Anda di halaman 1dari 86

AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP

KALIMANTAN
TENGAH

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya
perlu dibuat suatu pendekatan teknis dan metodologi pelaksanaan pekerjaan agar dapat
dilaksanakan secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya,
mutu dan waktu kerja. Maksud pendekatan teknis di antaranya adalah membuat
pendekatan rencana pelaksanaan pekerjaan, analisis kebutuhan personil dan volume
man-month tenaga ahli serta analisis kebutuhan peralatan berikut fasilitas-fasilitas
lainnya. Setelah rencana pelaksanaan pekerjaan ini tersusun tahap demi tahap termasuk
analisis kebutuhan personil serta peralatan dihitung setepat mungkin, maka kemudian
dapat disusun organisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kaitan-kaitan pekerjaan
dan personil yang dibutuhkan sesuai tahapan setiap pekerjaan.

Tahapan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan lingkup pekerjaan yang diuraikan dalam


Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
a. Inventarisasi Data meliputi :
1. Luasan hektar daerah Rawa dan Luasan hektar data tanam
2. Survey inventarisasi dan investigasi sarana dan dan prasarana daerah Rawa.
3. Penelaahan dan pemanfaatan jaringan irigasi dan pencapaian debit air kelahan
pertanian.
4. Penelaahan Pengelolaan Kondisi P3A di Daerah Rawa Tersebut.
5. Manual OP Rawa

b. Klasifikasi dan Rencana Pemulihan


Dilaksanakan oleh tim Konsultan dan tim perumus (Sumber Daya Air) antara
lain
1) Terhadap kondisi infrastruktur Sumber Daya Air dilakukan klasifikasi yaitu :
• Kondisi baik.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–1


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP
KALIMANTAN
TENGAH

• Kondisi rusak ringan : apabila fungsi tidak terganggu.


• Kondisi rusak sedang : apabila tidak segera
dilakukan perbaikan fungsi akan terganggu.
• Kondisi rusak berat : fungsi terganggu.
2) Menyusun rencana pemulihan terhadap infrastruktur Sumber Daya Air yang
memerlukan perbaikan mencakup jenis dan titik kerusakan, besaran atau
volume, serta jumlah biaya yang diperlukan termasuk jadwal target penyelesaiannya

E.1. METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Metode untuk melaksanakan pekerjaan ini dituangkan dalam bentuk penjelasan rinci
mengenai prinsip-prinsip pemahaman teknis dan langkah-langkah dalam mencapai
maksud dan tujuan termasuk tercapainya efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan Audit
Tenis Dan AKNOP TP-OP Kalimantan Tengah.
Secara garis besar, bagian ini akan mencakup tiga tahapan pekerjaan yang dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Pendahuluan, dimulai dari penyusunan laporan rencana kerja sampai dengan
laporan pendahuluan pekerjaan.
2. Collecting data, meliputi kajian-kajian terhadap data sekunder, survei lapangan,
dan konsultasi dengan narasumber.
3. Evaluasi Analisis Data, dan perumusan Penyusunan Konsep Audit Tenis Dan
AKNOP TP-OP Kalimantan Tengah, dalam bentuk Konsep Laporan Akhir dan
Laporan Akhir.yang di dalamnya dilengkapi dengan penyusunan rekomendasi.

Untuk lebih memperjelas tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan studi ini hal tersebut akan
disajikan dalam bentuk Diagram Alir, seperti terlihat pada Gambar E-1 dan
penjelasannya disajikan pada sub Bab berikutnya.

E.2. KEGIATAN PERSIAPAN

E.2.1. Persiapan

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–2


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP
KALIMANTAN
TENGAH

Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan pekerjaan persiapan,


antara lain:
1. Persiapan administrasi
2. Persiapan personil dan peralatan
3. Penyusunan rencana Kerja
4. Pengumpulan data berupa: laporan hasil studi terdahulu

E.2.2. Penyusunan Rencana Kerja


Rencana Kerja dibuat untuk memberikan arah dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, agar pelaksanaan pekerjaan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Rencana Kerja ini sebelumnya dikonsultasikan ke pihak Pengguna
Jasa untuk mendapatkan persetujuan. Dalam waktu 2 (dua) minggu setelah
penandatanganan kontrak, konsep rencana kerja ini harus sudah disetujui oleh Pengguna
Jasa.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–3


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP
KALIMANTAN
TENGAH

Mulai

PERSIAPAN

· Persiapan Administrasi
· Persiapan Tim Pelaksana Pekerjaan
· Koordinasi dan Penyiapan Rencana
Kerja
· Pengumpulan Data Sekunder dan
Laporan Studi Terdahulu

Instansi Pemerintah/Swasta Terkait Pengumpulan Data Sekunder


Kebijakan-kebijakan
atau Perumusan-
· Peraturan Perundang-undangan Bidang
· Kementrian PU, Ditjen SDA, Direktorat SDA
perumusan tentang
Irigasi Masukan · Peraturan-peraturan/Standar-standar Biaya Operasi dan
· Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah (Input) Nasional/Daerah Pemeliharaan jaringan
Daerah Provins · Program Pemerintah Pusat/Daerah irigasi
· Harga Satuah Upah, Bahan dan Alat

Konsep Laporan
Pendahuluan

Diskusi tidak Revisi

ya

Laporan
Pendahuluan

Survey Lapangan

Analisis Data hasil


Survey

Gambar E-1 Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan (1/2)

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–4


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP
KALIMANTAN
TENGAH

Konsep Laporan
Antara

Diskusi tidak Revisi

ya

Laporan Antara

Penyusunan AKNOP

·Formulasi Tata Cara Penyusunan


AKNOP
·Penyusunan Tata Cara Penyusunan
AKNOP Irigasi, Rawa dan Tambak

Konsep Laporan
Akhir

Pedoman Tata Cara


Penyusunan AKNOP
Revisi tidak Diskusi Irigasi, Rawa dan LOKAKARYA
Tambak

ya

Laporan Akhir
Selesai

Gambar E-1 Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan (2/2)

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–5


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

E.2.3. Pengumpulan Data Awal


Setelah kegiatan pengurusan administrasi proyek dan persiapan personil selesai,
Konsultan akan melaksanakan kegiatan pengumpulan data, informasi, peraturan
perundang-undangan terkait, dan laporan studi terdahulu yang ada hubungannya dengan
pekerjaan penyusunan konsep ini.

E.2.4. Studi Literatur


Studi literatur/referensi dan studi meja (desk study) adalah suatu kajian terhadap data
sekunder yang didapat sebelumnya, sebagai upaya untuk mendapatkan wacana ilustrasi
dan informasi tambahan dalam rangka melakukan review terhadap program kerja, jadwal
pelaksanaan pekerjaan, dan metoda pelaksanaan pekerjaan yang lebih detail.

Kajian di sisi ini, walaupun masih bersifat makro, tetapi akan menjadi sangat penting bagi
Konsultan untuk mendiskusikannya dengan Direksi Pekerjaan/Pengguna Jasa pada tahap
selanjutnya. Hasil kajian dan diskusi bersama direksi ini, akan menjadi batas koridor
dalam pencapaian studi ini.

E.2.5. Koordinasi dan Konsultasi dengan Nara Sumber


Koordinator proyek bersama-sama dengan Ketua Tim, mengkoordinasikan seluruh tenaga
ahli untuk menyusun strategi pelaksanaan pekerjaan agar dapat diperoleh hasil yang
maksimal. Selama dalam tahap koordinasi, seluruh tenaga ahli harus terlibat dan
memberikan kontribusi sesuai dengan tugas, wewenang, dan kemampuan. Setelah
koordinasi tim selesai, selanjutnya ditindaklanjuti dengan pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan lingkup penugasan yang telah ditetapkan.

E.2.6. Penyusunan Laporan Pendahuluan


Berdasarkan hasil survai pendahuluan Konsultan akan membuat laporan pendahuluan
yang memuat antara lain:
1. Ketersediaan data, identifikasi masalah, metoda pelaksanaan pekerjaan.
2. Struktur organisasi pelaksanaan, jadwal pelaksanaan pekerjaan.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–6


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

3. Penyusunan Rencana kerja


4. Kaji ulang atas laporan terdahulu
5. Permasalahan yang dihadapi dan cara pemecahannya.
6. Laporan Bulanan ke-1 (satu), digabung dengan laporan pendahuluan
7. Rencana pelaksanaan pada bulan yang akan datang.

Selanjutnya konsep Laporan Pendahuluan ini akan didiskusikan dengan Direksi


Pekerjaan, untuk mendapat masukan dan koreksi dalam penyempurnaan isi laporan
tersebut.

E.3. KEGIATAN SURVEY DAN ANALISA

E.3.1. Survey
Setelah pembahasan Laporan Pendahuluan, maka selanjutnya dilakukan survey. Survey
dilakukan di beberapa lokasi sebagai berikut.
DR. Anjir Serapat I, DR. Anjir Serapat II, DR. Lupak Dalam, DR. Lupak Sebrang dan
DR. Tamban Luar Kab. Kapuas, DR. Pelangsian dan DR Handil Bali Kab. Kotawaringin
Timur, DR. Kumpai Batu Atas, Bawah, Tjg Tarantang Kab. Kotawaringin Barat, DR.
Katingan I, DR Katingan II dan DR Pematang Limau Kab. Katingan, DR. Belanti II, DR.
Kanamit, DR. Maliku, DR. Kantan, DR. Talio dan DR. Paduran Kab. Pulang Pisau dan
DI. Karau di Kab. Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah, studi tersebut di atas
khususnya pada bidang irigasi, yang berada pada instansi di Palangkaraya, Kalimantan
Tengah, BWS Kalimantan II dan Dinas PU Kalimantan Tengah.

E.3.2. Kompilasi dan Analisis Data

Selanjutnya data yang berhasil dikumpulkan nantinya selama survey dikelompokkan


berdasarkan kategori irigasi

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–7


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

E.4. PENYUSUNAN KONSEP TATA CARA AUDIT TEKNIS DAN


PENYUSUNAN AKNOP (ANGKA KEBUTUHAN NYATA OPERASI DAN
PEMELIHARAAN) TP-OP KALIMANTAN TENGAH

E.4.1. Landasan Operasi dan Pemeliharaan Lahan Rawa Reklamasi Kalimantan Tengah

Kegiatan operasi jaringan reklamasi rawa pasang surut adalah untuk mengatur air
dijaringan reklamasi rawa pasang surut sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Sasaran
operasi jaringan reklamasi rawa pasang surut meliputi :
a). terciptanya kondisi tanah (pematangan tanah, keasaman dan zat racun) dan kualitas
air yang memenuhi syarat untuk budi daya tanaman;
b). terpenuhinya kebutuhan air suplesi dan drainase sesuai dengan kebutuhan
tanaman;
c). terhindarnya drainase yang berlebihan (over drainage) yang dapat mengakibatka
n
terbentuknya asam dan racun serta penurunan muka tanah (subsidence) yang
berlebihan, khususnya pada tanah gambut;
d). terciptanya keseimbangan kebutuhan air untuk tanaman dan untuk pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari;
e). terhindarnya pengaruh air asin agar tidak mengganggu tanaman dan penerim
a
manfaat;
f). terlaksananya pengaturan navigasi (bila diperlukan); dan/atau
g). terhindarnya  erosi/longsor pada tebing saluran.

A. JARINGAN REKLAMASI RAWA PASANG SURUT
1. TIPE JARINGAN REKLAMASI RAWA
Dalam pengembangan rawa pasang surut telah diperkenalkan beberapa tipe
jaringan sistem pengaturan air. 

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–8


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

2.  JENIS PINTU AIR
a. Pintu Sorong
Pintu sorong adalah pintu yang terbuat dari plat besi/kayu/fiber, bergerak
vertikal dan operasikan secara manual. Fungsi pintu sorong adalah untuk
mengatur aliran air yang melalui bangunan sesuai dengan kebutuhan seperti :
(1) menghindari banjir yang datang dari luar,
(2) mencegah intrusi air asin
(3) menahan air di saluran pada saat kemarau panjang.
b. Pintu Klep
Pintu klep dibuat dari kayu atau fiber dengan engsel pada bagian atas. Pintu ini
dapat membuka dan menutup secara otomatis akibat perbedaan tinggi muka
air. Fungsi Pintu klep adalah menahan aliran air waktu pasang dan membuang
air waktu surut (aliran satu arah) atau sebaliknya.

c. Pintu Skot Balok
Pintu skot balok (stoplog) adalah balok kayu yang dapat dipasang pada alur
pintu/sponeng bangunan. Pintu ini berfungsi untuk mengatur muka air saluran
pada ketinggian tertentu. Bila muka air lebih tinggi dari pintu skot balok, akan
terjadi aliran di atas pintu skot balok tersebut.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E–9


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

Tipe jaringan reklamasi rawa pasang surut di Indonesia

Desain pintu sorong/klep/skot balok pada blok sekunder

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 10


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

B. PENGATURAN AIR DI JARINGAN REKLAMASI RAWA PASANG SURUT
1.  PENGATURAN AIR DI JARINGAN PRIMER DAN SEKUNDER
Pada pengembangan tahap satu infrastruktur jaringan reklamasi rawa pasang surut
berupa saluran-saluran terbuka, yaitu suatu sistem tanpa bangunan pintu pengatur air,
baik di primer, sekunder maupun di tingkat tersier. Pengaturan air pada sistem terbuka
hanya mungkin dilakukan di tingkat lahan usaha tani. Pematang mengelilingi sawah
dan gorong-gorong kecil di parit kuarter sangat dianjurkan untuk dibangun.
Pengaturan air di jaringan primer, dan sekunder berdasarkan ketinggian rata-rata
permukaan pada satu blok sekunder. Pemasangan pintu klep dan pintu geser di saluran
sekunder memungkinkan pengaturan muka air secara efektif asalkan
pengoperasiannya dilakukan dengan benar.
Ada perbedaan antara pengoperasian di musim hujan dengan pengoperasian dimusim 
kemarau, dan juga selama kondisi normal dan kondisi ekstrem. Kondisiekstrem adala

periode terlampau basah di musim hujan, dan periode sangatkering di musim kemara
u.Kondisi terlampau basah bisa disebabkan oleh adanyacurah hujan berlebihan di mus
impenghujan. Pada umumnya dalam kasusseperti itu, pembuangan kelebihan curah h
ujan harus dilakukan secepat mungkin namun  perlu  dicegah terjadinya drainase yang
berlebihan (over drainage).

2. PENGATURAN AIR DI JARINGAN TERSIER
a. Pengaturan Air untuk Padi Sawah
Budi daya tanaman padi sawah merupakan kegiatan yang dominan di jaringan rawa
selama musim hujan. Akibat tingginya kebutuhan air untuk pencucian tanah,
kebutuhan air untuk tanaman padi cukup besar, dan pada umumnya tidak bisa
dipenuhi dari curah hujan saja (terutama tahun-tahun yang memiliki curah hujan di
bawah rata-rata, apalagi tahun kering). Jika tidak ada tambahan pasokan air dari
sumber lain, lebih baik menanam padi tadah hujan jadi tidak perlu menghadapi
konsekuensi negatif dari genangan air di lahan sawah.
Pengaturan air di jaringan tersier:

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 11


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

1) Drainase dan pencucian tanah


Drainase diperlukan:
- selama pengolahan lahan;
- setelah terjadi hujan lebat;
- sebelum dilakukan pemupukan;
- bila kualitas tanah dan air memburuk;
- selama masa panen.
Untuk mencegah terbentuknya bahan beracun dalam tanah yang tinggi kandungan
bahan organiknya, drainase sama pentingnya dengan retensi air. Harus dicegah
drainase yang terlampau dalam. Hal ini mungkin tidak mengakibatkan kekurangan air
bagi tanaman, tetapi di areal tertentu bisa menimbulkan risiko terjadinya oksidasi pirit
di bawah permukaan tanah.
Dengan demikian, muka air di saluran kuarter harus dijaga pada kedalaman tertentu di
bawah permukaan tanah. Selama musim kemarau, seringkali tidak bisa dicegah
penurunan muka air tanah di bawah lapisan pirit sehingga terbentuk zat asam sebagai
hasil dari oksidasi pirit. Zat asam ini harus sesering mungkin dibilas dari lapisan tanah
dengan air hujan pada awal-awal musim penghujan.
2) Suplesi air pasang surut
Apabila suplesi pasang surut dengan kualitas air yang baik dimungkinkan tidak saja
menjamin kecukupan air untuk tanaman padi, tetapi juga akan berdampak positif bagi
peningkatan kualitas tanah. Genangan air dalam waktu lama harus dicegah, dan unsur
racun yang sudah terbentuk selama masa bero (tidak ada kegiatan pertanaman) bisa
dibilas dari tanah pada periode-periode air surut. Keuntungan lain dengan suplesi
pasang surut, dimungkinkan menanam jenis padi unggul dan penanaman bisa dimulai
lebih awal, yang pada gilirannya meningkatkan peluang bertanam padi dua kali
setahun. Kebanyakan tanah di daerah rawa pasang surut angka permeabilitasnya tinggi
sehingga pada umumnya kehilangan air akibat perkolasi juga besar. Dengan
pemasokan air yang hanya berlangsung beberapa jam saja per harinya, volume air
dalam jumlah besar harus bisa dialirkan ke lahan sawah dalam waktu yang singkat.
Untuk itu, saluran haruslah terpelihara agar suplesi berjalan baik. Saluran cacing

