: 1203081
Fisika zat padat mulai berkembang pada awal abad ke 20, pada saat ditemukannya
difraksi sinar-x oleh Kristal. Dalam fisika zat padat, hal yang paling utama dibahas adalah
mengenai Kristal dan electron di dalam suatu kristal. Zat padat ideal adalah zat padat yang
tersusun dari tak berhingga jumlah kristal, sedangkan zat padat yang idak ideal adalah zat padat
yang tersusun dari amorf. Lalu apa perbedaan kristal dan amorf? Pada pembahasan kali ini akan
sedikit membahas mengenai hal ini.
Amorf dan kristal pada dasarnya merupakan suatu karakteristik bahan. Suatu bahan yang
amorf adalah suatu bahan yang tersusun atas atom atom yang memiliki keteraturan, namun
keteraturan dalam amorf ini berjangka pendeek. Berbeda ddengan kristal, kristal merupakan
suatu karakteristik bahan dimana atom atom dalam suatu bahan atau material tersusun secara
teratur, dan memiliki keteraturan yang tak berhingga. Kristal ini tersusun atas deretan deretan
atom aom yang teratur letaknya dan dan periodic dalam ruang.
Dasar-dasar Struktur Kristal
Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa kristal tersusun atas atom atom penyusun yang
letaknya teratur dan periodic dalam ruang. Struktur dasar yang menyusun kristal, ada dua, yaitu :
a. Kisi/Lattice : susunan titik yang teratur dan periodic dalam ruang, dapat juga disebut
sebagai sebuah abstaksi matematis.
b. Basis : sekumpulan atom atom yang menempati titik kisi, jumlah atom dari sebuah basis
bisa terdiri dari satu buah atom atau lebih.
Gambar di bawah ini merupakan gambar kisi dan basis penyusun dari kristal :
Kumpulan kisi dan basis inilah yang kemudian membetuk suatu kristal. Kemudian, sel sel
kisi atau lattice yang tersusun ini membentuk dua buah sel yang disebut dengan sel primitive dan
sel konvensional.
a. Sel primitive : sel yang mempunyai luasan terkecil (2-Dimensi) atau memiliki volume
terkecil (3-Dimensi). Sel primitive merupakan lawan dari sel konvensional, yaitu sel yang
mempuyai luas atau volume terbesar. Untuk menentukan suatu sel primitive, dapat
menggunakan dua cara, yaitu dengan menggunakan metode sumbu-sumbu primitive atau
menggunakan metode Wigner-Seitz.
b. Sel Konvensional : sel konvesional merupakan kebalikan dari sel primitive. Sel
konvensional merupakan sel yang memiliki luas atau volume terbesar.
Untuk memilih atau mencari suatu sel primitive, ada dua buah metoda yang bisa digunakan
yaitu dengan :
a. Metoda sumbu-sumbu primitive
Berikut ini cara menentukan sel primitive dengan cara sumbu sumbu primitive :
b. Metoda Wigner-Seitz, untuk menentukan sel primitive menggunakan metode ini, ada
beberapa langkah langkahnya, yaitu :
1. Menetukan sebuah titik kisi sebagai acuan (biasanya di tengah)
2. Hubungkan titik kisi acuan tersebut dengan titik kisi terdekat di sekitarnya.
3. Di tengah-tengah garis penghubung, buatlah garis tegak lurus terhadap garis
penghubung.
4. Luas terkecil yang dilingkupi garis-garis ini yang disebut sel primitive Weigner-Seitz.
Sistem Kisi
Sumbu
kristal/
Sudut
Kristal
1.
Miring
a1| |a2|;
= 90o
2.
Bujur sangkar
|a1| = |a2|;
= 90o
Bentuk
Jumlah
titik
lattice
pada sel
primitif
Jumlah titik
lattice sel
Konvensiona
l
1/4x4 = 1
1/4x4 = 1
3.
Heksagonal
|a1| = |a2|;
= 120o
1/4x1 = 1
(1/3x6)+1 =
3
4.
Segi panjang
|a1| |a2|;
= 90o
1/4x1 = 1
(1/4x4)+1 =
2
5.
Segi Panjang
berpusat
|a1| |a2|;
= 90o
1/4x1 = 1
(1/4x4)+1 =
2
System Kisi
1.
Triklinik
2.
Monoklinik
Sumbu
kristal/
Sudut
Kristal
a1 a2
a3
a1 = a2
= a3
==
90o
Kisi bravais
Jumlah
kisi
3.
Orthorombik
a1 a2
a3
==
= 90o
4.
Tetragonal
a1 = a2
= a3
==
= 90o
5.
Kubus
a1 = a2
= a3
==
= 90o
6.
Trigonal
7.
Hexagonal
a1 = a2
= a3
==
<
120o
90o
a1 = a2
= a3
==
90o =
120o
Pada kebanyakan material atau bahan, system kisi kristalnya berbentuk kubus. Sehingga akan
dibahas mengenai system kisi kubus. Ada tiga jenis system kisi kubus, yaitu :
a. Kubus Sederhana/Simple Cubic (SC)
a
h +k 2 +l2
2
dengan
d = jarak antara dua bidang kristal
a = sisi kubus
h,k,l = indeks miller