Anda di halaman 1dari 36

DED SPAM REGIONAL JAYATANI

E | PENDEKATAN METODOLOGI

E.1. Umum

Pekerjaan DED SPAM Regional Jayatani dilakukan dengan mempertimbangkan


seluruh faktor yang berpengaruh dalam pengembangan system penyediaan air bersih
komunal, baik mencakup faktor teknis maupun non teknis, diantaranya :

 Sumber air, karakteristik dan alternatif pemilihannya


 Sistem Pengaliran dan periode perencanaan
 Daerah Pelayanan
 Kependudukan, tingkat kehidupan, aktifitas penduduk dan partisipasi pihak
swasta
 Pola kerjasama yang sedang dan akan berlangsunng.

Sehingga dari semua itu, tujuan Penyusunan DED SPAM Regional Jayatani dapat
membantu Pemerintah daerah setempat dalam pengembangan pelayanan air bersih
sehingga dapat meningkatkan kinerja pengelolaan air bersih dan mewujudkan
kemungkinan adanya sistem penyediaan air bersih yang terintegrasi di wilayah
studi, baik di wilayah perkotaan dan di wilayah non perkotaan.

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, maka sebelumnya dibuat
suatu pendekatan dan metodologi yang sesuai untuk dilaksanakan, agar pekerjaan
dapat dilaksanakan sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran, efisiensi kerja,
tenaga dan waktu. Setelah rencana operasi tersusun tahap demi tahap termasuk
analisa personil serta peralatan dihitung setepat mungkin, kemudian disusul
jadwal pelaksanaan, jadwal penugasan personil dan peralatan, termasuk organisasi
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kaitan-kaitan pekerjaan dan personil yang
dibutuhkan.

Usulan Teknis
Halaman E - 1
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

E.2. Tahapan Pekerjaan


E.2.1 Pekerjaan Persiapan

Tahap ini merupakan persiapan dari seluruh tahapan pekerjaan yang dimulai dari
mobilisasi tim, pengumpulan data sekunder dan review studi terdahulu,
pengidentifikasian peraturan-peraturan terkait, kebijakan pemerintah, sampai
akhirnya akan menghasilkan Laporan Pendahuluan (Inception report).

Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam tahap ini adalah :


a. Koordinasi tim dan mobilisasi tim.
b. Pembahasan lanjut Kerangka Acuan Kerja dalam lingkup intern tim pelaksana
pekerjaan.
c. Pengidentifikasian peraturan - peraturan terkait, kebijakan pemerintah,
Pengelolaan air bersih yang sedang berjalan.
d. Penyusunan metodologi pekerjaan.
e. Penyusunan Rencana Kerja tim pelaksana.
f. Pengarahan dan penugasan personil.
g. Persiapan peralatan kerja dan proses survey.
h. Pemahaman kebijakan- kebijakan untuk menentukan dasar desain.
i. Pembuatan surat pengantar survey.
j. Melakukan koordinasi awal dengan pimpinan pelaksana kegiatan dan instansi
teknis terkait di lokasi proyek tentang berbagai hal yang berhubungan dengan
proses perencanaan yang akan dilakukan.

E.2.2 Pekerjaan Survey Lapangan

Kegiatan survey akan dibagi menjadi beberapa tahap kegiatan yaitu :


a. Tahap persiapan survey yang merupakan tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan
DED SPAM Regional Jayatani, berupa kegiatan inventarisasi data (pengumpulan
data sekunder) dan rencana-rencana pengembangan sistem penyediaan air bersih
di lokasi pekerjaan.
b. Melaksanakan survey lapangan untuk mendapatkan data-data akurat di lapangan
sebagai bahan analisa dan rencana pembangunan sistem serta

Usulan Teknis
Halaman E - 2
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

c. mendiskusikan berbagai temuan, permasalahan dan alternatif pemecahan


masalah dengan pimpinan proyek dan instansi
d. Orientasi lokasi proyek (orientasi medan).
e. Pengambilan data - data sekunder, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan
penyediaan air bersih.
f. Melakukan identifikasi sistem pelayanan air bersih eksisting.
g. Melakukan pengamatan terhadap sistem eksisting PDAM maupun masyarakat.
h. Melakukan kunjungan dan pengamatan terhadap daerah yang membutuhkan
pelayanan baru.
i. Melaksanakan kegiatan diskusi dengan seluruh stakeholder yang terlibat dalam
sistem penyediaan air bersih.

E.2.3 Pekerjaan Pengkajian dan Perencanaan

Dalam proses pengkajian dan perencanaan, kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri
dari :
a. Melakukan analisa dan evaluasi kuantitas air baku, pada kegiatan ini analisa
terhadap kuantitas hasil pengamatan di lapangan akan dibandingkan dengan data
sekunder yang di dapatkan dari dinas/instansi terkait.
b. Melakukan analisa dan evaluasi sistem penyediaan air bersih saat ini mencakup
sistem air baku/intake, sistem transmisi, sistem pengolahan dan sistem distribusi.
c. Melakukan perhitungan kebutuhan air bersih: domestik dan non-domestik.

Untuk lebih jelasnya mengenai Tahapan Pekerjaan dan Alur Berfikir Pekerjaan yang
akan dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut :

Usulan Teknis
Halaman E - 3
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Gambar E.1 Tahapan Pekerjaan

Kerangka Acuan Kerja

Pemahaman Terhadap Perencanaan Perencanaan Akhir


Persiapan Survey dan Pengukuran
Kerangka Acuan Kerja Detail Design Engineering Detail Design Engineering

Koordinasi tim dan mobilisasi tim. Pengambilan Data Teknis Review, Diskusi
Desain Intake
dan Non Teknis
Pembahasan lanjut Kerangka Acuan Kerja
dalam lingkup intern tim pelaksana pekerjaan.
Pengukuran Detail Desain Bangunan Pengumpul
Pengidentifikasian peraturan-peraturan
Lokasi Kegiatan DED
terkait sistem penyediaan air bersih
Penyusunan metodologi pekerjaan dan studi literatur Revisi Hasil Review dan Diskusi
Pengambilan dan Pemeriksaan Desain Pipa Penghubung
wilayah perencanaan. Sampel Air Baku dan Pipa Transmisi
Penyusunan Rencana Kerja
Pengarahan dan penugasan personil. Desain Water Treatment Plan
Dokumentasi Lapangan
Persiapan peralatan kerja dan proses survey. dan Bangunan Pendukungnya Persetujuan dari
Melakukan koordinasi awal dengan pimpinan Pemberi Kerja
pelaksana kegiatan dan instansi teknis terkait Wawancara Desain Reservoir

Desain Jaringan Distribusi


Kompilasi dan Analisis

Alternatif Sistem Draft


Album Gambar Perencanaan

Draft
Rencana Anggaran Biaya

Draft
Dokumen Tender

Nota Desain (Memo Design)


Perencanaan

WORK PLAN LAPORAN INTERIM LAPORAN DRAFT FINAL LAPORAN FINAL

Usulan Teknis
Halaman E - 4
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Gambar E.2 Kerangka Berpikir Pekerjaan

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kondisi Eksisting

Pengukuran Detail
Pemahaman Terhadap Survey Lapangan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Analisa Kondisi
Tanah

Penyusunan metodologi pekerjaan.


