Anda di halaman 1dari 146

INDUSTRI

KRITERIA

Pertambangan batu bara Air limbah kegiatan pertambangan batu bara

Air limbah pengolahan/pencucian batu bara

Penambangan bijih
bauksit

Air limbah kegiatan pertambangan bijih bauksit

Air limbah pencucian bijih bauksit

General Industri

Pemantauan kualitas air

Penetapan daya tampung beban


Hulu Migas serta Pabum
dengan cara injeksi

Industri minyak goreng

Air limbah industri minyak goreng dengan proses


basah

Industri minyak goreng

Air limbah industri minyak goreng dengan proses


basah

Air limbah industri minyak goreng dengan proses


basah

General Industri

Air Laut Perairan Pelabuhan

Air Laut Wisata Bahari

Air Laut untuk Biota Laut

General Industri

Air Minum

General Industri

Air Bersih

General Industri

Air Bersih

Air Kolam

Air Kolam

Air Pemandian Umum

Kawasan Industri

Air Limbah Kawasan Industri

Pembangkit listrik tenaga Aar limbah sumber proses utama


termal sumber proses
utama

Air limbah sumber blowdown boiler

Air limbah sumber blowdown cooling tower

Air limbah sumber demineralisasi/WTP


Pembangkit listrik tenaga Air limbah sumber pendingin (Air Bahang)
termal sumber kegiatan
pendukung
Air limbah sumber desalinasi

Air limbah sumber FGD sistem sea water wet


scubber

Air limbah sumber coal stockpile

Pembangkit listrik tenaga Air limbah mengandung minyak


termal
Inddustri Pelapisan
Logam dan Galvanis

Air limbah pelapisan logam

Air limbah pelapisan logam

Industri penyamakan kulit Air limbah penyamakan kulit menggunakan krom

Air limbah penyamakan kulit menggunakan daundaunan

Industri minyak sawit

Air limbah minyak sawit

Industri karet

Air limbah karet lateks pekat

Industri karet

Air limbah karet lateks pekat

Air limbah karet lateks pekat

Industri tapioka

Air limbah industri tapioka

Pengolahan obat
tradisional/Jamu

Air Limbah Obat Tradisional/Jamu

Industri oleokimia dasar

Fatty acid dan fatty alcohol melalui jalur fatty acid

Fatty alcohol melalui jalur alkyl ester

Peternakan sapi/babi

Domestik

Air limbah domestik

Pengolahan rumput laut

Air limbah pengolahan rumput laut

Pengolahan kelapa

Air limbah pengolahan kelapa

Pengolahan daging

Air limbah pengolahan daging

Pengolahan kedelai

Air limbah pengolahan kedelai (kecap)

Air limbah pengolahan kedelai (tahu)

Air limbah pengolahan kedelai (tempe)

Industri keramik

Air limbah industri keramik

Pengolahan Buah-Buahan

Pengolahan hasil
perikanan

Air limbah pengolahan perikanan yang melakukan


satu jenis kegiatan pengolahan - Pembekuan

Air limbah pengolahan perikanan yang melakukan


satu jenis kegiatan pengolahan - Pengalengan

Air limbah pengolahan perikanan yang melakukan


satu jenis kegiatan pengolahan - Pembuatan
tepung ikan

Air limbah pengolahan perikanan yang melakukan


lebih dari satu jenis kegiatan pengolahan

Air limbah kawasan industri perikanan pengolahan


air limbah terpusat

Industri Petrokimia Hulu

Air limbah kegiatan industri petrokimia hulu

Purified Terephthalic Acid Air limbah industri PET (Poly ethylene


dan Poly Ethylene
terephthalate)
Terepthalate

dan Poly Ethylene


Terepthalate

terephthalate)

Air limbah industri PTA (Purified Terephthalic Acid)

Idustri rayon

Air limbah industri rayon

Rumah pemotongan
hewan

Air limbah rumah pemotongan hewan

Industri Vinyl Chloride


Monomer dan Poly Vinyl
Chloride

Air limbah Industri Vinyl Chloride Monomer dan


Poly Vinyl Chloride

Industri minyak goreng

Air limbah industri minyak goreng dengan proses


basah

Air limbah industri minyak goreng dengan proses


basah

Industri pupuk

Air limbah industri pupuk - urea

Air limbah industri pupuk - nitrogen

Air limbah industri pupuk - amoniak

Industri perhotelan

Limbah cair kegiatan hotel

Industri pertambangan
bijih emas dan tembaga

Air limbah penambangan bijih emas dan tembaga

Industri pertambangan
bijih emas dan tembaga

Air limbah penambangan bijih emas dan tembaga

Air limbah pengolahan bijih emas dan tembaga

BAKU MUTU
PARAMETER

KADAR MINIMUM

KADAR MAKSIMUM

pH
Residu tersuspensi
Besi total
Mangan total
pH
Residu tersuspensi
Besi total
Mangan total
Volume air limbah
maksimum

6-9
400
7
4
6-9
200
7
4

pH
TSS
Fe
Mn
pH
TSS
Fe
Cu
Ni
Mn
Pb

6-9
200
5
2
6-9
200
5
2
0.5
2
0.1

TDS
Tembaga (Cu)
Klorin Bebas (Cl2)
pH
Volume air limbah
maksimum

2
1
6-9
7

BOD
COD

75
150

TSS
Minyak dan lemak
MBAS
Fosfat (PO4)
pH
Kuantitas air limbabah
maksimum
BOD
COD
TSS
Minyak dan lemak
Fosfat (PO4)
pH
Kuantitas air limbabah
maksimum

60
5
3
2
6-9
5
75
150
60
5
2
6-9
0.5

Kecerahan
Kebauan
Padatan tersuspensi total

>3
tidak berbau

Sampah
Suhu
Lapisan Minyak
pH
Salinitas
Ammonia total (NH3-N)
Sulfida
Hidrokarbon total
Senyawa Fenol total
Polikor bifenil
Surfaktan
Minyak dan Lemak
tri butill tin
Raksa
Kadmium
Tembaga
Timbal
Seng
Coliform
Warna
Bau
Kecerahan
Kekeruhan
Padatan tersuspensi total

nihil
alami
6,5 - 8,5
alami
0.3
0.03
1
0.002
0.01
1
5
0.01
0.003
0.01
0.05
0.05
0.1
1000
30
tidak berbau
>6
5

Suhu
Sampah
Lapisan Minyak
pH

80

20
alami
nihil
nihil
7 - 8,5

Salinitas
Oksigen Terlarut
BOD5
Amoniak bebas
Fosfat
Nitrat
Sulfida
Senyawa Fenol
Poliaromatik hidrokarbon

alami
>5
10
nihil
0.015
0.008
nihil
nihil

poliklor bifenil
Surfaktan
Minyak dan lemak
Pestisida
Raksa
Kromium heksavalen
Arsen
Cadmium
Tembaga
Timbal
Seng
Nikel
E. Coliform
Coliform
Radio Nuklida dengan
kompisisi yang tidak
diketahui

nihil
0.001
1
nihil
0.002
0.002
0.025
0.002
0.05
0.005
0.095
0.075
200
1000

Kecerahan (coral)
Kecerahan (mangrove)
Kecerahan (lamun)
Kebauan
Kekeruhan
Padatan tersuspensi total
(coral)

>5
>3
alami
<5

0.003

20

Padatan tersuspensi total


(mangrove)

80

Padatan tersuspensi total


(lamun)

20

Sampah
Suhu ( coral)

nihil
28-30

Suhu (mangrove)

28-32

Suhu (lamun)

28-30
nihil
7-8,5
33-34
s/d 34
33-34
>5

Lapisan Minyak
pH
Salinitas (coral)
Salinitas (mangrove)
Salinitas (lamun)
Oksigen Terlarut

BOD5
Ammonia total (NH3-N)
Fosfat
Nitrat
Sianida
Sulfida
Poliaromatik hidrokarbon
Senyawa Fenol total
poliklor bifenil
Surfaktan
Minyak dan lemak
Pestisida
tributill tin
Raksa
Kromium heksavalen
Arsen
Kadmium
Tembaga
Timbal
Seng
Nikel
Coliform
Patogen
Plankton
Radio Nuklida dengan
kompisisi yang tidak
diketahui
E. Coli
Total Bakteri Koliform
Arsen
Fluorida
Total Kromium
Kadmium
Nitrit
Nitrat
Sianida
Selenium
Bau
Warna
Total zat padat terlarut
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Aluminium
Besi terlarut

20
0.3
0.015
0.008
0.5
0.01
0.003
0.002
0.01
1
1
0.01
0.01
0.001
0.005
0.012
0.001
0.008
0.008
0.05
0.05
1000
nihil
tidak bloom
4
0
0
0.01
1.5
0.05
0.003
3
50
0.07
0.01
Tidak berbau
15
500
5
Tidak berasa
suhu udara 3
0.2
0.3

Kesadahan
Khlorida
Mangan
pH
Seng
Sulfat
Tembaga
Amonia
Air Raksa
Antimon
Barium
Boron
Molybdenum
Nikel
Sodium
Timbal
Uranium
Zat Organik (KMn04)
Deterjen
Carbon tetrachloride
Dichloromethane
1,2- Dichloroethane
1,2- Dichloroethene
Trichloroethene
Tetrachloroethene
Benzene
Toluene
Xylenes
Ethyl benzene
Styrene
1,2-Dichlorobenzene
1,4-Dichlorobenzene
Di(2-ethylhexyl)phthalate
Acrylamide
Epichlorohydrin
Hexachlorobu tadiene

500
250
0.4
6,5 - 8,5
3
250
2
1.5
0.001
0.02
0.7
0.5
0.07
0.07
200
0.01
0.015
10
0.05
0.004
0.02
0.05
0.05
0.02
0.04
0.01
0.7
0.5
0.3
0.02
1
0.3
0.008
0.0005
0.0004
0.0006

Ethylenediaminetetraacetic acid

0.6

Nitrilotriacetic acid (NTA)

0.2

Alachlor
Aldicarb
Aldrin dan dieldrin
Atrazine
Carbofuran
Chlordane
Chlorotol uron
DDT

0.02
0.01
0.00003
0.002
0.007
0.0002
0.03
0.001

1,2- Dibromo-3-chloropropane
(DBCP)

0.001

2,4 Dichlorophenoxyacetic
(2,4-D)

0.03

acid

1,2-Dichloropropane
Isoproturon
Lindane
MCPA
Methoxychlor
Metolachlor
Molinate
Pendimethalin

0.04
0.009
0.002
0.002
0.02
0.01
0.006
0.02

Pentachlorophenol (PCP)

0.009

Permethrin
Simazine
Trifluralin
2,4-DB
Dichlorprop
Fenoprop
Mecoprop

0.3
0.002
0.02
0.09
0.1
0.009
0.001

2, 4, 5-Trichlorophenoxyacetic
acid

0.009

Chlorine
Bromate
Chlorate
Chlorite
2,4,6 -Trichlorophenol (2,4,6TCP)

5
0.01
0.7
0.7

Bromoform
Dibromochloromethane (DBCM)
Bromodichloromethane (BDCM)
Chloroform
Dichloroacetic acid
Trichloroacetic acid
Dichloroacetoni trile
Dibromoacetonitrile

0.1
0.1
0.06
0.3
0.05
0.02
0.02
0.07

Cyanogen chloride sebagai (CN)

0.07

Gross alpha activity


Gross beta activity
Bau
Jumlah zat padat terlarut

0.1
1
-

Kekeruhan

0.2

1000
5

Rasa
Suhu

3
15
0.001
0.05
1
1.5
0.005
500
600
0.05
0.5
10
1
0.05
0.01
15
0.1
400
0.05
0.0007
0.01
0.000001
0.007
0.03
0.1
0.03
0.5
0.01
0.0003

Warna
Air Raksa
Arsen
Besi
Fluorida
Kadmium
Kesadahan
Klorida
Kronium, valensi 6
Mangan
Nitrat
Nitrit
pH
Salenium
Seng
Sianida
Sullfat
Timbal
Aldrin dan dieldrin
Benzene
Benzo pyrene
Chloroform total Isomer
Chloroform
2.4-D
DDT
Deterjen
1,2-Dichloroethene
1.1-Dichloroethene
Heptachlor dan heptaclor
epoxide

0.003

Hexachlorobenzene
Gamma-HCH (Lindane)
Methoxychlor
Pentachloropenol
Pestisida total
2,4,6-trichorophenol
Zat Organik (KMn04)
Total Koliform

0.00001
0.004
0.1
0.01
0.1
0.01
10
0

Koliform tinja belum


diperiksa
Gross Alpha
Gross Beta
Bau
Benda terapung
Kejernihan

0.1
1
-

Aluminium
Kesadahan
Oksigen terabsorbsi
pH
Sisa Chlor
Tembaga sebagai Cu
Koliform total

50
6.5
0.2
-

Jumlah Kuman
Bau
Kejernihan
Minyak
Warna
Deterjen
Kebutuhan oksigen biokimia
Oksigen Terlarut
pH
Koliform Total
Gross Alpha
Gross Beta
pH
TSS
BOD
COD
Sulfida
Amonia
Fenol
Minyak dan Lemak
BAS
kadmium
Krom Heksavalen
Krom Total
Tembaga
Timbal
Nikel
Seng
Kuantitas Air Limbah
Maksimum
pH
TSS
Minyak dan Lemak
Klorin Bebas
Kromium Total
Tembaga
Besi

4
6.5
-

0.2
500
0.1
8.5
0.5
1.5
0
200
100
1
5
0.5
200
0.1
1
6-9
150
50
100
1
20
1
15
10
0.1
0.5
1
2
1
0.5
10
0.8
6-9
100
10
0.5
0.5
1
3

Seng
Phosphat
pH
Tembaga
Besi
pH
Klorin Bebas
Zinc
Phosphat
pH
TSS
Temperatur
Klorin Bebas
pH
Salinitas

pH
SO4

pH
TSS
Fe
Mn
COD
TOC
Minyak dan Lemak
TSS
Cu
Zn
Cr6+
Cr
Cd
Pb
Ni
CN
Ag
pH
Kuantitas air limbah paling
tinggi

1
10
6-9
1
3
6-9
1
1
10
6-9
100
40
0.5
6-9
Pada radius 30 m dari
lokasi pembuangan
air limbah ke laut,
kadar salinitas air
limbah sudah harus
sama dengan kadar
salinitas alami
6-9
Kenaikan kadar
maksimum
parameter Sulfat 4%
dibanding kadar
Sulfat titik penaatan inlet
air laut
6-9
200
5
2
300
110
15
20
0.5
1
0.1
0.5
0.05
0.1
1
0.2
0.5
6-9
20

TSS
Cu
Zn
Cr6+
Cr
Cd
Pb
Ni
CN
Ag
pH
Kuantitas air limbah paling
tinggi

20
0.5
1

0.05
0.1
1
0.2
0.5
6-9
2

BOD
COD
TSS
Krom total (Cr)
Minyak-lemak
Nitrogen total (Sebagai N)

