PERENCANAAN PEMBANGUNAN
JARINGAN IRIGASI DI TOKUOKU
LAPORAN
AKHIR
Pengantar
Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Halmahera Barat, untuk Pekerjaan Perencanaan
Pembangunan Jaringan Irigasi.
Laporan Akhir ini dimaksudkan sebagai bahan informasi kepada pemilik pekerjaan
mengenai konsep dan metodologi teknis pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi
pekerjaan serta rencana kerja yang akan dilaksanakan.
Laporan Akhir ini secara garis besar berisi tentang uraian umum lingkup pekerjaan jasa
konsultan perencana, uraian metodologi pelaksanaan survai lapangan, uraian
metodologi desain dan analisa teknis perencanaan jaringan irigasi, serta data pendukung
pelaksanaan pekerjaan.
Demikian laporan Akhir ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam tahapan perencanaan selanjutnya.
BAB - 1
GAMBARAN UMUM
Program Pembinaan Jaringan Irigasi merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten
Halmahera Baratdalam menunjang pencapaian sasaran Pembangunan Daerah.
Pembinaan Jaringan Irigasi sangat terkait dengan pemerataan pembangunan beserta
hasil-hasilnya melalui Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air yang bertujuan untuk
meningkatkan kondisi jaringan irigasi sesuai dengan laju pertumbuhan sektor pertanian
yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat.
Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan akan sumber air dimasa yang akan
datang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Sumber Daya Air Kabupaten
Halmahera Barat mengadakan program pembangunan jaringan Irigasi di daerah
tokuoku.
Maksud dari Jasa Konsultansi ini adalah untuk menghasilkan Rencana Teknik Akhir
(Detail Engineering Desain) jaringan irigasi tersebut diatas, yang efisien dan efektif,
lengkap dengan gambar dan dokumentasi lainnya yang diperlukan, sesuai dengan
Standar dan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan.
Program ini bertujuan untuk menciptakan sarana infrastruktur jaringan irigasi yang
memadai di dalamkecamatan Ibu Utara, serta optimalisasi fungsionalitas jaringan irigasi
tersebut diatas sehingga dapat mendukung perkembangan kawasan di wilayah
tersebut.disamping itu sebagai wujud upaya untuk meningkatkan kebutuhan pangan
warga masyrakat di daerah ibu utara.
Sementara Tujuan Khusus dari program ini adalah tersedianya dokumen perencanaan
teknis untuk jaringan irigaasi tersebut diatas, sehingga dapat digunakan sebagai dasar
dalam pelaksanaan pembangunan fisik untuk jaringan irigasi tersebut.
1.3. DATA KONTRAK
1. Pekerjaan Lapangan
Survey Pendahuluan
Survey Topografi
Survey Hidrologi
Penyelidikan Tanah
Kecamatan Ibu Utara ini memiliki Posisi yang sangat strategis karena berada di
pusat kecamatan.
Sebagian besar penduduk adalah berasal dari suku Sahu, suku Jailolo mayoritas
beragama Nasrani. Penduduk pada umumnya bertempat tinggal di daerah pesisir
dan Gunung.
1.5.3. Kondisi Iklim
Wilayah kecamatan Ibu Utara dialiri oleh aliran Sungai yang kecil yang berada di
Sepanjang desa yaitu sungai tokuoku.Disamping itu ada sungai besar di sisi
utara.Keberadaan Daerah Aliran Sungai di kecamatan Ibu Utara dijadikan sebagai
fungsi Jaringan Irigasi Kecamatan Ibu Utara.
2.1. UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya
perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan
praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja.
Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar perencanaan
yang dapat dilihat pada tabel 2.1. Standar Perencanaan
No Dokumen Uraian
3. KP 03 Saluran Irigasi
4. KP 04 Bangunan Irigasi
5. KP 05 Petak Tersier
6. KP 06 Parameter Bangunan
7. KP 07 Standar Penggambaran
1. Pekerjaan Persiapan
2. Studi Pendahuluan
Penyusunan rencana kerja
Penyusunan Rencana Mutu Kontrak
Inventarisasi data &studi terdahulu
4. Analisa Data
Analisa data dan pemetaan topografi
Analisa data tanah dan sumber material
Analisa hidrologi
Penyusunan laporan survey teknis
5. Perencanaan Teknis
Analisa Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi
Perencanaan Skema Bangunan Irigasi
Analisa Hidrologi
Perencanaan Bangunan Pelengkap
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan terdiri dari
beberapa bagian pekerjaan yaitu :
a. Persiapan
b. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control Point (CP).
c. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran
d. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari :
Pengukuran titik kontrol horizontal (Polygon) dan vertikal (Waterpass)
Pengukuran situasi/detail
Pengukuran penampang memanjang dan melintang
Pengukuran-pengukuran khusus
PENGUKURAN SITUASI
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachymetri
Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan Theodolith T0)
Pengukuran situasi daerah sepanjang daerah irigasi mencakup semua
keterangan-keterangan yang ada didaerah sepanjang rencana trase irigasi
tersebut
Untuk tempat-tempat gorong-gorong atau perpotongan dengan jalan lain
pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus)
Tempat-tempat sumber material bangunan irigasi yang terdapat disekitar
jalur jalan perlu diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material)
PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG DAN MELINTANG
Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan untuk
menentukan volume penggalian dan penimbunan. Metodologi pengukuran
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana
pembangunan irigasi
Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang sama dengan yang
dipakai untuk pengukuran titik kontrol vertikal
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Hidrologi untuk perencanaan pembangunan irigasi
terdiri dari beberapa bagian pekerjaan yaitu :
Menyiapkan peta topografi dengan skala 1:250.000 serta peta situasi dengan
skala 1:1000
Mencari sumber data iklim yang valid, yaitu dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG).
Memilah dan memilih data iklim terutama data curah hujan, yang
berkesesuaian dengan lokasi proyek.
Melakukan survey lapangan dan merekam hasilnya dalam catatan
menyangkut saluran samping, gorong-gorong dan jembatan.
Saluran samping dicatat kondisi eksistingnya dan kondisi pengembangan
sesuai kebutuhan yang diakibatkan perubahan guna lahan
Gorong-gorong dicatat kondisi eksistingnya menyangkut diameter, kondisi
fungsi, kondisi terakhir aliran air.
Jembatan eksisting dicatat kondisi dimensi lebar bentang dan kondisi terkhir
struktur atas dan strukstur bawah, dilihat kebutuhan penanganan
pemeliharaan dan peningkatan jika perlu.
Data iklim dan curah hujan digunakan sebagai input dalam perhitungan debit
banjir rencana untuk menentukan ukuran dimensi saluran, gorong-gorong
dan aspek struktur serta jagaan jembatan, yang akan dilaporkan dalam buku
Perhitungan Disain.
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Geoteknik untuk perencanaan irigasi meliputi :
Pengambilan contoh tanah dan Test Pit.
Pemeriksaan lokasi sumber material
Penyelidikan tanah dengan tes DCP
METODOLOGI
1. Penyelidikan Test Pit
Penyelidikan Test Pit dilakukan pada setiap jenis satuan tanah atau setiap 1
Km yang berbeda dengan kedalaman 1-2 meter. Pada setiap lokasi Test Pit
dilakukan pengamatan deskripsi struktur dan jenis tanah, juga dilakukan
pengambilan sampel tanah baik contoh tanah terganggu maupun tidak
terganggu yang akan diselidiki di Laboratorium.
2. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai bahan-
bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan
3. Pemeriksaan dengan Tes DCP
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan nilai CBR lapisan tanah
dasar yang dilakukan pada bagian ruas jalan yang belum diaspal atau telah
mengalami kerusakan parah. Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
Pemeriksaan dilakukan dalam interval 200 m
Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan permukaan tanah lapisan
dasar
Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan
tanah dasar kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras.
