Anda di halaman 1dari 26

PENDEKATAN KONSEP SISTEM DALAM PELAYANAN

KESEHATAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengertian Konsep Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering
dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana
suatu model matematika seringkali bisa dibuat.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang
berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum
misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen
kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu
negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada
dinegara tersebut.
Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam
forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan
pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian
yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki
hubungan di antara mereka.

B. Komponen Sistem
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu tujuan, masukan,
proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta
lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah
sistem :
1. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan
inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem
menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan
sistem yang lain berbeda.
2. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan
selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang
berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang
berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah
informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).
3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari
masukan menjadi keluaran yang berguna dan lbih bernilai, misalnya berupa
informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya
saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan
mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
4. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi,
keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
5. Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di
luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau
kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan
dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong
dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana
dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi
sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham
ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan
umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk
mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur
agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
7. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa
berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau
menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus
ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem,
sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu
terhadap kelangsungan hidup sistem.

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu


mempunyai :
a. Komponen (components)
Terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, dan bekerja sama
membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen dapat terdiri dari beberapa
subsistem atau subbagian, dimana setiap subsistem tersebut memiliki
fungsi khusus dan akan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
b. Batas sistem (boundary)
Merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya
atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem
dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang
lingkup (scope) dari sistem tersebut.
c. Lingkungan luar sistem (environments)
Adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
Lingkungan luar dapat bersifat menguntungkan dan merugikan.
Lingkungan yang menguntungkan harus tetap dijaga dan dipelihara,
sebaliknya lingkungan yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan,
kalau tidak ingin terganggu kelangsungan hidup sistem.
d. Penghubung (interface)
Merupakan media penghubung antar subsistem, yang memungkinkan sumbar-
sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya.
Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi masukan (input) untuk
subsistem lainnya melalui penghubung disamping sebagai penghubung untuk
mengintegrasikan subsistem-subsistem menjadi satu kesatuan.
e. Masukan (input)
Adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat berupa masukan
perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input).
Masukan perawatan adalah energi yang dimasukkan supaya sistem dapat
beroperasi, sedangkan masukan sinyal adalah energi yang diproses untuk
mendapatkan keluaran. Sebagai contoh di dalam sistem komputer, program
adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputer dan
data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
f. Keluaran (output)
Adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran
yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk
Subsistem yang lain. Misalnya untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan
adalah keluaran yang tidak berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan,
sedangkan informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.
g. Pengolah (process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah
masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan
berupa bahan baku dan bahan-bahan lain menjadi keluaran berupa barang
jadi. Sistem akuntansi akan mengolah data-data transaksi menjadi laporan-
laporan keuangan dan laporan-laporan lain yang dibutuhkan oleh manajemen.
h. Sasaran (objectives) atau tujuan (goal)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective).
Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak
akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan
yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem.

C. Proses Input Transformasi Output


Proses Input Transformasi Output Input digunakan sebagai stimulasi yang
merupakan kesatuan informasi yang dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Stimulus fokal : stimulus yang langsung bertatapan dengan seseorang.
2. Stimulus kontektual : stimulus yang interna maupun eksterna yang mempengaruhi
dan dpat di observasi
3. Stimulus residul : stimulus yang merupakan kepercayaan.
Proses Output adalah hasil dari proses yang dijabarkan dalam tindakan dari
manusia sebagai system adaptif adalah adalah respon yang inefektif respon –
respon yang adaptif itu meningkatkan integrasi sedangkan respon yang tidak efektif
itu menunggu integritas melalui proses umpan balik respon memberikan lebih lanjut
masukan(input) pada manusia sebagai suatu system dan subsistem yang mengatur
semua kegiatan.
Transformasi adalah berdasarkan teori transformasi proses belajar adalah
transformasi dari masukan(input) dalam hal ini beberapa pembelajaran transformasi
bersifat aktif melalui proses seleksi untuk dimasukan dalam ingatan, transformasi
juga upaya peningkatan pelayanan dalam kesehatan dari keterampilan karyawan
ataupun badan kesehatan melalui program pendidikan prosesnya saling
terhubungkan karena dari input, pemikiran. Tindakan yang dihasilkan tergantung dari
proses keterkaitannyayang saling terlaras.

D. Hubungan Sistem dengan Sub Sistem dan Supra Sistem


Komponen system ini terdiri dari sejumlah komponen yang saling berkerja sama
untuk membentuk suatu kesatuan komponen dari system dapat berubah subsystem
yang mempunyai pengaruh pada system secara keseluruhan hubungan dari
keseluruhan system. Subsystem, dan supra system dapat mempunyai penghubung
antara suatu system dengan yang lainnya yang menghasilkan sumber data.
System itu terbentuk dari subsystem yang saling berhubungan dan saliung
mempengaruhi.

E. Lingkungan dan Kesehatan atau Pelayanan Kesehatan


Di mana datang tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan akan terus meningkat baik dalam aspek mutu maupun keterjangkauan
serta cakupan pelayanan. Hal ini disebabkan meningkatkan kesadaran masyarakat
akan kesehatan yang diakibatkan meningkatkan kesadaran masyarakat secara
umum, dan peningkatkan daya emban ekonomi masyarakat serta meningkatkan
komplesitas masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat, masyarakat semakin
sadar akan semakin sadar tentang hukum sehinga mendorong akan tuntutan
tersedianya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan dengan mutu
yang dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.

