Anda di halaman 1dari 17

PENERANGAN ALAMI

MAKALAH

OLEH
MUHAMMAD NASRULLAH
NIM 190522548419

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul
“PENERANGAN ALAMI” dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan dibuatnya makalah ini
untuk memenuhi tugas matakuliah Fisika Terapan 1.

Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan hambatan. Namun, berkat


bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu
pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan kerja sama
kepada :
1. Bapak Dr. H. Tri Kuncoro, S.T, M.Pd , selaku dosen matakuliah Fisika Terapan 1
yang telah memberikan kepercayaan kepada kami serta bimbingan atas
pembuatan makalah ini;
2. Ibu Martha Alaska, selaku asisten dosen yang telah memberikan pengarahan,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan;
3. Teman-teman yang telah memberi dukungan kepada kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan penyusun makalah kami selanjutnya. Semoga makalah dari kami ini
dapat berguna para pembaca.

Malang, 25 September 2019

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1

1. Latar belakang .......................................................................................................1


2. Rumusan Masalah...................................................................................................1
3. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II METODE DAN KOMPONEN UTAMA....................................................3

1. Definisi Penerangan Alami.....................................................................................3


2. Karakteristik Cahaya..............................................................................................3
3. Kesatuan Pengukuran Cahaya................................................................................3
4. Unsur Cahaya Matahari..........................................................................................5
5. Faktor Penerangan Alami Siang Hari.....................................................................5
6. Standar Penerangan Alami Siang hari....................................................................7
7. Tujuan Penerangan Alami......................................................................................9
8. Perencanaan Penerangan Alami.............................................................................9
9. Metode Antisipasi Silau..........................................................................................10
10. Teknik Pemanfaatan Penerangan Alami.................................................................10
11. Teknik Pasif Pada Penerangan Alami...................................................................11
12. Teknik Aktif Pada Penerangan Alami....................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................13

DAFRAT PUSTAKA`................................................................................................14

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem pencahayaan dalam ruang dapat dibagi menjadi dua bagian besar
berdasarkan sumber energi yang digunakan, yaitu sistem pencahayaan alami dan
sistem pencahayaan buatan. Kedua sistem ini memiliki karakteristik yang berbeda,
dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga
dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6
daripada luas lantai
Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi penggunaan cahaya
buatan, sehingga dapat menghemat konsumsi energi dan mengurangi tingkat polusi.
Tujuan digunakannya pencahayaan alami yaitu untuk menghasilkan cahaya
berkualitas yang efisien serta meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat
terang. Selain itu cahaya alami dalam sebuah bangunan juga dapat memberikan
suasana yang lebih menyenangkan dan membawa efek positif lainnya dalam
psikologi manusi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan penyusunan makalah ini antara lain :

1. Apa pengertian atau definisi penerangan alami ?


2. Apa penjelasan mengenai karakteristik cahaya ?
3. Apa satuan yang digunakan pada pengukuran cahaya ?
4. Apa saja komponen faktor penerangan dan istilah-istilah penting pada PASH ?
5. Bagaimana parameter kenyamanan visual dan standar yang digunakan untuk
PASH ?
6. Bagaimana cara menghitung kuat penerangan minimal menggunakan standar ?
7. Apa tujuan dari penerangan alami ?
8. Bagaimana perencanaan penerangan alami yang memanfaatkan potensi dan
mengantisipasi kendala ?
9. Bagaimana metode untuk mengantisipasi silau ?
10. Bagaimana teknik pasif yang diterapkan pada penerangan alami ?
11. Bagaimana teknik aktif yang diterapkan pada penerangan alami

1
2

1.3 Tujuan

Dengan dibuatnya makalah ini, saya mempunyai tujuan yang ingin dicapai, antara
lain :

