Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PRAKTIKUM LUX METER

Laporan Ini Dibuat Sebagai Syarat


Dalam Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat

OLEH
Nama : Eprilia Annisya Putri
NIM : 10011382025175
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen : Mona Lestari, S.KM., M.KKK.
Poppy Fujianti, S.KM., M.Sc.
Asisten : Dita Farica

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Lux Meter .................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Pencahayaan .............................................................................. 4
2.3 Jenis – Jenis Pencahayaan ........................................................................... 5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pencahayaan .................................................. 6
2.5 Nilai Ambang Batas Pencahayaan .............................................................. 7
2.6 Dampak Paparan Suhu dan Kelembaban .................................................... 9
2.7 Upaya Pengendalian .................................................................................. 10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ......................................................... 11
3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................... 11
3.1.1 Alat ..................................................................................................... 11
3.1.2 Bahan .................................................................................................. 11
3.2 Prosedur Kerja ........................................................................................... 11
3.2.1 Cara Kalibrasi Alat ............................................................................. 11
3.2.2 Penentuan Titik Pengukuran .............................................................. 12
3.2.3 Cara Kerja Alat................................................................................... 13
3.2.4 Cara Mengganti Baterai ..................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
DAFTAR TABEL

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting bagi
keselamatan kerja. Pencahayaan adalah penerangan yang bertujuan untuk
membantu tenaga kerja dalam melihat suatu objek secara jelas dan cepat. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat, disesuaikan dengan
pekerjaan mengakibatkan produksi yang maksimal dan ketidakefisienan yang
minimal, dan dengan begitu secara tidak langsung membantu mengurangi
terjadinya kecelakaan. Dalam hubungan kelelahan sebagai sebab dari kecelakaan,
pencahayaan yang baik merupakan salah satu usaha yang preventif (Syifa et al,
2021).
Pada dunia kerja, interaksi antara manusia, alat kerja, dan lingkungan kerja
tidak dapat dihindarkan yang melibatkan indera manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung. Salah satu indra yang sering terlibat, tidak pisah dipisahkan
dari kerja adalah mata. Mata merupakan bagian tubuh pekerja yang harus dilindungi
keselamatan dan kesehatannya. Cahaya yang cukup merupakan salah satu aspek
terpenting yang menentukan kesehatan mata. Pencahayaan yang baik
memungkinkan pekerja memilih objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa
upaya yang tidak perlu. Intensitas cahaya yang baik sangat mempengaruhi mata,
jika cahaya yang kurang otot mata harus berkontraksi semaksimum mungkin untuk
melihat objek atau sebaliknya, jika ini terjadi terus menerus dapat menyebabkan
kerusakan pada mata (Rahmayanti & Artha, 2015).
Salah satu faktor penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan
kepuasan kerja dan produktivitas adalah adanya pencahayaan yang baik.
Pencahayaan diperlukan manusia untuk mengenal obyek secara visual dimana
organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan adalah mata, syaraf dan pusat syaraf
penglihatan di otak. Mata sebagai alat visual merupakan pintu gerbang utama
masuknya gambaran dari dunia luar kita, dan menguasai sekitar 90% aktivitas kerja
kita. Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja dapat melihat obyek-obyek
yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa mengupayakan usaha yang berlebih
(Handayani et al., 2014).

