Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MAKALAH

HYGIENE INDUSTRI

PENCAHAYAAN DAN RADIASI NON-PENGION


(LIGHTING AND NON-IONISING RADIATION)

Oleh
Rasmiaji
0048.10.16.2021

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


KONSENTRASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Makalah yang berjudul “Pencahayaan dan Radiasi Non-Ionisasi”.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini tidak terlepas dari
segala keterbatasan dan kendala, tetapi berkat bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya
serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dr. Alfina
Baharuddin, SKM., M.Kes Selaku Dosen pengajar dimata kuliah Hygiene
Industri telah meluangkan waktunya memberikan petunjuk, arahan dan
motivasi saat mengajar.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, saran dan
kritik demi penyempurnaan tugas makalah ini sangat diharapkan. Akhir
kata, semoga apa yang disajikan dalam tugas makalah ini dapat
bermanfaat bagi setiap yang membacanya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 01 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................. 3

C. Tujuan .................................................................................... 3

D. Manfaat Penulisan .................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Pencahayaan .................................. 5

1. Definisi Pencahayaan ....................................................... 5

2. Sumber-sumber Pencahayaan.......................................... 5

3. Sistem Pencahayaan ........................................................ 8

4. Kualitas Pencahayaan ...................................................... 9

5. Pengendalian Pencahayaan ............................................. 11

6. Nilai Ambang Batas Pencahayaan .................................... 14

7. Dampak Akibat Pencahayaan ........................................... 18

B. Tinjauan Umum Radiasi ......................................................... 19

1. Definisi Radiasi ................................................................. 19

2. Sifat Radiasi ........................................................................ 19

3. Jenis Radiasi ....................................................................... 20

a. Radiasi Non Ionisasi ....................................................... 20

iii
b. Radiasi Ion ...................................................................... 25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting

bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa

pencahayaan yang tepat, disesuaikan dengan pekerjaan

mengakibatkan produksi yang maksimal dan ketidakefisien yang

minimal, dan dengan begitu secara tidak langsung membantu

mengurangi terjadinya kecelakaan. Dalam hubungan kelelahan sebagai

sebab kecelakaan, pencahayaan yang baik merupakan salah satu

usaha yang preventif. Pengalaman menunjukkan bahwa pencahayaan

yang tidak memadai akan disertai dengan tingkat kecelakaan yang

tinggi (Wahyudi, 2022).

Manusia menerima 80% informasi melalui mata. Meskipun

mata manusia dapat mengadaptasi sangat baik untuk kondisi

pencahayaan yang berbeda, pencahayan yang buruk di lingkungan

kerja dapat mengakibatkan hal yang tak diinginkan: produktivitas

rendah, kualitas produk yang buruk maupun mata tegang, lelah dan

sakit kepala para pekerja. Banyak kajian telah memastikan bahwa

pencahayaan yang baik dapat meningkatkan produktivitas dan

efesiensi, di antaranya: peningkatan kondisi pencahayaan di sejumlah

industri telah meningkatkan 10% dan mengurangi 30% kesalahan. (ILO,

2013). Kelelahan pada mata adalah keadaan karyawan yang

1
mengakibatkan terjadinya penurunan vitalitas dan produktivitas kerja

akibat gangguan Kesehatan pada mata. Kelelahan mengandung tiga

pengertian yaitu terdapatnya penurunan hasil kerja secara fisiologik,

adanya perasaan Lelah dan bosan bekerja (Wahyudi, 2022).

Radiasi pengion (ionizing) merupakan radiasi yang

dapat menghasilkan sejumlah ion pada saat berinteraksi dengan

atom atau molekul yang lain dengan menggunakan energi yang

cukup. Contoh radiasi pengion antara lain, radiasi sinar alpha (α),

sinar beta (β) sinar gamma (γ) dan radiasi ultraviolet. Dari

berbagai jenis radiasi pengion tersebut, jenis radiasi yang paling

sering digunakan pada pengawetan bahan pangan adalah radiasi

sinar gamma. Sinar gamma sering digunakan karena memiliki

gelombang elektromagnetik yang bergerak dengan kecepatan

tinggi dan hampir menyamai kecepatan cahaya, jarak lintasan

relatif panjang, arahnya tidak dipengaruhi medan magnet, tidak

memiliki muatan dan mempunyai daya ionisasi kecil serta daya

tembus yang tinggi (Hamidy dkk, 2021).

Dalam Peraturan Kepala Bapeten No.4 Tahun 2020, proteksi

radiasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi

pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. Tujuan dari

proteksi radiasi adalah mencegah terjadinya efek deterministik dan

mengurangi terjadinya efek stokastik serendah mungkin (Kunista, 2021)

2
Pemantauan laju paparan radiasi dilakukan pada modalitas

yang menggunakan sumber radiasi secara periodik. Periode penentuan

laju paparan radiasi dilakukan satu tahun sekali untuk pemantauan rutin

(Kepmenkes No. 1250 Tahun 2009). Menurut Perka Bapeten No. 8

Tahun 2011 periode pemantauan laju paparan radiasi pada daerah

kerja diagnostik dilakukan satu kali setahun untuk pemantauan rutin

serta dilaporkan secara tertulis. Pemantauan daerah kerja radiasi untuk

diagnostik merupakan salah satu program proteksi radiasi yang harus

dilakukan dalam setiap kegiatan pemantauan tenaga nuklir (Kunista,

2021).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka

rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pencahayaan dalam higiene industri?