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 12


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

berukuran dangkal di lahan sawah dapat membantu agar air pasang mengalir masuk
ke sawah dengan cepat.
3) Retensi air
Pada umumnya, lapisan genangan air di lahan sawah perlu dipertahankan untuk
berbagai tujuan, antara lain, untuk menciptakan kondisi lingkungan bagi
penyerapan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, mengatasi gulma tanaman dan sebagai
cadangan air jika terjadi kekurangan air. Tanpa suplesi, satu-satunya sumber air
berasal dari curah hujan. Retensi air di sawah pada daerah rawa pasang surut
seringkali sulit dilakukan karena tingginya permeabilitas tanah di lapisan atas.
Akibatnya, penjenuhan tanah juga sulit dilakukan. Variasi mikro relief lahan juga
menjadi persoalan tersendiri yang membuat upaya retensi air di atas lahan sawah
relatif sulit dilakukan. Pematang sawah dari tanah liat seringkali direkomendasikan
untuk mengurangi rembesan air. Permasalahan lain yang bisa muncul adalah
meningkatnya unsur racun di dalam tanah sebagai dampak dari retensi air dengan
penggenangan terus - menerus tanpa penggantian air segar (anaerobik). Jika hal itu
terjadi, proses pembuangan keasaman akibat oksidasi dari pirit dan bahan organik
akan terhambat. Akibat adanya hal-hal semacam ini, retensi air dalam waktu yang
cukup panjang bukanlah opsi terbaik. Oleh karena itu, drainase dan pencucian tetap
harus diupayakan.
4) Pemompaan
Jika peluang suplesi pasang surut tidak ada, tetapi air disaluran kualitasnya cukup
baik, pemompaan bisa membantu untuk mengatasi kekurangan air pada saat kemarau.
Volume air yang perlu dipompa biasanya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah air yang masuk atau keluar pada saat pasang surut. Kadang-kadang para
petani cenderung untuk menghemat biaya pemompaan, yaitu dengan cara menyimpan
air di sawah sebanyak mungkin sehingga muncul risiko negatif yang hampir sama
dengan kondisi genangan air yang ”stagnant” (dibiarkan menggenang lama) seperti
yang sudah dibahas sebelumnya yang menyangkut retensi air.

b. Pengaturan Air untuk Tanaman Palawija

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 13


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

Fokus utama dari pengaturan air untuk tanaman palawija adalah menyangkut drainase
dan mengendalikan kestabilan muka air tanah (40 cm di bawah muka tanah). Saluran
kuarter yang berada di antara saluran tersier mungkin saja diperlukan dengan jarak
tidak lebih dari 100 meter. Dibeberapa areal tertentu, penanaman palawija
dilakukan setelah pertanaman padi musim hujan, yaitu ketika muka air tanah masih
cukup tinggi, dan tanaman tumbuh di atas guludan agar drainase perakarannya
terjamin, dan bisa dengan cepat membuang air hujan yang berlebih melalui parit yang
berada di antara guludan. Untuk makin menyempurnakan kondisi drainase, tanaman
palawija juga bisa diusahakan dengan sistem surjan. Sistem surjan Konstruksi sistem
guludan terdiri atas bagian-bagian yang direndahkan elevasinya, dan bagian-bagian
lainnya ditinggikan. Pada bagian yang rendah, peluang suplesi pasang surut
menjadi lebih besar, sedangkan bagian yang ditinggikan drainasenya lebih baik,
sehingga bisa dimanfaatkan untuk tanaman palawija. Bagian yang rendah biasanya
memiliki lebar 4 meter sampai 8 meter, sedangkan bagian yang ditinggikan
memiliki lebar 2 meter sampai 4 meter dengan ketinggian 0.40 m sampai 0.80 m.
Teknik surjan ini memberi peluang diversifikasi tanaman karena pada saat
bersamaan para petani bisa bercocok tanam padi dan palawija sekaligus. Jika
bagian yang rendah benar-benar bisa mendapatkan suplesi pasang surut (kategori
A), produksi tanaman bisa meningkat pesat. Akan tetapi, system surjan memiliki
berbagai kelemahan. Jika tidak mungkin diluapi pasang surut secara teratur, sistem
ini sebaiknya tidak dianjurkan untuk diterapkan pada hal-hal sebagai berikut :
 Air di bagian yang rendah akan mengalami stagnasi (drainabilitasnya buruk
limpasan air dari bagian guludan, lapisan pirit bisa saja tersingkap).
 Muka air tanah dibagian bawah tetap saja relatif terlalu tinggi bagi tanaman
keras yang tumbuh dibagian guludan.
 Konstruksi surjan memerlukan input tenaga kerja yang cukup banyak (600 –
800 hari orang per-ha).
 Bagian yang rendah tidak bisa dimanfaatkan selain untuk tanaman padi,
sehingga perubahan penggunaan lahan akan menjadi sulit dilakukan.
 Mekanisasi pertanian relatif sulit diaplikasikan.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 14


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

c. Pengaturan untuk Tanaman Keras


Fokus dari pengaturan air untuk tanaman keras adalah menyangkut drainase dan
mempertahankan kestabilan muka air tanah. Pada dasarnya diberlakukan aturan
yang sama seperti pada tanaman kering namun kedalaman muka air tanah yang
lebih cocok untuk tanaman keras adalah 0.60 meter sampai 0.80 meter dari muka
tanah. Saluran kuarter di antara saluran tersier sangat penting, jarak satu sama lain
berkisar antara 25 meter sampai 50 meter. Pada areal yang muka air tanahnya tidak
bisa diturunkan lebih rendah lagi, tanaman sebaiknya ditanam pada bagian tanah
yang ditinggikan (guludan). Selama masa-masa awal, ketika kanopi pohon
belum sepenuhnya berkembang, tanaman sela bisa saja dibudidayakan. Jika
tanaman sela berupa tanaman padi, tanaman kerasnya harus tumbuh di atas bagian
yang ditinggikan, sekitar 0.50 meter tingginya. Tanaman kelapa bisa diselingi
dengan tanaman tahunan semacam kopi, buah-buahan, dan sebagainya.

d. Pengaturan Air Masa Bero (Tidak Ada Pertanaman)


Selama tidak ada kegiatan pertanaman, jika diperlukan, pembilasan zat racun dari
dalam tanah bisa dilakukan dengan drainase dalam, diikuti pencucian dengan air
hujan dan jika memungkinkan dengan air pasang. Masa bero biasanya terjadi pada
musim kemarau. Pada awal musim hujan berikutnya, pencucian dengan air hujan
sangat diperlukan. Hal tersebut secara berangsur akan memperdalam letak lapisan
pirit sehingga dalam jangka panjang akan memperbaiki kesesuaiannya sebagai
lahan pertanian. Drainase juga akan mendorong pematangan tanah secara
berangsur-angsur dan oksidasi bahan organik. Hal ini memungkinkan pengolahan
tanah yang
lebih baik hasilnya melalui penjenuhan yang mana efeknya kecil kalau diterapkan
pada tanah yang belum matang dan tanah dengan kandungan bahan organik tinggi.

E.4.1.1. Operasi Reklamasi Rawa

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 15


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

Kegiatan penting dalam jaringan reklamasi rawa adalah pengoperasian pintu-pintu air,
baik di jaringan utama (primer, sekunder) maupun jaringan tersier.

Diagram Perencanaan Operasi Pintu Air
Dalam menyusun rencana operasi pintu air, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Rencana Tata Tanam
Informasi tentang jenis tanaman, kalender, dan kondisi fisik areal pertanaman merupakan
masukan yang sangat penting sebelum rencana pengaturan air ditetapkan. Di sini jenis
tanaman yang dominan akan dipilih sebagai dasar penetapan operasi dan pengaturan air
pada hamparan yang bersangkutan. P3A, Juru Pengairan, dan PPL harus bekerja sama
dalam menyusun persiapan rencana tata tanam. Saran-saran dan informasi dari hasil
pengalaman sebelumnya perlu ditampung guna memperoleh optimalisasi operasi pintu air.
Data mengenai rencana tata tanam dan laporan pengamatan tanaman per petak tersier

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 16


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

dicatat dalam blangko O – 09. Dalam menyusun rencana tata tanam yang baik, dibutuhkan
pengetahuan yang mendetail tentang kondisi-kondisi lapangan yang sesungguhnya, yaitu:
a. Curah hujan yang diharapkan, pada umumnya sama dengan curah hujan rata-rata
dalam waktu tertentu. Data curah hujan dicatat dalam blangko O – 01 dan O – 02.
b. Tinggi muka air dan kualitas air pada saluran. Data tinggi muka air pada saluran
dicatat dalam blangko O-03 dan O-04. Sedangkan data kualitas air pada saluran
dicatat dalam blangko O-05.
c. Tinggi muka air tanah dan kualitas air tanah. Data-data tersebut dicatat dalam blangko
O-06.
d. Keadaan prasarana jaringan saat ini berdasarkan hasil inventarisasi termasuk
permasalahan yang dihadapi seperti banjir/genangan (data diisi dalam blangko O-07
serta pengamatan penampang saluran dan tanggul rawan banjir (data diisi dalam
blangko O-10 dan O-11).

2. Rencana Pengaturan atau Pengelolaan Air


Rencana pengaturan atau pengelolaan air musiman dipersiapkan untuk setiap areal yang
dikontrol oleh satu atau lebih bangunan pintu air. Pada areal tanpa bangunan, pengaturan
atau pengelolaan air hanya berlangsung pada tingkat lahan usaha tani melalui saluran
kuarter dan rencana musiman tergantung pada petani. Rencana pengaturan atau
pengelolaan air musiman ini dipersiapkan oleh juru pengairan bersama-sama dengan P3A
dan PPL. Dalam rencana pengaturan/pengelolaan air musiman terdapat hal-hal sebagai
berikut.
a. Curah hujan yang diharapkan, biasanya curah hujan ini sama dengan curah hujan rata-
rata.
b. Tanggal pasang purnama (pasang besar), data ini diambil dari Ramalan Pasang Surut
(Hidral)
c. Kalender penanaman menurut rencana pertanaman (pola tanam)
d. Adanya tujuan tertentu dalam pengelolaan dan pengoperasian air selama musim
tanam, seperti penyegaran air pada saat pasang besar
e. Tinggi rendahnya muka air yang ingin dicapai dalam saluran selama musim tanam

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 17


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

Salah satu manfaat dari penyusunan rencana pengaturan atau pengelolaan adalah untuk
mencegah terjadinya konflik kepentingan melalui kesepakatan yang dapat diterima oleh
semua pihak yang terkait, seperti kesepakatan elevasi muka air maksimum atau minimum
dan kesepakatan pembagian waktu untuk memenuhi kepentingan yang berbeda. Rencana
pengaturan atau pengelolaan air pada musim tanam dicatat dalam blangko O-12.

3. Rencana Operasi
Rencana operasi musiman, mingguan, dan harian dibuat oleh pengamat pengairan
berdasarkan rencana pengaturan yang disampaikan oleh juru pengairan. Rencana Operasi
Musiman Berdasarkan rencana pengaturan musiman, dapat disusun rencana operasi
musiman untuk setiap bangunan air. Rencana tersebut menjelaskan kebutuhan operasi
pintu air dan sasaran tinggi muka air saluran yang diinginkan selama berbagai tahap
pertumbuhan tanaman. Rencana Operasi Mingguan Rencana operasi mingguan dibuat
untuk menetapkan elevasi muka air di saluran dan cara pengoperasian pintu air
berdasarkan kebutuhan tanaman aktual dan curah hujan yang terjadi. Rencana Operasi
Harian Rencana operasi pintu harian didasarkan pada target operasi mingguan. Hanya
dalam kondisi tertentu (ekstrem) seperti banjir dan curah hujan sangat lebat, penjaga pintu
berdasarkan pertimbangannya sendiri, operasi dapat menyimpang dari target yang telah
ditetapkan guna penyesuaian operasi terhadap kondisi ekstrem yang terjadi. Penyesuaian
operasi didasarkan pada hasil-hasil pemantauan antara lain yaitu:
- Curah hujan tinggi → lebih ditekankan pada drainase
- Curah hujan rendah → lebih ditekankan pada retensi dan suplesi air
- Kualitas air dilahan buruk → lebih ditekankan pada drainase terkendali
- Kualitas air di saluran buruk → pencucian dan penggantian air saluran
- Elevasi muka air di bawah target → lebih ditekankan pada suplesi air
- Banjir dan salinitas tinggi → mencegah air jangan masuk ke lahan
4. Definitif Operasi Pintu Air

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 18


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

Berdasarkan rencana operasi musiman, mingguan, dan harian yang disampaikan oleh
pengamat pengairan, kemudian balai wilayah sungai provinsi / kabupaten / kota
memutuskan secara definitif operasi pintu air.
5. Pelaksanaan Operasi Pintu Air
Pelaksanaan operasi pintu air merupakan kegiatan pengaturan air sesuai dengan yang telah
direncanakan. Apabila terjadi kondisi ekstrem (misalnya banjir), operasi pintu air segera
disesuaikan untuk menangulangi kondisi ekstrem tersebut. Sebagai pelaksana operasi di
tingkat tersier adalah P3A, sedangkan tingkat sekunder oleh juru pengairan atau PPA.
Adapun data dan informasi yang dapat menjadi masukan untuk perencanaan tata tanam
meliputi:
a. aspek pelayanan air (curah hujan, elevasi muka air saluran, kedalaman drainase,
operasi pintu, kualitas air, muka air tanah),
b. aspek tanaman (luas tanaman, produksi, kerusakan tanaman),
c. aspek tanah (pH dan racun, salinitas, subsidence, ketebalan gambut),
d. aspek banjir atau genangan (muka air banjir atau genangan dan kerusakan),
e. aspek biaya O&P.

E.4.1.2. Pelaksanaan Operasi


1. Prosedur Pelaksanaan Operasi
a. Operasi Normal
Pelaksanaan operasi pintu air didasarkan pada kondisi normal (tidak ada
banjir/kekeringan/air asin/air terlalu asam). Dasar pelaksanaan, operasi ini berpegang
teguh pada rencana operasi yang telah ditetapkan. Apabila diperlukan tindak lanjut,
penyesuaian operasi dapat dilakukan dengan mudah, dan dicatat sebagai data pada tahap
pemantauan.

b. Operasi Darurat
Jika dari hasil evaluasi keadaan lapangan memperlihatkan keadaan darurat seperti
kebanjiran, kekeringan, air asin, air terlalu asam (dengan pH < 4,5), prosedur operasi

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 19


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

dilaksanakan dalam keadaan darurat. Operasi darurat dilakukan setelah ada koordinasi
antara staf O&P dan P3A.
2. Operasi Pintu Air di Saluran Sekunder
Pengoperasian pintu air di saluran sekunder dapat dilakukan apabila terdapat bangunan
pengatur air, pengoperasian bangunan tersebut sebaiknya mengikuti apa yang telah
diuraikan dalam rencana operasi pintu air (lihat Tabel 2 s/d 5), kecuali ada kesepakatan
umum antara pihak-pihak terkait bahwa aturan pengoperasian lain harus dijalankan
karena kondisi ekstrem. Di sini aturan pengoperasian secara normal harus diikuti, dan
aturan untuk keadaan musim kering dan musim hujan yang ekstrem hanya dapat diikuti
apabila disepakati oleh staf O&P dan perwakilan dari P3A. Beberapa opsi operasi yang
diterapkan pada bangunan air di saluran sekunder, yaitu :
a. Drainase Terkendali
Pada saat kondisi normal, operasi bangunan air di saluran sekunder terdiri atas drainase,
suplesi, dan retensi selama periode pasang tinggi (spring tide), sedangkan drainase
terkendali dilakukan pada waktu pasang perbani (neap tide).
Waktu di antara pasang tinggi, pintu skot balok diatur untuk mempertahankan muka air
saluran sekurang-kurangnya 40 – 60 cm di bawah permukaan tanah. Pintu sorong
dibuka dan pintu klep beroperasi secara otomatis guna memungkinkan drainase pada
ketinggian tertentu berlangsung terus menerus.

b. Penggelontoran
Pada 1 – 2 hari sebelum pasang purnama, dilakukan drainase maksimum dengan
membuka semua pintu air. Apabila proses drainase dianggap belum cukup dan perlu
dilanjutkan pada hari berikutnya dilakukan pemasukan air segar pada saat pasang
purnama. Dianjurkan agar secara teratur dilakukan penggelontoran pada saluran
sekunder guna peningkatan kualitas air.

c. Operasi Darurat
Operasi darurat dilakukan jika muka air saluran primer terlalu tinggi (terutama pada
musim hujan), dan dapat mengakibatkan banjir pada areal usaha tani atau pekarangan.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 20