50
110
60
0.6
5
10

Amonia Total
Sulfida (Sebagai S)
pH
Debit limbah paling tinggi

0.5
0.8
6-9
40

BOD
COD
TSS
Krom total (Cr)
Minyak-lemak
Nitrogen total (Sebagai N)

70
180
50
0.1
5
15

Amonia Total
Sulfida (Sebagai S)
pH
Debit limbah paling tinggi

0.5
0.5
6-9
40

BOD5
COD
TSS
Minyak-lemak
Nitrogen total (Sebagai N)

100
350
250
25
50

pH
Debit limbah paling tinggi

6-9
2.5

BOD5
COD

100
250

TSS
Amonia Total
Nitrogen total (Sebagai N)

100
15
25

pH
Debit limbah paling tinggi

6-9
40

BOD5
COD
TSS
Amonia Total
Nitrogen total (Sebagai N)

60
200
100
5
10

pH
Debit limbah paling tinggi

6-9
40

BOD
COD
TSS
Sianida (CN)
pH
Debit limbah paling tinggi

150
300
100
0.3
6-9
30

pH
BOD
COD
TSS
Fenol
Kuantitas air limbah
maksimum (m3/ton bahan
baku)

6-9
75
150
100
0.2

BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
Fosfat
Amonia
pH
Kualitas air limbah
maksimum

70
160
100
10
5
10
6-9

BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
Fosfat
Amonia
pH

125
250
150
15
5
10
6-9

15

Kualitas air limbah


maksimum
BOD
COD
TSS

4
150
400
300

pH
Kualitas air limbah
maksimum
BOD
COD
TSS
NH3-N

100
200
100
25

pH
Kualitas air limbah
maksimum
pH
BOD
TSS
Minyak dan Lemak
BOD
COD
TSS
Amonia
Klor
pH
Kualitas air limbah
maksimum

6-9
100
100
10
100
250
100
5
1

BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
pH
Kualitas air limbah
maksimum

75
150
100
15

BOD
COD
TSS
Amonia
Minyak dan Lemak
pH

125
250
100
10
10

500

15

Kualitas air limbah


maksimum

BOD
COD
TSS
pH
Kualitas air limbah
maksimum

150
300
100

BOD
COD
TSS
pH
Kualitas air limbah
maksimum

150
300
200

BOD
COD
TSS
pH
Kualitas air limbah
maksimum

150
300
100

TSS
Timbal
Kobalt
Kadmium
Kromium Total
pH
Kualitas air limbah
maksimum

100
1
0.6
0.1
1
6-9

pH
TSS
Sulfida
Amonia
Klor bebas
BOD
COD
Minyak-lemak
Kuantitas air limbah
(m3/ton)

6-9
100

pH
TSS
Sulfida
Amonia
Klor bebas
BOD

6-9
100
1
5
1
75

10

20

10

1.5

10
1
100
200
15

COD
Minyak-lemak
Kuantitas air limbah
(m3/ton)

150
15

pH
TSS
Sulfida
Amonia
Klor bebas
BOD
COD
Minyak-lemak
Kuantitas air limbah
(m3/ton)

6-9
100
1
5

pH
TSS
Sulfida
Amonia
Klor bebas
BOD
COD
Minyak - lemak
pH
TSS
Sulfida
Amonia
Klor bebas
BOD
COD
Minyak-lemak
BOD
COD
TSS
Minyak-lemak
Fenol
Cr
Cu
Zn
Ni
pH
Kuantitas air limbah
maksimum (m3/ton bahan
baku)

6-9
100
1
5
1
100
200
15
6-9
100
1
5
1
100
200
15
100
200
150
15
1
1
3
10
0.5
6-9

BOD
COD
TSS
Minyak-lemak
Krom (Cr)

75
150
100
10
1

100
300
15

0.6

Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
pH
Kuantitas air limbah
maksimum (m3/ton bahan
baku)

3
10
6-9

BOD
COD
TSS
Minyak-lemak
Fenol
Mangan terlarut
Cobalt
Besi terlarut
pH
Kuantitas air limbah
maksimum (m3/ton bahan
baku)

150
300
100
15
1
3
1
7
6-9

BOD
COD
TSS
Sulfida (Sebagai S)
Seng (Zn)
pH
Kualitas air limbah
maksimum

60
150
100
0.3
5
6-9

BOD
COD
TSS
Minyak-lemak
NH3-N
pH
Volume air limbah
maksimum sapi, kerbau,
kuda

100
200
100
15
25
6-9

4.5

130

1.5

Volume air limbah


maksimum kambing, domba

0.15

Volume air limbah


maksimum babi

0.65

BOD
COD
TSS
TDS
Tembaga (Cu)
Klorin Bebas (Cl2)
pH

100
250
100
2
1
6-9

Volume air limbah


maksimum
BOD
COD
TSS
Minyak dan lemak
MBAS
Fosfat (PO4)
pH
Kuantitas air limbabah
maksimum
BOD
COD
TSS
Minyak dan lemak
Fosfat (PO4)
pH
Kuantitas air limbabah
maksimum

7
75
150
60
5
3
2
6-9
5
75
150
60
5
2
6-9
0.5

COD
TSS
Minyak - lemak
NH3-N
TKN
pH
Debit air limbah maksimum
COD
TSS
Minyak - lemak
NH3-N
TKN
pH
Debit air limbah maksimum
COD
TSS
Minyak - lemak
NH3-N
TKN
pH
Debit air limbah maksimum
BOD5
COD
TSS
Ph
pH

30
50
10
6-9
6-9

TSS
Cu
Cd
Zn
Pb
As
Ni
Cr
Hg
pH
TSS
Cu
Cd
Zn
Pb
As
Ni
Cr
Hg

200
2
0.1
5
1
0.5
0.5
1
0.005
6-9
200
2
0.1
5
1
0.5
0.5
1
0.005

KU MUTU
SATUAN

BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
m3/ton batu bara
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

mg/L
mg/L
mg/L
m3/ton produk
mg/L

0,375 kg/ton

mg/L

0,75 kg/ton

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,3 kg/ton
0,025 kg/ton
0,015 kg/ton
0,01 kg/ton
6-9

m3/ton produk

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0.0375
0.075
0.03
0.0025
0.001
6-9

m3/ton produk

0.5

m
mg/l
%O
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
g/l
mg/l
mg/l
g/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
MPN/100 ml
Pt. Co
m
ntu
mg/l
C
-

%O
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
g/l
mg/l MBAS
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
MPN/100 ml
MPN/100 ml
Bq/l
m
m
m
ntu
mg/l
mg/l
mg/l
C

C
nihil
o

%O
%O
%O
mg/l

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
g/l
mg/l MBAS
mg/l
g/l
g/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
MPN/100 ml
sel/100 ml
sel/100 ml
Bq/l
Jumlah per 100ml sampel
Jumlah per 100ml sampel
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
TCU
mg/l
NTU
C
mg/l
mg/l
o

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

mg/l

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
Bq/l
Bq/l
mg/l
NTU

C
TCU
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
o

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
Jumlah per 100ml sampel
Jumlah per 100ml sampel
Bq/l
Bq/l
-

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
Jumlah per 100ml sampel
Jumlah per 100ml sampel
TCU
mg/l
mg/l
mg/l
Jumlah per 100ml sampel
Bq/l
Bq/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
L perdetik Ha Lahan
Kawasan Terpakai
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

mg/L
mg/L

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
C
mg/L

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
L/ m2 Produk pelapisan
logam

