Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM UJI PENCAHAYAAN

Laporan ini dibuat sebagai syarat

Dalam Mata Kuliah Praktikum Lingkungan Fisik

Program Studi Kesehatan Lingkungan

OLEH

Nama : Riski Handayani

NIM : 10031181924006

Kelompok : 1 / Satu

Dosen : Dini Arista Putri,S.Si.,M.PH

Mona Lestari,S.K.M.,M.K.K.K

Inoy Trisnaini,S.KM.,M.KL

Asisten : Yulfa Tiara Kencana

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Pengertian.......................................................................................................3
2.2 Jenis/Klasifikasi.............................................................................................4
2.3 Nilai Ambang Batas.......................................................................................6
2.4 Dampak Bagi Kesehatan................................................................................6
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM...............................................................7
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................................7
3.1.1 alat...........................................................................................................7
3.1.2 Bahan......................................................................................................7
3.2 Prosedur Kerja................................................................................................7
3.2.1 Kalibrasi Alat..........................................................................................7
3.2.2 Cara Kerja...............................................................................................8
3.2.3 Cara Mengganti Baterai..........................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................10
4.1 Hasil.............................................................................................................10
4.1.1 Hasil Pengukuran Pencahayaan Setempat............................................10
4.1.2 Hasil Pengukuran Umum......................................................................11
4.2 Pembahasan..................................................................................................14
BAB V KESIMPULAN........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 1 Alat...........................................................................................7

Gambar 3.2. 1 Kalibrasi Alat 7

Gambar 3.2. 2 Cara Kerja................................................................................8


Gambar 3.2. 3 Cara Mengganti Baterai.............................................................9

Gambar 4.1 1 Pengukuran 1 10

Gambar 4.1 2 Pengukuran 2...........................................................................11


Gambar 4.1 3 Pengukuran 3...........................................................................11
Gambar 4.1 4 Hasil Pengukuran titik 1 (1)......................................................12
Gambar 4.1 5 Hasil Pengukuran titik 1 (2)......................................................12
Gambar 4.1 6 Hasil Pengukuran titik 1 (3)......................................................12
Gambar 4.1 7 Hasil Pengukuran Titik 2 (1).....................................................13
Gambar 4.1 8 Hasil Pengukuran Titik 2 (2).....................................................13
Gambar 4.1 9 Hasil Pengukuran Titik 2 (3).....................................................14

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 1 Nilai Ambang Batas.......................................................................6

Tabel 4.1. 1 Hasil Pengukuran 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya cahaya diperlukan oleh manusia untuk melihat objek
secara visual. Dengan cahaya yang dipantulkan oleh objek-objek tersebutlah
maka kita dapat melihatnya secara jelas. Sehingga akan menimbulkan
kenyamanan visual jika pencahaayaan yang didapatkan itu secara cukup. Jika
pencahayaan tersebut kurang ataupun berlebihan maka akan menganggu
kenyamanan penglihatan. Yang akan berdampak pada kesehatan terutama
pada indera penglihatan. (Widiyantoro, Mulyadi and Vidiyanti, 2017).

Ukuran cahaya dan terang yang dibutuhkan oleh seseorang untuk


beraktivitas tergantung dari macam kerja yang seseorang lakukan di ruangan.
Kebutuhan orang-orang kantor seperti menulis, membaca untuk waktu lama,
menatap layar komputer atau laptop, dan bahkan untuk berdiskusi di ruangan
rapat, semua itu membutuhkan ukuran cahaya atau terang yang berbeda-beda.

Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar


pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara
jelas, cepat, nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan yang memadai akan
memberikan kesan pemandangan yang baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan. Sebuah benda akan terlihat bila benda tersebut memantulkan
cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan
yang datang dari sumber cahaya lain, dengan demikian maksud dari
pencahayaan adalah agar benda terlihat jelas. Pencahayaan tersebut dapat
diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis
pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja

Pencahayaan yang diperlukan tiap pekerjaan berbeda-beda. Pada area


kerja membutuhkan tingkat kenyamanan yang memadai agar pengguna di
dalamnya dapat melakukan aktivitas dengan lancar dan memiliki
produktivitas kerja yang baik. Kenyamanan visual didalam ruangan yang

1
bersumber dari pencahayaan dipengaruhi oleh jumlah, ukuran dan
penempatan bukaan/jendela. Pencahayaan alami dipengaruhi oleh beberapa
variable yaitu desain bukaan jendela, bentuk dan kedalaman ruang,
kenyamanan visual, dan faktor eksternal.

Akibat dari pemakaian fasilitas kerja yang tidak ergonomis akan


menyebabkan perasaan tidak nyaman, konsentrasi menurun, mengantuk dan
lain sebagainya. Adapun bila kondisi tersebut berlangsung lama dan secara
terus menerus akibat yang ditimbulkan akan lebih jauh akan dapat
menyebabkan gangguan penglihatan. Penerangan yang kurang akan
mempengaruhi ketajaman penglihatan dimana ketajaman akan menurun
karena kelelahan mata. Kondisi tersebut disebabkan karena mata
berakomodasi secara terus menerus sehingga mengakibatkan kelelahan pada
otot-otot mata. Dampak dari ketidak sesuaian antara kondisi penerangan
ruang kelas dengan sistem penglihatan pada siswa merupakan salah satu
kendala dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang memungkinkan tenaga


kerja dapat melihat objek-objek yang akan dikerjakan dan benda serta tempat
di sekitarnya. Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah
lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan. Pencahayaan berfokus
pada tingkat intensitas pencahayaan dengan menggunakan metode
pengukuran intensitas cahaya dalam penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan alat Lux Meter.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Pencahayaan adalah hal yang sangat diperlukan oleh manusia yang
berfungsi untuk mengenal obyek secara visual dimana organ tubuh yang
mempengaruhi penglihatan adalah mata, syaraf dan pusat syaraf penglihatan
di otak. Pencahayaan akan mempengaruhi Kemampuan mata untuk melihat
objek dengan jelas, cepat dan tanpa kesalahan. Menurut (Purwanti et al.,
2014) dalam (Tachyudin et al., 2017), pencahayaan yang kurang atau tidak
sesuai dengan standart yang berlaku akan menurunkan kualitas dari
pengelihatan dan yang paling sering terjadi adalah pada masalah okular.
Pencahayaan ruangan yang kurang memenuhi persyaratan dapat
memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu besar ataupun
kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh
mata. Pencahayaan yang kurang baik merupakan salah satu dari sekian
banyak faktor penyebab kelelahan pada mata (Savila, 2017).

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan orang


dapat melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-
upaya yang tidak perlu. Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektik.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang
untuk menunjang kenyamanan pengguna. Ruang dengan sistem pencahayaan
yang baik dapat mendukung aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Sistem
pencahayaan yang baik harus dapat memenuhi tiga kriteria utama, yaitu
kualitas, kuantitas, dan aturan pencahayaan.

Kurangnya dukungan pencahayaan dalam suatu ruang akan


mengakibatkan aktivitas dalam ruangan tersebut menjadi terganggu misalnya
ketika pencahayaan terlalu berlebihan akan berakibat menggangu
pengelihatan. Dengan demikian intensitas cahaya perlu diatur untuk

3
menghasilkan kesesuaian kebutuhan pengelihatan di dalam ruang berdasarkan
jenis aktivitas-aktivitasnya.Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana
lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan.