1
Ketika manusia melakukan pekerjaan, maka secara langsung mata akan
melakukan interaksi dengan lingkungan kerjanya, untuk melihat objek pekerjaan.
Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas, cepat dan tanpa kesalahan
akan sangat dipengaruhi oleh pencahayaan yang ada di lingkungan kerja.
Pencahayaan yang memadai mendukung kesehatan kerja, keamanan, serta
kenyamanan kerja bagi manusia saat bekerja, sehingga memungkinkan manusia
mendapat kesan pemandangan yang lebih baik dan lingkungan yang menyegarkan.
Pencahayaan yang kurang menyebabkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena
mata akan berusaha untuk melihat dengan cara membuka lebar–lebar. Kelelahan
mata ini akan mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh lagi dapat
menimbulkan kerusakan pada mata (Putra et al., 2021).
Tingkat pencahayaan di lingkungan kerja dapat berdampak besar pada
produktivitas kerja. Dengan pencahayaan yang tepat, pekerja dapat menghasilkan
lebih banyak pekerjaan dengan lebih sedikit kesalahan dan meningkatkan
produktivitas sebesar 10-50%. Pencahayaan yang baik dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan sebesar 30-60% dan dapat mengurangi keluhan
mata, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Cahaya positif memungkinkan karyawan
untuk fokus pada pekerjaan mereka untuk meningkatkan produktivitas pekerja
(ILO, 2014).
Intensitas cahaya untuk setiap lingkungan tempat kerja dengan berbagai
macam kegiatan tentu tidak sama. Setiap lingkungan atau ruangan kerja dengan
berbagai macam kegiatan memiliki nilai standar intensitas cahaya masing–masing
yang telah ditetapkan di sebuah peraturan. Intensitas cahaya yang dibutuhkan
adalah tergantung dari tingkat ketelitian yang diperlukan untuk bagian yang
diamati, warna objek benda yang diamati dan kemampuan dari objek tersebut untuk
memantulkan cahaya yang jatuh pada brightness dari sekitar objek. Pencahayaan
yang baik akan membuat pekerja lebih berkonsentrasi pada pekerjaannya sehingga
mampu meningkatkan produktivitasnyaUntuk melihat benda yang berwarna gelap
dan kontras antara objek dan sekitarnya kurang serasi, maka diperlukan penerangan
yang tinggi (Rahmayanti & Artha, 2015). Laporan ini berisikan materi mengenai
hasil praktikum dan paparan cahaya yang ada di lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya dengan menggunakan alat Lux Meter.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lux Meter


Lux Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas
cahaya di suatu tempat. Lux meter digital adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya dengan prinsip kerja mengubah intensitas cahaya yang
dating menjadi arus listrik. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui
karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Tingkat
pencahayaan di lingkungan kerja dapat berdampak besar pada produktivitas kerja.
Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor
yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Satuan ukur lux meter adalah lux. Lux
meter juga disebut digital light meter. Lux meter dilengkapi sensor cahaya yang
sangat peka terhadap perubahan jumlah cahaya yang diterima. Hampir semua lux
meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor
diletakkan pada sumber cahaya yang akan diukur (Marpaung et al, 2022).
Cahaya akan menyinari sel foto yang kemudian akan ditangkap oleh sensor
sebagai energi dan diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak
cahaya yang diserap oleh sel, maka arus yang dihasilkan lebih besar. Berbagai jenis
cahaya yang masuk pada lux meter baik itu cahaya alami maupun buatan akan
mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai warna yang diukur akan
menghasilkan suhu warna yang berbeda dan panjang gelombang yang berbeda pula.
Oleh karena itu, pembacaan hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah
kombinasi dari efek panjang gelombang yang ditangkap oleh sensor lux meter
(Marpaung et al, 2022).
Penggunaan lux meter biasanya sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis
maupun industri, akan tetapi bukan berarti jika dalam kehidupan sehari-hari tidak
penting menggunakan alat ukur tersebut. Setiap orang tentunya ingin mendapatkan
kapasitas cahaya yang cukup agar sensor dalam otak bisa menggunakannya sesuai
dengan porsi yang sudah dibutuhkan. Oleh karena itu tidak ada salahnya untuk
mengukur terlebih dahulu tingkat cahaya yang ada dalam suatu tempat atau
ruangan, agar nantinya dapat mendapatkan jumlah cahaya yang maksimal
(Marpaung et al, 2022).

3
2.2 Pengertian Pencahayaan
Pengertian cahaya menurut IES (Illuminating Engineering Society) yaitu
sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana,
cahaya merupakan bagian gelombang elektromagnetik yang berbentuk energi dan
mudah dikenali oleh makhluk hidup disekelilingnya dengan mata. Pencahayaan
memiliki satuan lux (lm/m²). Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan suatu sumber cahaya tertentu. Sebagai gelombang
elektromagnetik, cahaya terbentuk dari dua pasang vektor medan sama yaitu medan
listrik dan medan magnet (Wisnu & Indarwanto, 2017).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif
(KEPMENKES RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, 2002 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri). Cahaya dipancarkan dari
suatu benda dengan fenomena sebagai berikut (Sudirman, 2017):
1. Pijar
Padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila
dipanaskan sampai suhu 1000 K.
2. Muatan Listrik
Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul
memancarkan radiasi, spektrumnya merupakan karakteristik elemen
yang ada.
3. Electro Luminescence
Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan
tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.
4. Photoluminescence
Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya
oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang
gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan
fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescence
atau phosphorescence.

