Dosen Pengampu :
Meriana Wahyu Nugroho, S.T., MT.
Disusun Oleh :
Aziz Faqrozi (1794094027)
Tantowi Zohri (1794094017)
Bismillahirrrohmaanirrohiim
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq, rahmat, serta
ridho-Nya kepada kita semua, sehingga makalah kami dapat terselesaikan dengan judul “PENCAHAYAAN
BUATAN“. Makalah ini ditujukan untuk pembaca agar lebih memahami tentang pengertian pencahayaan
buatan, pemasangan lampu, pertimbangan design bangunan untuk menghemat energy lampu, menghitung
kebutuhan penerangan,dan lain-lain.
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Meriana Wahyu Nugroho, S.T.,MT. selaku
dosen Fisika Bangunan yang telah membimbing kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini dijelaskan tentang pengertian pencahayaan buatan, pemasangan Lampu,
pertimbangan design bangunan untuk menghemat energy lampu, menghitung kebutuhan pencahayaa ruangan.
Makalah ini juga ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok. Kami hanya manusia biasa tempat dimana ada
kesalahan-kesalahan, maka kami mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah
yang kami buat ini. Semoga makalah kami ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Untuk tercapainya
kesempurnaan makalah ini, kami mohon kritik dan saran dari teman-teman yang membacanya.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cahaya merupakan kebutuhan masyarakat banyak di setiap aktifitas yang dilakukan sehari-hari, contoh
saja ruangan yang digunakan dalam perkuliahan, membutuhkan cahaya yang cukup untuk membantu proses
aktifitas kampus. Peletakan posisi yang kurang tepat dapat menyebabkan ketidak setabilan terhadap
penglihatan dan dapat menimbulkan ketidak nyamanan terhadap penggunaan ruagan tersebut
Pencahayaan buatan padaa saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam melancarkan
semua jenis kegiatan tatkala sinar matahari tidak muncul. Namun pada zaman modern ini penggunaan energy
listrik yang semakin meluar mengakibatkan kekurangan energy yang tersedia di alam namun butuh proses
yang cukup panjang untuk menciptakan energi listrik berkekuatan cukup tinggi. Dari gagasan tersebut
dampak lain dari berkurangnya sumber energy listrik yang mempengaruhi kenyamanan pengguna rumah
ataupun ruangangan-ruangan seperti ruang kantor,ruangan studio music dan lain-lain. Dengan berkurangnya
energy listri berpengaruh terhadap penggunaan tiktik lampu yang sesuai dengan standart kenyamanan.
Penanggulangan pemakaian energy listrik dizamaan saat ini, lebih cenderung ke penghematan pemakaian,
seperti pemakaian lampu, dan alat-alat elektronik lainnya.
Selain dengan mengurangi penggunaan bahan elektronik untuk mengatasi masalah tersebut, untuk
menciptakan kenyamanan dan kehematan energi, perancangan suatu bangaunan juga mempengaruhi
kenyamanan,keamanan dan penghematan energy yang digunakan. Untuk mencapai prosedur-prosedur yang
baik bagi terhadap penggunaan pencahayaan buatan harus melalui tahap-tahap yang sesuai dengan standart
yang berlaku saat ini.
Penggunaan lampu yang yang tepat juga merupakan salah satu aspek yang penting dalam
pencahayaan buatan dikarenakan pada saat ini lampu-lampu berbagai macam jenis dan tipe tersedia luas di
pasaran, penggunaan lampu yang sesuai akan memberikan efek kenyamanan dan penghematan penggunaan
energy.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sisitem penerangan pencahayaan buatan dalam ruangan …?
2. Bagaimana standart yang tepat untuk penggunaan cahaya buatan Terhadap Ruangan ?
3. Bagaimana upaya penghematan pemakaian energi listrik terhadap pencahayaan buatan?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, kami memiliki tujuan pembahasan sebagai berikut :
1. Mengetahui system penerangan pencahayaan dalam ruangan
1
2. Mengetahui standart yang tepat untuk penggunaan cahaya buatan dalam Ruangan
3. Mengetahui upaya penghematan penggunaan energy listri pada penggunaan pencahayaaan buatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Penunjang
ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN
Ruang ICU merupakan ruang rawat inap intensif yang digunakan oleh pasien yang
membutuhkan pengawasan secara intens. Menurut British Standard EN-12464-1, untuk
pemeriksa-an sederhana, diperlukan kuat pencahayaan rata-rata sebesar 300 lux, indeks
kesilauan maksimal 19 dan keseragaman sebesar 0,6. Sistem pencahayaan yang ada saat ini
menghasilkan kuat pencahayaan rata-rata sebesar 280 lux, indeks kesilauan 14 dan keseragaman
0,6. Dari hasil tersebut perlu dilakukan perancangan desain sistem pencahayaan buatan.