2. Bagaimana konsep radiasi?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka

tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk membahas mengenai konsep pencahayaan dalam higiene

industri.

2. Untuk membahas mengenai radiasi dalam higiene industri.

3
D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari pneulisan ini yaitu diharapkan penulisan

ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi penelitian

maupun pembuatan makalah terkait dengan materi higiene industri

yang akan disampaikan penulis pada penulisan makalah ini dan juga

diharapkan dapat menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan bagi

penulis yang membuat penulisan makalah ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum tentang Pencahayaan

1. Definisi Pencahayaan

Pencahayaan atau penerangan adalah faktor yang penting

untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja

yang baik akan dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan

produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang operator ditentukan

pada ketepatan dan kecermatan saat melihat dalam bekerja,

sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja

(Putra dan Gunawan,2017).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002,

penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens

dan m² adalah satuan dari luas permukaan yang ada (Simbolon,

2017).

2. Sumber-sumber Pencahayaan

Berikut ini adalah sumber pencahayaan yang terbagi menjadi

dua, yaitu:

a. Pencahayaan Alami

Pencahayaan matahari adalah sumber pencahayaan yang

sangat baik untuk hampir semua ruang interior. Jendela, skylight

5
dan bentuk bukaan lain digunakan utnuk membawa cahaya

matahari masuk ke dalam bangunan. Cahaya matahari sangat

disukai sebagai sumber cahaya karena manusia dapat bekerja

dengan baik dengan pencahayaan alami tersebut. Jumlah cahaya

matahari yang tersedia tergantung pada hari, tahun, cuaca, tingkat

polusi dan lain sebagainya (Soegandhi dkk, 2016).

b. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang

dihasilkan dari alat yang diciptakan oleh. Pencahayaan dengan

tenaga listrik pada dasarnya adalah filament, yaitu cahaya yang

memancar dari pancaran kawat yang bersinar yang disebabkan

oleh besarnya arus tenaga listrik lewat pada kawat tersebut.

Fungsi pokok pencahayaan buatan di lingkungan kerja baik yang

diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan

pencahayaan alami (Simbolon, 2017).

Cahaya buatan ialah pencahayaan yang berasal dari

buatan manusia. Lampu atau pencahayaan bisa mempunyai dua

fungsi yaitu sebagai sumber cahaya untuk kegiatan sehari-hari

dan untuk memberikan keindahan dalam desain suatu ruang.

Adapun sumber Pencahayaan buatan secara umum terbagi atas 4

tipe, yaitu:

6
1) General Lighting atau Ambient Ligting

General lighting atau ambient lighting adalah tipe

penerangan yang berasal dari sumber cahaya yang cukup

besar dan sinarnya mampu menerangi keseluruhan ruangan

sehingga dapat membuat pekerjaan didalam ruangan menjadi

nyaman.

2) Accent Lighting

Accent lighting dalam sebuah ruangan bisanya

digunakan untuk menampilkan unsur estetika ruangan melalui

benda-benda seni yang diterangi dan membuat suatu ruangan

menjadi nyaman dan baik saat pekerja melakukan

pekerjaannya.

3) Task Lighting

Task lighting merupakan penerangan yang dibutuhkan

untuk mempermudah atau memperjelas pekerjaan spesifik

yang dilakukan dalam suatu ruangan. Sehingga pekerja tidak

akan merasakan kesulitan saat bekerja suatu ruangan.

4) Decorative Lighting

Lampu dekoratif memiliki bentuk tertentu yang menarik

dan sengaja dipilih untuk menghiasi ruang sehingga nyaman

untuk ditempati dan membuat para pekerja merasakan

kenyaman saat melakukan pekerjaannya (Soegandhi dkk,

2016).

7
3. Sistem Pencahayaan

Berikut ini menurut Canrawati Tahun (2016) adalah sistem

pencahayaan yang terdiri dari lima sistem, yaitu:

a. Pencahayaan Tidak Langsung (Inderect Lighting)

Pada penerangan tak langsung 90 hingga 100% cahaya

dipancarkan ke langit-langit ruangan sehingga cahaya yang

sampai pada permukaan bidang kerja adalah cahaya pantulan

dari dinding. Kalau bidang pantulnya langit-langit, maka kuat

penerangan pada bidang kerja di pengaruhi oleh faktor refleksi

langit-langit. Untuk keperluan itu lampu umumnya di gantung.

b. Pencahayaan Setengah Yang Tak Langsung (Semi Inderect

Lighting)

