya data

 Plot data hujan Xi

 Plot persamaan analisa frekwensi yang sesuai

h) Distribusi Hujan Jam-jaman

Sebaran/distribsi hujan jam-jaman yang dihitung berdasarkan curah hujan harian

pada umumnya digunakan rumus Mononobe :


𝑅24 𝑡 2/3
𝑅𝑡 = ( )
𝑡 𝑇
Dimana :

Rt = Intensitas hujan rata-rata, dalam T Jam


R24 = Curah hujan efektif dalam 1 hari

t = Waktu konsentrasi hujan


T = Waktu mulai hujan

3-48
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Curah hujan ke-t dihitung dengan persamaan :


𝑅𝑡 = 𝑡 × 𝑅𝑡 − (𝑡 − 1) × 𝑅(𝑡−1)

Disamping metode tersebut distribusi curah hujan juga dapat ditentukan dari
pola distribusi yang ada pada stasiun terdekat dengan lokasi analisa yang

mempunyai data curah hujan jam-jaman.

 Analisa Debit Banjir Rencana

Metode yang digunakan untuk analisa debit banjir rencana tergantung dari
jumlah data debit dan data hujan (lihat bagan alir).

Untuk pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Situ di kabupaten Ciamis dengan
berdasarkan bagan tersebut, maka metode yang kami usulkan untuk dipakai

adalah metode empiris, metode regresi dan metode matematis, kecuali data
debit debit lengkap (lebih dari 10 tahun). Penjelasan singkat metode tersebut

adalah sebagai berikut :

d) Metode Empiris

Metode empiris yang biasa digunakan adalah metode Unit Hidrograph Nakayasu,
yaitu sebagai berikut :
𝐶 × 𝐴 × 𝑅0
𝑄𝑃 =
3.6 × (0.3 × 𝑇𝑃 + 𝑇0.3 )
Dimana :

QP = Debit puncak banjir (m3/dt)

C = Koefisien pengaliran

A = Luas daerah pengaliran


R0 = Hujan satuan (1 mm)

Tp = Waktu puncak (jam)

T0.3 = Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dan debit puncak

menjadi 30% dari debit puncak (jam).

3-49
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Aliran dasar yang digunakan untuk metode empiris dan regresi menggunakan

parameter luas daerah aliran sungai dan kerapatan sungai. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
𝑄𝐵 = 0.4751 × 𝐴0.6444 × 𝐷0.943
Dimana :

QB = Aliran dasar (m3/det)

A = Luas daerah aliran sungai (Km2)

D = Kerapatan sungai (Km/Km2)

3-50
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

Data Hujan Data Hujan &


Data Debit > Data Debit Data Debit
Panjang & Data Data Karak-
20 thn (10 – 20) thn (4 – 20) thn
Debit (1-3) thn teristik Basin

Cara Cara Cara Banjir Debit Alur Cara Regresi


Empiris Matematis diatas Penuh q IOH Cara Empiris Cara Rational
ambang q GAMA1
(POT)
Unit
Kalibrasi q Weduwen
Hydrograf Hidrograf
q Hasper
Satuan (SCS)
q Melcior
Data diper-
panjang

BANJIR RATA-RATA TAHUNAN (Q)

Analisa Frekuensi Probabilitas Banjir


Regional

Analisa Frekuensi Probabilitas


Gumbel, Log Pearson, Log Normal

BANDINGKAN DENGAN CARA


PERHITUNGAN LANNYA

DEBIT BANJIR RENCANA (QT)

Gambar 3.19. Perhitungan Debit Banjir Rencana

3-51
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

e) Metode GAMA I. Parameter-parameter yang digunakan adalah :

1. Faktor sumber (SF) adalah perbandingan antara jumlah panjang Situ


tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.

2. Frekwensi sumber (SN) adalah perbandingan antara jumlah Situ tingkat

satu dengan jumlah sungai semua tingkat.

3. Faktor lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur
dititik sungai yang berjarak 0.75 L dengan lebar DAS yang diukur dititik

sungai yang berjarak 0.25 L dari tempat pengukuran.

4. Luas DAS sebelah hulu (RUA) adalah perbandingan antara luas DAS yang

diukur dihulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara lokasi.
5. Pengukuran dengan titik yang dekat dengan titik berat DAS, melewati titik

tersebut.

6. Faktor simetri (SIM) adalah (WF) x (RUA)

7. Jumlah pertemuan sungai (JN) adalah jumlah semua pertemuan


Situdidalam DAS.

