Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hayatun Nufus

NPM : 03291511046

Kelas :A

A. PERUBAHAN PERILAKU BELAJAR SISWA DENGAN PENGUATAN SISTEM


DUKUNGAN ORANG TUA MELALUI LAYANAN HOME VISIT

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan layanan home visit sebagai


layanan bimbingan tidak langsung (nonderect service) untuk meningkatkan sistem
dukungan keluarga terhadap peningkatan prestasi akademik siswa; mendeskripsikan
peningkatan prestasi akademik siswa yang mendapatkan layanan home visit.

Data perubahan perilaku belajar siswa berupa data proses perilaku belajar di rumah, dan
data hasil belajar yaitu nilai rata-rata Tes Uji Coba. Data proses perilaku belajar siswa di
rumah direkam melalui observasi saat home visit dan wawancara dengan guru mata
pelajaran. Berdasarkan hasil observasi saat home visit tampak bahwa secara umum siswa
merasa lebih nyaman belajar karena ada oranagtua yang menemani. Siswa menjadi lebih
fokus pada materi pelajaran yang dipelajari. Keadaan ini terkonfirmasi melalui salah satu
pernyataan siswa

Dari pernyataan orang tua dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perubahan
perilaku belajar siswa menjadi lebih teratur dan fokus karena dukungan orang tua berupa
kehadiran fisik danpsikologis. Orang tua pun semakin memahami bentuk-bentuk
dukungan yang harus disediakan orang tua dalam proses belajar siswa. Selain melalui
proses, perubahan perilaku belajar siswa tampak melalui nilai rata-rata Tes Uji Coba
Tingkat Kabupater yang diadakan sekolah sekali sebulan menjelang Unjian Nasional
(UN).
B. PERUBAHAN PERILAKU BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn
MENGGUNAKAN MODEL PERTEMUAN

Penelitian bertujuan mengkaji perubahan belajar siswa dalam pembelajaraan PKn dengan
model pertemuan kelas agar menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab.
Peserta didik memiliki kebutuhan yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan sifat
dan karakteristiknya sebagai manusia. Karakteristik peserta didik sebagai keseluruhan
kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil hubungannya
antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya yang dapat menentukan dalam
mewujudkan harapan meraih masa depan. Karena itu upaya memahami perkembangan
peserta didik harus dikaitkan atau disesuaikan dengan karakteristik siswa itu sendiri dan
lingkungannya.
Model pertemuan kelas menurut William Glasser dalam M.D Dahlan (1984: 105-107)
dilandasi oleh terapi realitas (reality therapy) yang mengundang pemikiran tentang dasar-
dasar teori kepribadian maupun konsep terapi tradisional dan hubungan mengajar. Orang
awam yang terampil, terutama orang tua dan guru cukup mampu menangani sebagian
besar masalah-masalah individu. Glasser berpendapat bahwa kegagalan individu
disebabkan oleh hubungan antarpribadinya. Oleh karena itu terapi atau bantuan harus
disalurkan lewat media sosial, misalnya kelompok. Selanjutnya Glasser menerapkan
prinsip ini di dalam kelas melalui mekanisme pertemuan kelas dalam hal yaitu terjadinya
diskusi yang terbuka, tidak judgemental, dan berupaya mencari pemecahan masalah
secara bersama. Glaser percaya bahwa setiap manusia mempunyai dua kebutuhan dasar,
yaitu cinta dan harga diri. Keduanya terjadi dalam hubungan antara satu individu dengan
individu lain dalam suatu lingkungan sosial. Individu mempunyai masalah karena gagal
memenuhi kebutuhan dasar, yaitu keterikatan (cinta) dan kehormatan (harga diri). Guru
membuat komitmen bersama untuk membuat langkah-langkah pemecahan masalah
tersebut. Menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana peningkatan
kesadaran pribadi (pemahaman diri individu). Glasser dalam menggunakan model
pertemuan kelas ini lebih peduli dengan perkembangan siswa untuk lebih mampu
bertanggungjawab, terintegrasi, bersikap tanggap, mampu mengendalikan daan
memonitor pertumbuhannya sendiri. Sisi lain dari model pertemuan kelas yang juga
merupakan dimensi kesehatan mental ialah kemampuan mengambil kesepakatan dan
memenuhinya. Kemampuan tersebut berkaitan dengan kemampuan individu untuk hidup
di dalam keragaman. Sikap toleran, saling menghargai, disiplin dan tanggungjawab
merupakan dimensi-dimensi yang dapat tumbuh dan berkembang melalui model
pertemuan kelas.

C. KONSEP PERILAKU

Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi
dengan lingkungan. Perilaku yang berlaku pada individu atau organisme tidak timbul
dengan sendirinya. Berikut ini adalah beberapa definisi perilaku menurut sudut pandang
para ahli.

a. Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner,
cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor
dan tindakan (ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru,
orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993),
pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran.
Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.

b. Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh
sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh –
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitas masing – masing.

c. Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon


organismatauseseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo,1993).
d. Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai sebagai suatu aksi-reaksi organisme
terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan
menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo,1997).

e. Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati
dan bahkan dapat dipelajari.

f. Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku
Manusia”, menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar,
seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas
ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki
yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk
diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang
membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada
dibalik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia.

g. Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespon, maka teori Skinner disebut teori “S-O-R”atau Stimulus – Organisme –
Respon. Skinner membedakan adanya dua proses, yaitu:

- Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh


rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting
stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya :
makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga
mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih
atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta,
dan sebagainya.

- Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang
ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon.
Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik
(respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh
penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut
akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai