Anda di halaman 1dari 87

PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA BARAT

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN


BIDANG SUMBER DAYA AIR
Alamat : JL. Porniti Jailolo

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
JARINGAN IRIGASI DI TOKUOKU

LAPORAN
AKHIR
Pengantar

Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Halmahera Barat, untuk Pekerjaan Perencanaan
Pembangunan Jaringan Irigasi.

Laporan Akhir ini dimaksudkan sebagai bahan informasi kepada pemilik pekerjaan
mengenai konsep dan metodologi teknis pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi
pekerjaan serta rencana kerja yang akan dilaksanakan.

Laporan Akhir ini secara garis besar berisi tentang uraian umum lingkup pekerjaan jasa
konsultan perencana, uraian metodologi pelaksanaan survai lapangan, uraian
metodologi desain dan analisa teknis perencanaan jaringan irigasi, serta data pendukung
pelaksanaan pekerjaan.

Demikian laporan Akhir ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam tahapan perencanaan selanjutnya.
BAB - 1
GAMBARAN UMUM

1.1. LATAR BELAKANG

Program Pembinaan Jaringan Irigasi merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten
Halmahera Baratdalam menunjang pencapaian sasaran Pembangunan Daerah.
Pembinaan Jaringan Irigasi sangat terkait dengan pemerataan pembangunan beserta
hasil-hasilnya melalui Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air yang bertujuan untuk
meningkatkan kondisi jaringan irigasi sesuai dengan laju pertumbuhan sektor pertanian
yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat.

Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan akan sumber air dimasa yang akan
datang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Sumber Daya Air Kabupaten
Halmahera Barat mengadakan program pembangunan jaringan Irigasi di daerah
tokuoku.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari Jasa Konsultansi ini adalah untuk menghasilkan Rencana Teknik Akhir
(Detail Engineering Desain) jaringan irigasi tersebut diatas, yang efisien dan efektif,
lengkap dengan gambar dan dokumentasi lainnya yang diperlukan, sesuai dengan
Standar dan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan.

Program ini bertujuan untuk menciptakan sarana infrastruktur jaringan irigasi yang
memadai di dalamkecamatan Ibu Utara, serta optimalisasi fungsionalitas jaringan irigasi
tersebut diatas sehingga dapat mendukung perkembangan kawasan di wilayah
tersebut.disamping itu sebagai wujud upaya untuk meningkatkan kebutuhan pangan
warga masyrakat di daerah ibu utara.

Sementara Tujuan Khusus dari program ini adalah tersedianya dokumen perencanaan
teknis untuk jaringan irigaasi tersebut diatas, sehingga dapat digunakan sebagai dasar
dalam pelaksanaan pembangunan fisik untuk jaringan irigasi tersebut.
1.3. DATA KONTRAK

1. Nama Pekerjaan : Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi Di


Tokuoku
2. Pemilik : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
3. Konsultan : CV. Rancang Graha Acitya
4. Alamat Konsultan : Jl Daniel Bohang No 209 RT 001/RW 003 Kelurahan
Salero
5. NomorKontrak : 610/01.PL/PRC-IRG/SPK/SDA-APBDP/IX/2018
6. Nilai Kontrak : Rp. 99.700.000,00
7. Lokasi Pekerjaan : Kecamatan Ibu Utara, Kabupaten Halmahera Barat

1.4. LINGKUP DAN TAHAPAN PEKERJAAN


Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja, secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut :

1. Pekerjaan Lapangan
 Survey Pendahuluan
 Survey Topografi
 Survey Hidrologi
 Penyelidikan Tanah

2. Analisa dan Perencanaan Teknis


 Analisa Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi
 Perencanaan Skema Bangunan Irigasi
 Analisa Hidrologi
 Perencanaan Bangunan Pelengkap
 Penyusunan Gambar Teknis
 Penyusunan Laporan Teknis
 Perhitungan Perkiraan Kuantitas dan Biaya
 Penyusunan Dokumen Lelang
Jasa pelayanan teknik yang akan diberikan oleh Tim Konsultan, dibagi menjadi beberapa
tahapan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan.Adapun tahapan-
tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan Konsultan meliputi :
1. Tahap Persiapan dan Mobilisasi.
2. Tahap Pengumpulan Data Sekunder
3. Tahap Survai Pendahuluan.
4. Tahap Survai Lapangan.
5. Tahap Analisa dan Perencanaan Teknik.
6. Tahap Penggambaran.
7. Tahap Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya.
8. Tahap Penyusunan Dokumen Lelang.

1.5. GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN

1.5.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kecamatan Ibu Utara terletakdi antara: 0°18'59.88"–


0°18'59.88"NLintang Selatan dan 127°52'20.57" – 127°52'31.37"E Bujur
Timur.Kabupaten Halmahera Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Maluku Utara yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten lain antara lain :
 Kabupaten Tidore Kepulauan di sebelah Selatan.
 Kabupaten Halmahera Utara di sebelah Timur.
 Laut Halmaheradi sebelah barat.
 Kabupaten Halmahera Utaradi sebelah utara

Kecamatan Ibu Utara ini memiliki Posisi yang sangat strategis karena berada di
pusat kecamatan.

1.5.2. Keadaan Sosial Budaya

Sebagian besar penduduk adalah berasal dari suku Sahu, suku Jailolo mayoritas
beragama Nasrani. Penduduk pada umumnya bertempat tinggal di daerah pesisir
dan Gunung.
1.5.3. Kondisi Iklim

Dari hasil pantauan, selama kegiatanObservasi Kecamatan Ibu Utara memiliki


iklim yang sangat bagus karena terletak dekat katulistiwa. Karena topografi
kecamatan Ibu Utara yang dikelilingi oleh gunung maka kecamatan Ibu Utara
beriklim dingin di malam hari dan panas di siang hari.

1.5.4. Kondisi Hidrologi

Wilayah kecamatan Ibu Utara dialiri oleh aliran Sungai yang kecil yang berada di

Sepanjang desa yaitu sungai tokuoku.Disamping itu ada sungai besar di sisi
utara.Keberadaan Daerah Aliran Sungai di kecamatan Ibu Utara dijadikan sebagai
fungsi Jaringan Irigasi Kecamatan Ibu Utara.

1.6. PETA LOKASI PEKERJAAN


BAB - 2 METODOLOGI

2.1. UMUM

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya
perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan
praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja.

Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar perencanaan
yang dapat dilihat pada tabel 2.1. Standar Perencanaan

No Dokumen Uraian

1. KP 01 Perencanaan Jaringan Irigasi

2. KP 02 Bangunan Utama (Headworks)

3. KP 03 Saluran Irigasi

4. KP 04 Bangunan Irigasi

5. KP 05 Petak Tersier

6. KP 06 Parameter Bangunan

7. KP 07 Standar Penggambaran

8. PT-01 Gambar-Gambar Irigasi

Tabel 2.1. Standar Perencanaan


2.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan merancang tahapan pelaksanaan pekerjaan


sebagai berikut :

1. Pekerjaan Persiapan

2. Studi Pendahuluan
 Penyusunan rencana kerja
 Penyusunan Rencana Mutu Kontrak
 Inventarisasi data &studi terdahulu

3. Survai Dan Penyelidikan Lapangan


 Survai pendahuluan
 Penyusunan Laporan Pendahuluan
 Survai topografi
 Survai hidrologi
 Penyelidikan tanah

4. Analisa Data
 Analisa data dan pemetaan topografi
 Analisa data tanah dan sumber material
 Analisa hidrologi
 Penyusunan laporan survey teknis

5. Perencanaan Teknis
 Analisa Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi
 Perencanaan Skema Bangunan Irigasi
 Analisa Hidrologi
 Perencanaan Bangunan Pelengkap

6. Gambar Perencanaan Akhir


 Penyusunan gambar rencana
 Penyusunan Draft Laporan Akhir

7. Perkiraan Kuantitas dan Biaya


 Perhitungan volume pekerjaan fisik
 Penyusunan Laporan Rencana Anggaran Biaya

8. Dokumen Lelang dan Laporan Akhir


 Penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan
 Penyusunan laporan dokumen Lelang
 Penyusunan Laporan Akhir

2.3. PEKERJAAN PERSIAPAN

Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan pekerjaan persiapan,


baik mengenai kelengkapan administrasi, personil pelaksana, sarana transportasi,
peralatan, dan segala aspek dalam kaitan pelaksanaan pekerjaan. Konsultan akan
menyiapkan program kerja untuk dikoordinasikan dengan pihak pemberi tugas. Maksud
dari koordinasi ini adalah untuk menyamakan pandangan antara konsultan dengan pihak
pemberi sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tidak mengalami hambatan.

2.4. STUDI PENDAHULUAN

2.4.1. INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU


Setelah tugas dari masing-masing tenaga ahli dipahami, maka konsultan akan
segera melaksanakan kegiatan pengumpulan data, informasi dan laporan yang
ada hubungan-nya dengan studi untuk mempelajari kondisi daerah proyek secara
keseluruhan guna mempersiapkan rencana tindak lanjut tahap berikutnya.
Konsultan akan mengunjungi kantor-kantor instansi pemerintah maupun swasta
yang sekiranya mengelola data yang diperlukan. Untuk kelancaran pekerjaan ini,
maka sangat diperlukan surat pengantar dari pihak Direksi Pekerjaan untuk
keperluan tersebut. Dari hasil studi meja akan disusun program kerja
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi

2.4.2. PENYUSUNAN RENCANA KERJA


Hasil penelaahan data akan dituangkan dalam rencana konsultan yang meliputi
rencana kegiatan survai dilapangan maupun kegiatan analisis dan evaluasi data.
Rencana kerja ini meliputi :
a. Struktur organisasi serta tenaga pelaksana penanganan pekerjaan
b. Rencana waktu penanganan pekerjaan
c. Rencana penugasan personil serta peralatan yang akan digunakan dalam
penanganan pekerjaan

2.4.3. PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR


Hasil – hasil dari studi pendahuluan dan antara akan dituangkan dalam bentuk
laporan Akhir

SURVAI DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN

2.4.4. SURVAI PENDAHULUAN


Survai Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Menyiapkan peta dasar yang berupa Peta Topografi skala 1:100.000 /
1:50.000 dan peta-peta pendukung lainnya (Peta Geologi, Tata Guna tanah
dll).
b. Mempelajari lokasi pekerjaan dan pencapaiaan, serta titik awal dan titik akhir
pekerjaan.
c. Mempelajari kondisi eksisting lahan.
d. Inventarisasi stasiun-stasiun pengamatan curah hujan pada lokasi pekerjaan
melalui stasiun-stasiun pengamatan yang telah ada ataupun pada Jawatan
Meteorologi setempat.
e. Membuat foto dokumentasi lapangan per 1 km, serta pada lokasi-lokasi yang
penting.
f. Mengumpulkan data, berupa informasi mengenai harga satuan bahan dan
biaya hidup sehari-hari.
g. Mengumpulkan informasi umum lokasi sumber material (quarry) yang
diperlukan untuk pekerjaan konstruksi.
h. Membuat laporan lengkap perihal pada butir a s/d h dan memberikan saran-
saran yang diperlukan untuk pekerjaan survai teknis selanjutnya.
Hasil dari survai pendahuluan dan pengumpulan data-data yang menunjang
dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan dituangkan dalam bentuk laporan Survai
Pendahuluan.