Walaupun indeks kesilauan telah memenuhi standar, namun tetap terdapat keluhan dari pasien
terhadap silau. Simulasi desain sistem pencahayaan buatan dilakukan dengan variasi luminer dan
peletakan luminer yang digunakan. Desain sistem pencahayaan terbaik didapat dengan
menggunakan 1 buah luminer pada atap, dan 1 buah luminer pada dinding, yang menghasilkan
kuat pencahayaan rata-rata sebesar 318, keseragaman 0,6 dan glare index sebesar 9,9.
Sistem pencahayaan buatan digunakan sebagai pengganti pencahayaan alami dari matahari
berfungsi untuk mendukung segala aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan. Peranca-ngan
sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk membe-rikan penerangan terhadap benda-benda
yang merupakan obyek kerja, peralatan, proses produksi, maupun lingkungan kerja. Kualitas
penerangan yang tidak memadahi dapat berkaibat buruk pada fungsi penglihatan hingga pada
aspek psikologis berupa rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan, bahkan kecelakaan kerja.
3
Kualitas pencahayaan dalam ruangan dapat diketahui dengan menghitung kuat pencahayaan
rata-rata, tingkat kesilauan dan mengetahui U0. Kuat pencahayaan rata-rata minimum yang harus
dihasilkan oleh sistem pencahayaan buatan adalah sebesar 300 lux. Sedangkan indeks kesilauan
maksimal yang diperbolehkan adalah sebesar 19.[2] U0 adalah keseragaman (uniformity) distribusi
kuat pencahayaan. Keseragaman dapat diketahui dengan membandingkan nilai iluminansi terkecil
dengan iluminansi rata-rata. Untuk ruangan dengan aktivitas seragam, keseragaman minimum
yang harus dicapai adalah 0,6
Sistem pencahayaan pada instalasi rawat intensif harus sesuai untuk berbagai aktivitas kerja
yang dilakukan untuk menangani pasien. Kuat pencahayaan dalam ruangn tersebut juga dituntut
untuk dapat berubah dengan cepat sesuai dengan kebutuhan ketika terjadi keadaan darurat.
Terdapat keluhan dari pasien berupa pencahayaan yang terlalu kuat dan menyilaukan, sehingga
kurang nyaman ketika sedang dalam keadaan beristirahat..
A. METODOLOGI PENELITIAN
Berikut ini merupakan langkah-langkah pengambilan data di ruang ICU.
Mengukur dimensi ruang ICU (panjang, lebar, tinggi) dan menhitung luasnya. Dimensi ruang ICU
adalah sebagai berikut:
Pada ruang ICU hanya terdapat satu buah bed dan sebuah sumber cahaya buatan dengan
tinggi 2,05 meter dari bidang kerja. Terdapat tirai berwarrna krem sebagai pembatas antar
ruang pasien satu dengan yang lainnya. Di belakang ruang terdapat jendela kaca dengan
dimensi 108x210 cm.
1. Menentukan tinggi bidang kerja (work plane). Bidang kerja setinggi 65 cm,
didasarkan pada tinggi tempat tidur pasien sebagai penghuni tetap ruangan.
2. Menentukan titik ukur dengan spidol.
3. Mengukur kuat pencahayaan masing-masing titik sebanyak tiga kali dengan lux
meter. Lux meter dihadapkan tegak lurus terhadap bidang kerja
4. Mencatat kuat pencahayaan di masing-masing titik pengukuran.
5. Mengukur reflektansi tirai, dinding, dan lantai dengan lux meter. Pengukuran
dilakukan dengan mengukur kuat pencahayaan sumber yang jatuh pada
permukaan dinding, tirai dan lantai, dan mengukur kuat pencahayaan yang
dipantulkan oleh dinding, tirai dan lantai (luminansi). Luminansi diukur dengan
meletakkan lux meter dengan jarak 2 inch dari permukaan diukur. Angka
4
reflektansi masing-masing permukaan dapat dikethui dengan membagi luminansi
permukaan dengan kuat pencahayaan pada permukaan yang sama.[10
6. Mengulang langkah 1-6 pada ruang yang sama dengan kondisi tirai terbuka.
Mengulang langkah 1-6 pada ruang yang berbeda dengan kondisi tirai tertutup.