F. Fakor Internal dan Eksternal Serta Pengaruhnya Pada Pelayanan Kesehatan


Ditinjau Dari Perspektif System
Dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak segalanya tercapai akan tetapi
membutuhkan sesuatu atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi baru,
pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan etika, ekonomi dan politik.
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Pelaksanaan system pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin meningkat, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan
kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti
perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untk mengatasi
masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti
laser,terapi perubahan gen dan lain-lain. Berdasarkan itu maka pelayanan
kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan pelayanan akan lebih
profesional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang tertentu.
2. Pergeseran nilai masyarakat
Berlangsungnya system pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang
ada di masyarakat sebagi pengguna jasa pelayanan,di mana dengan beragamnya
masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan
yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka
akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki
pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap
pelayanan kesehatan sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi
system pelayanan kesehatan.
3. Aspel legal dan etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan, maka akan semakin pula tuntunan hukum dan etik dalam
pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus
dituntun untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan
memperhatikan nilai-nilai hukum dan etik yang ada di masyarakat.
4. Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau. Demikian juga sebaliknya apabila tingkat
ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam system
pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat berpengaruh
sekali dalam system pemberian palayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang
ada dapat memberikan pola dalam system pelayanan.

G. Mekanisme Umpan Balik


Klien yang memperoleh pelayanan keperawatan dari tugas kesehatan pasti akan
memberikan respon yang terhadap pelayanan yang diberikan dan pada dasarnya
pelayanan kesehatan akan membangun kesehatan untuk meningkatkan kesehatan,
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap individu agar dapat
mewujudkan mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Di dalam memberikan pelayanan seorang perawat harus mempunyai
kemampuan untuk berempati kepada klien yang mempunyai kemampuan untuk
berempati kepada klien yang mempunyai pengaruh besar terhadap hubungan
perawat klien. Empati berarti kemampuan untuk masuk ke dalam kehidupan orang
lain. Sehingga dapat mempersiapkan secara akurat perasaan orang tersebut dan
memahami arti perasaan tersebut bagi yang bersangkutan pada hubungan perawat
klien sifat empati akan memberikan umpan balik yang baik.
Dalam mekanisme umpan balik kita harus mempunyai konsep caring yang dapat
meningkatkan kepercayaan klien dan mengurangi kecemasan klien, dengan seperti
itu percaya sepenuhnya atas tindakan apapun yang dilakukan seorang perawat.
Input atau masukan diatas bisa berupa tenaga kesehatan yaitu perawat bagaimana
seorang perawat itu melakukan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan
terhadap klien. Misalnya seorang pasien yang mengalami gangguan kebutuhan
nutrisi, di mana seorang perawat harus memberikan asuhan keperawatan terhadap
pasien (menentukan kebutuhan yang dibutuhkan pasien) dengan cara melakukan
pengkajian dimana perawat bisa mengambil data secara subyektif dan obyektif.

H. Pelayanan Kesehatan Sebagai Suatu Bagian Integral Dari Pelayanan


Kesehatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari suatu pelayanan kesehatan
yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan, maka pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga
perawat dalam pelayanannya memiliki tugas, diantaranya memberikan asuhan
keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan akan
memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.
Sebagaimana contoh pelayanan keperawatan dalam tingkat dasar yang
dilakukan dilingkup puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga
dan komunitas yang berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan diantaranya
mengenai masalah kesehatan secara dini. Mengambil keputusan dalam kesehatan,
menanggulangi keadaan darurat bila terjadi kecelakaan atau penyakit yang sifatnya
mendadak, memberikan pelayanan keperawatan dasar pada anggota keluarga yang
sakit serta memodifikasi lingkungan untuk menunjang peningkatan status kesehatan
serta memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Demikian juga pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan pada ruang atau lingkup rujukannya seperti pada
anak, maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada anak melalui
pendekatan proses perawatan anak untuk lingkup keperawatan jiwa, perawatan
akan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa pada
kasus medik dan bedah perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada kasus
medik dan bedah, pada kasus obstretic dan gynecology perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada maternitas dengan tingkat kasus tertentu, pada kasus
gawat darurat perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada keadaan gawat
dan darurat dan lain-lain tinggi keperawatan.

I. Pembaharuan Pendidikan Keperawatan Sebagai pelayanan kesehatan


Perkembangan pelayanan sebagai pelayanan profesional didukung oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang
terarah dan terencana.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna
bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari
dicapainya kesepakatan bersama pada lokakarya nasional keperawatan pada bulan
januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional
(profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi
(profesional education).
Tenaga keperawatan yang merupakan jumlah tenaga kesehatan terbesar
seyogyanya dapat memberikan kontribusi essensial dalam keberhasilan
pembangunan kesehatan.untuk itu tenaga keperawatan dituntut untuk dapat
meningkatkan kemampuan profesionalnya agar mampu berperan aktif dalam
pembangunan kesehatan khususnya dalam pelayanan keperwatan profesional.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan
dengan pendidikan profesional keperawatan, pendidikan keperawatn bukan lagi
merupakan pendidikan vokasional atau kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap
dan mampu melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan profesional kepada
masyarakat jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat
doktoral. Keyakinan inilah yang merupakan faktor pengerak perkembangan
pendidikan keperawatan di indonesia pada jenjang pendidikan tinggi, yang
sebenarnya telah dimulai sejak 1962 yaitu dengan dibukanya akademi keperawatan
yang pertama di jakarta. Proses ini berkembang terus sejalan dengan hakikat
profesionalisme keperawatan, dalam lokakarya keperawatan tahun 1983, telah
dirumuskan dan disusun dasar- dasar pengembangan pendidikan tinggi
keperawatan. Sebagai realisasinya di susun kurikulum program pendidikan D3
keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan sarjana (SI)
keperawatan. Pendidikan tinggi keperawatan di harapkan menghasilkan tenaga
keperawatan profesional yang mampu mengadakan membaharuan dan
memperbaiki mutu pelayanan atau asuhan keperawatan, serta penataan
perkembangan kehidupan profesi keperawatan, keperawatan sebagai suatu profesi ,
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengembangan harus mampu
mandiri.