Pada penerangan setengah tak langsung 60 hingga 90%

cahaya diarahkan ke langit-langit. Distribusi cahaya pada ini mirip

dengan distribusi penerangan tak langsung tetapi lebih efisien

dan kuat penerangannya lebih tinggi. Perbandingan kebeningan

antara sumber cahaya dengan sekelilingnya tetapi memenuhi

syarat tetapi pada penerangan ini timbul bayangan walaupun

tidak jelas.

c. Pencahayaan Menyebar

Pada penerangan difus distribusi cahaya ke atas dan

bawah relatif merata yaitu berkisar 40 hingga 60%. Perbandingan

ini tidak dapat masing- masing 50% karena armatur yang

8
berbentuk bola digunakan ada kalanya ada terbuka pada bagian

bawah atau atas. Armatur terbuat dari bahan yang tembus

cahaya.

d. Pencahayaan Setengah Langsung (Semi Direct Lighting)

Penerangan setengah langsung 60 hingga 90%

cahayanya diarahkan ke bidang kerja selebihnya diarahkan ke

langit-langit. Penerangan jenis ini adalah efisien. Dengan sistem

ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi

sehingga tidak menimbulkan efek buruk bagi kerjaan.

e. Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)

Pada penerangan langsung 90 hingga 100% cahaya

dipancarkan ke bidang kerja. Pada penerangan langsung terjadi

efek terowongan (tunneling effect) pada langit-langit ruangan

sehingga dapat membuat nyaman saat bekerja dan mengurangi

resiko kecelakaan kerja.

4. Kualitas Pencahayaan

Berdasarkan Departemen Pekerja Umum tahun 1981,

kualitas pencahayaan yang dapat mempengaruhi pencahayaan

diruangan termasuk ditempat kerja, yaitu:

a. Desain Sistem Pencahayaann

Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya ke

seluruh ruangan sehingga dapat menimbulkan kenyamanan pada

9
saat diruangan. Dengan desain yang baik dapat dihindarinya

sudut atau bagian ruangan yang gelap.

b. Distribusi Cahaya

Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya. Jika

distribusi sumber cahaya tidak merata, maka akan menimbulkan

sudut dan bagian ruangan yang gelap sehingga saat proses

bekerja dapat membuat para pekerja tidak nyaman.

c. Pemantulan Cahaya

Pemantulan cahaya dari langit-langit tergantung dari

warna dan finishing. Tidak berlaku pada pencahayaan langsung,

tetapi sangat penting pada pencahayaan tidak langsung yang

dapat membuat para pekerja dalam bekerja menjadi baik.

d. Ukuran Ruangan

Ruangan yang luas akan lebih efisien dalam pemanfaatan

cahaya dari pada ruang sempit karena cahaya berpengaruh dalam

ukuran ruangan pada pekerja, hal ini dapat mempengaruhi pekerja

dalam proses bekerja disuatu ruangan sehingga ukuran ruangan

yang luas lebih efisein dalam pemanfaatan cahaya.

e. Utilasi Cahaya

Presentase cahaya dari sumber cahaya yang nyata

mencapai dan menerangi benda-benda yang ada disekitar

sehingga menarik dilihat dan membuat para pekerja saat bekerja

10
menjadi nyaman akibat sumber cahaya yang nyata dan

presentase cahaya yang menerangi benda-benda disekitar.

f. Pemeliharaan Desain dan Sumber Cahaya

Apabila pemeliharaan desain yang tidak baik, misalnya

penuh debu, maka akan mempengaruhi pencahayaan yang di

hasilkan, hal ini berdampak pada sumber cahaya yang akan

membuat sumber cahaya menjadi tidak baik dan pemeliharaan

desainpun menjadi tidak baik (Hapsari, 2018).

5. Pengendalian Pencahayaan

Berikut ini adalah beberapa upaya pengendalian

pencahayaan yang terdiri dari 4, yaitu:

a. Kualitas Pencahayaan

Kualitas dari pencahayaan memiliki dampak terhadap

kemampuan pekerja dalam melihat sesuatu dengan jelas pada

saat melakukan pekerjaan di area kerja. Hal tersebut dapat

dikategorikan ke dalam beberapa kriteria. Kualitas pencahayaan

yang buruk akan berdampak pada pekerjaan.

b. Pengaruh Jumlah Lampu

Intensitas pencahayaan dipengaruhi oleh jumlah lampu

yang terdapat pada area kerja pekerja. Oleh karena itu diperlukan

jumlah sumber pencahayaan yang cukup agar tidak timbul

dampak negatif berupa kelelahan mata pada pekerja di area ini.

11
c. Lingkungan Kerja

Salah satu faktor lingkungan kerja yang dapat menyokong

terjadinya kelelahan mata yaitu tingkat kesulitan pekerja dalam

melihat objek kerjanya. Ketika pekerja mengalami kesulitan

tersebut, hal itu akan mendorong mata operator untuk bekerja

lebih keras dari pada situasi normal.

d. Sumber Pencahayaan pada area Kerja

Keluhan kelelahan mata dipengaruhi oleh intensitas

pencahayaan di area kerja. Intensitas pencahayaan yang baik

tergantung pada sumber pencahayaaan yang ada pada tempat

kerja. Jika terdapat masalah dengan sumber pencahayaan seperti

lampu, hal tersebut akan berdampak kepada kemampuan pekerja

(Rahmayanti dan Angela, 2016).

