Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

INSTALASI LISTRIK
“ TEKNIK PENERANGAN ”

Oleh :
1. Nabilah / 1901032040
2. Muhammad Yasin Ramadan / 1901031004
3. Muamar Akbar Qhadafi / 1901032011
4. M. Ichsan Seprianto / 1901032018

Dosen Pembimbing :

Nasrul Harun, ST., M. Kom

PROGRAM STUDI D III TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan penyusunan makalah ini,
meskipun disadari sepenuhnya makalah ini masih banyak kekurangannya.

Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Rankaian Listik I dan
untuk mengetahui lebih lanjut tentang Teknik Peberangan.

Didalam makalah ini penulis akan membahas tentang definisi Teknik Penerangan, jenis-
jenis , sifat, prinsip kerja serta hal-hal lain yang berkaitan dengan Teknik Penerangan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan sekian dan terima kasih.

Padang, 11 September 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................2
1.3 Tujuan ..........................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi Cahaya ..............................................................................3
2.2 Satuan-Satuan Penting Dalam Teknik Penerangan........................3
2.3 Hukum Kuadrat dan Cosinus .........................................................5
2.4 Sistem Penerangan dan Armatur ....................................................6
2.5 Cara Mengatur Penerangan Dalam ................................................7
2.6 Intensitas Penerangan..................................................................8
2.7 Efesiensi Penerangan ..................................................................8
2.8 Faktor Deprisiasi.................................................................9
2.9 Penentuan jumlah lampu/Armatur..........................................9
2.10 Cara Penempatan Sumber-Sumber Cahaya dan Ruangan.........11
2.11 Tabel-Tabel Penerangan.................................................... .11
2.12 Merancang Instalasi Penerangan..........................................14
2.13 Macam-Macam Lampu dan Armatur...................................21

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan........................................................................46
3.2 Saran.................................................................................46

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pencahayaan digunakan ketika penerangan alami tidak dapat memenuhi


persyaratan penerangan ruang dalam bangunan. Dilihat dari penggunaan energy listrik
suatu bangunan, penggunaan energi listrik sistem pencahayaan menempati urutan terbesar
kedua setelah sistem tata udara. Sistem pencahayaan pada gedung telah dirancang sejak
awal pembangunan gedung, tetapi penambahan sekat yang terjadi pada ruang gedung tidak
memperhitungkan sistem pencahayaan dimana titik penerangan tidak sesuai terhadap luas
ruang yang mengakibatkan nilai intensitas penerangan ruang menjadi kecil.
Untuk itu perlu dilakukan perhitungan ulang sistem pencahayaan yang
dimaksudkan guna mengoptimalkan penggunaan energi listrik terhadap fungsi dan luas
ruangan serta intensitas penerangannya. Sebagai upaya nyata mengoptimalkan penggunaan
energi listrik pada system pencahayaan di gedung adalah dengan manajemen energi dan
salah satu diantaranya yaitu audit energi. Audit energi merupakan sebuah proses evaluasi
pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi pada
pengguna energi listrik dalam rangka konservasi energi. Audit energi listrik pada gedung
diawali dengan mengumpulkan data historis, data dokumentasi gedung yang tersedia,
observasi dan pengukuran, perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) serta
rekomendasi potensi penghematan energi. Dari hasil perhitungan IKE tersebut akan
diketahui tingkat penggunaan energi listrik pada gedung rektorat Unila. Penggunaan energi
untuk sistem pencahayaan dapat dioptimalkan dengan mengurangi daya dengan memilih
lampu yang berefikasi tinggi. Besar intensitas penerangan ruang serta besar daya yang
dibutuhkan telah diatur dalam SNI 03-6197-2010.
Untuk mengoptimalkan penggunaan energi di gedung maka perlu dilaksanakan
kegiatan penelitian melalui audit energi. Setelah dilakukan perhitungan konsumsi energi
listrik kemudian memberikan rekomendasi dalam penggunaan energi listrik dan penurunan
biaya energi listrik.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep mengenai teknik penerangan


2. Bagaimana kesesuaian penggunaan lampu terhadap ruangan
3. Bagaimana cara memahami instalasi penerangan
1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami konsep teknik penerangan


2. Mahasiswa mampu menmahami kesesuaian pada penggunaan lampu terhadap suatu
ruang
3. Mahasiswa mampu memahami instalasi penerangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Cahaya

Cahaya merupakan suatau energi yang diradiasikan atau dipancarkan dari sebuah
sumber dalam bentuk gelombang dan merupakan bagian dari keseluruhan kelompok
gelombang-gelombang elektromagnetik. Panjang gelombang adalah jarak antara puncak-
puncak gelombang energi. Kita dapat memahami panjang gelombang dalam suatau cara
yang sama dengan suatu jarak antara gelombang-gelombang yang berurutan di atas laut.
Sebagaimana kita lihat, masalah panjang gelombang penting sekali dalam menentukan
jenis cahaya.
Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:
• Pijar, benda padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan
sampai suhu tertentu. Intensitas meningkat dan penampilan menjadi semakin putih jika
suhu naik.
• Muatan Listrik, jika arus listrik dilewatkan melalui gas,maka atom dan molekulnya akan
memancarkan radiasi, dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada.
• Electro Luminescence, Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan
tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.
• Photo luminescence, radiasi pada salahsatu panjang gelombang diserap, biasanya oleh
suatu padatan dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi
yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat, maka radiasi
tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence.
Cahaya dibagi menjadi dua golongan yaitu cahaya alami dan cahaya buatan, misalnya
cahaya alami mengenai penerangan alami siang hari dan cahaya buatan mengenai
penerangan listrik,

2.2 Satuan-satuan Penting dalam Teknik Penerangan

a. Steradian

Radian adalah sudut pada titik tengah lingkaran dimana kedua busurnya adalah sama. Karena
keliling lingkaran sama dengan

maka

3
Steradian adalah sudut ruang pada titik tengah bola sebesar kuadrat jari-jarinya.Karena luas
permukaan bola sama dengan 4 r2, maka di sekitar titik tengah bola dapat diletakkan
4 sudut ruang yang masing-masing sama dengan satu steradian.Jumlah steradian sudut
ruang, yaitu :

b. Flux Cahaya

Flux cahaya adalah jumlah cahaya yang diapncarkan oleh suatu sumber cahaya setiap detik,
satuannya lumen (lm). Karena Intensitas Cahaya nya 1 cd, maka :

Ø = 4 x22/7 lm

c. Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya adalah flux cahaya per satuan sudut ruang yg dipancarkan ke arah tertentu

I = Ø / w cd
I = (4 x 22/7) / (A/RxR) cd

d. Intensitas Penerangan (Iluminansi)

adalah flux cahaya yang jatuh pada bidang setiap m2 satuannya adalah lux (lx) dan
lambangnya E
1 lux = 1 lumen per m2
Jika suatu bidang yang luasnya A m2, diterangi dengan lumen, maka besarnya intensitas
penerangan rata-rata di bidang tersebut adalah

Ep = Ø/A lux
E rata-rata (Ep) = Ø/A
= 1000/10
= 100 lux (jika 10 m2 diterangi 1000 lumen)

Intensitas penerangan Ep dititik P umumnya tidak sama, misalkan sekitar bola ditempatkan
sebuah bola lain dengan titik tengah sama tetapi jari-jarinya 2m. Bagian dari permukaan bola
kedua ini membatasi 1 steradian, maka akan sama dengan

r2 = 2 x 2 = 4 m2

Flux cahaya yang menerangi 4 m2 permukaan bola luar = flux cahaya menerangi 1 m2
permukaan bola luar. Intensitas penerangan permukaan bola luar= 1/4 lux karena flux cahaya
dibagi permukaan yang 4x lebih luas.
4
jadi, Intensitas penerangan bidang karena sumber cahaya I berkurang dengan kuadrat jarak
sumber cahaya dan bidang (Hukum Kuadrat)

Ep = I/r2 lux
(berlaku untuk titik tertentu dr bidang yg diterangi)
Ep = intensitas penerangan dititik p dr bidang yg diterangi dalam lux
I = intensitas sumber cahaya dalam cd
r = jarak sumber cahaya le titik P dalam m

