E | PENDEKATAN METODOLOGI
E.1. Umum
Sehingga dari semua itu, tujuan Penyusunan DED SPAM Regional Jayatani dapat
membantu Pemerintah daerah setempat dalam pengembangan pelayanan air bersih
sehingga dapat meningkatkan kinerja pengelolaan air bersih dan mewujudkan
kemungkinan adanya sistem penyediaan air bersih yang terintegrasi di wilayah
studi, baik di wilayah perkotaan dan di wilayah non perkotaan.
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, maka sebelumnya dibuat
suatu pendekatan dan metodologi yang sesuai untuk dilaksanakan, agar pekerjaan
dapat dilaksanakan sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran, efisiensi kerja,
tenaga dan waktu. Setelah rencana operasi tersusun tahap demi tahap termasuk
analisa personil serta peralatan dihitung setepat mungkin, kemudian disusul
jadwal pelaksanaan, jadwal penugasan personil dan peralatan, termasuk organisasi
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kaitan-kaitan pekerjaan dan personil yang
dibutuhkan.
Usulan Teknis
Halaman E - 1
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Tahap ini merupakan persiapan dari seluruh tahapan pekerjaan yang dimulai dari
mobilisasi tim, pengumpulan data sekunder dan review studi terdahulu,
pengidentifikasian peraturan-peraturan terkait, kebijakan pemerintah, sampai
akhirnya akan menghasilkan Laporan Pendahuluan (Inception report).
Usulan Teknis
Halaman E - 2
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Dalam proses pengkajian dan perencanaan, kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri
dari :
a. Melakukan analisa dan evaluasi kuantitas air baku, pada kegiatan ini analisa
terhadap kuantitas hasil pengamatan di lapangan akan dibandingkan dengan data
sekunder yang di dapatkan dari dinas/instansi terkait.
b. Melakukan analisa dan evaluasi sistem penyediaan air bersih saat ini mencakup
sistem air baku/intake, sistem transmisi, sistem pengolahan dan sistem distribusi.
c. Melakukan perhitungan kebutuhan air bersih: domestik dan non-domestik.
Untuk lebih jelasnya mengenai Tahapan Pekerjaan dan Alur Berfikir Pekerjaan yang
akan dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut :
Usulan Teknis
Halaman E - 3
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Koordinasi tim dan mobilisasi tim. Pengambilan Data Teknis Review, Diskusi
Desain Intake
dan Non Teknis
Pembahasan lanjut Kerangka Acuan Kerja
dalam lingkup intern tim pelaksana pekerjaan.
Pengukuran Detail Desain Bangunan Pengumpul
Pengidentifikasian peraturan-peraturan
Lokasi Kegiatan DED
terkait sistem penyediaan air bersih
Penyusunan metodologi pekerjaan dan studi literatur Revisi Hasil Review dan Diskusi
Pengambilan dan Pemeriksaan Desain Pipa Penghubung
wilayah perencanaan. Sampel Air Baku dan Pipa Transmisi
Penyusunan Rencana Kerja
Pengarahan dan penugasan personil. Desain Water Treatment Plan
Dokumentasi Lapangan
Persiapan peralatan kerja dan proses survey. dan Bangunan Pendukungnya Persetujuan dari
Melakukan koordinasi awal dengan pimpinan Pemberi Kerja
pelaksana kegiatan dan instansi teknis terkait Wawancara Desain Reservoir
Draft
Rencana Anggaran Biaya
Draft
Dokumen Tender
Usulan Teknis
Halaman E - 4
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Pengukuran Detail
Pemahaman Terhadap Survey Lapangan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Analisa Kondisi
Tanah
Kriteria Desain
Alternatif Sistem
Final Report
Usulan Teknis
Halaman E - 5
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Secara umum kebutuhan air dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih
dipengaruhi oleh keadaan daerah perencanaan, yaitu :
Iklim.
Standar kehidupan.
Jenis aktivitas.
Ketersediaan sistem penyediaan air perorangan.
Harga air.