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN
TENGAH

Untuk mengatasinya dapat dilakukan penutupan air sehingga air tidak masuk ke saluran
sekunder. Jika terjadi hujan yang besar pada areal pertanian, pintu air dioperasikan pada
posisi drainase. Operasi darurat juga ditujukan untuk mencegah masuknya air asin ke
dalam saluran.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 21


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Operasi pintu air tersier Operasi pintu air sekunder
Tahap Pertumbuhan Pengaturan Disawah ( Pintu sorong/klep/skot balok ) ( Pintu sorong/klep/skot balok )

Jika  perlu,3 atau 4 hari  sebelum pasang  purnama,  turunkan  muka  air Jika perlu,3 atau  4 hari sebelum pasang purnama,  turunkan  muka  air
disaluran tersier sebanyak mungkin,  lalu  masukan  air segar saat  pasang disaluran  sekunder sebanyak  mungkin,  lalu  masukan  air  segar saat pasang
purnama. purnama.
1.  Kondisi  Normal
Pengolahan tanah Tanah lembab/air Kategori A/B : semua pintu dibuka Kategori A/B : semua pintu dibuka
dibawah kapasitas lapang Kategori C/D : semua pintu ditutup, kecuali kondisi asam Kategori C/D : semua pintu ditutup, kecuali kondisi asam semua
Tahap penanaman (20-30 cm dibawah semua pintu dibuka pintu dibuka
muka tanah
Pertumbuhan Mempertahankan muka air tersier < 20 cm dibawah muka tanah. Mempertahankan muka air tersier 50-60 cm di bawah muka tanah.
Vegetatif Air macak-macak/tanah Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang dan tutup Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang  dan tutup
jenuh air (genangan 0-3 cm) waktu pasang surut. waktu surut
Pertumbuhan Operasi pintu  untuk mempertahankan  muka air tersier 10-20 cm di Mempertahankan muka air sekunder 50 – 60 cm di bawah muka tanah.
reproduktif Genangan air 3 - 5 cm bawah muka tanah. Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang  dan tutup
pasang dan  tutup  waktu surut. Jika muka air lebih tinggi dari 10-20 waktu surut, atau jika muka air sekunder lebih tinggi dari 50 – 60 cm,
Tahap pemasakan Genangan air 5-10cm cm, dilakukan drainase hingga elevasi muka air saluran sesuai dengan maka pintu klep beroperasi mengikuti fluktuasi pasang surut, pintu
yang dikehendaki. sorong dibuka sebagian  atau skot balok dipasang sesuai elevasi  muka
Tanah disekitar jenuh air yang dikehendaki.
lapang Operasi pintu untuk mempertahankan muka air tersier 10 cm di Mempertahankan  muka air sekunder 50–60 cm di bawah muka tanah.
bawah muka tanah. Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang  dan tutup
pasang  dan tutup  waktu surut. Jika muka lebih tinggi dari 10 - 20 cm, waktu surut, atau jika muka air sekunder lebih tinggi dari 50–60 cm,
dilakukan drainase hingga elevasi muka air saluran sesuai yang maka pintu klep beroperasi mengikuti fluktuasi pasang surut, pintu
dikehendaki. sorong dibuka sebagian  atau stoplog dipasang sesuai elevasi muka air
dengan yang dikehendaki.
Operasi pintu untuk mempertahankan muka air tersier < 40 cm  di Mempertahankan  muka air sekunder 50–60 cm di bawah muka tanah.
bawah muka tanah.  Jika muka air lebih tinggi, pintu air dibuka waktu Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang  dan tutup
surut dan tutup waktu pasang. waktu surut, atau jika muka air sekunder lebih tinggi dari 50–60 cm,
maka pintu klep beroperasi mengikuti fluktuasi pasang surut, pintu
sorong dibuka sebagian  atau stoplog dipasang sesuai elevasi muka air
dengan yang dikehendaki.

2.  Kondisi  Darurat
Terjadi hujan ekstrim Air banjir atau genangan Semua pintu dibuka serendah mungkin guna drainase maksimum. Semua pintu dibuka serendah mungkin guna drainase maksimum.
pada setiap tahapan sangat tinggi
pertumbuhan padi

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 22


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Operasi pintu air untuk tanaman padi musim kemarau pada lahan kategori A dan B
Operasi pintu air tersier Operasi pintu air sekunder
( Pintu sorong/klep/skot balok ) ( Pintu sorong/klep/skot balok )
Tahap Pertumbuhan Pengaturan Disawah Jika perlu,3  atau 4 hari  sebelum  pasang  purnama,  turunkan Jika perlu,3  atau 4 hari  sebelum  pasang  purnama,  turunkan
muka air disaluran tersier  sebanyak mungkin, lalu  masukan  air muka air  disaluran  sekunder sebanyak  mungkin, lalu  masukan
segar  saat  pasang  purnama. air  segar  saat  pasang  purnama.
1.  Kondisi   Normal

Pengolahan tanah Muka air tanah 40 – 60 cm Operasi pintu air ditujukan untuk mempertahankan muka air Operasi pintu air ditujukan untuk mempertahankan muka air


dibawah muka tanah saluran tersier 30 – 40 cm dibawah muka tanah saluran sekunder 60– 80 cm dibawah muka tanah.

Tahap penanaman Muka air tanah 40 – 60 cm Operasi pintu air ditujukan untuk mempertahankan muka air Operasi pintu air ditujukan untuk memper-tahankan muka air


dibawah muka tanah saluran tersier 30 – 40 cm dibawah muka tanah saluran sekunder 60– 80 cm dibawah muka tanah.

Pertumbuhan vegetatif Muka air tanah 40 – 60 cm Operasi pintu air ditujukan untuk mempertahankan muka air Operasi pintu air ditujukan untuk memper-tahankan muka air


dibawah muka tanah saluran tersier 30 – 40 cm dibawah muka tanah saluran sekunder 60– 80 cm dibawah muka tanah.

Pertumbuhan reproduktif Muka air tanah 40 – 60 cm Operasi pintu air ditujukan untuk mempertahankan muka air Operasi pintu air ditujukan untuk memper-tahankan muka air


dibawah muka tanah saluran tersier 30 – 40 cm dibawah muka tanah saluran sekunder 60– 80 cm dibawah muka tanah.

Tahap pemasakan Muka air tanah 40 – 60 cm Operasi pintu air ditujukan untuk mempertahankan muka air Operasi pintu air ditujukan untuk memper-tahankan muka air


dibawah muka tanah saluran tersier 30 – 40 cm dibawah muka tanah saluran sekunder 60– 80 cm dibawah muka tanah.

2.  Kondisi   Darurat


Terjadi kondisi ekstrim - Kekeringan Semua pintu ditutup, muka air dipertahankan setinggi mungkin Semua pintu ditutup, muka air dipertahankan setinggi
(kekeringan, intrusi air (retensi) mungkin (retensi)
asin) pada setiap tahapan - Intrusi air asin Semua pintu ditutup untuk mencegah air masuk kedalam Semua pintu ditutup untuk mencegah air masuk kedalam
pertumbuhan padi saluran tersier. saluran sekunder.
Operasi pintu air untuk tanaman padi musim kemarau pada lahan kategori C dan D

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 23


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Operasi pintu air tersier Operasi pintu air sekunder
Tahap Pertumbuhan Pengaturan Disawah ( Pintu sorong/klep/skot balok ) ( Pintu sorong/klep/skot balok )

Jika  perlu,3  atau 4 hari sebelum pasang purnama,  turunkan Jika  perlu,3 atau 4  hari  sebelum  pasang  purnama,  turunkan
muka air  disaluran tersier sebanyak mungkin, lalu  masukan air muka air  disaluran sekunder  sebanyak  mungkin,  lalu
segar saat pasang purnama. masukan  air segar saat pasang purnama.
1.  Kondisi  Normal
Tanah lembab/air Kategori A & B : Lahan basah semua pintu dibuka Kategori A/B : semua pintu dibuka
Pengolahan tanah dibawah kapasitas lapang (20- Kategori B : jika lahan kering, pompanisasi mungkin Kategori C/D    : semua pintu ditutup, kecuali kondisi
30 cm dibawah muka tanah) diperlukan, karena itu semua pintu ditutup (retensi) asam semua pintu dibuka
Tahap penanaman
Air macak-macak/tanah Mempertahankan muka air 10 - 20 cm di bawah muka Mempertahankan muka air tersier 50 –60 cm di bawah
Pertumbuhan vegetatif jenuh air (genangan 0-3 cm) tanah. Jika muka air  lebih rendah,  pintu  air  dibuka waktu muka tanah. Jika muk air lebih rendah,  pintu  air  dibuka
pasang dan tutup waktu surut. waktu pasang dan tutup waktu surut.
Pertumbuhan reproduktif Genangan air 3 – 5 cm Mempertahankan muka air tersier 10 - 20 cm di bawah Mempertahankan muka air  sekunder 50–60 cm di bawah
muka tanah. Jika muka air lebih rendah,  pintu  air dibuka muka tanah. Jika muka air  lebih rendah, pintu  air  dibuka
Tahap pemasakan Genangan air 5 - 10 cm waktu pasang dan tutup waktu surut. waktu pasang dan tutup waktu surut.

Kadar air tanah sekitar Operasi pintu untuk mempertahankanmuka air tersier 10 cm Mempertahankan muka air  sekunder 50–60 cm di bawah


kapasitas lapang di bawah muka tanah. Jika muka lebih rendah, pintu air muka tanah. Jika muka air  lebih rendah, pintu  air  dibuka
dibuka waktu pasang dan tutup waktu surut. waktu pasang dan tutup waktu surut.
Operasi pintu  untuk mempertahankan muka air  tersier < 40 Posisi pintu  klep beroperasi (drainase), pintu sorong atau
cm di bawah muka tanah. Jika muka air  lebih tinggi, pintu skot balok dibuka untuk drainase maksimum.
air dibuka waktu surut dan tutup waktu pasang.

2.  Kondisi Darura t
Terjadi kondisi ekstrim - Kekeringan Semua pintu ditutup, muka air dipertahankan setinggi Semua pintu ditutup, muka air dipertahankan setinggi
(kekeringan, intrusi air mungkin (retensi) mungkin (retensi)
asin) pada setiap tahapan - Intrusi air asin Semua pintu ditutup untuk mencegah air masuk kedalam Semua pintu ditutup untuk mencegah air masuk kedalam
pertumbuhan padi saluran tersier. saluran sekunder.

Operasi pintu air untuk tanaman padi musim kemarau pada lahan kategori C dan D

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 24


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Operasi pintu air tersier Operasi pintu air sekunder
( Pintu sorong/klep/skot balok ) ( Pintu sorong/klep/skot balok )
Tahap Pertumbuhan Pengaturan Disawah Jika  perlu,3  atau  4 hari  sebelum pasang  purnama,  turunkan  muka  air Jika  perlu,3  atau  4  hari  sebelum pasang  purnama,  turunkan  muka  air
disaluran  tersier  sebanyak  mungkin, lalu masukan air segar saat disaluran  sekunder sebanyak  mungkin, lalu  masukan air segar saat
pasang purnama. pasang purnama.
1. Kondisi Normal

Pengolahan tanah Muka air tanah 40  – 60 cm Operasi pintu air ditujukan untuk mempertahankan muka air Operasi pintu air ditujukan untuk mempertahankan muka air


dibawah muka tanah saluran tersier 30 – 40 cm dibawah muka tanah saluran sekunder 60  – 80 cm dibawah muka tanah

2. Kondisi Darurat
-  Kekeringan Semua pintu ditutup, muka air dipertahankan setinggi mungkin Semua pintu ditutup, muka air dipertahankan setinggi mungkin
(retensi) (retensi)

-  Intrusi air asin Semua pintu dibuka serendah mungkin guna drainase maksimum Semua pintu dibuka serendah mungkin guna drainase maksimum

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 25


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

E.4.1.3. Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa


Secara umum yang dimaksud dengan pemeliharaan adalah :
Menjaga agar bangunan-bangunan hidrolik dapat berfungsi dan dapat beroperasi
dengan baik untuk mendukung pengelolaan air
Menyediakan jalan inspeksi bagi bangunan dan sarana lainnya
Memberikan dukungan terhadap ketersediaan air pertanian yang bersih dan
membantu mengatasi kerusakan tanaman.
Ada dua pihak yang terkait dengan Operasi dan Pemeliharaan dari sarana dan prasarana
hidrolik yaitu pemerintah dan petani. Petani bertanggung jawab terhadap Operasi dan
Pemeliharaan pada tingkat tersier dan lahan, sedangkan pemerintah bertanggung jawab
terhadap Operasi dan Pemeliharaan pada tingkat primer dan sekunder. Secara lebih luas
Operasi dan Pemeliharaan mencakup :

Saluran primer dan sekunder termasuk tanggul dan jalan inspeksi


Jembatan pada saluran primer dan sekunder
Bangunan pengatur di saluran primer dan sekunder
Operasi dan pemeliharaan fasilitas lapangan (kantor, rumah karyawan, transport,
komunikasi, dll)
Perlengkapan pengamatan (peralatan meteorologi, piozometer, pencatat hujan,
AWLR, dll).

Petani dan kelompok pemakai air lainnya bertanggung jawab terhadap pengoperasian
bangunan pengatur air dan pemeliharaan infrastruktur yang meliputi :
Saluran tersier, termasuk tanggulnya
Saluran kuarter dan saluran drainase cacing termasuk tanggulnya
Bangunan pengatur air pada saluran tersier dan kuarter
Jalan desa, saluran drainase dan bangunannya
Jadual kerja/tanam petani

Kegiatan pemeliharaan dapat dibedakan ke dalam 4 (empat) kategori, yaitu :

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 26


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

1. Pemeliharaan Rutin
2. Pemeliharaan Insidential
3. Pemeliharaan Darurat
4. Pemeliharaan Tahunan

1. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin meliputi kegiatan berulang minimal sekali dalam setahun pada
tempat yang sama. Dengan demikian kegiatan ini dapat direncanakan dan dijadwalkan
dalam daftar inventarisasi. Diantaranya adalah pembersihan, pencucian dan pemberian
minyak pelumas pada bangunan pintu.
Pemeliharaan rutin dapat dilakukan oleh pekerja harian dibawah pengaturan Dinas PU
Pengairan, atau sebaliknya dilakukan oleh penduduk setempat karena hal ini akan
meningkatkan pendapatan penduduk setempat. Frekuensi pemeliharaan rutin dapat
dilihat tabel dibawah ini.
Tabel E – 1
Frekuensi Pemeliharaan Rutin

Jenis Kegiatan Lokasi Frekuensi

- Pemotongan rumput pada berm dan - Saluran Primer, Sekunder


- 4 kali/tahun
tanggul dan tersier

- Perbaikan ringan tanggul - Saluran Primer, Sekunder


- 1 kali/tahun
dan Tersier

- Pembersihan dasar dan permukaan - Saluran Primer, Sekunder


- 4 kali/tahun
saluran dari rumput dan Tersier
Bangunan :
1. Pembersihan rumput - 12 kali/tahun
2. Pembersihan kotoran yang - 265 kali/tahun
Saluran Primer dan Sekunder
mengapung
3. Pengecatan besi - 1 kali/tahun
4. Pemberian minyak pelumas - 6 kali/tahun
Jembatan :
1. Penyiangan rumput - 1 kali/tahun
Saluran Primer dan Sekunder
2. Pengecatan pintu - 1 kali/tahun

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 27


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

2. Pemeliharaan Insidential

Pemeliharaan insidential berkaitan dengan keadaan dimana saluran/bangunan


memerlukan pemeliharaan lebih cepat dari yang dijadwalkan pada daftar inventarisasi
pekerjaan pemeliharan rutin. Meskipun demikian pemeliharaan insidential sebenarnya
dapat diperkirakan secara statistik misalnya, umur bangunan dan sedimentasi. Perkiraan
ini dapat didasarkan pada pengamatan dan penyelidikan lapangan.
Pemeliharaan insidential terutama pada saluran primer dan saluran sekunder
diantaranya, perbaikan terhadap kerusakan berm dan lereng tanggul, perbaikan dan
penggantian komponen bangunan.
Perkiraan pemeliharaan insidential dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel E – 2
Frekuensi Pemeliharaan Insidential

Jenis Kegiatan Lokasi Frekuensi

- Pengerukan Lumpur 1. Saluran Primer - 4 kali/5 tahun


2. Saluran Sekunder - 1 kali/5 tahun
- 1 kali/5 tahun

- Pembersihan dasar dan - Sal. Primer dan Sekunder - Apabila terjadi


permukaan saluran dari kerusakan
rumput

- Pembersihan Bangunan : - Bila dibutuhkan


Pembersihan kotoran yang
mengapung

3. Pemeliharaan Darurat

Bencana atau kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba membutuhkan tindakan yang cepat
guna memperkecil kerusakan atau kerugian yang terjadi pada wilayah pemukiman,
tanaman dan bangunan-bangunan hidrolik. Sebagai contoh, runtuhnya tanggul,

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 28


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

melimpasnya banjir diatas tanggul banjir dan runtuhnya bangunan pengatur air dan
jembatan.
Pada dasarnya apabila perencanaan dari bangunan dan saluran, tanggul ataupun
bangunan lainnya telah direncanakan dengan baik di luar bencana alam, kerusakan
darurat dapat dihindari dengan mengoptimalkan pemeliharaan rutin dan insidential.