2.4.5. SURVEI TOPOGRAFI

LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan terdiri dari
beberapa bagian pekerjaan yaitu :
a. Persiapan
b. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control Point (CP).
c. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran
d. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari :
 Pengukuran titik kontrol horizontal (Polygon) dan vertikal (Waterpass)
 Pengukuran situasi/detail
 Pengukuran penampang memanjang dan melintang
 Pengukuran-pengukuran khusus

PENGUKURAN TITIK KONTROL HORIZONTAL


Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Horizontal dilaksanakan sebagai berikut :
 Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon
 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100m, diukur dengan
pegas ukur (meteran) atau alat ukur jarak elektronis
 Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang patok-patok
untuk titik ikat adalah patok dari beton
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolith dengan ketelitian
dalam secon (yang mudah/umum dipakai adalah Theodolith jenis T2 Wild
Zeis atau yang setingkatan)
 Ketelitian untuk poligon adalah sebagai berikut :
 Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” akar jumlah titik poligon
 Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”
 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek pada setiap jarak 5
Km (kurang lebih 60 titik poligon) serta pada titik akhir pengukuran.
 Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 4 seri rangkap (4 biasa dan 4
luar biasa)

PENGUKURAN TITIK KONTROL VERTIKAL


Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Vertikal dilaksanakan sebagai berikut :
 Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian adalah Waterpass
Orde II
 Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dilakukan 2 kali
berdiri alat
 Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm. Dimana D adalah
panjang pengukuran (Km) dalam 1 (satu) hari
 Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian
skala jelas dan sama
 Setiap pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang dalam
satuan milimeter
 Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB), Kontol
pembacaan : 2BT = BA + BB
 Referensi levelling menggunakan referensi lokal

PENGUKURAN SITUASI
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachymetri
 Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan Theodolith T0)
 Pengukuran situasi daerah sepanjang daerah irigasi mencakup semua
keterangan-keterangan yang ada didaerah sepanjang rencana trase irigasi
tersebut
 Untuk tempat-tempat gorong-gorong atau perpotongan dengan jalan lain
pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus)
 Tempat-tempat sumber material bangunan irigasi yang terdapat disekitar
jalur jalan perlu diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material)
PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG DAN MELINTANG
Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan untuk
menentukan volume penggalian dan penimbunan. Metodologi pengukuran
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pengukuran Penampang Memanjang
 Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana
pembangunan irigasi
 Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang sama dengan yang
dipakai untuk pengukuran titik kontrol vertikal

2. Pengukuran Penampang Melintang


 Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai
dibuat setiap 50 m
 Lebar pengukuran penampang melintang 100 m ke kiri-kanan
 Khusus untuk perpotongan dengan sungai dilakukan dengan ketentuan
khusus (lihat pengukuran khusus)
 Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang
sama dengan yang dipakai pengukuran situasi

2.4.6. SURVEY HIDROLOGI

LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Hidrologi untuk perencanaan pembangunan irigasi
terdiri dari beberapa bagian pekerjaan yaitu :
 Menyiapkan peta topografi dengan skala 1:250.000 serta peta situasi dengan
skala 1:1000
 Mencari sumber data iklim yang valid, yaitu dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG).
 Memilah dan memilih data iklim terutama data curah hujan, yang
berkesesuaian dengan lokasi proyek.
 Melakukan survey lapangan dan merekam hasilnya dalam catatan
menyangkut saluran samping, gorong-gorong dan jembatan.
 Saluran samping dicatat kondisi eksistingnya dan kondisi pengembangan
sesuai kebutuhan yang diakibatkan perubahan guna lahan
 Gorong-gorong dicatat kondisi eksistingnya menyangkut diameter, kondisi
fungsi, kondisi terakhir aliran air.
 Jembatan eksisting dicatat kondisi dimensi lebar bentang dan kondisi terkhir
struktur atas dan strukstur bawah, dilihat kebutuhan penanganan
pemeliharaan dan peningkatan jika perlu.
 Data iklim dan curah hujan digunakan sebagai input dalam perhitungan debit
banjir rencana untuk menentukan ukuran dimensi saluran, gorong-gorong
dan aspek struktur serta jagaan jembatan, yang akan dilaporkan dalam buku
Perhitungan Disain.

2.4.7. SURVEY GEOTEKNIK

LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Geoteknik untuk perencanaan irigasi meliputi :
 Pengambilan contoh tanah dan Test Pit.
 Pemeriksaan lokasi sumber material
 Penyelidikan tanah dengan tes DCP

METODOLOGI
1. Penyelidikan Test Pit
Penyelidikan Test Pit dilakukan pada setiap jenis satuan tanah atau setiap 1
Km yang berbeda dengan kedalaman 1-2 meter. Pada setiap lokasi Test Pit
dilakukan pengamatan deskripsi struktur dan jenis tanah, juga dilakukan
pengambilan sampel tanah baik contoh tanah terganggu maupun tidak
terganggu yang akan diselidiki di Laboratorium.
2. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai bahan-
bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan
3. Pemeriksaan dengan Tes DCP
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan nilai CBR lapisan tanah
dasar yang dilakukan pada bagian ruas jalan yang belum diaspal atau telah
mengalami kerusakan parah. Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
 Pemeriksaan dilakukan dalam interval 200 m
 Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan permukaan tanah lapisan
dasar
 Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan
tanah dasar kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras.
 Selama pemeriksaan dicatat kondisi khusus, seperti cuaca, drainase,
timbunan, waktu dan sebagainya
 Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan DCP Test.

2.5. ANALISIS DATA

2.5.1. PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI


Analisis data lapangan (perhitungan sementara) akan segera dilakukan selama
Team Survai masih berada di lapangan, sehingga apabila terjadi kesalahan dapat
segera dilakukan pengukuran ulang. Setelah data hasil perhitungan sementara
memenuhi persyaratan toleransi yang ditetapkan dalam Spesifikasi teknis
selanjutnya akan dilakukan perhitungan data defenitif kerangka dasar pemetaan
dengan menggunakan metode perataan kuadrat terkecil.
1. Perhitungan Poligon
Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan
dalam spesifikasi teknis adalah koreksi sudut antara dua kontrol azimuth =
20". Koreksi setiap titik poligon maksimum 10" atau salah penutup sudut
maksimum 30"  n dimana n adalah jumlah titik poligon pada setiap kring.
Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000. Berdasarkan kriteria toleransi
diatas, proses analisis perhitungan sementara poligon akan dilakukan
menggunakan metode Bowdith dengan prosedur sebagai berikut:
Salah penutup sudut:
n
fs = 
i=1
s1 - (n + 2) x 180 0 < 30" n
n
fs = 
i=1
s1 - (n + 2) x 180 0 < 30" n

Salah penutup koordinat:

n
fd = 
i=1
d1 - < - 1 : 2000

Dalam hal ini:


n n
fd = 
i=1
(d 1 . sin i ) 2 + 
i=1
(d 1 . Cos i ) 2

= + S i  180 0

dimana : S : sudut ukuran poligon


d : jarak ukuran poligon
i : nomor titik poligon ( i = 1,2,3, ..... n )

Proses perhitungan data definitif hasil pengukuran poligon kerangka kontrol


horizontal akan dilakukan dengan metode perataan kuadrat terkecil
parameter. Prinsip dasar perataan cara parameter adalah setiap data ukur
poligon (sudut dan jarak) disusun sebagai fungsi dari parameter koordinat
yang akan dicari. Formula perataan poligon cara parameter dalam bentuk
matriks adala sebagai berikut :
V = AX-L

X = [ AT .P.A ]-1 . [ AT .P.L ]

X = X° + X

Dimana : V : matrik koreksi pengukuran


A : matrik koefisien pengukuran
X : matrik koreksi parameter
L : matrik residu persamaan pengukuran
X° : matrik harga pendekatan parameter koordinat
X : matrik harga koordinat defeinitif
P : matrik harga bobot pengukuran
2. Perhitungan Waterpass
Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam spesifikasi
teknis yakni tiap seksi yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10 mm
 D (D = panjang seksi dalam km). Berdasarkan kriteria tersrbut dapat
diformulasikan cara analisis data ukur waterpass pada setiap kring sebagai
berikut :
n
fh = h i < 10 mm D
i =1

dimana : fh : salah penutup beda tinggi tiap kring waterpass


n : beda tinggi ukuran
i : nomor slag pengukuran waterpass ( i = 1,2,3....n )
Setelah dianalisis keseluruhan data waterpass kerangka kontrol vertikal
memenuhi persyaratan toleransi akan dilakukan proses perhitungan definitif
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil seperti pada poligon.
3. Perhitungan Azimuth Matahari
Formula perhitungan Azimuth arah dengan metode pengamatan tinggi
matahari adalah sebagai berikut :

sin   sinh* sin 


sin A 
cosh* cos 

  AS

dimana: A : azimut matahari


 : azimut ke target
S : sudut horizontal antara matahari dan target
 : deklinasi
h : tinggi matahari
 : lintang tempat pengamatan.

