Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Proteksi dan Keselamatan
Radiasi pada Radiodiagnostik” guna memenuhi tugas kuliah mata kuliah proteksi
radiasi.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dan mendukung terselesaikannya makalah seminar ini. Ucapan terimakasih tersebut
penyusun sampai kepada dosen mata kuliah Proteksi Radiasi yaitu Ibu, Dra. Ni Nyoman
Ratini, M.Si yang telah membagikan ilmunya kepada penyusun. Ucapan terimakasih
juga penyusn ucapkan kepada teman-teman civitas Fisika angakatan 2017.
Penyusun menyadari segala bentuk kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu
penyusun mengharapkan kritik serta sara dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya, akhir
kata saya ucapkan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
2.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah....................................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan....................................................................................................2
1.5 Manfaat Penulisan.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Prinsip Proteksi Radiasi.........................................................................................3
2.1.1 Pembenaran (justifikasi)...................................................................................3
2.1.2 Optimisasi........................................................................................................3
2.1.3 Pembatasan dosis............................................................................................3
2.2 Proteksi Radiasi Eksternal.....................................................................................5
2.2.1 Waktu pajanan..................................................................................................5
2.2.2 Jarak dari sumber.............................................................................................5
2.2.3 Penahan Radiasi..............................................................................................6
2.3 Proteksi Radiasi Internal.........................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................9
3.1 Perlengkapan Proteksi Radiasi pada Radiodiagnostik...........................................9
3.2 Ruangan Pesawat Sinar-X...................................................................................11
3.3 Pedoman Umum Proteksi dan Keselamatan.........................................................12
3.3.1 Pedoman Proteksi dan Keselamatan Pesawat Sinar-X Mamografi...............14
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................15
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai Batas Dosis.......................................................................................... 4
Tabel 3.1 Ukuran ruangan fasilitas pesawat sinar-X................................................. 12
Tabel 3.2 Ukuran ruangan fasilitas pesawat sinar-X mobile station......................... 12
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Perlengkapan proteksi radiasi pada radiologi diagnostik ..................... 9
Gambar 3.2. Tirai timbal ........................................................................................... 10
Gambar 3.3. Dosimeter perorangan pasif................................................................... 11
Gambar 3.4. Dosimeter perorangan aktif................................................................... 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Selain membawa manfaat yang sangat besar, pemanfaatan tenaga nuklir diketahui
pula memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Efek radiasi dapat berupa
deterministik atau stokastik. Efek deterministik, yang saat ini sebutannya diganti
menjadi efek reaksi jaringan, merupakan efek yang dapat terjadi pada suatu organ atau
jaringan tubuh tertentu yang menerima radiasi dengan dosis tinggi, sementara efek
stokastik merupakan efek akibat penerimaan radiasi dosis rendah di seluruh tubuh yang
baru diderita oleh orang yang menerima dosis setelah selang waktu tertentu, atau oleh
turunannya. Dengan adanya kedua jenis efek yang berbahaya ini maka setiap aplikasi
radiasi di Indonesia harus diatur dan diawasi secara ketat secara internal oleh bagian
keselamatan dan kesehatan kerja dari instansi atau perusahaan yang memanfaatkan
radiasi tersebut, dan secara eksternal oleh BAPETEN yang diberi tanggung jawab untuk
melaksanakan pengawasan tersebut.
Makalah ini memabahas upaya proteksi dan keselamatan radiasi yang diperlukan
agar pemanfaatan radiasi di bidang medik ini berjalan dengan aman dan selamat.
Makalah ini akan membahas satu aplikasi radiasi di bidang medik, yaitu
radiodiagnostik.
1
2
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini yaitu diharapkan dari hasil
penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pusat radiodiagnostik
mengenai pedoman umum proteksi radiasi dan keselamatan radiasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
mencegah kerugian individu yang berlebihan, yang dapat timbul akibat kombinasi
pemanfaatan.
Nilai batas dosis (NBD) adalah dosis terbesayang diizinkan yang dapat diterima
oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
Prinsip pembatasan dosis tidak diberlakukan pada kegiatan intervensi (kegiatan yang
dilakukan untuk mengurangi atau menghindari terjadinya atau kemungkinan terjadinya
pajanan radiasi) mengingat dalam pelaksanaan kegiatan ini melibatkan banyak pajanan
radiasi yang tidak dapat dielakkan.