4
2.3 Jenis – Jenis Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan
ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik
apabila tidak disediakan akses pencahayaan. Penggunaan sistem pencahayaan yang
tidak efektif dan efisien dapat menurunkan produktifitas, kenyamanan, dan
menyebabkan pemborosan. Secara umum jenis pencahayaan dibedakan menjadi
dua, yaitu (Purba, 2020):
1. Pencahayaan Alamiah
Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh
sumber cahaya alami berupa cahaya matahari dengan intensitas 10
bervariasi menurut waktu, musim dan tempat. Manfaat cahaya matahari
dalam desain interior sangat penting untuk menerangi ruang agar orang
bisa bekerja, dan kenyamanannya sangat tergantung pada sistem
pencahayaan dan kondisi lingkungan setempat. Kekuatan cahaya alam
sebagai spektrum energi yang dibutuhkan untuk pencahayaan perlu
diperhitungkan secara akurat agar cahaya bisa mengenai ruang beserta
objeknya dengan baik dan pantulannya terserap oleh mata yang
kemudian memberi sensasi ke otak dari bentuk yang dilihat dan energi
panas yang dirasakannya.
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh
sumber cahaya lain selain cahaya alami. Pencahayaan buatan berasal
dari sistem cahaya berenergi terbatas di alam, misalnya energi listrik
serta energi dari proses minyak bumi dan gas. Intensitas pencahayaan
buatan merupakan penunjang terpenuhinya intensitas pencahayaan pada
suatu ruangan. Apabila intensitas pencahayaan pada suatu ruangan tidak
terpenuhi maka kemungkinan para pekerja untuk mengalami kecelakaan
kerja pun akan semakin besar. Menurut Tarwaka (2016) menyebutkan
bahwa sumber pencahayaan buatan yang utama adalah bersumber dari
energi listrik. Jumlah cahaya, warna cahaya itu sendiri dan warna objek
kerja berbeda-beda tergantung dari jenis sumber cahaya listrik yang
digunakan.

5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pencahayaan
Pencahyaan adalah cahaya atau partikel ringan yang berfungsi memberikan
penerangan pada sebuah objek agar dapat dilihat dengan jelas, nyaman dan efektif,
baik dengan pencahyaan buatan maupun pencahayaan alami. Intensitas
pencahayaan pada suatu bidang adalah fluks cahaya yang jatuh pada luasan tertentu
dari bidang tersebut. Sebagian dari energi cahaya diubah menjadi cahaya tampak
(visible light). Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang
elektromagnetik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencahayaan di ruangan,
yaitu (Fatmawati, 2018):
1. Desain Sistem Pencahayaan
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya ke seluruh
ruangan. Dengan desain yang baik dapat dihindarinya sudut atau bagian
ruangan yang gelap.
2. Distribusi Cahaya
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya. Jika
distribusi sumber cahaya tidak merata, maka akan menimbulkan sudut
dan bagian ruangan yang gelap.
3. Pemantulan Cahaya
Pemantulan cahaya dari langit - langit tergantung dari warna dan
finishing. Pemantulan cahaya ini tidaka berlaku pada sistem
pencahayaan langsung, tetapi sangat penting pada pencahayaan tidak
langsung.
4. Ukuran Ruangan
Ruangan yang luas akan lebih efisien dalam pemanfaatan cahaya
daripada ruang yang sempit
5. Utilitas Cahaya
Utilitas cahaya adalah persentase cahaya dari sumber cahaya
yang secara nyata mencapai dan menerangi benda - benda yang diterangi
6. Pemeliharaan Desain dan Sumber Cahaya
Apabila pemeliharaan desain dan sumber cahaya tidak baik,
misalnya banyak debu, maka akan mempengaruhi cahaya yang di
hasilkan.