2.2 Jenis/Klasifikasi
1. Sumber cahaya alami adalah sumber cahaya yang tidak dibuat oleh
manusia atau sumber cahaya yang ada karena itu merupakan ciptaan
langsung dari Tuhan. Matahari adalah salah satu sumber cahaya alami..
Pencahayaan alami merupakan pemanfaatan terang langit sebagai
penerangan dalam ruang. Sehingga pencahayaan alami siang hari dapat
dikatakan baik apabila pada pukul 08.00 hingga 16.00 waktu setempat,
ruangan tidak gelap karena cahaya dapat masuk. Cahaya alami sangat
bagus jika masuk sekitar pukul 07.00 – 10.00 WIB, namun akan terasa
sangat silau dan panas pada siang hari. Pencahayaan alami dibutuhkan
karena manusia memerlukan kualitas cahaya alami. Fungsi pencahayaan
alami dapat meminimalisir penggunaan energi listrik.
Sebuah ruang dengan segala aktivitas didalamnya yang
membutuhkan pencahayaan, baik itu alami maupun buatan. pencahayaan
alami yang masuk ke dalam ruangan dipengaruhi oleh letak dan ukuran
jendela, serta arah lintasan matahari. Semakin besar bukaan pada jendela,
maka cahaya yang masuk akan semakin besar pula.
Beberapa strategi desain untuk pencahayaan alami, antara lain:
peningkatan keliling zona pencahayaan alami, penetrasi pencahayaan
alami diatas ruangan, penggunaan ide “bukaan efektif” untuk perkiraan
awal pada area kaca yang optimal, pemantulan pencahayaan alami dalam
ruang untuk meningkatkan kecerahan ruang, penghindaran sorotan
langsung cahaya alami didaerah tugas visual yang kritis, penggunaan
cahaya langsung secara hati – hati pada area dimana pekerjaan nonkritis
terjadi, dan penyaringan pencahayaan alami.
2. Pencahayaan buatan merupakan segala bentuk cahaya yang bersumber dari
suatu alat buatan manusia. sumber daya buatan,sumber daya yg dibuat
oleh manusia,tidak dengan secara alami,contohnya teknologi. Pencahayaan
yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan

4
buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
Pencahayaan buatan yang maksimal dipengaruhi oleh jenis lampu dan
kekuatan daya pancar (watt). Semakin besar daya yang digunakan, maka
lampu tersebut akan semakin terang. Fungsi ruang yang berbeda akan
membutuhkan tingkat iluminasi yang berbeda.
Pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya buatan manusia
yang dikenal dengan lampu atau luminer. Pada cuaca yang kurang baik
dan malam hari, pencahayaan buatan sangat dibutuhkan. Perkembangan
teknologi sumber cahaya buatan memberikan kualitas pencahayaan buatan
yang memenuhi kebutuhan manusia
Pencahayaan buatan harus dilihat dari sisi kualitas dan
kuantitasnya. Makna buatan bukanlah sekedar menyediakan lampu dan
terangnya, tetapi lebih-lebih adalah untuk membentuk suasana.
Pencahayaan bukan hanya masalah praktis namun juga estetika. Dari titik
pandang tersebut, memilih bentuk, jenis warna lampu dan peletakannya
dapat menjadi suatu pekerjaan yang mengandung unsur permainan yang
sangat menyenangkan. Dia tidak hanya memberikan terang untuk bekerja,
tetapi juga membantu membentuk agar suasana kerja menjadi nyaman dan
menyenangkan. Tidak sekadar menerangi ruangan,
sistem pencahayaan turut pula berperan dalam menciptakan karakter dan
suasana dari ruang-ruang yang ada pada hunian.
Pencahayaan buatan membutuhkan energi untuk diubah menjadi
terang cahaya. Segi efisiensi menjadi pertimbangan yang sangat penting
selain menjadikan pencahayaan buatan sesuai dengan kebutuhan manusia.
Pencahayaan buatan yang efisien mempunyai fokus kepada pemenuhan
pencahayaan pada bidang kerja. Satwiko menyatakan pentingnya
mengarahkan cahaya ke titik yang membutuhkan pencahayaan sebagai
prioritas.