Agar pelayanan air bersih memenuhi syarat tahapan pelayanan yang direncanakan,
maka dibutuhkan sumber air dimana segi kuantitas memenuhi syarat, atau secara
khusus dinyatakan bahwa kapasitas sumber air harus lebih besar dari kapasitas
kebutuhan air pada hari maksimum.
a. Kebutuhan Air
Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu
perencanaan yang disusun untuk keperluan pada massa datang didasari oleh
pengetahuan tentang masalah yang sama pada masa sebelumnya. Perkembangan
kehidupan dan semua aktivitas merupakan hal yang penting dalam sistem
Penyediaan Air Minum.Angka pertambahan penduduk tidak lepas dari data–
data penduduk sebelumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi angka
pertambahan penduduk seperti masalah kesehatan, sosial, ekonomi, politik dan
lain–lain. Populasi berubah dengan angka–angka kematian, kelahiran dan
perpindahan penduduk.Jadi faktor–faktor seperti kelahiran, kematian dan
migrasi. Proyeksi penduduk berguna untuk memperkirakan kebutuhan air di
masa akan datang dan perkiraan timbulan air buangan akibat pemakain air
tersebut, dengan demikian dapat memberikan tahap perencanaan dan
perkiraan pembiyaan pembangunan. Adapun cara–cara yang diambil untuk
menghitung proyeksi penduduk tergantung oleh beberapa hal berikut,
diantaranya:
Usulan Teknis
Halaman E - 6
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Metode Aritmatika
Biasanya digunakan untuk :
Untuk Kota-kota tua, tidak berkembang dan luas.
Untuk Kota-kota yang memilik Industri.
Usulan Teknis
Halaman E - 7
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Metode Geometrik
Biasanya digunakan untuk :
Untuk Kota-kota muda yang cenderung ke industri yang sedang berkembang.
Untuk Kota-kota tua yang sudah tidak berkembang dengan laju pertumbuhan
penduduk 20-30 % per- tahun.
Persamaan Yang digunakan dalam metode geometrik adalah :
Pn = Po ( 1 + r )n
Ka = (Pt / Po)1/t
Dimana :
Pn = Jumlah Populasi pada tahun yang diinginkan.
Po = Jumlah Populasi pada tahun awal data.
Pt = Jumlah Penduduk ada tahun akhir data.
t = Jumlah Data.
n = Interval atau selang waktu.
r = Rasio pertambahan penduduk.
Kebutuhan air untuk sistem penyediaan air bersih terbagi dalam beberapa jenis
kebutuhan :
Usulan Teknis
Halaman E - 8
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Tabel E.1 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jenis Kota Dan Jumlah
Penduduk
Kategori Jumlah Penduduk Kebutuhan air
Jenis Kota
Kota (jiwa) (L/or/hari)
I Metropolitan >1.000.000 190
II Besar 500.000- 1.000.000 170
III Sedang 150.000-500.000 150
IV Kecil 20.000-100.000 130
V IbukotaKecamatan 10.000-20.000 100
Sumber : Design Criteria For Water Work Facilities
Untuk kota-kota katagori I, II dan III kebutuhan non rumah tangga ditetapkan
menurut hasil survey suatu kota yang bersangkutan dikaitkan dengan master
plan kota, sedangkan untuk kota-kota katagori IV, kebutuhan non rumah
tangga ditetapkan sebesar 10 % dari kebutuhan rumah tangga dan untuk
katagori V ditentukan sebesar 10 % dari kebutuhan rumah tangga.
b. Tingkat Pelayanan
Pelayanan air bersih pada umumnya dilayani melalui dua cara yaitu sambungan
langsung (sambungan rumah/SR) dan hidran umum (HU), dengan proporsi
Usulan Teknis
Halaman E - 9
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
c. Kehilangan Air
Kehilangan air yang disebabkan kebocoran teknis maupun administrasi dihitung
dengan perkiraan sebesar 25 % dari total kebutuhan rata-rata. Sedangkan kriteria
dasar kebutuhan air per orang per hari yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan
Umum Dirjen Cipta Karya.
Kualitas air bersih yang dihasilkan dari SPAB diharapkan memenuhi standar air
minum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, seperti
ditunjukkan pada Tabel berikut.
