Anda di halaman 1dari 15

Materi 2

MATERI 2
TATA LETAK KOMPONEN INSTALASI PENERANGAN

1. Menentukan Tata Letak Komponen

Terkait penempatan komponen, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan ada beberapa hal
yang harus menjadi perhatian agar saat instalasi tersebut dioperasikan hasilnya dapat memenuhi
standar pelayanan instalasi. Penempatan titik lampu, stop kontak, dan sakelar harus
dipertimbangkan kemudahan dalam pelayanan. Aturan penempatan komponen dijelaskan
sebagai berikut:

1. Penempatan Titik Beban

Penempatan titik lampu/fitting berpengaruh terhadap hasil pencahayaan yang diinginkan. Hasil
pencahayaan yang baik dapat diperoleh melalui kombinasi penempatan titik lampu dan
pemasangan armatur. Pada rumah tinggal penempatan fitting tidak terlalu sulit. Pemasangan
fitting biasanya dilakukan dengan menempel pada langit-langit dan ada pula yang digantung.

2. Penempatan Titik Kotak Kontak

Rekomendasi penempatan kotak kontak adalah ditempatkan di dekat ujung dinding daripada  di
tengah untuk menghindarinya terhalang penempatan mebel atau lemari yang besar.   Penempatan
stop kontak pada dinding berbeda-beda menurut ruangan yang akan dipasang, biasanya
mempertimbangkan  posisi penempatan barang elektronik yang berada pada ruangan tersebut. 
Tinggi stop kontak adalah 150 cm dari lantai atau minimal 30 cm dari lantai, tetapi harus
dilengkapi dengan penutup/proteksi.

3. Penempatan Sakelar Dinding

Untuk kemudahan pelayanan tata letak sakelar sebaiknya mengikuti aturan sebagai berikut:

a. Tinggi sakelar dari lantai umumnya adalah 150 cm.


b. Jarak sakelar dari sudut ruangan atau ujung tembok sekitar 20 cm.
c. Sakelar tidak ditempatkan di belakang tempat membukanya daun pintu dan daun jendela.
d. Penempatan sakelar mudah dijangkau. Artinya, tidak jauh dari pintu masuk rumah atau
pintu masuk ruangan.

Ada banyak macam sakelar dengan karakteristik penggunaan yang berbeda-beda sehingga dalam
pemasangannya dapat memilih sakelar yang sesuai dengan pelayanan yang dinginkan.
Gambar 2.1 jarak dan stop kontak dari lantai dan dinding ruangan
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020

2. Hubungan Antar komponen Instalasi Penerangan

Rancangan instalasi penerangan yang sederhana biasanya terdiri atas sakelar dan satu buah atau
satu kelompok lampu.  Berikut contoh beberapa rangkaian instalasi penerangan sederhana.

Rangkaian 1

Rangkaian sakelar tunggal dengan satu buah lampu

Diagram garis tunggal


Diagram Pengawatan

Cara kerja rangkaian

Cara kerja rangkaian sebagai berikut.

Sakelar tunggal S1 mengontrol Lampu L1. Jika S1 ditekan saklar diposisi on, arus mengalir ke
rangkaian, lampu L1 menyala. Jika S1 ditekan kembali sakelar posisi off, arus terputus, ke
rangkaian, lampu L1 mati. Rangkaian satu sakelar tunggal dengan satu buah lampu adalah
rangkaian yang paling banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari dalam instalasi rumah
tinggal.
Rangkaian 2

Sakelar seri dengan dua buah lampu

Diagram garis tunggal

Diagram pengawatan

Cara kerja rangkaian

Cara kerja sakelar seri hampir sama dengan cara kerja sakelar tunggal, tetapi seri memiliki dua
tuas. Cara kerja rangkaian berdasarkan gambar sebagai berikut.
Sakelar seri S1 mengontrol Lampu L1 dan L2.  Jika S1 ditekan pada tuas pertama sakelar posisi
on, arus mengalir ke rangkaian, lampu L1 menyala.  Jika S1tuas kedua ditekan, lampu L2
menyala. Untuk mematikan, tekan setiap tuas sehingga sakelar kembali ke posisi off.