0.4
0.01
0.02
0.002
0.01
0.001
0.002
0.02
0.004
0.01
6-9
20

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
L/ m2 Produk pelapisan
logam

0.04
0.001
0.0005

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

2
4.4
2.4
0.024
0.2
0.4

mg/L
mg/L
m3 per ton bahan baku

0.02
0.032
6-9
40

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

2.8
7.2
2
0.004
0.2
0.6

mg/L
mg/L
m3 per ton bahan baku

0.02
0.02
6-9
40

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0.25
0.88
0.63
0.063
0.125

m3 per ton bahan baku

6-9
2.5

mg/L
mg/L

4
10

0.0001
0.0002
0.002
0.0004
0.001
6-9
2

mg/L
mg/L
mg/L

4
0.6
1

m3 per ton produk karet

6-9
40

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

2.4
8
4
0.2
0.4

m3 per ton produk karet

6-9
40

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
m3 per ton produk
tapioca

4.5
9
3
0.009
6-9
30

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

6-9
1.12
2.25
1.5
0.003

mg/L

15

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
m3/ton produk
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

m3/ton produk
mg/L

Sapi : 30 gram/ekor/hari
Babi : 6 gram/ekor/hari

mg/L

Sapi : 80 gram/ekor/hari
Babi : 16 gram/ekor/hari

mg/L

Sapi : 60 gram/ekor/hari
Babi : 12 gram/ekor/hari
6-9
Sapi : 200 L/ekor/hari
Babi : 40 L/ekor/hari

mg/L

Sapi : 20 gram/ekor/hari
Babi : 40 gram/ekor/hari

mg/L

Sapi : 40 gram/ekor/hari
Babi : 8 gram/ekor/hari

mg/L

Sapi : 20 gram/ekor/hari
Babi : 4 gram/ekor/hari

mg/L

Sapi : 5 gram/ekor/hari
Babi : 1 gram/ekor/hari
6 -9
Sapi : 200 L/ekor/hari
Babi : 40 L/ekor/hari

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

50
125
50
2.5
0.5
6-9

m3/ton produk
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

1,1
2,2
1,5
0,2

Kg/Ton
Kg/Ton
Kg/Ton
Kg/Ton

6-9
m3/ton produk
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,75 Kg/Ton
1,5 Kg/Ton
0,6 Kg/Ton
0,06 Kg/Ton
0,06 Kg/Ton
6-9

m3/ton produk
mg/L
mg/L
mg/L

1,5 Kg/Ton
3 Kg/Ton
1 Kg/Ton
6-9

m3/ton produk
mg/L
mg/L
mg/L

3 Kg/Ton
6 Kg/Ton
4 Kg/Ton
6-9

m3/ton produk
mg/L
mg/L
mg/L

1,5 Kg/Ton
3 Kg/Ton
1 Kg/Ton
6-9

m3/ton produk
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
m3/ton produk

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
m3/ton
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

mg/L
mg/L
m3/ton
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
m3/ton
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

m3/ton bahan baku


mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

mg/L
mg/L

m3/ton bahan baku


mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

m3/ton bahan baku


mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
m3/ton bahan baku
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

m3/ekor/hari

m3/ekor/hari
m3/ekor/hari
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

m3/ton produk
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,375 kg/ton
0,75 kg/ton
0,3 kg/ton
0,025 kg/ton
0,015 kg/ton
0,01 kg/ton
6-9

m3/ton produk

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0.0375
0.075
0.03
0.0025
0.001
6-9

m3/ton produk

0.5

kg/ton
kg/ton
kg/ton
kg/ton
kg/ton

3
1.5
0.3
0.75
1.5
6 - 10

m3 per ton produk

15

kg/ton
kg/ton
kg/ton
kg/ton
kg/ton

3
3
0.3
1.5
2.25
6,0 - 10

m3 per ton produk

15

kg/ton
kg/ton
kg/ton
kg/ton

0.3
0.15
0.03
0.3
6 - 10

m3 per ton produk


mg/L
mg/L
mg/L

15

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

PEMANTAUAN / PELAPORAN
secara periodik sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan yang dilaksanakan oleh pihak laboratorium yang telah
terakreditasi;

Secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan di


laboratorium terakreditasi dan teregristasi di Kementerian
Negara Lingkungan Hidup

6 bulan sekali

5 tahun sekali
a. Pemantauan tekanan injeksi sumur dengan frekuensi paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu.
b. Pemantuan tekanan selubung dengan frekuensi paling sedikit
1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
c. Pemantauan debit injeksi dan volume kumulatif air limbah
injeksi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu.
d. Pemantauan karakteristik kimia-fisika limbah paling sedikit
dilakukan diawal sebelum kegiatan injeksi dilakukan, kecuali ada
perubahan yang signifikan pada jenis air limbah yang
diinjeksikan.

Pengukuran secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1


(satu) bulan ke laboratorium yang telah terakreditasi dan
teregistrasi di Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Pengukuran secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1


(satu) bulan ke laboratorium yang telah terakreditasi dan
teregistrasi di Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Setiap 2 tahun

Pengawasan kualitas
air minum secara eksternal
merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh KKP khusus untuk
kerja KKP.

wilayah

Pemeriksaan contoh air dilaksanakan oleh laboratorium yang


ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Kegiatan pengawasan
kualitas air mencakup :
a. Pengamatana lapangan dan pengambilan contoh air
termasuk pada proses produksi dan distribusi.
b. Pemeriksaan contoh air.
c. Analisis hasil pemeriksaan.
d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul
dalam hasil kegiatan a,b, dan c

Pemeriksaan contoh air dilaksanakan oleh laboratorium yang


ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Kegiatan pengawasan
kualitas air mencakup :
a. Pengamatana lapangan dan pengambilan contoh air
termasuk pada proses produksi dan distribusi.
b. Pemeriksaan contoh air.
c. Analisis hasil pemeriksaan.
d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul
dalam hasil kegiatan a,b, dan c
e. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya
penanggulangan/perbaikan termasuk kegiatan penyuluhan.

memeriksakan kadar parameter baku mutu air limbah


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini
secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan ke
laboratorium yang telah terakreditasi dan teregistrasi di
Kementerian Lingkungan Hidup;

Paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dan setiap 1


(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dilakukan di laboratorium yang
terakreditasi; memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah
khusus untuk PLTD di laboratorium yang terakreditasi paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;

sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota
- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

secara periodik paling


sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan di laboratorium yang
terakreditasi
- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

dalam 1 (satu) bulan


- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota
- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

- Pengukuran secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali


dalam 1 (satu) bulan
- Pelaporan pengukuran 3 bulan sekali kepada Bupati/Walikota

PERATURAN PERUNDANGAN
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor


34 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82


Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
13 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengelolaan Air Limbah Bagi Usaha dan/kegiatan Hulu
Minyak dan Gas Serta Panas Bumi dengan Cara
Injeksi

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor


04 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor


04 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Tahun


2004 tentang Baku Mutu Air Laut

Peraturan Menteri Kesehatan No 492 Tahun 2010


tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990


tentang Syarat - Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990


tentang Syarat - Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 03


Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kawasan Industri

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor


08 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga
Termal

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air


Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
202 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas
dan atau Tembaga

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor


202 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas
dan atau Tembaga

INDUSTRI
General Industri

KRITERIA
Baku Kerusakan Tanah Mineral terkait Kebakaran
Hutan atau Lahan

Baku Kerusakan Tanah Gambut terkait Kebakaran


Hutan atau Lahan

Baku Kerusakan Flora terkait Kebakaran Hutan dan


atau Lahan
Baku Kerusakan Fauna terkait Kebakaran Hutan
dan atau Lahan
Baku Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi

Baku Kerusakan Tanah di Lahan Kering

Baku Kerusakan Tanah di Lahan Basah

BAKU MUTU
PARAMETER
Struktur Tanah
Porositas
Bobot isi
Kadar air tersedia
Potensi mengembang dan mengkerut
Penetrasi tanah
Konsistensi tanah
C-organik
N total
Amonium
Nitrat
P
pH
Daya Hantar Listrik
Carbon mikroorganisme
Respirasi
Metabolic quotien
Total mikro organisme
Total fungi
Porositas
Bobot isi
Kadar air tersedia
Penetrasi tanah
Subsidence
C-organik
N total
Amonium
Nitrat
P
pH
Daya Hantar Listrik
Carbon mikroorganisme
Respirasi
Metabolic quotien
Total mikro organisme
Total fungi
Keragaman spesies
Populasi
Keragaman spesies
Populasi
Tebal tanah <20cm
20 - <50 cm
50 - <100 cm
100 - 150 cm
>150 cm

KADAR MINIMUM

Ketebalan solum
Kebatuan permukaan
Komposisi fraksi (koloid)
Komposisi fraksi (pasir kuarsitik)
Berat isi
Porositas Total
Derajat pelulusan air
pH (H2O) 1 : 2,5
Daya Hantar Listrik/DHL
Redoks
Jumlah mikroba
Subsidensi gambit di atas pasir kuasa
dengan ketebalan gambut 3m
Subsidensi gambit di atas pasir kuasa
dengan ketebalan gambut <3m
Kedalaman lapisan berpirit dari
permukaan tanah
Kedalaman air tanah dangkal
Redoks untuk tanah berpirit
Redoks untuk tanah gambut
pH (H2O) 1 : 2,5
Daya Hantar Listrik/DHL
Jumlah mikroba

BAKU MUTU
KADAR MAKSIMUM

SATUAN
%
g/cm3
%

kg/cm2
%
%
ppm
ppm
ppm
S/cm

qCO2
SPK/g
SPK/g
%
g/cm3
%
kg/cmm2
%
%
ppm
ppm
ppm
S/cm

qCO2
SPK/g
SPK/g

> 0,1 - <1


1- <3
3 - <7
7-9
>9

Ton/ha/tahun
Ton/ha/tahun
Ton/ha/tahun
Ton/ha/tahun
Ton/ha/tahun

< 20
> 40
<18
>80
>1,4
<30 ; >70
< 0,7 ; > 8,0
< 4,5 ; > 8,5
> 4,0
< 200
< 102

cm
%
%
%
g/cm3
%
cm/jam
mS/cm
mV
cfu/g tanah

35

cm/5 tahun

10

%/5 tahun

<25 ;dengan pH 2,5

cm

>25
>-100
200
<40 ; >70
> 4,0
< 102

cm
mV
mV
mS/cm
cfu/g tanah

BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM

PEMANTAUAN / PELAPORAN
Wajib melakukan pemantauan untuk mencegah terjadinya
kebakaran hutan dan atau lahan di lokasi usahanya dan
melaporkan hasilnya secara berkala sekurang-kurangnya 6
(enam) bulan sekali yang dilengkapi dengan data penginderaan
jauh dari satelit kepada Gubernur/ Bupati/Walikota dengan
tembusan kepada instansi teknis dan instansi yang bertanggung
jawab.

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan tidak


menimbulkan dampak besardan penting terhadap tanah untuk
produksi biomassa wajib melakukan upaya pengelolaan
lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL),
untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatannya

menimbulkan dampak besardan penting terhadap tanah untuk


produksi biomassa wajib melakukan upaya pengelolaan
lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL),
untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatannya

Setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang


memanfaatkan hutan dan/atau lahan wajib melaporkan kegiatan
yang terkait dengan pencegahan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran
hutan dan/atau lahan kepada bupati/walikota dengan tembusan
kepada gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6
(enam) bulan.

PERATURAN PERUNDANGAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 04
Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan
atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan
dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan

Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentang


Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi
Biomassa

Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi


Biomassa

Peraturan Menteri Negara lingkungan Hidup No. 10


Tahun 2010 tentang Mekanisme Pencegahan
Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau
Lahan

Industri
Kimia Dasar

Kriteria

Parameter
SO2
( Sulfur Dioksida)
CO2
( Karbon Monoksida )
NO2
( Nitrogen Oksida )
O3
Oksida
HC
( Hidro Karbon )

Udara Ambien

PM10
( Partikel < 10 mm )
PM2,5 (*)
( Partikel < 2.5 mm )
TSP
( Debu )
Pb
( Timah Hitam )
Dustfall
( Debu Jatuh )
Total Fluorides (as F )
Flour Indeks
Khlorine & Khlorine Dioksida

Migas

Sulphat Indeks
Emisi Mesin Pembakaran Nitrogen Oksida (BBM)
Karbon Monoksida (BBM)
Dalam
570
Nitrogen Oksida (BBG)
KWth
Karbon Monoksida (BBG)
Total Partikulat (BBM)
Sulfur Dioksida (BBM)

Emisi Mesin Pembakaran


Dalam
> 570
KWth

Nitrogen Oksida (BBM)


Karbon Monoksida (BBM)

Total Partikulat (BBG)


Sulfur Dioksida (BBG)

Nitrogen Oksida (BBG)


Karbon Monoksida (BBG)

Total Partikulat (BBM)


Sulfur Dioksida (BBM)

Nitrogen Oksida (BBM)


Emisi Pembakaran Turbin
Opasitas (BBM)
Gas
Total Partikulat (BBG)
Sulfur Dioksida (BBG)

Emisi Pembakaran Turbin


Gas
Nitrogen Oksida (BBG)
Total Partikulat (BBM)
Emisi Proses Pembakaran
dari Ketel Uap (Boiler),
Pembangkit Uap (Steam
Generator), Pemanas
Proses (Process
Heater), Pengolahan
Panas (Heater Treater)

Sulfur Dioksida (BBM)

Nitrogen Oksida (BBM)


Opasitas (BBM)
Total Partikulat (BBM)
Sulfur Dioksida (BBM)

Nitrogen Oksida (BBM)


Opasitas (BBM)

Emisi Proses Pembakaran


dari Unit Suar Bakar

Opasitas
<2 ton/hari
2-10 ton/hari
Unit Penangkapan Sulfur
10-50 ton/hari
>50 ton/hari
Emisi Unit Oksidasi
Sulfur Dioksida
Thermal Sulfur
Emisi Unit Pelepasan
Dehidrasi Glicol

VOC sebagai
Total Petroleum
Hidrokarbon
Total Partikulat

Emisi Regenator Katalis Sulfur Dioksida


Unit Perengkahan
Nitrogen Oksida
Katalitik Alir
Hidrokarbon
Emisi Unit Pengolahan Partikulat
Ulang Sulfur Sistem Claus Kandungan Sulfur Tereduksi
Nitrogen Oksida
untuk
sistem yang tidak
dilengkapi dengan
Insinerator gas
Hidrokarbon
Partikulat
Emisi Unit Pengolahan Sulfur Dioksida
Ulang Sulfur Sistem Claus Nitrogen Oksida
untuk
system yang dilengkapi
dengan Insinerator gas
Hidrokarbon
Karbon Hitam

Pupuk

EMISI SUMBER TIDAK


BERGERAK BAGI
INDUSTRI
CARBON BLACK
(beroperasi <2012)