Sedangkan intensitas penerangan dimana flux cahaya menyinari permukaan bidang (Metode
Lumen)

E = F/A
E = intensitas penerangan (lux)
F = flux cahaya (lamen lm)
A = luas permukaan bidang (m2)

e. Luminansi

adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminasi yang terlalu besar akan menyilaukan
mata, seperti lampu pijar tanpa armatur (tempat merefleksikan cahaya).
Luminasi L suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya ialah
intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan

L = I/As cd/cm2
L = Luminansi (cd/m2)
I = Intensitas Cahaya (cd)
As = Luas semua permukaan (cm2)

Jika luminansinya sangat kecil digunakan satuan cd/m2 ; 1 cd/cm2 = 10.000 cd/m2

2.3 Hukum Kuadrat dan cosinus

a. Hukum kuadrat
Untuk kasus bidang permukaan yang tidak rata dimana intensitas penerangan di suatu
bidang berkurang dengan kuadat dari jarak antara sumber cahaya dengan bidang itu.
Rumus hukum kuadrat :
Ep = I / r2 (lux) Ep = intensitas penerangan di titik p
I = intensitas sumber cahaya
R = jarak darisumber cahayake titik p

5
b. Hukum cosinus
hukum cosinus menyatakan bahwa besarnya iluminasi E pada sebuah titik terhadap sumber
cayaha berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dan barbanding lurus dengan intensitas I
dan cosinus sudut mengapitnya.
Rumus hokum cosinus :
E = I. cosœ / r2 (lux)
Cosœ = h / r 1/r = Cos œ / h
E = I.cos œ / h ( lux )
3 2

2.4 Sistem Penerangan dan Armatur

Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada :


1. Konstruksi sumber cahaya
2. Konstruksi armatur yang digunakan
Konstruksi armatur yang digunakan antara lain ditentukan oleh:
a. cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit
b. cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armatur
c. perlindungan sumber cahaya
d. penyesuaian bentuknya dengan lingkungan
e. penyebaran cahayanya

Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang
digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan di bawah ini.
1) Penerangan langsung: cahaya yang dipancarkan sumber cahaya seluruhnya diarahkan
ke bidang yang harus diberikan penerangan, langit-langit hampir tidak berperan.
Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan yang tinggi, misalnya di
bengkel, pabrik dan untuk penerangan luar.

6
2) Terutama penerangan langsung: sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas. Sistem
penerangan ini digunakan di gedung-gedung ibadat, untuk tangga dalam rumah, gang dan
lain-lain.
3) Penerangan baur/merata: sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya diarahkan ke
dinding dan langit. Penerangan ini digunakan di ruangan-ruangan sekolah, ruangan kantor
dan tempat-tempat kerja.
4) Terutama penerangan tak langsung: sebagian besar dari cahaya sumber-sumber
cahaya diarahkan ke atas. Karena itu langit-langit dan dinding-dinding ruangan harus
diberi warna terang. Penerangan ini digunakan di rumah-rumah sakit, di ruangan baca,
toko-toko, kamar tamu, dan lain-lain.
5) Penerangan tidak langsung: cahayanya dipantulkan oleh langit-langit dan dinding-
dinding. Warna dinding dan langit-langit harus terang. Penerangan ini digunakan di
ruangan-ruangan untuk membaca, menulis dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan halus
lainnya.
Tabel 3 dan 4 memuat ikhtisar dari armatur-armatur yang dipergunakan dan sifat-sifat
utamanya dan pada lampiran dapat dilihat berbagai bentuk armatur.

Syarat Pencahayaan yang baik :


1. Pencahayaan tidak boleh menimbulkan pertambahan udara
2. Sumber cahaya harus memberikan pencahayaan dgn intensitas yg tetap,menyebar,
merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan yg
mengganggu
3. Pencahayaan harus mencukupi intensitasnya sesuai dgn beban aktivitas (bekerja)

2.5 Cara Mengatur Penerangan Dalam

Untuk suatu perusahaan produksi penerangan yang baik antara lain memberi keuntungan-
keuntungan berikut ini:
a. peningkatan produksi
b. peningkatan kecermatan
c. kesehatan yang lebih baik
d. suasana kerja yang lebih nyaman
e. keselamatan kerja yang lebih baik

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem penerangan adalah :


a. intensitas penerangannya di bidang kerja
b. intensitas penerangan umumnya dalam ruangan
c. biaya instalasinya
d. biaya pemakaian energinya
e. biaya pemeliharan instalasinya, antara lain biaya penggantian lampu-lampu.

7
Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum di bidang kerja
sekurang-kurangnya = 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya sekurang-kurangnya = 0,3.

2.6 Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan adalah kuat cahaya (fluk cahaya) yang jatuh pada bidang kerja.
Satuan untuk itensitas penerangan adalah lux.
Persamaan adalah:
L = I/As (cd/cm2).........................................................................................(1.1)
Keterangan :
L = Luminansi (cd/cm2)
I = Intensitas Cahaya (cd)
As = Luas semu permukaan (cm2)
Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat dimana kerjanya dilakukan. Bidang kerja
umumnya di ambil 80 cm diatas lantai. Bidang kerja ini mungkin sebuah meja atau bangku
kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm diatas lantai. Intensitas
penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh berat pekerjaan yang harus dilakukan.
Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intesitas penerangan yang diperlukan.

2.7 Efisiensi Penerangan

Efisiensi penerangan ditentukan dari tabel. Setiap tabel efisiensi peneranganya hanya
berlaku untuk satu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dan dalam ruangan tertentu
pula. Untuk armatur yang tidak memiliki tabel efisiensi penerangan maka efisiensi
penerangan yang diambil adalah efisiensi tabel sifat/sistem penerangan.
Untuk menentukan efisiensi penerangan harus diperhatikan:

1. Faktor refleksi dinding (rw), faktor refleksi langit-langit (rp) dan faktor refleksi bidang

pengukuran (rm).

2. Indeks ruang
Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran
utama suatau ruangan berbentuk bujur sangkar sedangkan besarnya faktor penggunaan
dipengaruhi oleh faktor refleksi dan indeks ruangan. (P. Van. Harten, jilid 2, 2002:40).
K = (pxl) / h (p+l)................................................................................... ............(1.)
Dimana:
p = panjang ruangan (m).
l = lebar ruangan (m).
h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m).
Bidang lantai adalah suatu bidang horizontal khayalan, umumnya 0,80 m di atas lantai.
Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efesiensi peneranganya dapat
ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k = 4,5 maka untuk ᶯ diambil nilai tengah
antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k = 5. Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai ᶯ untuk k =
5, sebab untuk k diatas 5, efesiensi peneranganya hampir tidak berubah lagi.

8
2.8 Faktor Deprisiasi

Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d ialah:

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata-rata suatu
instalasi dengan lampu-lampu dan armatur-armatur, yang daya gunanya telah berkurang
karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain.Efisiensi penerangan yang
diberikan dalam tabel 2.2 . Kalau faktor depresiasinya 0,8, suatu instalasi yang dalam
keadaan baru. Memberi 250 lux, akan memberi hanya 200 lux saja dalam keadaan sudah
pakai.
Jadi untuk memperoleh efesiensi penerangannya dalam keadaan pakai, nilai rendemen
yang didapat dari tabel dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor depriasi ini dibagi
atas tiga golongan utama, yaitu untuk:

a. Pengotoran ringan;

b. Pengotoran biasa, dan

c. Pengotoran berat.

Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok, tergantung pada
masa pemeliharaan lampu-tampu dan armatur-armaturnya, yaitu setelah 1, 2 atau 3 tahun.
Pengotoran ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolah yang
berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu. Pengotoran beratakan terjadi di
ruangan-ruangan dengan banyak debu atau pengotoran lain, misalnya di perusahaan-
perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan sebagainya. Pengotoran biasa terjadi di
perusahaan-perusahaan lainnya. Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan
faktor depresiasi 0,8. Di samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi telah juga
diper- hitungkan pengaruh usia lampu-lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam
nyalanya. Untuk tampu-tampu TL diperhitungkan 15000 jam nyala per tahun (harten,
tahun 2002 : 41). Angka-angka ini sesuai dengan angka rata-rata di perusahaan-
perusahaan.

2.9 Penentuan Jumlah lampu atau Armatur

Untuk mendapatkan hasil penerangan / pencahayaan yang baik dan merata, kita harus
dipertimbangkan iluminasi (kuat penerangan), sudut penyinaran lampu, jenis dan jarak
penempatan lampu yang diperlukan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam suatu ruangan
atau fungsi ruang tersebut.

9
Pada dasarnya dalam perhitungan jumlah titik lampu pada suatu ruang dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain : dimensi ruang, kegunaan / fungsi ruang, warna dinding, type
armature yang akan digunakan, dan masih banyak lagi.

Daya Pencahayaan Maksimum Menurut SNI


 Untuk Ruang Kantor/ Industri adalah 15 watt / m2
 Untuk Rumah tak melebihi 10 watt / m2
 Untuk Toko 20-40 watt / m2
 Untuk Hotel 10-30 watt / m2
 Untuk Sekolah 15-30 watt / m2
 Untuk Rumah sakit 10-30 watt / m2
Coba terapkan perhitungan tersebut di atas pada setiap ruang di rumah, kemudian
jumlahkan dan dirata-rata. Jika jumlahnya berlebih, sebaiknya kurangi titik lampu atau
gunakan jenis lampu hemat energi.
Terdapat dua aspek penting dari perencanaan penerangan, pertama yaitu menentukan
jumlah armature yang dibutuhkan berdasarkan nilai intensitas yang diberikan, sedangkan
yang kedua adalah rekomendasi pemasangan berdasarkan bentuk ruangan.

Jumlah lampu :
nL = EA / ØL d

jumlah armature :
nA = EA / ØA  d

di mana :
nL = jumlah lampu
nA = jumlah armatur
ØL = flux cahaya lampu
ØA = flux cahaya armatur
E = intensitas penerangan yang diperlukan
A = luas bidang kerja
 = efisiensi penerangan
d = faktor depresiasi

CATATAN
1. Jika data efisiensi penerangan yang dikeluarkan olek pabrik pembuat lampu/armatur
tidak tersedia, maka dapat digunakan nilai pendekatan sebagai berikut.
Sistem Efisiensi
Penerangan Penerangan
Langsung 0,60

10
terutama
0,55
langsung
menyebar/merata 0,50
terutama tidak
0,45
langsung
tidak langsung 0,35

2. Disamping dengan metoda yang telah dijelaskan di atas, metoda lain yang dapat
digunakan untuk menghitung penerangan dalam adalah “Zonal Cavity Method”.

2.10 Cara Penempatan Sumber-Sumber Cahaya dan Ruangan

 Efisiensi penerangan juga dipengaruhi oleh cara penempatan( jarak ) sumber cahaya
dalam ruangan.
 Jarak antara sumber cahaya (a) sedapat mungkin harus sama untuk kedua arah.
 Jarak antara sumber cahaya yang paling luar dan dinding = 0,5a.
 Besarnya a dan h sedapat mungkin harus sama
 Untuk ruangan kecil, jika a < h maka untuk penerangan umum sebaiknya digunakan 4
armatur
2.11 Tabel- Tabel Penerangan

Tabel 1. Flux cahaya LampuTL 220 V


Flux
Panjang
Tipe Warna Cahaya
(mm)
(lumen)
/92
incandescent 615
TLD – /93 warm 730
590
18 W white 940
/94 white 1070
/95 daylight
/92
incandescent 2250
TLD – /93 warm 2300
1200
36 W white 2350
/94 white 2350
/95 daylight
TLD – 58 W 1500 /92 incandescent 3550

11
/93 warm white 3600
/94 white 3700
/95 daylight 4000

 /92 digunakan antara lain di : hotel, restaurant, rumah dan reception areas.
 /93 dan /94 digunakan antara lain di : boutiques, galleri, museums, showrooms.
 /95 terutama digunakan di industri-industri keramik dan daerah-daerah yang
memerlukan ketelitian yang tinggi

Tabel 2. Flux cahaya Lampu Pijar 220 V


WATT 15 25 40 60 75 100 150
F.C (Lumen) 120 230 430 730 960 1500 2220

Tabel 3 Intensitas penerangan untuk berbagai sifat pekerjaan


penerangan
Sifat pekerjaan penerangan baik
sangat baik

1. Kantor
Ruangan gambar 2000 lux 1000 lux

Ruangan kantor (untuk pekerjaan, kantor


biasa, pembukuan, mengetik, surat menyurat,
membaca, menulis, melayani mesin-mesin
kantor) 1000 lux 500 lux

Ruangan yang tidak digunakan terus-menerus


untuk pekerjaan (ruangan arsip, tangga, gang,
ruangan tunggu) 250 lux 150 lux

2. Ruangan Sekolah
Ruangan kelas 500 lux 250 lux
Ruangan gambar 1000 lux 500 lux
Ruangan untuk pelajaran jahit-menjahit 1000 lux 500 lux

3. Industri
Pekerjaan sangat halus (pembuatan jam

12
tangan, instrumen kecil dan halus, mengukir) 5000 lux 2500 lux

Pekerjaan halus (pekerjaan pemasangan halus,


menyetel mesin bubut otomatis, pekerjaan
bubut halus, kempa halus, poles) 2000 lux 1000 lux

Pekerjaan biasa (pekerjaan bor, bubut kasar,


pemasangan biasa) 1000 lux 500 lux

Pekerjaan kasar (menempa dan menggiling) 500 lux 250 lux

4. Toko

Ruangan jual dan pamer :


toko-toko besar 1000 lux 500 lux
toko-toko lain 500 lux 250 lux

Etalase :
toko-toko besar 2000 lux 1000 lux
toko-toko lain 1000 lux 500 lux

5. Mesjid, gereja dan sebagainya 250 lux 125 lux

6. Rumah Tinggal

Kamar tamu
Penerangan setempat (bidang kerja) 1000 lux 500 lux
Penerangan umum, suasana 100 lux 50 lux

Dapur
Penerangan setempat 500 lux 250 lux
Penerangan umum 250 lux 125 lux

Ruangan-ruangan lain
Kamar tidur, kamar mandi, kamar rias
(penerangan setempat) 500 lux 250 lux
Gang, tangga, gudang, garasi 250 lux 125 lux
Penerangan setempat untuk pekerjaan-
pekerjaan ringan (hobby dan sebagainya) 500 lux 250 lux
Penerangan umum 250 lux 125 lux

13
2.12 Merancang Instalasi Penerangan

1.) Gambar Situasi: Yang menunjukan gambar posisi gedung /bangunan yang akan
dipasang instalasi listriknya terhadap saluran/ jaringan listrik terdekat. Data yang perlu
ditulis pada gambar situasi ini adalah alamat lengkap, jarak terhadap sumber listrik terdekat
(tiang listrik/ bangunan yang sudah berlistrik) untuk daerah yang sudah ada jaringan
listriknya. Bila belum ada jaringan listriknya, perlu digambarkan rencana pemasangan
tiang-tiang listrik.

Gbr. 2 Contoh Gambar Situasi

2). Gambar Instalasi: Yang menunjukan gambar denah bangunan (pandangan atas) dengan
rencana tata letak perlengkapan listrik dan rencana hubungan perlengkapan listriknya.
Saluran masuk langsung ke APP yang biasanya terletak didepan / bagian yang mudah
dilihat dari luar. Dari APP ke PHB utama melalui kabel toefoer, yang biasanya berjarak
pendek, dan posisinya ada didalam bangunan. Pada PHB ini energi listrik didistribusikan
ke beban menjadi beberapa group / kelompok :

 Untuk konsumen domestik / bangunan kecil, dari PHB dibagi menjadi beberapa group dan
langsung ke beban. Biasanya dengan sistem satu fasa.
 Untuk konsumen industri karena areanya luas, sehingga jarak ke beban jauh dari PHB utama
dibagi menjadi beberapa group cabang / Sub Distribution Panel baru disalurkan ke beban.

14
Gbr. 3 instalsi gedung lantai dasar

3) .Diagram Garis Tunggal: Yang menunjukan gambar satu garis dari APP ke PHB utama
yang di distribusikan ke beberapa group langsung ke beban (untuk bangunan berkapasitas
kecil) dan melalui panel cabang (SDP) maupun sub panel cabang (SSDP) baru ke beban.
Pada diagram garis tunggal ini selain pembagian group pada PHB utama/ cabang/ sub cabang juga
menginformasikan jenis beban, ukuran dan jenis penghantar, ukuran dan jenis pengaman arusnya,
dan system pembumian / pertanahannya.

Gbr. 4 Diagram satu garis instalasi listrik pada bangunan /gedung Tegangan Rendah

15
4). Gambar rinci meliputi :

 ukuran fisik PHB


 cara pemasangan perlengkapan listrik
 cara pemasangan kabel / penghantar
 cara kerja rangkaian kendali
 dan lain-lain informasi / data yang diperlukan sebagai pelengkap
B. Sistem Distribusi
Instalasi listrik untuk penerangan atau biasa disebut instalasi penerangan adalah instalasi
listrik yang memberi tenaga listrik untuk keperluan penerangan (lampu) dan alat-alat yang
lain.
Biasanya instalasi penerangan di dalam rumah-rumah dan gedung-gedung mempergunakan
sistem radial, karena sederhana dan mudah pengamanannya.
Banyaknya beban yaitu jumlah lampu dan alat yang lain dibagi kelompok-
kelompok/group. Pembagian group ini dimaksudkan untuk mempertinggi keandalan dari
sistem itu. Apabila salah satu group mendapat gangguan hubung singkat maka hanya group
itulah yang terputus hubungannya, sedang group yang lain tak terganggu.

C. . Tata Letak Lampu dan Pembagian Beban


Tiap-tiap macam ruangan membutuhkan jumlah dan besar kekuatan lampu yang berbeda
jumlah dan kekuatan lampu yang dibutuhkan oleh suatu ruangan tergantung pada
 macam penggunaan ruangan , setiap macam penggunaan ruang yang berbeda, kebutuhan
kekuatan penerangan (lumen per meter persegi atau lux)juga berbeda.
 luas dan ukuran ruangan, makin luas ruangannya penggunaan lampu makin banyak.
 keadaan rungan, dinding yang ada memantulkan atau menyerap cahaya.
 jenis lampu yang dipakai dan system penerangannya.
Letak dan banyak lampu pada suatu ruangan untuk mendapatkan sinar terbagi rata, kuat
penerangannya dapat dinyatakan dengan rumus:

EB : Kuat penerangan di B (lemah/m2 atau lux)


I : Kuat cahaya dari lampu (elemen)
h : Tinggi lampu dari bidang kerja.
α : Sudut penyinaran.

16
Gbr. 5 Kuat cahaya dari titik summber lampu

Supaya sinar lampu yang jatuh pada bidang bisa agak terbagi rata maka sudut penyinaran (
α ) jangan melampaui 45° jadi a £ 45° hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :
Titik A adalah yang mendapat kuat penerangan yang terbaik sedang titik B adalah titik
yang kuat penerangannya paling kurang baik pada bidang BB.

Kuat penerangan di A :

Kuat penerangan di B:

Maka

Maka untuk sudut a = 45°, tempat yang paling kurang baik (B) mendapat kuat penerangan
± ⅓ kali kuat penerangan dari tempat yang terbaik (A).
D. Penentuan Banyak Kelompok Penerangan

17
Menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik di Indonesia (Pasal 661 C1) : “Instalasi
penerangan harus dibagi dalam group-group (kelompok) dan setiap group harus diamankan
sendiri-sendiri dengan pengaman arus lebih (sekring) dan saklar. Banyaknya titik-titik
pengambilan arus untuk setiap group paling banyak 9 titik”.
Pada instalasi yang mempergunakan supply 3 phase untuk memudahkan dalam
menentukan keseimbangan beban nantinya sebaiknya (tidak mutlak) dibuat agar
banyaknya group merupakan angka kelipatan tiga.
Setelah ditentukan berapa banyaknya group/kelompok penerangan kemudian ditentukan
lampu-lampu atau stop kontak-stop kontak manakah yang ikut dalam tiap-tiap group
tersebut.
Untuk menentukannya maka perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
 Sebaiknya jarak tiap-tiap pengambilan arus untuk setiap group jangan terlalu jauh atau
menyebar, hingga hantaran yang digunakan tidak terlalu panjang (ingat rugi-rugi tegangan
dan harga kawat).
 Sedapat mungkin setiap group memerlukan daya yang sama/hampir sama, sehingga
dalam menenentukan keseimbangan mudah.
 Dalam satu ruangan hendaknya dibagi dalam beberapa group dan sebaiknya setiap group
berlainan phasenya karena bila salah satu group mati masih ada supply listrik dari group
yang lain.
 Untuk gedung-gedung yang besar, misalnya gedung kuliah, bengkel kerja, gedung
pertunjukan dan sebagainya penerangan harus dibagi sekurang-kurangnya 2 group dan
setiap group dipasang dalam phase yang berlainan.
E. Penentuan Keseimbangan Beban
Pada rumah-rumah atau gedung-gedung yang besar dimana tenaga listrik yang tersedia
terdiri dari 3 phase, maka harus dihitung/ direncanakan agar beban tiap-tiap phasenya sama
atau berbeda sedikit sekali, sehingga ketiga fasenya akan seimbang. Cara menentukan/
merencanakan keseimbangan beban ini dilakukan dengan jalan coba-coba. Beban tiap-tiap
group dihitung, kemudian dicoba-coba.
Beban tiap-tiap group dihitung, kemudian dicoba dimasukkan dalam tiap-tiap phase
sehingga diperoleh keseimbangan. Oleh karena itu akan mudah menentukan keseimbangan
beban ini apabila jumlah group dapat dibagi 3 (kelipatan tiga) dan beban tiap group sama
atau hampir sama.

F. Menentukan Ukuran Sekering dan Penghantar


Yang dimaksud ukuran sekring disini adalah besarnya arus “rating”/arus nominal dari
sekring. Sedang yang dimaksud ukuran penghantar disini adalah ukuran luas penampang
kawat penghantar tadi.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran kawat penghantar yang dipergunakan untuk suatu
instalasi adalah sebagai berikut :

 Kuat arus yang dibutuhkan beban, yang mengalir ada kawat penghantar tersebut.

18
 Jenis kawat/macam isolasi kawat yang dipakai. Kemampuan menyalurkan arus (current
carrying capasity) besarnya tergantung dari jenis kawat/macam isolasi kawat yang dipakai
dan ukuran kawat.
 Kerugian tenaga dan kerugian tegangan (voltage drop) maximum diperkenankan yaitu
makin besar ukuran kawat penghantar, makin kecil rugi-rugi.
 Ukuran minim kawat penghantar yang diperkenankan dipasang menurut peraturan-
peraturan dalam keselamatan.
Adapun cara menentukan ukuran sekring dan kawat penghantar yang dipakai untuk
pemasngan suatu instalasi penerangan adalah sebagai berikut ;
Dihitung lebih dulu berapa watt seluruh beban pada kawat penghantar tersebut berdasarkan besar
beban itu, dihitung besar arus listrik (ampere) yang mengalir pada kawat yaitu dengan
menggunakan rumus ;

1. untuk arus bolak-balik 1 fasa

2. untuk arus boalak-balik 3 fasa

3. Untuk arus searah

dimana:

I = arus yang mengalir pada kawat (Ampere)


P = besar muatan/daya (Watt)
V = tegangan antar kawat (Volt)
Cos Q = faktor daya dari beban

G. Komponen- Komponen instalasi penerangan

19
Komponen-komponen instalasi listrik ada beberapa macam, antara lain:
1). Pengaman: adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi sistem instalasi dari beban yang
melebihi kemampuannya. Biasanya arus yang mengalir pada suatu penghantar akan menimbulkan
panas, baik pada saluran penghantar maupun pada alat listriknya sendiri.

2).Sakelar: adalah komponen instalasi yang berfungsi untuk memutuskan dan


menghubungkan rangkaian listrik. Sakelar ada kalanya disebut sakelar beban, memiliki
pemutusan sesaat. Pada saat sakelarnya akan membuka untuk memutuskan rangkaian,
sebuah pegas akan diregangkan. Pegas inilah yang menggerakkan sakelarnya sehingga
dapat memutuskan rangkaian dalam waktu yang sangat pendek. Jadi kecepatan
pemutusannya ditentukan oleh pegas dan tidak tergantung pada pelayanannya. karena
cepatnya pemutusan, kemungkinan timbulnya busur api antara kontak-kotak pemutusan
hanya kecil. Sakelar dapat digunakan untuk memutuskan rangkaian dalam keadaan
berbeban. Sakelar menurut fungsinya dapat dibedakan sebagai berikut : sakelar tunggal,
sakelar kutub dua, sakelar kutub tiga, sakelar seri, sakelar tukar dan sakelar silang.
3). Kotak perangkat Hubung Bagi (PHB): adalah suatu perlengkapan instalasi listrik yang
dilengkapi alat-alat pengaman sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Kotak PHB harus
dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar, tahan lembab dan kukuh (ayat 610 A1). Pada
setiap hantaran fasa keluar suatu perlengkapan hubung bagi harus dipasang pengaman arus
(ayat 602 D1). Pada hantaran netral tidak boleh dipasang pengaman arus, kecuali bila
potensial hantaran netralnya tidak selalu mendekati potensial tanah. Setiap peralatan listrik,
kecuali kotak-kontak dengan kemampuan hantar arus nominal 16 A atau lebih, harus
merupakan rangkaian akhir tersendiri kecuali jika peralatan tersebut bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu unit instalasi (ayat 602 N1).
4). Fitting: adalah tempat memasang bola lampu listrik, dan menurut penggunaannya
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : fitting duduk, fitting gantung, dan fitting kedap air.
5). Kotak-kontak: merupakan tempat untuk mendapatkan sumber tegangan listrik yang
diperlukan untuk benda yang menggunakan listrik (alat-alat elektronik, alat-alat rumah
tangga, dan lain sebagainya). Tegangan Sumber listrik ini diperoleh dari hantaran fasa dan
netral yang berasal dari PLN. Kotak-kontak harus dibuat dari bahan khusus yang tidak
dapat terbakar, tahan lembab dan cukup kuat. Supaya tercapai kontak yang baik, tabung-
tabung kontak dibuat berpegas. Pemasangan kotak-kontak pada rumah umumnya ditanam
di dalam kotak tanam pada dinding. Simbol dan bentuk kotak-kontak dapat dilihat pada
gambar.
6). Kabel penghantar: merupakan suatu bahan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Penghantar yang digunakan pada instalasi listrik pada umumnya menggunakan bahan
tembaga dan alumunium.
7). Lampu Penerangan: merupakan alat yang berfungsi sebagai penerang ruangan. Lampu
penerangan beragam jenisnya, antara lain : lampu pijar, lampu Tube Luminescent (TL),
Lampu hologen, dan lain sebagainya.
8). Pipa Instalasi: digunakan untuk pemasangan kabel listrik yang dihubungkan dengan
sakelar, kotak-kontak, kotak hubung bagi dan sambungan listrik lainya, serta untuk

20
melindungi bahaya listrik terhadap sentuhan langsung dengan manusia. Pipa ini dapat
dibedakan menjadi : pipa baja yang di cat dengan meni, pipa PVC, dan pipa fleksibel.
9). Kotak sambung: penyambungan kabel atau kawat dalam instalasi listrik harus
dilakukan dalam kotak sambung dan tidak boleh dilakukan dalam pipa, sebab
dikhawatirkan akan mengalami putus akibat penarikan, selain itu sambungan listrik dalam
pipa pelat akan memudahkan terjadi kontak listrik dengan pipa sehingga berbahaya bagi
manusia.
10). Lasdop: adalah suatu alat bantu instalasi yang berfungsi menutup sambungan sehingga
aman dari sentuhan luar. Sebelum sambungan ditutup dengan lasdop, terlebih dahulu
sambungan tersebut dibungkus dengan isolasi.
11). Roset kayu: adalah suatu komponen instalasi yang terbuat dari bahan kayu. Komponen
ini digunakan pada pemasangan instalasi rumah kayu. Komponen ini berfungsi sebagai
tempat untuk menempelkan sakelar, fitting, kotak-kontak, dan kotak sambung pada
instalasi rumah kayu.
12). Elbow: digunakan pada pemasangan pipa instalasi di sudut-sudut ruangan. Elbow
terbuat dari bahan yang sama dengan pipa instalasi, yaitu dari bahan PVC dan baja.

2.13 Macam- macam Lampu dan Armatur

1. Lampu Incandenscent (Lampu Pijar)


Karakteristik

Jenis lampu incandenscent ini biasa disebut lampu pijar, lampu pijar akan memancarkan
cahaya ketika ada arus listrik melewati filamen kawat pijar pada lampu dan kemudian
memanasi filamen tersebut. Pembuatan lampu pijar juga didasarkan pada beberapa faktor,
yaitu temperatur filamen, campuran gas yang diisikan, efficacy (im/W), dan umur lampu.

Tahanan filamen tungsten akan semakin tinggi jika temperatur naik, sehingga kenaikan
tegangan akan mengakibatkan menaiknya tahanan yang juga akan terjadi sedikit kenaikan
arus yang mengalir. Tahanan filamen kira-kira seperempat belas dari keadaan temperatur
normal dalam keadaan dingin. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam karakteristik
lampu pijar ini adalah pengaruh perubahan tegangan terhadap lampu.

21
karakteristik lampu pijar

Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari lampu pijar tersebut adalah dengan cara menghubung singkat listrik pada
filamen carbon (C) sehingga terjadi arus hubung singkat pada yang mengakibatkan timbul
panas. Panas yang terjadi dibuat hingga suhu tertentu sampai mengeluarkan cahaya,

beberapa konstruksi filamen lampu pijar

Kontruksi

Jenis lampu ini lebih dikenal dengan sebutan lampu DOP, termasuk juga lampu yang
ditemukan pertama kali oleh Tomas Alva Edison.

konstruksi lampu pijar

22
Lampu incandescent terdiri atas beberapa bagian utama yaitu bulb atau bola lampu, base
lamp, dan filamen kawat pijar

a. Brass Base

Bentuk dari alat ini biasanya bulat spiral yang biasanya terbuat dari bahan yang tahan
panas agar tidak leleh jika dialiri arus listrik, dan bagian ini dirancang untuk tahan terhadap
korosi bahan ini berfungsi untuk menghubungkan lampu dengan soket lampu/fitting.

jenis dan ukuran kaki lampu pijar

b. Filament Stem Base

Bagian ini berfungsi sebagai pembungkus filament kawat,sebagai isolator,serta sebagai


pondasi dasar kawat filament, bagian ini terbuat dari kaca yang meniliki ketahanan panas
tinggi dan tidak mudah pecah.

c. Filament Stem

Berfungsi sebagai penopang posisi filamen kawat shingga tetap tegak berdiri, sehingga
performa lampu tetap terjaga.

d. Lamp Gases

Gas murni yang yang digunakan utuk mengisi ruangan udara di dalam tabung kaca,
biasanya diisi oleh gas aragon dn nitrogen, serta gas krypton yang berfungsi sebagai
penahan panas dalam tabung lampu.

23
e. Fimament Support

Bagian yang berfungsi sebagai penyangga filamen kawat agar tidak bersentuhan, terdiri
atas lima sampai enam kawat penyangga.

Lampu incandescent terasa sangat panas karena temperatur tabung umumnya mencapai
2700 kelvin, masa kerja lampu ini antara 750-2000 jam

lampu incandescent / lampu pijar / lampu dop

Penggunaan

Lampu pijar digunakan berdasarkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki, diantaranya :

i.Untuk penerangan yang membutuhkan pengontrolan cahaya (dimmer) dan ON/OFF


secara langsung, contoh tempat penggunaannya:

Panggung / show

 Bioskop
 Studio
 Kamar tidur, dll
ii.Untuk penerangan yang membutuhkan variasi armatur dan warna sehingga memberi
suasana lebih menarik dan indah, misalnya di :

 Ruang pertemuan / tamu


 Dekorasi
 Reklame
 Pameran, dll
iii.Untuk penerangan di ruangan, misalnya :

 Toilet
 Gudang kecil, dll.