Selama pemeriksaan dicatat kondisi khusus, seperti cuaca, drainase,
timbunan, waktu dan sebagainya
Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan DCP Test.
n
fd =
i=1
d1 - < - 1 : 2000
= + S i 180 0
X = X° + X
AS
2.5.3. HIDROLOGI
Tahapan analisis data hidrologi secara garis besar dapat dikelompokkan dalam
beberapa golongan meliputi :
. 0 ,4.t A 3/ 4
1/ : 1 + t 3,2710 .
t 15 12
t : 0,1 . L0,8 . (H/L)-0,3 jam
Jika t < 2 jam,
t. R24 max
R :
t 1 0,0008.(260 R24 max ).(2 t ) 2
Q = C..R.A
dimana :
Q : debit banjir rancangan (m3/det)
f 1
120 .A
= t9
120 A
t : waktu konsentrasi
0,476. A 0 , 375
t =
2 Q 0 ,125 . S 0 , 25
1 4 ,1
C =
.R 7
S : kemiringan sungai rata-rata
A : luas daerah pengaliran (km2)
Gambar perencanaan akhir tersebut akan diplot dalam kertas A3 yang selengkapnya
terdiri dari :
1. Umum (General)
2. Tata Letak Skala 1 : 2000
3. Situasi dan Potongan Memanjang.
4. Potongan Melintang
5. Gambar Standar
Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan perencana
sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja yang akan
dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.
3. Laporan Bulanan
Adalah laporan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak konsultan
perencana pada setiap bulannya
5. Laporan Akhir
Adalah laporan Perencanaan Geometrik, Perkerasan Jalan dan Bangunan Pelengkap
Jalanserta dari seluruh kegiatan perencanaan yang telah dilaksanakan oleh konsultan
perencana
6. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan
skala yang telah ditetapkan dalam standar Sumber Daya Air.
7. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen Lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat
Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-Bentuk Jaminan,
Daftar Kuantitas.
Laporan Akhir
BAB - 3
PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
Ada dua jenis petak yang akan dialiri yaitu petak tersier sebanyak 4 petak areal
irigasi.
Dimana :
Qsawah = kebutuhan air / debit air irigasi di petak sawah
A = luas petak sawah yang aliri
Ir = kebutuhan air irigasi di tiap petak sawah
Qs = Qp/e
Qtersier
Q saluran Sekunder =
0,9
66.51
= = 73.90 lt/det = 0,074 m³
0,9
Data perhitungan debit air pada setiap saluran irigasi dapat dilihat pada Tabel 3.2
𝐴
Q=vA R=𝑂
b/h=n
Q = debit air,
0,300 – 0,400 1,5 0,35 – 0,40 1:1
m3/det
V = kecepatan air,
0,500 – 0,750 2,0 0,45 – 0,50 1:1
m/det
R = jari-jari
1,500 – 3,000 2,5 0,55 – 0,60 1:1,5
hidrolis = A:O
I = kemiringan
4,500 – 6,000 3,5 0,65 – 0,70 1:1,5
saluran
K W Lahar
T
Saluran (koefisien h/b (waking- Tanggul-
(talud)
kekasaran) jagaan) tanggul
Sekunder
40 1:1 1 0,40 1,00
3
Q = 0,50 m /det
Primer + sekunder
h = 0.47425 m b = 1h = 0.47425 m
A = 0.4498 m2 P = 1.8156 m
R = 0.2478 m
2 2
𝑣 0.5076
𝐼=( 2⁄ ) = ( ) = 0,0001352
𝑘. 𝑅 3 35 ∙ 0,3945
Perhitungan:
1. Saluran Primer 1 dengan Pintu Romijn
Untuk Perencanaan dibatasi dengan syarat teknis sebagai berikut:
Untuk satu pintu biasa diambil :
- Lebar pintu (b) = 0.5 m
- Qmaks = 0.2283 m3/dtk
- Hmaks (tinggi muka air diatas ambang) = 0.5 m
Maka :
Jika diambil 1 pintu :
Q = 1,71*b*h3/2 b = 0.5 m
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 34
Laporan Akhir
0.2283 = 1,71*(0.5)*h3/2
h = (0.2283 /(1,71*0.5))2/3
= 0.41 m
h = 0.41 m ≤ hmaks = 0,5 m (OK Memenuhi syarat)
h = (0.0821/(1,71*0.5))2/3
= 0.209 m