Nilai Batas Dosis (NBD) yang saat ini berlaku diberikan pada Tabel 2.1. Nilai
pada aplikasi dosis efektif adalah NBD untuk penyinaran seluruh tubuh, dan
dimaksudkan untuk mengurangi peluang terjadinya efek stokastik. Sedang nilai pada
aplikasi dosis ekivalen tahunan adalah NBD untuk penyinaran organ atau jaringan
tertentu, dan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya efek deterministik pada organ
atau jaringan tersebut.
Tabel 2.1 Nilai Batas Dosis
1) Dengan ketentuan tambahan bahwa dosis efektif tidak melampaui 50 mSv dalam
satu tahun tertentu. Pembatasan lebih lanjut berlaku untuk pajanan kerja bagi
wanita hamil.
2) Dalam keadaan khusus, nilai dosis efektif yang lebih tinggi dapat diijinkan dalam
satu tahun, asal rata-rata selama 5 tahun tidak melebihi 1 mSv per tahun.
6
D1 d 22
= (2.2)
D2 d 12
7
Dengan D1 dan D2 adalah laju dosis di titik 1 dan 2, dan d1 dan d2 adalah jarak dari
sumber di titik 1 dan 2. Rumusan sederhana ini disebut sebagai hukum kebalikan jarak
pangkat dua.
disebut sebagai penahan radiasi sekunder. Dalam merancang penahan struktur ini
digunakan konsep nilai batas dosis dalam perhitungannya. Nilai batas dosis yang
digunakan bergantung pada ruangan atau daerah dibalik penahan. Jika ruangan dibalik
penahan digunakan untuk staf, maka nilai batas dosis yang digunakan adalah 20 mSv
per tahun, atau untuk keperluan perhitungan praktis dengan proses optimisasi proteksi
menjadi 0,1 mGy per minggu. Sedang jika daerah dibalik penahan digunakan oleh
masyarakat umum, maka nilai batas dosis yang digunakan adalah 1 mSv per tahun, atau
untuk keperluan perhitungan praktis menjadi 0,02 mGy per minggu.
Beberapa parameter yang digunakan dalam perhitungan tebal penahan struktur adalah:
a. Tegangan maksimum (kV) operasi tabung pesawat sinar-X;
b. Arus maksimum (mA) operasi pesawat sinar-X;
c. Beban kerja (W), yang merupakan ukuran penggunaan pesawat sinar-X
(biasanya dinyatakan dalam satuan mAmenit per minggu);
d. Faktor guna (U), yang merupakan fraksi beban kerja selama berkas utama
ditujukan pada target; dan
e. Faktor okupansi (T), yaitu faktor pengubah beban kerja untuk mengoreksi
derajat atau jenis okupansi di daerah yang dihitung.
Bahan radioaktif, seperti halnya agen toksik yang lain, dapat masuk ke dalam tubuh
melalui tiga jalan :
9
Proteksi radiasi internal dengan demikian dapat dilakukan dengan menutup jalan masuk
ke dalam tubuh, atau dengan menghalangi kemungkinan diteruskannya radioaktivitas
dari sumber ke manusia. Upaya penghalangan dapat dilakukan pada sumber - dengan
cara menutup atau mengikat sumber, dengan mengendalikan lingkungan-dengan
menggunakan ventilasi dan rancangan ruangan yang baik, atau pada manusianya sendiri
dengan menggunakan pakaian pelindung dan peralatan pelindung lain seperti respirator.
BAB III
PEMBAHASAN
a) Apron: Apron yang setara dengan 0,2 mm Pb, atau 0,25 mm Pb untuk penggunaan
pesawat sinar-X radiodiagnostik dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk pesawat
sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaran timah hitam harus diberi tanda
secara permanen dan jelas pada apron tersebut.
b) Pelindung tiroid: Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm
Pb.
(a) (b)
Gambar 3.1. Perlengkapan proteksi radiasi pada radiologi diagnostik, (a) apron timbal dan (b)
pelindung tiroid.
10
11
c) Pelindung gonad: Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm Pb,atau 0,25 mm Pb
untuk penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm
Pb untuk pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaran Pb harus diberi
tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. Proteksi ini harus dengan
ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari
paparan berkas utama.
d) Sarung tangan: Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fl uoroskopi harus
memberikan kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25 mm Pb pada 150 kVp. Proteksi
ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan
tangan.
e) Kacamata: Kacamata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb.
f) Tirai: Tirai yang digunakan oleh radiografer harus dilapisi dengan bahan yang
setara dengan 1 mm Pb, dengan ukuran tinggi 2 m dan lebar 1 m.