Rangkaian 3

Hubungan saklar tukar (sakelar hotel)

Diagram garis tunggal

Diagram pengawatan
Cara kerja rangkaian

Hubungan sakelar tukar/hotel yang mempunyai cara kerja sebagai berikut.

Rangkaian sakelar tukar ini mematikan dan menghidupkan lampu dari 2 tempat.   Hal itu seperti
melalui tangga, S1 ada di posisi ujung bawah tangga, dan S2 ada di posisi ujung atas tangga.  
Ketika akan melalui tangga, tekan sakelar tukar S1, lampu L1 menyala, setelah sampai ujung
tangga tekan sakelar, tukar S2, lalu lampu L1 mati.  Begitu pun sebaliknya ketika kembali tekan
S2 lampu menyala, kemudian tekan S1 lampu mati.

Cara kerja rangkaian sakelar tukar tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar berikut.
Gambar 2.2 ilustrasi penggunaan rangkaian sakelar tukar
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020

Rangkaian 4

Hubungan instalasi gudang bawah tanah

Diagram garis tunggal


Diagram pengawatan

Cara kerja rangkaian

Pada instalasi gudang bawah tanah, jumlah lampu biasanya menunjukkan jumlah ruangan.  
Rangkaian ini dapat diperluas dengan menambahkan sakelar tukar dan lampu di posisi
berikutnya. Cara kerja tekan sakelar tunggal S1, lampu L1 menyala, menuju ruang berikutnya
tekan saklar tukar S2 maka lampu L1 mati dan lampu L2 menyala. Ketika kembali, tekan lagi
sakelar tukar S2 maka L2 mati dan L1 menyala.  Terakhir, tekan kembali sakelar tukar S1,
lampu L1 mati.

3. Perencanaan Instalasi Penerangan

Untuk mendapatkan pemasangan instalasi yang aman, andal, dan ekonomis harus dilakukan
perencanaan atau desain instalasi listrik yang tepat. Perancangan instalasi listrik untuk bangunan
didasarkan atas pengetahuan beban listrik yang harus dipikul, berapa besar daya, bagaimana
karakteristiknya, serta kapan beban listrik itu harus dioperasikan.  Beberapa titik muatan
dilayani oleh satu sirkit akhir dari kotak hubung bagi.  Kotak hubung bagi ini mendapat suplai
listriknya dari sirkit cabang atau langsung dari panel hubung bagi utama.

1. Ruang Lingkup Desain Instalasi Listrik

Desain instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL dan peraturan lain tentang
ketenagalistrikan. Desain instalasi listrik harus berdasarkan persyaratan dasar yang ditentukan
dengan memperhitungkan serta memenuhi proteksi untuk keselamatan yang ditentukan.
Sebelum mendesain suatu instalasi listrik harus dilakukan asesmen dan survei lokasi.

Desain instalasi listrik ialah berkas gambar desain dan uraian teknik yang digunakan sebagai
pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu  instalasi listrik. Desain instalasi listrik harus
dibuat dengan jelas serta mudah dibaca dan dipahami oleh para teknisi listrik. Untuk itu harus
mengikuti ketentuan dan standar yang berlaku.  Menurut PUIL 2011 ayat 2.1.2.3, desain
Instalasi Listrik terdiri atas berikut ini.
a. Gambar situasi yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan tempat
instalasi tersebut akan dipasang dan desain hubungannya dengan sumber tenaga listrik.
b. Gambar instalasi

1. Desain tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak perlengkapan listrik beserta
sarana kendalinya (pelayanannya), seperti titik lampu, kotak kontak, sakelar, motor
listrik, PHBK, dan lain-lain.
2. Desain hubungan perlengkapan listrik dengan gawai pengendalinya seperti hubungan
lampu dengan sakelarnya, motor dengan pengasutnya, dan dengan gawai pengatur
kecepatannya yang merupakan bagian dari sirkit akhir.
3. Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir dan PHBK yang bersangkutan ataupun
pemberian tanda dan keterangan yang jelas mengenai hubungan tersebut.
4. Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik.

c. Diagram garis tunggal

1. Diagram PHBK lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran pengenal
komponennya.
2. Keterangan mengenal jenis dan beban besar yang terpasang dan pembagiannya.
3. Pembumian sistem.
4. Ukuran dan jenis konduktor yang dipakai.