4. Pemeliharaan Tahunan
Pemeliharaan tahunan adalah upaya untuk pembersihan lumpur pada saluran, perbaikan
tanggul-tanggul dan bangunan pelengkap. Tujuan dari kegiatan ini adalah pengembalian
ke kondisi semula dari saluran-saluran, bangunan-bangunan pelengkap, rumah jaga,
fasilitas-fasilitas lain termasuk peralatan.
Perbaikan sistem dalam skala besar tidak termasuk ke dalam perawatan tahunan.

E.4.1.4. Pemantauan Dan Evaluasi Kegiatan Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan


Reklamasi Rawa Pasang Surut
A. Pemantauan Operasi
Pemantauan dilakukan terhadap objek melalui kondisi sebagai berikut :
1. Pengamatan muka air di saluran / sungai dilakukan dengan menggunakan AWLR
(Automatic Water Level Recorder) atau manual.
2. Penampang saluran
3. Penurunan muka tanah (Soil Subsidence)
4. Muka air tanah
5. Curah hujan
6. Kualitas air permukaan
7. Kualitas air tanah
8. Kualitas tanah
9. Pengambilan air diluar kepentingan pertanian harus mendapatkan izin dari yang
berwenang
10. Daerah genangan diamati pada saat terjadi genangan.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 29


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

11. Pengamatan tanggul dan daerah rawan banjir dilakukan pada saat kondisi kritis/
banjir
12. Pengamatan lalu lintas air dilakukan terhadap jenis dan jumlah kendaraan air yang
melewati saluran
13. Pertumbuhan tanaman dan produksi.
Pemantauan ini menjadi tugas bersama antara P3A, juru pengairan dan PPL.

B. Pemantauan Pemeliharaan
Pemantauan dilakukan terhadap objek melalui indikator-indikator sebagai berikut.
1. Pekerjaan swakelola, indikatornya adalah jenis pekerjaan, volume, waktu, tenaga
kerja, bahan dan kualitas pekerjaan.
2. Pekerjaan kontraktual, indikatornya adalah jenis pekerjaan, volume, waktu, tenaga
kerja, bahan, peralatan dan kualitas pekerjaan.

C. Evaluasi Operasi
Evaluasi dilakukan terhadap hal-hal yang telah dipantau, yaitu:
1. Evaluasi Langsung
Evaluasi langsung dilakukan terhadap kondisi air yang meliputi:
a. curah hujan
b. muka air dan kedalaman drainase (drain depth)
c. operasi pintu
d. kualitas air
e. muka air tanah
f. navigasi
2. Evaluasi Musim Tanam
Objek-objek yang perlu dievaluasi meliputi:
a. Kondisi Air
i) curah hujan
ii) muka air dan kedalaman drainase (drain depth)
iii) operasi pintu

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 30


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

iv) kualitas air


v) muka air tanah
vi) navigasi
b. Tanaman
i) luas lahan
ii) jenis tanaman
iii) kerusakan tanaman
iv) produk
c. Tanah
i) pH
ii) racun (toxic)
iii) salinitas
iv) penurunan (subsidence)
v) kelembapan
d. Banjir dan Genangan
i) tanggul-tanggul rawan banjir
ii) muka air banjir dan genangan
iii) kerusakan akibat banjir dan genangan
e. Perizinan dan Retribusi
i) perizinan untuk penggunaan air di luar kebutuhan pertanian
ii) perizinan untuk pembuangan limbah ke dalam jaringan
iii) retribusi untuk penggunaan air di luar kebutuhan pertanian
iv) retribusi untuk pembuangan limbah ke dalam jaringan.
D. Evaluasi Pemeliharaan
Evaluasi dilakukan terhadap pekerjaan swakelola dan pekerjaan kontraktual dalam dua
periode, yaitu:
1. Evaluasi langsung dilakukan terhadap hal-hal antara lain jenis pekerjaan, volume,
waktu, tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kualitas pekerjaan. Evaluasi langsung
dilakukan pada saat pekerjaan sedang berjalan.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 31


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

2. Evaluasi tahunan dilakukan terhadap hal-hal antara lain jenis pekerjaan, volume,
waktu, tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kualitas pekerjaan. Evaluasi tahunan
dilakukan pada akhir tahun.

E. Pelaporan Operasi
Hal-hal yang dilaporkan menyangkut kegiatan operasi adalah:
1. Muka air di saluran / sungai dilaporkan tiap bulan
2. Kondisi saluran dilaporkan 1 kali setahun
3. Penurunan muka tanah (soil subsidence) dilaporkan 1 kali setahun
4. Muka air tanah dilaporkan tiap bulan
5. Curah hujan dilaporkan tiap bulan
6. Kualitas air permukaan dilaporkan tiap bulan
7. Kualitas air tanah dilaporkan tiap bulan
8. Kualitas tanah dilaporkan 1 kali dalam setahun
9. Pengambilan air di luar kepentingan pertanian
10.Daerah genangan dilaporkan tiap bulan
11.Tanggul pada tempat rawan banjir dilaporkan 1 kali dalam setahun
12.Lalu lintas air dilaporkan tiap bulan

F. Pelaporan Pemeliharaan
Laporan realisasi pekerjaan pemeliharaan dilakukan sebagai berikut.
1. Untuk pekerjaan swakelola dan kontrak, pelaporan dilakukan sesuai dengan
ketentuan swakelola dan kontrak
2. Pelaporan dilakukan secara tahunan

G. Rekomendasi
Rekomendasi kegiatan O&P yang perlu mendapatkan perhatian atau perbaikan
pelaksanaan pada periode berikutnya didasarkan pada evaluasi kegiatan O&P saat ini
termasuk juga rekomendasi kegiatan perencanaan dan pelaksanaan O&P

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 32


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

E.4.1.5. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan (OP)


A. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan (O&P) di Lapangan.
Organisasi Operasi dan Pemeliharaan (O&P) di tingkat lapangan sebagai ujung tombak
pelaksanaan kegiatan O & P di Lapangan

Struktur organisasi O & P di Lapangan

B. Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Operasi dan Pemeliharaan (O&P) di Lapangan
1. Pengamat Pengairan
a. Memimpin rapat rutin setiap minggu untuk mengetahui permasalahan O&P yang
dihadiri juru pengairan, petugas pintu air dan P3A/GP3A/IP3A
b. Mengikuti rapat di balai wilayah sungai. provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan.
c. Membina staf

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 33


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

d. Membina P3A/GP3A/IP3A untuk dapat melaksanakan O&P jaringan tersier yang


menjadi tanggung jawabnya serta berpartisipasi dalam kegiatan O&P jaringan
utama (sekunder dan primer)
e. Membantu proses pengajuan bantuan biaya O&P kepada P3A/GP3A/IP3A
f. Membuat laporan kegiatan O&P ke balai wilayah sungai. provinsi,
kabupaten/kota

2. Juru Pengairan
a. Membantu pengamat pengairan dalam menjalankan kegiatan O&P dalam wilayah
kerjanya
b. Melakukan pengawasan pekerjaan pemeliharaan rutin dan pekerjaan yang
dikontrakkan.
c. Membuat laporan pemeliharaan mengenai:
- kerusakan saluran dan bangunan
- realisasi pemeliharaan rutin, berkala, dan lain-lain
- biaya pemeliharaan berkala.
d. Bersama P3A melakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui kerusakan
saluran dan bangunan untuk segera diatasi
e. Menyusun biaya O&P dalam wilayah kerjanya bersama P3A

3. Petugas Pintu Air


a. Membuka dan menutup pintu air sesuai dengan kebutuhan
b. Memberi minyak pelumas pada pintu air.
c. Membersihkan sampah dan rumput di sekitar bangunan
d. Mencatat kerusakan pintu air pada formulir yang disediakan

C. Luas Wilayah Kerja Staf O&P


Kerapatan personel O&P di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Pengamat pengairan
1 orang + 3 staf, dengan luas areal layanan : 3.000 – 25.000 Ha.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 34


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

2. Juru pengairan
1 orang dengan luas areal layanan : 1.000 – 2.000 Ha.
3. Petugas pintu air
1 orang untuk melayani pintu air : 3-5 buah pintu air
4. P3A : beberapa blok tersier

D. Kompetensi Petugas
Kompetensi setiap petugas diuraikan sebagai berikut:

N o. J a b ata n P e n d id ik a n F a s ilit a s
1. Pengamat Pengairan D3 Sipil kantor, rumah, dan sepeda
motor
2. Staf Pengamat SMP Sepeda
3. Juru Pengairan STM rumah dan sepeda motor
4. Petugas pintu air SMP rumah jaga dan sepeda

E. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


1. Tanggung Jawab
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air bahwa operasi dan pemeliharaan jaringan tersier menjadi
tanggung jawab P3A.
2. Pembentukan P3A/GP3A/IP3A
Untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya melakukan operasi dan
pemeliharaan jaringan tersier petani yang ada dalam beberapa blok tersier
membentuk P3A. Sementara itu, dan untuk pelayanan tingkat sekunder dapat
dibentuk GP3A sebagai gabungan dari P3A dan untuk pelayanan daerah reklamasi
rawa dapat dibentuk IP3A sebagai gabungan GP3A.
3. Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A
Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A dilakukan oleh instansi terkait (Dinas SDA,
Dinas Pertanian, dan Pemerintah Daerah), yaitu untuk:
a. memperkuat kelembagaan dengan status berbadan hukum.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 35


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

b. meningkatkan kemampuan personil/sumber daya manusia di bidang teknik


rawa, teknik pertanian, dan organisasi.
c. melibatkan P3A/GP3A/IP3A dalam penyusunan program operasi dan
pemeliharaan jaringan rawa tersebut.
d. memberikan kesempatan kepada P3A/GP3A/IP3A (bagi yang sudah mampu)
untuk mengambil bagian dalam jaringan primer dan sekunder.
4. Bentuk Organisasi P3A
Bentuk organisasiP3A yang disarankan sebagaimana gambar di bawah ini, tetapi
dapat disesuaikan dengan kondisi setempat dan dilengkapi dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

5. Bentuk Organisasi Gabungan P3A (GP3A)


GP3A terdiri atas beberapa P3A dan bentuk organisasi GP3A disarankan
sebagaimana gambar di bawah ini, tetapi dapat disesuaikan dengan kondisi
setempat dan dilengkapi dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ ART).

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 36


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

6. Bentuk Organisasi Induk P3A (IP3A)


Organisasi IP3A terdiri atas beberapa GP3A dan bentuk organisasi IP3A
disarankan sebagaimana gambar di bawah ini, tetapi dapat disesuaikan dengan
kondisi setempat dan dilengkapi dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ ART).

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 37


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

E.4.1.6. Pembiayaan
A. Penyediaan biaya
Penyediaan biaya didasarkan atas kebutuhan biaya yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
B. Perhitungan Kebutuhan Biaya Operasi dan Pemeliharaan
1. Komponen-Komponen Pembiayaan O&P
a. Biaya Operasi
1) Insentif Pengamat, Juru, PPA, dan Staf
2) Perjalanan Dinas Pengamat dan Juru Pengairan (rapat koordinasi dan
pemantauan)
3) Operasional Kantor (listrik, telepon, air, ATK, bahan survei, dll)
4) Operasional Peralatan (sepeda motor, genset, pemotong rumput, dll)

b. Biaya Pemeliharaan

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 38


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

1) Pemeliharaan Rutin
i. Pembersihan sampah di muka bangunan air pada:
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier
ii. Pemotongan rumput di tanggul/ berm pada:
- tanggul pengaman
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier
iii. Pembersihan saluran (tumbuhan air) pada:
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier
iv. Pemeliharaan tanggul pada:
- tanggul pengaman
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier
v. Pemeliharaan bangunan air (pembersihan, pelumasan, dan pengecatan)
pada:
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier
vi. Pemeliharaan jembatan dan dermaga (pengecatan dan perbaikan
ringan) pada:
- saluran navigasi
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 39


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

vii. Pemeliharaan jalan pada:
- jalan inspeksi
- jalan usaha tani

viii. Pemeliharaan kantor dan rumah dinas (termasuk perbaikan ringan)
ix. Kalibrasi alat ukur
2) Pemeliharaan Berkala
i. Pengangkatan lumpur pada:
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier

ii. Perbaikan tanggul (longsor dan erosi) pada:
- tanggul pengaman
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier

iii. Perbaikan bangunan air (penggantian yang rusak) pada:
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier

iv. Perbaikan jembatan dan dermaga (penggantian yang rusak) pada:
- saluran navigasi
- saluran primer
- saluran sekunder
- saluran tersier

v. Perbaikan jalan pada:
- jalan inspeksi
- jalan usaha tani

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 40


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

vi. Perbaikan kantor dan rumah dinas (rehabilitasi)

vii. Pengamanan jaringan (patok batas jalur hijau dan sempadan, papan
larangan, portal, nomenklatur bangunan, dan patok km)

2. Cara Perhitungan
a. Biaya Operasi
1) Insentif .............................................................................................. (1)
i. Pengamat : Jumlah pengamat x 12 x Rp…….../bln
ii. Juru : Jumlah juru x 12 x Rp…….../bln
iii. PPA : Jumlah PPA x 12 x Rp…….../bln
iv. Staf Pengamat : Jumlah staf x 12 x Rp…….../bln

2) Perjalanan Dinas Pengamat danJuru Pengairan..................................... (2)


i. Pemantauan Pengamat : Jumlah pengamat x frekuensi x Rp……./hr
Juru : Jumlah juru x frekuensi x Rp……./hr
ii. Rapat (ke kabupaten/kota/prov./BWS) Pengamat : Jumlah pengamat x
frekuensi x Rp……./hr
Juru : Jumlah juru x frekuensi x Rp….…/hr

3) Operasional Kantor (sesuai dengan kebutuhan) ...................................... (3)


i. Listrik : 12 x Rp……../bln
ii. Telepon : 12 x Rp……../bln
iii. Air : 12 x Rp……../bln
iv. ATK : 12 x Rp……../bln
v. Bahan Survey : 12 x Rp……../bln

4) Operasional Peralatan (sesuai dengan kebutuhan)................................... (4)


i. Sepeda Motor : Jumlah sepeda motor x 12 x Rp ….../bln
ii. Gen-Set : Jumlah Gen-Set x 12 x Rp…..../bln
iii. Pemotong Rumput : Jumlah pemotong rumput x 12 x Rp……/bln

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 41


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

iv. Lain-lain : ....... x 12 x Rp. ............ /bln

b. Biaya Pemeliharaan
1) Pemeliharaan Rutin:
i. Pembersihan sampah di muka bangunan air

Keterangan:
Ps = Pembersihan sampah di muka bangunan air
n = jumlah bangunan yang berfungsi dalam satu skema(bh)
k = kapasitas (bh/hr)  (lihat tabel 9)
f = frekuensi /thn  (lihat tabel 6)
u = upah kerja/hari (Rp/hr)

ii. Pemotongan rumput di tanggul/berm :

pr = (p x l /k) x f x u

Rumus tersebut berlaku pada tanggul pengaman, saluran primer,
sekunder, dan tersier
Keterangan
Pr = Pemotongan rumput
p = panjang tanggul (m)
l = lebar rata-rata tumbuhan rumput (m)
k = kapasitas (m2/hr)
f = frekuensi /thn
u = upah kerja/hari (Rp/hr)
iii. Pembersihan saluran (tumbuhan air)

psal = (p x l /k) x f x u

Rumus tersebut berlaku pada saluran primer, sekunder, dan tersier
Keterangan:

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 42


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Psal = Pembersihan saluran
P = panjang saluran (m)
l = lebar rata-rata tumbuhan rumput (m)
k = kapasitas (m2/hr)
f = frekuensi/thn
u = upah kerja/hari (Rp/hr)

iv. Pemeliharaan tanggul

pt = (p x l /k) x f x u

Rumus tersebut berlaku pada tanggul pengaman, saluran primer,
sekunder, dan tersier
Keterangan:
Pt = Pemeliharaan tanggul
p = panjang tanggul yang rusak (m)
l = lebar rata-rata tanggul yang rusak (m)
k = kapasitas (m2/hr)  (lihat tabel 9)
f = frekuensi/thn  (lihat tabel 6)
u = upah kerja/hari (Rp/hr)

v. Pemeliharaan bangunan air (pembersihan, pelumasan, dan pengecatan)

pb = (Hb + u) x f x n

Rumus tersebut berlaku pada saluran primer, sekunder, dan tersier
Keterangan:
Pb = Pemeliharaan bangunan air
n = jumlah bangunan air
Hb  = biaya bahan/ bangunan
f = frekuensi
u = upah kerja/hari (Rp/hr)

