Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap

seseorang

sesuai

kedudukan

dalam

sistem,

dimana

dapat

dipengartuhi oleh keadaan sosial baik dari profesi maupun diluar profesi
keperawatan yang bersifat konstan.
Setiap

mahluk

hidup

membutuhkan

makanan

untuk

mempertahankan

kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan


tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan
kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh
sehingga dapat memperpanjang usia.
B.

Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang peran perawat
dalam pelaksanaan diet pasien dengan tindakan pemberian makan
dengan Ibu lanjut usia.
2. Tujuan Khusus
- Agar memenuhi tugas mata ajarangizi.
- Agar lebih memahami dan menambah wawasan tentang peran perawat
dalam pelaksanaan diet pasien dengan tindakan pemberian makan
dengan Ibu lanjut usia.

C. Ruang Lingkup
Sebagai penyusunan makalah ini, kami membatasi ruang lingkup masalah
hanya pada satu kasus yaitu mengenai peran perawat dalam pelaksanaan diet
pasien dengan tindakan pemberian makan dengan Ibu lanjut usia
D. Metode Penulisan
1.

Studi Perpustakaan
Sumber-sumber yang berhubungan dengan peran perawat dalam
pelaksanaan diet pasien dengan tindakan pemberian makan dengan Ibu
lanjut usia

2.

Browsing Internet
Dengan keywords yang terkait peran perawat dalam pelaksanaan diet
pasien dengan tindakan pemberian makan dengan Ibu lanjut usia

E. Sistem Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, terdiri dari Kata Pengantar kemudian Daftar
Isi, kemudian dilanjutkan BAB I yang terdiri dari pendahuluan, yaitu terdiri
dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Pada BAB II diisi oleh tinjauan teoritis yang
mencakupperan perawat dalam pelaksanaan diet pasien dengan tindakan
pemberian makan dengan Ibu lanjut usia. Pada BAB III yang terdiri dari
Pembahasan . Dilanjutkan pada BAB IV yaitu kesimpulan dan penutup
dan Ditutup oleh daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

Pengertian Peran perawat


Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem, dimana dapat


dipengartuhi oleh keadaan sosial baik dari profesi maupun diluar profesi
keperawatan yang bersifat konstan. Adapun Peran perawat menurut
konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
a. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhann dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
b. Peran Perawat sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan

yang

diberikan

kepada

pasien,

juga

dapat

berperan

mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas


pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran Perawat sebagai Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.

d. Peran Perawat sebagai koordinator


Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi

pelayanan

kesehatan

dari

tim

kesehatan

sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan


kebutuhan klien.
e. Peran Perawat sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f.

Peran Perawat sebagai Konsultan


Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan.Pertan ini dilakukan atas permintaan


klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g. Peran Perawat sebagai Pembaharuan
Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
Selain peran perawat berdasarkan konsirsium ilmu kesehatan, terdapat
pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983,
yang membagi empat peran perawat:
a) Peran Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga, dan masyarakat, dengan metoda pendekatan pemecahan
masalah yang disebut proses keperawatan.

b) Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Keperawatan


Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di
bawah tanggung jawabnya.Peran ini berupa penyuluhan kepada klien,
maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.
c) Peran Perawat sebagai Pengelola pelayanan Keperawatan
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan
manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan.Sebagai
pengelola, perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas asuhan
atau pelayanan keperawatan serta mengorganisasikan dan mengendalikan
sistem pelayanan keperawatan.Secara umum, pengetahuan perawat tentang
fungsi, posisi, lingkup kewenangan, dan tanggung jawab sebagai pelaksana
belum maksimal.
d)

Peran Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang pelayanan

Keperawatan
Sebagai peneliti dan pengembangan di bidang keperawatan, perawat
diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip
dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
Penelitian di dalam bidang keperawatan berperan dalam mengurangi
kesenjangan penguasaan teknologi di bidang kesehatan, karena temuan
penelitian lebih memungkinkan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, selain itu penting dalam memperkokoh upaya menetapkan dan
memajukan profesi keperawatan.
B. Faktor yang mepengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia

Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi


atau ompong.

Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan


terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.

Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.

Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya


menimbulkan konstipasi.

Penyerapan makanan di usus menurun.

