Anda di halaman 1dari 26

INSTALASI LISTRIK

RUMAH TANGGA

Makalah

Dibuat untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
dan Tata Tulis Laporan di Jurusan Teknik Elektro
Program Studi Teknik Listrik

Oleh:

Nama: Muhammad Imaduddin


NIM: 061730311371
Kelas: 5 LF

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA.

Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang INSTALASI LISTRIK


RUMAH TANGGA pada mata kuliah BAHASA INDONESIA DAN TATA
TULIS LAPORAN ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Palembang, 2 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

2.1 Instalasi Listrik..........................................................................................2

2.2 Sistem Pencahayaan..................................................................................2

2.3 Peraturan Umum Instalasi Listrik..............................................................3

2.4 Satuan Dalam Instalasi Penerangan..........................................................3

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................5

3.1 Standar Dalam Pemasangan Instalasi Listrik............................................5

3.2 Komponen Yang Diperlukan Dalam Pemasangan Instalasi Listrik..........6

3.3 Pemasangan Instalasi Listrik Rumah Tangga.........................................10

3.4 Pemeliharaan Instalasi Listrik Rumah Tangga........................................19

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................21

4.1 Kesimpulan..............................................................................................21

4.2 Saran........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari–hari kebutuhan akan energi listrik sudah menjadi
kebutuhan primer bagi setiap masyarakat modern. Hampir setiap bangunan
membutuhkan energi listrik yang dapat mendukung aktivitas manusia seperti
rumah, sekolah, kantor, dan sebagainya. Kebutuhan energi yang tidak dapat
terlepas dalam kehidupan manusia sehari–hari adalah kebutuhan energi listrik
terutama penerangan untuk memanfaatkan listrik pada suatu bangunan diperlukan
suatu perencanaan yang baik. Dalam merencanakan suatu instalasi listrik,
sebaiknya mengikuti persyaratan–persyaratan dan standar yang berlaku agar
perusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik.

Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah
bangunan gedung, yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya.
Di Indonesia dalam dunia teknik listrik aturan yang ada antar lain PUIL
(Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Dalam suatu perancangan, produk yang
dihasilkan adalah gambar dan analisa.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Standar dalam pemasangan instalasi listrik
1.2.2 Komponen yang diperlukan dalam pemasangan instalasi listrik
1.2.3 Pemasangan instalasi listrik rumah tangga
1.2.4 Pemeliharaan instalasi listrik rumah tangga

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui komponen apa saja yang diperlukan dalam instalasi
listrik
1.3.2 Untuk mengetahui standar komponen dan instalasi listrik
1.3.3 Mengerti dan memahami pemasangan instalasi listrik di rumah yang
aman
1.3.4 Mengerti dan memahami pemeliharaan listrik rumah tinggal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instalasi Listrik


Instalasi Listrik adalah suatu system / rangkaian yangdigunakan
untuk menyalurkan daya listrik (electric power) untuk kebutuhan manusia,
pada garis besarnya dapat dibagi dalam :

- Instalasi Penerangan Listrik


- Instalasi Daya Listrik

Yang termasuk di dalam instalasi penerangan listrik adalah


seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk memberikan daya listrik pada
lampu. Pada lampu ini daya listrik /tenaga listrik diubah menjadi cahaya
yang digunakan untuk menerangi tempat / bagian sesuai dengan kebutuhannya.
Instalasi penerangan listrik ada 2 (dua) macam :

- Instalasi di dalam gedung/bangunan/rumah


- Instalasi di luar gedung /bangunan/rumah

Instalasi daya listrik adalah instalasi yang digunakan untuk menjalankan


mesin-mesin listrik, termasuk disini adalah instalasi untuk melayani motor-motor
listrik di pabrik, pompa air, dan lain-lain.

2.2 Sistem Pencahayaan


Sistem pencahayaan dibedakan menjadi 5, yaitu:
a. Sistem iluminasi langsung (direct lighting)
Sistem ini paling efektif dalam menyediakan penerangan karena 90%-100%
cahaya diarahkan langsung ke permukaan yang perlu diterangi. Tetapi kelemahan
nya adalah timbulnya bayangan-bayangan yang mengganggu serta memungkinkan
kesibukan baik karena penyinaran langsung maupun karena pemantulan sinar
lampu. Untuk mengatasi nya maka lagi-lagi perlu diberi warna-warna cerah
supaya tampak menyegarkan.
3

b. Sistem iluminasi semi langsung


Sistem ini mengarahkan 60%-90% cahaya ke permukaan yang perlu diterangi,
selebihnya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding.
c. Sistem iluminasi difus dan langsung tak langsung
Sistem ini mengarahkan 40%-60% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi,
sisanya menerangi.
d. Sistem iluminasi semi tidak langsung
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah.
e. Sistem iluminasi tidak langsung
Sistem ini mengarahkan 90%-100 cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah.

2.3 Peraturan Umum Instalasi Listrik


Sistem penyaluran dan cara pemasangan instalasi listrik di Indonesian harus
mengikuti aturan yang ditetapkan oleh PUIL (Peraturan umum Instalasi Listrik)
yang diterbitkan tahun 1977, kemudian direvisi tahun 1987 dan terakhir tahun
2000.  Sisteminstalasi listrik yang dimulai dari sumber listrik (tegangan,
frekwensi), peralatan listrik, cara pemasangan, pemeliharaan dan keamanan,
sudah diatur dalam PUIL.

2.4 Satuan Dalam Instalasi Penerangan


 Candela
Candela adalah satuan cahaya yang dianggap sama dengan cahaya lilin.
Cahaya lilin mempunyai sifat menyebar. Karena itu semakin besar angka Candela
maka semakin kuat cahaya tersebut menyebar.Candela yang merupakan
perhitungan satuan cahaya lilin dianggap sebagai angka satuan cahaya dari lampu.
Candela ini dihitung dari kekuatan sinar cahaya seluruhnya. Tidak peduli dengan
hasil angka arah cahaya dan hasil akhir kekuatan cahaya di suatu tempat.
 Lumen
Lumen adalah satuan yang menyatakan kekuatan dari total sumber cahaya,
misalnya lampu. Karena itu pada lampu selalu dicantumkan nilai lumen-nya.Nilai
4

Lumen ini tidak menghitung faktor intensitas cahaya lainnya, tetapi hanya yang
ada di sumber cahayanya saja dengan arah cahaya yang mengarah kesatu sisi.
Tidak peduli apakah lampunya berbentuk spot-beam sehingga terlihat
lebih terang atau dibuat menyebar sehingga terlihat tidak terlalu terang. Tetap saja
nilai yang digunakan adalah lumen sebagai angka kecerahan cahaya pada suatu
bidang yang di sinari.
 Lux
Lux adalah nilai yang dihitung sebagai penyebaran penerangan dari sebuah
cahaya lampu, dengan memperhitungkan tingkat rata-rata cahaya paling kuat dan
mengabaikan cahaya rendah yang bias.Lux digunakan sebagai hasil akhir yang
diberikan cahaya lampu di titik tersebut. Bukan dilihat dari kekuatan cahaya di
titik lampu. Karena itu Lux umumnya digunakan sebagai satuan standar untuk
tingkat pencahayaan lampu di rumah.Contohnya bila dihitung nilai 100 Lux di
satu titik kecil maka akan terlihat cahaya yang sangat terang. Tetapi bila titik
tersebut dibuat lebih lebar atau dibias lebih lebar maka nilai Lux akan menurun
karena hasil akhir dari intensitas pencahayaan lebih redup dengan pembiasan.
Untuk satuan yang akan dipakai pada perhitungan nanti adalah Lux dan
Lumen. Jadi secara mudahnya, lumen adalah tingkat pencahayaan yang dihasilkan
oleh lampu, sedangkan lux adalah pencahayaan pada bidang yang disinari.
Contohnya, lampu 7 Watt yang menghasilkan 560 lumen jika dipasang
pada ruangan toilet berukuran panjang x lebar = 1,5 x 1,5 M2 dengan tinggi
standar 3 meter akan terlihat sangat terang. Artinya nilai lux-nya besar. Tetapi bila
lampu yang sama dipasang pada ruangan berukuran 6 x 6 M2 dengan tinggi sama
maka cahayanya akan terlihat kurang terang. Dalam hal ini nilai lux-nya menurun.
Karena itu 1 lux dihitung setara dengan 1 lumen per meter persegi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Standar Dalam Pemasangan Instalasi Listrik


3.1.1 Persyaratan Umum
1. Ketentuan umum
Rencana instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL dan peraturan lain
yang ada hubungan yaitu:
a. UU No.10 tahun 1970 tentang keselamatan pekerja , beserta peraturan
pelaksanaannya
b. Peraturan bangunan nasional
c. Peraturan pemerintah RI No.18 tahun 1972, tentang PLN, dan PP No.54
tahun 1981 tentang perubahan PP RI No.18 tahun 1972
2. Ketentuan rencana instalasi listrik
a. Gambar situasi
Gambar situasi adalah gambar yang menunjukkan dengan jelas letak
bangunan instalasi tersebut akan dipasang dan rencana penyambungannya
dengan jaringan listrik PLN.

b. Gambar instalasi meliputi :


1) Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas tata letak
perlengkapan listrik     beserta sarana pelayanannya (kendalinya), seperti
titik  lampu, saklar, kotak kontak, motor listrik, panel hubung bagi dan
lain-lain.
2) Rancangan hubungan peralatan atau pesawat listrik dengan pengendalinya.
3) Gambar hubungan antara bagian-bagian dari rangkaian akhir, serta
pemberian tanda yang jelas mengenai setiap  peralatan atau pesawat listrik.

c. Gambar diagram garis tunggal yang tercantum dalam diagram garis tunggal
ini meliputi:
6

1) Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran


nominal   komponennya.
2) Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan
pembaginya.
3) Ukuran dan besar penghantar yang dipakai.
4) Sistem pembumiannya.

d. Gambar detail meliputi :


1) Perkiraan ukuran fisik dari panel.
2) Cara pemasangan alat listrik.
3) Cara pemasangan kabel.
4) Cara kerja instalasi kontrolnya.

3.2 Komponen Yang Diperlukan Dalam Pemasangan Instalasi Listrik


a. Kotak sekering
Kotak sekering adalah bagian awal dari suatu instalasi rumah/bangunan,
sebab mulai dari bagian inilah yang menjadi tanggung jawab pemborong
instalasi atau instalasi milik konsumen. Artinya mulai dari kotak sekering ke
instalasi dalam ruangan dapat langsung diperbaiki oleh konsumen dengan
menggunakan ahli listrik tanpa harus meminta ijin PLN. Sedangkan di luar itu
segalanya menjadi tanggung jawab PLN, misalnya KWH meter.
Mengingat fungsi kotak sekering sebagai sumber utama dalam rangkaian
instalasi maka selalu ditempatkan dekat pintu atau dalam ruangan yang
mudah dijangkau dengan tinggi 1,5 meter dari lantai.
Kotak sekering ini ada 1 fasa 1 kelompok, 2 kelompok, 3 kelompok, 4
kelompok dan seterusnya.

b. Sakelar
Pada dasarnya, sebuah Saklar sederhana terdiri dari dua bilah konduktor
(biasanya adalah logam) yang terhubung ke rangkaian eksternal, Saat kedua
bilah konduktor tersebut terhubung maka akan terjadi hubungan arus listrik
7

dalam rangkaian. Sebaliknya, saat kedua konduktor tersebut dipisahkan maka


hubungan arus listrik akan ikut terputus.

Rumah tempat tinggal yang lebih dari satu lantai dan terdiri dari beberapa
ruangan harus dipasang sakelar untuk pengaturan instalasi lampu masing-
masing ruangan. Pemasangan sakelar harus dekat pintu masuk dan tuas
sakelar, masing-masing sakelar harus seragam dalam menentukan posisi
terhubung atau terputus, misalnya jika akan menghubung tuasnya didorong ke
atas atau tombolnya ditekan (PUIL).

Saklar yang paling sering ditemukan adalah Saklar yang dioperasikan oleh
tangan manusia dengan satu atau lebih pasang kontak listrik. Setiap pasangan
kontak umumnya terdiri dari 2 keadaan atau disebut dengan “State”. Kedua
keadaan tersebut diantaranya adalah Keadaan “Close” atau “Tutup” dan
Keadaan “Open” atau “Buka”. Close artinya terjadi sambungan aliran listrik
sedangkan Open adalah terjadinya pemutusan aliran listrik.

c. Stop Kontak
Stop kontak dipasang sekurang-kurangnya 1,25 m tingginya dari lantai.
Karena stop kontak sebagai sumber tegangan bagi pemakainya maka
kemampuannya harus sesuai dengan alat yang dihubungkan.
Pada stop kontak harus dipasang pentanahan, hal ini mengingat fungsinya
sebagai sumber tegangan bagi pemakai tenaga listrik lain. Dengan demikian
lebih aman bagi orang yang memakai alat-alat listriknya.
8

d. Pengaman

Peralatan pengaman instalasi penerangan dapat berupa pengaman lebur


(Zekring) atau pengaman otomatis,misalnya MCB. Beberapa perbandingan
penggunaan Zekering dan MCB.

1) Zekering : 1. tak pernah gagal dalam mengatasi gangguan


2. sederhana kontruksinya
3. karakteristiknya konstan -harga lebih murah
4. tidak memerlukan pemeliharaan
5. penggunaan sekali saja
6. perlu cadangan elemen lebur
2) MCB : 1. sangat praktis untuk pengaman di industri-industri
2. tahan lama
3. kontruksi lebih rumit
4. penggunaan bisa lebih dari satu kali -harga lebih mahal.

e. Armature

Armatur penting artinya dalam instalasi penerangan sebab armature dapat dipakai
sebagai pengarah sekaligus pembagi cahaya sesuai dengan kebutuhan. Dalam
pemilihan armature harus disesuaikan dengan sumber cahaya sehingga sinar yang
dihasilkan tidak menyilaukan mata.
Bayang-bayang tersebut harus tetap ada namun tidak boleh bterlalu
tajam.Selain itu kontruksi armature penting juga dalam hubungannya dengan
pembuangan panasyang dikeluarkan oleh sumber cahaya tidak memaskan
armature atau mungkin bisa menimbulkan kebakaran.

Hal-hal yang menentukan kontruksi armature:


 Cara pemasangan armature
 Cara pemasangan fitting (fitting-fitting armature)
 Perlindungan sumber cahaya
9

 Penyebaran cahaya
f. Lampu

Jika cahaya lampunya melebihi kebutuhan maka mata akan cepat lelah
karena silau dan tentunya akan terjadi pemborosan penggunaan energi listrik.
Tapi jika cahaya lampunya kurang maka mata juga akan cepat lelah karena harus
bekerja keras untuk dapat melihat dengan baik.

Dalam menentukan cahaya ini, salah satu pedoman yang bisa digunakan
adalah tabel SNI- 03-6197-2000 dimana terdapat standar lux yang dibutuhkan
setiap ruangannya.
10

g. Pipa instalasi listrik

Pipa yang berfungsi untuk melindungi kabel dalam tembok pada instalasi listrik
in bow. Pipa instalasi listrik memiliki beberapa jenis yang umum digunakan
yaitu:

1. Pipa union
2. Pipa PVC

h. Dos penyambung/T-dos
11

3.3 Pemasangan Instalasi Listrik Rumah Tangga


3.3.1 Perencanaan
3.3.1.1 Menghitung Instalasi Penerangan
Intensitas penerangan dinyatakan dalam lux (lx)

F
E=
A

Keterangan:

E= Intensitas penerangan (lux)


F= Fluks cahaya (lumen)
A= Luas bidang kerja (m2)

Indeks ruang dihitung berdasarkan rumus berikut.

p .l
k=
tb( p+l)
Keterangan:

p= panjang ruangan (m)


l= lebar ruangan (m)
tb= tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja (m)

3.3.1.2 Perhitungan beban


1. Menentukan kebutuhan maksimum
a. Dengan perhitungan
b. Dengan penaksiran
c. Dengan pengukuran atau pembatasan

Selain ketentuan diatas harus dipenuhi pula sebagai erikut:

a. Bila nilai kebutuhan maksimum yang diperoleh dari pengukuran,


melampaui nilai yang diperoleh dari penaksira atau perhitungn, maka
nilai hasil pengukuran inilah yang diambil sebagai kebutuhan
maksimum.
12

b. Bagi sirkit yang melayani sirkit akhir, yang diamankan dengan


pemutus daya arus lebih yang disetel pada nilai tertentu, kebutuhan
maksimumnya tidak boleh diambil lebih besar dari nilai penyetelan
arus pemutus daya yang mengamankan sirkit akhir itu.
2. Perhitungan kebutuhan maksimum
Bila cara kerja beban dalam suatu instalasi tidak diketahui dengan pasti
maka kebutuhan maksimum dihitung menurut ketentuan sesuai dengan
jenis perlengkapan dan instalasi yang melayaninya.
Untuk menghitung kebutuhan maksmum maka:
1. Beban yang dihubungkan pada setiap penghantar aktif harus
diperhitungkan secara terpisah.
2. Beban armature lampu dan kotak kontak harus diperhitungkan sesuai
dengan ketentuan.
3. Kecuali untuk hal-hal yang tercantum dalam perhitungan kebutuhan
maksimum harus dilakukan dengan menjumlahkan nilai yang
diperoleh dari perhitungan yang dilakukan sesuai dengan keperluan
masing-masing.

3.3.1.3 Kemampuan Hantar Arus (KHA) Penghantar , dan Arus Nominal


Pengendali dan Pengaman
1. Penghantar
Luas penampang dan jenis penghantar yang dipasang dalam suatu instalasi
ditentukan berdasarkan pertimbangan:
1. Kemampuan hantar arus
2. Kondisi suhu
3. Susut tegangan
4. Sifat lingkungan
5. Kekuatan mekanis
6. Kemungkinan perluasan
13

Semua penghantar harus mempunyai KHA sekurang-kurangnya sama


dengan arus yang akan mengalir melaluinya, ialah yang ditentukan sesuai
dengan kebutuhan arus maksimum yang dihitung.

Semua penghantar aktif saluran utama, sirkit cabang atau sirkit yang
sama.

Pengantar netral harus mempunyai KHA sebagai berikut:

1. Penghantar netral saluran dua kawat harus mempunyai KHA sama


dengan penghantar fase.
2. Penghantar netral saluran fase banyak harus mempunyai KHA sesuai
dengan arus maksimum yang mungkin timbul dalam keadaan tidak
seimbang yang normal.

Susut tegangan antara PHB utama dan setiap titik beban, tidak boleh lebih
dari 5% dari tegangan di PHB utama, bila semua penghantar instalasi
dilalui arus maksimum. Peraturan ini berlaku untuk keadaan stasioner dan
tidak berlaku pada waktu terjadinya arus peralihan yang cukup tinggi.

Penghantar tersebut dibawah ini tidak boleh dihubungkan paralel:

1. Penghantar aktif yang mempunyai penampang nominal 4 mm2 atau


kurang.
2. Penghantar pembumi dengan penampang nominal kurang dari 4 mm2.

2. Sakelar
Setiap sakelar yang melayani sirkit utama atau sirkit cabang harus
mempunyai arus nominal tidak kurang dari kebutuhan arus maksimum
dari bagian instalasi yang dilayani sirkit bersangkutan. Disamping itu arus
nominal sakelar masuk harus memenuhi syarat:
a. Tidak kurang dari 10 A
b. Tidak kurang dari kebutuhan arus maksimum dari sirkit akhir yang
terbesar yang dilayani oleh sakelar masuk itu
14

3. Gawai Pengaman
Arus nominal semua gawai pengaman seperti pemutus daya dan
pengaman lebur harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
PUIL.
Arus nominal pemutus daya yang arus jatuhnya dapat atau tidak
dapat disetel, tidak boleh melebihi KHA penghantar di tempat dilindungi,
kecuali bila titik terdapat pemutus yang daya mempunyai arus nominal
sama dengan KHA penghantar, dalam hal ini dapat digunakan pemutus
daya yang lebih besar satu tingkat.
Semua pemutus daya harus mempunyai daya pemutus sekurang-
kurangnya sama dengan arus hubung singkat yang dapat terjadi di tempat
pemutus daya.(PUIL)
Arus nominal dan karakteristik pembatas arus hubung pendek
harus dipilih dengan memperhatikan besar arus hubung pendek, arus
nominal, dan karakteristik perlengkapan pengaman dan perlengkapan
lainnya, dengan maksud membatasi arus hubung pendek sehingga tidak
akan melebihi kemampuan arus hubung pendek perlengkapan pengaman
tersebut.

3.3.2 Saluran Utama Konsumen, Sirkit Cabang dan Sirkit Akhir


3.3.2.1 Saluran Utama
Penghantar sambungan konsumen dan saluran utama konsumen harus
mempunyai penampang tidak kurang dari:

-4 mm2 untuk penampang berisolasi dan berpenyangga, atau

-6 mm2 untuk penghantar telanjang atau berisolasi tanpa penyangga.

Bila saluran utama konsumen tidak diberi pengaman pada sisi suplai
dengan pengaman lebur atau pemutus daya, maka saluran tersebut harus terdiri
atas penghantar berisolasi ganda, dan dipasang aman dari kebakaran. Ketentuan
15

ini tidak melarang pemakai penghantar berisolasi kertas berselubung timah,


penghantar berisolasi tunggal yang dipasang dalam jalur kabel, atau penghantar
berisolasi tunggal dalam panel logam, sebagai saluran utama konsumen.

Di tempat penghantar udara, yang merupakan bagian dari saluran utama


konsumen, bersambung dengan instalasi dalam bangunan, harus dicegah
masuknya air ke dalam bangunan.

3.3.2.2 Ketentuan Mengenai Sirkit Cabang dan Sirkit Akhir


Setiap sirkit cabang dan sirkit akhir harus dimulai dari PHB. Semua
penghantar aktif dan netral sirkit cabang dan sirkit akhir harus dimulai dari PHB
sirkit tersebut.

Jika untuk keperluan menyambung sirkit utama dan sirkit cabang


digunakan sepotong penghantar (kabel) dari sirkit utama, maka KHA penghantar
(kabel) menyambung tersebut boleh lebih kecil dari KHA sirkit utama, asal
penampang penghantar penyambung tersebut sama besar dengan penghantar sirkit
cabang dan terbuat dai bahan yang sama pula (misalnya kedua-duanya dari
tembaga).

KHA penghantar yang dipakai dalam sirkit cabang dimanapun juga tidak
boleh lebih kecil dari nilai pengaman sirkit yang lebih besar maka penghubung
tersebut di atas dapat dilangsungkan dengan menggunakan penghantar yang
mempunyai KHA lebih kecil, dengan syarat bahwa penghantar itu harus:

1. Mempunyai KHA tidak kurang dari 1/5 KHA sirkit cabang tersebut,
2. Tidak boleh lebih kecil dari 4 mm2,
3. Harus sependek mungkin dan tidak lebih dari 2 m,
4. Seluruhnya terselubung dengan logam, atau bahan lainnya yang tidak
dapat terbakar, kecuali bila kabel tersebut merupakan bagian dari
pekawatan PHB (PUIL)
16

3.3.2.3 Penghantar Netral Bersama


Sebuah penghantar netral tidak boleh digunakan untuk dua atau lebih sirkit akhir
yang berasal dari satu fase yang sama. Gawai seperti kotak kontak, atau fitting
penerangan fase tunggal tidak boeh disambungkan pada sirkit akhir fase dua 3
penghantar atau fase tiga 4 penghantar, kecuali untuk hal berikut:

1. Peranti masak tersendiri seperti pelat pemanas terpisah dan bagian tungku
dari tungku dapur dalam suatu ruangan pada instalasi rumah tinggal;
2. Fitting penerangan yang merupakan bagian dari penerangan luar yang luas
dan dipasang pada jaringan terbuka, dengan syarat bahwa penghantar
netral tidak dibelitkan pada ujung kotak fitting atau pada sakelar yang
melayani lampu-lampu itu.

3.3.3 Sambungan Kabel


1. Sambungan ekor babi (Pig Tile)

Jenis penghubung kabel listrik yang pertama yaitu sambungan ekor babi
(Pig Tile). Mengapa disebut dengan sambungan ekor babi ? karena jenis
penghubung kabel listrik ini melintir mirip dengan ekor babi.

Jenis sambungan ini bisa dibilang yang paling sederhana dibanding


dengan jenis sambungan kabel yang lain, karena kita tinggal menggabung dua
kabel dan memelintirnya saja. Karena kemudahannya, sambungan jenis ini
sering digunakan para teknisi untuk instalasi listrik di rumah.

Cara menyambung kabel jenis ekor babi sebagai beikut :


1. Pertama-tama anda kupas terlebih dahulu ujung lapisan isolator kabel
sepanjang 2 hingga 5 cm.
2. Kemudian gabungkan ujung kabel, lalu lilitkan atau pelintir ke arah kanan
sebanyak enam kali.
3. Jika sudah, potong ujung kabel yang tidak terpakai dengan rapi
4. Terakhir jangan lupa berikan isolasi
17

Kelebihan: teknik menyambungnya mudah dan tidak membutuhkan waktu


yang lama.
Kekurangan: sambungan kabel jenis ini rentan lepas dan tidak stabil, terutama
saat kabel ditarik.

2. Sambungan puntir

Sambungan puntir lebih kuat, karena pada sambungan ini dua kabel dibuat
secara lurus dan saling mengikat. Sambungan puntir memiliki dua jenis
sambungan  yaitu :

a. Sambungan Bell Hangers


Cara menyambung kabel dengan teknik Bell Hangers, yaitu :

1. Pertama kupas terlebih dahulu kedua ujung lapisan isolator kabel lebih
pangjang dari yang pertama.
2. Kemudian gabungkan dan bengkokkan kurang lebih 1,5 cm seperti
huruf L.
3. Jika sudah, pelintir ujung kabel ke arah yang berlawanan satu sama lain
hingga terikat dengan kuat.
18

b. Sambungan Western Union


Cara menyambung kabel dengan teknik Western Union, yaitu :

1. Kupas terlebih dahulu ujung lapisan isolasi kabel sepanjang 5 hingga 7


cm.
2. Kemudian jepit kabel yang ada pada pangkal kupasan.
3. Tempelkan ujung kabel yang satunya, lalu puntir.
4. Lanjutkan dengan memuntir ujung kabel yang satunya searah jarum jam
hingga terikat sempurna.
19

3. Sambungan Bolak Balik


Sambungan kabel bolak balik mempunyai 2 teknik, yaitu:
a. Sambungan Britania
Sambungan jenis Britania cocok untuk diterapkan pada kabel yang
memiliki ukuran cukup besar, misalnya berukuran 5 – 7 mm, yang sulit
dipuntir menggunakan tangan. Oleh karena itu sambungan kabel jenis ini,
memerlukan bantuan kabel  yang memiliki ukuran lebih kecil agar lebih
mudah untuk menyambungnya.

Cara menyambungnya :

1. Bengkokkan sedikit kedua kabel yang memiliki ukuran besar yang


ingin disambungkan.
2. Kemudian puntirkan kabel kecil tersebut mengelilingi bagian kabel
yang besar.
20

b. Sambungan Scarf
Sambungan kabel jenis scarf sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
sambungan jenis Britania. Sambungan ini juga memerlukan bantuan dari
kabel kecil, karena kabel yang disambung menggunakan teknik ini adalah
kabel yang mempunyai ukuran besar. Bedanya yaitu, sambungan scarf
digunakan pada kabel yang lebih besar dengan lilitan yang lebih kecil
yang lebih banyak dan cara menyambungkan kabel besar tersebut
dipipihkan.

3.4 Pemeliharaan Instalasi Listrik Rumah Tangga

 Pastikan Instalasi Listrik di rumah/bangunan milik Anda telah terpasang


dengan tepat, benar dan aman serta menggunakan material listrik yang
terjamin kualitasnya dan sesuai kapasitasnya.
 Lakukan pemeriksaan rutin, minimal setahun sekali untuk memastikan
apakah instalasi listrik masih layak untuk digunakan atau perlu
direhabilitasi. Jika instalasi listrik telah terpasang lebih dari 5 (lima) tahun,
sebaiknya perlu untuk direhabilitasi. Hal ini untuk menjaga agar instalasi
listrik tetap layak dipergunakan dan mencegah kemungkinan terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan. 
21

 Pergunakan peralatan rumah tangga elektronik yang disesuaikan dengan


daya tersambung dan kapasitas/kemampuan kabel instalasi listrik yang
terpasang. Jika ingin memasang, merehabilitasi atau memeriksa instalasi
listrik, sebaiknya menggunakan jasa instalatir yang resmi terdaftar sebagai
anggota AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia). Informasi tentang
Instalatir Listrik dapat menghubungi kantor PLN terdekat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah
bangunan gedung , yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan
penghuninya .Di Indonesia dalam dunia teknik listrik aturan yang ada antar lain
PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Dalam suatu perancangan, produk
yang dihasilkan adalah gambar dan analisa.
Peralatan yang dipilih untuk dipasang dalam instalasi listrik harus
memenuhi standar yang berlaku dan mentaati ketentuan PUIL 2011, serta harus
cocok pemakaiannya terhadap lingkungannya, dan mengikuti instruksi pabrik
pembuat peralatan tersebut.

4.2 Saran
Dengan mengetahui tentang instalasi listrik rumah tangga diharapkan dapat
mengurangi resiko terjadinya kebakaran akibat kesalahan instalasi dan
menciptakan kondisi aman dan nyaman bagi penghuni rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Djumadi, Martin Bukit dan Bambang Asmoroadi. 1997. Instalasi Listrik


Bangunan. Bandung: Penerbit Angkasa

Ngertiaja. 2019. Macam Macam Sambungan Kabel Listrik Beserta Teknik Dan
Gambarnya. Diakses dari https://ngertiaja.com/sambungan-kabel/. pada 4
November 2019

Rusmady, Dedy. 2001. Belajar Instalasi Listrik. Bandung: CV. Pionir Jaya

Samaulah, Hazairin. 2002. Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Palembang: Penerbit


Universitas Sriwijaya

Wijayanto, Sri, dan M.Haiban Agus Salim. 2016. Instalasi Listrik Penerangan.
Klaten: Macanan Jaya Cemerlang

Anda mungkin juga menyukai