Apabila hasil perhitungan data pengamatan matahari tersebut tidak


memenuhi kriteria ketelitian 5" yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis,
maka akan dilakukan pengamatan ulang.
Perhitungan dan Penggambaran topografi secara garis besar mengikuti kaidah-
kaidahnya antara lain :
1. Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang
dipergunakan.
2. Penggambaran titik-titik poligon akan didasarkan pada hasil perhitungan
koordinat. Penggambaran titik-titik poligon tersebut tidak boleh secara grafis.
3. Gambar ukur yang berupa gambar situasi akan digambar pada kertas
milimeter dengan skala 1: 1.000 dan interval kontur 1 m.
4. Ketinggian titik detail akan tercantum dalam gambar ukur begitu pula semua
keterangan-keterangan yang penting.
5. Titik ikat atau titik mati serta titik-titik baru akan dimasukkan dalam gambar
dengan diberi tanda khusus. Ketinggian titik tersebut perlu juga dicantumkan.

2.5.2. PENYELIDIKAN TANAH DAN SUMBER MATERIAL


Analisis dan evaluasi data yang diperoleh dari penyelidikan tanah dan sumber
material akan dilakukan analisis laboratorium.
Analisis Laboratorium Mekanika Tanah dipakai untuk mengetahui sifat-sifat
teknis tanah, khususnya tanah lunak. Evaluasi hasil penyelidikan lapangan dan
analisis laboratorium selanjutnya digunakan untuk mengetahui penyebaran
dan sifat-sifat teknis tanah. Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan
parameter desain untuk perhitungan daya dukung pondasi dan kestabilan
tanggul saluran maupun tanggul banjir. Semua penyelidikan di laboratorium
dilakukan menurut prosedur ASTM dengan beberapa modifikasi yang
disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

CONTOH TANAH TERGANGGU (DISTURBED SAMPLE)


Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang uji
meliputi:
1. Berat Jenis Tanah
2. Atterberg Limits (Consistency)
3. Gradasi Butiran.
4. Percobaan pemadatan (Compaction test)
5. Uji konsolidasi (Consolidation test)
6. Uji gaya geser langsung ( Direct shear test ).
7. Uji CBR Laboratorium

2.5.3. HIDROLOGI
Tahapan analisis data hidrologi secara garis besar dapat dikelompokkan dalam
beberapa golongan meliputi :

ANALISIS DATA CURAH HUJAN


Analisis data curah hujan dimaksudkan untuk memperoleh debit banjir
rancangan dan debit andalan. Data curah hujan yang mewakili adalah data-data
dari stasiun terdekat dengan lokasi. Analisis dilakukan pada data curah hujan 1
harian, 2 harian, 3 harian, setengah bulanan dan bulanan selama tahun
pencatatan pada masing-masing stasiun curah hujan sesuai dengan kriteria
perencanaan yang dibutuhkan.
Urutan pengolahan data curah hujan dapat dilihat berikut ini :

1. Mengisi Data Hujan yang Kosong


Pemilihan metode berdasarkan karakteristik data yang tersedia. Berikut ini
disajikan 2 (dua) metode yang dapat dipakai untuk pengisian data hujan yang
kosong.
a) Metode Ratio Normal
Metode Ratio Normal dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
r = 1/3 {R/RA . rA + R/RB . rB + R/RC . rC}

dimana : R : Curah hujan rata-rata setahun di tempat


pengamatan R yang datanya akan dilengkapi
rA, rB, rC : Curah hujan di tempat pengamatan RA, RB, RC
RA, RB, RC : Curah hujan rata-rata setahun pada stasiun A,
stasiun B, stasiun C
b) Metode Inversed Square Distance
Untuk mengisi data curah hujan yang hilang dapat dilakukan dengan
memperbandingkan terhadap data curah hujan yang dicatat pada stasiun
curah hujan terdekat. Pengisian data dengan metode ini dihitung dengan
telah memperban-dingkan jarak antara stasiun curah hujan yang diisi
terhadap stasiun curah hujan yang berdekatan. Data hujan dipilih dari
stasiun-stasiun yang mewakili areal dominan sehingga data yang
dihasilkan dapat digunakan untuk kebutuhan perencanaan.

2. Pengujian Data Curah Hujan


Data hasil perbaikan tersebut, tidak dapat langsung dipakai untuk kebutuhan
perencanaan. Data tersebut perlu dilakukan pengujian dalam kelangsungan
pencatatannya. Parameter yang biasa digunakan untuk menganalisis adalah
reabilitas data dan konsistensi data. Di dalam suatu deret data pengamatan
hujan bisa terdapat non homogenitas dan ketidaksesuaian (inconsistensy)
yang dapat menyebabkan penyimpangan pada hasil perhitungan. Non
homogenitas bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti: perubahan
mendadak pada sistem hidrologis, misalnya karena adanya pembangunan
gedung-gedung atau tumbuhnya pohon-pohonan, gempa bumi dan lain-lain,
pemindahan alat ukur, perubahan cara pengukuran (misalnya berhubung
dengan adanya alat baru atau metode baru) dan lain-lain. Konsistensi data
curah hujan dari suatu tempat pengamatan dapat diselidiki dengan Teknik
Garis Massa Ganda (Double Mass Curve Technique). Caranya dengan
membuat kurve hubungan antara kumulatif hujan tahunan masing-masing
stasiun dengan kumulatif hujan tahunan rata-rata. Data yang menunjukkan
hubungan garis lurus dan tidak terjadi penyimpangan menunjukkan curah
hujan konsisten dan tidak perlu dikoreksi.

3. Distribusi Curah Hujan Pada DAS


Untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi hujan di seluruh Daerah
Aliran Sungai, maka dipilih beberapa stasiun yang tersebar di seluruh DAS.
Stasiun terpilih adalah stasiun yang berada dalam cakupan areal DAS dan
memiliki data pengukuran iklim secara lengkap. Metode yang dapat dipakai
untuk menentukan curah hujan rata-rata adalah metode Thiessen dan
Arithmetik. Untuk keperluan pengolahan data curah hujan menjadi data debit
diperlukan data Curah Hujan Bulanan, sedangkan untuk mendapatkan Debit
Banjir Rancangan diperlukan analisis data dari curah hujan Harian Maksimum.
a) Metode Thiessen
Pada metode Thiessen dianggap bahwa data curah hujan dari suatu
tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar
tempat itu. Metode perhitungan dengan membuat poligon yang
memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua
stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak
pada suatu wilayah poligon tertutup An. Perbandingan luas poligon untuk
setiap stasiun yang besarnya An/A.
b) Metode Arithmetik
Pada metode aritmetik dianggap bahwa data curah hujan dari suatu
tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar
tempat itu dengan merata-rata langsung stasiun penakar hujan yang
digunakan.
c) Metode Ishoyet
Menggunakan peta Ishoyet, yaitu peta dengan garis-garis yang
menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang mana. Besar
curah hujan hujan rata-rata bagi daerah seluruhnya didapat dengan
mengalikan CH rata-rata diantara kontur-kontur dengan luas darah antara
kedua kontur, dijumlahkan dan kemudian dibagi luas seluruh daerah. CH
rata-rata di antara kontur biasanya diambil setengah harga dari kontur.

ANALISIS FREKUENSI DATA DEBIT


Analisis data curah hujan dapat dilakukan pada data curah hujan ataupun data
debit sesuai dengan kebutuhan perencanaan. Metode yang dapat dipakai untuk
analisis frekuensi dapat dilihat berikut ini :
1. Metode Gumbell
2. Metode Log Pearson Type III
Masing-masing metode memiliki syarat keandalan dan ketepatan pemakaiannya.
Pemilihan metode berdasarkan karakteristik data yang ada, yang diperlihatkan
dengan besaran statistik cv (koefisien variasi, ck (Koefisien kurtosis) dan cs
(koefisien asimetri). Di bawah ini diuraikan dua buah rumus yang sering dipakai
dalam perhitungan yaitu metode E.J. Gumbell dan Log Pearson III dengan rumus
sebagai berikut :
1. Distribusi Gumbel
Sifat sebaran dari distribusi ini adalah :
a) Cs 1,4
b) Ck 5,4
Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari data hujan
mendekati nilai tersebut, maka sebaran Gumbel dapat digunakan.

Rumus : Xtr = Xt ± K.Sx

Dimana : Xtr : Besarnya Curah hujan untuk periode ulang Tr


tahun
Xt : Curah hujan rata-rata selama tahun
pengamatan
Sx : Standard deviasi
K : Faktor frekuensi Gumbell
Ytr : -ln (-ln(1-1/tr))
Sn dan Yn adalah fungsi dari banyaknya sample.

2. Metode Log Pearson Type III


Sifat dari distribusi ini adalah :
a) Cs=O
b) Ck=4-6
Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari data hujan
mendekati nilai tersebut, maka sebaran log Pearson type III dapat digunakan.
Distribusi frekuensi Log Pearson Type III dihitung dengan menggunakan
rumus :

Log Q = log X + G.s1

Dimana: log X : logaritma rata-rata sample.


s1 : standar deviasi
G : koefisien yang besarnya tergantung dari koefisien
kepencengan (Cs).
Dengan semakin berkembangnya pemakaian software maka selain dengan
cara perhitungan manual seperti di atas saat ini telah dikembangkan program
Flow Freq untuk kepentingan analisis frekuensi. Input data berupa data curah
hujan atau data debit sepanjang tahun pengamatan yang tersedia dan output
berupa grafik analisis frekuensi dengan metode-metode seperti yang telah
disebutkan di muka. Metode terpilih berdasarkan simpangan terkecil yang
dihasilkan oleh salah satu metode tersebut. Selanjutnya besarnya debit atau
curah hujan rancangan yang dikehendaki dapat ditarik dari garis yang
terbentuk dalam grafik hubungan probabilitas, kala ulang dan debit/curah
hujan tersebut.