C. Masalah Gizi pada Lansia


1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar.Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan
berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena
berkurangnya aktivitas fisik.Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun
disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya :
penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi
dan juga karena gangguan penyakit.Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari
yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal
ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan
sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap
penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan

berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan


tidak bersemangat.

D. Kandungan Gizi Yang Diperlukan Lansia


1. Karbohidrat
Fungsi karbohidrat adalah penyedia energi. Pada lansia konsumsi
gula dibatasi karena gula tidak mengandung gizi kecuali zat tenaga.
Sedangkan pada lansia konsumsi zat- zat gizi lain seperti vitamin, protein
dan mineral diutamakan untuk mencegah proses penurunan fungsi tubuh
dan gula cepat diserap (absorpsi) sehingga mengakibatkan perubahan
kadar gula darah dan memungkinkan terjadinya obesitas (kegemukan)
dan diabetes.
Makanan mengandung karbohidrat yang boleh dikonsumsi adalah
beras, kentang, singkong, terigu, gula yang diolah tanpa garam seperti
macaroni, mie, biscuit dan makanan yang sebaiknya dihindari seperti roti,
biscuit dan kue yang dimasak dengan garam dapur.
2. Protein
Fungsi dari protein sebagai zat pembangun dari sel tubuh.Pada lansia
sebaiknya memilih daging unggas-unggasan daripada daging sapi atau
kambing dan hendaknya tidak makan lebih dari 2 potong daging
perharinya.Makanan yang boleh dikonsumsi seperti daging, ikan telur dan
susu, semua kacang-kacangan dan sayuran.Makanan yang sebaiknya
dihindari ikan asin, keju, kornet, ebi, telur asam, pindang, dendeng,
udang, kacang tanah dan sayuran yang dimasak/ diawetkan dengan
garam dapur.
3. Lemak
Lemak berfungsi sebagai pelarut vitamin A,D,E dan K, membentuk
tekstur makanan dan memberi rasa kenyang yang lama. Lemak juga

berfungsi sebagai cadangan energi.Pada lansia lemak sebaiknya


dibatasi , mengingat:

a.Berkurangnya aktifitas tubuh sehingga kebutuhan energi juga menurun.


b.Berkurangnya produksi enzim mengakibatkan pencernaan lemak tidak
sempurna, sehingga membebani usus dan lambung yang akan
mengakibatkan gangguan pada usus.
c.Lemak dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi memicu
penyakit jantung dan pembuluh darah.
d.Kelebihan lemak akan disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk
timbunan lemak yang menyebabkan kegemukan.
e. Cenderung mengakibatkan kanker usus.
f. Makanan yang boleh seperti minyak margarine dan mentega tanpa
garam.
g. Makanan yang yang sebaiknya dihindarimargarine dan mentega biasa
4. Vitamin
Fungsi

dari

vitamin

yaitu

untuk

mempercepat

metabolisme,

mempertahankan fungsi jaringan tubuh dan mempengaruhi pertumbuhan


dan pembentukan jaringan.Pada lansia, vitamin sangat penting, terutama
vitamin B1 agar tubuh selalu bugar. Contoh makanan: beras merah.
Makanan yang boleh dikonsumsi yaitu semua buah yang tidak
diawetkan dengan garam/ soda.Makanan yang sebaiknya dihindari
durian, buah-buahan yang diawetkan dengan garam, dan soda, kopi dan
coklat.
5. Mineral dan Air
Fungsi dari mineral yaitu pembentukan jaringan tubuh, memelihara
keseimbangan asam basa dll.Pada lansia, kalsium sangat penting karena,
terutama lansia wanita mudah terjadi osteoporosis akibat menopause.

Contoh makanan yang tinggi kalsium adalah susu, ikan yang dimakan
dengan tulangnya , sayuran hijau, kedelai dan rumput laut.
Lansia hendaknya minum 6-8 gelas sehari mengingat fungsi ginjal
menurun dan melancarkan BAB.Lansia hendaknya mengurangi natrium
dengan cara membatasi garam dapur.

