Anda di halaman 1dari 8

Resume Fisika Zat Padat

Bab 1 : Struktur Kristal

Nama : Hernanda Imawan


NIM

: 1203081

Fisika zat padat mulai berkembang pada awal abad ke 20, pada saat ditemukannya
difraksi sinar-x oleh Kristal. Dalam fisika zat padat, hal yang paling utama dibahas adalah
mengenai Kristal dan electron di dalam suatu kristal. Zat padat ideal adalah zat padat yang
tersusun dari tak berhingga jumlah kristal, sedangkan zat padat yang idak ideal adalah zat padat
yang tersusun dari amorf. Lalu apa perbedaan kristal dan amorf? Pada pembahasan kali ini akan
sedikit membahas mengenai hal ini.
Amorf dan kristal pada dasarnya merupakan suatu karakteristik bahan. Suatu bahan yang
amorf adalah suatu bahan yang tersusun atas atom atom yang memiliki keteraturan, namun
keteraturan dalam amorf ini berjangka pendeek. Berbeda ddengan kristal, kristal merupakan
suatu karakteristik bahan dimana atom atom dalam suatu bahan atau material tersusun secara
teratur, dan memiliki keteraturan yang tak berhingga. Kristal ini tersusun atas deretan deretan
atom aom yang teratur letaknya dan dan periodic dalam ruang.
Dasar-dasar Struktur Kristal
Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa kristal tersusun atas atom atom penyusun yang
letaknya teratur dan periodic dalam ruang. Struktur dasar yang menyusun kristal, ada dua, yaitu :
a. Kisi/Lattice : susunan titik yang teratur dan periodic dalam ruang, dapat juga disebut
sebagai sebuah abstaksi matematis.
b. Basis : sekumpulan atom atom yang menempati titik kisi, jumlah atom dari sebuah basis
bisa terdiri dari satu buah atom atau lebih.
Gambar di bawah ini merupakan gambar kisi dan basis penyusun dari kristal :

Gambar 1 : Kisi dan Basis sebagai penyusun kristal

Kumpulan kisi dan basis inilah yang kemudian membetuk suatu kristal. Kemudian, sel sel
kisi atau lattice yang tersusun ini membentuk dua buah sel yang disebut dengan sel primitive dan
sel konvensional.
a. Sel primitive : sel yang mempunyai luasan terkecil (2-Dimensi) atau memiliki volume
terkecil (3-Dimensi). Sel primitive merupakan lawan dari sel konvensional, yaitu sel yang
mempuyai luas atau volume terbesar. Untuk menentukan suatu sel primitive, dapat
menggunakan dua cara, yaitu dengan menggunakan metode sumbu-sumbu primitive atau
menggunakan metode Wigner-Seitz.
b. Sel Konvensional : sel konvesional merupakan kebalikan dari sel primitive. Sel
konvensional merupakan sel yang memiliki luas atau volume terbesar.
Untuk memilih atau mencari suatu sel primitive, ada dua buah metoda yang bisa digunakan
yaitu dengan :
a. Metoda sumbu-sumbu primitive
Berikut ini cara menentukan sel primitive dengan cara sumbu sumbu primitive :

Gambar 2 : Mencari sel primitive dengan


menggunakan sumbu sumbu primitif

b. Metoda Wigner-Seitz, untuk menentukan sel primitive menggunakan metode ini, ada
beberapa langkah langkahnya, yaitu :
1. Menetukan sebuah titik kisi sebagai acuan (biasanya di tengah)
2. Hubungkan titik kisi acuan tersebut dengan titik kisi terdekat di sekitarnya.
3. Di tengah-tengah garis penghubung, buatlah garis tegak lurus terhadap garis
penghubung.
4. Luas terkecil yang dilingkupi garis-garis ini yang disebut sel primitive Weigner-Seitz.

Gambar 3 : Mencari sel primitive dengan


menggunakan Metode Weigner-Seitz

Tipe-tipe Lattice dasar


Kisi kisi atau Lattice dalam sebuah kristal tersusun dan membetuk suatu system yang
dinamakan dengan system kisi. System kisi dasar ini dibedakan atas system kisi 2 dimensi dan
system kisi 3 dimensi.
a. System kisi 2 dimensi
N
o

Sistem Kisi

Sumbu
kristal/
Sudut
Kristal

1.

Miring

a1| |a2|;
= 90o

2.

Bujur sangkar

|a1| = |a2|;
= 90o

Bentuk

Jumlah
titik
lattice
pada sel
primitif

Jumlah titik
lattice sel
Konvensiona
l

1/4x4 = 1

1/4x4 = 1

3.

Heksagonal

|a1| = |a2|;
= 120o

1/4x1 = 1

(1/3x6)+1 =
3

4.

Segi panjang

|a1| |a2|;
= 90o

1/4x1 = 1

(1/4x4)+1 =
2

5.

Segi Panjang
berpusat

|a1| |a2|;
= 90o

1/4x1 = 1

(1/4x4)+1 =
2

b. System kisi 3 dimensi


No
.

System Kisi

1.

Triklinik

2.

Monoklinik

Sumbu
kristal/
Sudut
Kristal
a1 a2
a3

a1 = a2
= a3
==
90o

Bentuk sel satuan

Kisi bravais

Jumlah
kisi

3.

Orthorombik

a1 a2
a3
==
= 90o

4.

Tetragonal

a1 = a2
= a3
==
= 90o

5.

Kubus

a1 = a2
= a3
==
= 90o

6.

Trigonal

7.

Hexagonal

a1 = a2
= a3
==
<
120o
90o
a1 = a2
= a3
==
90o =
120o

Pada kebanyakan material atau bahan, system kisi kristalnya berbentuk kubus. Sehingga akan
dibahas mengenai system kisi kubus. Ada tiga jenis system kisi kubus, yaitu :
a. Kubus Sederhana/Simple Cubic (SC)

Gambar 4 : Kubus Sederhana

Sel Primitif = Sel Konvensional

Jumlah titik lattice = 1/8x8 = 1 buah

b. Kubus Pusat Badan/Body Center Cubic (BCC)

Gambar 5 : Kubus Pusat Badan

Sel Primitif Sel Konvensional


Jumlah titik lattice pada
Sel primitive = 1/8x8 = 1 buah
Sel Konvensional (1/8x8)+1 = 2 buah
= 109,28o (sudut antara sumbu-sumbu)

c. Kubus Pusat Muka/Face Center Cubic (FCC)

Gambar 6 : Kubus Pusat Muka

Sel Primitif Sel Konvensional


Jumlah titik lattice pada
Sel primitive = 1/8x8 = 1 buah
Sel Konvensional (1/8x8)+1 = 2 buah
= 60o (sudut antara sumbu-sumbu)

Sistem Indeks (Indeks Miller)


Suatu kristal mempunyai bidang bidang atom, untuk itu bagaimana kita
merepresentasikan suatu bidang datar dalan suatu kisi kristal, yang dalam istilah kristalografi
disebut dengan Indeks Miller.
Untuk menentukan indeks miller untuk bidang kristal, ada beberapa langkah langkah, yaitu :
a. Tentukan titik potong antara bidang yang bersangkutan dengan sumbu sumbu (a1 a2 a3)
dalam satuan konstanta kisi. Dapat dipakai sumbu konvensional (x,y,z) atau sumbu
primitive (a1 a2 a3)
b. Tentukan kebalikan dari bilangan bilangan tadi
c. Tentukan tiga bilangan bulat terkecil yang mempunyai perbandingan yang sama, maka
akan didapatkan indeks miller bidang kristal tersebut ( h k l )
Jarak antara dua bidang kristal (SC) dapat dirumuskan
d=

a
h +k 2 +l2
2

dengan
d = jarak antara dua bidang kristal
a = sisi kubus
h,k,l = indeks miller

Anda mungkin juga menyukai