8. Kerapatan jaringan sungai (D), Luas daerah aliran sungai (A)

Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai

berikut :
𝑄𝑝 = 0.1836 × 𝐴0.5886 × 𝐽𝑁 0.2381 × 𝑇𝑅−0.4008
3
𝐿
𝑇𝑅 = 0.43 × ( ) × 1.0665 𝑆𝐼𝑀 + 1.2775
100 𝑆𝐹
𝑇𝐵 = 27.4132 × 𝑇𝑅0.1457 × 𝑆 −0.0956 × 𝑆𝑁 0.7344 × 𝑅𝑈𝐴0.2574
𝐾 = 0.5617 × 𝐴0.1798 × 𝑆 −0.1446 × 𝑆𝐹 −1.0897 × 𝐷0.0452

−6 2 −13
𝐴 4
𝜙 = 10.4903 − 3.859 × 10 × 𝐴 + 1.6985 × 10 ( )
𝑆𝑁
𝐵 = 1.5518 × 𝐴−0.1491 × 𝑁 −0.2725 × 𝑆𝐼𝑀 −0.0259 × 𝑆 −0.0733
Dimana :

Qp = Debit puncak ( m/dt)


TR = Waktunaik(jarn)

3-52
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

TB = Waktudasar(jam)

K = Koefisin tampungan
 = Hujan efektif( mm/jam)

B = Koefisien reduksi

f) Metode Hidrograf Satuan Sintetis menurut Snyder


Metode Snyder pada dasarnya menentukan hidrograf satuan sintetis

yang dihitung berdasarkan rumus empiris dan koefisien empiris yang

menghubungkan komponen hidrograf satuan dengan karakteristik DAS.

Parameter yang menentukan hidrograf satuan adalah luas DAS, panjang


sungai utama, dan panjang sungai utama yang diukur dari tempat

pengamatan sampai dengan titik pada sungai utama yang berjarak paling

dekat dengan titik berat DAS. Hidrograf Satuan Sintetis metode Snyder

mempertimbangkan karakteristik DAS yang mempengaruhi bentuk hidrograf


satuan, seperti luas dan bentuk DAS, topografi, kemiringan sungai, kerapatan

sungai dan simpanan air (Wilson, 1993). Adapun persamaan yang dibuat oleh

Snyder adalah sebagai berikut:

Perhitungan banjir rencana dengan menggunakan metoda 'Hidrograf Satuan'


dapat dilakukan jika Time of rise to peak' dan 'peak discharge' diketahui.

Perhitungan yang digunakan dalam studi ini adalah perhitungan hidrograf

satuan cara Snyder yang digabungkan dengan pembuatan kurva hidrograf


menurut cara Alexeseyev.

 Menentukan log-time
tp = 1.1 - 1.4(L.Lg)0.3 dalam jam

3-53
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

dimana :

tp = log-time dan titik berat hujan efektif selama tr ke puncak Hidrograph

Satuan dalam jam

L = jarak darl stasiun ke batas teratas dari daerah pengaliran dalam km


Lg = jarak dari stasiun ke tifik berat daerah pengaliran dalam km

 Lama hujan efektif


Tp1 = tp + 0.25(tr - te)

 Rise to peak
Tp = tp +tr

 Peak discharge (1/det), untuk hujan efektif 1 mm pada 1 kM2


 Peak discharge untuk hujan efektif 1 inci (25.4 mm) pada daerah seluas A

km2, dalam m2/det


25.4
QP = qp A (m2/det)
1000

Dari harga-harga tersebut di atas dapat di bentuk hidrograf satuan sintetis

yang diperlukan. Setelah didapat bentuk hidrograf satuannya, maka dilakukan


perhitungan debit banjir akibat hujan rencana yang dihitung dengan metoda

Gumbel. Untuk perencanaan, maka hujan rencana yang dihitung

didistribusikan selama 6 jam dengan distribusi seperti yang disarankan oleh


Dr. Boerema di beberapa tempat di Indonesia. Dengan distribusi hujan
tersebut maka dengan melakukan superposisi terhadap pengaruh dari
hujan-hujan tiap jam diperoleh hidrograph banjimya.

 Bentuk Unit Hidrograf :


Pembuatan lengkung hidrograph menurut cara Alexseyev didasarkan pada
fungsi sebagai berikut :

3-54
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

y = 10 a
1  x 2
x

Dimana :

Q t
Y= ……(1a), Y= ……(1b), a = f(x) …..(1c)
Qp tp

Sedanqkan :

W = QP x TP , W = 1000h.A

dimana :

h = excess rain (run-off) dalam mm.

A = luas daerah pengaliran dalam km2.

Tp = rise to peak dalam detik.

Setelah didapat bentuk unit hidrographnya, maka dilakukan perhitungan debit

banjir akibat hujan rencana yang dihitung dengan Metoda Gumbel atau
Metoda Log-Person III, Untuk perencanaan, maka hujan rencana yang dihitung

didistribusikan menurut distribusi yang direkomendasikan oleh SCS. Dengan

distribusi hujan tersebut maka dengan melakukan superposisi terhadap


pengaruh dari hujan tiap-tiap jam diperoleh Hidrograph banjir.

 Pemilihan Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana dipilih berdasarkan daerah/lokasi yang akan

ditanggulangi. Debit banjir rencana minimum yang dianjurkan seperti yang


tercantum dalam buku Pedoman Pengendalian Banjir Volume II.