Adapun menurut penelitian Ramadhan pada tahun 2017,

mengemukakan beberapa pengendalian resiko yang mungkin timbul

yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan, yaitu:

a. Eliminasi (Elimination)

Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya

menghilangkan bahaya. Eliminasi merupakan langkah ideal yang

dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan utama dalam

melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti eliminasi

dilakukan dengan upaya menghentikan sumber yang dapat

menimbulkan bahaya.

12
b. Substitusi (Substitution)

Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang

berbahaya dengan bahan yang lebih aman. Prinsip pengendalian

ini adalah menggantikan sumber risiko dengan sarana atau

peralatan lain yang lebih aman atau lebih rendah tingkat

resikonya.

c. Rekayasa (Engineering)

Rekayasa/Engineering merupakan upaya menurunkan

tingkat risiko dengan mengubah desain tempat kerja, mesin,

peralatan atau proses kerja menjadi lebih aman. Ciri khas dalam

tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam

bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan

melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur dan

mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.

d. Administrasi

Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada

penggunaan prosedur seperti SOP (Standard Operating

Procedure) sebagai langkah mengurangi tingkat risiko kecelakaan

kerja pada pekerja ditempat kerja sehingga pekerja menjadi aman

dan nyaman.

e. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri merupakan langkah terakhir yang

dilakukan yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari

13
bahaya yang ditimbulkan, mengurangi resiko kecelakaan kerja

para pekerja ditempat kerja dan melindugi pekerja dari resiko

berbahaya (Ramadhan, 2017).

6. Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan

Adapun berikut ini adalah standar pencahayaan yg terdiri

dari dua, yaitu:

a. IES dan KEPMENKES Nomor 1405 Tahun 2002

Adapun beberapa standar tingkat pencahayaan menurut

IES dan KEPMENKES No.1405 tahun 2002, yaitu:

Nilai ambang batas dari bahaya fisik intensitas

pencahayaan tidak ditampilkan melalui satuan waktu paparan

tetapi ditentukan melalui jenis pekerjaan dan berapa taraf standar

kebutuhan akan cahaya dalam melakukan pekerjaan tersebut.

Menurut IES (Illuminating Engineering Society) (Rahmayanti,

2016).

Sebuah area kerja dapat dikatakan memiliki pencahayaan

yang baik apabila memiliki iluminansi sebesar 300 lux yang

merata pada bidang kerja. Apabila iluminansinya kurang atau lebih

dari 300 lux, maka dapat menyebabkan ketidak nyamanan dalam

bekerja dan pada akhirnya menurunkan kinerja pekerja. Standar

atau nilai ambang batas

pencahayaan menurut IES dan Kepmenkes Nomor 1405

Tahun 2002 akan ditampilkan pada tabel dibawah ini.

14
Tabel 2.1
Standar menurut IES dan KEPMENKES NO.1405Tahun 2002
Rentang Jenis Kegiatan
Kategori
Illuminasi (Lux)
A 20-30-50 Area publik berlingkungan
gelap
B 50-75-100 Tempat kunjungan singkat
C 100-150-200 Ruang publik, tugas visual
jarang
D 200-300-500 Tugas visual berkontras
tinggi
E 500-750-1000 Tugas visual berkontras
sedang
F 1000-1500-2000 Tugas visual berkontras
rendah
G 2000-3000-5000 Tugas visual berkontras
rendah dalam waktu lama
H 5000-7500- Tugas visual sangat teliti
10000 dalam waktu lama
I 10000-15000- Tugas visual khusus
20000 berkontras sangat rendah
dan kecil
Sumber: Rahmayanti dan Angela, 2016

b. NAB menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia No.5 Tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan

kerja lingkungan kerja.

Adapun standar pencahayaan menurut Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan RI No.5 Tahun 2018, sebagai berikut :