7. Menghitung kuat pencahayaan rata-rata.
5
Kuat pencahayaan rata-rata yang dihasilkan mencapai 327 lux pada bidang kerja dan
nilai keseragaman sebesar 0,5
6
dengan jari-jari 1 m, maka arus cahaya yang datang pada 1 ㎡ permukaan dalam kulit
bola tersebut adalah satu lunen.
2. Cahaya buatan (artificial ligh) adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang
diciptakan oleh manusia, seperti lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah, dan obor. Cahaya
buatan sering secara langsung diartikan atau diasosiasikan dengan cahaya lampu.
3. Kontras (contrast) adalah perbedaan antara luminan (kecerahan, brightness) benda yang
kita lihat dan luminan permukaan disekitarnya. Semakin besar kontras, semakin mudah
kita melihat atau mengenali benda tadi.
7
Gambar 2.2 pancahayaan tak langsung
Berdasarkana cakupannaya dikenal Pencahayaan umum (general lighting), yaitu
pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan untuk memberikan terang
merata, walau mungkin minimal, agara tidak terlalu gelap.
Pencahayaan kerja(task lighting), adalah pencahayaan fungsional untuk kerja visual
tertentu, biasanya disesuaikan dengan setandar kebutuhan penerangan bagi suatau jenis kerja.
Pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke objek tertentu untuk memperkuat
penampilannya.
Istilah-istilah lampu
1. Lampu penyinar atas (up-lighter), yaitu lampu yang menyorot keatas.
2. Lampu penyinar bawah (down-lighter), lampu yang menyorot kebawah
3. Lampu penyorot sempit (spot light), lampu dengan sudut sinar <30°
4. Lampu penyorot lebar (flood light), lampu dengan sudut sinar >30°
5. Lampu penyiram dinding (wall-wash light), lampu untuk menyirambidang vertical
dengan cahaya.
Jenis-jenis lampu
a. Lampu pijar (incandescent), cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (titik
lebur >2200°∁ ), yang berpijar karena panas. Maka disebut lampu tungsten. Efikasi
lampu ini rendah, hanya 8-10% energy menjadi cahaya. Sisanya terbuang sebagai
panas. Untuk memperbaiki efikasinya, lampu tungsten diisi gas halogen (antara lain
iodine, cholorine, bromine dan fluorine), dan disebut lampu tungsten –halogen.
Efikasinya mencapai 17,5 lm/watt.
b. Lampu fluorescent: cahaya dihasilkan oleh peredaran bubuk fosfor yang melapisi
bagian dalam tabung lampu. Fosfor tersebut erpendar karena menyerap gelombang
pendek cahaya ungu-ultra sebagai akibat lecutan listrik (terbentuk oleh loncata
loncatan electron antar katode di dalam tabung yang berisi uap merkuri bertekanan
8
rendah dan argon).Ramuan bubuk menentukan cahaya yang dihasilkan. Lebih dari 25%
energy dijadikan cahaya. Efikasinya antara 40-85 lm/watt. Pada serratus jam
pertama,terjai penyusutan besarpada intensitas cahaya (lumen). Efikasi (lumen per
watt)lampu fluorescent 2-3 kali lebih baik dari lampu pijar.
c. Lampu HID (High-Intensity Discharge lamps); cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik
melalui uap zat logam. Lampu merkuri menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam
tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40-60
lm/watt. Dibutuhkan waktu 3-8 menit untuk menguapkan merkuri sebelum
menghasilkan cahaya maksimal. Perlu selang 5-10 menit sebelum dihidupkan kembali.
Untuk memperbaiki efikasi dan warna, pada tabung lecutan listrik ditambahkan halide
logam (seperti thallium, indium, dan sodium), maka disebut lampu metal halide.
Walau efikasi bisa mencapai 70 lm/watt, umumnya berkurang hingga separuh.
Perkembangan selanjutnya dari lampu HID adalah lampu uap sodium bertekanan
tinggi (High pressure sodium vapor lamp). Salah satunya adalah dengan membuat
tabung lecutan dari keramik yang berisi xenon, merkuri dan sodium.
9
2.4 Kualitas Pencahayaan Buatan
Brightness
Distribution
Shadows (bayang-
bayang)
Background
1.Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam setiap daerah penglihatan. Suatu rasio
kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan yang detil, variasi yang berlebihan dari luminansi
dapat mengakibatkan timbulnya masalah.
Mata menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga menyebabkan mata menjadi sulit
untuk memeriksa dengan cermat objek-objek yang lebih gelap didalam suatu daerah yang terang.
Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3
sampai 1. Untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata seharusnya
sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakangnya.