6
2.5 Nilai Ambang Batas Pencahayaan
Nilai Ambang Batas adalah sandar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan pada pekerja. Nilai Ambang Batas Pencahayaan dimuat
dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Adapun tabel
nilai ambang batas pencahayaan adalah sebagai berikut (Permenaker RI No.5
Tentang K3 Lingkungan Kerja, 2018) : (PERMENAKER, 2018)
Tabel 2.1 Syarat Pencahayaan di Tempat Kerja
Tingkat
No Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan
Minimal (Lux)
1 Penerangan darurat 5 -
2 Halaman dan jalan 20 -
3 Pekerjaan membedakan Mengerjakan bahan-bahan
bahan-bahan kasar kasar, mengerjakan arang
50
dan abu & gudang-gudang
untuk menyimpan barang
4 Pekerjaan yang Pemasangan alat-alat yang
membedakan barang 100 sedang, melapis perabot &
kecil secara sepintas mengerjakan kayu
5 Pekerjaan yang Pekerjaan mesin dan bubut
membedakan barang- 200 yang kasar &
barang kecil secara teliti pembungkusan daging
6 Pekerjaan pembedaan Pekerjaan mesin yaang
yang teliti daripada teliti, pekerjaan kantor
300
barang-barang kecil dan yang berganti-ganti
halus menulis dan membaca
7 Pekerjaan pembedaan Pemasangan yang halus,
barang-barang halus pekerjaanpekerjaan mesin
dengan kontras yang 500 - 1000 yang halus, menjahit
sedang dan dalam waktu bahanbahan wol yang
yang lama berwarna tua
8 Pekerjaan pembedaan Pemasangan yang extra
barang–barang yang halus (arloji), tukang mas
sangat halus dengan dan intan, penilaian dan
1000
kontras yang sangat penyisihan hasil-hasil
kurang untuk waktu tembakau & pemeriksaan
yang lama penjahitan bahan pakaian
Sumber: PERMENAKER RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan.Kerja

7
Tabel 2.2 Standar Pencahayaan di Tempat Kerja
No Keterangan Intensitas (Lux)

1 Penerangan darurat 5
2 Halaman dan jalan 20
3 Pekerjaan membedakan barang kasar seperti:
a. Mengerjakan bahan-bahan yang kasar
b. Mengerjakan arang atau abu
c. Menyisihkan barang-barang yang besar
50
d. Mengerjakan bahan tanah atau batu
e. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai
f. Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan
kasar
4 Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara
sepintas lalu seperti:
a. Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah
selesai (semi finished)
b. Pemasangan yang kasar
c. Penggilingan padi
d. Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
100
e. Pengerjaan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira
setingkat dengan D
f. Kamar mesin dan uap
g. Alat pengangkut orang dan barang
h. Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal
i. Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil
j. Toilet dan tempat mandi
5 Pekerjaan membeda-bedakan barang kecil yang agak teliti
seperti:
a. Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar)
b. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
c. Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang
d. Menjahit textil atau kulit yang berwarna muda 200
e. Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam
kaleng
f. Pembungkusan daging
g. Mengerjakan kayu
h. Melapis perabot
6 Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang kecil
dan halus seperti:
a. Pekerjaan mesin yang teliti
300
b. Pemeriksaan yang teliti
c. Percobaan-percobaan yang teliti dan halus
d. Pembuatan tepung

8
e. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau
wol berwarna muda
f. Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca,
pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat
7 Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan
kontras yang sedang dalam waktu yang lama seperti:
a. Pemasangan yang halus
b. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
c. Pemeriksaan yang halus
500-1.000
d. Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
e. Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran
f. Menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
g. Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau
pekerjaan kantor yang lama
8 Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang yang sangat halus
dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu yang lama
seperti:
a. Pemasangan yang extra halus (arloji, dll)
b. Pemeriksaan yang ektra halus (ampul obat)
1.000
c. Percobaan alat-alat yang ekstra halus
d. Tukang mas dan intan
e. Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau
f. Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam pencetakan
g. Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua
Sumber: PERMENAKER RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja
2.6 Dampak Paparan Suhu dan Kelembaban
Pencahayaan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan
atau kelelahan penglihatan selama kerja. Menurut Zaenab (2015) pengaruh
pencahayaan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan kelelahan mata
sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di
daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata dan kerusakan indra mata. Selanjutnya
pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan
performansi kerja, termasuk kehilangan produktivitas, kualitas kerja rendah,
banyak terjadi kesalahan dan kecelakan kerja meningkat. Pencahayaan yang baik
berpengaruh terhadap keselamatan kerja, dan produktivitas kerja. Cahaya
mempunyai sifat dapat membunuh kuman atau bakteri. Seperti contoh cahaya
matahari sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit rachitis (kekurangan
vitamin) (Ekstrada et al, 2020).