Kala ulang yang lebih tinggi bisa saja dipilih tergantung pada lokasi setempat.

Kala ulang yang Iebih tinggi ini akan dipilih kalau secara ekonomis

membuktikan lebih menguntungkan. Pada Tabel.1, terlihat ada dua set kala
ulang yang disarankan untuk program pengendalian banjir bertahap dan
Tabel.2, kala ulang yang disarankan untuk bangunan persungaian. Untuk

3-55
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

kolom Fase Awal disarankan untuk penggunaan mendesak. Penerapan ini

bergantung pada proses pengesahan dan usaha-usaha untuk memperoleh


dana guna membangun proyek tersebut. Sedangkan nilai Fase Akhir (Jangka

Panjang) digunakan pada peningkatan fasilitas-fasilitas yang ada.

g) Metoda Haspers
Rumus umum : Qn = a*b*qn.F

Koefisien Run off ( )

1  0.012 * F 0.7
Qn=
1  0.075 * F 0.7

Koefisien Reduksi (b)

1 t  3.7 *10 0.4t F 0.75


 1 x
 t 2  15 12

Waktu Konsentrasi ( t )

t = 0.1xLo.8xl-0.3

t * Rn
r = (untuk t < 2 jam)
t  1  0.0008 x(260  Rn ) x(2  t ) 2

t * Rn
r = (untuk 2 jam < t < 19 jam)
t 1

r = 0.707xM√t+1 (untuk 19 jam < t < 30 hari)

Intensitas hujan dengan periode ulang n (qn)

r
Qn =
3 .6 * t

Dimana :
Qn = Debit banjir dengan periode ulang n

b = Koefisien reduksi daerah pengaliran

F = luas daerah pengaliran (km2)


T = Waktu konsentras!

3-56
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

M = Curah hujan rencana untuk perlode ulang n

L = Panjang sungai (km)


I = Kemiringan sungai rata-rata.

h) Metoda Melchior

Dalam Metoda Melchior koefisien runoff (a) telah dianjurkan untuk memakai
0,52. Koefisien reduksi (b) : 1,5518 N -0,2721 x A -0,1491 x SIM -0,0259 X s-0,0733

Dimana :

b = koefisien reduksi

A = luas DAS (km 2)


N = Jumlah stasiun hujan yang tersedia

SIM = faktor simetri

S = landai rata-rata
Dalam Metoda ini, koefisien reduksi dihitung dengan menggunakan rumus :

1970
 2240
  0.12

dimana :

F = Luas Suatu ellips yang meliputi seluruh DPS sungai


a,b = Panjang jari-jari sumbu ellips

 Waktu konsentrasi t
Waktu konsentrasi dihitung dengan menggunakan rumus:

t = v = 1.31 x ( x x q xfxi2)1/5

H
i=
0.9 xL

dimana :

L = panjang sungai (km)

3-57
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

V = kecepatan rata-rata air (m/det)

t = waktu konsentrasi (jam)


q = hujan maksimum (m3/km2/detik)

hujan dengan periode tertentu hanya sekali disamai atau

melampaui

f = luas daerah aliran sungai


i = kemiringan rata-rata sungai

DH = beda elevasi hulu sungai dengan mufut DPS

 Hujan maksimum
Hujan maksimum dihitung dengan menggunakan rumus:

RT = periode ulang (mm)

t = lamanya hujan (jam)


q = debit rata-rata (m3/km2/detik)

 Debit Banjir
Debit banjir dihitung dengan menggunakan rumus:

RT
Q = q.f. (m3/det)
200

3.2.2.8 Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Hasil dari survey lapangan kemudian di olah berdasarkan parameter sebagai
berikut :

a. Menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mencakup antara

lain macam pekerjaan yang ada, baik sektor pertanian maupun non pertanian,

rata-rata pendapatan keluarga dari setiap pekerjaan tersebut dan rata-rata

pengeluaran dari setiap keluarga.


b. Jumlah penduduk yang ada di daerah layanan (daerah pengembangan) dan

prediksi perkembangannya.
c. Indikator ekonomi, pertanian, demografi dan kondisi sosial.
3-58
Laporan Pertengahan (Interim)
SID Revitalisasi Situ di Kabupaten Ciamis

d. Menentukan kebutuhan pemukiman serta sarana dan prasarana umum.

e. Keinginan masyarakat mengenai pengembangan potensi sumber daya air.


f. Permasalahan social yang dominan di masyarakat serta bagaimana

penanggulangannya.

g. Memberikan gambaran umum tentang tingkat kesehatan masyarakat

perdesaan dilokasi proyek yang dapat dicerminkan dengan tipikal dari


keadaan rumah di pedesaan yang memenuhi persyaratan kesehatan.

h. Menggambarkan prasarana dan sarana umum yang telah dibangun dan

kemungkinan akan dibangun dilokasi proyek.

3-59

Anda mungkin juga menyukai