6. Serat
Serat tidak dapat dicerna, maka serat tidak mengandung gizi tetapi
tetap dibutuhkan untuk mencegah sembelit, wasir, kanker usus, penyakit
jantung dan kegemukan bilakekurangan serat.Serat terbagi menjadi 2
jenis yaitu larut dalam air yang berfungsi mengikat kolesterol dan tidak
larut dalam air yang berfungsi melancarkan BAB.
E.

Perubahan Pada Lansia


Pada Lansia akan mengalami perubahan biologis, kemunduran
biologis dan kemunduran kemampuan kognitif.
Pada masa lansia, terjadi perubahan biologis yaitu :
1. Perubahan Hormon
Perubahan hormon dimana produksi estrogen dan progesteron
menurun sehingga mengakibatkan :

Kemampuan reproduksi pada wanita menurun dan akhirnya tidak ada


(menopouse)

Indung telur mengalami atrofi

Hormon tidak seimbang

Proses metabolisme tubuh terganggu

Perubahan psikis dan fisik

2. Perubahan Jaringan Tulang


Dimana lansia mengalami osteoporosis, diperkirakan karena Ca
(Kalsium) kurang.
3. Perubahan Proporsi Jaringan Lemak

dimana pada lansia jaringan lemak lebih banyak daripada jaringan


otot sehingga cenderung mengalami kegemukan
4. Perubahan Susunan Syaraf dan Penurunan Panca Indera, misalnya
pendengaran dan penglihatan berkurang.
5. Penurunan Elastisitas Kulit dimana kulit menjadi keriput
6. Perubahan Pembuluh Darah yakni elastisitas menurun dan terjadi penebalan
dinding yang mengakibatkan lansia mudah menderita hipertensi
7. Perubahan Fungsi Gastrointestinal yang mempengaruhi proses penyerapan
dan pencernaan.
Kemunduran biologis ini nampak sebagai gejala fisik antara lain :
1. Kulit mengendur
2. Wajah mulai keriput
3. Rambut mulai beruban
4. Gigi mulai ompong
5. Penglihatan dan pendengaran menurun
6. Cepat dan mudah lelah
7. Gerakan lamban dan kelincahan berkurang
8. Tubuh tidak ramping lagi karena terjadi timbunan lemak, biasanya di bagian
perut dan pinggul
Sedangkan kemunduran kemampuan kognitif biasanya dirasakan
oleh orang yang bersangkutan maupun orang yang berhubungan dengannya.
Pada beberapa lansia terkadang penampilan secara fisik belum terlalu tua,
misalnya rambut masih hitam, gigi belum ompong, kulit agak kencang namun
terjadi kemunduran kemampuan kognitif seperti :

1. Ingatan kurang berfungsi dengan baik, pelupa


2. Tidak mudah menerima ide-ide baru.
3. Orientasi umum dengan persepsi terhadap waktu dan tempat berkurang atau
pelupa.
F. Kebutuhan Gizi Pada Lansia
Secara umum, kebutuhan gizi para lansia sedikit lebih rendah
dibandingkan kebutuhan gizi di usia dewasa. Kondisi ini merupakan
konsekuensi terjadinya penurunan tingkat aktivitas dan metabolisme basal
tubuh para lansia/proses dalam tubuh lansia.
Namun kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami
peningkatan, hal ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan)
yang berlangsung sangat cepat. Misalnya sebagian besar lansia wanita
membutuhkan asupan mineral kalsium sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk
memperlambat proses kerusakan tulang. Di lain pihak, kebutuhan kalori
justru mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan
ini berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik dan metabolisme basal
tubuh (Metabolisme : proses kimiawi dalam tubuh untuk melaksanakan
berbagai fungsi pentingnya). Sehingga jika bertambahnya usia tidak
diimbangi dengan penurunan asupan kalori maka terjadinya obesitas atau
kegemukan, kemungkinan besar tidak dapat dihindari.
Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda.Hal ini
tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, dan tinggi rendahnya
tingkat aktivitas fisik seseorang.Di samping itu, angka kecukupan gizi untuk
pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan
komposisi tubuh.
Beberapa sumber yang menyebutkan faktor-faktor yang terkait
dengan kebutuhan gizi lansia yaitu :
1. Aktivitas Fisik