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 43


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

vi. Pemeliharaan jembatan dan dermaga (pengecatan dan perbaikan ringan)

pjd = (Hb + u) x f x n

Keterangan:
Pjd = Pemeliharaan jembatan atau dermaga (pengecatan dan perbaikan
ringan)
n = jumlah bangunan air
Hb  = biaya bahan/ jembatan atau dermaga
f = frekuensi
u = upah/jembatan atau dermaga

vii. Kalibrasi alat ukur (tergantung spesifikasi alat)

Ka = u x f x n

Keterangan:
Ka = Kalibrasi alat ukur
n = jumlah alat ukur
f = frekuensi  (lihat tabel 6)
u = upah/alat ukur

2) Pemeliharaan Berkala
i. Pengerukan lumpur

Rumus tersebut berlaku untuk saluran primer, sekunder, dan tersier
Keterangan:
P = panjang saluran (m)
l = lebar saluran (m)
t = tinggi endapan (m)

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 44


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

k = kapasitas (m3/hr)  (lihat tabel 9)
f = frekuensi/thn  (lihat tabel 7)
u = upah kerja/hari (Rp/hr)

ii. Perbaikan tanggul (longsor dan erosi)

ptb = (p x l /k) x Hb x u

Rumus tersebut berlaku pada tanggul pengaman, saluran primer,
sekunder, dan tersier
Keterangan:
Ptb = Perbaikan tanggul
p = panjang tanggul yang rusak (m)
l = lebar rata-rata tanggul yang rusak (m)
k = kapasitas (m2/hr) (lihat tabel 9)
f = frekuensi/thn (lihat tabel 7)
u = upah kerja/hari (Rp/hr)

iii. Perbaikan Bangunan air (penggantian yang rusak)

pbb = (Hb + u) x n x f

Keterangan:
Pbb = Perbaikan bangunan air
n = jumlah bangunan air
Hb = biaya bahan/ bangunan air
f = frekuensi/thn (lihat tabel 7)
u = upah/bangunan air

c. Biaya O&P Keseluruhan


Biaya O&P secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Total Biaya O&P = O + PR + PB ........................................................(19)

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 45


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Keterangan:
O = Operasi
PR = Pemeliharaan Rutin
PB = Pemeliharaan Berkala

E.4.2. Identifikasi Sistem Tata Air


Agar Sistem tata air rawa memiliki efisiensi tinggi dan layak untuk dikerjakan, maka
diperlukan sebuah lay out. Adapun kriteria dan pertimbangan pemilihan lay out harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Harus layak secara ekonomis
Dari segi hidrolika harus layak dan menguntungkan (gravitasi, pasang surut, dll)
dan semua areal pertanian akan terjangkau dalam berbagai kondisi
Dari segi eksploitasi dan pemeliharaan dipilih yang paling menguntungkan
Pemanfaatan saluran drainasi yang sudah ada (sedikit modifikasi)
Air genangan yang terjadi dapat dibuang dengan cepat
Tidak menimbulkan dampak sosial yang negatif terhadap masyarakat setempat.

Lay out sistem tata air rawa sesuai dengan peta situasi detail dengan skala 1 : 5.000,
dengan memperhatikan kondisi tata air yang ada.

Rencana sistem tata air yang diusulkan meliputi :

1. Perencanaan sistem tata air yang meliputi saluran sekunder, saluran primer.
2. Perencanaan dan penempatan bangunan pengatur dan pelengkap.
3. Menyiapkan pedoman operasi dan pemeliharaan (O & P)

Pada tahap awal pengembangan ini diarahkan untuk penanaman padi tadah hujan dan
palawija sebagai tanaman kedua. Namun oleh karena hal ini kurang berhasil sehingga
timbul pemikiran untuk memanfaatkan sirkulasi pasang surut secara konstan dan segar
secara optimum.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 46


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Tabel E - 3
Kriteria Data Pendukung

No Parameter Indikator Masukan

1. Topografi Elevasi Lahan Elevasi Terbaru

2. Penurunan Tanah Ketebalan Lapisan Ketebalan Lapisan Gambut


Organik Gambut Terbaru

3. Suplai air pasang Jumlah genangan per Pengaruh Kehilangan dari


selama masa siklus pasang surut 15 elevasi HW :
pertumbuhan hari, dengan - Bang. Sekunder : 0,10 m
menggunakan analisa - Sekunder : 0,05
frekuensi elevasi HW m/km
di sungai selama masa - Bang. Tersier : 0.10 m
pertumbuhan - Tersier : 0.10
m/km
- Tersier - lahan : 0.10 m

4. Potensi drainase Potensi kedalaman Pengaruh kehilangan dari


setelah drainase menggunakan elevasi MW :
pengurangan elevasi lahan terbaru - Primer : 0.05
ketebalan gambut diatas MW di sungai m/km
selama banjir pada - Bang. Sekunder : 0.20 m
musim hujan diambil - Sekunder : 0.20
dengan pengurangan m/km
oleh faktor kehilangan - Bang. Tersier : 0.20
pada saluran m/km
- Tersier - lahan : 0.10 m

5. Intrusi salinitas Durasi intrusi salinitas Durasi harga EC > 5 m3 / cm


di dalam sistem di saluran primer

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 47


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

6. Potensi racun / Kedalaman lapisan Kedalaman lapisan materi al


toxit PASS sulfidik dibawah reaksi H2O2

7. Kesuburan tanah Total berat isi Prosentase berat kering dari


organik total dibawah pemanasan

8. Kesuburan rendah CEC dan kejenuhan Al CEC dalam me/100 g dan


racun tanah prosentase kejenuhan Al

Untuk kepentingan sistem pengembangan sistem pengembangan diatas sampai dapat


memberikan hasil yang optimal sangat perlu untuk mengadakan perubahan sarana
jaringan drainase, sarana pendukung pertanian, perhubungan dan kondisi sosial
masyarakat.
A. Hidrotopografi

Hidrotopografi adalah kemampuan suplai air pada lahan oleh air pasang surut
sehubungan dengan kondisi elevasi lahan yang bervariasi. Akan tetapi hidrotopografi
bukan satu-satunya pertanda potensi keberhasilan pengelolaan lahan yang akan
diterapkan, karena masih banyak lagi faktor yang harus diperhatikan.

Penyusunan hidrotopografi didasarkan atas :


Tinggi muka air di sungai pasang surut
Karakteristik saluran dan bangunan
Elevasi lahan

Dengan demikian hidrotopografi untuk suatu lahan tidak bersifat tetap dan sama. Pada
akhirnya hidrotopografi merupakan pembatas bagi peruntukan tanah pertanian dan
pengelolaan air oleh petani.
1. Kategori A

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 48


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Lahan terluapi > 4 - 5 kali persiklus pasang purnama, baik pada musim hujan dan
musim kemarau.
2. Kategori B
Lahan terluapi > 4 - 5 kali persiklus pasang purnama, pada sebagian musim hujan.
3. Kategori C
Lahan terluapi < 4 - 5 kali persiklus pasang purnama
Ada pengaruh pasang surut pada air tanah
4. Kategori D
Lahan tidak pernah terluapi walaupun oleh pasang besar
Tidak ada pengaruh pasang surut pada air tanah

Gambaran mengenai kondisi lahan dalam hidrotopografi disajikan pada gambar


kategori pembagian hidrotopografi pada gambar E - 2 berikut ini.

Gambar E - 2
Pembagian Kategori Hidrotopografi Daerah Rawa

Pasang tinggi musim Hujan (min 4-5 hari)

Pasang tinggi musim kemarau ( min 4-5


hari)
SURUT
Lahan terluapi > 4- Lahan terluapi > 4- Lahan tidak ter- Lahan tidak ter-
MUSIM HUJAN
Surut 5 kali per siklus 5 kali per siklus luapi, tetapi muka luapi walau oleh
pasang purnama, pasang purnama, air tanah masih pasang besar, &

musim baik pada musim pada sebagian dipengaruhi oleh


tidak ada penga-
ruh pasang surut
hujan maupun musim hujan pasang surut
kemarau kemarau
pada air tanah

Kategori A Kategori C Kategori D


Kategori B

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 49


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Untuk menggambarkan kategori hidrotopografi harus memperhitungkan kehilangan-


kehilangan sepanjang saluran yang dilewati oleh air dan besarnya diasumsikan seperti
terlihat pada Tabel E.4.

Tabel E - 4
Kehilangan Tinggi untuk Hidrotopografi

Lokasi Kehilangan

- Bangunan Sekunder 0,10 m


- Saluran Sekunder 0,50 m/km
- Bangunan Tersier 0,10 m
- Saluran Tersier 0,10 m/km
- Saluran Tersier - Lahan 0,10 m

Tahap selanjutnya dari pengelolaan daerah pasang surut adalah dengan memanfaatkan
secara optimal air pasang surut secara konstan dan segar, hal ini mengharuskan kita
melakukan studi yang mendalam terhadap potensi yang aktual dari tanah, hidrologi dan
topografi di lokasi pekerjaan. Komponen data-data pendukung berkaitan dengan
pekerjaan ini secara umum dapat dibedakan atas :

Hidrologi dan hidrolika aliran ( pasang surut )


Kualitas air tanah dan permukaan
Faktor pembatas fisik dan kimia tanah

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 50


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

B. Drainability
Kondisi drainability menggambarkan kemampuan suatu lahan untuk mendrain muka air
tanah. Besar kecilnya drainability dipengaruhi antara lain :
Elevasi lahan
Pengaruh pasang surut pada lahan
Karakteristik saluran dan bangunan
Seperti halnya hidrotopografi, drainability pada suatu lahan dapat berubah-ubah sesuai
dengan perubahan hal-hal di atas. Nilai drainability pada akhirnya juga merupakan
faktor pembatas bagi peruntukan lahan bagi tanaman dan sistem pengelolaan air oleh
petani.

Penggambaran drainability pada lahan harus juga memperhitungkan kehilangan-


kehilangan pada saluran-saluran yang dilalui oleh air, yang besarnya adalah sebagai
berikut.
Tabel E - 5
Kehilangan Tinggi untuk Drainability

Lokasi Kehilangan

Saluran Primer 0,05 m / km


Bangunan sekunder 0,20 m
Saluran Sekunder 0,20 m / km
Bangunan ke Saluran Tersier 0,30 m
Saluran Tersier 0,20 m / km
Saluran Tersier ke Lahan 0,10 m

C. Zona Kesesuaian Lahan


Kesesuaian lahan dalam jaringan rawa pasang surut ditentukan oleh :
(1) hidrotopografi,
(2) kemampuan drainase lahan,
(3) jenis tanah,
(4) instrusi air laut asin,

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 51


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

(5) adanya kondisi air/tanah asam dan racun.


Faktor-faktor ini secara bergantian dipengaruhi oleh :
(6) jenis dan operasi prasarana hidrolik dan
(7) kondisi pemeliharaan saluran dan bangunan pengendali air.

Terdapat dua parameter hydrologi yang paling penting dalam rawa pasang surut adalah
hydrotopografi dan kemampuan drainase lahan. Istilah “Hydro-topografi“ mengacu
pada permukaan air tinggi pada saluran-saluran yang membatasi lahan, yang
menunjukkan potensi bagi irigasi pasang surut. Istilah “Drainabilitas / kemampuan
drainase“ mengacu pada tinggi muka air rata-rata pada saluran-saluran yang membatasi
lahan dan penting bagi pencuci tanah.

Konsep hidrotopografi dan kemampuan drainase diperlihatkan pada gambar 4 - 2 dan 4


- 3 di atas. Apabila memperhitungkan kemampuan drainase dan hidrotopografi, maka
harus dipertimbangkan masalah-masalah berikut ini :
Kerugian tinggi hidrolik antara sungai pasang surut dan lahan harus
dipertimbangkan pada waktu menentukan hidrotopografi dan kemampuan drainase.
Analisa frekuensi tinggi muka air harian diperlukan untuk menentukan perbatasan
antara kategori-kategori hidrotopografi.
Elevasi lahan mendatang sehubungan dengan penyusutan tanah yang diperkirakan.

Faktor-faktor fisik lainnya yang penting dalam menentukan kesesuaian lahan untuk
pertanian adalah sebagai berikut.
Instrusi salinitas selama musim kemarau
Kesuburan tanah
Bahaya bagi kondisi air tanah yang mengandung asam dan racun (aktual dan
potensial)
Kondisi fisik tanah (kematangan dan kedalaman gambut).

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 52


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Zone kesesuaian lahan disusun berdasarkan Satuan Lahan (Land Unit) yang
menggambarkan karakteristik lahan, yang disusun atas dasar karakteristik lahan dengan
bermacam-macam batasan.
Sebagai upaya pengeloaan lahan setiap Land Unit dengan tipe penggunaan Lahan (LUT
= Land Utibility Type) yang diputuskan menghasilkan Zone Pengelolaan Air (WMZ =
Water Management Zonning). Pada wilayah pasang surut setidak-tidaknya terdapat tiga
sampai empat Tipe Penggunaan Lahan yang mempunyai perbedaan yang sangat jelas
pada Land Unit, tipe tanah, pengelolaan air, perencanaan saluran dan pengoperasian
bangunan.
Type penggunaan lahan tersebut adalah :
1. Padi lahan basah
2. Padi tadah hujan dan palawija
3. Tanaman keras dan perkampungan
4. Padi lahan basah dengan irigasi pompa

Dengan empat LUT ini dapat ditentukan zone kesesuaian lahan dan juga dapat
membantu penggunaan lahan dalam Unit pengelolaan air. Karakteristik lahan untuk
palawija tidak berbeda jauh dengan padi tadah hujan pada wilayah pasang surut dengan
demikian LUT padi hujan sawah dengan LUT untuk tanaman keras dengan LUT untuk
perkampungan.

Empat potensi utama dalam GIS yang membentuk Land Unit dijelaskan sebagai berikut
:
1. Potensi Irigasi
Potensi irigasi pasang surut diperkirakan dengan memperhitungkan pengaruh
kehilangan pada saluran. Sebuah model matematik akan dibutuhkan untuk
memperkirakan potensi irigasi pasang surut ini. Dalam hal ini ditampilkan dua klas
yaitu :
a. Potensi irigasi pasang surut 4 kali atau lebih per periode pasang (15 hari).
b. Potensi irigasi pasang surut kurang dari 4 kali per periode pasang (15 hari).

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 53


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

2. Kedalaman Drainase (Drainability)


Potensi kedalaman drainase diperhitungkan untuk mendapatkan kedalaman rencana
saluran berkaitan dengan debit yang kuat dan tambahan oleh hujan. Klas potensi
kedalaman drainase akan diambil dengan perhitungan pengaruh kehilangan di saluran.
Dalam hal ini ditampilkan tiga kelas yaitu :
a. Potensi kedalaman drainase < 30 cm
b. Potensi kedalaman drainase 30 - 60 cm
c. Potensi kedalaman drainase > 60 cm
Potensi kedalaman drainase diambil dari elevasi lahan dengan ketebalan lapisan organik
tanah yang sudah stabil.

3. Salinitas
Klas salinitas menampilkan durasi/guna intrusi salinitas yang diperhitungkan akan
masuk pada saluran. Dalam hal ini ditampilkan dua klas yaitu :
a. Intrusi salinitas lebih dari 1 bulan per tahun
b. Intrusi salinitas kurang dari 2 bulan per tahun

4. Tipe Tanah
Dalam hal ini ada empat tipe dasar tanah di daerah pasang surut yaitu :
a. Tanah mineral ( CEC > 5 mc/100 g ) dengan material sulfidik (pyrit) pada
kedalaman < 100 cm dari permukaan lapisan mineral ( < 15 %C ). Tanah Mineral
Pyrit.
b. Tanah mineral ( CEC > 5 mc/100 g ) dengan material sulfidik (pyrit) pada
kedalaman > 100 cm dari permukaan lapisan mineral ( < 15 %C ), atau tanpa
material sulfidik. Tanah Mineral, tanpa pyrit.
c. Tanah organik ( lapisan organik > 40 cm, dan  15 % C ) dengan berat kering >
25 % dari berat total. Muck Soil.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 54


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

d. Tanah organik ( lapisan organik > 40 cm, dan  15 % C ) dengan berat kering >
25 % dari berat total. Tanah Gambut.
e. Agak keputihan, tanah mineral dengan CEC (Cation Exchange Capacity)  5
me/100g dan mengandung almunium > 50 %, dengan tanpa material sulfidik pada
lapisan subsoil. Whitish, Low Fertility Soil.