KEPERAWATAN

 ALAMAT

 ABOUT

 CONTACT
Konsep Sistem Dalam Keperawatan
november 4, 2016 oleh sritiyani

A. Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah
suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem merupakan suatu
kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial manusia,
struktur, masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan internal dan
lingkungan disekitarnya. Sistem tersebut terdiri atas tujuan, proses dan isi. Tujuan
adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan dapat memberikan arah
pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai, dan Isi
terdiri atas bagian yang membentuk suatu sistem. Dalam mempelajari sistem, maka
terlebih dahulu harus memahami teori tentang sistem. Karena teori tentang sistem
akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada dalam sistem. Sistem
tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem yang antara satu
dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.
Sistem merupakan suatu komponen yang didalamnya memiliki subsistem yang
saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Dalam keperawatan,
teori sistem merupakan suatu kesatuan yang harus di pelajari oleh seorang perawat
sehingga dapat diterapkan dalam proses pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Dalam sistem ada beberapa subsistem yang saling mendukung. Dalam hal ini
perawat harus mengetahui apa keluhan atau masalah yang dialami pasien di dalam
kehidupan masyarakat, di sini seorang perawat harus tahu bagaimana mempelajari
masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat karena persepsi setiap orang
dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi berbeda. Proses tindakan yang akan
di lakukan perawat untuk mengubah masukan yang telah muncul dalam kehidupan
masyarakat, perawat harus mengubah cara pikir dari masyarakat terhadap berbagai
masukan yang muncul. Setelah memberikan pelayanan kesehatan perawat melihat
dan memahami bagaimana cara dari anggota masyarakat dalam menerima
pelayanan kesehatan serta dampak atau apa akibat yang timbul dalam masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan. Pasien akan memberikan Umpan
balik terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan perawat, dan pasien akan
bertanya atau memberikan kritik tentang suatu masalah yang di hadapi. Disamping
itu juga, Perawat harus mengetahui bagaimana lingkungan kediaman dari pasien
tersebut sehingga memudahkan perawat mengetahui apa sebernarnya yang dialami
pasien sampai menyebabkan penyakit. Perlu di ketahui jika dalam suatu sistem telah
kehilangan satu komponen maka sistem tersebut tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya. Suatu sistem akan berjalan dengan baik apabila di lakukan secara
bertahap dan tetap berdasarkan tujuan.
B. Komponen Sistem Dalam Keperawatan

1. Manusia

Manusia adalah makhluk bio-psikososial yang utuh dan unik yang mempunyai
kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual. Manusia dipandang secara menyeluruh dan
holistik mempunyai siklus kehidupan meliputi tumbuh kembang, memberi keturunan,
memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan dengan menggunakan berbagai
mekanisme yang dibawa sejak lahir maupun yang didapat bersifat biologis,
psikologis dan sosial.

Manusia selalu mencoba memenuhi kebutuhannya melalui serangkaian peristiwa


yang mencakup belajar, menggali, serta menggunakan sumber-sumber yang
diperlukan berdasarkan potensi dan keterbatasannya.

2. Lingkungan

Manusia selalu hidup dalam suatu lingkungan tertentu, lingkungan meliputi


lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat dimana
manusia berada, yang selalu mempengaruhi dan dipengaruhi manusia sepanjang
hidupnya.

Setiap lingkungan mempunyai karakteristik tersendiri dan memberikan dampak yang


berbeda pada setiap manusia, dalam menanggapi dampak lingkungan ini, manusia
selalu berespon untuk mengadakan adaptasi agar keseimbangan dirinya tetap
terjaga. Adaptasi dapat bersifat positif, dapat pula negatif (apabila manusia
beradaptasi secara negatif pada pengaruh lingkungan maka akan menimbulkan
masalah.

Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi
kesehatan, lingkungan ini dapat berupa kondisi sosial budaya, lingkungan geografis
yang ada di masyarakat yang berada di luar institusi kesehatan.

3. Kesehatan

Sehat merupakan suatu persepsi yang sangat individual, beberapa definisi tentang
sehat adalah :
1. WHO (1947) : Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental,
sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau cacat.

2. Parson (1972) : Sehat adalah kemampuan individu secara optimal untuk


menjalankan peran dan tugasnya secara efektif.

3. Dubois (1978) : Sehat adalah suatu proses yang kreatif individu secara aktif
dan terus menerus beradaptasi dengan lingkungannya.

Kesehatan adalah suatu proses yang dinamis, terus menerus berubah sebagai
interaksi antara individu dengan perubahan lingkungan baik internal maupun
eksternal.

4. Keperawatan

Tindakan keperawatan berdasarkan pada kebutuhan manusia, keperawatan


dilaksanakan secara universal terjadi pada semua tingkat manusia. Tingkah laku
dalam keperawatan meliputi rasa simpati, empati, menghargai orang lain, tenggang
rasa. Keperawatan menghargai kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut manusia.
Keperawatan membantu klien mengenal dirinya, sebagai makhluk yang memiliki
kebutuhan yang unik.

Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan


keperawatan adalah salah satu bentuk “pelayanan profesional sebagai integral dari
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologis, psikologi sosial, dan spiritual
secara komprehensif diajukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat
maupun sakit, mencakup siklus hidup manusia”.

C. Teori Proses Berubah

Perkembangan profesi keperawatan tidak lepas dari konsep berubah yang dimiliki
oleh para praktisi, akedemisi atau seorang yang masih ingin mengembangkan
keperawatan, yang memiliki keyakinan dan teori perubahan yang dimilikinya.
Sebagai gambaran dalam merubah profesi keperawatan kearah yang lebih
professional, ada beberapa teori perubahan yang dapat diketahui seperti :

a.Kurt Lewin (1951)


Perubahan Menurut pandangan Kurt Lewin 1951, seseorang yang akan
mengadakan suatu harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam
tahap proses perubahan agar proses perubahan tersebut menjadi terarah dan
mencapai tujuan yang ada. Tahap tersebut antara lain:

1). Tahap Pencairan (Unfreezing)

Pada tahap awal ini yang dapat dilakukan bagi seseorang yang mau mengadakan
proses perubahan adalah harus memiliki motivasi yang kuat untuk merubah dari
keadaan semula dengan merubah terhadap keseimbangan yang ada. Di samping
itu juga perlu menyiapkan diri dan siap untuk merubah atau melakukan perubahan.

2).Tahap Bergerak (Moving)

Pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan kearah sesuatu yang baru
atau perkembangan terbaru. Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila
seseorang telah memiliki informasi yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk
berubah, Juga memiliki kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui
langkah-lanhkah dalam menyesuaikan masalah

3).Tahap Pembekuan (Refreezing)

Tahap ini merupakan tahap pembekuan dimana seseorang yang mengadakan


perubahan kelak mencapai tingkat atau tahapan yang baru dengan keseimbangan
yang baru. Proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat
upaya mendapatkan umpan balik, pembinaan tersebut dalam upaya
mempertahankan perubahan yang telah dicapai.

Berdasarkan langkah-langkah menurut Kurt Lewin dalam proses perubahan


ditemukan banyak hambatan. Hambatan tersebut yang akan mempertahankan
status quo (menetap) agar tidak terjadi perubahan. Karena itu diperlukan
kemampuan yang benar-benar ada dalam konsep perubahan sesuai dengan
tahapan berubah.

b.Rogers E (1962)

Menurut Rogers E untuk menandakan suatu perubahan perlu ada beberapa


tersebut antara lain :

1). Tahap Awareness

Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan
perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada
kesadaran untuk berubah, maka tidak mungkin tercipta suatu perubahan.

2). Tahap Interest

Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat
terhadap perubahan yang selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari
perubahan yang dikenalkan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan
kesadaran untuk berubah.

3). Tahap Evaluasi

Tahap ini terjadi penilaian tarhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan
yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat
memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan.
4). Tahap Trial

Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil
perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesaui
dengan kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh
lingkungan.

5). Tahap Adoption

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan
terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya
manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan .

c. Lippit (1973)

Lippit memandang teori perubahan dapat dilaksanak dari tinjauan sebagai seorang
pembaharu, dengan memperkenalkan terjadinya perubahan, sehingga terdapat
beberapa langkah yang ditempuh untuk dapat mengadakan pembaharuan. Langkah
yang dimaksud adalah :

1).Menetukan diagnosis terlebih dahulu masalah yang ada

2).Mengadakan pengkajian terhadap motivasi perubahan serta kemampuan


perubahan.

3).Melakukan pengkajian perubahan terhadap hasil atau manfaat dari suatu


perubahan.

4).Menetapkan tujuan perubahan yang dilaksanakan berdasarkan langkah yang


ditempuhnya.

5).Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai pendidik, peneliti atau pemimpin


dalam pembaharuan.

6).Mempertahankan dari hasil perubahan yang dicapainya.

7).Melakukan penghentian bantuan secara bertahap dengan harapan peran dan


tanggung jawab dapat tercapai secara bertahap.

d.Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan
yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut
Havelock.

1).Membangun suatu hubungan,

2).Mendiagnosis masalah,

3).Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan,

4).Memilih jalan keluar,

5). Meningkatkan penerimaan,

6). Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.

e.Teori Spradley

Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau


untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan
sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley:

1). Mengenali gejala

2). Mendiagnosis masalah

3). Menganalisa jalan keluar

4). Memilih perubahan

5). Merencanakan perubahan

6). Melaksanakan perubahan

7). Mengevaluasi perubahan

8). Menstabilkan perubahan

D. Jenis Teori Sistem

1. Sistem Terbuka, seperti organ tubuh manusia atau suatu proses seperti
proses keperawatan, interaksi dengan lingkungan, serta perubahan antra sistem
dengan lingkungan.
2. Sistem Tertutup, seperti reaksi kimia dalam suatu tabung uji tidak
berhubungan dengan lingkungan.

3. Input , subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya


sebuah sistem, seperti sistem pelayanan kesehatan, maka masukannya berupa
potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain sebagainya.

4. Proses, berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan . Kegiatan yang


berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil
yang diharapkan dari sistem tersebut, sebagaimana contoh dalam sistem
pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud dengan proses adalah berbagai
kagiatan dalam pelayanan kesehatan.

5. Output, hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam sistem pelayanan
kesehatan hasilnya dapat berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif
dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat sehingga pasien
sembuh dan sehat optimal .

6. Dampak, Akibat yang dihasilkan dari sebuah hasil dari system disebut
dampak, yang terjadi relatif lama waktunya. Setelah hasil tercapai, maka
dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka
kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat .

7. Umpan Balik, suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi
dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi . Umpan
balik dalam sistem pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga
kesehatan yang juga dapat menjadikan input yang selalu meningkat .

8. Lingkungan, Semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi


pelayanan kesehatan sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan disebut
dengan Lingkungan, lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan
geografis, atau situasi kondisi sosial yang ada dimasyarakat seperti institusi
diluar pelayanan kesehatan .
Pendekatan Konsep Sistem Dalam Proses
keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Sistem


Kata sistem menjadi sangat populer dengan munculnya pendekatan sistem yang
digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Sistem secara teknis berarti seperangkat komponen
yang saling berhubungan dan bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan. Kata
sistem berasal dari bahasa latin (syst dan ema) dan bahasa yunani (sust dan ema) adalah suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Istilah ini sering digunakan untuk
menggambarkan suatu set kesatuan yang berinteraksi, ketika suatu model metematika sering
kali dapat dibuat.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada
dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Misalnya, negara yang merupakan
suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang salaing
berhubungan sehingga membentuk suatu negara dengan rakyat sebagai penggeraknya. Kata
“sistem” sering digunakan baik dalam percakapan sehari-hari, forum diskusi maupun
dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal dan berbagai bidang, sehingga
memiliki makna yang beragam.[1]
Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan alat yang
memiliki hubungan di antara mereka. Sistem secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan
fungsional dan berinteraksi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian,
keperawatan dapat diartiakan sebagai suatu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari
bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam upaya mencapai tujuan akhir.

B. Komponen sistem dalam keperawatan


Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu tujuan, masukan, proses,
keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut
penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem[2] :

1. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah
yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah
dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.

2. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya
menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara
fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah,
sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa
pelanggan).

3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan
menjadi keluaran yang berguna dan lbih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk,
tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau
limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses
dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.

4. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa
berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

5. Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem
(lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem.
Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan
pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan
pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau
dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual
saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
Secara khusus, komponen dalam sistem keperawatan meliputi:
1. Manusia
Manusia adalah makhluk bio-psikososial yang utuh dan unik yang mempunyai kebutuhan
bio-psiko-sosio-spiritual. Manusia dipandang secara menyeluruh dan holistik mempunyai
siklus kehidupan meliputi tumbuh kembang, memberi keturunan, memiliki kemampuan
untuk mengatasi perubahan dengan menggunakan berbagai mekanisme yang dibawa sejak
lahir maupun yang didapat bersifat biologis, psikologis dan sosial.
Manusia selalu mencoba memenuhi kebutuhannya melalui serangkaian peristiwa yang
mencakup belajar, menggali, serta menggunakan sumber-sumber yang diperlukan
berdasarkan potensi dan keterbatasannya.
2. Lingkungan
Manusia selalu hidup dalam suatu lingkungan tertentu, lingkungan meliputi lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat dimana manusia berada, yang selalu
mempengaruhi dan dipengaruhi manusia sepanjang hidupnya.
Setiap lingkungan mempunyai karakteristik tersendiri dan memberikan dampak yang berbeda
pada setiap manusia, dalam menanggapi dampak lingkungan ini, manusia selalu berespon
untuk mengadakan adaptasi agar keseimbangan dirinya tetap terjaga. Adaptasi dapat bersifat
positif, dapat pula negatif (apabila manusia beradaptasi secara negatif pada pengaruh
lingkungan maka akan menimbulkan masalah.
Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi kesehatan,
lingkungan ini dapat berupa kondisi sosial budaya, lingkungan geografis yang ada di
masyarakat yang berada di luar institusi kesehatan.
3. Kesehatan
Sehat merupakan suatu persepsi yang sangat individual, beberapa definisi tentang sehat
adalah :
a. WHO (1947) : Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan
tidak hanya bebas dari penyakit atau cacat.
b. Parson (1972) : Sehat adalah kemampuan individu secara optimal untuk eran dan tugasnya
secara efektif.
c. Dubois (1978) : Sehat adalah suatu proses yang kreatif individu secara aktif dan terus
menerus beradaptasi dengan lingkungannya.
Kesehatan adalah suatu proses yang dinamis, terus menerus berubah sebagai interaksi antara
individu dengan perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.
4. Keperawatan
Tindakan keperawatan berdasarkan pada kebutuhan manusia, keperawatan dilaksanakan
secara universal terjadi pada semua tingkat manusia. Tingkah laku dalam keperawatan
meliputi rasa simpati, empati, menghargai orang lain, tenggang rasa. Keperawatan
menghargai kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut manusia. Keperawatan membantu klien
mengenal dirinya, sebagai makhluk yang memiliki kebutuhan yang unik.
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan keperawatan adalah
salah satu bentuk “pelayanan profesional sebagai integral dari pelayanan kesehatan berbentuk
pelayanan biologis, psikologi sosial, dan spiritual secara komprehensif diajukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit, mencakup siklus hidup manusia”.