1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi Pencahayaan Alami


2. Untuk mengetahui penjelasan tentang karakteristik cahaya
3. Untuk mengetahui satuan yang digunakan pada pengukuran cahaya
4. Untuk mengetahui komponen faktor penerangan dan istilah-istilah penting pada
PASH
5. Untuk mengetahui parameter kenyamanan visual dan standar yang digunakan
untuk PASH
6. Untuk mengetahui cara menghitung kuat penerangan minimal menggunakan
standar
7. Untuk mengetahui tujuan penerangan alami
8. Untuk mengetahui perencanaan penerangan alami yang memanfaatkan potensi
dan mengantisipasi kendala
9. Untuk mengetahui metode antisipasi silau
10. Untuk mengetahui teknik pasif yang diterapkan pada penerangan alami
11. Untuk mengetahui aktif yang diterapkan pada penerangan alami
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Penerangan Alami


Penerangan alami adalah Penggunaan cahaya yang bersumber dari alam untuk
penerangan. Sebagai sumber energi cahaya yang utama adalah matahari. Sumber
lain (dengan intensitas cahaya yang lemah), yaitu hewan seperti kunang-kunang
dan pantulan cahaya matahari ke bulan.
2. Karakteristik Cahaya
Sinar adalah berkas cahaya yangmengarah ke suatu tujuan, sedangkan cahaya
adalah arus gelombang pendek sempit dari radiasi elektromagnetik ±360-770 nm
(1 nanometer =10−9 m). Cahaya semua gelombang akan menentukan jenis
warnanya dan mata manusia peka terhadap perbedaan tersebut.
Panjang Gelombang dari spektrum/rentang warna cahaya yang terlihat :
1) 360 s/d 420 nanometer = ungu/violet
2) 420 s/d 495 nanometer = biru
3) 495 s/d 566 nanometer = hijau
4) 566 s/d 589 nanometer = kuning
5) 589 s/d 627 nanometer = jingga
6) 627 s.d 770 nanometer = merah
Dari semua spektrum warna, mata manusia paling peka terhadap panjang
gelombang 566 nanometer atau warna kuning-hijau. Radiasi energi cahaya
memperlihatkan karakteristik ganda yaitu sebagai berikut :
1) Partikel-partikel energi seperti photon
Photon adalah paket energi yang sangat kecil, yang dikeluarkan ketika
partikel bermuatan melepas energi.
2) Gelombang osilasi ( fuktuasi ) medan istrik dan medan magnet.

Kecepatan rambat gelombang cahaya tergantung keraptan massa media yang


dilaluinya. Kecepatan rambat gelombang cahaya pada beberapa media :

1) Melalui hampa = 299.792.000 m/det


2) Melalui udara = 299.724.000 m/det
3) Melalui air = 224.915.000 m/det
4) Melalui kaca = 198.223.000 m/det
3. Satuan Pengukuran Cahaya
Pengukuran cahaya adalah pengukuran terhadap parameter Cahaya. Pada bab
ini pembahasan satuan pengukuran cahaya dibatasi hanya yang terkait dengan
penerangan alami.

3
4

Tabel 2.1 Satuan Pengukuran Cahaya (Photometric Quantity)

Kuantitas Fotometrik Satuan


Nama Simbol Nama Simbol

Luminous energy Q lumen second lmsc


(Jumlah cahaya)

Luminous flux (arus Փ lumen lm


cahaya)

Luminous intensity cendela cd


(intensitas cahaya) I

Iluminance (kuat lux lx


penerangan) E

Luminance B stilb sb
(luminasi)

Time (waktu) t second sc

Solid angle (sudut ω steradian st


ruang)

Area (luas) S meter persegi m2

A. Jumlah Cahaya (Q)


Adalah energi cahaya yang dipancarkan sumber cahaya
B. Arus Cahaya
Adalah jumlah cahaya (Q) per satuan waktu (t)
Q
Փ=
t
C. Intensitas Cahaya (I)
Adalah arus cahaya (Փ) yang dipancaran persatuan sudut ruan ( ω, baca :
Omega)
Փ
I rata−rata=
ω
D. Kuat Penerangan (E)
Adalah arus cahaya (Փ) yang diterima bidang permukaan bola seluas S,
sehingga menjadi terang.
Փ
Erata −rata=
S
5

Semakin besar Arus Cahaya (Փ) maka semakin besar kuat penerangan (E).
E. Luminasi
Adalah intensitas cahaya (I) yang dipancarkan, dipantulkan, atau diteruskan
oleh suatu bidang permukaan seluas S. Jika bidang seluas 1m 2 memancarkan
cahaya berintensitas 1 cd ke arah garis normal bidang maka bidang tersebut
memiliki luminasi sebesar 1 sb.
I
Brata−rata =
S

4. Unsur Cahaya Matahari


Berdasarkan arah sinar langsung dan pantulannya, sinar matahari dapat
diuraikan menjadi unsur-unsurnya sebagai berikut.
- Sinar matahari langsung
- Sinar matahari pemantulan cahaya di atmosfer/cahaya langit
- Sinar matahari refleksi luar, yaitu hasil pemantulan cahya dari benda-benda
di luar ruangan/bangungan
- Sinar matahari refleksi dalam, yaitu hasil pemantulan cahaya dari benda-
benda di dalam ruangan/bangunan

Berdasarkan adanya pemantulan, penerangan di dalam ruang/bangunan dapat


dibedakan menjadi :

1) Penerangan Langsung
Penerangan melalui sumber, terutama dari cahaya langit (skylight) dan
sunlight jika langsung terpapar sinar matahari
2) Penerangan tak Langsung
Penerangan dengan sumber dari refleksi luar dan dalam ruang/bangunan.

Semakin cerah warna benda, semakin besar kemampuan pantulnya. Dan jika
semakin licin tekstur benda, semakin besar juga kemampuan pantulnya.

5. Faktor Penerangan Alami Siang Hari


Penerangan Alami Siang Hari (PASH) adalah pemanfaatan alam sebagai
sumbercahaya untuk kebutugan penerangan saat siang hari, dengan sumber
cahaya utama dari matahari.
Faktor penerangan (FP) pada PASH adalah presentase kuat penerangan alami
pada suatu titik dari bidang tertentu di dalam suatu ruangan, dari kuat penerangan
alami pada bidang datar di lapangan terbuka (standar di Indonesia 10.000 lux).
Contoh pengukuran Faktor Penerangan (FP) di suatu bidang kerja :
FP = 2%
6

Kuat penerangan terukur = 2% x 10.000 lux


= 200 lux
a. Komponen Faktor Penentu (FP)
- Faktor Langit (FL)
Penerangan dengan sumber cahaya langsung dari langit
- Faktor Refleksi luar (FRL)
Penerangan dengan sumber cahaya pantulan permukaan benda di luar
ruangan/bangunan
- Faktor Refleksi Dalam (FRD)
Penerangan dengan sumber cahaya pantulan permukaan benda di dalam
ruang/bangunan
b. Penentu kuat penerangan yang terukur di suatu titik pada bidang kerja suatu
ruang adalah sebagai berikut :
- Hubungan geometris antara titik ukur dan bukaa/luang cahaya
- Ukuran dan posisi bukaan/lubang cahaya
- Distribusi terang langit
- Bagian langit yang dapat diukur dari titik ukur
- Tingkat transparasi bukaan /lubang cahaya
c. Definisi istilah-istilah penting pada PASH :
- Bidang kerja
- Titik ukur
- Bidang lubang cahaya (BCL)
- Bidang lubang cahaya efektif (BCLE)
- Terang langit
d. Titik ukur pada suatu bidang kerja sebagai berikut:
- Titik ukur utama (TUU)
Titik ukur dengan posisi tepat di tengan anatara kedua dinding yang
mengapit bidang lubang vahaya efektif dengan jarak 1/3 d dari bidang
lubang cahaya efektif tersebut. Tinggi titik ukur 75 cm tepat di bidang kerja.
- Titik ukur samping (TUS)
Titik ukur dengan posisi masing masing 50 cm dari permukaan dalam
dinding. Dengan jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif. Tinggi titik
ukur 75 cm tepat di bidang kerja.
7

