Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK

INSTRUMENTASI FISIKA
(Alat Ukur Intensitas Cahaya)

DISUSUN OLEH :

Ketua : M. Ferdinan Yuda Haryana IS (08021181924006)


Anggota :
1. Afif Naufal Ricardi (08021181924003)
2. Andi Saputra (08021281924028)
3. Dikanio Hanif Purnomo (08021281924025)
4. Julia Ratih (08021181924001)
5. Lafira (08021281924031)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Alat Ukur Intensitas
Cahaya”. Penyusunan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Instrumentasi Fisika. Dalam Penyusunan makalah ini penyusun
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penyusunan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan
makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya penyusun
berharap semoga makalah ini dapat membantu pembaca dan penyusun sendiri dalam memehami
alat ukur intensitas cahaya, walaupun makalah ini jauh dari kata sempurna.

Indralaya, 28 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................... ii

Daftar Isi ........................................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 2

Bab II Kajian Teori

A. Kajian Teori ............................................................................................................................... 3

Bab III Metodologi

A. Alat dan Bahan ........................................................................................................................... 6


B. Prosedur Kerja ........................................................................................................................... 6

Bab IV Pembahasan

A. Pembahasan................................................................................................................................ 7

Bab V Penutup

A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 9

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja
atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Lebih dari itu
penerangan yang memadai akan memberikan kesan pemandangan yang baik dan keadaan
lingkungan yang menyegarkan. Sebuah benda akan terlihat bila benda tersebut memantulkan
cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang datang dari sumber
cahaya lain, dengan demikian maksud dari pencahayaan adalah agar benda terlihat jelas.
Pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis
pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja. Penerangan yang kurang akan
mempengaruhi ketajaman penglihatan dimana ketajaman akan menurun karena kelelahan mata.
Kondisi tersebut disebabkan karena mata berakomodasi secara terus menerus sehingga
mengakibatkan kelelahan pada otot-otot mata. Desain penerangan yang dirancang ergonomis untuk
murid sekolah akan memberikan efek kondisi belajar yang nyaman dan tidak menyebabkan
kelelahan mata. Dampak dari ketidak sesuaian antara kondisi penerangan ruang kelas dengan sistem
penglihatan pada siswa merupakan salah satu kendala dalam upaya meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah bagaimana merangkai alat
ukur intensitas cahaya dengan rangkaian sederhana?
1.3 TUJUAN
Tujuan dalam menyusun makalah ini adalah merangkai alat ukur intensitas cahaya
dengan rangkaian sederhana?

1
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 KAJIAN TEORI


2.1.1 Tingkat Kuat Penerangan( Lighting Level)
Tingkat kuat penerangan(iluminasi) sebagian besar ditentukan oleh kuat cahaya yang jatuh
pada suatu luas bidang permukaan dan dinyatakan sebagai iluminasi rata-rata. Iluminasi rata-rata.
Dalam lux adalah arus cahaya yang dipancarkan(O) dalam lumen (lm) dibagi dengan luas bidang
atau area (A) dalam m2 :

( )

Iluminasi rata-rata adalah tingkat kuat penerangan rata-rata yang diukur secara horizontal
dan vertikal untuk suatu ruangan atau unhrk suatu bidang kerja. Biasanya diukur secara horizontal
75 cm di atas lantai. Arus cahaya adalah kuantitas cahaya total yang dipancarkan setiap detik oleh
sumber cahaya dalam satuan lumen. Tingkat kuat penerangan yang diperlukan sangat bergantung
pada jenis kegiatan yang dilakukan. Kegiatan yang memerlukan banyak ketelitian memerlukan
penerangan dengan tingkat kuat penerangan yang lebih tinggi. Semakin tinggi derajat kesulitan
penglihatan semakin tinggi pula diperlukan tingkat kuat penerangannya (Gunadhi, 2002)

Gambar 1 rangkaian alat pengukur intensitas cahaya

2.1.2 Distribusi Kepadatan Cahaya (Luminance Distribution)


2
Kepadatan cahaya atau luminasi (L) adalah ukuran kepadatan radiasi cahaya yang jatuh
pada suatu bidang dan dipancarkan ke arah mata sehingga mata mendapatkan kesan terang
(brightness). Dengan kata lain, kepadatan cahaya adalah kuat cahaya atau ukuran pancaran cahaya
dari bidang tertentu dalam candila (cd) dibagi dengan bidang penglihatan dalam m2. Satuan
kepadatan cahaya (L) dinyatakand alam candela/m2a tau cd/m2.

Semakin tinggi kepadatan cahaya suatu permukaan semakin terang pula permukaan itu
tampak oleh mata. Dapat saja distribusi kuat cahaya ini tidak harmonis/tidak merata. Distribusi kuat
cahaya yang tidak merata menimbulkan kontras yang terlalu besar. Hal ini disebabkan karena mata
tidak melihat cahaya yang sampai pada suatu objek langsung dari sumber cahaya, tetapi mata
melihat cahaya yang dipantulkan/direfleksikan oleh objek tersebut ke mata. Atau dengan kata lain,
mata tidak melihat tingkat kuat penerangan (iluminasi) melainkan melihat kepadatan cahaya
(brightness) (Gunadhi, 2002).
2.1.3 Fotometri
Fotometri mempelajari mengenai ukuran banyaknya cahaya. Oleh karena pemancaran
cahaya tak lain adalah pemancaran gelombang elektromagnetik yang secara umum disebut radiasi,
maka sudah barang tentu ada hubungan antara pemancaran cahaya dengan pemancaran tenaga
radiasi. Banyaknya pancaran cahaya atau fluks cahaya dinyatakan dalam satuan lumen. Fluks
cahaya yang dipancarkan dari suatu titik sumber cahaya hendaknya digambarkan sebagai garis-garis
yang memancar dari titik sumber tersebut secara radial merata (Gunadhi, 2002).