5
2.3 Nilai Ambang Batas
Nilai ambang batas pencahayaan menurut PERMENAKER No. 5
Tahun 2018 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 1 Nilai Ambang Batas


N Keterangan Intensitas
o. (lux)
1. Penerangan darurat 5
2. Halaman dan jalan 20
3. Pekerjaan membedakan barang kasar 50
4. Pekerjaan membedakan barang-barang kecil 100
secara sepintas
5. Pekerjaan membedakan barang-barang kecil 200
yang agak teliti
6. Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada 300
barang barang kecil dan halus

7. Pekerjaan membedakan barang halus dengan 500 – 1000


kontras yang sedang

8. Pekerjaan membedakan barang halus dengan 1000


kontras yang kurang

2.4 Dampak Bagi Kesehatan


Pencahayan yang kurang dari standar dapat menyebabkan kelelahan
mata, sakit kepala, stres, dan kecelakaan kerja pada pekerja. Kelelahan mata
adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera
penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat
dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan kondisi
pandangan yang tidak nyaman. Kelelahan mata tersebut tentunya memiliki
tanda-tanda serta karakteristik antara lain mata berair, kelopak mata berwarna
merah, penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan
kekuatan konvergensi serta akomodasi menurun. (Rahmayanti and Artha,
2016).

6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 alat
a. Lux Meter

Gambar 3.1 1 Alat

3.1.2 Bahan
a. Kertas
b. Alat tulis

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Kalibrasi Alat


Cara kalibrasi pada lux meter dilakukan dengan dua cara, yaitu :

Hidupkan alat dengan menekan tombol power, selanjutnya


buka penutup pada sensor, dan lihat pada display ketika sensor
ditutup kembali dan pada display menunjukan hasil “0” maka
alat sudah terkalibrasi

Hidupkan alat dengan menekan tombol power dan tekan


tombol zero sampai muncul pada display tanda CAL atau
kalibrasi, setelah itu tekan kembali tombol zero sampai tulisan
CAL hilang, dan alat sudah terakalibrasi.
7
3.2.2 Cara Kerja

Gambar 3.2. 1 Kalibrasi Alat


Hidupkan luxmeter dengan menekan tombol
power on/off. Bawa alat ke tempat titik
pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan
setempat atau umum.

Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu


beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil

Lalu tekan hold untuk memberhentikan pengukuran

Catat hasil pengukuran pada lembar hasil


pencatatan untuk intensitas penerangan setempat.

Gambar 3.2. 2 Cara Kerja

8
3.2.3 Cara Mengganti Baterai

Lepaskan sekrup yang terdapat di belakang alat

Angkat penutup baterai untuk membuka tempat baterai

Masukkan baterai dengan sisi kutub yang benar

Tutup kembali dan pasang kembali sekrup

Gambar 3.2. 3 Cara Mengganti Baterai

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1. 1 Hasil Pengukuran

Pengukuran Rata-rata Hasil Nilai Ambang Keterangan


Pengukuran Batas (Lm/m²)
(Lm/m²)

Pencahayaan 56,93 300 Tidak Memenuhi


setempat

Pencahayaan Titik 1 = 115,3 300 Tidak Memenuhi


umum Titik 2 = 84,4

4.1.1 Hasil Pengukuran Pencahayaan Setempat

Gambar 4.1 1 Pengukuran 1

10
Gambar 4.1 2 Pengukuran 2

Gambar 4.1 3 Pengukuran 3


Nilai rata-rata pengukuran pencahayaan setempat :

pengukuran pencahayaan setempat ke 1+ ke 2+ke 3 63,9+ 64,1+ 42,8


¿ = =¿ 56,93
jumlah pengukuran 3
Lm/m²

4.1.2 Hasil Pengukuran Umum


1. Titik 1

11
Gambar 4.1 4 Hasil Pengukuran titik 1 (1)

Gambar 4.1 5 Hasil Pengukuran titik 1 (2)

Gambar 4.1 6 Hasil Pengukuran titik (3)

12
Nilai rata-rata pengukuran pencahayaan umum titik 1 :

pengukuran pencahayaan umum ke 1+ke 2+ ke 3 109,8+119,1+117,0


¿ = =¿115,3
jumlah pengukuran 3
Lm/m²

2. Titik 2

Gambar 4.1 7 Hasil Pengukuran Titik 2 (1)