6. Standar Penerangan Alami Siang Hari


Kenyamanan visual adalah keadaan pikiran manusia yang mengekspresikan
kepuasan terhadap penglihatan sekitar. Agar penerangan alami dapat
menghasilkan kenyamanan visual terkait parameter tersebut, diperlukan standar
yang berisi syarat dan ketentuan tertentu.
a. Parameter kenyamanan visual sebagai berikut :
- Kuat penerangan (illuminance) (E)
Besar kuat penerangan yang terukur harus memenuhi syarat minimal sesuai
standar
- Luminasi (luminance) (B)
Kecerlangan cahaya yang terjadi tidak memberi efek silau pada mata.
- Kualitas warna
Kualitas warna terkait warna cahaya dan warna obyek yang dikenai cahaya
buatan
b. Standar yang digunakan di Indonesia untuk PASH adalah sebagai berikut :
- SNI 03-2396-2001
Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung
- SNI 03-2396-1991
Tata cara perancangan penerangan alami siang hari untuk rumah dan gedung
- SK SNI T-14-1993-03
Tata cara perencanaan teknik konversi energi pada bangunan gedung
c. Pengukuran cahaya pada PASH yang sesuai standar, sebagai berikut :
- Lokasi titik ukur
- Kuat penerangan
- Luminansi
- Alat ukur
- Hasil pengukuran
Langka penerapan standar PASH :
- Tentukan kualitas penerangan dan klasifikasi derajat bangunan,
- Tentukan jenis ruangan,
- Ukur jarak di ruangan,
- Hitung nilai FLmin dalam persen,
- Hitung besar kuat penerangan (E), dimana

Emin =FLmin x 10.000 lux

Catatan : FRL dan FRD diabaikan karena dianggap nilainya kecil.


8

Tabel 2.2 Nilai Faktor Langit Untuk Bangunan Umum

Klasifikasi Bangunan I II III

Kualitas penerangan A 0,50 d 0,45 d 0,35 d

Kualitas penerangan B 0,40 d 0,35 d 0,30 d

Kualitas penerangan C 0,30 d 0,25 d 0,20 d

Kualitas penerangan D 0,20 d 0,15 d 0,10 d

Catatan :
FLminTUS = 40% FLminTUU
FLminTUS > 0,1 d

Tabel 2.3 Nilai Faktor Langit Untuk Bangunan Sekolah

Jenis Ruangan FLminTUU FLminTUS

Ruangan kelas biasa 0,35 d 0,20 d

Ruangan kelas khusus 0,45 d 0,20 d

laboraturium 0,35 d 0,20 d

Bengkel kayu/besi 0,25 d 0,20 d

Ruang olahraga 0,25 d 0,20 d

kantor 0,35 d 0,15 d

Dapur 0,20 d 0,20 d

Catatan :
FLmin pada 1/3 d di papan tulis pada tinggi 1,20 m = 50% FLminTUU
9

7. Tujuan Penerangan Alami


Tujuan peneranganalami sebagai berikut :
- Kenyamanan Visual
Kenyamanan Visual dapat diperoleh melalui optimasi pemanfaatan
peneranganalami dan desain bukaan cahaya yang tepat.
- Estetika dan Suasana
Cahaya alami dapat dimanfaatkan untuk keindahan dan pembangunan
suasana ruang.