Pengambilan Sampel
Penyusunan Rencana Kerja tim pelaksana.
Air Baku
Pengarahan dan penugasan personil.
Persiapan peralatan kerja dan proses survey.
Pemahaman kebijakan- kebijakan untuk menentukan
dasar desain.
Pembuatan surat pengantar survey. Analisis Hasil Survey
Melakukan koordinasi awal dengan pimpinan
pelaksana kegiatan dan instansi teknis terkait di lokasi
proyek tentang berbagai hal yang berhubungan

Kriteria Desain

Alternatif Sistem

Water Treatment Plan Reservoir dan Sistem Sistem Jaringan


Intake
& Bangunan Pendukung Mekanikal Elektrikal Distribusi Utama

Perencanaan Detail Sistem Terpilih

Water Treatment Plan Reservoir dan Sistem Sistem Jaringan


Intake & Bangunan Pendukung Mekanikal Elektrikal Distribusi Utama

Final Report

Usulan Teknis
Halaman E - 5
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

E.3. Kriteria Perencanaan


E.3.1 Kebutuhan Air Bersih

Secara umum kebutuhan air dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih
dipengaruhi oleh keadaan daerah perencanaan, yaitu :
 Iklim.
 Standar kehidupan.
 Jenis aktivitas.
 Ketersediaan sistem penyediaan air perorangan.
 Harga air.

Agar pelayanan air bersih memenuhi syarat tahapan pelayanan yang direncanakan,
maka dibutuhkan sumber air dimana segi kuantitas memenuhi syarat, atau secara
khusus dinyatakan bahwa kapasitas sumber air harus lebih besar dari kapasitas
kebutuhan air pada hari maksimum.

a. Kebutuhan Air
Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu
perencanaan yang disusun untuk keperluan pada massa datang didasari oleh
pengetahuan tentang masalah yang sama pada masa sebelumnya. Perkembangan
kehidupan dan semua aktivitas merupakan hal yang penting dalam sistem
Penyediaan Air Minum.Angka pertambahan penduduk tidak lepas dari data–
data penduduk sebelumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi angka
pertambahan penduduk seperti masalah kesehatan, sosial, ekonomi, politik dan
lain–lain. Populasi berubah dengan angka–angka kematian, kelahiran dan
perpindahan penduduk.Jadi faktor–faktor seperti kelahiran, kematian dan
migrasi. Proyeksi penduduk berguna untuk memperkirakan kebutuhan air di
masa akan datang dan perkiraan timbulan air buangan akibat pemakain air
tersebut, dengan demikian dapat memberikan tahap perencanaan dan
perkiraan pembiyaan pembangunan. Adapun cara–cara yang diambil untuk
menghitung proyeksi penduduk tergantung oleh beberapa hal berikut,
diantaranya:

Usulan Teknis
Halaman E - 6
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

 Keadaan dan jenis kota.


 Rencana pengembangan kota.
 Data kependudukan yang ada.

Dalam memproyeksikan penduduk digunakan beberapa metode yang cukup


resprensentatif. Akan tetapi perhitungan-perhitungan tersebut tidak
memperhatikan faktor-faktor migrasi, natalitas, mortalitas dan keadaan-
keadaan tertentu lainnya. Dari data yang ada, dapat dikatakan kota ini adalah kota
yang masih berkembang dilihat dari prosentase jenis rumah non permanen yang
masih cukup tinggi. Namun dilihat dari prosentase rumah permanennya yang
mencapai 60 %, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat perekonomian di kota ini
cukup baik.

Metode yang digunakan dalam proyeksi penduduk adalah Metode Aritmatika,


Geometrik, dan Metode Tren Exponensial

Metode Aritmatika
Biasanya digunakan untuk :
 Untuk Kota-kota tua, tidak berkembang dan luas.
 Untuk Kota-kota yang memilik Industri.

Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :


Pn = Po + Ka .x
Ka = (Pn-Po) / t
Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk di tahun akhir data.
Po = Jumlah Penduduk di tahun awal data.
t = Interval waktu tahun data.
x = Jumlah Tahun Proyeksi.
Ka = Angka pertumbuhan penduduk.

Usulan Teknis
Halaman E - 7
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Metode Geometrik
Biasanya digunakan untuk :
 Untuk Kota-kota muda yang cenderung ke industri yang sedang berkembang.
 Untuk Kota-kota tua yang sudah tidak berkembang dengan laju pertumbuhan
penduduk 20-30 % per- tahun.
Persamaan Yang digunakan dalam metode geometrik adalah :
Pn = Po ( 1 + r )n
Ka = (Pt / Po)1/t
Dimana :
Pn = Jumlah Populasi pada tahun yang diinginkan.
Po = Jumlah Populasi pada tahun awal data.
Pt = Jumlah Penduduk ada tahun akhir data.
t = Jumlah Data.
n = Interval atau selang waktu.
r = Rasio pertambahan penduduk.

Metode Tren Exponensial


Biasanya digunakan untuk :
 Untuk Kota-kota tua berukuran, luas.
 Pertumbuhan ekonomi.
 Sistem transportasi.

Persamaan yang digunakan dalam metode least square :


Y = Log a + Log b.x
Dimana :
Y = Proyeksi Penduduk.
X = Variable Waktu.
a, b = Koefisien Regresi.
n = Jumlah Data.

Kebutuhan air untuk sistem penyediaan air bersih terbagi dalam beberapa jenis
kebutuhan :

Usulan Teknis
Halaman E - 8
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

 Rumah tangga (domestik)


 Non domestik (sosial, industri, peribadatan, pendidikan, kesehatan)
 Kehilangan air

Pengelompokkan program pelayanan air bersih berdasarkan jumlah penduduk


ditunjukkan pada berikut.

Tabel E.1 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jenis Kota Dan Jumlah
Penduduk
Kategori Jumlah Penduduk Kebutuhan air
Jenis Kota
Kota (jiwa) (L/or/hari)
I Metropolitan >1.000.000 190
II Besar 500.000- 1.000.000 170
III Sedang 150.000-500.000 150
IV Kecil 20.000-100.000 130
V IbukotaKecamatan 10.000-20.000 100
Sumber : Design Criteria For Water Work Facilities

Tabel E.2 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jenis Kota


Sambungan Sambungan Hidran
Jenis Kota
Rumah Pekarangan Umum
Besar >150
(l/org/hari -
(l/org/hari) -
(L/org/hari)
Sedang 100 60 30
)
Kecil 60 60 30
IKK 60 - 30
Sumber : Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya,

Untuk kota-kota katagori I, II dan III kebutuhan non rumah tangga ditetapkan
menurut hasil survey suatu kota yang bersangkutan dikaitkan dengan master
plan kota, sedangkan untuk kota-kota katagori IV, kebutuhan non rumah
tangga ditetapkan sebesar 10 % dari kebutuhan rumah tangga dan untuk
katagori V ditentukan sebesar 10 % dari kebutuhan rumah tangga.

b. Tingkat Pelayanan
Pelayanan air bersih pada umumnya dilayani melalui dua cara yaitu sambungan
langsung (sambungan rumah/SR) dan hidran umum (HU), dengan proporsi

Usulan Teknis
Halaman E - 9
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

pelayanan 70 : 30, 80 : 20 atau 90 : 10, tergantung kondisi daerah yang


bersangkutan.

c. Kehilangan Air
Kehilangan air yang disebabkan kebocoran teknis maupun administrasi dihitung
dengan perkiraan sebesar 25 % dari total kebutuhan rata-rata. Sedangkan kriteria
dasar kebutuhan air per orang per hari yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan
Umum Dirjen Cipta Karya.

d. Fluktuasi Penggunaan Air


Fluktuasi pemakaian air didasarkan pada :
 kebutuhan air rata-rata
 kebutuhan hari maksimum (Q max )
Qmax = 1,05-1.15 x kebutuhan air rata-rata
 kebutuhan jam puncak (Q peak )
Qpeak = 1,50-1,75 x kebutuhan air rata-rata