C.Penerapan sistem dalam penggunaan proses keperawatan


Penerapan sistem dalam penggunaan proses keperawatan meliputi beberapa tahapan,
yaitu[3] :
1. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan manganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan seorang pasien.
Tujuan pengkajian adalah untuk memberikan suatu gambaran yang terus mengenai
kesehatan pasien, yang memungkinkan tim perawat merencanakan asuhan keperawatan
kepada pasien secara perorangan[4].
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai dilakukan sejak klien masuk rumah sakit, selama klien dirawat
secara terus-menerus serta pengkajian dapat dilakukan ulang untuk menambah dan
melengkapi data yang telah ada. Berdasarkan sumber data, data pengkajian dibedakan atas
data primer dan data sekunder :
 Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari klien bagaimanapun kondisi
klien.
 Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pasien seperti dari perawat, dokter,
ahli gizi, ahli fisiotheraphy, keluarga atau kerabat klien, catatan keperawatan serta hasil
pemeriksaan penunjang lainnya.
Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu :
 Wawancara yaitu melalui komunikasi untuk mendapatkan respon dari pasien dengan tatap
muka.
 Observasi yaitu dengan mengadakan pengamatan secara visual atau secara langsung kepada
pasien.
 Konsultasi yaitu dengan melakukan konsultasi kepada yang ahli spesialis bagian yang
mengalami gangguan.
 Melalui pemeriksaan seperti inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk),
auskultasi serta pemeriksaan fisik lainnya, seperti pengukuran EKG.

b. Pengelompokan data
Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data-data terkumpul dikelompokkan,
data dapat dibagi atas data dasar dan data khusus.
 Data dasar terdiri dari data fisiologis / biologi, data psikologis, data social, data spiritual dan
data tentang tumbuhkembang klien.
 Data khusus adalah data yang bersipat khusus. Misalnya laporan intake dan output cairan
selama operasi, hasil pemeriksaan hematology, pemeriksaan roentgen dan sebagainya.
Selain data diatas, berdasarkan cara pengumpulan data dibagi atas data objektif dan data
subjektif.
 Data objektif adalah data yang diperoleh perawat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
observasi secara langsung.
 Data subjektif adalah data yang diperoleh berdasarkan keluhan atau perkataan klien atau
keluarganya.
c. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan
Tahapan terakhir dari pengkajian adalah analisa data untuk menentukan diagnosa
keperawatan. Proses keperawatan analisa adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan
konsep teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi pasien. Analisa data
dilakukan melalui pengesahan data, pengelompokkan data, membandingkan data,
menentukan ketimpangan / kesenjangan serta membuat kesimpulan tentang kesenjangan
masalah yang ada.
2. Tahap Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status / masalah kesehatan aktual
/ potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi :
a. Adanya masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah / penyakit.
b. Faktor-faktor berkontraksi / penyebab adanya masalah.
c. Kemampuan klien mencegah / menghilangkan masalah.
Diagnosa keperawatan berorientasi kepada kebutuhan dasar manusia, berdasarkan pada
kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow, memperlihatkan respon individu / klien terhadap
penyakit dan kondisi yang dialaminya.
3. Tahap Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi
keperawatan dan aktifitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien.
Tahap perencanaan keperawatan adalah :
a. Proses penentuan prioritas
Proses ini dimulai dengan membuat prioritas diagnosa keperawatan, urutan prioritas diagnosa
keperawatan menunjukkan masalah tersebut menjadi prioritas untuk dilakukan intervensi
keperawatan. Meskipun demikian tidak berarti bahwa satu diagnosa harus dipecahkan dahulu
secara total baru mengerjakan diagnosa berikutnya. Biasanya beberapa diagnosa keperawatan
dapat diatasi secara bersamaan.