h = 0.209 m ≤ hmaks = 0.21 m (OK ambil 1 pintu)
h ~ 0,20
dicek : untuk 1 pintu :
Debit : Q = 1,71*(0.5)*(0.20)3/2
= 0.30 m3/dtk > 0.0821 m3/dtkOK
Jadi, dimensi pintu air untuk saluran saluran sekunder 1 adalah :
Satu buah pintu romijn dengan ketentuan :
*Perhitungan pintu air untuk saluran yang lainnya sama seperti diatas, dan hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Perencanaan Dimensi Bangunan Pintu Air Irigasi
H Cek Debit
Saluran Q (m³) B (m)
Hitung Rencana Qpasang Ket
Primer 1 0.2283 0.5 0.49 0.5 0.464 Ok ( 1 pintu)
Sekunder 1 0.0821 0.5 0.21 0.5 0.121 Ok ( 1 pintu)
Sekunder 2 0.1234 0.5 0.28 0.5 0.122 Ok ( 1 pintu)
BAB - 4
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT DAN
PENGUKUR MUKA AIR
Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur pada hulu
saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier. Berbagai macam
bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini, namun demikian untuk
menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi, maka hanya beberapa jenis bangunan saja
yang dapat dipergunakan pada daerah irigasi.
Rekomendasi penggunaan bangunan tertentu didasarkan pada beberapa faktor
penting, antara lain :
Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit.
Bangunan yang kokoh, sederhana dan ekonomis.
Rumus debit sederhana dan teliti.
Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah.
Pemeliharaan sederhana dan mudah.
Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh para petani
Alat ukur ambang lebar dianjurkan sebab bangunannya kokoh dan mudah dibuat.
Karena bisa mempunyai berbagai bentuk Mercu, bangunan ini mudah disesuaikan dengan
type saluran apa saja. Hubungan tunggal antara muka air hulu dan debit mempermudah
pembacaan debit secara langsung dari papan duga, tanpa memerlukan tabel debit.
a. Perencanaan Hydrolis
Perencanaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian segi empat adalah
Q Ca . Cv . 2 . bc . h1 m 3 / dt.
1, 50
3
Dimana :
Q = Debit.
Ca = Koefisien debit.
Ca adalah : 0,93 – 0,10 H1/L, untuk 0,1 H1/L = 1,0.
H1 adalah tinggi energi hulu.
L adalah panjang mercu.
Cv = Koefisien kecepatan datang.
g = Percepatan gravitasi.
bc = Lebar mercu.
h1 = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur.
Kedalaman debit untuk alat ukur ambang lebar bentuk
trappesium adalah :
g Ca . bc .Ycc mc 2 . 2 . g . h1 Yc 0,5
bc = Lebar mercu pada bagian pengontrol.
m = Kemiringan samping pada bagian pengontrol.
Asal saja kehilangan energi pada alat ukur cukup untuk menciptakan aliran
kritis, tabel debit dapat dihitung dengan kesalahan kurang dari 20%.
Kehilangan tinggi energi untuk memperoleh aliran moduler (yaitu hubungan
khusus antara tinggi energi hulu dengan mercu sebagai debit) lebih rendah jika
dibandingkan dengan kehilangan tinggi energi untuk semua jenis bangunan yang
lain.
Sudah ada teori hydrolika untuk menghitung kehilangan tinggi energi yang
diperlukan ini, untuk kombinasi alat ukur dan saluran apa saja.
Karena peralihan penyempitannya yang bertahap, alat ukur ini mempunyai
masalah sedikit saja dengan benda-benda terhanyut.
Pembacaan debit dilapangan mudah, khususnya jika papan duga diberi satuan
debit (misalnya; m3/dt).
Pengamatan lapangan dari laboratorium menunjukkan bahwa alat ukur ini
mengangkut sedimen, bahkan disalurkan dengan aliran subkritis.