E.3.2 Kualitas Air Bersih

Kualitas air bersih yang dihasilkan dari SPAB diharapkan memenuhi standar air
minum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, seperti
ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel E.3 Standar Kualitas Air Bersih Menurut Permenkes No. 492 Tahun
2010
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1 BAKTERIOLOGIS
a. Air Minum
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml
sampel 0
b. Air yang masuk sistem
distribusi
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml
sampel 0

Usulan Teknis
Halaman E - 10
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Jumlah per 100 ml
Total Bakteri Coliform sampel 0
c. Air pada sistem distribusi
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml
sampel 0
Jumlah per 100 ml
Total Bakteri Coliform sampel 0

2 KIMIAWI
BAHAN KIMIA YANG MEMILIKI PENGARUH LANGSUNG PADA
2.1
KESEHATAN
A. BAHAN ANORGANIK
Antirnon Mg/liter 0.005
Air Raksa Mg/liter 0.001
Arsen Mg/liter 0.01
Barium Mg/liter 0.7
Boron Mg/liter 0.3
Kadmium Mg/liter 0.003
Kromium (Valensi 6) Mg/liter 0.05
Tembaga Mg/liter 2
Sianida Mg/liter 0.07
Fluorida Mg/liter 1.5
Timbal Mg/liter 0.01
Molybdenum Mg/liter 0.07
Nikel Mg/liter 0.02
Nitrat (Sebagai NO3) Mg/liter 50
Nitrit (Sebagai NO2) Mg/liter 3
Selenium Mg/liter 0.01
B. BAHAN ORGANIK
Chlorinated Alkanes
Carbon Tetrachloride Mg/liter 2
Dichloromethane Mg/liter 20
dichloromethane Mg/liter 30
Trichloroethane Mg/liter 2000
Chlorrinated ethenes
Vinyl chloride Mg/liter 5
Dichloroethene Mg/liter 30
Dichloroethene Mg/liter 50
Trichloroethene Mg/liter 70
Tetrachloroethene Mg/liter 40

Usulan Teknis
Halaman E - 11
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Aromatic hydrocarbons
Benzene Mg/liter 10
Toluene Mg/liter 700
Xylenes Mg/liter 500
Benzo [a]pyrene Mg/liter 0.7
Chlorinated benzenes
Monochloroebenzene Mg/liter 300
Dichlorobenzene Mg/liter 1000
Dichlorobenzene Mg/liter 300
Trichlorobenzenes (Total) Mg/liter 20
Lain-lain
Di (2-ethylhexy)adipate Mg/liter 80
Di (2-ethylhexy)phthalate Mg/liter 8
Acrylamide Mg/liter 0.5
Epichlorohydrin Mg/liter 0.4
Hexachlorobutadiene Mg/liter 0.6
Edetic acid (EDTA) Mg/liter 200
Tributyltin Mg/liter 2
C. PESTISIDA
Alachhlor Mg/liter 20
Aldicard Mg/liter 10
Aldrin/dieldrin Mg/liter 0.03
Atrazine Mg/liter 2
Bentazone Mg/liter 30
Carbofuran Mg/liter 5
Chlordane Mg/liter 0.2
Chlorotoluron Mg/liter 30
DDT Mg/liter 2
Dibromo
Chloropropane Mg/liter 1
Dichloropropane Mg/liter 20
Dichloropropane Mg/liter 20
Heptachlor and
Heptachlor epoxide Mg/liter 0.03
Hexachlorobenzene Mg/liter 1
Isoproturon Mg/liter 9
Lindane Mg/liter 2
MCPA Mg/liter 2
Methoxychlor Mg/liter 20
Metolachlor Mg/liter 10
Usulan Teknis
Halaman E - 12
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Molinate Mg/liter 6
Pendimethaline Mg/liter 20
Pentachlorophenol Mg/liter 9
Permethrin Mg/liter 20
Propanil Mg/liter 20
Pyridate Mg/liter 100
Simazine Mg/liter 2
Trifluralin Mg/liter 20
Chlorophenoxy
Herbicides selain 2,4-D
Dan MCPA
2,4-DB Mg/liter 90
Dichlorprop Mg/liter 100
Fenoprop Mg/liter 9
Mecoprop Mg/liter 10
2,4 5-T Mg/liter 9
D. SINFEKTAN DAN HASIL SAMPINGANNYA
Ochloramine Mg/liter 3
Rine Mg/liter 5
Mate Mg/liter 25
Rite Mg/liter 200
Prophenol
Trichlorophenol Mg/liter 200
Maldehyde Mg/liter 900
Alomethanes
Bromoform Mg/liter 100
Dibromochloromethane Mg/liter 100
Bromodichloromethane Mg/liter 60
Chloroform Mg/liter 200
Lorinated acetic acids
Mg/liter 50
Dichloroacetic acid
Tricholoroacetaldehyde Mg/liter 100
Loral hydrate
(trichloroacetaldehyde) Mg/liter 10
Logenated acentonitrlles
Dichloroacetonitrile Mg/liter 90
Dibromoacetonitrile Mg/liter 100
Trichloracetonitrile Mg/liter 1
Anogen chlorida Mg/liter 70 Mg/liter Mg/liter

Usulan Teknis
Halaman E - 13
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
(sebagai CN) Mg/liter
Bahan kimia yang memungkinkan dapat menimbulkan keluhan pada
2.2
konsumen
A. BAHAN ANORGANIK
Ammonia Mg/l 1.5
Alumunium Mg/l 0.2
Klorida Mg/l 250
Tembaga Mg/l 1
Kesadahan Mg/l 500
Hidrogen Sulfida Mg/l 0.05
Besi Mg/l 0.3
Mangan Mg/l 0.1
PH - 6.5 – 8.5
Sodium Mg/l 200
Sulfat Mg/l 250
Total zat padat terlarut Mg/l 1000
Seng Mg/l 3
B. BAHAN ORGANIK, Desinfektan dan hasil
Sampingannya
Organik
Toluene Mg/l 24 – 170
Xylene Mg/l 20 – 1800
Ethylbenzene Mg/l 2 – 200
Styrene Mg/l 4 – 2600
Monochlorobenzene Mg/l 10 – 120
Dichlorobenzene Mg/l 1 – 10
Dichlorobenzene Mg/l 0.3 – 30
Trichlorobenzenes (total) Mg/l 5 – 50
Deterjen Mg/l 50
Desinfektan dan hasil
Sampingannya
Chlorine Mg/l 600 – 1000
Cholorophenol Mg/l 0.1 – 10
dichlorophenol Mg/l 03. – 40
trichlorophenol Mg/l 2 - 300
3. RADIOAKTIFITAS
Gross alpha activiy Bq/liter 0.1
Gross beta activity Bq/liter 1
4. FISIK
Parameter fisik

Usulan Teknis
Halaman E - 14
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Warna TCU 15
Rasa dan bau - -
Temperatur oC Suhu udara 30C
Kekeruhan NTU 5
Sumber : Permenkes No. 492 Tahun 2010

E.3.3 Kriteria Yang Digunakan

Secara prinsip besarnya kapasitas pengolahan ditentukan berdasarkan kebutuhan


air hari maksimum ditambah kehilangan air dalam proses pengolahan. Adapun
kriteria perencanaan sistem air minum dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel E.4 Kriteria Perencanaan Sistem Air Minum


No Uraia Kriteria Perencanaan
1 Kapasitas Aliran: n
a. SumberAir Maksimum (Maximum Day Demand) (100-120)
b.KapasitasProduksi liter/orang/hari
c. Pemakaian Air
d. Pompa: Hari Maksimum (Maximum Day Demand) Peak
 Intake Hour (Peak Hour Demand)
 Distribusi
e. Jaringan Perpipaan: Hari Maksimum (Maximum Day Demand) Hari
 Transmisi Rerata dan Peak Huor
 Distribusi
2 Faktor Pengaliran
a. Harian Maksimum (max. day (1,05-1,15)
Factor) (1,501,75)
b. Jam Puncak (Peak Hour Factor)