Potensi irigasi dan kedalaman drainase akan ditentukan melalui model matematik. Yang
paling penting adalah tinggi muka air di saluran yang dapat didekati dengan
memperkirakan kehilangan di saluran sampai dengan saluran utama, dimensi saluran
dan karakteristik pasang surut. Berdasarkan informasi ini desainer dapat melokalisir
potensi atau permasalahan di areal dan merencanakan kembali ukuran dan dimensi dari
sarana-sarana yang ada. Setelah direncanakan kembali ukuran dan dimensi sarana yang
baru dapat digunakan untuk menghitung potensi irigasi dan kedalaman drainase dengan
model matematik.
Pengukuran terbaru dari racun tanah (dalam hal ini logam besi) dapat membantu
melokalisir permasalahan tetapi tidak dapat menentukan kualitas lahan untuk membatasi
Land Unit. Pengaruh racun mempunyai karakteristik yang berulang sepanjang tahun
dan tidak sesuai untuk analisa dengan metode GIS. Karakteristik yang demikian sama
dengan menunjukkan bahwa pyrit dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah dan
kedalaman drainase yang dangkal lebih baik untuk memutuskan bahwa kondisi air
tertahan dapat menimbulkan bahaya racun. Dalam kasus ini pengelolaan air akan
diambil untuk mencegah keracunan.
Untuk menunjang pengembangan tanah gambut paling penting untuk dipertimbangkan
potensi kedalaman drainase setelah semua gambut hilang melalui penurunan dan
oksidasi dengan perkiraan drainability dan konsekuensi untuk kebutuhan drainase
pompa. Dengan demikian maka penetapan Land Unit melalui GIS (Geographical
Information System) juga termasuk didalamnya penetapan Land Unit tanah organik
dengan dasar di bawah lapisan tanah mineral. Tabel berikut, juga dapat membantu
penerapan GIS (Geographical Information System ) untuk menetapkan Land Unit.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 55


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Tabel : E – 6
GIS Sebagai Perantara Penetapan Land Unit

Karakteristik Kriteria Digunakan


No. Parameter Kelas
Lahan Keluaran Untuk
1 Potensi Irigasi Pasut - Elevasi lahan Banyak - > 4 kali Potensi untuk
(Dengan genangan persiklus suplay
menggunakan Model persiklus pasang
matematik) pasut
Karakteristik Kriteria Digunakan
No. Parameter Kelas
Lahan Keluaran Untuk
- HWL selama Kedalaman - < 4 kali air pasut (padi
masa drainase persiklus sawah)
pertumbuhan selama pasang
puncak
musim
- Kehilangan Penghujan
tinggi pasang
disaluran

2 Potensi kedalaman - Elevasi lahan - < 30 cm Potensi


drainase (Dengan setelah dari draianse untuk
menggunakan model dikurangi permukaa
matematik) n
Ketebalan - 30-60 cm padi tadah
gambut dari hujan atau
permukaa
n
- MWL selama tanaman
masa tahunan
pertumbuhan
- Kehilangan
tinggi

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 56


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

dari rata-rata
muka
air di saluran

Karakteristik Kriteria Digunakan


No. Parameter Kelas
Lahan Keluaran Untuk
3 Intrusi salinitas Lama intrusi EC > > 1 bulan Kesesuaian
salinitas 5mS/cm pertahun untuk suplai air
selama masa disaluran pasut
primer
Pertumbuhan dekat < 1 bulan atau pompa
bangunan pertahun
sekunder

4 Type tanah dan


kualitas lahan
a. Keasaman/bahaya Kedalaman Kedalaman < 1 m Potensi bahaya
racun lapisan pyrit material dibawah racun di lahan
sulfidik permukaan
dari > 1 m dari pasut
permukaan per-
tanah mukaan /
tidak
ada
b. Kesuburan tanah Kandungan % berat abu < 25 % Kesuburan
organik abu dari tanah (dalam abu tanah dan
ketebalan material organik pemanas kesesuaian
an pada 600 > 25 % lahan untuk
organik
o
C) abu padi
> 40 cm

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 57


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

c. Kesuburan tanah CEC dari tanah CEC dalam CEC>5me/ Kesuburan


mineral mineral dan me/100 g 100 g tanah dan
ketebalan lapisan kesesuaian
organik
< 40 cm atau < 15
%C
Karakteristik Kriteria Digunakan
No. Parameter Kelas
Lahan Keluaran Untuk
kandungan Al Prosentase CEC<5me/ lahan untuk
kandungan 100 g padi
Al
(dan
kandungan
Al > 50
%)

Empat tema utama dalam GIS yang didefinisikan di atas dapat dijadikan dasar pada
analisa geografi untuk membuat sepuluh (10) kesesuaian Land Unit di daerah pasang
surut dengan karakteristik lahan (kualitas lahan) untuk memutuskan potensi lahan bagi
pengerjaan dan pengelolaan air pada daerah pasang surut. Berikut sepuluh (10) Land
Unit di daerah pasang surut yang sesuai untuk beberapa gambaran penggunaannya yaitu
:
1. Land Unit I (Areal Irigasi Pasang Surut)
Unit ini didefinisikan sebagai lahan dengan :
 Tanah mineral (CEC > 5 me/100 g) atau tanah organik dengan berat bersih >25 %
 Intrusi salinitas kurang dari 1 bulan
 Irigasi pasang surut > 4 kali persiklus pasang
 Serta karakteristik lahan sesuai untuk masa pertumbuhan tanaman sepanjang tahun

2. Land Unit II (Pyrit dan Muck Soil, Salinitas, Kedalaman Drainase 30 - 60


cm)

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 58


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

 Tanah mineral ( CEC > 5 me / 100 g )


 Kandungan pyrit 100 cm dari lapisan atas tanah mineral ( < 15 % C ) atau tanah
organik dengan berat bersih > 25 %
 Intrusi salinitas lebih dari 1 bulan selama masa pertumbuhan
 Potensi kedalaman drainase 30 - 60 cm
 Boleh mempunyai ataupun tidak mempunyai potensi irigasi pasang surut

3. Land Unit III (Pyrit dan Muck Soil, Salinitas, Kedalaman Drainase 60 cm)
Unit ini di definisikan sebagai tanah dengan :
 Tanah mineral ( CEC > 5 me / 100 g )
 Kandungan pyrit 100 cm dari lapisan atas tanah mineral ( < 15 % C ) atau tanah
organik dengan berat bersih > 25 %
 Intrusi salinitas lebih dari 1 bulan selama masa pertumbuhan
 Potensi kedalaman drainase 60 cm
 Boleh mempunyai ataupun tidak mempunyai potensi irigasi pasang surut.

4. Land Unit IV (Pyrit dan Muck Soil, Non Salinitas, Kedalaman


Drainase 30 - 60 cm)
Unit ini didefinisikan sebagai tanah dengan :
 Tanah mineral ( CEC > 5 me / 100 g )
 Kandungan pyrit 100 cm dari lapisan atas tanah mineral ( < 15 % C )
 Atau tanah organik dengan berat bersih > 25 %
 Intrusi salinitas kurang dari 1 bulan selama masa pertanaman
 Potensi kedalaman drainase 30 - 60 cm
 Tidak ada potensi irigasi pasang surut selama periode pasang surut atau hanya
selama periode dalam musim hujan

5. Land Unit V (Pyrit dan Muck Soil, Non Salinitas, Kedalaman Drainase >
60 cm)
Unit ini didefinisikan sebagai tanah dengan :

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 59


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

 Tanah mineral ( CEC > 5 me / 100 g )


 Kandungan pyrit 100 cm dari lapisan atas tanah mineral ( < 15 % C )
 Atau tanah organik dengan berat bersih > 25 %
 Intrusi salinitas kurang dari 1 bulan selama masa pertumbuhan
 Potensi kedalaman drainase > 60 cm
 Boleh mempunyai ataupun tidak mempunyai potensi irigasi pasang surut atau
hanya selama periode dalam musim hujan.

6. Land Unit VI (Tanah Gambut)


Unit ini didefinisikan sebagai tanah dengan :
 Tanah organik dengan berat bersih 25 %
 Potensi kedalaman drainase > 30 cm. Dalam hal ini bentuk tanah gambut yang
mana telah terbakar dalam lapisan lempung yang baru dan masih beracun.

7. Land Unit VII (Agak putih, Tanah dengan Kesuburan Rendah)


Unit ini didefinisikan sebagai tanah dengan :
 Tanah mineral dengan CEC < 5 me / 100 g
 Kandungan aluminium tinggi ( > 50 % )
 Tanpa material sulfidik ( pyrit ) atau
 Dengan material sulfidik (pyrit) lebih 100 cm dari lapisan atas mineral soil (< 15
%)

8. Land Unit VIII (Non Pyrit, Non Salinitas, Kedalaman Drainase 30 - 60 cm)
Unit ini didefinisikan sebagai tanah dengan :
 Tanah mineral dengan CEC > 5 me / 100 g
 Tanpa material sulfidik (pyrit) atau
 Dengan material sulfidik (pyrit) lebih 100 cm dari lapisan atas mineral soil (< 15
%)
 Potensi kedalaman drainase 30 - 60 cm
 Tidak ada potensi irigasi pasang surut atau hanya selama musim hujan

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 60


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

9. Land Unit IX (Non Pyrit, Non Salinitas, Kedalaman Drainase > 60 cm)
Unit ini didefinisikan sebagai tanah dengan :
 Tanpa mineral dengan CEC > 5 me / 100 g
 Tanpa material sulfidik (pyrit) atau
 Dengan material sulfidik (pyrit) lebih 100 cm dari permukaan
 Potensi kedalaman drainase > 60 cm
 Tidak ada potensi irigasi pasang surut atau hanya selama musim hujan

10. Land Unit X (Non Pyrit, Salinitas)


Unit ini didefinisikan sebagai tanah dengan :
 Tanah mineral dengan CEC > 5 me / 100 g
 Tanpa material sulfidik (pyrit) atau
 Dengan material sulfidik (pyrit) lebih 100 cm dari muka tanah
 Salinitas lebih dari 1 bulan selama masa pertumbuhan
 Potensi kedalaman drainase > 30 cm
 Mempunyai atau tidak potensi irigasi pasang surut

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 61


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Tabel E – 7
Penggolongan Satuan Lahan (Land Unit ) Rawa Pasang Surut Secara Umum

Satuan
Lahan
KETERANGAN
( Land
Unit )
Area irigasi pasang surut (Tidal irrigated area). Lahan ini merupakan tanah
Land Unit mineral (KTK > 5 me/100 g) atau tanah organik dengan kadar abu > 25 %
I dan intrusi air asin kurang dari 1 bulan, irigasi pasang empat kali atau lebih
per siklus pasang
Tanah gambut dan berpirit, salin, kedalaman drainase 30–60 cm (Pyritic and
Muck soils, saline, drainage depth 30–60 cm). Lahan sebagai tanah mineral
(KTK > 5 me/100 g) dan bahan sulfidik (pirit) terdapat pada kedalaman <
Land Unit
100 cm dari permukaan tanah mineral (< 15 % C) atau tanah organik dengan
II
kadar abu > 25 % dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim
tanam serta potensi drainasenya 30–60 cm. Daerah ini kemungkinan
berpotensi atau tidak berpotensi untuk pengembangan irigasi pasang surut.
Tanah gambut dan berpirit, salin, kedalaman drainase >60 cm (Pyritic and
Muck soils, saline, drainage depth >60 cm). Lahan sebagai tanah mineral
(KTK > 5 me/100 g) dan bahan sulfidik (pirit) terdapat pada kedalaman <
Land Unit
100 cm dari permukaan tanah mineral (< 15 % C) atau tanah organik dengan
III
kadar abu > 25 % dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim
tanam serta potensi drainasenya >60 cm. Daerah ini kemungkinan berpotensi
atau tidak berpotensi untuk pengembangan irigasi pasang surut.
Land Unit Tanah gambut dan berpirit, non-salin, kedalaman drainase 30–60 cm (Pyritic
IV and Muck soils, non-saline, drainage depth 30–60 cm). Lahan sebagai tanah
mineral (KTK > 5 me/100 g) dan bahan sulfidik (pirit) terdapat pada
kedalaman < 100 cm dari permukaan tanah mineral (< 15 % C) atau tanah
organik dengan kadar abu > 25 % dan intrusi air asin lebih dari satu bulan
selama musim tanam serta potensi drainasenya > 60 cm. Irigasi pasang surut

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 62


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

hanya dapat digunakan selama musim hujan.


Tanah gambut dan berpirit, non-salin, kedalaman drainase >60 cm (Pyritic
and Muck soils, non-saline, drainage depth > 60 cm). Lahan sebagai tanah
mineral (KTK > 5 me/100 g) dan bahan sulfidik (pirit) terdapat pada
Land Unit
kedalaman < 100 cm dari permukaan tanah mineral (< 15 % C) atau tanah
V
organik dengan kadar abu > 25 % dan intrusi air asin lebih dari satu bulan
selama musim tanam serta potensi drainasenya >60 cm. Irigasi pasang surut
hanya dapat digunakan selama musim hujan
Land Unit Tanah gambut (peat soils). Tanah organik (total kandungan abu atau kadar
VI abu <25 %) dan potensi drainasenya > 30 cm.
Tanah yang mempunyai kesuburan rendah (Whitis, low fertility soils)
Land Unit sebagai tanah mineral (KTK < 5me/100 g dan kejenuhan aluminium >50 %).
VII Mempunyai atau tidak mengandung bahan sulfidik (pirit) pada lapisan bawah
(subsoil), potensi drainase >30 cm.
Tanah tidak berpirit, non-salin, kedalaman drainase 30–60 cm (Non-Pyritic,
non-saline, drainage potential depth 30–60 cm). Sebagai tanah mineral (KTK
Land Unit > 5 me/100 g) tanpa bahan sulfidik (pirit) atau dengan bahan sulfidik pada
VIII kedalaman > 100 cm dari permukaan tanah lapisan atas (< 15 % C) dan
potensi drainasenya 30 – 60 cm. Daerah ini tidak dapat diirigasi dengan
pasang surut atau hanya selama musim hujan.
Tanah tidak berpirit, non-salin, kedalaman drainase >60 cm (Non-Pyritic,
non-saline, drainage potential depth > 60 cm). Sebagai tanah mineral (KTK >
Land Unit 5 me/100 g) tanpa bahan sulfidik (pirit) atau dengan bahan sulfidik pada
IX kedalaman > 100 cm dari permukaan tanah lapisan atas (< 15 % C) dan
potensi drainasenya >60 cm. Daerah ini tidak dapat diirigasi dengan pasang
surut atau hanya selama musim hujan.
Tanah tidak berpirit, salin atau bergaram (Non-pyritic, saline). Sebagai tanah
mineral (KTK > 5 me/100 g) tanpa bahan sulfidik (pirit) atau dengan bahan
Land Unit
sulfidik pada kedalaman > 100 cm dari permukaan tanah dan intrusi air asin
X
satu bulan atau lebih selama musim tanam, potensi drainase >30 cm. Daerah
berpotensi atau tidak berpotensi untuk pengembangan irigasi pasang surut.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 63


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Catatan : Kedalaman potensi drainase untuk tanah gambut ditentukan dengan


mengurangi kedalaman gambut (berdasarkan tanah mineral setelah gambut
seluruhnya dimineralisasi).

Pendayagunaan sistem tata air yang memegang peranan penting dalam pemanfaatan
lahan, menuntut suatu pendekatan sistem pengelolaan air berkelanjutan, yang sesuai
dengan sifat dan kendala dari masing-masing tipologi lahan di daerah survey.

D. Zona Pengelolaan Air

Zona pengelolaan air sangat erat hubungannya dengan perencanaan tata guna lahan (
LUT = Land Utility Type = Sistem Tanam ). Dalam bentuknya yang paling sederhana,
zona pengelolaan air menyangkut keputusan apakah suatu areal harus dirancang untuk
penanaman (padi) sawah yang beririgasi, atau bentuk penanaman lahan kering (padi
tadah hujan, palawija dan tanaman keras), atau untuk penanaman lahan basah dan lahan
kering secara bergantian (misalnya padi-palawija atau tanaman keras). Zona
Pengelolaan air yang aktual tentu saja akan bergantung pada jenis tanaman yang
ditanam dan pada kalender tanam.

Keputusan lainnya diperlukan untuk menentukan apa yang seharusnya menjadi unit
hidrologi yang terkecil dengan pengelolaan air yang seragam. Dalam beberapa unit ini
dapat menjadi unit tersier, namun dalam jaringan-jaringan lainnya unit ini harus
menjadi unit sekunder. Hal ini memiliki konsekuensi bagi sekelompok kecil petani yang
harus menyesuaikan diri terhadap zone umum pengelolaan air pada unit sekunder.

Zona Pengelolaan Air (WMZ) sebagai unit Rencana Penggunaan Lahan. Ini berarti
bahwa Zone Pengelolaan Air (WMZ) adalah kombinasi antara karakteristik fisik
(kualitas lahan mengenai Land Unit) dan tata guna lahan yang direncanakan di daerah
pasang surut diantaranya, padi lahan basah, padi tadah hujan, tanaman keras ataupun
irigasi pompa untuk padi lahan basah.

Ini dapat diartikan apabila pada suatu Land Unit dipergunakan untuk padi tadah hujan
dalam satu sekunder unit dan untuk tanaman keras pada sekunder unit yang lain, akan
mengakibatkan perbedaan WMZ untuk Land Unit yang sama. Dengan demikian WMZ
dapat diputuskan juga untuk masing-masing musim tanaman.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 64


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Tabel berikut menghubungkan Land Unit dan Land Suitability untuk menentukan Type
Penggunaan Lahan ( LUTS).