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN


Analisis debit banjir rancangan dimaksudkan untuk mengetahui besar banjir
rancangan dan hidrograf banjir rancangan yang akan digunakan sebagai dasar
perencanaan dimensi saluran primer, sekunder, dan tersier dan bangunan irigasi
lainnya. Perhitungan debit banjir rancangan dapat dilakukan dengan analisa
frekuensi dari data-data debit banjir maksimum tahunan yang terjadi, dalam hal
ini data yang tersedia sebaiknya Q 10 tahun terakhir berturut-turut. Jika data
debit banjir maksimum tahunan yang terjadi selama 10 tahun terakhir berturut-
turut tidak tersedia, maka debit banjir rancangan dapat diperkirakan dari data-
data curah hujan harian maksimum tahunan yang terjadi di stasiun-stasiun yang
ada di daerah pengaliran sungai. Metode ini dikenal dengan “analisa curah hujan
- limpasan” dengan mempergunakan rumus-rumus empiris dan hidrograf satuan
sintetis. Data-data yang diperlukan untuk menghitung debit banjir rancangan
adalah data curah hujan rancangan dan data karakteristik DPS (Daerah
Pengaliran Sungai). Dalam perencanaan ini metode-metode yang dapat
dipergunakan yaitu antara lain:
1. Metode Rasional oleh Haspers
2. Metode Rasional oleh Weduwen
Penggunaan berbagai metode ini disesuaikan dengan ketersediaan data curah
hujan, iklim, jenis tanah, karakteristik daerah, luas daerah dan sebagainya.

1. Metode Rasional oleh Haspers


Metode perkiraan debit banjir secara empiris seperti Haspers, Weduwen
mempunyai rumus dasar sebagai berikut:
Q = ..q.A
dimana :
Q : debit maksimum (m3/det)
 : koefisien pengaliran
 : koefisien reduksi
q : curah hujan maksimum (m3/det/km2)
A : luas daerah pengaliran (km2)
1  0,012. A 0 , 7
 :
1  0,075. A 0 , 7

. 0 ,4.t A 3/ 4
1/ : 1 + t  3,2710 .
t  15 12
t : 0,1 . L0,8 . (H/L)-0,3 jam
Jika t < 2 jam,
t. R24  max
R :
t  1  0,0008.(260  R24  max ).(2  t ) 2

Jika 2 jam < t < 19 jam,


t. R24 max
R =
t 1
Jika 19 jam < t < 30 hari,
R = 0,707 . R24-max .  ( t + 1 )
q = R / ( 3,6 . t ) (m3/det/km2)
Q = ..q.A (m3/det)

2. Metode Rasional oleh Weduwen


Metode ini sesuai untuk sungai dengan luas daerah pengaliran kurang dari
100 km2. Persamaannya adalah:

Q = C..R.A
dimana :
Q : debit banjir rancangan (m3/det)
f 1
120  .A
 = t9
120  A
t : waktu konsentrasi
0,476. A 0 , 375
t =
2 Q 0 ,125 . S 0 , 25

1  4 ,1
C =
.R  7
S : kemiringan sungai rata-rata
A : luas daerah pengaliran (km2)

2.6. GAMBAR PERENCANAAN AKHIR

Pembuatan gambar rencana selengkapnya, dilakukan setelah Draft Design mendapat


persetujuan dari pemberi tugas dengan mencantumkan koreksi-koreksi dan saran-saran
yang diberikan oleh pemberi tugas. Final Design digambar di atas kertas standard sheet.

Gambar perencanaan akhir tersebut akan diplot dalam kertas A3 yang selengkapnya
terdiri dari :
1. Umum (General)
2. Tata Letak Skala 1 : 2000
3. Situasi dan Potongan Memanjang.
4. Potongan Melintang
5. Gambar Standar

2.7. PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI

Lingkup pekerjaan untuk tahapan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :


1. Perhitungan kuantitas pekerjaan berdasarkan mata pembayaran standar yang
dikeluarkan oleh Dirjen Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum.
2. Analisa Harga Dasar Satuan Bahan dengan mempertimbangkan jarak lokasi
pekerjaan dengan lokasi Quarry
3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan.
4. Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik
2.8. DOKUMEN LELANG

Dokumen tender/pelelangan akan dibuat untuk masing-masing ruas. Dokumen tender


yang akan disiapkan Konsultan antara lain:
a. Buku 1 : Bab I Instruksi Kepada Peserta Lelang
: Bab II Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi dan Bentuk
Perjanjian.
: Bab III Syarat-syarat Kontrak
: Bab IV Data Kontrak
b. Buku 2 : Bab V.1 Spesifikasi Umum
: Bab V.2 Spesifikasi Khusus
c. Buku 3 : Bab VI Gambar Rencana
d. Buku 4 : Bab VII Daftar Kuantitas
: Bab VIII Bentuk-bentuk Jaminan

2.9. LAPORAN – LAPORAN

Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan perencana
sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :

1. Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja yang akan
dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.

2. Laporan Survey Pendahuluan


Berisikan tentang metodologi survey pendahuluan serta hasil dari survey
pendahuluan.

3. Laporan Bulanan
Adalah laporan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak konsultan
perencana pada setiap bulannya

4. Laporan Survey Teknis


Berisikan metodologi, data – data lapangan dan hasil analisa data lapangan yang
terdiri dari :
 Laporan Survey Topografi
 Laporan Penyelidikan Tanah
 Laporan Hidrologi

5. Laporan Akhir
Adalah laporan Perencanaan Geometrik, Perkerasan Jalan dan Bangunan Pelengkap
Jalanserta dari seluruh kegiatan perencanaan yang telah dilaksanakan oleh konsultan
perencana

6. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan
skala yang telah ditetapkan dalam standar Sumber Daya Air.

7. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen Lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat
Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-Bentuk Jaminan,
Daftar Kuantitas.
Laporan Akhir

BAB - 3
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN

3.1. PERENCANAAN PETAK

Ada dua jenis petak yang akan dialiri yaitu petak tersier sebanyak 4 petak areal
irigasi.

3.1. Petak Tersier


Petak tersier yang kami bangun untuk daerah Tokuoku adalah sebanyak 4
petak tersier dengan perencanaan sebagai berikut :
1) Ukuran luas petak masing – masing yaitu , 25.31 Ha, 21.13 Ha, 36.77 Ha,
dan 33.01 Ha.
2) Letak petak berada dibelakang pintu sadap dan hanya menerima air dari
bangunan sadap.
3) Rencana petak secara keseluruhan dapat mudah untuk dialiri air dan
mudah pula air buangan mengalir ke saluran drainasi.
4) Bentuk petaknya tidak sama antara lebar dan panjangnya.

3.2. Petak Sekunder


Petak sekunder yang kami bangun untuk daerah tokuoku adalah sebanyak 2
petak sekunder dengan perencanaan sebagai berikut :
1) Ukuran luas petak masing – masing yaitu , 46.44 Ha, dan 69.78 Ha.
2) Setiap petak sekunder hanya menerima air dari satu bangunan bagi yang
terletak di saluran induk atau saluran sekunder lainnya, serta tidak
mendapat air suplesi dari saluran lain.
3) Rencana saluran sekunder terletak melalui punggung, untuk
memudahkan mengalirnya air irigasi ke sebelah kanan dan kiri, dan air
dapat mengairi keseluruh daerah yang akan diairi.

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 28


Laporan Akhir

3.2. Perencanaan Debit Saluran


3.2.1. Mencari Debit air irigasi di setiap petak sawah :
Untuk menghitung besarnya debit air yang dibutuhkan untuk setiap petak,
data yang dibutuhkan adalah data luas (A) dari masing-masing petak dan besarnya
kebutuhan air semua petak sawah (Ir). Dimana diketahui nilai kebutuhan air
semua petak sawah (Ir) = 1,273 lt/dt.ha
Rumus untuk mencari debit air pada petak sawah yaitu:
Qsawah = A . Ir

Dimana :
Qsawah = kebutuhan air / debit air irigasi di petak sawah
A = luas petak sawah yang aliri
Ir = kebutuhan air irigasi di tiap petak sawah

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 29


Laporan Akhir

Tabel 3.1. Kebutuhan air irigasi di setiap petak sawah


SAWAH A (Ha) Q (lt/dtk) Q (m3/dtk)

S1Ka 25.31 40.28 0.04028

S1Ki 21.13 33.63 0.03363

S2Ka 36.77 58.52 0.05852

S2Ki 33.01 52.53 0,05253

3.2.2 Menghitung debit aliran air irigasi pada setiap saluran


Untuk menghitung besarnya debit air yang mengalir pada setiap saluran
irigasi data yang dibutuhkan yaitu nilai efisiensi (e) dan debit air yang mengalir
pada tiap petak (Qp). Untuk efisiensi debit saluran irigasi dipakai standar efisiensi
debit saluran atau factor kehilangan, yaitu :
1. Pada petak tersier, e = 0,8
2. Pada saluran sekunder, e = 0,9
3. Pada saluran primer, e = 0,9
Rumus mencari debit air (Qs) untuk tiap saluran irigasi yaitu :

Qs = Qp/e

Debit Aliran Irigasi di Saluran Sekunder 1


Luas Sawah petak tersier 2 : 46.44 ha
A = 46.44 x 90% = 41.8 ha
Efisiensi Tersier = 0,8
Efisiensi Sekunder = 0,9
Ir = 1,273
41.8 x 1.273
Q=
0,8
= 66.51425 lt/det

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 30


Laporan Akhir

Qtersier
Q saluran Sekunder =
0,9
66.51
= = 73.90 lt/det = 0,074 m³
0,9
Data perhitungan debit air pada setiap saluran irigasi dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Debit aliran air irigasi di setiap saluran


Nilai Efisiensi
Saluran Q (m³/det)
(e)
Primer 1 0,9 0.2283
Sekunder 1 0,9 0.0821
Sekunder 2 0,9 0,1234

3.3. PERENCANAAN PENAMPANG SALURAN

3.3.1 Menghitung Perencanaan Dimensi Saluran rigasi

Didalam perhitungan dimensi suatu saluran baik itu saluran pembawa


(saluran primer, sekunder, tersier dan kwartener) maupun saluran pembuangan,
pada dasarnya sama.
Rumus yang saat ini biasa digunakan adalah rumus Strickler :

𝐴
Q=vA R=𝑂

v = k.R2/3 . I1/2 A = bh + mh2


𝑣 2
I=( 2 ) O = b + 2h √1 + 𝑚2
𝑘.𝑅 ⁄3

b/h=n

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 31


Laporan Akhir

Tabel 2.3 Debit aliran air irigasi di setiap saluran


Kecepatan air (v)
Q untuk tanah
b:h m Keterangan
(m3/detik) lempung biasa
(m/detik)

0,000 – 0,050 1,0 Min. 0,25 1:1 Catatan :

