PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap
seseorang
sesuai
kedudukan
dalam
sistem,
dimana
dapat
dipengartuhi oleh keadaan sosial baik dari profesi maupun diluar profesi
keperawatan yang bersifat konstan.
Setiap
mahluk
hidup
membutuhkan
makanan
untuk
mempertahankan
Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang peran perawat
dalam pelaksanaan diet pasien dengan tindakan pemberian makan
dengan Ibu lanjut usia.
2. Tujuan Khusus
- Agar memenuhi tugas mata ajarangizi.
- Agar lebih memahami dan menambah wawasan tentang peran perawat
dalam pelaksanaan diet pasien dengan tindakan pemberian makan
dengan Ibu lanjut usia.
C. Ruang Lingkup
Sebagai penyusunan makalah ini, kami membatasi ruang lingkup masalah
hanya pada satu kasus yaitu mengenai peran perawat dalam pelaksanaan diet
pasien dengan tindakan pemberian makan dengan Ibu lanjut usia
D. Metode Penulisan
1.
Studi Perpustakaan
Sumber-sumber yang berhubungan dengan peran perawat dalam
pelaksanaan diet pasien dengan tindakan pemberian makan dengan Ibu
lanjut usia
2.
Browsing Internet
Dengan keywords yang terkait peran perawat dalam pelaksanaan diet
pasien dengan tindakan pemberian makan dengan Ibu lanjut usia
E. Sistem Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, terdiri dari Kata Pengantar kemudian Daftar
Isi, kemudian dilanjutkan BAB I yang terdiri dari pendahuluan, yaitu terdiri
dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Pada BAB II diisi oleh tinjauan teoritis yang
mencakupperan perawat dalam pelaksanaan diet pasien dengan tindakan
pemberian makan dengan Ibu lanjut usia. Pada BAB III yang terdiri dari
Pembahasan . Dilanjutkan pada BAB IV yaitu kesimpulan dan penutup
dan Ditutup oleh daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
yang
diberikan
kepada
pasien,
juga
dapat
berperan
pelayanan
kesehatan
dari
tim
kesehatan
sehingga
Keperawatan
Sebagai peneliti dan pengembangan di bidang keperawatan, perawat
diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip
dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
Penelitian di dalam bidang keperawatan berperan dalam mengurangi
kesenjangan penguasaan teknologi di bidang kesehatan, karena temuan
penelitian lebih memungkinkan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, selain itu penting dalam memperkokoh upaya menetapkan dan
memajukan profesi keperawatan.
B. Faktor yang mepengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia
dari
vitamin
yaitu
untuk
mempercepat
metabolisme,
Contoh makanan yang tinggi kalsium adalah susu, ikan yang dimakan
dengan tulangnya , sayuran hijau, kedelai dan rumput laut.
Lansia hendaknya minum 6-8 gelas sehari mengingat fungsi ginjal
menurun dan melancarkan BAB.Lansia hendaknya mengurangi natrium
dengan cara membatasi garam dapur.
6. Serat
Serat tidak dapat dicerna, maka serat tidak mengandung gizi tetapi
tetap dibutuhkan untuk mencegah sembelit, wasir, kanker usus, penyakit
jantung dan kegemukan bilakekurangan serat.Serat terbagi menjadi 2
jenis yaitu larut dalam air yang berfungsi mengikat kolesterol dan tidak
larut dalam air yang berfungsi melancarkan BAB.
E.
3. Pengobatan
Pertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat. Pada
dasarnya, pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan
meningkatkan kualitas hidup, tetapi di lain pihak pengobatan pun dapat
mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia, efek ini timbul karena obatobatan tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat gizi. Oleh
karena itu bagi lansia yang harus menggunakan beberapa jenis obat
dianjurkan untuk selalu mengkonsultasikan kepada dokter mengenai
kemungkinan terjadinya efek samping obat yang sedaang dan akan
digunakan selain itu pasien juga dianjurkan untuk meminta saran dari dokter
atau ahli gizi tentang pilihan makanan yang sebaiknya dikonsumsi.
5. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang
penyakit. Penyakit-penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi buruk
misalnya penderita diabetes mellitus umumnya mempunyai berat badan
dibawah normal, hal tersebut disebabkan karena karena defisiensi insulin
kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat diserap tubuh
untuk diubah menjadi glukogen (energi), dengan demikian untuk memenuhi
kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak (lipolisis) dan protein
(proteolisis) untuk dijadikan sumber energi. Jika kondisi ini terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein di dalam
tubuh berkurang. Akibatnya berat badan akan menurun.
lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi
dicincang/digiling)
4. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi
seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit
hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan
kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak
lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan
lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia
harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah
digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
5. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur,
vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung
garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia
harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ?
Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan
terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya
terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang,
terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih
kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan
meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan
kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai
ukuran, karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum
lansia akan terasa asin sekali.
6. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan
buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering
mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan
mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan
melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan
dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi
sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi
suplemen makanan.
7. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.
Kebutuhan air yakni 1500 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat
besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya
penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air
juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh
kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga
berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
Waktu Makan
Pagi
Pukul 10.00
Siang
Snack/buah
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
25 gr tempe/kacang-kacangan
150 gr sayuran
1 ptg buah
Pukul 17.00
Malam
Snack/ buah
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr tahu
150 gr sayuran
1 ptg buah
BAB III
PEMBAHASAN
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan
pemerintah khususnya Dinas social dan tenaga kesehatan. Perubahan
perubahan kecil dalam keadaan seorang lansia untuk melaksanakan aktivitas
sehari hari dan perubahan kemampuan seseorang pemberi asuhan
keperawatan yang memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan
untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek aspek lain dari kondisi
klien lansia.
Berkaitan dengan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa
konsekuensi
terjadinya
penurunan
tingkat
aktivitas
dan
metabolisme basal tubuh yang dialami oleh para lansia/proses dalam tubuh
lansia.
Namun kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal
ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung
sangat cepat. Misalnya sebagian besar lansia wanita membutuhkan asupan
mineral kalsium sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk memperlambat proses
kerusakan tulang. Di lain pihak, kebutuhan kalori justru mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan ini berhubungan dengan
rendahnya aktivitas fisik dan metabolisme basal tubuh (Metabolisme : proses
kimiawi dalam tubuh untuk melaksanakan berbagai fungsi pentingnya).
Sehingga jika bertambahnya usia tidak diimbangi dengan penurunan asupan
kalori maka akan terjadi obesitas atau kegemukan, kemungkinan besar tidak
dapat dihindari. Perawat harus bisa mengatur cara makanan bagi lansia
dengan cara memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan
energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 510%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang,
kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral
sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA
(Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan). Menu yang disajikan untuk lansia
harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi,
sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.
Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi
dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh :
gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus
lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi
dicincang/digiling). Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan
berlemak tinggi seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan,
kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan,
santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan
lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi
jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak.
Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah
digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau menghindari makanan
yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging
kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur
misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Lansia harus menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi hal ini dikarenakan
pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan tadi
bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di
dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi.
Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk
rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan
meningkatkan tekanan darah pada lansia. Kita perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena
bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa
asin sekali.
Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan
buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering
mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan
mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan
buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan
kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan
buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.
Kebutuhan air yakni 1500 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat
besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya
penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air
juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh
kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga
berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air. bagi para lansia memang
mengalami banyak kemunduran namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu
optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut dengan
menjaga kesehatan.
Ada pepatah mengatakan bahwa Kesehatan tidak berarti segala-galanya,
tetapi tanpa kesehatan segalanya tidak berarti, maksudnya orang yang sehat
belum tentu hidupnya makmur, kaya raya, segala keinginannya dapat
terpenuhi, namun orang sehat bisa saja orang yang sederhana atau biasa
saja. Akan tetapi kesehatan itu adalah milik kita yang paling berharga, karena
bila kita sakit kita tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak bisa menikmati
dengan baik apa yang kita miliki. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga,
merawat, memelihara dan menyayangi kesehatan. makanan untuk menjaga
kesehatan, lansia perlu : Olah raga yang teratur dan sesuai, Istirahat, tidur
yang cukup, Menjaga kebersihan, Memeriksakan kesehatan secara teratur,
Mental dan batin tenang dan seimbang, dan Rekreasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa peran perawat sangatlah penting dalam
pengawasan diet dan pemberian makanan pada Ibu lanjut usia.
Dengan mengatur kebutuhan diet makanan pada Ibu lanjut usia dapat
mempermudah proses pencernaan karena pada usia tersebut sangatlah rentan
terkena
penyakit
konstipati
dan
mengurangi
resiko
penyakit
yang
pola diet yang dianjurkan. Dan menjaga kesehatan dengan berolah raga,
istirahat yang cukup, kurangi aktifitas yang berat dan rekreasi.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya baik dari segi isi maupun teknis penulisannya.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan dalam penulisan makalah ini dan kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, khususnya mata
kuliah.
DAFTAR PUSTAKA
Melfiawati. Terapi diet dan nutrisi. 1997. jakarta:Hipokrates
Santoso, Hana. Memahami krisis lanjut usia.2000.jakarta:Agramedia
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/gizi-pada-lansia
http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/527-kebutuhan-nutrisi-pada-lansia
http://id.scribd.com/doc/31812812/Kebutuhan-Gizi-Pada-Lanjut-Usia
http://radioharmonifm.com/home/gizi-tepat-untuk-lansia/
http://endramaulana.com/nutrisi-pada-lansia.html
http://episentrum.com/search/karakteristik-dan-pengertian-gizi-untuklansia.html