Asalkan mercu datar searah dengan aliran, maka tebal debit pada dimensi purna
laksana demikian juga memungkinkan bagi alat ukur untuk diperbaiki kembali,
bila perlu.
Bangunan kuat, tidak rusak.
Dibawah kondisi hydrolik dan batas yang serupa, inilah yang paling ekonomis
dari semua jenis bangunan lain untuk pengukuran debit secara tepat.
Kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar, yaitu :
Bentuk hydrolis luwes dan sederhana
Konstruksinya kuat, sederhana dan murah
Benda-banda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah
Eksploitasi mudah.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar:
Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur
Agar pengukuran teliti bangunan tidak boleh tenggelam.
Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-bangunan
pengukur debit yang dipakai pada saluran dimana kehilangan tinggi energi merupakan hal
pokok yang menjadi bahan pertimbangan. Bangunan ini biasanya ditempatkan diawal
saluran primer, pada titik cabang saluran besar dan tempat tidur pintu sorong pada titik
masuk tersier.
Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan untuk mengatur
dan mengukur debit didalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak, mercunya
dibuat dari plat baja dan dipasang diatas pintu sorong. Pintu ini dihubungkan dengan alat
penggerak.
4.2.1.2. Type-Type Alat Ukur Romijn
Sejak pengenalan pada tahun 1952, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga bentuk
yaitu :
1. Bentuk mercu datar dan lingkaran dengan gabungan untuk peralihan penyempit
hulu.
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 39
Laporan Akhir
2. Bentuk mercu miring keatas 1:25 dan lingkaran tunggal sebagai pengalihan
penyempitan.
3. Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan.
Ad.1. Mercu Horisontal dan Lingkaran Gabungan
Dipandang dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi
air diatas mercu pintu bisa saja dilakukan tanpa pemisahan aliran.
Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar dengan
perencanaan konstruksi. Jika dilaksanakan pintu romjin, maka sangat dianjurkan untuk
menggunakan mercu ini.
a. Perencanaan Hidrolis
Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romijn dengan mercu horisontal dan
peralihan penyempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur ambang
lebar yang telah dibicarakan. Persamaan tinggi debitnya adalah sebagai berikut :
Qd Cd . Cv . 2 . g . bc . h1
1, 50
3
Dimana :
Qd = debit (m³/dt)
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,1/L untuk H1/L = 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu (m)
L adalah panjang mercu (m)
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan grafitasi (m/dt²)
bc = lebar mercu (m)
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangun ukur (m)
b. Papan Duga
Untuk pengukuran debit jarak sederhana, ada tiga papan duga yang harus
dipasang, yaitu :
Papan duga muka air disalurkan
Skala centimeter yang dipasang pada kerangka bangunan
Skala liter yang ikut bergerak pada meja pintu Romijn skala centimeter dan
liter dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga pada waktu bagian atas
meja berada pada ketinggian yang sama dengan muka air disalurkan (dan
oleh karena itu debit diatas meja, nol), titik pada skala liter memberikan
pada bacaan skala centimeter yang sesuai dengan bacaan muka air pada
papan duga disalurkan.
Alat ukur romijn dibuat dengan mercu datar dengan peralihan penyempitan
sesuai dengan gambar terlampir, tabel debitnya sudah ada dengan kesalahan
kurang dari 3%.
Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan.
Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler adalah dibawah
33% dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuannya yang relatif kecil.
Karena alat ukur romijn dapat disebut “berambang lebar” maka sudah ada teori
hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut.
Alat ukur romijn dengan pintu dibawah bisa dieksploitasi oleh orang yang tidak
berwewenang, yaitu melewatkan air yang lebih banyak dari yang diizinkan
dengan cara mengangkat pintu bawah lebih tinggi.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh alat ukur :
Bangunan itu bisa mengukur dan mengatur sekaligus.
Dapat membilas endapan sedimen halus.
Kehilangan tinggi energi lebih kecil.
Ketelitian baik.
Eksploitasi mudah.
Kekurangan kekurangan alat ukur romijn:
Pembuatannya rumit dan mahal.