3 Dimensi Pipa
a. Kecepatan Aliran(VelocityFlow) (0,3-2,0)meter/detik
b. Diameter pipa Induk/primer > 150 mm
c. Diameter Pipa Sekunder/tersier < 150 mm

4 Kualitas dan Tekanan Kerja di


Jaringan Stander PERMENKES RI No.416/1990dan
a. Kualitas PERMENKES RI No. VII/2002 (40-60) meter
b. Distribusi kolom air (MKA) (10-20) meter kolom air (MKA)
c. Minimum sisa tekanan

Usulan Teknis
Halaman E - 15
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

No Uraia Kriteria Perencanaan


5 Jam Operasi n 24 Jam
6 Kapasitas Reservoar (storage (10%-15) x Hari Rerata
capacity) Kehilangan Air (20%-25%) x total Demand Consumption
(Uncounted for water)

Sumber: Analisa Konsultan

E.4. Inventarisasi Unit Pengolahan

Pada umumnya, sebuah bangunan pengolah air minum terdiri atas unit operasi dan
unit proses. Unit operasi dan unit proses merupakan suatu unit yang mengolah air
minum secara fisik, kimia dan biologi bergantung kepada kegunaannya. Unit operasi
ialah suatu unit yang digunakan untuk mengolah air minum secara fisik sedangkan
unit proses ialah suatu unit yang digunakan untuk mengolah air minum secara
kimia.

Beberapa contoh unit operasi ialah sedimentasi, flotasi dan media filter berbutir.
Beberapa contoh unit proses ialah koagulasi, flokulasi, penyerapan karbon,
pertukaran ion dan klorinasi. Tingkat pengolahan air tergantung kepada kualitas air
baku dan hasil akhir yang diinginkan. Karena tingkat pengolahan menentukan
jumlah dan tipe unit operasi dan unit proses yang digunakan, maka terdapat
sejumlah rangkaian pengolahan yang biasa digunakan dalam pengolahan air.
Sedangkan dasar untuk memilih alternatif proses pengolahan ditentukan oleh:
 Karakteristik air baku
 Hasil akhir kualitas yang diinginkan
 Tersedianya perlengkapan utama pemeliharaan setelah konstruksi selesai
 Kecakapan operator dan personil pemeliharaan
 Kemudahan operasi dan pemeliharaannya
 Penanganan buangan yang memenuhi syarat
 Minimasi harga

Usulan Teknis
Halaman E - 16
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

E.4.1 Bangunan Sadap (Intake)

Intake merupakan suatu bangunan penangkap atau pengambilan air baku yang akan
diolah sesuai dengan perencanaan. Pada intake, air baku akan dikumpulkan dan
ditransmisikan ke bangunan pengolahan.

Syarat utama bangunan intake adalah kehandalan, keamanan dan pengoperasian


yang minimal. Terdapat bermacam-macam jenis intake yang tergantung kepada
lokasi penangkapan air.

a. Intake Tower (dipasang pada air tanah)


Kriteria intake tower :
 Lokasi
Sedekat mungkin dengan tepian air namun ditempatkan dimana kedalaman air
minum 10 ft (3 m) dengan perkecualian intake berukuran kecil.
 Bentuk dan Ukuran

Bagian puncak tower mempunyai ketinggian minimal 5 ft (1,5 m) diatas


permukaan air tertinggi. Jembatan penghubung juga mempunyai ketinggian
yang sama. Diameter dalam tower harus cukup besar untuk meletakkan dan
memperbaiki pintu intake.
 Struktur
Material yang dipergunakan untuk membangun tower harus kuat dan tahan
lama seperti ranforced concread dan harus dibangun diatas pondasi yang
kokoh sehingga dapat bertahan saat banjir.

b. Intake Ports
Kriteria intake port :
 Pintu intake Ports harus tersedia untuk beberapa kedalam air.
Pintu terendah terletak 2 ft dari dasar, interval vertikal pintu - pintu tersebut
10-15 ft (3-4,5 m). Kecepatan aliran yang melewati pintu pada ketinggian yang

Usulan Teknis
Halaman E - 17
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

sama tidak boleh melebihi 1 fps (0,3 m/s). Di daerah - daerah sering terjadi
pembekuan air, kecepatan aliran diharapkan dibawah 0,5 fps (0,15 m/s).
 Bar screen harus tersedia pada setiap pintu. Terletak pada bagian luar katup,
diameter batang barscreen 0,5-0,75 inchi yang terbuat dari baja dan terletak 2-
3 inchi antara satu dengan yang lainnya. Pada kondisi normal kecepatan
melewati bukaan screen tidak boleh melewati 2 Food and Beverage Service (0,6
m/s). Pada kasus khusus kecepatan dibatasi dibawah 0,35 Food and Beverage
Service (0,1 m/s) untuk mencegah ikan kecil terhisap.
 Fine screen untuk menyisihkan benda-benda terapung dan melindungi pada
sebagian besar kasus, jarak bukaan saringan berkisar antara 3/16-3/8 inchi (5-
9,5 mm) dan kecepatan maksimal 2 ft. Penggunaan pembersih hidrolis sangat
direkomendasikan.

c. Shore Intake (dipasang pada sungai)


Kriteria shore intake :
 Lokasi
Ditempatkan diketinggian air minimum 6 ft (1,8m).
 Tipe
Shore intake tipikal : tipe sumur shipon, tersuspensi, terapung,
tergantung situasi.
 Struktur
Tergantung tipe intake, tapi pada dasarnya sama dengan intake tower.

d. Intake Bay
Kriteria intake bay :
 Intake Bay harus dapat dilewati aliran air dengan kecepatan maksimum 1,5 fps.
Jika terdapat sampah atau es dalam jumlah yang besar kecepatan, harus
diturunkan sehingga dibawah 1 fps (0.3 m/s).
 Bar screen dipasang pada intake bay pada kemiringan 60 dari arah horizontal,
diameter batang screen ½ - ¾ inchi dengan jarak batang 2-3 inchi. Kecepatan
aliran yang melalui saringan tidak boleh lebih dari 2 fps (0,6 m/s).

Usulan Teknis
Halaman E - 18
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

 Fine screen sering dipasang setelah bar screen dan sering pula di grid chamber.
Jarak bukaan 3/16-3/8 inchi (5-9,5 mm). Kecepatan minimal yang melewati
bukaan harus diatur agar benda-benda yang hanyut tidak mengendap.

e. Intake Grib (dipasang pada danau)


Kriteria intake crib :
 Lokasi
Lebih dari 10 ft (3 m) dari permukaan dan terletak dilokasi dimana intake Crib
tidak akan terbenam oleh sedimen, terbawa aliran sungai
 Struktur
Terletak pada area dimana ketinggian air lebih dari 10 ft. puncak intake harus
berada 3 ft dari dasar. Jika ketinggian air < 10 ft. Grib harus diletakkan
dibawah dasar sungai sejauh 1-3 ft semua sisi grib harus dilindungi dan
ditembok batu/lempengan beton. Kecepatan maximum aliran yang lewat 0,25-
0,5 fps (0,08-0,15 m/s).

f. Intake Pipa / Conduit


Kriteria Intake Pipa / Conduit :
 Ukuran
Dalam rangka mencegah akumulasi sedimen, ukuran pipa/conduit harus
memadai untuk dapat dilewati dengan kecepatan aliran maksimum 3 - 4 fps (
0,9-1,2 m/s ).
 Perlindungan
Jika pipa atau conduit harus menyeberangi sungai atau danau menuju
puncaknya harus dilindungi.Kadang - kadang pecahan batu harus diletakkan
diatas selokan penghubung sebagai pelindung.
 Kemiringan
Untuk menghindari terjebaknya udara dalam saluran pipa/conduit harus
diletakkan dalam kondisi miring.