0,050 – 0,150 1,0 0,25 – 0,30 1:1 *bmin = 0,30 m

0,150 – 0,300 1,0 0,30 – 0,35 1:1 *Q = A*V

Q = debit air,
0,300 – 0,400 1,5 0,35 – 0,40 1:1
m3/det

0,400 – 0,500 1,5 0,40 – 0,45 1:1 A = luas basah, m2

V = kecepatan air,
0,500 – 0,750 2,0 0,45 – 0,50 1:1
m/det

0,750 – 1,500 2,0 0,50 – 0,55 1:1 V = k*R2/3*I1/2

R = jari-jari
1,500 – 3,000 2,5 0,55 – 0,60 1:1,5
hidrolis = A:O

3,000 – 4,500 3,0 0,60 – 0,65 1:1,5 O = keliling basah

I = kemiringan
4,500 – 6,000 3,5 0,65 – 0,70 1:1,5
saluran

6,000 – 7,500 4,0 0,70 1:1,5

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 32


Laporan Akhir

K W Lahar
T
Saluran (koefisien h/b (waking- Tanggul-
(talud)
kekasaran) jagaan) tanggul

Tersier-kuartier 40 1:1 1 0,30 1,00

Sekunder
40 1:1 1 0,40 1,00
3
Q = 0,50 m /det

Primer + sekunder

Q = 0,5 – 1 m3/det 40 1:1 2 0,50 1,50

Q = 1 - 2 m3/det 40 1:1 2,5 0,60 1,50

Perhitungan Dimensi saluran primer :


Q = 0.2283 m3/dtk
Dari tabel didapat :
b/h = 1  b =h v = 0,5076 m/s m=1 k = 35 w1 = 0,419
A = h2 (n+m) = h2 (1+1) = h2
P = ℎ(𝑛 + 2√1 + 𝑚2 = h + 2√1 + 12 = 3h
𝐴 ℎ2
R= = = 0.3333ℎ
𝑃 3ℎ
Q = vA = 0.5076 xh2 = 0.5076 h2 0.2283 = 0,5076 h2 h = 0.4498 m
Maka didapat :

h = 0.47425 m b = 1h = 0.47425 m

A = 0.4498 m2 P = 1.8156 m

R = 0.2478 m

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 33


Laporan Akhir

2 2
𝑣 0.5076
𝐼=( 2⁄ ) = ( ) = 0,0001352
𝑘. 𝑅 3 35 ∙ 0,3945

Untuk perhitungan dimensi saluran lainnya, dapat diihat di Tabel 2.4

2.4.2 Menghitung Perencanaan Bangunan Pintu Air Irigasi

Lebar Meja Tinggi Energi Besar Debit


(m) (m) (m³/det)

0,50 0,33 0,00-0,16

0,50 0,50 0,03-0,30

0,75 0,50 0,04-0,45

1,00 0,50 0,05-0,60

1,25 0,50 0,07-0,75

1,50 0,50 0,08-0,90

Perhitungan:
1. Saluran Primer 1 dengan Pintu Romijn
Untuk Perencanaan dibatasi dengan syarat teknis sebagai berikut:
 Untuk satu pintu biasa diambil :
- Lebar pintu (b) = 0.5 m
- Qmaks = 0.2283 m3/dtk
- Hmaks (tinggi muka air diatas ambang) = 0.5 m
Maka :
Jika diambil 1 pintu :
Q = 1,71*b*h3/2 b = 0.5 m
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 34
Laporan Akhir

0.2283 = 1,71*(0.5)*h3/2
h = (0.2283 /(1,71*0.5))2/3
= 0.41 m
h = 0.41 m ≤ hmaks = 0,5 m (OK  Memenuhi syarat)

Jika diambil 2 pintu :


Q = Q/2 = 0.2283 /2 = 0.11415 m3/dtk
Dicoba dengan tinggi muka air (h) = 0,5 m
Q = 1,71*b*h3/2 h = 0,5 m
0.11415 = 1,71*b*0,53/2
b = 0.1059 m  diamil b = 0.1059m < b mks = 0,5 m oke

Jadi, dimensi pintu air untuk saluran saluran Primer 1 adalah :


Satu pintu romijn dengan ketentuan masing-masing pintu:

Lebar pintu (b) = 0.5 m

Qmak = 0.2283 m3/dtk


Tinggi muka air diatas ambang (h maks) = 0,5 m

2. Saluran Sekunder S1 dengan Pintu Romijn adalah sbb :


Rumus Pintu Romijn :
Q = 1,71 * b* ℎ3/2

Untuk Perencanaan dibatasi dengan syarat teknis sbb:


 Untuk satu pintu biasa diambil :
- Lebar pintu (b) = 0.5 m
- Qmaks = 0.0821 m3/dtk
- Hmaks (tinggi muka air diatas ambang) = 0.5 m
Maka :
Jika diambil 1 pintu :
Q = 1,71*b*h3/2 b = 0.5 m
0.0821 = 1,71*(0.5)*h3/2

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 35


Laporan Akhir

h = (0.0821/(1,71*0.5))2/3
= 0.209 m
h = 0.209 m ≤ hmaks = 0.21 m (OK  ambil 1 pintu)
h ~ 0,20
dicek : untuk 1 pintu :
 Debit : Q = 1,71*(0.5)*(0.20)3/2
= 0.30 m3/dtk > 0.0821 m3/dtkOK
Jadi, dimensi pintu air untuk saluran saluran sekunder 1 adalah :
Satu buah pintu romijn dengan ketentuan :

Lebar pintu (b) = 0,5 m


Qmak = 0.0821 m3/dtk
Tinggi muka air diatas ambang (h maks) = 0.5

*Perhitungan pintu air untuk saluran yang lainnya sama seperti diatas, dan hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Perencanaan Dimensi Bangunan Pintu Air Irigasi
H Cek Debit
Saluran Q (m³) B (m)
Hitung Rencana Qpasang Ket
Primer 1 0.2283 0.5 0.49 0.5 0.464 Ok ( 1 pintu)
Sekunder 1 0.0821 0.5 0.21 0.5 0.121 Ok ( 1 pintu)
Sekunder 2 0.1234 0.5 0.28 0.5 0.122 Ok ( 1 pintu)

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 36


Laporan Akhir

BAB - 4
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT DAN
PENGUKUR MUKA AIR

4.1. BANGUNAN PENGUKUR DEBIT

Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur pada hulu
saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier. Berbagai macam
bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini, namun demikian untuk
menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi, maka hanya beberapa jenis bangunan saja
yang dapat dipergunakan pada daerah irigasi.
Rekomendasi penggunaan bangunan tertentu didasarkan pada beberapa faktor
penting, antara lain :
 Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit.
 Bangunan yang kokoh, sederhana dan ekonomis.
 Rumus debit sederhana dan teliti.
 Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah.
 Pemeliharaan sederhana dan mudah.
 Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh para petani

4.1.1. ALAT UKUR AMBANG LEBAR

Alat ukur ambang lebar dianjurkan sebab bangunannya kokoh dan mudah dibuat.
Karena bisa mempunyai berbagai bentuk Mercu, bangunan ini mudah disesuaikan dengan
type saluran apa saja. Hubungan tunggal antara muka air hulu dan debit mempermudah
pembacaan debit secara langsung dari papan duga, tanpa memerlukan tabel debit.
a. Perencanaan Hydrolis
Perencanaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian segi empat adalah

Q  Ca . Cv . 2 . bc . h1  m 3 / dt.
1, 50
3

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 37


Laporan Akhir

Dimana :
Q = Debit.
Ca = Koefisien debit.
Ca adalah : 0,93 – 0,10 H1/L, untuk 0,1 H1/L = 1,0.
H1 adalah tinggi energi hulu.
L adalah panjang mercu.
Cv = Koefisien kecepatan datang.
g = Percepatan gravitasi.
bc = Lebar mercu.
h1 = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur.
Kedalaman debit untuk alat ukur ambang lebar bentuk
trappesium adalah :
 
g  Ca . bc .Ycc  mc 2 . 2 . g . h1  Yc  0,5
bc = Lebar mercu pada bagian pengontrol.
m = Kemiringan samping pada bagian pengontrol.

b. Karakteristik Alat Ukur Ambang Lebar

 Asal saja kehilangan energi pada alat ukur cukup untuk menciptakan aliran
kritis, tabel debit dapat dihitung dengan kesalahan kurang dari 20%.
 Kehilangan tinggi energi untuk memperoleh aliran moduler (yaitu hubungan
khusus antara tinggi energi hulu dengan mercu sebagai debit) lebih rendah jika
dibandingkan dengan kehilangan tinggi energi untuk semua jenis bangunan yang
lain.
 Sudah ada teori hydrolika untuk menghitung kehilangan tinggi energi yang
diperlukan ini, untuk kombinasi alat ukur dan saluran apa saja.
 Karena peralihan penyempitannya yang bertahap, alat ukur ini mempunyai
masalah sedikit saja dengan benda-benda terhanyut.
 Pembacaan debit dilapangan mudah, khususnya jika papan duga diberi satuan
debit (misalnya; m3/dt).
 Pengamatan lapangan dari laboratorium menunjukkan bahwa alat ukur ini
mengangkut sedimen, bahkan disalurkan dengan aliran subkritis.

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 38


Laporan Akhir

 Asalkan mercu datar searah dengan aliran, maka tebal debit pada dimensi purna
laksana demikian juga memungkinkan bagi alat ukur untuk diperbaiki kembali,
bila perlu.
 Bangunan kuat, tidak rusak.
 Dibawah kondisi hydrolik dan batas yang serupa, inilah yang paling ekonomis
dari semua jenis bangunan lain untuk pengukuran debit secara tepat.
Kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar, yaitu :
 Bentuk hydrolis luwes dan sederhana
 Konstruksinya kuat, sederhana dan murah
 Benda-banda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah
 Eksploitasi mudah.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar:
 Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur
 Agar pengukuran teliti bangunan tidak boleh tenggelam.

c. Penggunaan Alat Ukur Ambang Lebar

Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-bangunan
pengukur debit yang dipakai pada saluran dimana kehilangan tinggi energi merupakan hal
pokok yang menjadi bahan pertimbangan. Bangunan ini biasanya ditempatkan diawal
saluran primer, pada titik cabang saluran besar dan tempat tidur pintu sorong pada titik
masuk tersier.