Bangunan itu membutuhkan muka air yang tinggi pada saluran
Biaya pemeliharaan bangunan itu lebih mahal.
Bangunan itu dapat disalah gunakan dengan cara membuka pintu bawah.
Bangunan itu peka terhadap fluktuasi muka air saluran pengarahan.
Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui bukaan
pada bawah pintu, Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat sedemikian
rupa sehingga mengurangi hambatan pada aliran.
a. Perencanaan Hidrolis
Rumus debit untuk alat crump de gruyter :
Q = Cd . bw . 2g ( h1-w )
Dimana :
Q = debit (m^3/dt)
Cd = Koefisien debit
b = lebar bukaan (m)
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 42
Laporan Akhir
Alat ukur crump de gryter dapat dipakai dengan berhasil jika keadaan
muka air disalurkan selalu mengalami fluktuasi atau jika oriffice harus bekerja
pada keadaan muka air rendah disalurkan. Alat ukur ini mempunyai kehilangan
tinggi energi yang lebih besar dari pada alat ukur romijn. Bila tersedia kehilangan
tinggi energi yang memadai, pemeliharaannya tidak sulit dibandingkan dengan
bangunan-bangunan lainnya yang serupa.
Dilihat dari segi konstrksi, pintu scot balk merupakan peralatan yang
sederhana. balok-balok profil segi empat itu diletakkan tegak lurus terhadap
potongan segi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga didalam sponneng yang
lebih lebar 0,03m-0,05m dari tebal balok-balok itu sendiri.
a. Perencanaan Hidrolis
Q Cd . Cv . 2 . g . b . h1
1, 50
3
Dimana :
Q = debit (m^3/dt)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi (m/dt^2)
b = lebar normal (m)
h1 = kedalaman air diatas skot balk (m)
Q = K . a . b . 2g . h1
Dimana :
Q = debit (m^3/dt)
K = faktor aliran tenggelam koefisien debit
a = bukaan pintu (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt^2)
b = lebar pintu (m)
h1 = kedalaman air didepan pintu di atas ambang (m)
moduler.
Pintu scot balk dan pintu sorong adalah bangunan-bangunan yang cocok
untuk mengatur tinggi muka air disaluran. Pintu harganya mahal tapi bisa lebih
ekonomis karena keteletian berfungsinya bangunan ini. Kelebihan lain adalah
bahwa pintu lebih mudah dieksploitasi, mengontrol muka air lebih baik dan dapat
dikunci di tempat agar stelannya tidak dirubah oleh orang –orang yang tidak
berwewenang. Kelebihan utama yang dimiliki oleh pintu sorong pintu ini kurang
peka terhadap perubahan-perubahan tinggi muka air dan jika dipakai bersama-sama
dengan bangunan-bangunan pelimpah, bangunan ini memiliki kepekaan yang sama
terhadap perubahan muka air, jika dikondisikan demikian, bangunan ini sering
memerlukan penyesuaian, sebagai bangunan pengatur, tipe bangunan ini dianjurkan
pemakaiannya dan eksploitasinya mudah, walaupun punya kelemahan-kelemahan
seperti yang disebutkan tadi. Bangunan pengontrol ini dibutuhkan ditempat-tempat
dimana tinggi muka air saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring,
bangunan pengontrol, misalnya mercu tetap atau celah trapesium, akan mencegah
naik turunnya tinggi muka air disalurkan untuk berbagai besar debit. Bangunan
pengontrol tidak memberikan kemungkinan untuk mengatur muka air lepas dari
debit. Penggunaan celah trapesium lebih disukai apabilah pintu sadap tidak akan
dikombinasi dengan pintu pengontrol, Jika bangunan sadap akan dikombinasi
dengan pengontrol, maka bangunan pengatur tetap lebih disukai, karena dinding
vertikal bangunan ini dapat dengan mudah dikombinasi dengan pintu sadap.