Sulfur Dioksida

EMISI SUMBER TIDAK


BERGERAK BAGI
INDUSTRI
CARBON BLACK
(beroperasi >2012)

Sulfur Dioksida

Emisi pabrik pupuk


Amonium Sulfat

Nitrogen Oksida
Total Partikulat
Nitrogen Oksida
Total Partikulat
Total partikel Drier Scrubber

Pupuk

Emisi pabrik pupuk


Amonium Sulfat

Amoniak Drier Scrubber


Ammoniak Saturator
Amoniak Exhaust Gas Scrubber
Sulfur dioksida Unit Asam Sulfat
Nitrogen dioksida Waste Heat
Boiler
Opasitas
Total partikel Power Boiler
Sulfur dioksida Power Boiler
Nitrogen dioksida Power Boiler
Opasitas Power Boiler

Emisi Pabrik Pupuk Urea

Nitrogen dioksida Primary


Reformer
Total Partikel Granulasi
Amoniak Granulasi
Nitrogen dioksida Waste Heat
Boiler
Opasitas
Total partikel Power Boiler
Sulfur dioksida Power Boiler

Nitrogen dioksida Power Boiler


Opasitas Power Boiler
Emisi Pabrik Pupuk Fosfat Total Partikel Ball Mill
Total Partikel unit reaksi
Fluor Unit Reaksi
Total Partikel Granulasi
Fluor Granulasi
Opasitas
Total partikel Power Boiler
Sulfur dioksida Power Boiler
Nitrogen dioksida Power Boiler
Opasitas Power Boiler
Emisi Pabrik Pupuk Asam
Fosfat dan Hasil Samping
Total Partikel Ball Mill
Fluor Fume Scrubber
Total partikel Aluminium Fluoride
Fluor Gas Scrubber
Sulfur dioksida
Total partikel Dust Scrubber
Fluor Dust Scrubber

Opasitas
Total partikel Power Boiler
Sulfur dioksida Power Boiler
Nitrogen dioksida Power Boiler
Opasitas Power Boiler
Emisi Pabrik Pupuk
Majemuk -NPK

Total partikel Scrubber


Fluor Scrubber
Amoniak Scrubber
Opasitas
Total partikel Power Boiler
Sulfur dioksida Power Boiler
Nitrogen dioksida Power Boiler
Opasitas Power Boiler

PLTU

Sulfur Dioksida (Bahan Bakar Batu Bara)

Nitrogen Oksida (Bahan Bakar


Batu Bara)
Total Partikulat (Bahan Bakar Batu
Bara)
Emisi Sumber Tidak
Bergerak (beroperasi
<2008)

Opasitas (Bahan Bakar Batu Bara)


Sulfur Dioksida (BBM)

Nitrogen Oksida (BBM)


Total Partikulat (BBM)
Opasitas (BBM)
Sulfur Dioksida (BBG)

Nitrogen Oksida (BBG)


Total Partikulat (BBG)
Sulfur Dioksida (BBM)

Emisi Sumber Tidak


Bergerak (beroperasi
2008)

Nitrogen Oksida (BBM)


Total Partikulat (BBM)
Opasitas (BBM)
Sulfur Dioksida (BBG)

Nitrogen Oksida (BBG)


Total Partikulat (BBG)
PLTGU

Sulfur Dioksida (BBM)

Emisi Sumber Tidak


Bergerak (beroperasi
<2008)

Nitrogen Oksida (BBM)


Total Partikulat (BBM)
Opasitas (BBM)
Sulfur Dioksida (BBG)

Nitrogen Oksida (BBG)


Total Partikulat (BBG)
Sulfur Dioksida (BBM)

Emisi Sumber Tidak


Bergerak (beroperasi
2008)

Nitrogen Oksida (BBM)


Total Partikulat (BBM)

Emisi Sumber Tidak


Bergerak (beroperasi
2008)

Opasitas (BBM)
Sulfur Dioksida (BBG)

Nitrogen Oksida (BBG)


Total Partikulat (BBG)
PLTD

Total Partikulat (BBM)

Emisi Sumber Tidak


Bergerak (beroperasi
<2008)

Karbon Monoksida (BBM)


Nitrogen Oksida (BBM)
Sulfur Dioksida (BBM)

Opasitas (BBM)
Total Partikulat (BBG)
Karbon Monoksida (BBG)
Nitrogen Oksida (BBG)
Sulfur Dioksida (BBG)

Total Partikulat (BBM)

Emisi Sumber Tidak


Bergerak (beroperasi
2008)

Karbon Monoksida (BBM)


Nitrogen Oksida (BBM)
Sulfur Dioksida (BBM)

Opasitas (BBM)
Total Partikulat (BBG)
Karbon Monoksida (BBG)
Nitrogen Oksida (BBG)
Sulfur Dioksida (BBG)

PLTP
General (kecuali
industri besi dan
baja, pulp dan
kertas, semen,
PLTU, pupuk,
Migas)

Hidrogen Sulfida
Amonia
Partikulat
Sulfur Dioksida
Emisi Sumber Tidak
Nitrogen Oksida
Bergerak Bagi Ketel Uap Hidrogen Klorida
dengan Bahan Bakar
Gas Klorin
Biomassa Serabut
Ammonia
dan/atau Cangkang
Hidrogen Florida
Opasitas
Emisi Sumber Tidak
Bergerak

Emisi Sumber Tidak


Partikulat
Bergerak Bagi Ketel Uap
Sulfur Dioksida
dengan Bahan Bakar
Biomassa Ampas
Nitrogen Oksida
dan/atau Daun Tebu
Kering
Opasitas
Partikulat
Sulfur Dioksida
Nitrogen Oksida
Hidrogen Klorida
Gas Klorin
Ammonia
Emisi Sumber Tidak
Hidrogen Florida
Bergerak Bagi Ketel Uap
Opasitas
dengan Bahan Bakar
Biomassa lainnya

Emisi Sumber Tidak


Bergerak Bagi Ketel Uap
dengan Bahan Bakar
Total Sulfur Tereduksi (H2S)
Biomassa lainnya
Air Raksa
Arsen
Antimon
Kadminum
Seng
Timah Hitam
Partikulat
Emisi Sumber Tidak
Bergerak Bagi Ketel Uap Sulfur Dioksida
dengan Bahan Bakar
Nitrogen Oksida
Batubara
Opasitas
Partikulat
Emisi Sumber Tidak
Sulfur Dioksida
Bergerak Bagi Ketel Uap
Nitrogen Oksida
dengan BBM
Opasitas
Emisi Sumber Tidak
Sulfur Dioksida
Bergerak Bagi Ketel Uap
dengan BBG
Nitrogen Oksida
GENERAL
INDUSTRI

Karbon monoksida (2 tak <2010)


Emisi Kendaraan
Bermotor dengan roda
kurang dari 4

Karbon monoksida (4 tak <2010)


Karbon monoksida (2 tak dan 4
tak 2010)
Hidrokarbon (2 tak <2010)
Hidrokarbon ( 4 tak)
Hidrokarbon (2 tak dan 4 tak
2010)
Karbon monoksida (bensin <2007)

Karbon monoksida (bensin 2007)


Hidrokarbon (bensin <2007)
Karbon monoksida Hidrokarbon
(bensin 2007)
Emisi kendaraan
bermotor dengan roda 4 Opasitas (diesel GVW 3,5 ton
atau lebih
<2010)
Opasitas (diesel GVW 3,5 ton
2010)
Opasitas (diesel GVW >3,5 ton
<2010)

GENERAL
INDUSTRI
Kebauan

Opasitas(diesel GVW >3,5 ton


2010)
Amoniak
Metil Merkaptan
Hidrogen Sulfida
Metil Sulfida
Stirena

GENERAL
INDUSTRI

Perumahan dan pemukiman


Perdagangan dan Jasa

Kebisingan

GENERAL
INDUSTRI

Perkantoran dan Perdagangan


Ruang Terbuka Hijau
Industri

Pemerintahan dan Fasilitas umum


Rekreasi
CO (L1)
HC +Nox (L1)
CO (L2)
HC +Nox (L2)
CO (L3 <150)
HC (L3 <150)
Nox (L3 <150)
Kendaraan Bermotor Tipe CO (L3 150)
Baru Kategori L Dengan
HC (L3 150)
Mode Test
Nox (L3 <150)
CO (L4 dan L5
HC
NOx
CO
HC
NOx
Kendaraan Bermotor
Tipe Baru Kategori M dan CO (M1, GVW(2) < 2,5 ton, tempat
duduk < 5, tidak termasuk tempat duduk
N berpenggerak motor
bakar cetus api berbahan pengemudi)
bakar bensin atau
Lpg/Cng dengan mode
HC + Nox (M1, GVW(2) < 2,5 ton,
test
tempat duduk < 5, tidak termasuk tempat
duduk pengemudi)
CO (Kelas I, RM (3) < 1250 kg)
HC + Nox (Kelas I, RM (3) < 1250 kg)
CO (Kelas II, 1250 kg < RM < 1700 kg)
HC + Nox (Kelas II, 1250 kg < RM < 1700
kg)
CO (Kelas III, RM > 1700 kg)
HC + Nox (Kelas III, RM > 1700 kg)
Kendaraan Bermotor Tipe
Baru Kategori L, M, N Dan
O Berpenggerak Motor
CO (L)
Bakar Cetus Api
Berbahan Bakar Bensin
Dengan Idle Test (Tipe II)

Kendaraan Bermotor Tipe


Baru Kategori L, M, N Dan
O Berpenggerak Motor
Bakar Cetus Api
Berbahan Bakar Bensin
Dengan Idle Test (Tipe II)
CO (M,N, dan O)
CO M1, GVW(2) < 2,5 ton,
tempat duduk < 5, tidak termasuk
tempat duduk pengemudi
HC + Nox M1, GVW(2) < 2,5 ton,
tempat duduk < 5, tidak termasuk
tempat duduk pengemudi
P M M1, GVW(2) < 2,5 ton,
tempat duduk < 5, tidak termasuk
Kendaraan Bermotor
Tipe Baru Kategori M tempat duduk pengemudi
CO Kelas I, RM (3) < 1250 kg
Dan N Berpenggerak
Motor Bakar Penyalaan
HC + Nox Kelas I, RM (3) < 1250
Kompresi (Diesel) Dengan kg
Mode Test
P M Kelas I, RM (3) < 1250 kg
CO Kelas II, 1250 kg < RM < 1700
kg
HC + Nox Kelas II, 1250 kg < RM
< 1700 kg
P M Kelas II, 1250 kg < RM < 1700
kg
CO Kelas III, RM > 1700 kg
HC + Nox Kelas III, RM > 1700 kg
P M Kelas III, RM > 1700 kg

Kendaraan Bermotor
Tipe Baru K Ategori M,
N, Dan O Berpenggerak
Motor Bakar Penyalaan
Kompresi (Diesel) Dengan
Mode Test

CO

HC
NOx
PM

Kendaraan Bermotor
Tipe Baru Kategori M,
N, Dan O
Berpenggerak Motor
Bakar Penyalaan
Kompresi Berbahan Bakar
Gas (Lpg/Cng) Dengan
CO
Mode Test

Berpenggerak Motor
Bakar Penyalaan
Kompresi Berbahan Bakar
Gas (Lpg/Cng) Dengan
Mode Test

HC
NOx

Waktu pengukuran
1 Jam
24 Jam
1 Thn
1 Jam
24 Jam
1 Jam
24 Jam
1 Thn
1 Jam
1 Tahun

Baku Mutu
Kadar minimum

Kadar maksimum
900
365
60
30.000
10.000
400
150
100
235
50

3 Jam

160

24 Jam

150

24 Jam
1 Tahun

65
15

24 Jam
1 Tahun

230
90

24 Jam
1 Tahun

2
1

30 hari
24 Jam
90 Tahun
30 hari
24 Jam
30 hari

10
10
3
0,5
40
150
1
1000
600
400
500
150
800
1000
600
50
150
400
500
100
650
450
20
50
150

320
150
1200
800
20
50
150
400
20

40
70
85
95
97
2600

95
4400
1500
1000
200
400
450
1000

200
400
1500
1000

200
54
12
2
45
10

1.5
250

250
300
250
1000
125
20
230
800
1000
20
700
250
300
125
20
230
800
1000
20
200
200
10
200
10
20
230
800
1000
20

200
10
200
10
1000
200
10

20
230
800
1000
20
200
10
250
20
230
800
1000
20
750
850
150
20
1500
800
150
20
150
400
50
1000
800
150
20
150
400
30
800
800
150
20
150
400
30
650
450
100

20
150
320
30
150
600
1000
800
20
30
500
400
150
120
540
1000
600
20
30
500
320
150
35
0.5
300
600
800
5
5
1
8
30
250
600
800
30
350
800
1000
5
10
0.5
10
30

35
5
8
8
8
50
12
230
750
825
20
200
700
700
15
150
650
4.5
5.5
4.5
12000
2400
2000
4.5
5.5
1200
200
70
0
70
50
2
0.002
0.02
0.01
0.1

55
70
65
50
70
60
70
1.0
1.2
3.5
1.2
5.5
1.2
0.3
5.5
1.0
0.3
7.0
1.5
0.4
2.0
1.0
0.65

2.2

0.5

2.2
0.5
4.0
0.6
5.0
0.7

4.5

3.5

0.7 (0.9)

0.08 (0.1)
1
0.7 (0.9)
0.08 (0.1)
1.25
1.0 (1.3)
0.12 (0.14)
1.5
1.2 (1.6)
0.17 (0.2)

4
1.1
7
0.15

1.1
7

PEMANTAUAN /
PELAPORAN

Satuan
g / Nm3
g / Nm3
g / Nm3
g / Nm3
g / Nm3
g / Nm3

setiap 5 tahun
g / Nm

g / Nm3
g / Nm3
Ton/km2/Bulan (Pemukiman)
Ton/km2/Bulan (Industri)
g / Nm3
g / 100 cm2
g / Nm3
mg SO3 / 100 cm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3

setiap 3 tahun

setiap 1 tahun

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan

mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan
%
%
%
%
%
mg/Nm3

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan
setiap 6 bulan

%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3

mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan

mg/Nm3
kg/Ton Bahan baku
kg/Ton Bahan baku
kg/Ton Bahan baku
kg/Ton Bahan baku
kg/Ton Bahan baku

kg/Ton Bahan baku


mg/Nm3

setiap 3 bulan

mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%

mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3

Setiap 6 bulan

%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3

setiap 6 bulan

mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan

%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
%
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/Nm3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
%

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan

mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3

setiap 6 bulan

setiap 6 bulan
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
mg/m3
%
mg/m3
mg/m3
mg/m3
%
mg/m3
mg/m3
%
%
%
ppm
ppm
ppm
%
setiap 5 tahun
%
ppm
ppm
%
%
%
%
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm

Setiap 3 bulan

dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km

gram/km

gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km

Setiap 3 bulan

Menteri melakukan
evaluasi penaatan
terhadap ambang batas
emisi gas buang
kendaraan bermotor tipe
baru paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.

gram/km

gram/km

gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km
gram/km

gram/kWh
gram/kWh
gram/kWh
gram/kWh

gram/kWh

gram/kWh
gram/kWh

Peraturan Perundangan
Peraturan Pemerintah No. 1
Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran
Udara

Peraturan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No 13 Tahun
2009 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan
Minyak dan Gas Bumi

Peraturan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No. 18
Tahun 2008 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Begerak
bagi Industri Karbon Black

Keputusan Menteri Lingkungan


Hidup No. 133 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Emisi
Kegiatan Industri Pupuk

Keputusan Menteri Lingkungan


Hidup No. 133 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Emisi
Kegiatan Industri Pupuk

Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup No. 21 Tahun 2008
tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan
Pembangkit Tenaga Listrik
Termal

Peraturan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No. 07
Tahun 2007 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Begerak
bagi Ketel Uap

Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup No. 05 Tahun 2006
tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang Kendaraan
Bermotor Lama

Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No. 50
Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan

Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No. 48
Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan

Peraturan Menteri Negara


Lingkungan Hidup Nomor 04
Tahun 2009 Tentang Ambang
Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor Tipe
Baru

INDUSTRI

KRITERIA

General industri

Pengumpul limbah B3

General industri

Pemanfaatan limbah B3

Penghasil limbah B3
Pengumpul limbah B3
Pengolah limbah B3
Penimbun limbah B3

Migas

Limbah pengolahan minyak bumi

Migas

Baku Mutu Limbah Cair Eksplorasi dan Produksi


Migas (<1996)

Baku Mutu Limbah Cair Eksplorasi dan Produksi


Migas (1996)

Baku Mutu Limbah Cair Eksplorasi dan Produksi


Migas (1996)

Baku Mutu Limbah Cair Eksplorasi dan Produksi


Panas bumi (1996)

Baku Mutu Limbah Cair Pengilangan Minyak Bumi


(<1996)

Baku Mutu Limbah Cair Pengilangan Minyak Bumi


(1996)

Baku Mutu Limbah Cair Pengilangan LNG dan LPG

Baku Mutu Limbah Cair Instalasi, Depot dan


Terminal Minyak

BAKU MUTU
PARAMETER

pH
TPH
Benzene
Toluene
Ethylbenzene
Xylene
Total PAH
Pb
As
Ba
Cd
Cr
Cu
Hg
Se
Zn
COD (darat)
Minyak dan lemak (darat)
Sulfida (darat)
Amonia (darat)
Phenol Total (darat)
Temperatur (darat)
pH (darat)
Minyak dan lemak (laut)
COD (darat)

KADAR MINIMUM

KADAR MAKSIMUM

6-9
10000
1
10
10
10
10
5
5
150
1
5
9-Jan
0.2
1
50
300
35
1
10
2
45
6-9
75
200

Minyak dan lemak (darat)


Sulfida (darat)
Amonia (darat)
Phenol Total (darat)
Temperatur (darat)
pH (darat)
Minyak dan lemak (laut)
Asam Sulfida
Amonia
Air Raksa
Arsen
Temperatur
pH
BOD5
COD
Minyak dan lemak
Sulfida
Amonia
Phenol Total
Temperatur
pH
Debit Limbah Maksimum
BOD5
COD
Minyak dan lemak
Sulfida
Amonia
Phenol Total
Temperatur
pH
Debit Limbah Maksimum
Minyak dan lemak
Air pendingin : Residual
Chlorine
Temperatur
pH
Minyak dan lemak
pH

25
0.5
5
2
40
6-9
50
1
10
0.005
0.5
45
5-9
100
200
25
1
10
1
45
6-9
1200
80
160
20
0.5
5
0.5
45
6-9
1000
25
2
45
6-9
25
6-9

BAKU MUTU
SATUAN

g / g
g / g
g / g
g / g
g / g
g / g
g / g
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
o
C
mg/L
mg/L

BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
o
C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
o
C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
o
C
m3 / m3 bahan baku
minyak
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
o
C
m3 / m3 bahan baku
minyak
mg/L
mg/L
C

mg/L

120 gram/m3
240 gram/m3
30 gram/m3
1,2 gram/m3
12 gram/m3
1,2 gram/m3

80 gram/m3
160 gram/m3
20 gram/m3
0,5 gram/m3
5 gram/m3
0,5 gram/m3

PEMANTAUAN/PELAPORAN
Laporan kegiatan pemanfaatan dan neraca limbah b3 paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan kepada Menteri,
gubernur, bupati/walikota.
1 (satu) kali dalam enam bulan kepada instansi yang
bertanggung jawab dengan tembusan kepada instansi yang
terkait dan Bupati/Walikotamdya Kepala Daerah Tingkat II yang
bersangkutan.
1 (satu) kali dalam enam bulan kepada instansi yang
bertanggung jawab.
1 (satu) kali dalam enam bulan kepada instansi yang
bertanggung jawab.
1 (satu) kali dalam enam bulan kepada instansi yang
bertanggung jawab.
1 (satu) kali dalam enam bulan kepada instansi yang
bertanggung jawab dengan tembusan kepada instansi yang
terkait dan Bupati/Walikotamdya Kepala Daerah Tingkat II yang
bersangkutan
Hasil analisis terhadap proses pengolahan biologis dan
pemantauan terhadap bahan hasil pengolahan dilaporkan
kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan tembusan
kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang lingkungan
hidup Propinsi, Kabupaten/Kota atau instansi lain yang terkait
minimum 6 (enam) bulan sekali.

Memeriksa kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair


sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini secara
periodik sekurang kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
Menyampaikan laporan tentang pencatatan debit harian khusus
kegiatan Pengilangan Migas dan kadar parameter Baku Mutu
Limbah Cair sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada
Gubernur, Kepala Bapedal, Menteri dan instansi teknis serta
pihak lain yang dipandang perlu.

PERATURAN PERUNDANGAN
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
02 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 128


Tahun 2003 tentang Tata Cara Persaratan Teknis
Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42


Tahun 1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi

INDUSTRI

KRITERIA

BAKU MUTU
PARAMETER

Kerusakan Tinggi
Kerusakan Padang
Lamun
Kerusakan Sedang
Kerusakan Rendah
Rusak (Buruk)
Rusak (Sedang)
Kerusakan
Terumbu Karang Baik
Baik Sekali

Kerusakan
Mangrove

Penutupan Sangat Padat


Penutupan Sedang
Penutupan Jarang
Kerapatan pohon sangat
padat
Kerapatan pohon sedang
Kerapatan pohon jarang

KADAR MINIMUM

U MUTU
KADAR MAKSIMUM

SATUAN

50

30 - 49,9
29,9
0-24,9
25-49,9
50-74,9
75-100

%
%
%
%
%
%

>75
>50 - >75
<50

%
%
%

PEMANTAUAN/PELAPOR
AN

Setiap 5 tahun

Setiap 1 tahun

Setiap 5 tahun
1500
1000 - < 1500
<1000

pohon/ha
pohon/ha
pohon/ha

PERATURAN PERUNDANGAN
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 200
Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan
dan Pedoman Penentuan Status Padang
Lamun
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
Tahun 2001 tentang Kriteria baku Kerusakan
Terumbu Karang
Keputusan Menteri Lingkungan Hiduo No, 201
Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan
Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove

Anda mungkin juga menyukai