Tabel E.3 Standar Kualitas Air Bersih Menurut Permenkes No. 492 Tahun
2010
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1 BAKTERIOLOGIS
a. Air Minum
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml
sampel 0
b. Air yang masuk sistem
distribusi
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml
sampel 0
Usulan Teknis
Halaman E - 10
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Jumlah per 100 ml
Total Bakteri Coliform sampel 0
c. Air pada sistem distribusi
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml
sampel 0
Jumlah per 100 ml
Total Bakteri Coliform sampel 0
2 KIMIAWI
BAHAN KIMIA YANG MEMILIKI PENGARUH LANGSUNG PADA
2.1
KESEHATAN
A. BAHAN ANORGANIK
Antirnon Mg/liter 0.005
Air Raksa Mg/liter 0.001
Arsen Mg/liter 0.01
Barium Mg/liter 0.7
Boron Mg/liter 0.3
Kadmium Mg/liter 0.003
Kromium (Valensi 6) Mg/liter 0.05
Tembaga Mg/liter 2
Sianida Mg/liter 0.07
Fluorida Mg/liter 1.5
Timbal Mg/liter 0.01
Molybdenum Mg/liter 0.07
Nikel Mg/liter 0.02
Nitrat (Sebagai NO3) Mg/liter 50
Nitrit (Sebagai NO2) Mg/liter 3
Selenium Mg/liter 0.01
B. BAHAN ORGANIK
Chlorinated Alkanes
Carbon Tetrachloride Mg/liter 2
Dichloromethane Mg/liter 20
dichloromethane Mg/liter 30
Trichloroethane Mg/liter 2000
Chlorrinated ethenes
Vinyl chloride Mg/liter 5
Dichloroethene Mg/liter 30
Dichloroethene Mg/liter 50
Trichloroethene Mg/liter 70
Tetrachloroethene Mg/liter 40
Usulan Teknis
Halaman E - 11
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Aromatic hydrocarbons
Benzene Mg/liter 10
Toluene Mg/liter 700
Xylenes Mg/liter 500
Benzo [a]pyrene Mg/liter 0.7
Chlorinated benzenes
Monochloroebenzene Mg/liter 300
Dichlorobenzene Mg/liter 1000
Dichlorobenzene Mg/liter 300
Trichlorobenzenes (Total) Mg/liter 20
Lain-lain
Di (2-ethylhexy)adipate Mg/liter 80
Di (2-ethylhexy)phthalate Mg/liter 8
Acrylamide Mg/liter 0.5
Epichlorohydrin Mg/liter 0.4
Hexachlorobutadiene Mg/liter 0.6
Edetic acid (EDTA) Mg/liter 200
Tributyltin Mg/liter 2
C. PESTISIDA
Alachhlor Mg/liter 20
Aldicard Mg/liter 10
Aldrin/dieldrin Mg/liter 0.03
Atrazine Mg/liter 2
Bentazone Mg/liter 30
Carbofuran Mg/liter 5
Chlordane Mg/liter 0.2
Chlorotoluron Mg/liter 30
DDT Mg/liter 2
Dibromo
Chloropropane Mg/liter 1
Dichloropropane Mg/liter 20
Dichloropropane Mg/liter 20
Heptachlor and
Heptachlor epoxide Mg/liter 0.03
Hexachlorobenzene Mg/liter 1
Isoproturon Mg/liter 9
Lindane Mg/liter 2
MCPA Mg/liter 2
Methoxychlor Mg/liter 20
Metolachlor Mg/liter 10
Usulan Teknis
Halaman E - 12
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Molinate Mg/liter 6
Pendimethaline Mg/liter 20
Pentachlorophenol Mg/liter 9
Permethrin Mg/liter 20
Propanil Mg/liter 20
Pyridate Mg/liter 100
Simazine Mg/liter 2
Trifluralin Mg/liter 20
Chlorophenoxy
Herbicides selain 2,4-D
Dan MCPA
2,4-DB Mg/liter 90
Dichlorprop Mg/liter 100
Fenoprop Mg/liter 9
Mecoprop Mg/liter 10
2,4 5-T Mg/liter 9
D. SINFEKTAN DAN HASIL SAMPINGANNYA
Ochloramine Mg/liter 3
Rine Mg/liter 5
Mate Mg/liter 25
Rite Mg/liter 200
Prophenol
Trichlorophenol Mg/liter 200
Maldehyde Mg/liter 900
Alomethanes
Bromoform Mg/liter 100
Dibromochloromethane Mg/liter 100
Bromodichloromethane Mg/liter 60
Chloroform Mg/liter 200
Lorinated acetic acids
Mg/liter 50
Dichloroacetic acid
Tricholoroacetaldehyde Mg/liter 100