Tabel E – 8
Zona Pengelolaan Air di Daerah Pasang Surut

Zona Pengelolaan Air Land Unit Rekomendasi Peruntukan


I Tanah gambut, Tanaman VI Tanaman Keras
keras
II Tanah berwarna keputihan, VII Tanaman keras
kesuburan rendah, tanaman
keras
III Irigasi pasang surut, padi I Padi sawah, tanaman keras
sawah dapat diusahakan pada guludan
(surjan)
IV Padi sawah, irigasi pompa, IV dan V Padi sawah, tanaman keras
tanah berpirit dapat diusahakan pada guludan
(surjan)
V Padi sawah, irigasi pompa, VIII dan IX Padi sawah, tanaman keras
tanah non-pirit dapat diusahakan pada guludan
(surjan)
VI Kedalaman drainase > 60 III, V dan IX Tanaman keras
cm, tanaman keras
VII Tanah non-pirit, padi tadah VIII, IX dan Padi tadah hujan
hujan X
VII Tanah berpirit, tanah II, III, IV Padi tadah hujan, tanaman keras
I gambut, padi tadah hujan dan V dapat diusahakan pada guludan
(surjan)

Dengan menggunakan sepuluh (10) unit kesesuaian lahan dan empat (4) Type
Penggunaan Lahan (LUT) dapat didefinisikan delapan (8) Zone Pengelolaan Air
(WMZ) di daerah pasang surut.

1. Water Management Zone I (Peat soil, Tree crop)


Zone ini akan dipergunakan untuk tanaman keras dalam Land Unit VI. Tidak
direkomendasikan untuk padi.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 65


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

2. Water Management Zone II (Whitish, Low fertility soil, Tree crop)


Zone ini akan dipergunakan untuk tanaman keras dalam Land Unit VII. Tidak
direkomendasikan untuk padi.

3. Water Management Zone III (Tidal irigation, Wet land rice)


Zone ini akan dipergunakan untuk padi lahan basah dalam Land Unit I. *

4. Water Management Zone IV (Pump irrigation, Tanah pyrit, Padi tadah


hujan)
Zone ini akan dipergunakan untuk padi lahan basah dalam Land Unit IV dan V. *

5. Water Management Zone V (Pump irrigation, Non pyrit, Padi lahan basah)
Zone ini akan dipergunakan untuk padi lahan basah dalam Land Unit VIII dan IX. *

6. Water Management Zone VI (Kedalaman drainase > 60 cm, Tanaman keras)


Zone ini akan dipergunakan untuk tanaman keras dalam Land Unit III, IV dan IX

7. Water Management Zone VII (Non pyrit, Padi tadah hujan)


Zone ini akan dipergunakan untuk padi tadah hujan dalam Land Unit VIII, IX dan X. *
8. Water Management Zone VIII (Tanah pyrit, Tanah rabuk/pupuk, padi tadah
hujan)
Zone ini akan dipergunakan untuk padi tadah hujan dalam Land Unit II, III, IV dan V.
*

*) Tanaman keras boleh diusahakan di dalam WMZ ini tetapi hanya pada
sorjan/guludan. Sistem ini tidak membutuhkan pengoperasian bangunan pengatur
di dalam WMZ.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 66


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Berdasarkan pada kesesuaian lahan dan kemauan petani atau kebijaksanaan nasional,
Zone Pengelolaan Air (WMZ) dapat diputuskan. Zone Pengelolaan Air (WMZ) akan
diputuskan dengan melalui overlap peta GIS (Geographical Information System) dan
analisa geografi. GIS (Geographical Information System) berasal dari Land Unit yang
akan di overlap dengan peta terpilih peta penggunaan lahan oleh petani di lokasi
pekerjaan. Dengan bantuan bagan pengambilan keputusan dapat ditetapkan Zone
Pengelo
laan Air (WMZ) di lokasi pekerjaan. Diagram berikut menampilkan sistematika
pengambilan keputusan untuk mendapatkan WMZ.

E. Nomenklatur
Untuk kepentingan operasi dan pemeliharaan jaringan tata air rawa, maka diperlukan
penamaan untuk setiap saluran dan bangunan. Nomenklatur jaringan tata air rawa
disusun dengan kriteria sebagai berikut :

1) Nomenklatur hanya dilaksanakan pada jaringan primer dan jaringan sekunder


saluran pembuang
2) Untuk saluran pembuang, bilamana ada akan dipakai nama sungai yang
bersangkutan (yang digunakan sebagai saluran pembuang) dan bila tidak ada nama
sungai maka akan digunakan nama kampung atau desa yang dilewati atau dekat
dengan saluran tersebut
3) Nomenklatur pada prinsipnya adalah memberi identitas untuk membedakan saluran
satu dengan saluran lainnya, jadi tidak boleh ada penamaan yang sama
4) Untuk saluran pembuang diberi awalan D (drain)
5) Untuk saluran primer diberi awalan P (primer), sedangkan saluran sekunder diberi
awalan S (sekunder)
6) Jaringan akan diberi nomor dengan angka (1, 2, 3, ……, dst), sedangkan untuk
saluran pembuang dan bangunan, maka penomoran dimulai dari areal persawahan
menuju laut/sungai

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 67


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

7) Nama kampung/desa/sungai yang digunakan dalam nomenklatur hanya akan


diambil 2 (dua) huruf paling depan atau 2 (dua) konsonan yang dominan, untuk
menghindari penamaan yang sama/ganda
8) Jika tidak terdapat nama-nama kampung/desa/sungai, maka alternatif lain adalah
pemberian nama untuk saluran sekunder dan tersier adalah dengan menambahkan
letak blok terhadap saluran primernya, yakni dengan menambahkan kanan dan kiri.
Dan untuk penomoran ruas lebih dari satu ditambahkan nomor dengan angka (1, 2,
3, ……, dst).

F. Perencanaan Sistem Tata Air

Agar rawa bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar maka diperlukan suatu
perencanaan tata air terhadap rawa tersebut sehingga masyarakat tertarik untuk
memanfaatkan menjadi sarana pertanian. Sistem tata air yang akan dilaksanakan
adalah sistem drain/pembuangan murni secara grafitasi.
Sistem drain-drain ini hanya terdiri dari jaringan irigasi berupa saluran primer dan
sekunder dengan dilengkapi bangunan-bangunan pengatur air serta pintu yang
berfungsi untuk menahan dan mengatur sirkulasi pasang surut sungai dari saluran
sekunder ke primer sesuai kebutuhan.

5. Saluran
Adapun formula yang dipakai dalam merencanakan dimensi salurannya adalah
rumus Manning, dimana rumusnya adalah sebagai berikut :

Q = (1/n) . R2/3 . I1/2 . A


R=A/P

Dimana :
Q = Debit aliran (m3/dt)
n = Koefisien kekasaran Manning = 1/K

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 68


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

K = Koefisien kekasaran Strickler


R = Jari-jari basah saluran (m)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Perimeter basah saluran (m)

Adapun bentuk penampang salurannya direncanakan berbentuk trapesium dengan


unsur-unsur sebagai berikut :

w
m
1 h H

Mengingat debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang rata-rata 5
tahun, maka tinggi muka air rencana maksimum bisa diambil sama dengan tinggi
muka tanah. Jadi diperbolehkan tidak memakai tinggi jagaan.

Guna keperluan perencanaan dimensi saluran tersebut terlebih dahulu dihitung debit
rencana yang akan mengalir pada tiap-tiap saluran. Perhitungan besarnya debit ini
didasarkan pada modulus drainase dan luas daerah yang akan dibuang airnya (Q
intern) serta debit dari areal lain yang mungkin masuk ke saluran tersebut (Q
ekstern). Debit saluran primer merupakan jumlah dari debit pada saluran sekunder.

Besarnya debit drainase yang berasal dari areal sawah itu sendiri dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Q = 1,62 . Dm . A0,92
Dimana :
Q = Debit drainase (lt/dt)
Dm = Modulus drainase (lt/dt/ha)

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 69


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

A = Luas daerah yang dibuang airnya (m2)

Sistem drain yang akan diterapkan adalah berdasarkan :

 Sumber air tanaman dan sistem pembuangan mengandalkan sirkulasi pasang


surut sungai
 Kondisi topografi yang ada sangat mendukung karena pelaksanaannya secara
gravitasi
 Jumlah pintu air lebih sedikit sehingga biaya pelaksanaan lebih murah

E.4.3. Penyusunan AKNOP TP-OP Irigasi Rawa


Pada tahap Penyusunan AKNOP TP-OP Irigasi Rawa, faktor yang paling penting
adalah analisa fungsi dan tahap klasifikasi dan rencana pemulihan yang harus
dilaksanakan, berikut adalah penjabaran dari tahap analisa tersebut:
I. ANALISA FUNGSI
a. Melakukan penilaian kondisi saluran dan bangunan
b. Merekomendasikan lokasi yang membutuhkan pengukuran ulang
II. KLASIFIKASI DAN RENCANA PEMULIHAN
a. Menentukan klasifikasi masing-masing bangunan
b. Merekomendasikan DI yang prioritas rehap ringan dan berat
c. Menindaklanjuti DI yang tidak mempunyai us built drawing
Berdasarkan kedua tahap ini dapat dibuat laporan audit teknis dan laporan AKNOP TP-
OP yang akan mendapatkan indeks kinerja Lahan Rawa dengan merencanakan
pembangunan apa yang akan dilasanakan selama 5 tahun kedepan (Tahun 2016-2021).
Untuk Melaksanakan tahap-tahap diatas diperlukan pedoman yang nantinya membantu
konslutan dalam melakukan analisa pekerjaan sesuai Maksud dan Tujuan pekerjaan ini,
berikut beberapa pedoman yang digunakan dalam kegiatan ini :

I. Pedoman Survey Audit Teknis Sistem Irigasi Nasional


Pedoman Survey Audit Teknis Nasional Departemen PU Dirjen SDA Direktorat Irigasi
Tahun 2009 ini mengkuti pedoman yang ada dengan melaksanakan isian yang harus

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 70


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

dilaksanakan pada waktu melaksanakan Survey Audit Teknis Lahan Rawa yang
meliputi : Rapid Assesment Kinerja Lahan Rawa, Indeks Kinerja Lahan Rawa dan
petunjuk pengisian tabel yang sudah ada.
Adapun tabel tabel tersebut dan petujuk pengisian Tabel adalah sebgai berikut :
6. Rapid Assesment Kinerja Lahan Rawa
( Formulir Diisi Untuk Seluruh Daerah Irigasi Nasional Mengacu Kepmen PU No
390/KPTS/M/2007)
1a. Formulir 1a : Isian Untuk BBWS/BWS
1b. Formulir 1b : Isian Untuk Provinsi
1c. Formulir 1c : Isian Untuk Kabupaten/Kota

7. Indeks Kinerja Lahan Rawa


Formulir 2 : Isian Untuk BBWS/BWS
( Formulir Diisi Hanya Untuk Daerah Irigasi Strategis Nasional )

8. Petunjuk Pengisian Tabel


Tabel 1. Daerah Irigasi Strategis Nasional
Tabel 2. Petunjuk Pengisian Tabel Rapid Assessment
Tabel 3. Petunjuk Pengisian Tabel Indeks Kinerja Lahan Rawa

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 71


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Daftar Usulan Pekerjaan Pemeliharaan

Bagan Alir Forlmulasi Operasi

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 72


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 73


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

LAPORAN PENGAMATAN KUALITAS AIR
pH dan Salinitas (ppm)

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 74


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Berikut adalah salah satu bentuk contoh perhitungan AKNOP Irigasi Rawa
sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah:
Tabel E-9 Contoh Perhitungan AKNOP (1/2)
NO. KOMPONEN BIAYA JML UNIT SATUAN (Rp) TOTAL (Rp) KETERANGAN
5.2.1 GAJI & HONORARIUM
1 Pengamat 12 OB - -
2 Staf Pengamat 24 OB - -
3 Juru 60 OB - -
4 Waker 696 OB - -
5 Pakaian kerja 66 stel - -
C. 6 Pengobatan
Rumah Tangga 792 OB - -
JUMLAH 5.2.1
1 Sapu ijuk 5 bh - --
5.2.2 BAHAN
2 Kain pel 3 ls - -
A. Perlengkapan Kantor
31 Tempat sampah
Kertas HVS E/ F 35 bh
rim -- --
42 Keset
Kertas HVS D/ F 50 lbr
rim -- --
53 Ember plastik kecilE/ F
Kertas Doorslaag 30 bh
rim - -
64 Ember plastik besar
Kertas Doorslaag D/ F 10 bh
rim - -
75 Kertas
Karbol sampul 50 lbr
6 btl -- --
6 Kertas stensil E/ F 0 rim - -
8 Kamper bagus 5 bh - -
7 Kertas stensil D/ F 0 rim - -
9 Kemoceng 3 bh - -
8 Kertas ozalid 5 rol - -
Tangkai
109 Kertas bergaris kain pel 23 btg
rim -- --
10 Gayung
11 plastik
Kertas kalkir 22 bh
rol -- --
11 Sapu
12 lidi tik
Pita mesin 15 bh - -
12 Karbon E/ F JUMLAH C 0 pak - --
13 Karbon D/ F JUMLAH 5.2.2 5 pak - 1,600,000-
14 Stop map 50 lbr - -
5.2.3 PERALATAN & MESIN
15 Snelhecter map 50 lbr - -
A. Pemeliharaan 1 Sepeda Motor
16 Lem 3 tube - -
17 1 Pajak
Nices kendaran 16 th
dos -- --
18 2 Bahan
Klip bakar premium 4685 ltr
dos - -
19 3 Service
Buku agenda 125 kali
bh - -
20 4 Buku
Ganti kuarto
ban 2 bh
5 kali -- --
21 PensilSuku cadang 2 ls - -
5 1 LS - -
22 Mata rapido 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 5 bh - -
JUMLAH A -
23 Mistar segitiga 2 stel - -
B.24 Pemeliharaan
Penghapus pensil 66 Sepeda 12 LS
ls -- --
25 Spidol warna JUMLAH B 3 set - --
C.26 Pemeliharaan
Tipp Ex 1 Mesin Tik 25 bh
dos - -
27 Hockmachine JUMLAH C 2 bh - --
28 MM kalkir kecil JUMLAH 5.2.3 1 rol - --
29 Lakban 3 bh - -
5.2.4 PERJALANAN DINAS
30 Kertas manila 25 lbr - -
1 Pengamat
31 Ordner folio
12 kali
30 bh
-- --
2 Staf Pengamat JUMLAH A 24 kali - --
B. 3 Juru Peralatan Kerja Lapangan 60 kali - -
1 Parang JUMLAH 5.2.4 20 bh 15,000 300,000-
Sekop
5.2.5 2 PERAWATAN KONST. 10 bh 35,000 350,000
A. 3 Cangkul
Bangunan Irigasi 20 bh
Tabel E-9 Contoh Perhitungan AKNOP (2/2)
30,000 600,000
4 Sisir sampah 5 bh 45,000 225,000
1 Bendung 1 bh 1,000,000 1,000,000
5 Linggis 10 bh 12,500 125,000
2 Bang. Bagi & Sadap Sedang JUMLAH B 10 bh 75,000 750,000
1,600,000
3 Bang. Bagi & Sadap Kecil 73 bh 50,000 3,650,000
4 Bang. Pelengkap Sedang 13 bh 50,000 650,000
5 Bang. Pelengkap Kecil 104 bh 40,000 4,160,000
JUMLAH A 10,210,000
B.
SALURAN
1 Sal. PembawaMEODOLOGI
PENDEKATAN Sedang
& 21,162 m’
PROGRAM 9,750
KERJA 206,329,500 E – 75
2 Sal. Pembawa Kecil 45,226 m’ 4,875 220,476,750
JUMLAH B 426,806,250
JUMLAH 5.2.5 437,016,250
TOTAL 438,616,250
LUAS AREAL IRIGASI 5,188
BIAYA PENGELOLAAN (OP) PER HA PER TAHUN 84,544
AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

E.4.4. Penyusunan Buku Pedoman Tata Cara Penyusunan AKNOP Irigasi


Buku pedoman berisikan pedoman dan prosedur yang terorganisir bagi seluruh
pelaksana operasional dan pemeliharaan bendung atau bangunan utama irigasi.
Buku pedoman ini merupakan suatu alat komunikasi kepada semua jenjang yang
memberi informasi kepada mereka yang berhubungan mengenai operasi &
pemeliharaan, prosedur-prosedur dan metoda-metoda yang telah disetujui. Buku
pedoman mengembangkan suatu pengertian umum mengenai interpretasi-interpretasi
yang dengan demikian menghindarkan konflik dan perselisihan.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berubah secara periodik sesuai
dengan waktu, buku pedoman harus dimutakhirkan secara terus-menerus.