24
Jenis - jenis Lampu Pijar
1)Lampu GLS

i. Lampu Bohlam Bening

ii. Lampu Argenta

iii. Lampu Superlux

25
iv. Lampu Bohlam Buram

v. Lampu Bohlam Lilin

vi. Lampu Luster

2)Lampu Reflektor

Berdasarkan kontruksi reflektornya, lampu ini terdiri dari 3 jenis. Yaitu:

i. Lampu reflektor pressed glass

26
Lampu reflector pressed glass ini reflektornya terbuat dari gelas yang dipress sehingga
tahan hujan. Lampu reflektor pressed bisa digunakan untuk penerangan luar (outdoor),
misalnya lampu sorot di taman. Lampu ini tersedia dalam daya 100W, 125W, 150W dan
300W

Lampu reflektor pressed glass

ii. Lampu reflector blown bulb

Lampu reflector blown bulb ini reflektornya terbuat dari gelas biasa dan tipis. Lampu ini
hanya digunakan untuk penerangan dalam (indoor), misalnya sebagai lampu sorot di
panggung. Lampu reflektor blown bulb tersedia dengan daya 25W, 40W, 60W, 75W,
100W, 150W dan 300W.

Lampu reflector blown bulb

iii. Lampu disco

Lampu disco ini reflektornya terbuat sedemikian rupa sehingga sesuai untuk penerangan
disko. Lampu disco ini hanya tersedia dalam wattase 40W.

27
Lampu disco

2. Lampu Halogen
Prinsip Kerja

Lampu halogen termasuk dalam kelompok lampu pijar, sebab prinsip kerja lampu halogen
adalah karena memijarnya filament.

Lampu ini dibuat untuk mengatasi masalah ukuran fisik dan struktur yang dihadapi lampu
pijar dalam pengunaannya untuk lampu sorot, lampu ”side projector”, dan lampu ”film
projector”. Dalam bidang-bidang ini dibutuhkan ukuran bohlam yang sekecil-
kecilnya sehingga sistem pengontrolan arah dan pemokusan cahaya dapat dilakukan
dengan lebih presisi.

Hal ini berarti kaca bohlam harus berada pada temperatur tinggi dimana menyebabkan
bohlam lampu menghitam akbat tungsten yang berevaporasi. Kesulitan ini dapat diatasi
dengan penambahan halogen ke dalam bohlam lampu, proses kerjanya disebut Tungsten
Halogen Regenerative Cycle (Siklus regenaratif tungsten halogen). Elemen-
elemen halogen itu sendiri terdiri dari iodine, bromine, fluorine, dan chlorine.

Iodine dan bromine adalah gas yang digunakan sebagai gas tambahan terhadap gas normal
(argon dan nitogen) dalam produksi lampu-lampu halogen, sehingga lampu halogen juga
disebut sebagai lampu Iodine Quartz (Quartz Iodine Lamp).

lampu halogen / lampu Iodine Quartz (Quartz Iodine Lamp)

28
Keterangan Gambar :

1.Terlihat gas halogen diantara gas-gas lainnya dalam lampu halogen. Secara kimia, gas
halogen (butir merah) akan bereaksi dengan uap tungsten(butir hitam) yang kemudian
menghasilkan halida tungsten.

2.Pada saat filamen tungsten membara, tungsten akan menguap.

3.Gas halogen mengikat uap tungsten tadi menjadi tungsten halida. Ketika halida tersebut
menyentuh tungsten filamen yang sedang membara, senyawa tersebut kembali terpecah
dimana gas halogen kembali terlepas sementara tungsten kembali melekat pada filamen.

4.Siklus ini berulang terus menerus yang menghasilkan cahaya lampu yang stabil dan umur
lampu yang panjang.

Kontruksi

i.Bohlam

Dikarenakan dinding bohlam dengan filament dekat, maka dinding bohlam akan berada
pada temperatur tinggi (minimal 75 ºC). Oleh karena itu, bohlam harus terbuat dari bahan
tahan panas,biasanya berupa quartz atau silika. Disamping bohlam lampu yang harus
dibuat bahan tahan panas, juga kaki dan penyokong filamen. Kaki lampu halogen terbuat
dari porselin yang juga berupa bahan penyekat

ii.Filament dan Penyokong

Bahan filament yang digunakan untuk lampu halogen sama dengan bahan filament yang
digunakan pada lampu pijar, yaitu tungsten. Filamen ini harus bekerja pada temperatur
antara 2600 ºC sampai 3000 ºC untuk membuat gas halogen berfungsi dalam mencegah
terjadinya penghitaman pada dinding bohlam lampu.

Filamen membutuhkan penyokong dalam bohlam karena kontruksinya yang sedemikian


rupa sehingga filamen tetap dalam keadaan posisi lurus dalam bohlam. Biasanya
penyokong juga terbuat dari tungsten yang sama dengan bahan filamennya sendiri

Filament dan Penyokong

29
Jenis lampu

i.Lampu Halogen Berujung Ganda (Double Ended Halogen Lamp)

Lampu ini biasa dipakai untuk lampu sorot, baik indoor maupun outdoor. Dan tersedia
dengan daya 200 W sampai 3000 W. Lampu ini hanya untuk pemasangan pada posisi
horizontal.

Lampu Halogen Berujung Ganda (Double Ended Halogen Lamp)

ii. Lampu halogen berujung tunggal (Single Ended Halogen Lamp)

Lampu ini digunakan untuk penerangan di dalam ruangan (indoor). Dapat dipasang dalam
posisi sembarang

Lampu halogen berujung tunggal (Single Ended Halogen Lamp)

Armatur

Armatur untuk lampu halogen ini dapat digunakan untuk penerangan indoor dan outdoor,
ukurannya tergantung dari wattase lampu yang dipasang di dalamnya. Misalnya ukuran
armatur lampu halogen 500 W tidak akan sama dengan ukuran armatur untuk lampu
halogen 1000 W dikarenakan perbedaan ukuran panjang bohlam. Bentuk armatur lampu
halogen jenis berujung ganda untuk lampu sorot diperlihatkan oleh gambar di bawah ini.

30
armatur lampu halogen jenis berujung ganda untuk lampu sorot

Penggunaan

Lampu halogen banyak digunakan di panggung (Stage Lighting) ataupun studio untuk
lampu sorot. Hal ini didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh lampu halogen yang
dimana pengaturan cahayanya (dimmer) lebih mudah dilakukan dan ON/OFF dapat secara
langsung, disesuaikan dengan kebutuhan sistem penerangan panggung / studio yang
diinginkan. Lampu halogen juga digunakan untuk penerangan yang memerlukan fisik
lampu yang lebih kecil tetapi dengan fluks cahaya yang tinggi (landasan pacu kapal
terbang). Dengan alasan yang sama lampu halogen juga banyak digunakan sebagai lampu
proyektor dalam “overhead projector”, lampu depan mobil, dll

3. Lampu Floresen (TL)


Prinsip Kerja

Lampu floresen atau lebih dikenal dengan istilah lampu TL, sudah dikembangkan sejak
tahun 1980, lampu ini bekerja menggunakan gas flour untuk menghasilkan cahaya, dimana
energi listrik akan membangkitkan gas di dalam tabung lampu sehingga akan timbul sinar
ultar violet. Sinar urtra violet itu akan mebangkitkan phosphors yang kemudian akan
bercampur mineral lain yang telah dilaburkan pada sisi bagian dalam tabung lampu
sehingga akan menimbulakan cahaya. Phosphors dirancang untuk meradiasi cahaya putih,
sehingga sebagian besar model jenis lampu ini berwarna putih.

31
Karakteristik Lampu Floresen (TL)

Kontruksi
Kontruksi tabung lampu fluoresen ini terdiri dari gelas dimana dinding bagian dilapisi
serbuk phosphor sehingga tabung kelihatan berwarna putih susu. Bentuk tabung lampu
fluoresen ada yang memanjang dan melingkar.