Loral hydrate
(trichloroacetaldehyde) Mg/liter 10
Logenated acentonitrlles
Dichloroacetonitrile Mg/liter 90
Dibromoacetonitrile Mg/liter 100
Trichloracetonitrile Mg/liter 1
Anogen chlorida Mg/liter 70 Mg/liter Mg/liter
Usulan Teknis
Halaman E - 13
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
(sebagai CN) Mg/liter
Bahan kimia yang memungkinkan dapat menimbulkan keluhan pada
2.2
konsumen
A. BAHAN ANORGANIK
Ammonia Mg/l 1.5
Alumunium Mg/l 0.2
Klorida Mg/l 250
Tembaga Mg/l 1
Kesadahan Mg/l 500
Hidrogen Sulfida Mg/l 0.05
Besi Mg/l 0.3
Mangan Mg/l 0.1
PH - 6.5 – 8.5
Sodium Mg/l 200
Sulfat Mg/l 250
Total zat padat terlarut Mg/l 1000
Seng Mg/l 3
B. BAHAN ORGANIK, Desinfektan dan hasil
Sampingannya
Organik
Toluene Mg/l 24 – 170
Xylene Mg/l 20 – 1800
Ethylbenzene Mg/l 2 – 200
Styrene Mg/l 4 – 2600
Monochlorobenzene Mg/l 10 – 120
Dichlorobenzene Mg/l 1 – 10
Dichlorobenzene Mg/l 0.3 – 30
Trichlorobenzenes (total) Mg/l 5 – 50
Deterjen Mg/l 50
Desinfektan dan hasil
Sampingannya
Chlorine Mg/l 600 – 1000
Cholorophenol Mg/l 0.1 – 10
dichlorophenol Mg/l 03. – 40
trichlorophenol Mg/l 2 - 300
3. RADIOAKTIFITAS
Gross alpha activiy Bq/liter 0.1
Gross beta activity Bq/liter 1
4. FISIK
Parameter fisik
Usulan Teknis
Halaman E - 14
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Warna TCU 15
Rasa dan bau - -
Temperatur oC Suhu udara 30C
Kekeruhan NTU 5
Sumber : Permenkes No. 492 Tahun 2010
3 Dimensi Pipa
a. Kecepatan Aliran(VelocityFlow) (0,3-2,0)meter/detik
b. Diameter pipa Induk/primer > 150 mm
c. Diameter Pipa Sekunder/tersier < 150 mm
Usulan Teknis
Halaman E - 15
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Pada umumnya, sebuah bangunan pengolah air minum terdiri atas unit operasi dan
unit proses. Unit operasi dan unit proses merupakan suatu unit yang mengolah air
minum secara fisik, kimia dan biologi bergantung kepada kegunaannya. Unit operasi
ialah suatu unit yang digunakan untuk mengolah air minum secara fisik sedangkan
unit proses ialah suatu unit yang digunakan untuk mengolah air minum secara
kimia.
Beberapa contoh unit operasi ialah sedimentasi, flotasi dan media filter berbutir.
Beberapa contoh unit proses ialah koagulasi, flokulasi, penyerapan karbon,
pertukaran ion dan klorinasi. Tingkat pengolahan air tergantung kepada kualitas air
baku dan hasil akhir yang diinginkan. Karena tingkat pengolahan menentukan
jumlah dan tipe unit operasi dan unit proses yang digunakan, maka terdapat
sejumlah rangkaian pengolahan yang biasa digunakan dalam pengolahan air.
Sedangkan dasar untuk memilih alternatif proses pengolahan ditentukan oleh:
Karakteristik air baku
Hasil akhir kualitas yang diinginkan
Tersedianya perlengkapan utama pemeliharaan setelah konstruksi selesai
Kecakapan operator dan personil pemeliharaan
Kemudahan operasi dan pemeliharaannya
Penanganan buangan yang memenuhi syarat
Minimasi harga
Usulan Teknis
Halaman E - 16
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Intake merupakan suatu bangunan penangkap atau pengambilan air baku yang akan
diolah sesuai dengan perencanaan. Pada intake, air baku akan dikumpulkan dan
ditransmisikan ke bangunan pengolahan.
b. Intake Ports
Kriteria intake port :
Pintu intake Ports harus tersedia untuk beberapa kedalam air.