b. Penetapan sasaran dan tujuan


Pada proses ini dilakukan setelah penetapan urutan prioritas diagnosa keperawatan.
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dalam mengurangi atau mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosa keperawatan. Sedangkan tujuan menggambarkan penampilan, hasil atau
perilaku klien yang berhubungan dengan sasaran. Perencanaan tujuan bermanfaat dalam
merancang, mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan keperawatan kepada klien.
c. Penentuan kriteria evaluasi
Kriteria adalah standar yang dipakai untuk mengevaluasi penampialan klien. Misalnya
klien dapat menyebutkan empat komplikasi diabetes millitus. Kriteria diperlukan apabiala
tujuan belum spesifik dan tidak dapat diukur.
d. Rencana intervensi
Adalah bagian akhir dari perencanaan dimana perawat memutuskan srategi dan
intervensi keperawatan yang akan dilakukan. Strategi dan tindakan yang dilakukan diarahkan
langsung pada etiologi atau faktor pendukung dari diagnosa keperawatan.
4. Tahap implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan
klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan, keterampilan
interpersonal, intelektual, dan tekhnikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan
keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan.
b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan
( intervensi independent, dependen dan interdependen).
c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
5. Tahap evaluasi
Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan, dan kualitas data, teratasi
atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketetapan intervensi keperawatan.
Akhirnya, penggunaan proses keperawatan secara tepat pada praktek keperawatan akan
memberi keuntungan pada klien dan perawat. Kualitas asuhan keperawatan diharapkan dapat
ditingkatkan. Perawat dapat mendemonstrasikan tangguang jawab dan tangguang gugatnya
yang merupakan salah satu ciri profesi dan yang amat penting adalah menjamin efisiensi dan
efektifitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
6. Tahap dokumentasi
Dokumentasi proses keperawatan merupakan metode pencatatan proses keperawatan
yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis. Dokumentasi proses keperawatan
mencakup pengkajian, dokumentasi masalah, perencanaan, tindakan.
D. Hubungan sistem dengan subsistem dan supra sistem
Dalam sistem terdapat input (masukan), proses, output (hasil/keluaran), dan umpan
balik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang keperawatan secara
menyeluruh dan sistematik, tidak parsial atau fragmentis. Keperawatan sebagai suatu sistem
merupakan satu kesatuan yang utuh dengan bagian-bagiannya yang berinteraksi satu sama
lain. Keperawatan dapat diartikan sebagai keseluruhan karya insani yang terbentuk dari
bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam usaha mencapai tujuan akhir.[5]
Keperawatan dapat digambarkan sebagai kesatuan subsistem dan membentuk satu
sistem yang utuh. Sitem pendidikan ini memperoleh input dari suprasistem (masyarakat atau
lingkungan) dan memberikan output bagi suprasistem tersebut. Subsistem yang membentuk
sistem keperawatan adalah tujuan, klien, manajemen, struktur dan jadwal waktu, asuhan
keperawatan, tenaga perawat dan tim kesehatan lain, teknologi, fasilitas, kendali mutu,
penelitian, serta biaya perawatan.
Interaksi fungsional antarsubsistem keperawatan disebut sebagai proses keperawatan. proses
keperawatan dapat terjadi dimana saja, tidak terbatas lingkungan rumah sakit dan pusat
kesehatan lainnya. Melalui proses keperawatan diperoleh hasil (output) keperawatan. hasil
keperawatan adalah asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien berdasarkan
tujuan keperawatan yang telah ditetapkan. Tujuan keperawatan masing-masing tingkatan
perawatan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan bermuara pada tujuan kesehatan nasional.
Beberapa penerapan sistem keperawatan :
 Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang potensial kepada klien. Asuhan Keperawatan
saling berhubungan dengan tim pelayanan kesehatan lainnya seperti dokter, radiologi,
klien/pasien, IPTEK, tim rumah tangga di RS, gizi, laboratorium, dan sistem pendukung
lainnya.
 Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan
Penerapan sistem dalam penyelenggaraan pendidikan keperawatan juga saling berhubungan
dengan pelayanan lainnya seperti IPTEK, AIPNI, PPNI, Penyelenggara pendidikan
keperawatan, kebutuhan masyarakat, kebijakan pendidikan nasional keperawatan, dan profesi
lain.
 Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pengembangan Profesi Keperawatan
Penerapan sistem ini berhubungan dengan masyarakat, kebijakan nasional, PPNI, faktor lain,
AIPNI, IPTEK, institusi pendidikan keperawatan. Dengan bekerjasama bersama peleyanan-
pelayanan lainnya sehingga pengembangan profesi keperawatan dapat berjalan dengan lancar.
 Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Secara Umum
Pelayanan kesehatan dalam penerapannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pendidikan dan manajemen, kebutuhan pelayanan kesehatan, konsep kesehatan, tujuan
pembangunan kesehatan, IPTEK, dan berbagai profesi kesehatan.
E. Pengaruh pada Pelayanan Kesehatan ditinjau dari persfektif Sistem
 Internal
a. Bagi profesi dengan pendekatan sistem dan proses keperawatan, perawat dapat
mempertanggung jawabkan tugasnya sesuai dengan standar. Jadi akhirnya dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan profesi Keperawatan secara keseluruhan.
b. Bagi Perawat akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan meningkatkan kecintaan
pada profesi.
c. Kemampuan memanfaatkan hasil/keluaran dari pendidikan
d. Kemampuan dalam pengadaan dan pengembangan sumber daya pendidikan.
 Eksternal
a. Bagi Klien dapat memfasilitasi keterlibatan klien dan keluarga dalam perawatan disetiap
tahapan proses keperawatan.
b. Tekanan dan Tuntutan kebutuhan Masyarakat
c. Perkembangan global Keperawatan Profesional

F. Pelayanan Kesehatan Sebagai Suatu Bagian Integral Dari Pelayanan


Kesehatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari suatu pelayanan kesehatan yang meliputi
pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam pelayanannya memiliki tugas, diantaranya
memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan akan
memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.[6]
Sebagaimana contoh pelayanan keperawatan dalam tingkat dasar yang dilakukan dilingkup
puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga dan komunitas yang berorientasi pada tugas
keluarga dalam kesehatan diantaranya mengenai masalah kesehatan secara dini. Mengambil keputusan
dalam kesehatan, menanggulangi keadaan darurat bila terjadi kecelakaan atau penyakit yang sifatnya
mendadak, memberikan pelayanan keperawatan dasar pada anggota keluarga yang sakit serta
memodifikasi lingkungan untuk menunjang peningkatan status kesehatan serta memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Demikian juga pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan asuhan keperawatan
pada ruang atau lingkup rujukannya seperti pada anak, maka perawat akan memberikan asuhan
keperawatan pada anak melalui pendekatan proses perawatan anak untuk lingkup keperawatan jiwa,
perawatan akan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa pada kasus medik
dan bedah perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada kasus medik dan bedah, pada kasus
obstretic dan gynecology perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada maternitas dengan tingkat
kasus tertentu, pada kasus gawat darurat perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada keadaan
gawat dan darurat dan lain-lain tinggi keperawatan.
Produktivitas Keperawatan naik secara signifikan dengan reformasi kesehatan tahun
1990 yang mengurangi biaya keperawatan input tetapi dampak pada keselamatan pasien
dan perawat negatif. Pendekatan saat ini untuk meningkatkan produktivitas keperawatan
termasuk "bangsal produktif" dan rekonfigurasi tim menyusui juga menggambar pada
inovasi manufaktur. Muncul pemikiran menganggap produktivitas dalam konteks lingkungan
kerja dan peran profesional berubah, dan mengusulkan reconceptualising perawat sebagai
aset intelektual organisasi kesehatan pengetahuan intensif. [7]