E.4.4.1. Tujuan dan Kegunaan dari Buku Pedoman (Manual)


Terdapat kebutuhan nyata akan buku pedoman dalam operasi & pemeliharaan suatu
bendung/bangunan utama irigasi. Buku pedoman melayani tujuan yang berguna
dalam menetapkan pedoman-pedoman dasar bagi operasi & pemeliharaan.
Sementara dikembangkan pedoman tambahan lain untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan spesifik atau memenuhi kebutuhan tertentu.
Buku pedoman disiapkan untuk unit-unit operasi & pemeliharaan. Disamping buku
pedoman dasar, buku-buku pedoman yang lebih terinci dapat juga dikembangkan
untuk unit-unit operasi & pemeliharaan yang melaksanakan tanggungjawab yang
dilimpahkan. Untuk pengendalian prosedur, adalah penting bahwa buku pedoman
konsisten dengan tujuan-tujuan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
spesifik dari fungsi dan organisasi operasi & pemeliharaan.
Banyak buku pedoman prosedur yang telah diciptakan, yang menunjukkan instruksi-
instruksi terperinci untuk operasi & pemeliharaan. Ini dapat dalam bentuk buku
pegangan instruksi umum, atau brosur-brosur untuk tujuan khusus.
Buku pedoman dikembangkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan sebagai berikut:
1. Untuk mengkomunikasikan pedoman-pedoman dan prosedur-prosedur dasar
secara efektif kepada semua jenjang pelaksana operasi & pemeliharaan.
2. Untuk memberikan suatu pengertian umum mengenai interpretasi pedoman dan
untuk menetapkan serta menjelaskan masalah-masalah pedoman atau prosedur
yang mungkin timbul. Pada saat pedoman diimplementasikan, ada
kekurangpastian-kekurangpastian yang akan kelihatan dan harus diselesaikan.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 76


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

3. Menyediakan pembakuan (standarisasi) dan penyederhanaan. Penyiapan suatu


buku pedoman biasanya mempertimbangkan Jalan atau cara alternative
sehingga dapat terpilih yang paling Sesuai.
4. Latihan bagi para pegawai pelaksana operasi & pemeliharaan yang ditugaskan
pada pekerjaan-pekerjaan baru. Sering pegawai pelaksana operasi &
pemeliharaan yang lama berhenti atau dirotasikan kepada Posisi baru sehingga
sangat bermanfaat bagi pegawai pelaksana baru untuk memiliki suatu pedoman
ilustrasi yang menunjukkan bagaimana pekerjaan spesifik akan dilaksanakan.
5. Untuk memungkinkan implementasi prosedur-prosedur baru dengan lebih cepat
dan dengan taraf pengertian yang lebih tinggi serta konsisten.
6. Memberikan suatu alat yang dapat memberi komunikasi tepat pada waktunya
mengenai perubahan-perubahan dalam tugas dan tanggungjawab, pedoman,
prosedur dan peraturan.
7. Memajukan keseragaman dan implementasi dan membentuk suatu alat
pengendalian intern bagi unit serta ketaatan Pelaksanaan terhadap peraturan-
peraturan atau pedoman.
8. Menyediakan suatu sumber referensi bagi metoda-metoda yang lebih baik dan
menyelesaikan masalah.
9. menghindarkan terjadinya duplikasi dalam upaya dan memajukan keharmonisan
antar pegawai pelaksana dengan menetapkan tanggungjawab yang dilimpahkan
secara jelas.
10. Mempercepat waktu dalam memberikan instruksi dan pengarahan, dengan
demikian memungkinkan supervise dan pengelolaan yang lebih efektif.
11. Membantu dalam penelaahan dan dalam evaluasi pengendalian intern.

E.4.4.2. Langkah yang Ditempuh dalam Penyiapan Dokumen


Adalah hal yang fundamental bahwa suatu cara pendekatan yang terorganisir harus
dipertimbangkan dalam menyiapkan buku pedoman atas setiap prosedur. Bagian
organisasi yang bertanggungjawab untuk menyiapkan buku pedoman, kemudian
harus menggariskan langkah-langkah prosedural dalam mengembangkan buku
pedoman. Para pemakai buku pedoman harus dipertimbangkan sebagai suatu usaha
kerjasama dari semua organisasi, termasuk unit-unit operasi dan unit organisasi yang
menyiapkan buku pedoman.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 77


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyiapkan buku pedoman,


antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan melalui suatu pertemuan dengan mereka yang berhubungan, siapa dan
bagaimana mempergunakan buku pedoman. Juga tetapkan sifat, isi, dan tujuan
pedoman secara umum
2. Siapkan Outline umum dari buku pedoman
3. Dalam penyiapan suatu prosedur spesifik, rumuskan secara jelas masalahnya
dalam bentuk yang singkat dan pastikan bahwa semua aspek telah tercakup
4. Tinjau dan analisislah praktek-praktek yang ada dan peroleh sebanyak mungkin
latar belakang tentang masalah-masalah dan teliti semua dokumen yang
berhubungan dengan suatu prosedur spesifik
5. Siapkan konsep naskah (draft) dari prosedur yang diusulkan
6. Peroleh komentar-komentar atas naskah dari semua unit yang berkepentingan
dan semua fungsi yang berhubungan
7. Siapkan konsep naskah (draft) yang telah direvisi yang merekonsiliasikan sudut-
sudut pandangan yang bertentangan dan masukan saran-saran sejauh dapat
dilakukan
8. Siapkan suatu konsep akhir (final draft) untuk persetujuan Pelaksanaannya
9. Tetapkan daftar distribusi, dengan memastikan bahwa mereka yang layak
menerima akan menerima tembusannya
10. Siapkan dan distribusikan buku pedoman

Dalam penyiapan konsep naskah (draft), harus diberikan pertimbangan khusus


terhadap hal-hal sebagai berikut:
1. Prosedur-prosedur harus sesingkat mungkin
2. Judul harus cukup deskriptif mengenai subyeknya
3. Nama Jabatan harus dipergunakan untuk menggantikan nama pribadi
4. Dikehendaki penggunaan bentuk outline secara ekstensif
5. Konsep naskah harus menyediakan ruangan yang cukup untuk adanya
perubahanperubahan.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 78


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

E.5. RENCANA KERJA

Rencana Kerja dan Jadual pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan faktor –


faktor berikut :
1. Waktu yang disediakan oleh Pemberi Tugas ( sesuai kontrak ).
2. Jumlah lokasi yang harus dikunjungi (3 Kabupaten, 9 Daerah Irigasi).
3. Ketersediaan data O&P di semua provinsi untuk semua jaringan irigasi, rawa
maupun tambak yang diambil sebagai sampel.
4. Tingkat kesulitan yang akan dijumpai dan kondisi fisik masing-masing bendung.

Berdasarkan faktor – faktor tersebut diatas, Konsultan menetapkan jadual


pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :

E.5.1. Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan meliputi persiapan administrasi & rencana kerja, mobilisasi
personil dan peralatan, pengumpulan data pendahuluan, penyusunan Laporan
pendahuluan dan penyusunan Laporan RMK.

E.5.2. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak


Rencana Mutu Kontrak berisi tahapan penyusunan analisa kebutuhan nyata operasi
dan audit teknis TP-OP pada bendung/bangunan utama irigasi sesuai dengan
Spesifikasi/KAK berupa Kerangka pikir yang dituangkan dalam bagan alur pikir
pekerjaan dari awal sampai akhir sesuai standar yang berlaku, laporan ini akan
dikerjakan oleh Ketua tim dan diserahkan paling lambat 14 hari setelah SPMK.

E.5.3. Penyusunan Laporan Pendahuluan.


Secara garis besar Laporan Pendahuluan memuat, Rencana Kerja Konsultan
dilengkapi dengan kurva “S”, Jadual pelaksanaan pekerjaan, Rencana Mobilisasi
Personil (Tenaga Ahli) dan peralatan, masalah yang ada di lapangan dan usulan
penyelesaiannya.
Laporan ini harus didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 79


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

E.5.4. Survey Lapangan


Sesuai dengan KAK ditentukan bahwa daerah yang akan dijadikan model studi akan
terdiri dari beberapa instansi seperti diuraikan berikut:

1. Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kotawaringin


Barat, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Barito Timur
2. Provinsi Kalimantan Tengah
3. Balai Wilayah Sungai Kalimantan II
4. Dinas PU Kalimantan Tengah

Mengingat bahwa jumlah provinsi dan Kabupaten yang harus dikunjungi cukup
banyak, maka kegiatan ini akan memerlukan waktu yang cukup panjang. Untuk
mempercepat pelaksanaan, maka tim akan dibagi menjadi 2 tim pada setiap provinsi
yang dikunjungi dengan perkiraan waktu pelaksanaan sekitar 1 bulan.

Data yang akan dikumpulkan antara lain:


 Peraturan Perundang-undangan Bidang SDA
 Peraturan-peraturan/Standar-standar Nasional/Daerah
 Program Pemerintah Pusat/Daerah
 Harga Satuah Upah, Bahan dan Alat
 Kebijakan-kebijakan atau Perumusan-perumusan tentang Biaya Operasi dan
Pemeliharaan jaringan irigasi, rawa dan tambak

E.5.5. Analisa AKNOP TP-OP


Dalam proses ini yang akan dilakukan pertama kali adalah analisa Harga Satuan
Pekerjaan dan data kondisi . Analisa yang dilakukan cukup banyak mengingat bahwa
lokasi pengambilan data ada di beberapa Kabupaten dan provinsi.
Proses selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap tata cara penyusunan
AKNOP TP-OP dari berbagai sumber yang menjadi model studi baik itu mengenai

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 80


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

irigasi, rawa maupun tambak. Dari hasil analisis tersebut disusunlah suatu formulasi
untuk menyusun suatu bentuk tata cara penyusunan AKNOP TP-OP yang bersifat
generik.
Apabila formulasi tata cara generik telah bisa disepakati dengan melalui diskusi,
asistensi dan perbaikan dari pihak-pihak terkait akhirnya konsep tersebut akan
diproses lebih lanjut menjadi pedoman untuk penyusunan AKNOP TP-OP irigasi,
rawa dan tambak.
Untuk seluruh kegiatan ini analisa AKNOP TP-OP ini diperlukan waktu kurang lebih
3,5 bulan.

E.5.6. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan


Mengacu pada tahapan-tahapan pekerjaan tersebut di atas, untuk keperluan
pengendalian dan monitoring serta untuk mencapai target pekerjaan sesuai
dengan ruang lingkup yang tertera di KAK maka perlu dibuat Jadual
GAM BAR :F-1
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEKERJAAN : AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH
Pelaksanaan Pekerjaan AuditCV.Teknis Dan AKNOP TP-OP Kalimantan
EMTIGA KONSULTAN

Tengah yang disajikan seperti pada Gambar E Bulan


- 3Ke - Jadual
Minggu Ke-
Pelaksanaan
Ket
No.
PekerjaanUraian Pekerjaan
tersebut direncanakan untuk 4I (empat) bulan
II atau 120
III (seratus dua
IV (bln)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I puluh) hari kalender.
Persiapan / Pendahuluan
1 Persiapan Administrasi 0.25
2 Persiapan Tim Pelaksana Pekerjaan 0.25
3 Koordinasi dan Penyiapan Rencana Kerja 0.25
4 Pengumpulan Data Sekunder dan Laporan Studi Terdahulu 0.50

II Kegiatan Survey dan Inventarisasi Data


1 Pengumpulan Data Luasan Lahan 0.75
2 Survey Inventarisasi dan Investigasi Prasarana & Jaringan Rawa 2.00
3 Kompilasi dan Analisis Data 1.25
4 Analisa Kondisi P3A Daerah Rawa 0.75
5 Pembuatan Manual OP Rawa 0.50

III Kegiatan Klasifikasi dan Rencana Pemulihan


1 Klasifikasi Kondisi Bangunan 0.75
2 Penyusunan Rencana Pemulihan Infrastruktur 0.75

IV Penyusunan AKNOP TP-OP


1 Formulasi Pola Pikir Tata Cara Penyusunan AKNOP TP-OP 1.25
2 Penyusunan AKNOP TP-OP 1.25
3 Penyusunan Rencana Keselamatan & Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K) 0.50

V Kegiatan Pelaporan
1 Laporan RMK 1.00
2 Laporan Pendahuluan 1.00
3 Laporan Bulanan 2.00
4 Laporan Antara 1.00
5 Laporan Akhir 1.00
6 Laporan Penunjang dan Gambar 1.00
7 Soft Copy Laporan dan Gambar
PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA
VI Penyusunan Laporan/ Koordinasi/ Asitensi E – 81 4.00

VII Kegiatan Diskusi /Presentasi/Lokakarya


1 Draft Laporan Pendahuluan
2 Draft Laporan Antara
3 Draft Laporan Akhir
4 Lokakarya
AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Gambar E-3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 82


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

E.5.7. Organisasi Pelaksana Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan Audit Teknis Dan AKNOP TP-OP Kalimantan


Tengah akan melibatkan tenaga ahli dari beberapa disiplin ilmu yang seluruhnya
akan merupakan satu kesatuan kerja. Dan untuk menjamin terselenggaranya
kelancaran pekerjaan, diperlukan suatu organisasi kerja dan tata hubungan kerja di
antara semua personil/tenaga ahli termasuk dengan Pihak Direksi atau Pengguna
Jasa.
Penanggungjawab pekerjaan adalah Pejabat Pembuat Komitmen Satker Operasi Dan
Pemeliharaan, BWS Kalimantan II, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum, sedangkan Pengawas/Pendamping adalah petugas yang ditunjuk
oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Konsultan Penyedia Jasa.
Penanggungjawab pelaksanaan adalah Direktur Utama PT. Aria Jasa Konsultan dan
pelaksana operasionalnya adalah suatu Team Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Pihak
Konsultan dengan kualifikasi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kerangka
Acuan Kerja dan dipimpin oleh seorang Ketua Tim sebagaimana dijelaskan pada
Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan dan Jadwal Penugasan Personil seperti
berikut.

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 83


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

BAGAN ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL
SUMBER DAYA AIR
INSTANSI TERKAIT :
* KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
* KEMENTERIAN PERTANIAN
BWS KALIMANTAN II * BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN)
* BAKOSURTANAL
* PEMERINTAH DAERAH / BAPPEDA
* DINAS-DINAS TERKAIT DI PROPINSI & KABUPATEN
* DAN LAIN-LAIN
KETUA TIM / TEAM LEADER
Ir. Dandy A. Yani
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
PERENCANAAN DAN PROGRAM

AHLI OPERASION AL &


AH LI RAWA
PEMELIHARAAN (OP)
Harsilo, ST Herlina Ruru, ST

SURVEYOR TOPOGRAFI

DRAFTMAN (AUTOCAD), ADMINISTRASI & OPERATOR KOMPUTER, OFFICE MANAGER, TENAGA LOKAL TOPOGRAFI

Gambar E-4 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 84


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

JADWAL PENUGASAN PERSONIL/ TENAGA AHLI


PEKERJAAN : AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH
CV. EMTIGA KONSULTAN

Masukan Personil (dalam bentuk diagram balok)


Orang
No. Nama Personil Posisi I II III IV
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Ir. Dandy A. Yani Ketua Tim / Ahli Sumber Daya Air 4.00
2 Harsilo, ST Ahli Rawa 3.50
3 Herlina Ruru, ST Ahli Operasi dan Pemeliharaan (OP) 3.50
Awaluddin, Muh. Nurtaufiq, ST,
4 Surveyor Topografi 4.50
Alfian Ardiansyah
5 Abd. Rajab, Amd Draftman (AutoCad) 2.00
6 Muh. Basri, S.Kom Administrasi & Operator Komputer 4.00
7 Abd. Haris Palengkey, SE Office Manager 4.00
8 To Be Name Tenaga Lokal (3 orang) 4.50

Total 30.00

Gambar E-2 Jadwal Penugasan Personil

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 85


AUDIT TEKNIS DAN AKNOP TP-OP KALIMANTAN TENGAH

Bulan Ke- Ket


No. Jenis Peralatan dan Bahan
1 2 3 4 (Bln)

II Peralatan dan Bahan Kantor


1 Telepon + Faximile + Internet 4.00
2 Komputer + Printer (1 unit) 4.00
3 Komputer + Printer Auto Cad (1 unit) 4.00
4 Plotter 1.00
5 Kalkulator 4.00
6 Meja, Kursi, Lemari dll. (Furniture) 4.00
7 Kamera Digital 4.00
8 ATK (Kertas A4, A3, Pulpen, dll.) 4.00
9 Kertas Kalkir 2.00
10 Kertas Foto 1.00
11 Tinta Printer dan Plotter 4.00

III Kendaraan/ Transportasi


1 Kendaraan Roda 4 4.00
2 Kendaraan Roda 2 4.50

IV Peralatan dan Bahan Survey/ Investigasi


1 GPS 1.50
2 Waterpass 1.50
3 Theodolit 1.50
4 Kamera Digital 4.00
5 Patok BM 1.50
6 Patok Kayu 1.50
7 Alat Tulis Lapangan 1.50
8 Blanko Data 1.50
9 Roll Meter 50 M 1.50
10 Roll Meter 5 M 1.50
11 Sepatu Lapangan 1.50

Gambar E-6 Jadwal Penggunaan Peralatan

PENDEKATAN MEODOLOGI & PROGRAM KERJA E – 86

Anda mungkin juga menyukai