Pintu terendah terletak 2 ft dari dasar, interval vertikal pintu - pintu tersebut
10-15 ft (3-4,5 m). Kecepatan aliran yang melewati pintu pada ketinggian yang
Usulan Teknis
Halaman E - 17
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
sama tidak boleh melebihi 1 fps (0,3 m/s). Di daerah - daerah sering terjadi
pembekuan air, kecepatan aliran diharapkan dibawah 0,5 fps (0,15 m/s).
Bar screen harus tersedia pada setiap pintu. Terletak pada bagian luar katup,
diameter batang barscreen 0,5-0,75 inchi yang terbuat dari baja dan terletak 2-
3 inchi antara satu dengan yang lainnya. Pada kondisi normal kecepatan
melewati bukaan screen tidak boleh melewati 2 Food and Beverage Service (0,6
m/s). Pada kasus khusus kecepatan dibatasi dibawah 0,35 Food and Beverage
Service (0,1 m/s) untuk mencegah ikan kecil terhisap.
Fine screen untuk menyisihkan benda-benda terapung dan melindungi pada
sebagian besar kasus, jarak bukaan saringan berkisar antara 3/16-3/8 inchi (5-
9,5 mm) dan kecepatan maksimal 2 ft. Penggunaan pembersih hidrolis sangat
direkomendasikan.
d. Intake Bay
Kriteria intake bay :
Intake Bay harus dapat dilewati aliran air dengan kecepatan maksimum 1,5 fps.
Jika terdapat sampah atau es dalam jumlah yang besar kecepatan, harus
diturunkan sehingga dibawah 1 fps (0.3 m/s).
Bar screen dipasang pada intake bay pada kemiringan 60 dari arah horizontal,
diameter batang screen ½ - ¾ inchi dengan jarak batang 2-3 inchi. Kecepatan
aliran yang melalui saringan tidak boleh lebih dari 2 fps (0,6 m/s).
Usulan Teknis
Halaman E - 18
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Fine screen sering dipasang setelah bar screen dan sering pula di grid chamber.
Jarak bukaan 3/16-3/8 inchi (5-9,5 mm). Kecepatan minimal yang melewati
bukaan harus diatur agar benda-benda yang hanyut tidak mengendap.
Usulan Teknis
Halaman E - 19
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
E.4.3 Prasedimentasi
Prasedimentasi ialah bak pengendap dengan waktu detensi yang relatif lama.Pada
bak predimentasi terjadi penyisihan partikel - partikel suspensi pada air yang
memiliki kekeruhan tinggi dengan jalan pengendapan secara gravitasi. Bak
Usulan Teknis
Halaman E - 20
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Kriteria perencanaan
Perbandingan panjang dan lebar bak biasanya 4:1 - 6:1. Pada umumnya cara
pengendapannya adalah free settling, yaitu mengendap dengan sendirinya (gravitasi)
tanpa bantuan bahan kimia lainnya.
Perhitungan :
a. Luas permukaan zone pengendapan (As)
Dihitung berdasarkan asumsi bahwa bak merupakan tangki ideal. Luas
permukaan (As) bak pengendap dapat dihitung dengan menggunakan formula:
As = Q/So
Dimana :
Q = debit (m3/jam)
So = surface loading (m3/m2/jam)
H = kedalaman (m)
L = panjang bak (m)
c. Panjang weir
L = Q / (5H x VS)
Dimana :
L = panjang wair (m) Q = debit (m3/det)
H = dalamnya zone pengendapan (m) Vs = kecepatan mengendap (m/det)
d. Besarnya aliran
Q = 1.9 B x h3/2
Usulan Teknis
Halaman E - 21
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Dimana :
Q = debit (m3/det)
B = panjang ambang (m)
h = tinggi air diatas weir (m)
Usulan Teknis
Halaman E - 22
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Dimana :
L = Panjang bak (meter)
H = Kedalaman efektif air di dalam bak (meter)
U = Kecepatan pengendapan partikel yang akan dipisahkan (cm/det).
V = Kecepatan rata-rata aliran di dfalam bak (cm/det)
K = Koeficient (safety rate) besarnya 1,5 – 2,0
Kriteria Desain
Waktu tinggal (residence time) standar : 10 - 20 menit.
Kecepatan aliran horizontal dalam kolam rata-rata : 2 -7 cm/detik.
Tinggi permukaan air maksimun dalam bak harus diatur lebih rendah dari
permukaan air minimun di titik penyadapan.