Cahaya yang silau terjadi ketika cahaya yang berlebihan mengenai mata. Cahaya yang silau
dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
10
Cahaya ini mengganggu, tapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap
penglihatan, tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat
menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
Cahaya ini apabila terkena mata secara berkala mampu mengganggu penglihatan dengan
adanya penghamburan cahaya yang ada didalam lensa mata. Orang lanjut usia kurang bisa untuk
menerima cahaya seperti ini.
3.Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang tajam (sharp shadows ) adalah akibat dari sumber cahaya buatan
(artificial) yang kecil atau dari cahaya yang berasal dari cahaya matahari langsung. Kedua sumber
mampu mengakibatkan rasio terang yang berlebihan pada jangkauan penglihatan, detil penting
yang tidak terlalu jelas.
4.Background
Latar belakang sampai kedaerah kerja utama, setidaknya harus dibuat sesederhana
mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang memiliki beberapa perpindahan
sedapat mungkin dihindari, dengan menggunakan sekat.
11
2.5 Pemakain Energi Listrik Terhadap Pencahayaan Buatan
Standart yang tepat untuk pencahayaan buatan adalah berdasarkan SNI tahun 2001
Standar yang tepat yaitu mencapai 300 LUX.
Tabel 2.2 SNI 03-6575-2001
tingat kelompok
fungsi ruangan pencahyaan renderasi keterangan
LUX warna
rumah tinggal:
teras 60 1 atau 2
ruang tamu 120-250 1 atau 2
ruang makan 120-250 1 atau 2
ruang kerja 120-250 1
kamar tidur 120-250 1 atau 2
kamar mandi 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4
perkantoran:
ruang direktur 350 1 atau 2
ruang kerja 350 1 atau 2
12
sistem pencahayaan harus dirancang untuk
menciptakan suasana yang sesuai.sistem
ballrom/ruang sidang
pengendalian"switcing"dan"dimming"dapat igunakan
untuk memperoleh bebagai efek pencahayaan
200 1
ruang makan 250 1
cafetaria 250 1
500 1
toko kue dan makanan 250 1
toko buku dan alat tulis 300 1
toko perhiasan,arloji 500 1
toko barang kulit dan
sepatu 500 1
toko pakaian 500 1
13
pekerjaan sedang 200-500 1 atau 2
pekerjaan halus 500-1000 1
pekerjaan amat halus 1000-2000 1
pemeriksaan warna 750 1
rumah ibadah:
untuk tempat tempat yang membutuh kantingat
pencahayaanyang lebih tinggi dapat di gunakan
Masjid 200 1 atau 2 pencahayaan setempat
Gereja 200 1 atau 2 Idem
Vihara 200 1 atau 2 Idem
14
Flowchart pencahayaan buatan dalam pencahayaan ruangan kantor
Mulai
1.dimensi ruang
2.jenis dan lumen
lampu
3.jumlah lampu
yang di pakai
Faktor
prncahayaan
berdasarkan
HGDWHJ.png
SNI:250 LUX
KESIMPULAN
15
Aspek perancangan
Fungsi
ruangan
Hitung:
Periksa jumlah
LUX
16
Tabel 2.3 Daya Listrik Maksimum Untuk pencahayaan yang Diijikan
KONTRAS
LUMINAN
METODE TITIK
(a) Kontras
C = (Lt-Ls)/Ls
Lt = lumina pada objek bersangkutan, cd/𝑚2
17
Ls = luminan permukaan sekitar objek bersangkutan , cd/𝑚2
Atau rumus bilangan pantul permukaan
C = (ρt – ρs)/ρs
Contoh soal:
sebuah buku bacaan terbuka di atas meja yang diterangi lampu. Jika
diketahui luminan di buku 500 cd/𝑚2 dan di meja 200 cd/𝑚2 berapakah kontras
yang terjadi..?
Jawab: akan digunakan rmus
C = (Lt-Ls)/Ls
Luminan di buku, Lt = 500 cd/𝑚2
Luminan di meja, Ls = 200 cd/𝑚2
Jadi kontras C = (Lt-Ls)/Ls
= (500-200)/200
= 1,5
2. Luminan (kecerahan atau Brightness)
a) Luminan permukaan tak transparan
L = E.ρ cd/𝒎𝟐
Dengan L = luminan, cd/𝒎𝟐
E = iluminan, lumen/𝒎𝟐
𝜌 = reflektan permukaan, %
Contoh soal
Sebuah meja kayu mempunyai reflektan 30 % (0,3). Bila di atas meja
tersebut ada lampu yang memberikan iluminan (penerangan) di atas meja
sebesar 500 lux. Berapakah luminan permukaan meja tersebu…?