9
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan tindakan Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
Menurut Sidarta (2014), munculnya gejala-gejala kelelahan mata penyebab
utamanya adalah penggunaan otot-otot di sekitar mata yang berlebihan. Sedangkan
menurut pendapat ahli lainnya mengemukakan bahwa gejela-gejala kelelahan mata
adalah sebagai berikut:
1. Iritasi pada mata (mata pedih, merah, berair)
2. Penglihatan ganda
3. Sakit sekitar mata
4. Berkurangnya kemampuan akomodasi
5. Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan
persepsi
6. Sakit kepala, leher, bahu atau punggung
2.7 Upaya Pengendalian
Terdapat beberapa langkah-langkah pengendalian masalah penerangan di
tempat kerja, yaitu (Diploma et al., 2014):
1. Modifikasi sistem penerangan
Menaikkan atau menurunkan letak lampu didasarkan pada objek
kerja, merubah posisi lampu, menambah atau mengurangi jumlah
lampu, mengganti jenis lampu yang lebih sesuai seperti mengganti
lampu bola menjadi lampu pendar, mengganti tudung lampu, mengganti
warna lampu yang digunakan
2. Modifikasi pekerjaan
Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, sehingga objek dapat
dilihat dengan jelas, merubah posisi kerja untuk menghindari bayang-
bayang, pantulan, sumber kesilauan, dan kerusakan penglihatan,
modifikasi objek kerja sehingga dapat dilihat denganjelas. Sebagai
contoh: memperbesar ukuran huruf dan angka pada tombol-tombol
peralatan kerja mesin.

10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Lux Meter

Gambar 3.1 Lux Meter


3.1.2 Bahan
1. Kertas
2. Alat Tulis
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Cara Kalibrasi Alat
Cara untuk melakukan kalibrasi pada lux meter digunakan dengan dua cara:
1. Cara Pertama

Alat dengan menekan tombol


power

Buka penutup pada sensor

Tutup kembali sensor dan lihat display

Jika Sudah menunjukkan hasil "0" maka alat sudah


terkalibrasi

Gambar 3.2 Flowchart Cara 1 Kalibrasi Alat

11
2. Cara Kedua

Hidupkan Alat dengan menekan tombol power

Tekan tombol zero sampai muncul tanda "CAL" pada display

Tekan kembali tombol zero hingga tulisan "CAL" menghilang


maka alat sudah terkalibrasi

Gambar 3.3 Flowchart Cara 2 Kalibrasi Alat

3.2.2 Penentuan Titik Pengukuran


Menurut SNI 16-7062-2014 titik pengukuran intensitas pencahayaan dibagi
menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
1. Penerangan Setempat:
Obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja.
2. Penerangan Umum:
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada
setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu
tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
a. Luas ruangan kurang dari 10 m² : titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter.
b. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas
ruangan kurang dari 10 m² seperti gambar berikut :

1m

1m

Gambar 3.4 Denah Pengukuran Intensitas Penerangan Umum

12
Keterangan :
: Merupakan titik potong pengukuran intensitas pencahayaan
c. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 3 (tiga) meter.
d. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
3.2.3 Cara Kerja Alat

Tekan tombol power Baca hasil pengukuran pada


on/off. Bawa alat ke layar monitor setelah
tempat titik pengukuran menunggu beberapa saat
yang telah ditentukan, sehingga didapat nilai angka
yang stabil.

Catat hasil pengukuran


pada lembar hasil Lalu tekan hold untuk
pencatatan untuk intensitas memberhentikan
penerangan setempat. pengukuran

Gambar 3.5 Flowchart Cara Kerja Alat

3.2.4 Cara Mengganti Baterai

Lepaskan sekrup yang terdapat di belakang alat

Angkat penutup baterai untuk membuka tempat baterai

Masukkan baterai dengan sisi kutub yang benar

Tutup dan pasang kembali sekrup

Gambar 3.6 Flowchart Cara Mengganti Baterai

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran
Hari/Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2023
Waktu : 13.00 WIB s.d Selesai
Tempat : Ruang Kelas B1.01
4.1.2 Layout Pengukuran

Gambar 4.1 Layout Pengukuran

4.1.3 Hasil Pengukuran


Tabel 4.1 Tabel Hasil Rata-Rata Pengukuran Pencahayaan di Ruang Kelas B1.03
No Tempat Hasil Satuan NAB Keterangan
Pengukuran Pengukuran Minimum
1 Ruang Kelas 199,4 Lux 300 Lux Tidak
B1.01 Memenuhi
NAB
Sumber : Praktikum Laboratorium K3