Usulan Teknis
Halaman E - 23
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
b. Unit Koagulasi
Fungsi
Partikel-partikel kotoran dalam air baku yang mempunyai ukuran dengan
diameter 10-2 mm dengan cara pengendapan biasa tanpa bahan kimia. Tetapi
untuk partikel yang sangat halus dengan ukuran lebih kecil 10-2 mm dan juga
partikel-partikel koloid sulit untuk dipisahkan dengan pengendapan tanpa
bahan kimia. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air misalnya untuk
penghilangan warna organik, proses koagulasi sangat penting agar partikel
koloid yang sulit mengendap tadi dapat digumpalkan sehingga membentuk grup
partikel yang lebih besar dan berat yang dengan cepat dapat diendapkan atau
disaring. Untuk itu perlu bak koagulasi untuk mendapatkan proses koagulasi
yang efektif.
Proses
Proses koagulasi dibagi menjadi dua tahap yang pertama yaitu koagulasi
partikel-partikel kotoran menjadi flok-flok yang masih halus/kecil dengan cara
pengadukan cepat segera setelah koagulan dibubuhkan.
Tahap ini disebut dengan pencampuran cepat dan prosesnya dilakukan pada bak
pencampur cepat (mixing basin). Tahap selanjutnya adalah proses pertumbuhan
flok agar menjadi besar dan stabil yaitu dengan cara pengadukan lambat pada
bak flokulator. Proses tersebut dinamakan flokulasi. Dengan demikian untuk
proses koagulasi diperlukan dua buah bak yakni untuk bak pencampur cepat dan
bak flokulator.
Bak pencampur cepat harus dilengkapi dengan alat pengaduk cepat agar bahan
kimia (koagulan) yang dibubuhkan dapat bercampur dengan air baku secara
cepat dan merata. Oleh karena kecepatan hidrolisa koagulan dalam air besar
maka diperlukan pembentukan flok-flok halus dari koloid hidroksida yang
merata dan secepat mungkin sehingga dapat bereaksi dengan partikel-partikel
kotoran membentuk flok yang lebih besar dan stabil. Untuk itu diperlukan
Usulan Teknis
Halaman E - 24
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
pengadukan yang cepat. Ada 2 (dua) cara pengadukan yang dapat dipakai yaitu
pengadukan dengan energi yang ada dalam air itu sendiri dan pengadukan
dengan energi yang didapat dari luar.
1. Pengadukan Berdasarkan Energi Dari Air Itu Sendiri
Dapat dilakukan dengan cara aliran dalam bak/kolam dengan sekat horizontal
maupun vertikal (baffled flow type). Atau dapat juga dengan membuat aliran
turbulen dalam sistem perpipaan dengan kecepatan aliran di atas 1,5 m/detik.
Selain cara tersebut di atas dapat juga dilakukan dengan Parshall flume
ataupun dengan cara menyemprotkan melalui lubang-lubang kecil (nozzle)
2. Pengadukan Berdasarkan Energi Mekanik Dari Luar
Cara yang paling umum dipakai yaitu dengan flush mixer yang berupa motor
dengan alat pengaduk berupa baling-baling (propeler) maupun paddle,
dengan kecepatan rotasi lebih kecil 1,5 m/detik. Waktu pengadukan standar
antara 1 - 5 menit.
Kriteria Desain
Gradien kecepatan (gradient velocity)
Untuk pencampuran cepat harga G : 700 – 1.000 detik-1
Gradien kecepatan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
G = gradient kecepatan ( detik-1 )
P = power input, Watt (N.m/s)
V = Volume bak pencampur cepat (m3)
µ = Viskositas (N.s/m2)
Waktu Tinggal
Waktu tinggal dalam bak pencampur : 1 - 4detik
c. Unit Flokulasi
Fungsi
Untuk pembentukan flok-flok agar menjadi besar dan stabil sehingga dapat
diendapkan dengan mudah atau disaring. Untuk proses pengendapan dan
Usulan Teknis
Halaman E - 25
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Usulan Teknis
Halaman E - 26
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
dimana :
Td = waktu pengadukan atau waktu tinggal
Q = Laju alir air baku (m3/s)
G = gradient kecepatan (detik-1)
P = power input, Watt (N.m/s).