Apabila air irgasi dibagi dari saluran primer, skunder, maka akan dibuat
bangunan bagi. bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur
dan mangatur muka air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-
pintu bangunan bagi berfungsi sebagai bangunan pengatur muka air, sedangkan
pintu-pintu sadap lainnya hanya mengukur debit. Adalah biasa untuk memasang
pintu pengatur disalurkan terbesar dan membuat alat-alat pengukur dan pengatur di
bangunan-bangunan sadap yang lebih kecil.
4.1. KESIMPULAN
Daerah irigasi Tokuoku bisa menjadi pusat pangan didaerah kecamatan ibu Utara
Halmahera barat bila pembangunan jaringan daerah irigasi ini berhasil.Untuk itu sangat
penting desain perencanaan jaringan irigasi mengikuti kaidah kriteria perencanaan yang
telah ditetapkan oleh dirjen sumber daya air kementerian pekerjaan umum dan penataan
ruang. Oleh karena waktu waktu yang sangat singkat (2 minggu) dalam perencanaan ini
belum tentu perencanaan ini memiliki desain yang sangat teknikal dan mungkin masih
memiliki kekurangan dan tentu perbaikan-perbaikan untukk agar daerah irigasi ini bias
berjalan lancar
Saluran Sekunder
Saluran Primer
2/3
ho x (n+m) 1/2
Vo = k 2
Ia
n + 2 1+m
0.95 x 3.5 2/3 1/2
Vo = 40 0.0012
2.5 + 2.8284
Vo = 1.005 m/det
3. Luas basah yang diperlukan
Q 0.2283 2
Ao = = = 0.227 m
Vo 1.0055
4. Kedalaman air yang baru
Ao 0.2271
h1 = = = 0.255 m
n+m 3.5
5. Bandingkan h1 dengan ho
h1 - ho = 0.255 - 0.95 = 0.695 m > 0.005 Ok !!!
Iterasi II
Andaikan kedalaman air
ho = 0.255 m
Kecepatan yang sesuai
2/3
ho x (n+m) 1/2
Vo = k 2 Ia
n + 2 1+m
0.2547 x 3.5 2/3 1/2
Vo = 40 0.0012
2.5 + 2.8284
Vo = 0.418 m/det
Luas basah yang diperlukan
Q 0.2283
Ao = = = 0.546 m2
Vo 0.4178
Kedalaman air yang baru
Ao 0.55
h1 = = = 0.395 m
n+m 3.5
Bandingkan h1 dengan ho
h1 - ho = 0.395 - 0.255 = 0.140 m > 0.005 Ok !!!
Iterasi III
Andaikan kedalaman air
ho = 0.3951 m
Kecepatan yang sesuai
2/3
ho x (n+m) 1/2
Vo = k 2 Ia
n + 2 1+m
0.3951 x 3.5 2/3 1/2
Vo = 40 0.0012
2.5 + 2.8284
Vo = 0.560 m/det
Luas basah yang diperlukan
Q 0.228
Ao = = = 0.408 m2
Vo 0.560
Kedalaman air yang baru
Ao 0.408
h1 = = = 0.3413 m
n+m 3.5
Bandingkan h1 dengan ho
h1 - ho = 0.341 - 0.395 = 0.0538 m > 0.005 Ok !!!
= 2.5 x 0.358
= 0.896 m
- Kleliling Basah ( P )
P = h x (n + 2 1+m2)
= 0.358 x 5.3284
= 1.9097 m
- Jari-jari Hidrolis ( R )
Ao 0.450
R = =
P 1.910
= 0.2354 m
- Lebar Permukaan Saluran ( T )
T = b + 2mh
= 0.896 + 0.717
= 1.613 m
Menghitung tinggi jagaan (w)
w = 0.3 + 0.25 h
= 0.3 + 0.0896
= 0.3896 m
Menghitung lebar atas saluran (B)
B = b+2 x (h+w) x m
= 0.896 + 2.000 x 0.748 x 1
= 2.392 m
Bandingkan h1 dengan ho
h1 - ho = 0.363 - 0.3942 = 0.032 m > 0.005 Ok !!!
•b TB W
h
•
•b TB W
h
•
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi 63
Laporan Akhir