Sedang peralatan pemantau dosis radiasi perorangan yang wajib digunakan oleh seluruh
pekerja radiasi fasilitas radiodiagnostik adalah sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 3.3. Dosimeter perorangan pasif, (a) dosimeter fi lm, (b) TLD.
b) Dosimeter perorangan aktif
Dosimeter yang bisa langsung dibaca setelah pemakaian. Penunjukan dosisnya bisa
diberikan secara analog, seperti pada dosimeter saku, atau secara digital, seperti
pada dosimeter elektronik personil (EPD).
(a)
(b)
Gambar 3.4. Dosimeter perorangan aktif, (a) dosimeter saku, (b) dosimeter elektronik.
Jika ruangan memiliki jendela, maka jendela ruangan paling kurang terletak pada
ketinggian 2 m dari lantai. Dinding ruangan untuk semua jenis pesawat sinar-X terbuat
dari bata merah ketebalan 25 cm atau beton dengan rapat jenis 2,2 g cm3 dengan
ketebalan 20cm atau setara dengan 2 mm Pb.
a) Tidak seorang pun yang diizinkan untuk menerima dosis efektif kerja melebihi nilai
batas dosis sebesar 20 mSv dalam satu tahun (lihat Tabel 2.1);
15
b) Desain fasilitas, kinerja peralatan pesawat sinar-X dan prosedur operasi harus
ditetapkan untuk menjaga agar pajanan pasien, pajanan kerja dan pajanan publik
serendah mungkin dengan memenuhi prinsip optimisasi proteksi;
c) Semua pemeriksaan radiografik pada radiodiagnostik harus dilakukan hanya atas
dasar permintaan dokter spesialis radiologi, dokter gigi spesialis radiologi
kedokteran gigi atau dokter yang berkompeten setelah dilakukan pemeriksaan fisik
pasien, dan dipastikan setelah dipertimbangkan bahwa keuntungan kesehatannya
bagi pasien lebih besar dari kerugian akibat penerimaan dosis radiasi;
d) Setiap pemeriksaan radiografik yang dilakukan untuk keperluan pekerjaan, legal,
atau asuransi kesehatan tanpa indikasi klinis tidak diperbolehkan, kecuali
diperlukan untuk memberi informasi penting mengenai kesehatan seseorang yang
diperiksa, atau proses pembuktian atas terjadinya suatu pelanggaran hukum;
e) Pemeriksaan radiografik massal secara selektif terhadap kelompok populasi dengan
menggunakan pesawat sinar-X hanya diperbolehkan jika manfaat yang diperoleh
orang perseorangan yang diperiksa atau bagi populasi secara keseluruhan, lebih
besar dari risiko yang ditentukan oleh dokter spesialis radiologi atau dokter yang
berkompeten.
f) Pesawat sinar-X mobile hanya boleh digunakan untuk pemeriksaan rutin di:
instalasi gawat darurat; instalasi perawatan intensif; ruang radiologi apabila
pesawat sinar-X terpasang tetap mengalami kerusakan; mobile station; klinik;
puskesmas; dan praktek dokter.
g) Pesawat sinar-X portabel dilarang digunakan untuk pemeriksaan rutin, kecuali
penggunaan pada daerah terpencil, daerah bencana, daerah konflik, dan
pemeriksaan massal bagi anggota masyarakat yang diduga terjangkit penyakit
menular. Pesawat sinar-X kedokteran gigi portabel dilarang digunakan untuk
pemeriksaan rutin, kecuali untuk pemeriksaan dental victim identifi cation untuk
kepentingan forensik.
h) Pesawat sinar-X fluoroskopi tanpa penguat citra (image intensifier) dan MCS (mass
chest survey) dilarang untuk digunakan.
4.1 Kesimpulan
Perlengkapan proteksi radiasi wajib disediakan oleh Pemegang Izin dan
digunakan oleh pekerja radiasi yang relevan, terutama dokter spesialis radiologi dan
dokter yang berkompeten lainnya. Penggunaan perlengkapan proteksi radiasi
dimaksudkan untuk memastikan agar nilai batas dosis bagi pekerja tidak terlampaui.
Selain itu, seluruh pekerja radiasi pada radiodiagnostik juga harus menggunakan
peralatan pemantau dosis perorangan. Sesuai dengan fungsinya, peralatan ini membantu
dalam memperkirakan dosis radiasi yang diterima oleh pekerja yang menggunakan
peralatan pemantau seperti, apron, pelindung tiroid, pelindung gonad, sarung tangan,
kacamata dan tirai timbal.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hiswara, Heri., 2005 , Buku Pintar Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah
Sakit. BATAN Press, Jakarta Selatan
18