= Densitas air (Kg/m3)
H = Total head loss (m)
V = Volume bak pencampur cepat (m3)
µ = Viskositas (N.s/m2)
Waktu pengadukan rata-rata : 20 - 40 menit.
d. Unit Sedimentasi
Fungsi
Unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok kimia secara
gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air bersih umumnya untuk
menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan proses pengolahan
selanjutnya.
Proses
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengendapan antara lain yakni
kecepatan pengendapan partikel yang mana sangat dipengaruhi oleh ukuran
partikel, density partikel serta bentuk partikelnya.
Untuk bak pengendap dengan aliran kontinyu, biasanya dapat di bagi menjadi 4
(empat) bagian yaitu :
1. Bagian Pemasukan ( Inlet Zone )
2. Bagian Pengendapan ( Settling Zone )
3. Bagian dasar/lumpur ( Bottom Zone)
4. Bagian Pengeluaran (Outlet Zone)
Usulan Teknis
Halaman E - 27
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Keterangan :
Vd = pengendap.
V0 = kecepatan pengendapan partikel yang mengendap penuh di
bak pengendap dengan waktu pengendapan to
Q = laju alir air baku.
A = luas permukaan bak pengendap.
h0 = kedalaman bak pengendap.
C = Volume Bak.
memperbesar efisiensi bak pengendap dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
Memperbesar luas permukaan bak pengendap (A),
Memperbesar kecepatan pengendapan partikel (flok), dengan cara proses
flokulasi yang baik.
Memperkecil laju alir air baku ke dalam bak pengendap (Q) atau dengan kata
lain memperkecil kecepatan horizontal (Vd)
Kriteria Desain
Pada prinsipnya terdiri dari dua bak atau lebih.
Volume bak pengendap harus cukup untuk : 3 - 5 jam penampungan.
Kecepatan lairan rata-rata dalam bak : maksimum 40 cm/menit.
Kedalaman efektif bak pengendap : 3 - 4 meter, untuk ruang lumpur 30 cm.
Usulan Teknis
Halaman E - 28
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
e. Unit Filtrasi
Fungsi
Memisahkanpadatan tersuspensi dari dalam air yang diolah. Pada penerapannya
filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang tidak
terendapkan pada proses sedimentasi. Pada pengolahan air buangan, filtrasi
dilakukan setelah pengolahan kimia-fisika.
Proses
Di dalam pengoperasian saringan pasir cepat terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu :
1. Tahap Penyaringan (filtrasi)
2. Pencucian Filter atau pencucian balik (back wash)
3. Penyaringan awal setelah pencucian filter dibuang untuk beberapa saat.
Untuk proses operasi secara otomatis diperlukan beberpa peralatan kontrol
antara lain :
Alat kontrol laju aliran (flow rate controler)
Alat indikator Headloss
Turbiditi-meter on line.
Di dalam perencanaan sistem saringan pasir cepat (filter plant), beberpa hal
yang perlumdilakukan antara lain :
Menghitung luas filter yang diperlukan
Menetukan jumlah filter yang tepat
Pemilihan tipe pengontrolan aliran
Pemilihan tipe sistem penguranan atau pengetapan (underdrain system).
Pemilihan material media filter, ukuran serta distribusi ukuran.
Usulan Teknis
Halaman E - 29
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Reservoir harus terletak sedekat mungkin dengan pusat pemakaian air. Pemakaian
air dalam reservoir harus cukup tinggi untuk memungkinkan aliran gravitasi dengan
tekanan yang cukup ke sistem distribusi yang akan dilayani.
Pada kota-kota besar, beberapa reservoir dapat diletakkan pada titik-titik strategis di
dalam kota. Air biasanya dipompakan ke dalam suatu reservoir dan kemudian
dilepaskan ke jaringan sistem distribusi dengan aliran gravitasi. Kapasitas yang
dibutuhkan dari suatu reservoir ditetapkan berdasarkan topografi dan ciri-ciri lain
Usulan Teknis
Halaman E - 30
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Sedangkan reservoar itu sendiri menurut operasinya serta fungsinya dibagi menjadi:
Equalizing Reservoir (Buffer/Balancing Reservoir)
Air dipompakan ke elevated reservoar dan jaringan distnibusi. Air bergerak ke
elevated reservoir ketika pemakaian sedikit atau tidak ada pemakian. Dan air
bergerak dari elevated bersama dengan pemompaan menuju area pelayanan.