d. Gambar rinci

1. Perkiraan ukuran fisik PHBK.


2. Cara pemasangan perlengkapan listrik.
3. Cara pemasangan kabel.
4. Cara kerja instalasi kendali.

Catatan: Gambar rinci dapat juga diganti dan atau dilengkapi dengan keterangan atau uraian.

e. Perhitungan teknis (jika perlu)

1. Drop
2. Perbaikan faktor daya.
3. Beban terpasang dan kebutuhan maksimum.
4. Arus hubung pendek dan daya hubung pendek.
5. Tingkat pencahayaan.
6. Keseimbangan beban.

f. Tabel bahan instalasi

1. Jumlah dan jenis kabel, konduktor, dan perlengkapan.


2. Jumlah dan jenis perlengkapan bantu.
3. 3. Jumlah dan jenis PHBK.
4. Jumlah dan jenis luminer lampu.

g. Uraian teknis

1) ketentuan tentang sistem proteksi.


2) ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya.

3) Cara pengujian.

4) Jadwal waktu pelaksanaan.

h. Perkiraan biaya

Berdasarkan kebutuhan bahan instalasi dan lama waktu pelaksanaan instalasi dapat diketahui
kalkulasi biaya yang diperlukan untuk pemasangan instalasi.

2. Mendesain Intalasi Listrik Penerangan Bagunan Sederhana

Instalasi listrik bangunan sederhana adalah instalasi listrik yang bebannya merupakan komponen
penerangan yang dipasang pada bangunan dengan spesifikasi sederhana menggunakan teknologi
sederhana.  Ciri utama bangunan sederhana adalah tidak bertingkat atau memiliki jumlah lantai
paling tinggi 2 (dua) dengan luas lantai keseluruhan kurang dari 500 m 2.

Langkah-langkah dalam membuat desain instalasi listrik penerangan bangunan sederhana dapat
menggunakan gambar tangan atau gambar komputer dengan tetap mengacu pada aturan gambar
teknik. Untuk desain instalasi listrik menggunakan komputer dapat digunakan software
Microsoft Visio.

Langkah-langkah dalam instalasi pencahayaan

a. Pertama, dapatkan suatu ganbar denah dari bangunan atau pelataran dan catatan beban
yang akan ditempatkan dan besarnya beban tersebut.
b. Kedua, tentukan apakah tenaga listrik akan diminta dari perusahaan umum atau
dibangkitkan sendiri.
c. Ketiga, tentukan daya, jurnlah, dan tempat panel pembagi.
d. Keempat, tentukan sistem proteksi terhadap sentuhan langsung atau tidak langsung
(voltase sentuh).
e. Kelima, adakan perhitungan susut voltase dan pengaturan voltase agar mesin dan
perlengkapan listrik dapat berfungsi dengan baik.
f. Keenam, buat uraian perlengkapan yang diperlukan bagi instalasi listrik.

Rancangan instalasi listrik merupakan pegangan dan pedoman untuk baru yang dilaksanakannya
pemasangan suatu instalasi listrik sebagairmana ketentuan PUIL 2011 (2.1.1.1.).  Rancangan
harus jelas dan mudah dibaca dan dipahami oleh pelaksana lapangan karena garmbar rancangan
harus memenuhi ketentuan dan standar yang berlaku.

3. Perhitungan Pencahayaan (lluminasi)

Kententuan pencahayaan pada sebuah ruangan juga menjadi pertimbangan penting dalam
merancang instalasi penerangan. Perbedaan fungsi ruangan beda Juga kebutuhan iluminasinya.

Rumus untuk menghitung iluminasi adalah


n=

Keterangan:

n = jumlah lampu

 E = intensitas pencahayaan pada bidang kerja (lux)

A  = luas bidang kerja (m 2)

Φ  = fluk cahaya lampu (lumen)

η  = efisiensi pencahayaan, ditentukan dari tabel efisiensi pencahayaan untuk lampu yang
digunakan, berdasarkan nilai, yaitu

rp   = foctor refleksi langit-langit

rw   = factor refleksi dinding, dan

rm  = factor refleksi lantai.