Gambar 4.1 8 Hasil Pengukuran Titik 2 (2)

13
Gambar 4.1 9 Hasil Pengukuran Titik 2 (3)
Nilai rata-rata pengukuran pencahayaan umum titik 2 :

pengukuran pencahayaan umum ke 1+ke 2+ ke 3 83,4+ 88,6+81,3


¿ = =¿ 84,4
jumlah pengukuran 3
Lm/m²

4.2 Pembahasan
Pengukuran pencahayaan ini dilakukan di Laboratorium FKM UNSRI
dengan menggunakan alat Lux Meter. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
pada setiap titik dengan durasi waktu 10 detik. Sebelum melakukan
pengukuran terlebih dahulu menentukan titik horizontalnya. Didapatkan hasil
bahwa panjang ruangan laboratoriun yang diukur adalah 398 cm (3,98 m),
dan lebar ruangan laboratorium yang diukur adalah 213 cm (2,13 m).

3m

2m

Keterangan

: Merupakan titik potong pengukuran intensitas pencahayaan

14
Pengukuran pertama yang dilakukan adalah pengukuran setempat
dengan objek televisi dan didapatkan rata-rata hasil sebesar 56,93 Lm/m².
Nilai ambang batas untuk pencahayaan ruangan adalah 300 Lm/m² sehingga
dapat disimpulkan bahwa pencahayaan ini tidak memenuhi kriteria. Dan
untuk pengukuran kedua dilakukan di 2 titik berbeda. Pada titik pertama
didapatkan hasil rata-rata sebesar 115,3 Lm/m² dan pengukuran
pencahayaan pada titik kedua diperoleh hasil rata-rata sebesar 84,4 Lm/m².
pengukuran kedua ini juga tidak memenuhi kriteria nilai ambang batas yang
sudah ditetapkan.

Pencahayan yang kurang dari standar dapat menyebabkan kelelahan


mata, sakit kepala, stres, dan kecelakaan kerja pada pekerja. Kelelahan mata
adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera
penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat
dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan kondisi
pandangan yang tidak nyaman. Kelelahan mata tersebut tentunya memiliki
tanda-tanda serta karakteristik antara lain mata berair, kelopak mata berwarna
merah, penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan
kekuatan konvergensi serta akomodasi menurun.

Keadaan penglihatan sangat bergantung pada keberadaan cahaya.


Keberadaan cahaya/pencahayaan akan memberikan sebuah keadaan visual
tertentu. Sebuah keadaan visual yang baik akan memberikan efisiensi,
efektivitas, dan kenyamanan bagi manusia tersebut secara keseluruhan. Untuk
mencegah atau mengurangi potensi kerugian dari penerangan yang buruk,
maka penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan. Penerangan yang baik dan sesuai sangat penting untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas.

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi penerangan di tempat kerja


antara lain:

1. Ukuran ruangan ruangan yang luas akan lebih efisien dalam pemanfaatan
cahaya daripada ruang yang sempit.

15
2. Kontras perbedaan antara kecerahan benda yang kita lihat dengan
kecerahan di sekitarnya. Semakin besar kontras, semakin mudah kita
melihat atau mengenali benda tersebut. Di ruang dengan tingkat
penerangan rendah, kontras semakin berkurang pula.

3. Luminensi ( luminance ) intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan,


dan oleh satu unit bidang yang diterangi. Luminensi yang terlalu besar
akan menimbulkan kesilauan pada mata.

4. Ketajaman penglihatan kemampuan mata untuk membedakan bagian detail


dari objek permukaan yang halus. Ketajaman penglihatan akan meningkat
bersamaan dengan pemandangan luminensi antara objek dan lingkungan
sekitar. Ketajaman penglihatan akan lebih baik jika objek yang diamati
berwarna gelap dan latar belakang berwarna terang.