4.1.2. ALAT UKUR ROMIJN

Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan untuk mengatur
dan mengukur debit didalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak, mercunya
dibuat dari plat baja dan dipasang diatas pintu sorong. Pintu ini dihubungkan dengan alat
penggerak.
4.2.1.2. Type-Type Alat Ukur Romijn

Sejak pengenalan pada tahun 1952, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga bentuk
yaitu :
1. Bentuk mercu datar dan lingkaran dengan gabungan untuk peralihan penyempit
hulu.
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 39
Laporan Akhir

2. Bentuk mercu miring keatas 1:25 dan lingkaran tunggal sebagai pengalihan
penyempitan.
3. Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan.
Ad.1. Mercu Horisontal dan Lingkaran Gabungan

Dipandang dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi

pembuatan lingkaran gabungan sulit, padahal tanpa lingkaran-lingkaran itu pengarahan

air diatas mercu pintu bisa saja dilakukan tanpa pemisahan aliran.

Ad.2. Mercu dengan Kemiringan 1:25 dan Lingkaran Tunggal

Mercu dengan kemiringan 1:25 dan lingkaran tunggal Vlugter(1941)


menganjurkan penggunaan pintu Romijn dengan kemiringan pintu 1:25. Hasil
penyelidikan model hidrolis di laboratorium yang mendasari rekomendasinnya itu tidak
dapat diproduksi kembali. Tetepi didalam program riset terakhir mengenai mercu
kemiringan 1:25, kekurangan-kekurangan mercu ini menjadi jelas, kekurangan-
kekurangan tersebut antara lain :
 Bagian pengontrol tidak berada diatas mercu, melainkan di tepi tajam hilirnya,
dimana garis-garis aliran benar-benar melengkung. Kerusakan pada tepi ini
menimbulkan perubahan pada debit alat ukur.
 Karena garis-garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25 bukan 0,67 seperti
anggapan umumnya, pada aliran tenggelam h2 : h1 = 0,67 pengurangan pada
aliran berkisar dari 3% untuk aliran rendah sampai 10% untuk aliran tinggi
(rencana). Karena mercu berkemiringan 1:25 juga lebih rumit pembuatannya
dibandingkan dengan mercu datar, maka mercu pada kemiringan itu tidak
dianjurkan.
Ad.3. Mercu Horisontal dan Lingkaran Tunggal

Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar dengan
perencanaan konstruksi. Jika dilaksanakan pintu romjin, maka sangat dianjurkan untuk
menggunakan mercu ini.

a. Perencanaan Hidrolis

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 40


Laporan Akhir

Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romijn dengan mercu horisontal dan
peralihan penyempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur ambang
lebar yang telah dibicarakan. Persamaan tinggi debitnya adalah sebagai berikut :

Qd  Cd . Cv . 2 . g . bc . h1
1, 50
3

Dimana :
Qd = debit (m³/dt)
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,1/L untuk H1/L = 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu (m)
L adalah panjang mercu (m)
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan grafitasi (m/dt²)
bc = lebar mercu (m)
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangun ukur (m)

b. Papan Duga

Untuk pengukuran debit jarak sederhana, ada tiga papan duga yang harus
dipasang, yaitu :
 Papan duga muka air disalurkan
 Skala centimeter yang dipasang pada kerangka bangunan
 Skala liter yang ikut bergerak pada meja pintu Romijn skala centimeter dan
liter dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga pada waktu bagian atas
meja berada pada ketinggian yang sama dengan muka air disalurkan (dan
oleh karena itu debit diatas meja, nol), titik pada skala liter memberikan
pada bacaan skala centimeter yang sesuai dengan bacaan muka air pada
papan duga disalurkan.

c. Karakteristik Alat Ukur Romijn

 Alat ukur romijn dibuat dengan mercu datar dengan peralihan penyempitan
sesuai dengan gambar terlampir, tabel debitnya sudah ada dengan kesalahan
kurang dari 3%.
 Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan.

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 41


Laporan Akhir

 Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler adalah dibawah
33% dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuannya yang relatif kecil.
 Karena alat ukur romijn dapat disebut “berambang lebar” maka sudah ada teori
hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut.
 Alat ukur romijn dengan pintu dibawah bisa dieksploitasi oleh orang yang tidak
berwewenang, yaitu melewatkan air yang lebih banyak dari yang diizinkan
dengan cara mengangkat pintu bawah lebih tinggi.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh alat ukur :
 Bangunan itu bisa mengukur dan mengatur sekaligus.
 Dapat membilas endapan sedimen halus.
 Kehilangan tinggi energi lebih kecil.
 Ketelitian baik.
 Eksploitasi mudah.
Kekurangan kekurangan alat ukur romijn:
 Pembuatannya rumit dan mahal.
 Bangunan itu membutuhkan muka air yang tinggi pada saluran
 Biaya pemeliharaan bangunan itu lebih mahal.
 Bangunan itu dapat disalah gunakan dengan cara membuka pintu bawah.
 Bangunan itu peka terhadap fluktuasi muka air saluran pengarahan.

4.1.3. Alat Ukur Crump De Gruyter

Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui bukaan
pada bawah pintu, Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat sedemikian
rupa sehingga mengurangi hambatan pada aliran.
a. Perencanaan Hidrolis
Rumus debit untuk alat crump de gruyter :

Q = Cd . bw . 2g ( h1-w )

Dimana :
Q = debit (m^3/dt)
Cd = Koefisien debit
b = lebar bukaan (m)
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 42
Laporan Akhir

w = bukaan pintu (m)


g = percepatan gravirasi (m/dt^2)
h1 = tinggi air diatas ambang (m)

b. Kelebihan-kelebihan alat ukur Crump de gruyter :


 Bangunan ini dapat mengukur dan mengukur sekaligus.
 Bangunan ini tidak mempuyai masalah dengan sedimentasi.
 Eksloitasi mudah, pengukuran teliti.
 Bangunan kuat.

c. Kelemahan kelemahan alat ukur Crump de Gruyter:

 Pembuatan rumit dan mahal.


 Biaya pemeliharaan mahal.
 Kehilangan tinggi energi besar.
 Bangunan ini mempunyai masalah dengan benda.

d. Penggunaan alat ukur Crump de Gruyter

Alat ukur crump de gryter dapat dipakai dengan berhasil jika keadaan
muka air disalurkan selalu mengalami fluktuasi atau jika oriffice harus bekerja
pada keadaan muka air rendah disalurkan. Alat ukur ini mempunyai kehilangan
tinggi energi yang lebih besar dari pada alat ukur romijn. Bila tersedia kehilangan
tinggi energi yang memadai, pemeliharaannya tidak sulit dibandingkan dengan
bangunan-bangunan lainnya yang serupa.

4.2. BANGUNAN PENGATUR TINGGI MUKA AIR

Banyak jaringan saluran irigsi dieksploitasi sedemikian rupa sehingga muka


air disalurkan primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas tertentu oleh
bangunan pengatur yang dapat. Dalam keadaan eksploitasi demikian, muka air dalam
hubungannya dengan bangunan sadap tersier tetap konstan.

4.2.1. PINTU SCOT BALIK

Dilihat dari segi konstrksi, pintu scot balk merupakan peralatan yang
sederhana. balok-balok profil segi empat itu diletakkan tegak lurus terhadap

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 43


Laporan Akhir

potongan segi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga didalam sponneng yang
lebih lebar 0,03m-0,05m dari tebal balok-balok itu sendiri.
a. Perencanaan Hidrolis

Aliran pada skot balk dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan

tinggi debit berikut :

Q  Cd . Cv . 2 . g . b . h1
1, 50
3
Dimana :
Q = debit (m^3/dt)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi (m/dt^2)
b = lebar normal (m)
h1 = kedalaman air diatas skot balk (m)

b. Kelebihan-Kelebihan Pintu Scot Balk


 Konkruksi ini sederhana dan kuat.
 Biaya palaksanaan kecil

c. Kelemahan-Kelemahan Yang Dimiliki Pintu Scot Balk


 Pemasangan dan pemindahan balok memerlukan sediktnya dua orang dan
hanya menghabiskan waktu.
 tinggi muka air dapat diatur selangkah demi selangkan saja, setiap langkah
sama dengan tinggi sebuah balok.
 Ada kemunkinan dicuri orang.
 Scot balk biasanya dioperasikan oleh orang yang tidak berwewenang.
 Karakteristik tinggi debit aliran pada balok belum diketahui secara pasti.

4.2.2. PINTU SORONG


a. Perencanaan Hidrolis

Rumus debit yang dapat dipakai untuk pintu sorong adalah :

Q = K . a . b . 2g . h1

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 44


Laporan Akhir

Dimana :
Q = debit (m^3/dt)
K = faktor aliran tenggelam koefisien debit
a = bukaan pintu (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt^2)
b = lebar pintu (m)
h1 = kedalaman air didepan pintu di atas ambang (m)

b. Kelebihan-kelebihan Pintu Sorong

 Tinggi muka air hulu dapat dikontrol dengan tepat.


 Pintu bilas kuat dan sederhana.
 Sedimen yang diangkut oleh aliran hulu dapat melewati bilas.
c. Kelemahan-kelemahan Pintu Sorong
 Kebanyakan benda-benda hanyut bisa tersangkut dipintu.
 Kecepatan aliran dan muka air hulu dapat dikontrol dengan baik jika aliran

moduler.

4.2.3. PENGGUNAAN BANGUNAN PENGATUR MUKA AIR

Pintu scot balk dan pintu sorong adalah bangunan-bangunan yang cocok
untuk mengatur tinggi muka air disaluran. Pintu harganya mahal tapi bisa lebih
ekonomis karena keteletian berfungsinya bangunan ini. Kelebihan lain adalah
bahwa pintu lebih mudah dieksploitasi, mengontrol muka air lebih baik dan dapat
dikunci di tempat agar stelannya tidak dirubah oleh orang –orang yang tidak
berwewenang. Kelebihan utama yang dimiliki oleh pintu sorong pintu ini kurang
peka terhadap perubahan-perubahan tinggi muka air dan jika dipakai bersama-sama
dengan bangunan-bangunan pelimpah, bangunan ini memiliki kepekaan yang sama
terhadap perubahan muka air, jika dikondisikan demikian, bangunan ini sering
memerlukan penyesuaian, sebagai bangunan pengatur, tipe bangunan ini dianjurkan
pemakaiannya dan eksploitasinya mudah, walaupun punya kelemahan-kelemahan
seperti yang disebutkan tadi. Bangunan pengontrol ini dibutuhkan ditempat-tempat

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 45


Laporan Akhir

dimana tinggi muka air saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring,
bangunan pengontrol, misalnya mercu tetap atau celah trapesium, akan mencegah
naik turunnya tinggi muka air disalurkan untuk berbagai besar debit. Bangunan
pengontrol tidak memberikan kemungkinan untuk mengatur muka air lepas dari
debit. Penggunaan celah trapesium lebih disukai apabilah pintu sadap tidak akan
dikombinasi dengan pintu pengontrol, Jika bangunan sadap akan dikombinasi
dengan pengontrol, maka bangunan pengatur tetap lebih disukai, karena dinding
vertikal bangunan ini dapat dengan mudah dikombinasi dengan pintu sadap.