G. Pembaharuan Pendidikan Keperawatan Sebagai pelayanan kesehatan


Perkembangan pelayanan sebagai pelayanan profesional didukung oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang terarah dan
terencana.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna bahkan
merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari dicapainya kesepakatan
bersama pada lokakarya nasional keperawatan pada bulan januari 1983 yang menerima
keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan profesi (profesional education).
Tenaga keperawatan yang merupakan jumlah tenaga kesehatan terbesar seyogyanya
dapat memberikan kontribusi essensial dalam keberhasilan pembangunan kesehatan.untuk itu
tenaga keperawatan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya agar
mampu berperan aktif dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam pelayanan
keperwatan profesional.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan dengan
pendidikan profesional keperawatan[8], pendidikan keperawatn bukan lagi merupakan
pendidikan vokasional atau kejuruan akan tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga
keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan
pelayanan atau asuhan keperawatan profesional kepada masyarakat jenjang pendidikan
keperawatan bahkan telah mencapai tingkat doktoral. Keyakinan inilah yang merupakan
faktor pengerak perkembangan pendidikan keperawatan di indonesia pada jenjang pendidikan
tinggi, yang sebenarnya telah dimulai sejak 1962 yaitu dengan dibukanya akademi
keperawatan yang pertama di jakarta. Proses ini berkembang terus sejalan dengan hakikat
profesionalisme keperawatan, dalam lokakarya keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan
dan disusun dasar- dasar pengembangan pendidikan tinggi keperawatan. Sebagai realisasinya
di susun kurikulum program pendidikan D3 keperawatan, dan dilanjutkan dengan
penyusunan kurikulum pendidikan sarjana (SI) keperawatan. Pendidikan tinggi keperawatan
di harapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan
membaharuan dan memperbaiki mutu pelayanan atau asuhan keperawatan, serta penataan
perkembangan kehidupan profesi keperawatan, keperawatan sebagai suatu profesi , dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengembangan harus mampu mandiri.
Agar melaksanakan perannya dengan baik, perawat harus menguasai bidang
pendidikan, karena dengan mempelajari ilmu pendidikan seorang mahasiswa prodi
keperawatan diharapkan dapat memberi dan menerima informasi yang akan dibutuhkan
dalam menghadapi pasien ( orang lain) sehingga mampu mengarahkan pada pencapaian
kompetensi profesional.
Adapun fungsi pendidikan keperawatan sebagai media pengabdian bagi masyarakat yang
mencakup :
1. Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan jenjang pelayanan kepada
masyarakat, serta membangun model pelayanan/asuhan keperawatan.
2. Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina kemampuan masyarakat
mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi.
3. Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan professional.
4. Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang memerlukan.
Dimana dalam implementasinya di lapangan, pendidikan keperawatan sangat berperan
penting dalammembina sikap, pandangan dan kemampuan professional, lulusannya.
Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan
keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadai,
dan menguasai keterampilan professional secara baik dan benar (Husin, 1966). Dan juga
Pendidikan kepe rawatan menghasilkan perawat yang bersikap professional mencakup
keterampilan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, mampu mempertanggungjawabkan
secara legal, keputusan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik
profesi, serta dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.[9]
Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang
sangat umum. Dalam dunia keperawatan, menurut NLN (The National League for Nursing),
tujuan pendidikan bagi keperawatan yaitu, antara lain :
1. Menjadi pemain kunci dalam inisiatif untuk membangun keragaman dalam tenaga
kerjapendidik perawat.
2. Promosikan penyusunan tenaga kerja keperawatan yang memberikan kontribusi
untukkualitas kesehatan dan keselamatan.
3. Diakui sebagai pemimpin dalam memajukan keunggulan dan inovasi
dalam pendidikankeperawatan.
4. Menjadi sumber utama data untuk undang-undang, peraturan, atau keputusan tentang
pendidikan keperawatan dan tenaga kerja pendidik perawat, dan yang
menginformasikanpraktek mengajar di semua jenis program pendidikan keperawatan untuk
populasi siswa yang beragam.
5. Menjadi pemain kunci dalam menciptakan komunitas pendidik perawat dari seluruh dunia
untuk isu-isu dan pengaruh yang terkait dengan keunggulan dalam pendidikankeperawatan.
Adapun menurut steve glenn pendidikan bagi keperawatan untuk
mempersiapkansiswa untuk menjadi perawat profesional yang berdedikasi dan
kompeten. Perawat ini akan memiliki kemampuan untuk mengelola pelayanan
kesehatan yang efektif untuk penduduk yang beragam, termasuk masyarakat
miskin dan kurang terlayani.

[1] Gaffar S.kp, La Ode Jumadi. Pengantar Keperawatan Profesional. 1999. Jakarta : EGC

[2] Ali H, Zaidin. Dasar- Dasar Keperawatan Profesional. 2001. Jakarta : Widya Medika

[3] Alimul H, A. Aziz. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. 2006. Jakarta :Salemba Medika

[4] Potter,Patricia A,Perry, Anne Griffin. Fundamental Keperawatan. 2005. Jakarta : EGC

[5] Asmadi. 2008. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

[6] Potter,Patricia A,Perry, Anne Griffin. Fundamental Keperawatan. 2005. Jakarta : EGC

[7] http://www.Google scholar / Henri Nicola North, Frances Hughes, (2012) "A systems approach to nursing
productivity", Journal of Health Organization and Management, Vol. 26 Iss: 2

[8] Gaffar S.kp, La Ode Jumadi. Pengantar Keperawatan Profesional. 1999. Jakarta : EGC
[9] http://www.nursing-of international. _sub study,. Hamka Abdi Kusuma “Peran PentingAsuhan Keperawatan dalam
Pelayanan Kesehatan Yang Profesional “

Anda mungkin juga menyukai