Berikut tindakan yang sebaiknya Anda lakukan untuk menciptakan


sistem penerangan yang baik di tempat kerja:

1. pencahayaan alami maupun buatan agar tidak menimbulkan kesilauan dan


memiliki intensitas yang sesuai dengan peruntukannya
2. Kontras sesuai kebutuhan, menghindari terjadinya kesilauan atau
bayangan
3. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar lebih baik untuk
tidak menggunakan lampu neon
4. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum
dan bola lampu harus sering dibersihkan
5. penggunaan cat yang mengkilat ( glossy paint ) pada mesin atau meja dan
tempat kerja
6. Menggunakan cahaya difusi (cahaya merata) untuk menyediakan atmosfer
pekerjaan terbaik
7. Memilih tipe dan daya lampu yang tepat untuk ruang atau area kerja.
Perihal tipe lampu, pilih tipe fluorescent untuk perkantoran dan tipe high
pressure sodium atau metal halide untuk industri/ pabrik. Gunakan lebih

16
banyak lampu dengan daya kecil, daripada menggunakan lebih sedikit
lampu dengan daya besar.
8. melakukan modifikasi berdasarkan sistem pencahayaan yang sudah ada
(bila diperlukan) seperti mengubah ketinggian lampu objek kerja,
mengubah posisi lampu, menambah atau mengurangi jumlah lampu,
mengganti jenis lampu, dll.
9. mengubah pekerjaan (bila diperlukan) seperti mengubah posisi kerja untuk
menghindari bayangan, kesilauan, dan membuat pekerjaan lebih dekat
dengan mata sehingga objek terlihat jelas, dll.

17
BAB V
KESIMPULAN
a. Pencahayaan adalah hal yang sangat diperlukan oleh manusia yang
berfungsi untuk mengenal obyek secara visual dimana organ tubuh
yang mempengaruhi penglihatan adalah mata, syaraf dan pusat
syaraf penglihatan di otak.
b. Alat untuk mengukur pencahayaan adalah Lux Meter
c. Diperoleh hasil rata-rata pengukuran pencahayaan setempat
dengan objek televisi sebesar 56,93 Lm/m² dan hasil pengukuran
umum pada titik pertama diperoleh hasil rata-rata sebesar 115,3
Lm/m² dan 84,4 Lm/m² pada titik kedua.
d. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pencahayaan di
laboratorium FKM UNSRI tidak memenuhi kriteria.

18
DAFTAR PUSTAKA
Erniwati Ibrahim, Syamsuar Manyullei, S. (2019) ‘Kajian Illuminati pada
Laboratorium Teknik Grafika Polimedia Jakarta terhadap Standar
Kesehatan Kerja Industri (K3)’, Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1(2), pp.
1–16. Available at: https://scholar.google.co.id/scholar.

Fleta, A. (2021) ‘Analisis pencahayaan alami dan buatan pada ruang kantor
terhadap kenyamanan visual pengguna’, Jurnal patra, 3(1), pp. 33–42.

Rahmayanti, D. and Artha, A. (2016) ‘Analisis Bahaya Fisik: Hubungan Tingkat


Pencahayaan dan Keluhan Mata Pekerja pada Area Perkantoran Health,
Safety, and Environmental (HSE) PT. Pertamina RU VI Balongan’, Jurnal
Optimasi Sistem Industri, 14(1), p. 71. doi: 10.25077/josi.v14.n1.p71-
98.2015.

Rohadi, R. and Yulianti, I. (2017) ‘Uji Efektifitas Pencahayaan Ruang Kuliah


Menggunakan Software Calculux Indoor 4.12’, Unnes Physics Journal,
6(1), pp. 50–53.

Widiyantoro, H., Mulyadi, E. and Vidiyanti, C. (2017) ‘Analisis Pencahayaan


Terhadap Kenyamanan Visual Pada Pengguna Kantor (Studi Kasus:Kantor
PT Sandimas Intimitra Divisi Marketing di Bekasi)’, Jurnal Arsitektur,
Bangunan & Lingkungan, 6(2), pp. 65–70.

19

Anda mungkin juga menyukai