3
BAB III
METODOLOGI
3.1 ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yangdigunakan dalam merangkai alat ukur intensitas
cahaya terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan Merangkai Alat Ukur Intensitas Cahaya
No Alat dan Bahan Fungsi
1 Resistor Menghambat arus listrik.
2 Resistor Variabel/ Sebagai pengatur taraf isyarat analog (misalnya
Potensiometer pengendali suara pada peranti audio), dan sebagai
pengendali masukan untuk sirkuit rangkaian
3 Kabel Silikon Sebagai penghubung rangkaian
4 Papan Rangkaian Sebagai tempat merangkai alat dan bahan
5 Lampu LED Sebagai objek yang akan menunjukkan apakah
rangkaian berfungsi dengan baik.

3.2 PROSEDUR KERJA


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam merangkai rangkaian alat ukur
inensitas cahaya, yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan seperti resistor, resistor variabel/potensiometer, kabel
silikon, papan rangkaian, dan lampu LED.
2. Menyusun rangkaian seperti pada gambar (2).

Gambar 2. Rangkaian Alat Ukur Intensitas Cahaya

4
BAB IV
PEMBAHASAN
Jumlah arus cahaya tiap satuan luas. satuan penarangan adalah Luks, satu Luks
didefinisikan sebagai kuat penerangan bidang yang tiap 1m2 bidang tersebut menerima arus cahaya
1 Lumen.
Jika arus cahaya (F) menerangi merata suatu bidang seluas A m2 maka kuat penerangan
bidang tersebut sebesar: E. Dimana Terang Cahaya (E) adalah besar kuat cahaya tiap cm2 dari luas
permukaan sumber cahaya yang dilihat (kalua sumber cahaya berupa bola maka luas permukaanya
dapat dilihat berupa luas lingkaran).
Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya
intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada
dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas
cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Luxmeter
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang terdapat pada suatu
ruangan atau tempat tertentu. Intensitas cahaya yang terdapat pada suatu ruangan harus sesuai
dengan intensitas cahaya standarnya. Intensitas cahaya standar dipengaruhi oleh luas ruangan dan
juga fungsi dari ruangan tersebut. Dengan kita mengetahui intensitas cahaya standar pada suatu
ruangan, maka kita dapat menentukan intensitas cahaya lampu yang harus kita gunakan.
Dalam merangkai rangkaian alat ukur intensitas cahaya ini, kami menggunakan resistor
sebagai penghambat arus listrik, resistor variabel sebagai pengatur taraf isyarat analog (misalnya
pengendali suara pada peranti audio), dan sebagai pengendali masukan untuk sirkuit rangkaian,
lampu LED sebagai indikator rangkaian dapat berfungsi dengan baik yang dgroundkan dan
disambungkan dengan kabel silikon yang disusun dalam papan rangkaian yang dirangkai sebagai
upaya menyederhanakan alat ukur intensitas cahaya yang rumit seperti lux meter menjadi rangkaian
sederhana yang dapat berfungsi sama baiknya dengan lux meter.

5
Rangkaian alat ukur intensitas cahaya yang dirangkai menjadikan beban yang ingin
dikendalikan tidak hanya sebatas lampu LED saja tetapi bisa digunakan beban lain sesuai
kebutuhannya seperti resistor. Rangkaian alat ukur intensitas cahaya yang dirangkai lebih
sederhana dan sering ditemui, karena memang rangkaian alat ukur intensitas bisa berkerja dengan
penggunaan kompenen yang relatif sedikit dan sederhana. Rangkaian alat ukur intensitas cahaya
diatas menggunakan resistor sebagai alat perasa perubahan intensitas cahaya, dimana resistor
memiliki nilai resistansi tidak berubah- ubah, sehingga tingkat intensitas cahaya yang diterimanya
hanya pada jangkau nilai resistansi resistor variabel itu saja.

Prinsip kerja dari rangkaian alat ukur intensitas cahaya sebenarya sangat sederhana.
Pembagian tegangan antara resistor dan potensiometer merupakan inti dari rangkaian sensor cahaya
diatas. Kenaikan tegangan pada potensiometer akan mengurangi tegangan yang jatuh pada resistor,
begitupun sebaliknya kenaikan tegangan pada resistor akan mengurangi tegangan jatuh pada
potensiometer. Pembagian tegangan sesuai dengan rumus pembagi tegangan yang berlaku pada
rangkaian seri.

6
BAB V
PENUTUP
Rangkaian alat ukur intensitas cahaya tersusun dari resistor, resistor
variabel/potensiometer, lampu Led dan kabel silikon yang dirangkai secara seri dan parallel dipapan
rangkaian. Rangkaian ini merupakan rangkaian alat ukur intensitas cahaya yang lebih sederhana
dari alat ukur intensitas cahaya seperti luxmeter.
Prinsip kerja dari rangkaian alat ukur intensitas cahaya sebenarya sangat sederhana.
Pembagian tegangan antara resistor dan potensiometer merupakan inti dari rangkaian sensor cahaya
diatas. Kenaikan tegangan pada potensiometer akan mengurangi tegangan yang jatuh pada resistor,
begitupun sebaliknya kenaikan tegangan pada resistor akan mengurangi tegangan jatuh pada
potensiometer. Pembagian tegangan sesuai dengan rumus pembagi tegangan yang berlaku pada
rangkaian seri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Gunandhi, A., 2002. Perancang dan Implementasi Alat Ukur Cahaya Sederhana. Surabaya:
Universitas Widya Mandala

Anda mungkin juga menyukai