Panjang tabung lampu bervariasi tergantung besar daya, mulai dari panjang 35 cm untuk
yang 10 W sampai yang panjangnya 150 cm untuk 65 W. Pada kedua ujung tabung
dipasang filamen tungsten yang dilapisi suatu bahan yang dapat beremisi, biasanya terdiri
dari barium, strontium, dan calcium. Untuk lampu tabung (Discharge Lamps) filamen ini
disebut juga elektroda, karena salah satu dari filamen harus berfungsi sebagai katoda dan
yang lainnya anoda. Ke dalam tabung dimasukkan merkuri dan gas argon, yang dimana
merkuri akan berfungsi untuk menhasilkan radiasi ultraviolet. Sedangkan gas argon
berfungsi untuk keperluan start.

Kontruksi tabung lampu fluoresen

32
Konstruksi Lampu Floresen (TL)

Kontruksi tabung lampu fluoresen

Rangkaian lampu TL

Rangkaian lampu TL

Armatur

Berdasarkan arah cara pemasangannya, armatur lampu fluoresen dibagi menjadi 2 macam.
Pertama, armatur yang terpasang langsung pada plafon (surface mounted). Yang berarti
lampu fluoresen beserta armaturnya merupakan bagian dari plafon. Kedua, armatur lampu
yang digantungkan, dimana tinggi lampu dari bidang kerja dapat diatur dan disesuaikan
dengan keperluan.Banyaknya tabung lampu dalam setiap armatur bervariasi, mulai dari
satu tabung sampai dengan empat tabung. Beberapa jenis armatur lampu fluoresen dapat
dilihat dari gambar berikut :

I.Armatur lampu fluoresen dengan satu tabung terbuka

Armatur lampu fluoresen dengan satu tabung terbuka

33
II. Armatur lampu fluoresen dengan dua tabung terbuka

Armatur lampu fluoresen dengan dua tabung terbuka

III. Armatur lampu fluoresen dengan satu tabung terbuka ke bawah

Armatur lampu fluoresen dengan satu tabung terbuka ke bawah

IV. Armatur lampu fluoresen dengan satu tabung tertutup

Armatur lampu fluoresen dengan satu tabung tertutup

V. Armatur lampu fluoresen dengan dua tabung tertutup

Armatur lampu fluoresen dengan dua tabung tertutup

Vi.Armatur lampu fluoresen dengan dua tabung

34
Armatur lampu fluoresen dengan dua tabung

Penggunaan

Penggunaan lampu fluoresen didasarkan pada kelebihan-kelebihannya, yaitu warna cahaya


yang lebih menarik, efficacy yang tinggi dan umur yang panjang. Karena itu lampu
fluoresen banyak digunakan untuk penerangan yang memerlukan ketiga aspek tersebut,
misalnya toko, kantor, sekolah, industri, rumah sakit, atau bahkan untuk penerangan jalan
kecil di perkampungan.

4. Lampu Mercury
Prinsip Kerja

Prinsip kerja lampu merkuri sama dengan prinsip kerja lampu fluoresen, yaitu cahaya yang
dihasilkan berdasarkan terjadinya loncatan elektron (electron discharge) didalam tabung
lampu.

Kontruksi Lampu Mercury

Lampu merkuri terdiri dari dua tabung, yaitu tabung dalam (arc tube) dan tabung luar atau
bohlam (bulb). Lampu merkuri dengan bohlam bentuk elips cocok bila digunakan untuk
penerangan bidang kerja (downward lighting) di industri dimana situasi kerja berdebu.

35
Kontruksi Lampu Mercury

Cara Kerja

Lampu merkuri terdiri dari tabung dalam dan tabung luar. Tabung dalam diisi merkuri
untuk menghasilkan radiasi ultraviolet dan gas argon yang berfungsi untuk keperluan start.
Sedangkan bohlam luar berfungsi sebagai rumah tabung dan menjaga kestabilan suhu di
sekitar tabung. Lampu merkuri ini bekerja pada faktor daya yang rendah, oleh karena itu
harus menggunakan kapasitor untuk memperbaiki faktor daya lampu.

Armatur

Bentuk armatur lampu merkuri tergantung jenis penggunaan lamnpu yang bersangkutan.
Armatur untuk penerangan jalan berbeda dengan armatur untuk penerangan industri dan
seterusnya.

Berdasarkan jenis penggunaannya, armatur lampu merkuri dapat dibagi menjadi 4


kelompok :

i. Armatur penerangan jalan

Armatur penerangan jalan

ii. Armatur penerangan taman

36
Armatur penerangan taman

iii. Armatur penerangan industri

Armatur penerangan industri

iv. Armatur penerangan sorot

Armatur penerangan sorot

Jenis Lampu Mercury

i)Lampu merkuri fluoresen

37
Lampu merkuri fluoresen

ii) Lampu merkuri reflektor

Lampu merkuri reflektor

iii)Lampu merkuri blended

iv)Lampu merkuri halide (Metal Halide Lamp)

5. Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX)

Prinsip Kerja

Lampu SOX ini termasuk dalam kelompok lampu tabung (discharge lamp). Oleh karena
itu, prinsip kerja lampu ini sama dengan prinsip kerja lampu tabung lainnya. Yaitu
berdasarkan terjadinya pelepasan elektron (electron discharge) dalam tabung gas (arc tube).
Tujuan dibuatnya lampu sodium tekanan rendah adalah untuk mencapai efficacy
yang setinggi-tingginya, yaitu sampai 200 lm/watt.

Kontruksi Lampu SOX

Tabung dalam berbentuk U dan di kedua ujungnya terpasang elektroda yang biasanya
terdiri dari filamen tungsten. Untuk menjaga dinding tabung dari kerusakan akibat tekanan
uap sodium maka tabung gas dibuat dari gelas ”lime borate” khusus yang tahan terhadap
tekanan uap sodium. Ke dalam tabung gas dimasukkan campuran gas argon dann neon, dan
logam murni sodium. Gas argon dan neon dimaksudkan untuk keperluan penyalaan awal,
sedangkan logam sodium dimaksudkan untuk menghasilkan cahaya kuning.

38
Kontruksi Lampu SOX

Cara Kerja

Jika rangkaian lampu dihubungkan terhadap sumber arus bolak-balik, maka arus akan
mengalir melalui ballast dan seterusnya ke lampu. Pada saat yang sama argon dan neon
yang ada dalam tabung gas akan bekerja untuk menaikkan temperatur dalam tabung gas,
dalam tahap ini lampu akan mengeluarkan cahaya kemerah-merahan. Setelah beberapa
menit, panas dalam tabung gas akan mencapai temperatur tertentu sehingga sodium yang
ada dalam tabung gas akan berubah menjadi uap (vapour). Dengan demikian pelepasan
elektron yang terjadi melalui uap sodium akan menghasilkan cahaya yang sebenarnya,
yaitu cahaya kuning.

Waktu menyala normal lampu sox

Armatur

Karena karakeristik lampu sodium tekanan rendah sedemikian rupa, warna cahaya kuning,
posisi pemasangan harus horizontal, dan bentuk tabung yang memanjang, maka praktis
lampu ini hanya sesuai untuk penerangan jalan

Armatur penerangan jalan mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu intensitas cahaya yang
dipancarkan ke samping kiri dan kanan adalah lebih besar daripada ke bawah. Hal inilah
yang memungkinkan pemasangan lampu jalan dapat menempuh jarak yang cukup jauh
yaitu 40-60 m.

Setiap armatur dapat berisikan lebih dari satu lampu tergantung jenis armaturnya.
Umumnya, peralatan bantu lampu seperti ballast, starter atau ignitor, dan kapasitor
perbaikan faktor daya ditempatkan di dalam armatur.