4.3. BANGUNAN BAGI DAN SADAP

4.3.1. Bangunan Bagi

Apabila air irgasi dibagi dari saluran primer, skunder, maka akan dibuat
bangunan bagi. bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur
dan mangatur muka air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-
pintu bangunan bagi berfungsi sebagai bangunan pengatur muka air, sedangkan
pintu-pintu sadap lainnya hanya mengukur debit. Adalah biasa untuk memasang
pintu pengatur disalurkan terbesar dan membuat alat-alat pengukur dan pengatur di
bangunan-bangunan sadap yang lebih kecil.

4.3.2. Bangunan Pengatur


Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran ditempat-tempat
dimana terletak bangunan sadap dan bagi. Khususnya di saluran-saluran yang
kelihatan tinggi energinya harus kecil, bangunan pengatur harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan sewaktu terjadi debit rencana.
Misalnya pintu sorong harus dapat diangkat sepenuhnya dari dalam air selama
terjadi debit rencana, kehilangan energi harus kecil pada pintu scot balk jika semua
balok dipindahkan. Disaluran-saluran sekunder dimana kehilangan tinggi energi
tidak merupakan hambatan, bangunan pengatur dapat dirancang tanpa
menggunakan pertimbangan-pertimbangan di atas.

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 46


Laporan Akhir

4.3.3. Bangunan Sadap

a. Bangunan Sadap Sekunder


Bangunan sadap sekunder akan memberikan air kesaluran sekunder dan oleh
sebab itu melayani lebih dari satu petak tersier.
Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini lebih dari 0,20 cm/dt. Ada tiga type
bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder, yaitu :
 Alat ukur Romijn
 Alat ukur Crump de Gruyter
 Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar.
Type mana yang akan dipilih berdasarkan pada ukuran saluran sekunder yang
akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.
Kehilangan tinggi energi, untuk kehilangan tinggi energi kecil alat ukur
besar, pintu sorong harus dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur
ambang lebar. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur
Crump de Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan dapat dirancang
dengan pintu tunggal atau banyak pintu debit sampai sebesar 0,9 m kubik/dt setiap
pintu.
b. Bangunan Sadap Tersier
Bangunan sadap tersier akan memberi air pada petak-petak tersier. Kapasitas
bangunan sadap ini berkisar antara 50 L/dt sampai dengan 250 L/dt. Untuk
bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn, jika muka air hulu
diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan tinggi energi tidak menjadi
masalah. Bila kehilangan energi tidak menjadi masalah dan muka air banyak
mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur Crump de Cruyter.
Disaluran irigasi yang harus tetap memberikan air selama debit sangat rendah,
alat ukur Crump de Gruyter lebih cocok karena elevasi pengambilannya lebih
rendah dari pada pengambilan pintu romijn.
Sebagai saluran umum, pemakaian beberapa type bangunan sadap tersier
sekaligus disuatu daerah irigasi tidak disarankan penggunaannya, satu type
bangunan akan lebih mempermudah eksploitasi.

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 47


BAB - 5
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Daerah irigasi Tokuoku bisa menjadi pusat pangan didaerah kecamatan ibu Utara
Halmahera barat bila pembangunan jaringan daerah irigasi ini berhasil.Untuk itu sangat
penting desain perencanaan jaringan irigasi mengikuti kaidah kriteria perencanaan yang
telah ditetapkan oleh dirjen sumber daya air kementerian pekerjaan umum dan penataan
ruang. Oleh karena waktu waktu yang sangat singkat (2 minggu) dalam perencanaan ini
belum tentu perencanaan ini memiliki desain yang sangat teknikal dan mungkin masih
memiliki kekurangan dan tentu perbaikan-perbaikan untukk agar daerah irigasi ini bias
berjalan lancar

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Rencana Pembangunan jaringan Irigasi untuk jaringan DI Tokuoku memiliki 4 petak


tersier Irigasi, dengan masing luas masing – masing petak adalah 25.31 Ha, 21.13
Ha, 36.77 Ha, dan 33.01 Ha.
2. Saluran Irigasi yang didesain adalah saluran primer baru, dan saluran sekunder serta
saluraan tersier.
3. Semua analisa dimensi saluran, luasan petak irigasi dan tinggi muka air dianalisa dan
ditampilkan lebih jelas pada lampiran

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 48


Laporan Akhir

Luas Petak Kuarter Dan Tersier

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 49


Laporan Akhir

Saluran Sekunder

Saluran Primer

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 50


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 51


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 52


Laporan Akhir

2/3
ho x (n+m) 1/2
Vo = k 2
Ia
n + 2 1+m
0.95 x 3.5 2/3 1/2
Vo = 40 0.0012
2.5 + 2.8284
Vo = 1.005 m/det
3. Luas basah yang diperlukan
Q 0.2283 2
Ao = = = 0.227 m
Vo 1.0055
4. Kedalaman air yang baru
Ao 0.2271
h1 = = = 0.255 m
n+m 3.5
5. Bandingkan h1 dengan ho
h1 - ho = 0.255 - 0.95 = 0.695 m > 0.005 Ok !!!

Iterasi II
Andaikan kedalaman air
ho = 0.255 m
Kecepatan yang sesuai
2/3
ho x (n+m) 1/2
Vo = k 2 Ia
n + 2 1+m
0.2547 x 3.5 2/3 1/2
Vo = 40 0.0012
2.5 + 2.8284
Vo = 0.418 m/det
Luas basah yang diperlukan

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 53


Laporan Akhir

Q 0.2283
Ao = = = 0.546 m2
Vo 0.4178
Kedalaman air yang baru
Ao 0.55
h1 = = = 0.395 m
n+m 3.5
Bandingkan h1 dengan ho
h1 - ho = 0.395 - 0.255 = 0.140 m > 0.005 Ok !!!

Iterasi III
Andaikan kedalaman air
ho = 0.3951 m
Kecepatan yang sesuai
2/3
ho x (n+m) 1/2
Vo = k 2 Ia
n + 2 1+m
0.3951 x 3.5 2/3 1/2
Vo = 40 0.0012
2.5 + 2.8284
Vo = 0.560 m/det
Luas basah yang diperlukan
Q 0.228
Ao = = = 0.408 m2
Vo 0.560
Kedalaman air yang baru
Ao 0.408
h1 = = = 0.3413 m
n+m 3.5
Bandingkan h1 dengan ho
h1 - ho = 0.341 - 0.395 = 0.0538 m > 0.005 Ok !!!

Jadi, h1 = h rencana = 0.3584 m

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 54


Laporan Akhir

- Lebar Dasar Saluran ( b )


b = n x h rencana

= 2.5 x 0.358
= 0.896 m
- Kleliling Basah ( P )
P = h x (n + 2 1+m2)
= 0.358 x 5.3284
= 1.9097 m
- Jari-jari Hidrolis ( R )
Ao 0.450
R = =
P 1.910
= 0.2354 m
- Lebar Permukaan Saluran ( T )
T = b + 2mh
= 0.896 + 0.717
= 1.613 m
Menghitung tinggi jagaan (w)
w = 0.3 + 0.25 h
= 0.3 + 0.0896
= 0.3896 m
Menghitung lebar atas saluran (B)
B = b+2 x (h+w) x m
= 0.896 + 2.000 x 0.748 x 1
= 2.392 m

0.65 x 2.5 2/3 1/2


Vo = 35 0.0004
1.5 + 2.8284
Vo = 0.349 m/det

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 55


Laporan Akhir

Bandingkan h1 dengan ho
h1 - ho = 0.363 - 0.3942 = 0.032 m > 0.005 Ok !!!

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 56


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 57


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 58


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 59


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 60


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 61


Tabel 3.7 Dimensi Saluran Primer
Nama Q ho Vo Ao h1 h1-h0 b P R W B T
3 m n k Ia
Saluran m /dtk m m/dtk m2 m > 0.005 m m m m m m
0.95 1.005 0.227 0.255 0.6953
0.255 0.418 0.546 0.395 0.1404
ST 0.2283 1 2.5 40 0.001185
0.395 0.560 0.408 0.341 0.0538
0.341 0.508 0.450 0.358 0.0171 0.896 1.910 0.235 0.390 2.392 1.613

Tabel 3.8 Dimensi Saluran Sekunder


Nama Q ho Vo Ao h1 h1-h0 b P R W B T
m3/dtk
m n k Ia m2
Saluran m m/dtk m > 0.005 m m m m m m
0.65 0.349 0.235 0.307 0.3431
0.307 0.211 0.388 0.394 0.0873
S1 0.0821 1 1.5 35 0.000367
0.394 0.250 0.329 0.363 0.0316
0.363 0.236 0.348 0.373 0.0102 0.559 1.614 0.215 0.393 2.091 1.305
0.6 0.347 0.355 0.422 0.1785
0.422 0.274 0.450 0.474 0.0527
S2 0.1234 1 1 35 0.000463
0.474 0.297 0.416 0.456 0.0183
0.456 0.289 0.427 0.462 0.0060 0.462 1.768 0.241 0.415 2.217 1.386

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 62

•b TB W
h

•b TB W
h

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 63
Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 64


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 65


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 66


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 67


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 68


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 69


Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 70
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 71
Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 72