14
Tabel 4.2 Tabel Pengukuran 40 Titik Pencahayaan
HasilPengukuran (Lux)
Titik Rata-rata
I II III

1 71,6 66,9 67,7 68,7


2 95,0 99,1 97,4 97,1
3 111,6 107,4 111,0 110
4 124,1 121,1 125,6 123,6
5 112,9 109,7 112,4 111,6
6 91,4 90,7 94,0 92
7 83,2 84,5 86,8 84,4
8 79,7 80,1 89,5 83,1
9 101,2 108,1 104,0 104,4
10 82,6 80,9 82,6 82
11 203,5 195,4 201,3 200,1
12 236,0 235,0 237,7 236,2
13 239,3 247,9 247,7 244,9
14 235,1 240,1 239,7 238,3
15 243,3 240,7 241,6 241,8
16 277,9 273,4 274,2 275,1
17 268,3 267,0 266,3 267,2
18 250,4 238,2 345,3 244,6
19 207,3 209,8 214,7 210,6
20 172,8 168,1 159,5 166,8
21 162,3 161,9 159,9 161,3
22 242,5 235,0 231,6 236,3
23 257,2 258,5 258,4 258,1
24 202,7 203,7 201,7 202,6
25 241,8 241,1 240,6 241,1

15
26 254,7 249,7 247,7 250,6
27 300,2 300,7 300,8 300,5
28 312,1 311,9 311,7 311,9
29 300,8 302,6 307,0 303,4
30 251,6 257,1 258,1 255,6
31 239,5 237,4 236,4 237,7
32 261,5 259,3 265,1 261,9
33 265,1 263,9 259,7 262,9
34 258,6 264,5 264,2 262,4
35 243,1 251,5 240,0 241,5
36 255,3 251,9 237,0 248,1
37 231,3 235,3 239,7 235,4
38 226,7 219,2 223,8 223,2
39 202,6 199,8 197,8 200,1
40 133,4 133,6 136,8 134,6

Rata-Rata Intensitas 199,4


Pencahayaan
Sumber : Praktikum Laboratorium K3

4.2 Pembahasan
Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang pembentukannya terjadi
dengan dua cara, yaitu pijaran (incandescence) dan pendaran (luminescence). Cara
pijaran adalah pelepasan cahaya oleh objek panas misalnya, sinar matahari (di
alam) atau besi yang dipanaskan sampai titik membaranya. Sementara cara
pendaran adalah pelepasan cahaya tanpa menggunakan panas. Contohnya,
triboluminescence, yaitu ketika suatu jenis kristal, misalnya gula, tiba-tiba
diremukkan. Peremukan tersebut akan melepaskan sinar singkat. Cahaya
mempunyai sifat dapat membunuh kuman atau bakteri. Contohnya cahaya matahari
sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit rachitis (kekurangan vitamin).
Tetapi sebaliknya terlalu banyak kena sinar matahari dapat pula mengakibatkan
berbagai penyakit ataupun keluhan kesehatan lainnya (Purba, 2020).

16
Pencahayaan yang baik berpengaruh terhadap keselamatan kerja, dan
produktivitas kerja. . Pencahayaan sendiri merupakan salah satu faktor fisik yang
ada di lingkungan kerja, pencahayaan yang kurang baik dapat mengakibatkan
kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental,
keluhan-keluhan pegal di daerah mata, kerusakan hal penglihatan dan
meningkatnya kecelakaan kerja. Pencahayaan yang tidak didesain dengan baik akan
menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Maka dari itu
perlu dilakukannya pengukuran pencahayaan di suatu tempat kerja agar kita dapat
mengetahui intensitas cahayanya cukup, kurang ataupun melebihi nilai ambang
batas yang telah di tentukan pemerintah sehingga kita semua terhindar dari dampak
buruk yang ditimbulkan akibat pencahayaan di tempat kerja (Extrada et al, 2020).
Pengukuran pada praktikum pencahayaan ini dilaksanakan di Ruang Kelas
B1.01 Lantai 1 gedung perkuliahan FKM UNSRI, dimana pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat Lux Meter. Lux Meter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Untuk mengetahui besarnya
intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier
terhadap cahaya. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada
dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Lux Meter ini
berfungsi untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya dari suatu ruangan
(pencahayaan umum) maupun intensitas pencahayaan disuatu objek/benda
(pencahayaan khusus). Lux Meter memiliki satuan yaitu, lux (lm/m²) (Marpaung et
al, 2020).
Sebelum dilakukan mengukur pencahayaan, kita terlebih dahulu
menentukan titik ukur pengukuran pencahayaan dengan membuat titik denah sesuai
dengan ketentuan pengukuran pencahayaan umum yang berlaku. Luas ruang yang
diukur berkisar 10 m x 20 m atau sama dengan 120 m². Berdasarkan SNI 7062-
2019 tentang pengukuran intensitas cahaya di tempat kerja, untuk luas bangunan
lebih dari 100 m² minimal memiliki 36 titik pengukuran dengan masing-masing
memiliki luas tidak lebih dari 3 m². Di hitung berdasarkan luas ruangan, telah
didapatkan 40 titik pengukuran seperti layout Gambar 4.1. Titik pengukuran
merupakan titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak
tertentu setinggi satu meter dari lantai.