15
Tabel 2.2
Standar tingkat pencahayaan menurut
PERMENAKER RI No.5 Tahun 2018
No Keterangan Intensitas
(Lux)
1. Penarangan Darurat 5
2. Halaman dan Jalan 20
3. Pekerjaan membedakan Barang Kasar 50
Seperti :
a. Mengerjakan bahan-bahan kasar
b. Mengerjakan arang dan abu
c. Mengerjakan barang-barang besar
d. Gang-gang, tangga di dalam
gedung yang selalu di pakai
e. Gudang-gudang untuk menyimpan
barang-barang besar dan kasar
4. Pekerjaan yang membedakan barang- 100
barang kecil secara sepintas lalu seperti
:
a. Mengerjakan barang-barang besi
dan baja yang setengah selesai
(semi-finished)
b. Pemasangan yang kasar
c. Penggiingan Padi
d. Pengupasan/pengambilan dan
penyisihan bahan kapas
e. Pengerjaan bahan-bahan pertanian
lain yang kira-kira setinkat dengan d
f. Kamar mesin dan uap
g. Alat pengangkut barang dan orang
h. Ruang-ruang penerimaan dan
pengiriman dengan kapal
i. Tempat menyimpan barang-barang
sedang dan kecil
j. Toilet dan kamar mandi
5. Pekerjaan membeda-bedakan barang- 200
barang kecil yang agak teliti seperti :
a. Pemasangan alat-alat yang sedang
(tidak besar)
b. Pekerjaan mesin dan bubut yang
kasar
c. Pemeriksaan atau percobaan kasar
terhadap barang-barang
d. Menjahit textil atau kulit yang
berwarna muda
e. Pemasukan dan pengawetan

16
bahan-bahan makanan dalam
kaleng
f. Pembukusan daging
g. Mengerjakan kayu
h. Melapis perabot
6. Pekerjaan pembedaan yang teliti dari 300
barang-barang kecil dan halus seperti :
a. Pekerjaan mesin yang teliti
b. Pemeriksaan yang teliti
c. Percobaan yang teliti dan halus
d. Pembuatan tepung
e. Penyelesaian kulit dan penenunan
bahang-bahang katun atau wol
berwarna muda
f. Pekerjaan kantor yang berganti-
ganti menulis dan membaca,
pekerjaan arsip dan seleksi surat-
surat
7. Pekerjan membeda-bedakan barang- 500-1000
barang halus dengan kontraks yang
sedang dan dalam waktu yang lama
seperti :
a. Pemasangan yang halus
b. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang
halus
c. Pemeriksaan yang halus
d. Penyimaran yang halus dan
pemotongan gelas kaca
e. Pekerjaan kayu yang halus (ukir-
ukiran)
f. Menjahit bahan-bahan wol yang
berwarna tua
8. Pekerjaan membedakan-bedakan 1000
barang-barang yang sangat halus
dengan kontraks yang sangat kurang
untuk waktu yang lama seperti :
a. Pemasangan yang extra halus
(arloji, dll.)
b. Pemeriksaan yang extra halus
(ampul obat)
c. Percobaan alat-alat yang extra
halus
d. Tukang mas dan intan
Sumber: PERMENAKER RI No.5 Tahun 2018

17
7. Dampak Akibat Pencahayaan

Menurut penelitian Mappalotteng dan Syahrul pada tahun

2016, mengemukakan penerangan yang kurang baik yaitu

penerangan dimana kurang dapat melihat objek yang dikerjakan

secara tidak jelas dan memungkinkan dibantu oleh alat bantu

penglihatan. Pengaruh yang mengakibatkan penerangan yang

kurang baik menurut , yaitu:

a. Kelelahan mata.

b. Kelelahan mental.

c. Kerusakan alat penglihatan.

d. Keluhan pegal disekitar mata.

e. Bertambahnya kecelakaan.

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan

bermuara pada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan

produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan dan

kecelakaan kerja meningkat. Menurut Departemen kesehatan pada

tahun 2008 salah satu faktor permasalahan yang mengganggu

kenyamanan kerja tenaga kerja ialah permasalahan mengenai

pencahayaan yang kurang atau pencahayaan yang berlebih.

Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja atau ruangan

kuliah yang kurang memenuhi persyaratan tertentu dapat kurang

baik penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu besar atau pun

lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang

18
diterima oleh mata. Akibatnya mata harus berkontraksi secara

berlebihan, Karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil,

pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat

diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang

besar (Mappalotteng dan Syahrul, 2016).

B. Tinjauan Umum tentang Radiasi

1. Definisi Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau

ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang

elektromagnetik/cahaya(foton) dari sumber radiasi. Menurut

Harrianto (2015) radiasi adalah energi yang ditransmisikan,

dikeluarkan atau diabsorpsi dalam bentuk partikel berenergi atau

gelombang elektromagnetik. Berdasarkan definisi tersebut diatas

radiasi adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke

lingkungannya tanpa membutuhkan perantara (Setyaningsih, 2018).

2. Sifat Radiasi

Sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui

sumber radiasi (Setyaningsih, 2018) adalah sebagai berikut:

a. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indera manusia, untuk

mengetahuinya diperlukan alat bantu deteksi yang disebut dengan

detector radiasi yang secara spesifik mampu untuk melacak

keberadaan jenis radiasi tertentu seperti detector alpha, detector

gamma, detector neutron, dan lain-lain

19
b. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui

proses ionisasi, eksitasi dan lainlain

3. Jenis Radiasi

Radiasi di tempat kerja dan dapat menimbulkan penyakit

akibat kerja terdiri dari dua macam (Setyaningsih, 2018), yaitu

Radiasi non ionisasi (Non ionizing radiation) dan radiasi Ionisasi

(Ionizing radiation)

a. Radiasi Non Ionisasi

Radiasi non ionisasi adalah radiasi dengan energi yang

cukup untuk mengeluarkan elektron atau molekul tetapi energi

tersebut tidak cukup untuk membentuk /membuat formasi ion

baru. Selain itu radiasi non ionisasi merupakan radiasi gelombang

elektromagnetik (<10KeV) yang tidak memiliki cukup kekuatan

untuk menyebabkan ionisasi molecular, tetapi hanya dapat

menimbulkan vibrasi dan rotasi molekul.