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 73


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 74


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 75


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 76


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 77


Laporan Akhir

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 78


1 344024.2270 171885.5290 224.8550

2 344189.8070 171161.5830 99.4560

3 344355.3890 170437.6380 104.1140

4 344520.9740 169713.6930 127.1210

5 344676.9460 169031.7800 146.6630

6 344674.6950 169074.8380 144.2320

7 344635.9220 169816.4640 128.0400

8 344597.1510 170558.0900 108.4220

9 344558.3830 171299.7170 210.1630

10 344520.0910 172032.2650 181.2210

11 344522.2960 172023.4450 180.2820

12 344702.4090 171302.9780 189.0200

13 344882.5250 170582.5130 102.2190

14 345062.6420 169862.0480 136.3290

15 345242.7610 169141.5850 162.5290

16 345243.6480 169138.0370 162.4850

17 345207.1660 169876.1170 141.0820

18 345170.5060 170617.8490 115.1570

19 345133.8480 171359.5810 105.7520

20 345097.1920 172101.3140 220.3310

21 345091.8530 172209.3590 203.7250

22 345230.8420 171590.3100 102.7050

23 345393.5310 170865.7120 106.4450

24 345556.2220 170141.1150 120.2690

25 345718.9150 169416.5190 189.0020

26 345749.6320 169279.7120 189.0000

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 79


Laporan Akhir

27 345713.6090 169881.0580 144.6650

28 345669.2030 170622.3650 112.2360

29 345624.7990 171363.6730 105.7150

30 345580.3970 172104.9810 116.9640

31 345567.4780 172320.6760 103.4320

32 345692.7800 171809.2470 108.1620

33 345869.5040 171087.9450 109.4920

34 346046.2300 170366.6440 123.7080

35 346222.9580 169645.3440 186.5020

36 346250.5560 169532.7040 187.7280

37 346196.2660 170157.0120 128.6060

38 346273.4752 170970.3787 113.2710

39 346067.5970 171636.6980 107.7710

40 346003.2660 172376.5410 103.7390

41 345997.5640 172442.1120 105.1950

42 346156.4090 171784.1990 98.3820

43 346392.7900 171027.3115 112.7530

44 346504.9980 170340.4160 131.9820

45 346675.5820 169633.9010 185.6880

46 346674.9530 169649.7060 180.5030

47 346645.4230 170391.7520 136.1910

48 346615.8940 171133.7980 122.0050

49 346586.3670 171875.8440 106.3450

50 346559.2060 172558.4880 109.4140

51 346570.4440 172500.1100 109.3180

52 346805.4826 171774.9666 110.4040

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 80


Laporan Akhir

53 346851.2190 171041.6240 124.9750

54 346991.6090 170312.3820 149.8760

55 347105.6690 169719.9180 213.6260

56 347109.9710 169859.1410 202.3460

57 347132.9120 170601.4190 138.1420

58 347155.8550 171343.6960 115.5000

59 347178.8000 172085.9740 115.5290

60 347191.6860 172502.8300 140.3440

61 347230.6220 172179.5900 115.5670

62 347319.4350 171442.2880 111.1800

63 347408.2490 170704.9860 137.6310

64 347497.0660 169967.6860 187.1020

65 347510.4560 169856.5340 195.4460

66 347582.7910 170483.0480 163.3680

67 347667.9680 171220.7780 120.8610

68 347753.1480 171958.5070 115.3500

69 347808.9860 172442.1120 133.0190

70 347827.5890 172186.9770 115.1410

71 347881.5940 171446.3130 122.7880

72 347935.6010 170705.6490 170.7970

73 347986.0810 170013.3890 193.1940

74 347991.1300 170061.6570 189.5610

75 348068.3870 170800.2570 154.5000

76 348145.6460 171538.8570 122.9680

77 348222.9070 172277.4560 166.0840

78 348239.0730 172431.9920 195.1870

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 81


Laporan Akhir

79 348322.9840 171850.7690 178.3170

80 348429.0990 171115.7610 122.0010

81 348535.2170 170380.7530 179.5410

82 348583.1420 170048.8080 203.4980

83 348604.2780 170455.5000 167.7700

84 348642.8230 171197.1270 138.4060

85 348681.3700 171938.7530 249.9250

86 348709.6380 172482.5900 277.1260

87 348731.4640 172285.7400 295.1230

88 348813.3020 171547.6360 188.9670

89 348895.1420 170809.5320 135.4790

90 348976.9840 170071.4290 182.7310

91 348977.8090 170063.9870 184.7650

92 349044.8170 170796.0670 140.1690

93 349112.5090 171535.6020 189.1760

94 349180.2030 172275.1370 172.1780

95 345460.8590 170499.7400 109.4710

96 345659.2710 170595.4030 111.9160

97 345771.3240 170730.5600 109.0110

98 346002.9490 171009.9430 108.5690

99 346020.4830 171037.8090 107.6860

100 346201.3610 171325.2760 109.0230

101 346253.7770 171345.5380 108.8970

102 346622.9870 171488.2570 107.7440

103 344778.8180 170516.5700 107.6180

104 344870.9380 170459.8810 118.5660

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 82


Laporan Akhir

105 344896.8370 170469.2040 122.3900

106 344959.5150 170491.7680 132.8330

107 344998.4880 170523.6560 129.2020

108 345001.6390 170542.1080 125.4630

109 345023.2900 170668.9220 105.9300

110 345028.5010 170673.6590 105.5190

111 345101.2370 170739.7830 107.5350

112 345135.2760 170755.2560 110.4710

113 345179.1850 170775.2140 109.9280

114 345221.7020 170775.2140 109.0780

115 345257.1330 170792.9290 107.5930

116 345258.7300 170798.0140 107.3750

117 345296.1060 170916.9370 103.9050

118 345304.7660 170923.7730 103.7750

119 345363.4250 170970.0830 101.9120

120 345395.0180 171022.2120 102.2470

121 345434.2860 171087.0050 103.0830

122 345471.3110 171134.1270 103.5530

123 345512.2340 171186.2110 103.1370

124 345564.7980 171231.6060 104.4440

125 345590.1810 171253.5290 105.4180

126 345643.7180 171340.5270 105.9430

127 345646.8710 171345.6490 106.0000

128 345742.5340 171416.5100 105.4580

129 345753.0750 171417.8540 105.3490

130 345887.6760 171435.0180 105.7980

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 83


Laporan Akhir

131 346022.2770 171452.1820 106.0400

132 346156.8770 171469.3460 106.4460

133 346270.4510 171483.8290 108.4180

134 346290.7660 171489.8800 108.7390

135 346420.8100 171528.6160 110.4950

136 346436.9760 171533.4320 110.4300

137 346548.8110 171573.5780 106.5530

138 346575.1560 171583.0350 106.3110

139 346642.4740 171604.2930 106.0630

140 346678.4710 171613.2920 106.2400

141 346741.6800 171629.0950 107.0150

142 346805.5470 171599.1570 108.0530

143 346855.0580 171575.9480 109.0960

144 346911.5920 171517.9270 111.1150

145 346989.6950 171437.7690 113.0300

146 347005.1660 171419.7190 113.1470

147 347074.7290 171338.5630 112.7050

148 347102.3150 171330.2870 113.0330

149 347181.0210 171306.6750 117.1510

150 347234.1460 171313.1540 116.2280

151 347326.2870 171324.3900 113.2710

152 347363.6050 171303.2970 113.7100

153 347481.7320 171236.5300 116.5570

154 347489.2680 171232.2700 116.8180

155 347615.9490 171241.7240 120.3480

156 347726.6540 171249.9860 120.4380

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 84


Laporan Akhir

157 347751.0680 171253.5760 120.5540

158 347847.1180 171267.7010 121.1740

159 347881.6490 171250.4360 121.2300

160 348003.0140 171189.7540 120.9870

161 345948.5310 169685.3680 162.1520

162 345928.3990 169728.1490 158.9590

163 345906.4310 169753.2550 156.0530

164 345893.1670 169768.4150 155.0910

165 345847.8680 169775.9640 156.0120

166 345837.8160 169786.5190 155.7160

167 345797.5370 169828.8120 151.0380

168 345794.8870 169850.8900 148.1240

169 345789.9870 169891.7270 146.9140

170 345792.3070 169931.1710 146.4440

171 345792.5040 169934.5080 146.3980

172 345787.4700 170002.4560 150.9130

173 345780.9900 170008.9360 151.0600

174 345742.1720 170047.7540 144.8900

175 345726.3660 170068.0760 139.6380

176 345724.5560 170070.4030 139.0850

177 345722.0390 170135.8340 130.5350

178 345717.3000 170147.0920 129.1490

179 345701.9070 170183.6490 125.1700

180 345701.9070 170224.6250 122.0600

181 345701.9070 170246.5640 121.8210

182 345661.9050 170289.5280 119.4470

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 85


Laporan Akhir

183 345633.9590 170319.5440 116.3260

184 345594.3290 170319.5440 114.0300

185 345593.6940 170319.5440 114.0500

186 345558.4620 170367.3590 113.6360

187 345549.2430 170385.7970 113.1990

188 345530.7800 170422.7240 112.1810

189 345503.0970 170440.3400 111.5200

190 345499.8510 170446.0220 111.3080

191 345482.9650 170475.5720 110.2080

192 345450.2490 170490.6710 109.9070

193 345455.5780 170499.8060 109.5160

194 345467.8650 170520.8700 109.0620

195 345462.8320 170538.4860 108.8200

196 345438.5470 170567.6290 108.4150

197 345437.6660 170568.6850 108.3960

198 345442.7000 170608.9500 107.7700

199 345440.1830 170646.6990 107.2700

200 345440.7880 170647.3040 107.2740

201 345467.8650 170674.3810 107.7430

202 345473.8540 170716.3050 107.0580

203 345475.4150 170727.2300 106.8200

204 345445.2160 170770.0110 105.3970

205 345430.3980 170778.8220 105.1940

206 345361.0830 170820.0360 106.6590

207 345352.1030 170825.3760 106.9110

208 345284.1550 170842.9920 106.4240

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 86


Laporan Akhir

209 346031.4350 170925.9758 107.6690

210 346234.1149 170815.6296 112.1030

211 346305.2435 171076.7686 113.5000

212 346379.0713 172472.9260 106.2400

213 346643.9895 172266.6208 106.2400

214 345223.3936 171163.8806 103.1160

215 345475.4806 171512.3542 103.2250

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 87

Anda mungkin juga menyukai