Jawab
Akan digunakan rumus L = E. 𝜌.
Iluminasi di permukaan meja E = 500 lumen /𝑚2
Reflektan permukaan, 𝜌 = 0,3
Jadi luminan permukaan meja :
L = E. 𝜌.
= (500)(0,3)
18
= 150 cd/𝑚2
b) Luminan permukaan transparan
L = E.τ cd/𝒎𝟐
Contoh soal :
Kaca susu diterangi oleh lampu yang memberikan iluminasi 600 lux.
Berapakah luminan di balik kaca bila transmitan kaca 70%
Jawab :
L = E.τ cd/𝑚2
= (600)(0,7)
= 420 cd/𝑚2
3. Metode Titik (poin to point method)
a. Menghitung iluminasi di satu titik oleh satu lampu
E = I/𝒅𝟐 cos β lux
Dengan E = iluminasi, lux (lm/𝑚2 )
I = arus cahaya dari sumber cahaya kea rah titik yang disinari, lm.
D = jarak dari lampu ke titik di bidang yang disinari, m
Β = sudut datang sinar
4. Rumus untuk berbagai bentuk ruangan
a. Ruangan empat persegi panjang
Cavity ratio = 2,5 h (perimeter)/(area)
b. Ruangan berbentuk denah L
Cavity ratio = 5h (W+L)/(WL)
c. Ruangan berdenah segitiga
Cavity ratio = 5h(W+L)/(WL-XY)
d. Ruangan berbentuk lingkaran
Cavity ratio = 2,5h (A+B+C)/(0,5BC)
e. Ruangan berdenah segi enam
Cavity ratio = 5h/r
Contoh soal
Menentukan daya listrik pada ruanga kantor
19
Ruang kantor berukuran 20×10×3m direncanakan memakai TL philip yang tiap TL
36 watt ,jumlah lumen= 2500, CU= 60%, LLF 0,8 dengan penerangan E = 300 lux. Hitung
jumlah titik lampu dan daya listrik yang dibutuhkan!
E. A
N =
.UF .CU .n
300.200
=
2500.0,8.0,6.4
= 12,5
= 13 titik
2 N.W
Jumlah w / m =
A
13.144
=
200
=9,36
Jadi hasil penghitungan di atas menunjukkan bahwa pencahayaan pada
ruangan tersebut tidak nyaman karena kurang dari standar kenyamanan untuk
suatu ruangan.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut :
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami, secara umum cahaya tersebut berasal dari hasil karya manusia berupa lampu
yang yang berfungsi menyinari ruangan sebagai pengganti jika sinar matahari tidak ada.
Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan mengganggu aktivitas keseharian kita, misalnya
ditempat kita bekerja. Bahkan, ada kalanya dengan cahaya buatan yang baik akan
mempertinggi aktivitas kita dalam bekerja jika dibandingkan pada saat beraktivitas pada
cahaya siang hari (alamiah). Ada beberapa penggunaan istilah-istilah lampu dalam
pencahayaan buatan antara lain lampu, lampu penyinar atap, lampu penyinar bawah, lampu
penyinar sempit, lampu penyinar lebar, lampu penyinar dinding.
Untuk penggunaan pencahayaan buatan sesuai dengan penghitungan yautu:
1) Menghitung kontras
Rumus C = (Lt-Ls)/Ls
2) Menghitung luminan
a. Luminan permukaan tak transparan
L = E.ρ cd/𝒎𝟐
b. Luminan permukaan transparan
L = E.τ cd/𝒎𝟐
3) Menghitung metode titik poin
Menghitung iluminasi di satu titik oleh satu lampu
E = I/𝒅𝟐 cos β lux
B. Saran
Sebaiknya dalam penggunaan lampu pada penerangan suatu ruangan harus
mengetahui SNI sesuai dengan ruangan yang akan di terangi sebab itu akan mempengaruhi
rasa nyaman bagi penghuni ruangan tersebut. Selanjutnya dalam pencahayaan buatan sebainya
memperhatikan luas desain suatu ruangan karena hal itu akan mempengaruhi pemakaian daya
listrik karena semakin luas suatu ruangan semakin banyak menggunakan lampu hal itulah
yang akan menyebabkan penggunaan daya listrik yang lebih besar.
21
DAFTAR PUSTAKA
Satwiko, Prasasto, 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi offset.
Jurnal teknik pomits vol. 1, no. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8)
National Electric Code
Iluminating Engineering Society (IES)
International Electrotechnical Commission (IEC)
Australian Standard
SNI 03-6575-2001
22