17
Langkah selanjutnya untuk pengukuran pencahayaan menggunakan alat
ukur Lux Meter, adalah melakukan kalibrasi pada alat agar hasil yang diperoleh
dalam praktikum ini adalah hasil yang akurat dan tepat. Kalibrasi dilakukan secara
internal dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan menekan tombol power.
Buka penutup pada sensor lalu lihat angka di display bergerak kemudian tutup
kembali sensor. Jika angka pada display menunjukkan angka “0” maka alat sudah
terkalibrasi. Cara ke dua adalah dengan menekan tombol power lalu tekan tombol
zero hingga muncu tanda “CAL” pada display. Tekan kembali tombol zero hingga
tanda “CAL” pada display hilang, maka alat sudah terkalibrasi. Setelah alat
terkalibrasi, maka pengukuran dapat dimulai.
Pengukuran dimulai dengan tekan tombol power pada alat, lalu bawa alat
ke titik pengukuran yang telah ditentukan. Pengukuran dilakukan minimal jarak
saru meter dari lantai. Sensor dihadapkan langsung ke sumber cahaya dengan
catatan tidak ada apapun yang menghalangi sensor dari cahaya. Pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap titik pengukuran. Tekan tombol hold ketika
angka pengukuran sudah stabil lalu catat hasil pengukuran. Stabil disini artinya
anga pengukuran hanya berkisar pada range tertentu , misalnya range 231-240.
Pengukuran pencahayaan dilakukan di 40 titik dalam ruang kelas dimana
pengukuran yang didapatkan hasil rata-rata yakni sebesar 199,4 Lux. Dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan disebutkan bahwa
intensitas cahaya Pencahayaan di Ruangan, untuk jenis kegiatan pekerjaan rutin,
seperti pekerjaan kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan
perakitan/penyusun tingkat pencahayaan minimalnya adalah 300 Lux. Sehingga,
intensitas cahaya di Ruang Kelas B1.01 ruang kelas FKM UNSRI dinilai tidak
memenuhi standar baku mutu yang berlaku. Dari hasil 199,4 Lux tersebut dapat
bayangkan jika pencahayaan diruang kelas dalam kondisi kurang baik (redup) yang
dapat menimbulkan keluhan baik fisik maupun psikologis bagi dosen, mahasiswa
dan staff dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Selain itu,
karena kondisi pencahayaan yang redup dapat menyebabkan penurunan semangat
belajar dari mahasiswa itu sendiri sebab akan membuat mata terasa berat yang
berujung menimbulkan rasa mengantuk dan hilangnya konsentrasi.

18
Jika hal tersebut terus dibiarkan maka akan mengakibatkan dampak negatif,
seperti kelelahan pada mata sehingga menurunnya produktivitas dalam bekerja,
kelelahan secara mental, pegal-pegal di sekitar mata, sakit kepala di sekitar mata,
rusaknya indra penglihatan dan meningkatnya angka kecelakaan kerja. Menurut
Zaenab (2015) pengaruh pencahayaan yang kurang memenuhi syarat akan
mengakibatkan kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja,
kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata dan
kerusakan indra mata. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan
bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan produktivitas,
kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan dan kecelakan kerja meningkat.
Salah satu contoh yang sering terjadi di masyarakat khususnya di tempat kerja
terkait pencahayaan adalah pencahayaan pada layar monitor atau pekerjaan yang
selalu berhadapan langsung dengan komputer setiap hari. Salah satu penyakit yang
diakibatkan oleh pencahayaan yang buruk pada pengguna komputer adalah
gangguan penglihatan atau computer vision syndrome (CVS) atau dikenal dengan
sindrom penglihatan komputer (Yunus, 2018).
Oleh karena itu, pentingnya memperhatikan intensitas pencahayaan yang
ada saat kita sedang melakukan suatu kegiatan apalagi bersifat berualang-ulang
dengan rentang waktu yang cukup lama agar kita terhindar dari penyakit akibat
kerja yang disebabkan oleh pencahayaan yang tidak memenuhi standar.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan tindakan pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya menaikkan atau menurunkan
letak lampu didasarkan pada objek kerja, merubah posisi lampu, menambah atau
mengurangi jumlah lampu, mengganti jenis lampu yang lebih sesuai. Selain itu juga
dapat dilakukan dengan membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, sehingga objek
dapat dilihat dengan jelas, merubah posisi kerja untuk menghindari bayang-bayang,
pantulan, sumber kesilauan, dan kerusakan penglihatan, modifikasi objek kerja
sehingga dapat dilihat dengan jelas. (Diploma et al., 2015).

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan
bahwa :
1. Pencahayaan adalah cahaya merupakan bagian gelombang
elektromagnetik yang berbentuk energi dan mudah dikenali oleh
makhluk hidup disekelilingnya dengan mata.
2. Pencahayaan memiliki satuan lux.
3. Pengujian pencahayaan menggunakan alat Lux Meter di lakukan
sebanyak 40 titik, dan dalam 1 titik di lakukan dengan 3 kali
pengambilan pengukuran, dalam ruangan yang berukuran 120 m²
sampai hasil menunjukkan angka yang stabil baru dapat di peroleh
intensitas pencahayaan nya.
4. Nilai Ambang Batas pencahayaan diatur dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan nomor 5 tahun 2018 dengan kegiatan menulis dan
membaca adalah sebesar 300 lux.
5. Intensitas pencahayaan sebesar 199,4 Lux ,sehingga intensitas cahaya di
Ruang Kelas B1.01 FKM UNSRI dinilai tidak memenuhi standar baku
mutu yang berlaku.
6. Pengaruh pencahayaan yang kurang memenuhi syarat akan
mengakibatkan kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan
efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit
kepala di sekitar mata dan kerusakan indra mata.
7. Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya menaikkan atau
menurunkan letak lampu didasarkan pada objek kerja, merubah posisi
lampu, menambah atau mengurangi jumlah lampu, mengganti jenis
lampu yang lebih sesuai.

20
DAFTAR PUSTAKA
Diploma, P., Kesehatan, I. V, Kedokteran, F., & Sebelas, U. (2011). KELELAHAN
MATA PEGAWAI KANTOR DI KECAMATAN JJ , KARANGANYAR.
Extrada, E., Muhamadiah, M., Mukomulamin, M., Efendi, A. S., & Edigan, F.
(2020). Analisis Dampak Intensitas Pencahayaan Ruangan Farmasi dengan
Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja di Rumah Sakit Mesra Kabupaten
Kampar Tahun 2020. Al-Tamimni Kesmas : Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat , 9(1), 50-56.
Fatmawati, M. (n.d.). Pencahayaan Di Lingkungan Kerja.
Www.Academia.Edu.Com.
Handayani, D., Fathimahhayati, L. D., Suhendrianto, Pinangki, S., & Dharma, I. G.
B. B. (2013). Analisis Pencahayaan Ruang Kerja: Studi Kasus Pada Usaha
Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Batik Tulis di Yogyakarta. Dinamika
Rekayasa, 9(1), 6–9.
ILO. (2014). Physical Hazards, Indoor Workplace Lighting.International Labour
Organization OSH Brief.
KEPMENKES RI No. 1405. (2002). Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1405/Menkes/Sk/Xi/2002, 1–22
Marpaung, R. R., Mulyaningsih, N. N., & Sapundani, R. (2022). Tingkat Akurasi
Aplikasi Smart Lux Meter Sebagai Solusi Percobaan Mandiri Pada
Pembelajaran Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Fisika , 11 (1), 1-5.
Permenaker. (2018). Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5/2018 K3 Lingkungan
Kerja. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 5 Tahun
2018, 5, 11.
Purba, C. (2020). Program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas kesehatan
masyarakat universitas sumatera utara 2021. Skripsi, 1–89.
Rahmayanti, D., & Artha, A. (2015). Hubungan Tingkat Pencahayaan dan Keluhan
Mata Pekerja Pada Area Perkantoran Healrh, Safety, and Environmental
(HSE) PT. Pertamina RU VI Balongan. Jurnal Optimasi Sistem Industri ,
14(1), 73

21
LAMPIRAN

Proses Pengukuran Lux Meter

Beberapa Hasil Pengukuran Lux Meter

22

Anda mungkin juga menyukai