Pada umumnya, para lansia akan mengalami penurunan aktivitas


fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat
menyebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan
membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan fisik. Penurunan aktivitas
fisik pada lansia harus diimbangi dengan penurunan asupan kalori, hal
tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif.
2. Kemunduran Biologis
Seperti yang sudah saya uraikan tadi bahwa memasuki usia senja,
sesorang akan mengalami beberapa perubahan, baik secara fisik maupun
biologis, misalnya tanggalnya gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang,
keropos tulang, rambut beruban, pikun, depresi, sensitivitas indera
berkurang, metabolisme basal tubuh berkurang, dan kurang lancarnya
proses pencernaan. Oleh karena itu asupan gizi untuk lansia harus
disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organ tubuh lansia
sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal.

3. Pengobatan
Pertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat. Pada
dasarnya, pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan
meningkatkan kualitas hidup, tetapi di lain pihak pengobatan pun dapat
mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia, efek ini timbul karena obatobatan tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat gizi. Oleh
karena itu bagi lansia yang harus menggunakan beberapa jenis obat
dianjurkan untuk selalu mengkonsultasikan kepada dokter mengenai
kemungkinan terjadinya efek samping obat yang sedaang dan akan
digunakan selain itu pasien juga dianjurkan untuk meminta saran dari dokter
atau ahli gizi tentang pilihan makanan yang sebaiknya dikonsumsi.

4. Depresi dan Kondisi Mental


Depresi hampir dialami 12 14% populasi lansia.Perubahan
lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian, dan berkurangnya
aktivitas menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi dan kurang

bersemangat.Akibatnya, selera makan terganggu sehingga secara tidak


langsung dapat memicu terjadinya status gizi buruk.

5. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang
penyakit. Penyakit-penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi buruk
misalnya penderita diabetes mellitus umumnya mempunyai berat badan
dibawah normal, hal tersebut disebabkan karena karena defisiensi insulin
kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat diserap tubuh
untuk diubah menjadi glukogen (energi), dengan demikian untuk memenuhi
kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak (lipolisis) dan protein
(proteolisis) untuk dijadikan sumber energi. Jika kondisi ini terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein di dalam
tubuh berkurang. Akibatnya berat badan akan menurun.

G. Aturan makan pada lansia


1. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan
energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 510%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang,
kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral
sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA
(Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)
2. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang
yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber
zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat
lima sempurna.
3. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi
dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh :
gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus

lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi
dicincang/digiling)
4. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi
seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit
hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan
kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak
lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan
lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia
harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah
digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
5. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur,
vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung
garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia
harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ?
Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan
terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya
terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang,
terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih
kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan
meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan
kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai
ukuran, karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum
lansia akan terasa asin sekali.
6. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan
buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering
mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan

mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan
melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan
dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi
sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi
suplemen makanan.
7. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.
Kebutuhan air yakni 1500 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat
besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya
penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air
juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh
kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga
berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.

Jadwal Pemberian makan ibu lansia


Contoh Menu Lansia Dalam 1 Hari

Waktu Makan
Pagi

Wanita (1850 kal)


1 gls nasi/ pengganti
1 btr telur
100 gr sayuran
1 gls susu skim

Pukul 10.00
Siang

Snack/buah
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas

25 gr tempe/kacang-kacangan
150 gr sayuran
1 ptg buah
Pukul 17.00
Malam

Snack/ buah
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr tahu
150 gr sayuran
1 ptg buah

H. Macam Penyakit Pada Lansia


PENYAKIT JANTUNG
ARTRITIS
HIPERTENSI
KETULIAN
DIABETES
KESEPIAN

BAB III
PEMBAHASAN
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan
pemerintah khususnya Dinas social dan tenaga kesehatan. Perubahan
perubahan kecil dalam keadaan seorang lansia untuk melaksanakan aktivitas
sehari hari dan perubahan kemampuan seseorang pemberi asuhan
keperawatan yang memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan
untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek aspek lain dari kondisi
klien lansia.
Berkaitan dengan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa

perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik dengan asuahan


kebutuhan gizi pada ibu lansia. Secara umum, kebutuhan gizi para lansia
sedikit lebih rendah dibandingkan kebutuhan gizi di usia dewasa. Kondisi ini
merupakan