39
Berikut contoh gambar armatur lampu sodium tekanan rendah (SOX)

armatur lampu sodium tekanan rendah (SOX)

Penggunaan

Alasan utama untuk penggunaan lampu SOX adalah penghematan enrgi listrik dan jika
colour rendering tidak menjadi masalah. Lampu SOX mempunyai efficacy sampai 200
lm/watt, sedangkan lampu pijar hanya12 lm/watt dan lampu merkuri yang memiliki
efficacy sampai 90 lm/watt. Jadi, lampu ini dapat menghemat energi listrik daripada lampu
lainnya karena memiliki efficacy yang paling tinggi. Kelebihan lain lampu SOX adalah
mempunyai umur yang panjang sampai 12.000 jam, tingkat kesilauan rendah, ketajaman
penglihatan (visual acuity) baik, dan juga dalam situasi berkabut atau musim hujan cahaya
lampu SOX ini akan lebih dapat menembus dibandingkan cahaya lampu-lampu listrik
lainnya. Sehingga pilihan utama untuk penerangan jalan pada daerah berkabut atau
berhujan adalah lampu sodium tekanan rendah (SOX).

Sedangkan warna objek yang disinari lampu SOX ini akan berwarna kuning atau hitam, hal
inilah yang yang menjadi kekurangan lampu ini sehingga tidak digunakan untuk
penerangan yang memerlukan colour rendering yang baik.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan dan kekurangannya, maka lampu sodium tekanan rendah


sesuai digunakan untuk penerangan jalan-jalan bebas hambatan, jalan-jalan utama menuju
luar kota, dan sejenisnya yang tidak mengutamakan colour rendering, dan khususnya
pada daerah-daerah yang berkabut dan berhujan.

40
6. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON)

Prinsip Kerja

Lampu sodium tekanan tinggi sering juga disebut lampu SON. Prinsip kerjanya sama
dengan prinsip kerja lampu sodium tekanan rendah, yaitu berdasarkan terjadinya pelepasan
elektron di dalam tabung lampu. Sesuai dengan namanya, lampu ini mempunyai tekanan
gas di dalam tabung kira-kira 1/3 atmosper (250mm merkuri), dibandingkan dengan
tekanan gas dalam lampu sodium tekanan rendah yang kira-kira hanya 10-3 mm merkuri.
Disamping itu, temperatur kerja tabung lampu sodium tekanan tinggi juga lebih tinggi.

Kontruksi Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON)

Kontruksi Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON)

Lampu sodium tekanan tinggi terdiri dari dua tabung, yaitu:

i.Tabung Gas (arc tube)

Terbuat dari bahan yang tahan terhadap tekanan uap sodium yang harus bekerja pada
temperatur tinggi, misalnya stellox ke dalam tabung gas dimasukkan sodium, merkuri yang
berfungsi untuk menaikkan tekanan gas dan tegangan kerja lampu sampai batas tertentu,
dan xenon untuk keperluan gas start.

ii.Bohlam (bulb)

Terbuat dari gelas yang sama sekali terpisah dari udara luar yang berfungsi untuk
mencegah tabung gas terhadap kerusakan akibat bahan kimia dan juga berfungsi untuk
mempertahankan kekonstanan temperatur tabung gas.

Cara Kerja

Lampu ini tidak mampu distart dengan tegangan nominal 220 Volt, maka dibutuhkan
tegangan tinggi dan frekuensi tinggi sesaat. Gas xenon terionisasi untuk memulai
terjadinya pelepasan elektron dalam tabung gas sampai mencapai temperatur kerja yang

41
dibutuhkan. Periode pemanasan ini dapat berlangsung hingga kira-kira 10 menit karena
tekanan uap merkuri-sodium awalnya sangat rendah sekali yang tidak dapat menjadikan
pelepasan elektron dalam tabung gas. Setelah lampu bekerja normal, merkuri tidak akan
tercapai yang menjadikan merkuri memancarkan cahaya.

Lampu sodium tekanan tinggi mempunyai dua jenis starter, yaitu starter jenis ”snap” yang
bekerja berdasarkan panas yang terdiri dari bimetal dengan kontak tertutup dan sebuah
kumparan pengontrol temperatur bimetal, dan starter jenis ”solid state” adalah start lampu
lebih dapat dipercaya dan dapat secara langsung, baik penyalaan awal maupun penyalaan
kembali.

Waktu Menyala Normal Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON)

Armatur

Jenis armatur lampu sodium tekanan tnggi sesuai dengan jenis penggunaannya, misalnya
armatur penerangan jalan, armatur penerangan industri, armatur penerangan sorot, dll.
Untuk penggunan yang sama, bentuk dan konstruksi armatur lampu sodium tekanan tinggi
sama dengan armatur lampu merkuri. Hal ini dapat terjadi karena bentuk lampu sodium
tekanan tinggi sama dengan bentuk lampu mercury.

i. Armatur penerangan industri

Armatur penerangan industri

42
ii. Armatur penerangan jalan

Armatur penerangan jalan

iii. Armatur penerangan sorot

Armatur penerangan sorot

Penggunaan

Penggunaan lampu sodium tekanan tinggi didasarkan pada sifat-sifat yang dimilikinya.
Lampu ini memiliki efficacy yang tinggi (90-120 lm/watt), umur yang tinggi (12.000-
20.000 jam), tetapi mempunyai colour rendering yang kurang baik (CRI hanya 26). Oleh
karena itu, lampu sodium tekanan tinggi digunakan untuk penerangan jalan.

Karena colour rendering lampu sodium tekanan tinggi kurang baik dimana perubahan
warna objek yang disinari sangat besar dan warna cahayanya (colour appearance) putih
keemasan (yellowish) yang kurang memberi keindahan, maka penggunaan lamnpu ini
untuk penerangan jalan yang berpenghuni kurang sesuai. Tetapi sesuai digunakan untuk
penerangan jalan bebas hambatan, jalan utama, jalan menuju luar kota, penerangan
“highmast” untuk jalan besar atau persimpangan jalan bertingkat , dll yang tidak menuntut
colour rendering yang baik.

Jenis lampu SON :

i.Berbentuk elips

ii.Berbentuk tubular

43
Lampu SON Berbentuk tubular

7. Lampu Light Emitting Diode (LED)

Lampu Light Emitting Diode (LED)

Prinsip kerja

Sebuah LED adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah dioda normal,
LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan
ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa-
muatan - elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase berbeda.
Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan
melepas energi dalam bentuk photon.

Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu warnanya,
tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang membentuk p-n junction. Sebuah dioda
normal, biasanya terbuat dari silikon atau germanium, memancarkan cahaya tampak
inframerah dekat, tetapi bahan yang digunakan untuk sebuah LED memiliki selisih pita
energi antara cahaya inframerah dekat, tampak, dan ultraungu dekat.

LED biru pertama yang dapat mencapai keterangan komersial menggunakan substrat
galium nitrida yang ditemukan oleh Shuji Nakamura tahun 1993 sewaktu berkarir
di Nichia Corporation di Jepang. LED ini kemudian populer di penghujung tahun 90-

44
an. LED biru ini dapat dikombinasikan ke LED merah dan hijau yang telah ada
sebelumnya untuk menciptakan cahaya putih.

LED dengan cahaya putih sekarang ini mayoritas dibuat dengan cara melapisi substrat
galium nitrida (GaN) dengan fosfor kuning. Karena warna kuning merangsang penerima
warna merah dan hijau di mata manusia, kombinasi antara warna kuning dari fosfor dan
warna biru dari substrat akan memberikan kesan warna putih bagi mata manusia.

LED putih juga dapat dibuat dengan cara melapisi fosfor biru, merah dan hijau di
substrat ultraviolet dekat yang lebih kurang sama dengan cara kerja lampu fluoresen.

Metode terbaru untuk menciptakan cahaya putih dari LED adalah dengan tidak
menggunakan fosfor sama sekali melainkan menggunakan substrat seng selenida yang
dapat memancarkan cahaya biru dari area aktif dan cahaya kuning dari substrat itu sendiri.

45
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

46
Daftar pustaka

Neidle, Michael. 1991. Teknolgi instalasi listirk. Erlangga : Jakarta

https://bagibagiilmuteknik.blogspot.com/2015/10/teknik-penerangan.html

http://dedijabo.blogspot.com/2016/06/dasar-dasar-teknik-penerangan.html

http://trianawinda.blogspot.com/2012/09/teknik-penerangan.html

http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/instalasi-penerangan-teori-dasar.html

http://sikil-rayapen.blogspot.com/2014/09/macam-macam-lampu-listrik-dan-armatur.html

47

Anda mungkin juga menyukai