Distribution Reservoir (Fill and Draw)
Air dipompakan langsung ke elevated reservoir dan air minum mengalir secara
gravitasi menuju area pelayanan. Reservoar tersebut biasanya digunakan untuk
meratakan tekanan pada sistem distribusi. Kapasitas reservoar, baik itu ground
maupun elevated reservpoir ditentukan dengan analisis fluktuasi pemakaian air
Usulan Teknis
Halaman E - 31
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Kriteria Perencanaan
Waktu penampungan (td) = (1-2) menit
Bentuk empat persegi panjang
Perhitungan
Volume bak
V = Q .td
Dimana :
Q = debit aliran
td = waktu penampungan
Ketinggian air di dalam alat ukur
H = (Q/(2,36 x C))2/5
Dimana :
H = koefisien kontraksi (0,6)
Jaringan perpipaan digunakan untuk mengalirkan air minum ke semua blok- blok
pelayanan suatu daerah pelayanan atau merupakan sarana fisik yang bertujuan
untuk mentransportasikan air minum dari tempat penampungan (reservoar)
menuju konsumen di daerah pelayanan. Selain itu sistem distribusi harus pula
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan lain agar dapat berfungsi
dengan baik.
Usulan Teknis
Halaman E - 33
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
- Lokasi jalur pipa dipilih dengan menghindari medan yang sulit, seperti
bahaya tanah longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang
menyebabkan lepas atau pecahnya pipa.
- Jalan pipa sedapat mungkin dipilih diatas tanah milik pemerintah atau
sepanjang jalan raya atau jalan umum.
- Jalur pipa sedapat mungkin menghindari belokan tajam baik horizontal
maupun vertikal dan menghindari siphon yang aliran airnya di atas garis
hidrolis.
- Untuk jalur pipa yang panjang dimana air terpaksa dipompa, katup atau
tangki pengaman harus mencegah terjadinya water hammer.
- Jalur pipa diusahakan sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalur
kereta api, jalur yang kurang stabil sebagai dasar pipa dan daerah yang
dapat menjadi sumber kontaminasi.
Pipa Cabang/Pipa Sekunder (Secondary Feeder)
Merupakan jalur hantaran yang kedua dari sistem. Pipa ini meneruskan air
yang di sadap dari pipa induk utama ke suatu blok pelayanan. Pipa ini
selanjutnya mempunyai percabangan terhadap pipa service. Secara fisik,
pipa cabang dibatasi sebagai berikut :
- Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen
- Diameternya dihitung dari banyaknya sambungan yang melayani
konsumen
- Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih dari pipa induk utama.
Pipa Pelayanan Distribusi (Distribusi System)
Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder dan
langsung melayani konsumen. Diameter yang dipakai tergantung pada
besarnya pelayanan terhadap konsumen. Sistem pipa ini dibedakan
menjadi:
Pipa Distribusi Tersier (Small Distribution Main)
Pipa Servis (Service Line)
Usulan Teknis
Halaman E - 34
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Usulan Teknis
Halaman E - 35
DED SPAM REGIONAL JAYATANI
Dari pipa induk dilakukan penyadapan oleh pipa cabang dan selanjutnya dari
pipa cabang dilakukan pendistribusian untuk konsumen. Dari segi ekonomis,
sistem ini kurang menguntungkan karena diperlukan katup dan diameter pipa
yang bervariasi, sedangkan dari segi hidrolis (pengaliran), sistem ini lebih
baik karena jika terjadi kerusakan pada sebagian sistem, selama perbaikan
daerah layanan masih dapat disuplai melalui loop lainnya.Sistem jaringan
perpipaan melingkar digunakan untuk pelayanan dengan karakteristik sebagai
berikut :
Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah
Jaringan jalannya berhubungan satu dengan yang lainnya
Elevasi tanahnya relatif datar
Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi
Sistem jaringan perpipaan kombinasi, merupakan gabungan dari sistem
jaringan perpipaan cabang dan jaringan perpipaan melingkar. Sistem ini
diterapkan untuk daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut :
Kota yang sedang berkembang
Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, demikian pula jaringan jalannya
tidak berhungan satu sama lainnya pada bagian tertentu
Terdapat daerah pelayanan yang terpencil
Elevasi muka tanah yang bervariasi
Usulan Teknis
Halaman E - 36