konsekuensi

terjadinya

penurunan

tingkat

aktivitas

dan

metabolisme basal tubuh yang dialami oleh para lansia/proses dalam tubuh
lansia.
Namun kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal
ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung
sangat cepat. Misalnya sebagian besar lansia wanita membutuhkan asupan
mineral kalsium sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk memperlambat proses
kerusakan tulang. Di lain pihak, kebutuhan kalori justru mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan ini berhubungan dengan
rendahnya aktivitas fisik dan metabolisme basal tubuh (Metabolisme : proses
kimiawi dalam tubuh untuk melaksanakan berbagai fungsi pentingnya).
Sehingga jika bertambahnya usia tidak diimbangi dengan penurunan asupan
kalori maka akan terjadi obesitas atau kegemukan, kemungkinan besar tidak
dapat dihindari. Perawat harus bisa mengatur cara makanan bagi lansia
dengan cara memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan
energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 510%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang,
kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral
sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA
(Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan). Menu yang disajikan untuk lansia
harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi,
sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.
Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi
dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh :
gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus
lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi
dicincang/digiling). Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan
berlemak tinggi seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan,

kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan,
santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan
lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi
jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak.
Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah
digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau menghindari makanan
yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging
kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur
misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Lansia harus menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi hal ini dikarenakan
pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan tadi
bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di
dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi.
Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk
rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan
meningkatkan tekanan darah pada lansia. Kita perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena
bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa
asin sekali.
Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan
buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering
mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan
mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan
buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan
kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan
buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.

Kebutuhan air yakni 1500 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat
besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya
penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air
juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh
kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga
berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air. bagi para lansia memang
mengalami banyak kemunduran namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu
optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut dengan
menjaga kesehatan.
Ada pepatah mengatakan bahwa Kesehatan tidak berarti segala-galanya,
tetapi tanpa kesehatan segalanya tidak berarti, maksudnya orang yang sehat
belum tentu hidupnya makmur, kaya raya, segala keinginannya dapat
terpenuhi, namun orang sehat bisa saja orang yang sederhana atau biasa
saja. Akan tetapi kesehatan itu adalah milik kita yang paling berharga, karena
bila kita sakit kita tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak bisa menikmati
dengan baik apa yang kita miliki. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga,
merawat, memelihara dan menyayangi kesehatan. makanan untuk menjaga
kesehatan, lansia perlu : Olah raga yang teratur dan sesuai, Istirahat, tidur
yang cukup, Menjaga kebersihan, Memeriksakan kesehatan secara teratur,
Mental dan batin tenang dan seimbang, dan Rekreasi.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa peran perawat sangatlah penting dalam
pengawasan diet dan pemberian makanan pada Ibu lanjut usia.
Dengan mengatur kebutuhan diet makanan pada Ibu lanjut usia dapat
mempermudah proses pencernaan karena pada usia tersebut sangatlah rentan
terkena

penyakit

konstipati

dan

mengurangi

resiko

penyakit

yang

membahayakan. Dari pendidikan yang telah diberikan perawat seharusnya ibu


lansia dapat juga mengaplikasikan setiap kebutuhan dietnya dengan menaati

pola diet yang dianjurkan. Dan menjaga kesehatan dengan berolah raga,
istirahat yang cukup, kurangi aktifitas yang berat dan rekreasi.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya baik dari segi isi maupun teknis penulisannya.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan dalam penulisan makalah ini dan kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, khususnya mata
kuliah.

DAFTAR PUSTAKA
Melfiawati. Terapi diet dan nutrisi. 1997. jakarta:Hipokrates
Santoso, Hana. Memahami krisis lanjut usia.2000.jakarta:Agramedia
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/gizi-pada-lansia
http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/527-kebutuhan-nutrisi-pada-lansia
http://id.scribd.com/doc/31812812/Kebutuhan-Gizi-Pada-Lanjut-Usia
http://radioharmonifm.com/home/gizi-tepat-untuk-lansia/
http://endramaulana.com/nutrisi-pada-lansia.html
http://episentrum.com/search/karakteristik-dan-pengertian-gizi-untuklansia.html

Anda mungkin juga menyukai