Radiasi non ionisasi merupakan radiasi yang berupa

gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang mikro (microwave),

sinar ultra violet(sinar ultra ungu), sinar infra merah, sinar laser.

1) Radiasi gelombang mikro (microwave)

Gelombang mikro digunakan untuk spectrum

gelombang elektromagnetis dengan panjang gelombang antara

0,3 sampai 3000 cm. Gelombang mikro dihasilkan dari

perlambatan elektron pada medan listrik, kegunaannya untuk

20
gelombang radio, televisi, radar dan alat-alat industri. Radiasi

gelombang mikro sepanjang beberapa mm diserap kulit dan

sepanjang beberapa cm sebagian diserap kulit sebagian

menembus ke dalam tubuh. Mekanisme penyerapan energi

gelombang mikro diserap dengan penyerapan energi oleh

konduktivitas ion yang dipengaruhi oleh faktor vaskularisasi,

ketebalan, distribusi, dan kandungan air pada masing-masing

tubuh. Gelombang mikro memiliki pengaruh terhadap kondisi

kesehatan tenaga kerja yang bekekerja di daerah sumber

radiasi. Sindrom klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium, pada

stadium permukaan/pertama gejalanya adalah astheni yang

bersifat reversibel bila radiasi terhenti. Selanjutnya adalah

stadium menengah dan lanjut gejalanya adalah gangguan

neurovaskuler, gangguan kadar albumin, histamin dalam serum

darah, karsinoma. Gambaran klinis stadium lanjut menyerupai

sindrom gangguan diensefalon dimana pada stadium lanjut

kemungkinan dapat pulih sangat sulit bahkan dapat

menyebabkan kecacatan.

Frekuensi 300-30.000 MHz tidak boleh melampaui 10

mw/cm2, dengan rincian sebagai berikut:

a) Tingkat kekuatan energi gelombang mikro lebih dari 10

mw/cm2 berbahaya. Pekerja tidak bolehmemasuki daerah

yang memungkinkan sebagian besar tubuhnya terkena

21
radiasi gelombang mikro dengan kekuatan energi sebesar

itu.

b) Tingkat kekuatan energi antara 1-10mw/cm2 dianggap aman

sekali-kali atau waktu tertentu.

c) Tingkat kekuatan dibawah 1mw/cm2 aman untuk terpapar

secara terus-menerus.

2) Radiasi Sinar Ultra Ungu (Ultra Violet)

Radiasi sinar ultra ungu adalah radiasi elektromagnetis

dengan panjang 180-400nm. Intensitas energinya dapat

dinyatakan dalam satuan mikroWatt/cm2 . Sinar ultra ungu

dihasilkan oleh pengelasan yang menggunakan suhu tinggi,

benda pijar yang menggunakan suhu tinggi, lampu pijar, sinar

matahari, dan lain-lain. Sinar ultra ungu pada panjang

gelombang 290-320nm merupakan penyebab kanker kulit

terutama bagi kulit yang kandungan pigmennya rendah.

Menurut Permenakertrans No PER 13/MEN/X/2011

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat

Kerja dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004,

Nilai Ambang Batas radiasi sinar ultra ungu adalah 0,1

mikroWatt/cm2 . Pengendalian dari paparan ultra ungu adalah

mengurangi lama paparan kerja per hari

22
Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Paparan Sinar Ungu

Eradiasi efektif
Waktu paparan per hari
2
(mikrowatt/cm )

0,2 4 jam

0,4 2 jam

0,8 1 jam

1,7 30 menit

3,3 15 menit

5 10 menit

10 5 menit

50 1 menit

100 30 detik

300 10 detik

3000 1 detik

6000 0,5 detik

30000 0,1 detik

Adapun beberapa efek akibat terkena paparan sinar

ultra ungu antara lain:

a) Iritasi mata (conjungtivitis fotoelektrika), mata

berair/lakrimasi dan penderita menghindari paparan cahaya.

Tetapi gejala ini akan kembali normal dalam beberapa hari.

23
b) Kulit merah terbakar (erythema). Pigmen kulit dapat

melindungi dari sinar ultra ungu. Pada paparan kronis ultra

ungu dapat merusak struktur kulit dan menyebabkan kulit

mengalami penuaan dini dan kanker kulit

Adapun beberapa penjelasan pekerja yang berisiko

terkena paparan sinar ultra ungu adalah:

a) Pekerja yang selalu terpapar sinar matahari, menggunakan

pakaian lengan pendek dan celana pendek terutama bila

bekerja di musim panas

b) Pekerja dalam ruang dimana lampu ultra ungu digunakan

untuk membunuh bakteri : perawat, tukang daging,

penjamah makanan, tukang daging, pekerja pabrik obat &

tembakau dan tukang las.

Pencegahan dan pengendalian adalah dengan

memakai kaca mata anti ultra ungu dan memakali lotion anti

ultra ungu. Selain itu adalah dengan cara mengurangi lama

paparan kerja per hari.lihat atas

3) Radiasi Sinar Infra Merah

Radiasi sinar infra merah dihasilkan oleh benda pijar seperti

dapur atau tanur atau bahan pijar lain. Efek pada pekerja dapat

menyebabkan katarak pada lensa mata. Pencegahan yang

dapat dilakukan untuk mengurangi paparan sinar infra merah

adalah dengan memakai kaca mata kobalt biru pada waktu

24
melakukan pekerjaan yang melibatkan cairan logam pijar dan

pemeriksaan kesehatan secara periodik pada pekerja di tempat

pengerjaan benda pijar

4) Radiasi Sinar Laser

Sinar laser adalah emisi energi tinggi yang dihasilkan dari

kegiatan pengelasan, pemotongan, pelapisan, pembuatan

mesin mikro dan operasi kedokteran. Bahan yg digunakan agar

menghasilkan sinar laser adalah bahan laser gas ( helium,

Neon, argon, CO2 , N2 +), laser kristal padat dan laser semi

konduktor. Efek paparan sinar laser pada pekerja antara lain

kerusakan retina & menyebabkan kebutaan serta kelainan kulit.

Batas aman radiasi dari sinar laser adalah 1,0 W/cm 2 kulit dan

untuk paparan pada mata 0,001 W/cm 2 pada diameter pupil 3

mm dan 0,002 W/cm 2 pada diameter pupil 7 mm.

b. Radiasi ion

Radiasi ion merupakan radiasi elektromagnetik atau partikulat

dengan energi yang cukup untuk menghasilkan ion saat

berinteraksi dengan atom-atom dan molekul. Menurut Harrianto

(2015) radiasi ion merupakan radiasi gelombang elektromagnetik

(>10 KeV) yang dapat melepaskan electron sehingga merusak

ikatan-ikatan kimia di jaringan tubuh.

25
Adapun beberapa penjelasan mengenai jenis radiasi ion

terdiri dari, sebagai berikut:

1) Proton

2) Elektron

3) Neutron

4) Sinar α

a) Bermuatan positif 2, terdiri atas 2 proton & 2 neutron dan

berinti helium

b) Kecepatannya ½ kecepatan cahaya

c) Efektif memproduksi pasangan ion (di udara memproduksi

30.000-100.000 pasangan ion)

d) Radiasi dari luar tubuh tidak bisa menembus kulit, tapi bila

emisinya masuk dalam tubuh & memproduksi banyak

pasangan ion dapat menyebabkan kerusakan lokal di kulit

5) Sinar β

a) Bermuatan negatif 1

b) Kecepatannya mencapai kecepatan cahaya

c) Di udara memproduksi 200 ion

d) Radiasi yang diakibatkan dapat menembus beberapa cm

dari jaringan otot

6) Sinar X dan sinar γ

a) Merupakan energi murni, tdk mempunyai massa maupun

muatan

26
b) Energi emisinya diukur dengan frekuensi atau panjang

gelombang, energi terbesar terkumpul dengan frekuensi

tertinggi(panjang gelombang terpendek)

c) Mempunyai daya penetrasi

d) Sinar γ energinya lebih tinggi daripada sinar X

e) Sinar x terbentuk dari energi listrik yang sangat tinggi yang

dipancarkan diantara katoda dan anoda dalam sebuah

tabung hampa, berkas elektron yang dipancarkan dari

katoda ke anoda disebut sinar x

Adapun beberapa penjelasan mengenai paparan radiasi

ion, sebagai berikut:

1) Paparan natural

Manusia secara terus menerus terpapar emisi radioaktif karena

atom yang ada di sekeliling kita.

2) Di tempat kerja

a) Radioaktif digunakaan sebagai alat pendeteksi/penelusuran

atau penelitian di laboratorium & deteksi diagnostik di rumah

sakit.

b) Radiasi sinar γ digunakan untuk membunuh sel : bakteri &

fungi di industri pengemasan makanan dan membunuh sel

tumor

27
Bahaya Radiasi Masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh

dapat melalui:

1) pernafasan atau menghirup udara yang terkontaminasi

2) mulut atau pencernaan

3) kulit luka

4) penyinaran langsung lewat kulit

Tabel 2.4 Efek Radiasi Pada Tubuh

Tingkat Dosis (Rads) Efek Kesehatan

1 Tidak ada efek bagi kesehatan

dalam waktu pendek

10 Efek pada perkembangan

embrio

102 Penurunan jumlah sel darah

putih

103 Kerusakan gastro intrstinal,

muntah, diare, penekanan

104 Produksi sel darah mati dalam

1-2 minggu

106 Kerusakan sistem syaraf, coma

dan mati dalam 1-2 hari

108 Sel padat mati, mati dengan

cepat

28
Adapun beberapa penjelasan mengenai cara pemberian

sinar X, sebagai berikut:

