KERJA (K3)
Disusun Oleh:
Putri Amaliah
(S022020048)
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pengukuran Pencahayaan Dalam Keselamatan
Kerja (K3).
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kepada dosen yaitu bapak IR. AHSAN, M.
uacapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu saya
menyelesaikan makalah ini.
penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritikan yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
2
DAFTAR ISI
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Lechner (346), cahaya adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang sensitif
bagi penglihatan manusia. Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang
mempunyai panjang antara 380 hingga 700 nm, dengan urutan warna: (ungu-ultra), ungu, nila,
biru, hijau, kuning, jingga, merah (merah-infra). Ungu-ultra dan merah-infra hanya dapat terlihat
dengan bantuan alat optik khusus (Satwiko 82). Ungu-ultra (290-380 nm) berdaya kimia,
sedangkan merah-infra (700-2300 nm) berdaya panas. Kecepatan cahaya adalah 3x108 m/detik.
Sinar adalah berkas cahaya yang mengarah ke suatu tujuan (Satwiko 82). Cahaya dipancarkan
dalam jumlah yang sama ke semua arah. Walaupun demikian, sebaran cahaya memiliki sudut
pancar yang lebih luas daripada sudut pancar dari sumbernya. Sementara itu, intensitas cahaya
pada suatu jarak tertentu lebih kecil daripada intensitas cahaya pada sumbernya. Tujuan dari
pencahayaan yaitu memenuhi kebutuhan praktis, kebutuhan akan penglihatan, membantu
penampilan, membuat menarik, menciptakan kenyamanan, menjaga keselamatan, hemat, cahaya
sebagai unsur dekorasi, menciptakan suasana, special effect (Indrani).
Adapun terang pencahayaan suatu ruang dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: 1.
Kondisi ruang, meliputi finishing permukaan ruang, warna dinding dan plafon, pantulan
permukaaan dalam ruang, kualitas udara dalam ruang, permukaan benda-benda dalam ruang. 2.
Luminaire (alat pencahayaan), meliputi jenis lampu, jenis armatur, sifat-sifat cahaya lampu, kuat
penerangan, arah sinar, arah distribusi cahaya, letak lampu, pemilihan bentuk dan dudukan lampu,
teknik penempatan (Indrani).
Berkaitan dengan fungsi distribusi cahaya, arah tata cahaya lampu bisa digunakan sendiri
atau digabung, tergantung pada bentuk dan fungsi ruangan. 14 Universitas Kristen Petra 1.
Pencahayaan Umum (General Lighting) Berfungsi untuk penerangan secara umum dan merata
dalam ruangan. Misalnya penerangan untuk ruang kerja kantor dan ruang kelas (Frick, Ardiyanto
dan Darmawan 28). 2. Pencahayaan Setempat (Local Lighting) Pencahayaan yang diarahkan untu
menerangi suatu tempat atau objek, khususnya pada lokasi konsentrasi kerja seperti penerangan
untuk menjahit, dapur, menggambar, atau belajar. 3. Pencahayaan Menyebar (Diffused Lighting)
Pencahayaan menyebar adalah pencahayaan yang sinarnya langsung dari sumbernya terlebih
dahulu melalui suatu bahan atau material yang akan menyebarkan sinar tersebut dalam area lebih
besar dari sumbernya sendiri. Pencahayaan ini biasanya digunakan pada ruang pertemuan, koridor,
dsb. 4. Pencahayaan Khusus (Accent Lighting) Pencahayaan khusus berfungsi untuk memberikan
aksen pada ruangan untuk kepentingan estetis pada interior suatu ruangan. Misalnya penempatan
lampu untuk menonjolkan detail keunikan elemen interior, seperti pada dinding atau pada kolom
untuk memperindah ruang. Selain itu juga untuk memberi fokus khusus pada suatu objek, misalnya
6
vas bunga kristal yang diberi tata lampu aksentuasi dari belakang. 5. Pencahayaan Lampu Tugas
(Task Lighting) Pencahayaan yang diarahkan untuk aktivitas tertentu seperti membaca, menjahit,
menyulam atau memasak. Posisi lampu harus ditentukan dengan hati-hati agar tidak menciptakan
bayangan. Contoh: lampu meja, lampu tempel, lampu neon-neon kecil. 6. Pencahayaan Lampu
Informasi (Information Lighting) Dirancang untuk keamanan dan kenyamanan, tata lampu ini
menerangi daerah-daerah seperti tangga, pintu utama atau pintu garasi. Di sini kualitas cahaya
tidak dipentingkan, namun yang lebih dipentingkan adalah kuat penerangannya. Tata lampu ini
dikenal pula dengan sebutan tata lampu fungsional. Contoh sumber cahaya tata lampu informasi:
lampu sorot, HID anti air, uplighter sudut (Indrani).
2.2 Jenis Pencahayaan
Menurut Standar pencahyaan buatan Dep. PU (1981) Pada umumnyaterdapat dua jenis
pencahayaan, yaitu pencahayaan umum dan pencahayaan setempat.
Pengukur cahaya atau lightmeter adalah sebuah alat untuk mengukur intensitas cahaya.
Dalam fotografi, pengukur cahaya digunakan untuk menentukan pembukaan. Diberikankecepatan
film dan kecepatan rana, alat ini akan menunjukkan f-stop yang akan memberikansebuah
pembukaan yang netral. Dikenal beberapa teknik yang digunakan oleh lightmeter, yaitu
• Spot Metering
• Avarage Metering
• Center-weighted Metering
• Matrix Metering
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam
yakni:
1. Sistem Pencahayaan merata pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata
diseluruhruangan.Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunak
an untuk melakukan tugas visualkhusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan
secara teratur di seluruh langi-langit.
7
2. Sistem Pencahayaan Terarah pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan
dari salah satu arah tertentu.Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu
objek karena akan tampak lebih jelas.Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang
menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumbercahaya sekunder untuk ruangan
sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem inidapat juga
digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek
menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.
3. Sistem Pencahyaan Setempat. Pencahayaan setempat diperoleh dengan memasang
sumber pencahayaan di langit-langityang spektrum cahaya terlokalisir (localized
lighting) atau dengan memasang sumbercahaya langsung ditempat kerja (local
lighting). Sedangkan untuk mendapatkan pencahayaanyang sesuai dalam suatu ruang,
maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengankebutuhannya.
8
bersih dan steril, suasana yang terbentuk menjadi kurang hangat, formal dan monoton,
konsentrasi tetap stabil (Istiawan dan Kencana 22).
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untukmelaksanakan kegiatan secara efektif. Nilai Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh
KepMenkesRI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux.Penerangan yang buruk di
lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :a. Kelelahan dan ketidaknyamanan
pada mata yang akan mengakibatkan kurangnya dayaefesiensi kerja. b. Kelelahan mental yang
akan berpengaruh pada kelelahan fisik.c. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar
mata.d. Kerusakan alat penglihatan (mata).
10
DAFTAR PUSTAKA
jiunkpe-is-s1-2013-41409037-27031-interior_retail-chapter2.pdf (petra.ac.id)
11