8. Perencanaan Penerangan Alami


• Potensi pemanfaatan penerangan alami, sebagai berikut :
- Kenyamanan visual
Kenyamanan visual dapat diperoleh jika cahaya yang diperoleh sesui standar
- Konsevasi energi
Dengan pemanfaatan penerangan alami siang hari maka energi listrik untuk
pencahayaan buatan dapat direduksi hingga 20% total kebutuhan
• Kendala Pemanfaatan peneranga alami :
1) Silau
2) Ketidaknyamanan ternal
• Perencanaan bukaan cahaya ruangan untuk penerangan alami :
- Orientasi banguanan dan bukaan cahaya
- Alokasi ruangan dan bukaan cahaya
- Luas bukaan cahaya
- Alternatif pemasukan cahaya
- Antisipasi silau
- Pengendalian ternal
• Strategi pengendalian termal yang dapat dilakukan :
- Shading devices
Sirip pangkal sinar matahari (SPSM), atap balkon, atap lebar, kisi-kisi
(lauvre), dan blinds menjadi pembayang sinar matahari (shader).
- Secondary skin
Kulit/selubung bangunan kedua menjadi penyaring (filter) sinar matahari.
- Double glass
Kaca ganda menjadi penyaring sinar matahari.
- Absorbing & reflective glass
Mono tinted glass dan mono coated glass menjadi penyaring sinar matahari.
- Low-e glass
kaca dengan emisivitas rendah sehingga dapat menjadi penyaring sinar
matahari.
10

9. Metode Antisipasi Silau


Silau (glare) pada penerangan alami adalah kesulatan melihat karenanya
adanya cahaya cemerlang, baik yang merupakan cahaya langsung dari matahari
(sunlight) dan cahaya langit (skylight), maupun cahaya hasil pantulan.
Ada dua tipe silau yang dialami pengguna ruang/banguan yaitu :
- Discomfortglare
Pengurangan kenyamanan visual karena adanya kontras cahaya berlebih
- Disability glare
Pengurangan kemampuan melihat karena adanya kontras cahaya berlebih

Metode antisipasi silau sebagai berikut :


1) Pengaturan Orientasi Bukaan Cahaya
Pertimbangan dalam pengaturan orientasi bukaan cahaya yaitu:
- Jumlah cahaya
- Lintasan matahari dan lokasi di bumi
2) Membatasi Luas Sumber Silau
Cara Membatasi Luas Sumber Silau yaitu :
- Memperkecil luas bukaan cahaya,
- Memberi pembayang (shader) dan memperbesar dimensi pembayang
tersebut,
- Memberi penyaring (filter) dan memperkecil dimensi lubang
penyaring tersebut.
3) Menaikkan Faktor Refleksi Dalam
Cara Menaikkan Faktor Refleksi Dalam :
- Penggunaan muda warna muda pada interior
- Penggunaan material interior bertekstur halus dan licin

10. Teknik Pemanfaatan Penerangan Alami


Teknik penerangan alami dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Teknik Pasif
Teknik memanfaatkan cahaya alami untuk penerangan dalam
ruang/bangunan
dengan desain bukaan cahaya pada kulit/ selubung bangunan tersebut.
2) Teknik aktif
Teknik memanfaatkan cahaya alami untuk penerangan dalam
ruang/bangunan
dengan bantuan sistem penerangan yang terpasang pada bangunan tersebut.
11

11. Teknik Pasif Pada Penerangan Alami


Wujud bukaan cahaya pada teknik pasif penerangan alami meliputi :
• Jendela
adalah bukaan cahaya vertikal pada fasad bangunan dengan posisi dekat
dengan bidangkerja, yang dapat difungsikan sebagai bukaan udara.
• Clerestory window
adalah bukaan cahaya vertikal pada fasad banguanan dengan posisi jauh
dari bidang kerja di atas jendela, yang difungsikan untuk perolehan cahaya
pada ruang.
• Skylight
adalah bukaan cahaya besar pada atap bangunan.
• Sloped Glazing
adalah bukaan cahaya miring pada fasad bangunan.
• Atap Gergaji
adalah bukaan cahaya miring pada atap yang biasa digunakan pada
tipologi bangunan industri agar dengan ketebalan bangunan yang besar cahaya
tetap dapat masuk ke tengah bngunan.
• Sumur cahaya
adalah bukaan cahaya sempit pada atap bangunan yang dilengkapi shaft
dan difungsikan untuk memasukkan cahaya alami dari atap bangunan hingga
ke level lantai di bawahnya yang membutuhlan penerangan alami. Selain
digunakanuntuk pencahayaan, sumur cahaya ini berfungsi sebagai bukaan
udara.

12. Teknik Aktif Pada Penerangan Alami


Wujud bukaan cahaya pada teknik aktif penerangan alami meliputi :
1) Light shelf
Adalah penerangan alami yang menggunakan pemantul (Reflector) pada fasad
bangunan dengan posisi pemasangan tertentu, agar dengan sudut pantul yang
terjadi diperoleh cahaya matahari tak langsung (indirect sunlight) yang tidak
menyilaukan.
Besar sudut pantul pada light shelf dan pelafon ruang tergantung dari sudut
jatuh sinar matahari yang berubah sepanjang waktu.
2) Orismatic skylight
Adalah skylight yang dilengkapi rotating mirror, sehingga dapat diperoleh
cahaya hasil pantulan yang lebih terang dari sekedar skylight (luminasi
bertambah hingga 35%) tetapi tidak menimbulkan silau karena arah
cahayanya menyebar (diffuse).
Agar cahaya dapat di fokuskan pada roating mirror, digunakan dome yang
berfungsi sebagai lensa luar (outer lens). Lalu lensa dalam (inner lens) yang
12

terpasang pada rangka akan menyebar arah cahaya yang masuk ke dalam
ruang/bangunan.
3) Fiber-optic
Adalah sistem penerangan alami yang menggunakan serat optik sebagai alat
transmisi energi cahaya dari pengumpul (Collector) cahaya matahari di atap
bangunan menuju lampu yang terpasang di dalam ruang/bangunan.
4) Reflector
Adalah sistem penerangan alami menggunakan pemantul agar didalam
ruang/bangunan dapat diperoleh cahaya terang hasil pemantulan yang tak
menyilaukan. Kondisi pemasangan reflector adalah fixed (tidak dapat
digerakkan).
5) Light tube/Tubular Daylighting Device (TDD)
Adalah sistem penerangan alami yang menggunakan tabung atau pipa
(diameter sekitar 20 inci) sebagai alat transmisi energi cahaya matahari dari
dome di atap bangunan menuju diffuser yang terpasang di dalam
ruang/bangunan.
Fleksibilitas pada light tube tampak pada tabungannya yang dapat dibelokkan
sesuai kebutuhan, penampakan diffuser-nya dapat dipilih terbentuk lingkaran
atau bujur sangkar.
6) Heliostat
Adalah sistem penerangan alami yang menggunakan alat heliostat (berupa
rotating reflector) dan fiksed reflector agar di dalam ruang/bangunan dapat
diperoleh cahaya terang hasil pemantulan yang tak menyilaukan. Heliostat
dapat bergerak menyesuaikan dengan lintasan matahari karena pada sistem
penerangan ini telat terpasang microprocessor di alat control system.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

 Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagai cahaya yang masuk


kedalam ruang pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari.
Sebelum masuk ke dalam ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat di
peroses terlebih dahulu menggunakan “shading”. Shading dimaksud
sebagai penyaring cahaya yang masuk ke dalam ruangan sehingga
menghasilkan kualitas pencahayaan pada ruangan yang diinginkan.
 Banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam tata cara pencahayaan
alami pada bangunan gedung, seperti sumber cahaya, langit perancangan,
lubang cahaya, kualitas cahaya dan arah cahaya.

2. Saran

Sebaikknya hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum


mendesain suatu bangunan adalah Pencahayaan Alami. Hal ini sangat penting
karena jika kondisi Cahaya suatu bangunan kurang memadai, maka bangunan
pun menjadi tidak fungsional karena bertolak belakang dengan tujuan itu
sendiri, yakni memberikan penerangan kepada pengguna. Selain itu, faktor
pencahayaan alami dan kendala pencahayaan juga harus dipertimbangkan.
Strategi pencahayaan alami juga harus diperhatikan agar kualitas cahaya
dalam ruangan yang diinginkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Latifa, Nur Laela. 2015. Fisika Bangunan 1. Jakarta Timur:Griya Kreasi

https://www.academia.edu/7057639/STUDI_LITERATUR_PENCAHAYAAN_ALAMI

14

Anda mungkin juga menyukai