1) Penyinaran akut

Yaitu penyinaran dosis tinggi dalam waktu singkat,

sering terjadi pada kecelakaan atau bom atom : efek biologis

bisa seketika maupun tertunda

2) penyinaran kronis

Yaitu penyinaran dosis rendah tetapi sering, menimbulkan efek

tertunda

Adapaun beberapa penjelasan mengenai cara

Pencegahan, sebagai berikut:

1) Menghilangkan bahaya: memindahkan pekerja & tidak lagi

bekerja dengan radiasi

2) Mengawasi bahaya: penetapan desain & peralatan yang tepat

untuk mengurangi bahaya

3) Mengawasi pekerja. Faktor yang dapat digunakan untuk

mengurangi paparan pada pekerja adalah:

a) Faktor waktu : gunakan waktu sesingkat mungkin di medan

radiasi sesuai kebutuhan saat bekerja

b) Faktor jarak : dosis radiasi berbanding terbalik dengan

kuadrat jarak sumber radiasi

c) Faktor pelindung : keefektifan pelindung ditentukan interaksi

radiasi dengan atom bahan pelindung

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pencahayaan merupakan faktor yang penting untuk

menciptakan lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik

akan dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan produktivitas

pekerja. Efisiensi kerja seorang operator ditentukan pada ketepatan

dan kecermatan saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat

meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja

Radiasi adalah suatu cara perambatan energi dari sumber

energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan perantara. Radiasi tidak

dapat dideteksi oelh indera manusia dan dapat berinterkasi dengan

materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi, dan lain-lain.

Jenis radiasi terdiri dari radiasi non ionisasi dan radiasi ionisasi .

30
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi, A. A. (2022). Analisis Pengaruh Masalah Pencahayaan Pada


Gejala Mata Pekerja Mikroskop Cleanroom (Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Malang).

Putra dan Gunawan. (2017). Analisis Intensitas Cahaya Pada Area


Produksi Terhadap Keselamatan Dan Kenyamanan Kerja Sesuai
Dengan Standar Pencahayaan. Jurnal Optimasi Sistem Industri.
Vol 10. No 2. Fakultas Teknik Industri. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta.

Kusnita, R. (2021). Pengukuran Laju Paparan Radiasi Pada Ruang


Pemeriksaan Di Instalasi Radiologi Rsud Petala Bumi Provinsi
Riau.

Hamidy, A. N., Sudarti, S., & Prihandono, T. (2021). Analisis Pemahaman


Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Jember Pada Materi
Teknologi Radiasi Ionizing Dalam Pengawetan Bahan
Pangan. Jurnal Pembelajaran Fisika, 10(4), 156-161.

Canrawati. (2016). Studi Eksperimen Young Untuk Diterapkan Dalam


Pencahyaan Bangunan. Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi.
UIN Alauddin Makassar. Makassar.

Hapsari. (2018). Analisis Grafik Pengaruh Warna Dinding Suatu Ruangan


Terhadap Intensitas Cahaya. Skripsi Fakultas Sains Dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Malang.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/menkes/sk/xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Mappalotteng dan Syahrul. (2016). Analisis Penerangan Pada Ruangan Di


Gedung Program Pascasarjana UNM Makassar. Jurnal
SCIENTIFIC PINISI. Vol 1. No 1. Fakultas Teknik UNM Makassar.
Makassar.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja. Republik Indonesia.

Rahmayanti dan Angela. (2016). Analisis Bahaya Fisik: Hubungan Tingkat


Pencahayaan Dan Keluhan Mata Pekerja Pada Area Perkantoran
Health, Safety, And Environmental (HSE) PT. Pertamina RU VI
Balongan. Jurnal Optimasi Sistem Industri. Vol 14. No 1. Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Industri. Universitas Andalas Padang.
Padang.

Ramadhan, fazri. (2017). Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Menggunakan Metode Hazard Indentification Risk Assement and
Risk Control (HIRACS). Jurnal. Fakultas Teknik. Universitas
Serang Raya. Banten.

Simbolon. (2017). Hubungan Intensitas Pencahayaan Dan Lama Paparan


Radiasi Monitor Komputer Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada
Pekerja Pengguna Komputer Di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara Medan. Medan.

Soegandhi dkk. (2016). Optimasi Sistem Pencahayaan Buatan Pada


Budget Hotel Di Surabaya. Jurnal Intra. Vol 3. No 2. Program
Studi Desain Interior. Universitas Kristen Petra Surabaya.
Surabaya.

Setyaningsih, Yuliani. (2018). Higiene Lingkungan Industri. Buku Ajar.


Penerbit FKM UNDIP. Semarang

Anda mungkin juga menyukai