Usulan Teknis
Halaman E - 19
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

E.4.2 Pipa Transmisi


Dalam menentukan jalur (trace) pipa transmisi beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah ;
 Mencari jalur terpendek sehingga biaya pemasangan dan pengadaan pipa dapat
ditekan seminimal mungkin
 Mencari lokasi yang mudah untuk melakukan pengontrolan karena hal ini
penting dalam operasional dan pemeliharaan di masa datang
 Mempermudah penempatan /peletakan infrastucture sistem transmisi, misalnya
untuk sistem transmisi yang menggunakan pipa blow off
 Menghindari hambatan seminimal mungkin, sehingga tidak diperlukan
pembuatan jembatan pipa, gorong-gorong atau crossing dengan infrastructure
lainnya disekitar lokasi kegiatan, namun bila memang jalur (trace) pipa berada
pada lokasi yang padat (di dalam kota atau di area permukiman) maka
diperlukan pembuatan bangunan-bangunan pelengkap agar sistem transmisi
dapat berfungsi dengan baik.

Tabel E.5 Kriteria Desain Sistem Pipa Transmisi

No Kriterai Desain Standar

1 Debit Perencanaan Qmax = F maks x Qpeak


2 Faktor hari maksimum (Fmaks) F maks = 1,1
3 Kecepatan aliran air bersih dalam pipa (PVC)
 Kec. minimum Vmin = 0,5 m/detik
 Kec. maksimum Vmaks = 3,0 m/detik
4 Tekanan air dalam pipa (PVC)
 Tek. minimum  Tek. Minimum = 10 m
 Tek. maksimum  Tek. Maksimum = 90 m

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2001

E.4.3 Prasedimentasi

Prasedimentasi ialah bak pengendap dengan waktu detensi yang relatif lama.Pada
bak predimentasi terjadi penyisihan partikel - partikel suspensi pada air yang
memiliki kekeruhan tinggi dengan jalan pengendapan secara gravitasi. Bak
Usulan Teknis
Halaman E - 20
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

prasedimentasi hanya terbawa ke dalam proses koagulasi flokuasi dan menghambat


kedua proses tersebut.

Kriteria perencanaan
Perbandingan panjang dan lebar bak biasanya 4:1 - 6:1. Pada umumnya cara
pengendapannya adalah free settling, yaitu mengendap dengan sendirinya (gravitasi)
tanpa bantuan bahan kimia lainnya.

Perhitungan :
a. Luas permukaan zone pengendapan (As)
Dihitung berdasarkan asumsi bahwa bak merupakan tangki ideal. Luas
permukaan (As) bak pengendap dapat dihitung dengan menggunakan formula:
As = Q/So
Dimana :
Q = debit (m3/jam)
So = surface loading (m3/m2/jam)

b. Kedalaman minimum zone pengendapan


Hmin = 1/12 x L0.8
Dimana :

H = kedalaman (m)
L = panjang bak (m)

c. Panjang weir
L = Q / (5H x VS)
Dimana :
L = panjang wair (m) Q = debit (m3/det)
H = dalamnya zone pengendapan (m) Vs = kecepatan mengendap (m/det)

d. Besarnya aliran
Q = 1.9 B x h3/2

Usulan Teknis
Halaman E - 21
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Dimana :
Q = debit (m3/det)
B = panjang ambang (m)
h = tinggi air diatas weir (m)

E.4.4 Instalasi Pengolahan Air


Pada hakekatnya pengolahan air minum adalah upaya untuk pendapatkan air
minum dengan kualitas sesuai dengan stadar yang berlaku dengan cara fisika, kimia
ataupun secara biologis. Fasilitas pengolahan air minum harus mempunyai
kemampuan untuk mengolah air baku yang belum memenuhi syarat untuk air
minum menjadi air olahan dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan.
Fasilitas pengolahan air yang dipilih harus mampu selalu berfungsi dengan baik
walaupun saat kondisi air baku paling buruk. Air olahan yang dihasilkan harus selalu
memenuhi kriteria kualitas air bersih. Secara umum terdapat empat metoda
pengolahan air minum yang banyak digunakan yaitu:
 Sistem khlorinisasi
Proses pengolahan air minum dengan sistem ini hanya dilakukan pembubuhan
khlor sebagai desinfektan
 Sistem saringan pasir lambat.
Fungsi utama dari sistem ini adalah terbentuknya lapian film di atas saringan
pasir yang dapat menjernihkan air secara biokimia.
 Sistem saringan pasir cepat (Proses koagulasi-flokulasifiltrasi)
Pada metoda ini bagian yang utama adalah koagulasi –flokulasi atau dengan
pengendapan dengan menggunakan senyawa kimia dan saringan cepat.
 Pengolahan khusus
Sistem pengolahan air bersih yang dilengkapi dengan pengolahan khusus,
karena ada unsur-unsur khusus pada air baku. seperti misalnya pada kasus air
dengan kandungan besi tinggi maka diperlukan pengolahan preklorinasi, aerasi,
pengaturan pH, dan metode pengolahan dengan bakteri besi. Pada kasus
pencemaran detergen diperlukan pemakain karbon aktif granular setelah melalui
filter.

Usulan Teknis
Halaman E - 22
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Unit-unit Instalasi Pengolah Air diuraikan sebagai berikut :


a. Unit Pra Sedimentasi (Grit Chamber)
 Fungsi
untuk memisahkan pasir, tanah dan juga sampah yang terbawa oleh aliran air
baku, agar tidak terjadi pengendapan pada perpiapaan atau saluran yang
menyebabkan penyumbatan ataupun kerusakan pada pompa.
 Lokasi dan Bentuk
Lokasi dan bentuk kolam pemisah pasir harus ditentukan dengan pertimbangan
sebagai berikut :
 Kolam pemisah pasir harus dibangun dekat titik penyadapan (intake) dan
dibangun dalam tanah.
 Bentuk kolam harus persegi panjang (rectangular) atau melebar pada bagian
pemasukan (inflow) dan menyempit pada bagian pengeluaran (out flow).
 Jumlah kolam pemisah pasir harus lebih dari dua buah tetapi jika memakai
satu buah saja harus dibagi memjadi dua atau dilengkapi dengan saluran
pintas (by pass).
 Untuk Bak dengan bentuk persegi panjang (rectangular basin), panjang bak
dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :
L = Panjang bak (meter)
H = Kedalaman efektif air di dalam bak (meter)
U = Kecepatan pengendapan partikel yang akan dipisahkan (cm/det).
V = Kecepatan rata-rata aliran di dfalam bak (cm/det)
K = Koeficient (safety rate) besarnya 1,5 – 2,0
 Kriteria Desain
 Waktu tinggal (residence time) standar : 10 - 20 menit.
 Kecepatan aliran horizontal dalam kolam rata-rata : 2 -7 cm/detik.
 Tinggi permukaan air maksimun dalam bak harus diatur lebih rendah dari
permukaan air minimun di titik penyadapan.

Usulan Teknis
Halaman E - 23
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

 Kedalaman efektif bak antara : 3 - 4 meter.


 Jarak antara tinggi permukaan air maksimun dalam bak dengan bibir bak
yakni : 60 - 100 cm

b. Unit Koagulasi
 Fungsi
Partikel-partikel kotoran dalam air baku yang mempunyai ukuran dengan
diameter 10-2 mm dengan cara pengendapan biasa tanpa bahan kimia. Tetapi
untuk partikel yang sangat halus dengan ukuran lebih kecil 10-2 mm dan juga
partikel-partikel koloid sulit untuk dipisahkan dengan pengendapan tanpa
bahan kimia. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air misalnya untuk
penghilangan warna organik, proses koagulasi sangat penting agar partikel
koloid yang sulit mengendap tadi dapat digumpalkan sehingga membentuk grup
partikel yang lebih besar dan berat yang dengan cepat dapat diendapkan atau
disaring. Untuk itu perlu bak koagulasi untuk mendapatkan proses koagulasi
yang efektif.
 Proses
Proses koagulasi dibagi menjadi dua tahap yang pertama yaitu koagulasi
partikel-partikel kotoran menjadi flok-flok yang masih halus/kecil dengan cara
pengadukan cepat segera setelah koagulan dibubuhkan.
Tahap ini disebut dengan pencampuran cepat dan prosesnya dilakukan pada bak
pencampur cepat (mixing basin). Tahap selanjutnya adalah proses pertumbuhan
flok agar menjadi besar dan stabil yaitu dengan cara pengadukan lambat pada
bak flokulator. Proses tersebut dinamakan flokulasi. Dengan demikian untuk
proses koagulasi diperlukan dua buah bak yakni untuk bak pencampur cepat dan
bak flokulator.
Bak pencampur cepat harus dilengkapi dengan alat pengaduk cepat agar bahan
kimia (koagulan) yang dibubuhkan dapat bercampur dengan air baku secara
cepat dan merata. Oleh karena kecepatan hidrolisa koagulan dalam air besar
maka diperlukan pembentukan flok-flok halus dari koloid hidroksida yang
merata dan secepat mungkin sehingga dapat bereaksi dengan partikel-partikel
kotoran membentuk flok yang lebih besar dan stabil. Untuk itu diperlukan

Usulan Teknis
Halaman E - 24
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

pengadukan yang cepat. Ada 2 (dua) cara pengadukan yang dapat dipakai yaitu
pengadukan dengan energi yang ada dalam air itu sendiri dan pengadukan
dengan energi yang didapat dari luar.
1. Pengadukan Berdasarkan Energi Dari Air Itu Sendiri
Dapat dilakukan dengan cara aliran dalam bak/kolam dengan sekat horizontal
maupun vertikal (baffled flow type). Atau dapat juga dengan membuat aliran
turbulen dalam sistem perpipaan dengan kecepatan aliran di atas 1,5 m/detik.
Selain cara tersebut di atas dapat juga dilakukan dengan Parshall flume
ataupun dengan cara menyemprotkan melalui lubang-lubang kecil (nozzle)
2. Pengadukan Berdasarkan Energi Mekanik Dari Luar
Cara yang paling umum dipakai yaitu dengan flush mixer yang berupa motor
dengan alat pengaduk berupa baling-baling (propeler) maupun paddle,
dengan kecepatan rotasi lebih kecil 1,5 m/detik. Waktu pengadukan standar
antara 1 - 5 menit.
 Kriteria Desain
 Gradien kecepatan (gradient velocity)
Untuk pencampuran cepat harga G : 700 – 1.000 detik-1
Gradien kecepatan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :
G = gradient kecepatan ( detik-1 )
P = power input, Watt (N.m/s)
V = Volume bak pencampur cepat (m3)
µ = Viskositas (N.s/m2)
 Waktu Tinggal
Waktu tinggal dalam bak pencampur : 1 - 4detik

c. Unit Flokulasi
 Fungsi
Untuk pembentukan flok-flok agar menjadi besar dan stabil sehingga dapat
diendapkan dengan mudah atau disaring. Untuk proses pengendapan dan

Usulan Teknis
Halaman E - 25
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

penyaringan maka partikel-partikel kotoran halus maupun koloid yang ada


dalam air baku harus digumpalkan menjadi flok-flok yang cukup besar dan kuat
untuk dapat diendapkan atau disaring. Flokulator pada hakekatnya adalah
kombinasi antara pencampuran dan pengadukan sehingga flok-flok halus yang
terbentuk pada bak pencampur cepat akan saling bertumbukan dengan
partikel-partikel kotoran atau flok-flok yang lain sehingga terjadi gumpalan
gumpalan flok yang besar dan stabil. Proses pembentukan flok dimulai dari
proses koagulasi sehingga terbentuk flok-flok yang masih halus. Flok-flok
tersebut akan saling bertumbukan dengan sesama flok atau dengan partikel
kotoran yang ada dalam air baku sehingga akan menggabung membentuk
gumpalan flok yang besar sehingga mudah mengendap.
 Proses
Di dalam proses flokulasi hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
 Proses flokulasi harus sesuai dengan cara pengadukan yang dilakukan agar
pembentukan flok dapat berjalan dengan baik dan efektif.
 Kecepatan pengadukan di dalam bak flokulator harus bertahap dan
kecepatannya makin pelan kearah aliran keluar (down stream).
 Perencanaan peralatan pengadukan didasarkan pada perhitungan gradien
kecepatan dalam bak flokulator
Menurut Camp dan Stein, kecepatan pembentukan flok berbanding lurus dengan
konsentrasi partikel atau flok per satuan volume, diameter flok dan juga gradien
kecepatan ( harga G ). Dalam arti bahwa untuk mendapatkan flok-flok dengan
ukuran yang besar maka makin besar konsentrasi flok maka pertumbuhan flok-
flok agar tumbuh membentuk flok dengan ukuran yang besar akan lebih cepat.
Pada saat pembentukan flok mencapai tingkat ukuran tertentu maka flok-flok
tersebut menjadi tidak stabil dan akan mudah pecah kembali akibat gesekan
yang disebabkan karena aliran air. Oleh karena itu kecepatan pengadukan harus
dibatasi sampai tingkat tertentu pula. Hal ini biasanya ditunjukkan dalam
parameter gradien kecepatan.
 Kriteria Desain
 Gradien Kecepatan (gradient velocity)
Untuk pencampuran lambat harga G : 10 – 75 detik-1

Usulan Teknis
Halaman E - 26
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Gradien kecepatan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

dimana :
Td = waktu pengadukan atau waktu tinggal
Q = Laju alir air baku (m3/s)
G = gradient kecepatan (detik-1)
P = power input, Watt (N.m/s).
 = Densitas air (Kg/m3)
H = Total head loss (m)
V = Volume bak pencampur cepat (m3)
µ = Viskositas (N.s/m2)
 Waktu pengadukan rata-rata : 20 - 40 menit.

d. Unit Sedimentasi
 Fungsi
Unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok kimia secara
gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air bersih umumnya untuk
menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan proses pengolahan
selanjutnya.
 Proses
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengendapan antara lain yakni
kecepatan pengendapan partikel yang mana sangat dipengaruhi oleh ukuran
partikel, density partikel serta bentuk partikelnya.
Untuk bak pengendap dengan aliran kontinyu, biasanya dapat di bagi menjadi 4
(empat) bagian yaitu :
1. Bagian Pemasukan ( Inlet Zone )
2. Bagian Pengendapan ( Settling Zone )
3. Bagian dasar/lumpur ( Bottom Zone)
4. Bagian Pengeluaran (Outlet Zone)
Usulan Teknis
Halaman E - 27
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Efisiensi pengendapan ditunjukkan oleh ratio dari partikel- partikel yang


mengendap dengan jumlah partikel yang masuk.

Gambar E.3 Skema Bak Pengendapan Ideal Bentuk Persegi Panjang

Keterangan :
Vd = pengendap.
V0 = kecepatan pengendapan partikel yang mengendap penuh di
bak pengendap dengan waktu pengendapan to
Q = laju alir air baku.
A = luas permukaan bak pengendap.
h0 = kedalaman bak pengendap.
C = Volume Bak.
memperbesar efisiensi bak pengendap dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
 Memperbesar luas permukaan bak pengendap (A),
 Memperbesar kecepatan pengendapan partikel (flok), dengan cara proses
flokulasi yang baik.
 Memperkecil laju alir air baku ke dalam bak pengendap (Q) atau dengan kata
lain memperkecil kecepatan horizontal (Vd)
 Kriteria Desain
 Pada prinsipnya terdiri dari dua bak atau lebih.
 Volume bak pengendap harus cukup untuk : 3 - 5 jam penampungan.
 Kecepatan lairan rata-rata dalam bak : maksimum 40 cm/menit.
 Kedalaman efektif bak pengendap : 3 - 4 meter, untuk ruang lumpur 30 cm.

Usulan Teknis
Halaman E - 28
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

 Perbandingan panjang/lebar antara : 3 - 8, untuk bak pengendap berbentuk


lingkaran (circular), perbandingan diameter bak/ kedalaman bak antara 12 -
16
 Beban permukaan 20 –50 m3/m2.hari (JWWA)
 Weir Loading 350 – 400 m3/m.hari.
 Untuk bak pengendap persegi panjang, slope dasar bak antara 1/200 - 1/300,
jika ada peralatan pengerukan lumpur secara mekanik, slope dasar bak
dapat diperkecil sampai 1/500 - 1/1000

e. Unit Filtrasi
 Fungsi
Memisahkanpadatan tersuspensi dari dalam air yang diolah. Pada penerapannya
filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang tidak
terendapkan pada proses sedimentasi. Pada pengolahan air buangan, filtrasi
dilakukan setelah pengolahan kimia-fisika.
 Proses
Di dalam pengoperasian saringan pasir cepat terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu :
1. Tahap Penyaringan (filtrasi)
2. Pencucian Filter atau pencucian balik (back wash)
3. Penyaringan awal setelah pencucian filter dibuang untuk beberapa saat.
Untuk proses operasi secara otomatis diperlukan beberpa peralatan kontrol
antara lain :
 Alat kontrol laju aliran (flow rate controler)
 Alat indikator Headloss
 Turbiditi-meter on line.
Di dalam perencanaan sistem saringan pasir cepat (filter plant), beberpa hal
yang perlumdilakukan antara lain :
 Menghitung luas filter yang diperlukan
 Menetukan jumlah filter yang tepat
 Pemilihan tipe pengontrolan aliran
 Pemilihan tipe sistem penguranan atau pengetapan (underdrain system).
 Pemilihan material media filter, ukuran serta distribusi ukuran.

Usulan Teknis
Halaman E - 29
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

 Pemilihan sistem pencucian balik dan sistem pencucian pembantu.


 Perencanaan saluran pencuci
 Perencanaan pipa inlet, outlet, pipa pencuci utama
 Menentukan kedalaman filter
 Perencanaan pompa pencuci, tangki elevasi dll
 Kriteria Desain
 Gravity declining rate filtration type
 Single media silica sand
 Effective grainsize 0.6 - 0.7
 Uniform coefisien 1.3
 Filtration rate (6 – 15) m3/m2/hour
 Backwashing period 24 – 48 hour
 Backwashing metod combine self backwashing and pump

E.4.5 Bak Penampungan (Reservoir)

Reservoir merupakan suatu bangunan konstruksi yang berfungsi untuk


menampung air yang telah diolah untuk didistribusikan kepada konsumen.
Reservoir dipergunakan untuk menyediakan tampungan air guna memenuhi
fluktuasi jumlah pemakaian air. Pada saat pemakaian air di bawah konsumsi air
rata-rata maka suplai air yang lebih akan ditampung di dalam reservoir untuk
mengimbangi pemakaian air dalam jumlah yang besar pada jam-jam puncak.

Reservoir harus terletak sedekat mungkin dengan pusat pemakaian air. Pemakaian
air dalam reservoir harus cukup tinggi untuk memungkinkan aliran gravitasi dengan
tekanan yang cukup ke sistem distribusi yang akan dilayani.

Pada kota-kota besar, beberapa reservoir dapat diletakkan pada titik-titik strategis di
dalam kota. Air biasanya dipompakan ke dalam suatu reservoir dan kemudian
dilepaskan ke jaringan sistem distribusi dengan aliran gravitasi. Kapasitas yang
dibutuhkan dari suatu reservoir ditetapkan berdasarkan topografi dan ciri-ciri lain

Usulan Teknis
Halaman E - 30
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

dari daerah yang akan dilayani (Sank, 1982). Berdasarkan keadaan


topografinya, reservoir dapat dibedakan sebagai berikut:
 ground reservoir, adalah jenis reservoir yang terletak di bawah permukaan tanah.
Karena letaknya tersebut maka reservoir ini sangat dipengaruhi oleh fluktuasi
permukaan air, oleh sebab itu konstruksi reservoir jenis ini dilengkapi dengan
sekat-sekat pembatas. Ground reservoir harus dapat menampung 2/3 dari volume
total kebutuhan air maksimum harian daearah pelayanan pada tahun akhir umur
teknis reservoir tersebut.
 elevated reservoir, adalah reservoir yang diletakkan pada ketinggian, biasanya
berupa menara. Volume yang dapat harus ditampung minimal 1/3 dari volume
total kebutuhan harian maksimum daerah pelayanan.

Kapasitas reservoir baik ground reservoir maupun elevated reservoir ditentukan


dengan analisa fluktuasi pemakaian air dan pengalirannya yang didasarkan pada
akumulasi kuantitas pengaliran dan pemakaian air selama satu hari.

Rumus yang digunakan untuk menentukan volume reservoir adalah:


V = (% reservoir x Qhm)
dimana:
V = volume (m3)
Qhm = pemakaian air harian maksimum (m3)

Sedangkan reservoar itu sendiri menurut operasinya serta fungsinya dibagi menjadi:
 Equalizing Reservoir (Buffer/Balancing Reservoir)
Air dipompakan ke elevated reservoar dan jaringan distnibusi. Air bergerak ke
elevated reservoir ketika pemakaian sedikit atau tidak ada pemakian. Dan air
bergerak dari elevated bersama dengan pemompaan menuju area pelayanan.
 Distribution Reservoir (Fill and Draw)
Air dipompakan langsung ke elevated reservoir dan air minum mengalir secara
gravitasi menuju area pelayanan. Reservoar tersebut biasanya digunakan untuk
meratakan tekanan pada sistem distribusi. Kapasitas reservoar, baik itu ground
maupun elevated reservpoir ditentukan dengan analisis fluktuasi pemakaian air

Usulan Teknis
Halaman E - 31
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

dan pengalirannya. Analisis ini didasarkan pada akumulasi kuantitas pengaliran


dan pemakaian selama satu hari.

Kriteria Perencanaan
 Waktu penampungan (td) = (1-2) menit
 Bentuk empat persegi panjang

Perhitungan
 Volume bak
V = Q .td
Dimana :
Q = debit aliran
td = waktu penampungan
 Ketinggian air di dalam alat ukur
H = (Q/(2,36 x C))2/5
Dimana :
H = koefisien kontraksi (0,6)

E.4.6 Unit Distribusi


a. Sistem Perpipaan

Jaringan perpipaan digunakan untuk mengalirkan air minum ke semua blok- blok
pelayanan suatu daerah pelayanan atau merupakan sarana fisik yang bertujuan
untuk mentransportasikan air minum dari tempat penampungan (reservoar)
menuju konsumen di daerah pelayanan. Selain itu sistem distribusi harus pula
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan lain agar dapat berfungsi
dengan baik.

b. Klasifikasi Sistem Perpipaan


Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah :
 Memisahkan bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga
memberikan beberapa keuntungan seperti:
Usulan Teknis
Halaman E - 32
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

 Kemudahan dalam pengoperasian, sesuai dengan debit yang mengalir.


 Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan.
 Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan, sehingga setiap daerah
pelayanan mendapatkan sisa tekan relatif tidak jauh berbeda.
 Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika dilakukan
perluasan tidak perlu mengganti jaringan yang sudah ada, dengan catatan
masih memenuhi syarat kriteria hidrolis.
 Jaringan perpipaan distribusi air minum diklasifikasikan sebagai berikut:
 Feeder System (Pipa hantar distribusi)
Pipa hantar dalam sistem distribusi biasanya memberikan bentuk atau
kerangka dasar sistem distribusi ini. Pipa hantar distribusi dapat dibedakan
sebagai berikut:
 Pipa Induk Utama (Primary Feeder)
Pipa induk utama merupakan pipa distribusi yang mempunyai jangkauan
terluas, dan diameter terbesar. Pipa ini melayani dan menghubungkan
daerah-daerah (blok - blok) pelayanan di daerah pelayanan, dan disetiap
blok memiliki satu atau dua titik penyadapan (tap) yang dihubungkan
dengan pipa cabang atau sekunder (secondary feeder). Hubungan ini
dikenal sebagai tapping.Secara fisik, pipa induk utama di atas dibagi sebagai
berikut :
- Diameter pipa minimal 150 mm (6”)
- Kecepatan aliran maksimal 3.0-5.0 m/det tergantung jenis pipa
- Head statis yang tersedia tidak lebih dari 80 m tergantung jenis dan kelas
pipa
- Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik kritis, dengan sisa
tekan tidak kurang dari 10 m
- Tidak melayani penyadapan langsung ke rumah-rumah
- Jenis pipa yang dipilih harus mempunyai ketahanan tinggi
- Dimensinya direncanakan untuk mengalirkan air sampai dengan akhir
perencanaan dengan debit puncak.
Kriteria teknis yang harus diambil dalam perencanaan pipa induk adalah :

Usulan Teknis
Halaman E - 33
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

- Lokasi jalur pipa dipilih dengan menghindari medan yang sulit, seperti
bahaya tanah longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang
menyebabkan lepas atau pecahnya pipa.
- Jalan pipa sedapat mungkin dipilih diatas tanah milik pemerintah atau
sepanjang jalan raya atau jalan umum.
- Jalur pipa sedapat mungkin menghindari belokan tajam baik horizontal
maupun vertikal dan menghindari siphon yang aliran airnya di atas garis
hidrolis.
- Untuk jalur pipa yang panjang dimana air terpaksa dipompa, katup atau
tangki pengaman harus mencegah terjadinya water hammer.
- Jalur pipa diusahakan sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalur
kereta api, jalur yang kurang stabil sebagai dasar pipa dan daerah yang
dapat menjadi sumber kontaminasi.
 Pipa Cabang/Pipa Sekunder (Secondary Feeder)
Merupakan jalur hantaran yang kedua dari sistem. Pipa ini meneruskan air
yang di sadap dari pipa induk utama ke suatu blok pelayanan. Pipa ini
selanjutnya mempunyai percabangan terhadap pipa service. Secara fisik,
pipa cabang dibatasi sebagai berikut :
- Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen
- Diameternya dihitung dari banyaknya sambungan yang melayani
konsumen
- Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih dari pipa induk utama.
 Pipa Pelayanan Distribusi (Distribusi System)
Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder dan
langsung melayani konsumen. Diameter yang dipakai tergantung pada
besarnya pelayanan terhadap konsumen. Sistem pipa ini dibedakan
menjadi:
 Pipa Distribusi Tersier (Small Distribution Main)
 Pipa Servis (Service Line)

Usulan Teknis
Halaman E - 34
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

c. Pola Jaringan Perpipaan


Pola jaringan perpipaan sistem distribusi air minum umumnya dapat
diklasifikasikan menjadi sistem jaringan melingkar (Grid Sistem), sistem
jaringan bercabang (Branch System) dan sistem kombinasi dari ke duanya.
Bentuk sistem perpipaan tersebut tergantung pada pola jaringan, topografi,
tingkat dan tipe perkembangan daerah pelayanan, serta lokasi instalasi
pengolahan.
 Sistem Jaringan Perpipaan Bercabang
Sistem jaringan perpipaan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main
feeder), disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan
pipa cabang lainnya, sampai akhirnya pada pipa yang menuju konsumen.
Dari segi ekonomis sistem bercabang ini sangat menguntungkan, karena
panjang pipa lebih pendek, dan diameter yang lebih kecil, namun dari segi
operasional mempunyai keterbatasan, diantaranya:
 Timbulnya rasa dan bau, akibat adanya “dead end” pada ujung-ujung pipa
cabang. Untuk mengatasi hal itu diperlukan pengurasan pada waktu-waktu
tertentu, hal ini mengakibatkan kehilangan air yang cukup besar.
 Jika terjadi kerusakan, akan terdapat daerah pelayanan yang tidak akan
mendapatkan air, karena tidak adanya sirkulasi air.
 Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hidran lebih sedikit, karena aliran
satu arah.
 Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk daerah pelayanan
dengan karakteristik sebagai berikut:
 Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah
 Jalur jalannya tidak berhubungan satu sama lainnya
 Elevasi permukaan tanahnya mempunyai perbedaan tinggi dan menurun
secara teratur.
 Luas daerah pelayanan relatif kecil
 Sistem Jaringan Perpipaan Melingkar
Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa induk dan cabang yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk suatu loop (jaringan
yang melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi.

Usulan Teknis
Halaman E - 35
DED SPAM REGIONAL JAYATANI

Dari pipa induk dilakukan penyadapan oleh pipa cabang dan selanjutnya dari
pipa cabang dilakukan pendistribusian untuk konsumen. Dari segi ekonomis,
sistem ini kurang menguntungkan karena diperlukan katup dan diameter pipa
yang bervariasi, sedangkan dari segi hidrolis (pengaliran), sistem ini lebih
baik karena jika terjadi kerusakan pada sebagian sistem, selama perbaikan
daerah layanan masih dapat disuplai melalui loop lainnya.Sistem jaringan
perpipaan melingkar digunakan untuk pelayanan dengan karakteristik sebagai
berikut :
 Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah
 Jaringan jalannya berhubungan satu dengan yang lainnya
 Elevasi tanahnya relatif datar
 Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi
Sistem jaringan perpipaan kombinasi, merupakan gabungan dari sistem
jaringan perpipaan cabang dan jaringan perpipaan melingkar. Sistem ini
diterapkan untuk daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut :
 Kota yang sedang berkembang
 Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, demikian pula jaringan jalannya
tidak berhungan satu sama lainnya pada bagian tertentu
 Terdapat daerah pelayanan yang terpencil
 Elevasi muka tanah yang bervariasi

E.4.7 Unit Penunjang


Unit Penunjang dalam Sarana dan Prasarana Air Minum merupakan Sarana
pelengkap dalam suatu sistem pengadaan air minum dimana berfungsinya untuk
memperlancar sistem beroperasi dan menghasilkan efisiensi yang tinggi.
Kelengkapan sarana tersebut antara lain berupa, Kantor Operasional, Ruang
Operator dan kontrol, laboratorium analisa air, gudang dan sarana lainnya yang
menunjang.

Usulan Teknis
Halaman E - 36

Anda mungkin juga menyukai