4. Merancang Pengawatan Instalasi Penerangan

Pada rangkaian 1 fasa yang digunakan untuk mengendalikan lampu listrik, sedangkan untuk
peralatan elektronik seperti TV, radio, setrika, kulkas, komputer, dan lain-lain digunakan stop
kontak. Beberapa sakelar yang sering digunakan sebagai kendali peralatan listrik, di antaranya
sakelar kutub tunggal, sakelar kutub ganda, sakelar kutub tiga, sakelar kutub seri, sakelar
kelompok, sakelar tukar, dan sakelar silang.  Berikut contoh sebuah desain instalasi listrik
penerangan bangunan sederhana.
Gambar 2.3 Gambar Situasi
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020

 Pada gambar situasi di atas diterangkan nama calon konsumen, alamat lokasi, nomor gardu lalu
lintas, dan nomor tiang listrik yang akan dipasang kepada calon konsumen dilihat dari posisi
gardu trafo.  Gambar situasi biasanya dibuat ketika melakukan survei ke rumah calon konsumen.

Setelah menyelesaikan situasi, tahapan desain berikutnya adalah membuat gambar instalasi yang
menunjukkan hubungan instalasi antar komponen dan juga sistem penyambungannya dengan
PHBK.  Pada gambar instalasi ini kontrol terhadap beban berupa lampu dan stop kontak diatur
agar terlayani sesuai dengan fungsi ruangan, luas ruangan, dan berdasarkan permintaan dari
konsumen dengan tetap memperhatikan aturan penempatan komponen instalasi yang tercantum
dalam PUIL 2011.

 Setiap ruangan dapat diberikan kode atau nama ruangan untuk mempermudah mengetahui
fungsi ruangan.  Setiap titik beban lampu dan stop kontak juga dilengkapi dengan besarnya daya
yang beban tersebut sehingga dapat memperkirakan kebutuhan total pemakaian daya pada
instalasi rumah sederhana tersebut. Penempatan penghantar pada desain gambar instalasi
merupakan jalur penghantar yang sebenarnya pada pelaksanaan pemasangan instalasi.   Oleh
karena itu, dibuat semacam jalur utama dalam rumah sehingga tidak menyulitkan dalam
pemasangan maupun pengembangannya di kemudian hari.
Gambar 2.4 Diagram Garis Tunggal Instalasi Rumah
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020

Apabila diagram garis tunggal dibuat menunjukkan hubungan antar komponen instalasi dalam
satu garis, diagram pengawatan dibuat lebih mendetail yang menunjukkan hubungan antar
komponen instalasi yang terhubung dengan penghantar fasa dan netral.  Melalui diagram
pengawatan dapat diketahui secara persis aliran arus dari sakelar ke lampu maupun titik
pengambilan dari setiap beban. Diagram pengawatan juga memudahkan Anda menentukan
banyaknya komponen instalasi penerangan yang dibutuhkan dalam instalasi yang akan dipasang.
Gambar 2.5 Diagram Pengawatan Instalasi Rumah
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020

Pada gambar instalasi di atas tabel diagram rekapitulasi daya sebagai bentuk rangkuman dari
keseluruhan beban lampu dan beban stop kontak yang terpasang pada instalasi penerangan.  
Diagram rekapitulasi daya dibuat agar total daya yang nantinya terpasang dapat diperhitungkan
secara mendetail termasuk besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian.   Besarnya arus
listrik ini juga menentukan besarnya pengaman atau MCB yang terpasang.

Tabel 2.1 Diagram Rekapitulasi Daya


RANGKUMAN

Penempatan titik lampu, stop kontak, dan sakelar harus mempertimbangkan kemudahan dalam
pelayanan. Hubungan antar komponen instalasi penerangan contohnya adalah rangkaian sakelar
tunggal dengan satu buah lampu, rangkaian sakelar seri dengan dua buah lampu, instalasi sakelar
tukar, dan instalasi gudang bawah tanah.

Perancangan instalasi listrik untuk bangunan didasarkan atas pengetahuan beban listrik yang
harus dipikul, berapa besarnya daya, bagaimana karakterístiknya, serta kapan beban listrik itu
harus dioperasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ttibudianti, Wahyu. 2020. Instalasi Penerangan Listrik. Malang: PT. Kuantum Buku Sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai