Anda di halaman 1dari 25

PENCAHAYAAN BUATAN

Di ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Bangunan

Dosen Pengampu :
Meriana Wahyu Nugroho, S.T., MT.

Disusun Oleh :
Aziz Faqrozi (1794094027)
Tantowi Zohri (1794094017)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrrohmaanirrohiim

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq, rahmat, serta
ridho-Nya kepada kita semua, sehingga makalah kami dapat terselesaikan dengan judul “PENCAHAYAAN
BUATAN“. Makalah ini ditujukan untuk pembaca agar lebih memahami tentang pengertian pencahayaan
buatan, pemasangan lampu, pertimbangan design bangunan untuk menghemat energy lampu, menghitung
kebutuhan penerangan,dan lain-lain.

Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Meriana Wahyu Nugroho, S.T.,MT. selaku
dosen Fisika Bangunan yang telah membimbing kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini dijelaskan tentang pengertian pencahayaan buatan, pemasangan Lampu,
pertimbangan design bangunan untuk menghemat energy lampu, menghitung kebutuhan pencahayaa ruangan.
Makalah ini juga ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok. Kami hanya manusia biasa tempat dimana ada
kesalahan-kesalahan, maka kami mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah
yang kami buat ini. Semoga makalah kami ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Untuk tercapainya
kesempurnaan makalah ini, kami mohon kritik dan saran dari teman-teman yang membacanya.

JOMBANG, 20 SEPTEMBER 2017

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................................................... 1

BAB II TEORI PENUNJANG ............................................................................................................ 2


BAB III PEMBAHASAN
A. .................................................................................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cahaya merupakan kebutuhan masyarakat banyak di setiap aktifitas yang dilakukan sehari-hari, contoh
saja ruangan yang digunakan dalam perkuliahan, membutuhkan cahaya yang cukup untuk membantu proses
aktifitas kampus. Peletakan posisi yang kurang tepat dapat menyebabkan ketidak setabilan terhadap
penglihatan dan dapat menimbulkan ketidak nyamanan terhadap penggunaan ruagan tersebut
Pencahayaan buatan padaa saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam melancarkan
semua jenis kegiatan tatkala sinar matahari tidak muncul. Namun pada zaman modern ini penggunaan energy
listrik yang semakin meluar mengakibatkan kekurangan energy yang tersedia di alam namun butuh proses
yang cukup panjang untuk menciptakan energi listrik berkekuatan cukup tinggi. Dari gagasan tersebut
dampak lain dari berkurangnya sumber energy listrik yang mempengaruhi kenyamanan pengguna rumah
ataupun ruangangan-ruangan seperti ruang kantor,ruangan studio music dan lain-lain. Dengan berkurangnya
energy listri berpengaruh terhadap penggunaan tiktik lampu yang sesuai dengan standart kenyamanan.
Penanggulangan pemakaian energy listrik dizamaan saat ini, lebih cenderung ke penghematan pemakaian,
seperti pemakaian lampu, dan alat-alat elektronik lainnya.
Selain dengan mengurangi penggunaan bahan elektronik untuk mengatasi masalah tersebut, untuk
menciptakan kenyamanan dan kehematan energi, perancangan suatu bangaunan juga mempengaruhi
kenyamanan,keamanan dan penghematan energy yang digunakan. Untuk mencapai prosedur-prosedur yang
baik bagi terhadap penggunaan pencahayaan buatan harus melalui tahap-tahap yang sesuai dengan standart
yang berlaku saat ini.
Penggunaan lampu yang yang tepat juga merupakan salah satu aspek yang penting dalam
pencahayaan buatan dikarenakan pada saat ini lampu-lampu berbagai macam jenis dan tipe tersedia luas di
pasaran, penggunaan lampu yang sesuai akan memberikan efek kenyamanan dan penghematan penggunaan
energy.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sisitem penerangan pencahayaan buatan dalam ruangan …?
2. Bagaimana standart yang tepat untuk penggunaan cahaya buatan Terhadap Ruangan ?
3. Bagaimana upaya penghematan pemakaian energi listrik terhadap pencahayaan buatan?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, kami memiliki tujuan pembahasan sebagai berikut :
1. Mengetahui system penerangan pencahayaan dalam ruangan

1
2. Mengetahui standart yang tepat untuk penggunaan cahaya buatan dalam Ruangan
3. Mengetahui upaya penghematan penggunaan energy listri pada penggunaan pencahayaaan buatan

2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Penunjang
ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN

RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


Hanang Rizki Ersa Fardana, Prof. Heri Joestiono, M.T.
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim,


Surabaya 60111 e-
mail:
Hanang92@yahoo.co.id

Ruang ICU merupakan ruang rawat inap intensif yang digunakan oleh pasien yang
membutuhkan pengawasan secara intens. Menurut British Standard EN-12464-1, untuk
pemeriksa-an sederhana, diperlukan kuat pencahayaan rata-rata sebesar 300 lux, indeks
kesilauan maksimal 19 dan keseragaman sebesar 0,6. Sistem pencahayaan yang ada saat ini
menghasilkan kuat pencahayaan rata-rata sebesar 280 lux, indeks kesilauan 14 dan keseragaman
0,6. Dari hasil tersebut perlu dilakukan perancangan desain sistem pencahayaan buatan.
Walaupun indeks kesilauan telah memenuhi standar, namun tetap terdapat keluhan dari pasien
terhadap silau. Simulasi desain sistem pencahayaan buatan dilakukan dengan variasi luminer dan
peletakan luminer yang digunakan. Desain sistem pencahayaan terbaik didapat dengan
menggunakan 1 buah luminer pada atap, dan 1 buah luminer pada dinding, yang menghasilkan
kuat pencahayaan rata-rata sebesar 318, keseragaman 0,6 dan glare index sebesar 9,9.

Kata kunci : Kuat Pencahayaan, Indeks Kesilauan, Keseragaman, Luminer.

Sistem pencahayaan buatan digunakan sebagai pengganti pencahayaan alami dari matahari
berfungsi untuk mendukung segala aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan. Peranca-ngan
sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk membe-rikan penerangan terhadap benda-benda
yang merupakan obyek kerja, peralatan, proses produksi, maupun lingkungan kerja. Kualitas
penerangan yang tidak memadahi dapat berkaibat buruk pada fungsi penglihatan hingga pada
aspek psikologis berupa rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan, bahkan kecelakaan kerja.

3
Kualitas pencahayaan dalam ruangan dapat diketahui dengan menghitung kuat pencahayaan
rata-rata, tingkat kesilauan dan mengetahui U0. Kuat pencahayaan rata-rata minimum yang harus
dihasilkan oleh sistem pencahayaan buatan adalah sebesar 300 lux. Sedangkan indeks kesilauan
maksimal yang diperbolehkan adalah sebesar 19.[2] U0 adalah keseragaman (uniformity) distribusi
kuat pencahayaan. Keseragaman dapat diketahui dengan membandingkan nilai iluminansi terkecil
dengan iluminansi rata-rata. Untuk ruangan dengan aktivitas seragam, keseragaman minimum
yang harus dicapai adalah 0,6
Sistem pencahayaan pada instalasi rawat intensif harus sesuai untuk berbagai aktivitas kerja
yang dilakukan untuk menangani pasien. Kuat pencahayaan dalam ruangn tersebut juga dituntut
untuk dapat berubah dengan cepat sesuai dengan kebutuhan ketika terjadi keadaan darurat.
Terdapat keluhan dari pasien berupa pencahayaan yang terlalu kuat dan menyilaukan, sehingga
kurang nyaman ketika sedang dalam keadaan beristirahat..
A. METODOLOGI PENELITIAN
Berikut ini merupakan langkah-langkah pengambilan data di ruang ICU.
Mengukur dimensi ruang ICU (panjang, lebar, tinggi) dan menhitung luasnya. Dimensi ruang ICU
adalah sebagai berikut:
Pada ruang ICU hanya terdapat satu buah bed dan sebuah sumber cahaya buatan dengan
tinggi 2,05 meter dari bidang kerja. Terdapat tirai berwarrna krem sebagai pembatas antar
ruang pasien satu dengan yang lainnya. Di belakang ruang terdapat jendela kaca dengan
dimensi 108x210 cm.
1. Menentukan tinggi bidang kerja (work plane). Bidang kerja setinggi 65 cm,
didasarkan pada tinggi tempat tidur pasien sebagai penghuni tetap ruangan.
2. Menentukan titik ukur dengan spidol.
3. Mengukur kuat pencahayaan masing-masing titik sebanyak tiga kali dengan lux
meter. Lux meter dihadapkan tegak lurus terhadap bidang kerja
4. Mencatat kuat pencahayaan di masing-masing titik pengukuran.
5. Mengukur reflektansi tirai, dinding, dan lantai dengan lux meter. Pengukuran
dilakukan dengan mengukur kuat pencahayaan sumber yang jatuh pada
permukaan dinding, tirai dan lantai, dan mengukur kuat pencahayaan yang
dipantulkan oleh dinding, tirai dan lantai (luminansi). Luminansi diukur dengan
meletakkan lux meter dengan jarak 2 inch dari permukaan diukur. Angka

4
reflektansi masing-masing permukaan dapat dikethui dengan membagi luminansi
permukaan dengan kuat pencahayaan pada permukaan yang sama.[10
6. Mengulang langkah 1-6 pada ruang yang sama dengan kondisi tirai terbuka.
Mengulang langkah 1-6 pada ruang yang berbeda dengan kondisi tirai tertutup.
7. Menghitung kuat pencahayaan rata-rata.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Perhitungan Iluminansi Rata - Rata
Untuk menentukan intensitas pencahayaan rata – rata tiap titik pengukuran, dapat
digunakan persamaan:
Pada kondisi tirai terbuka didapatkan Erata-rata = 305 lux, sedangkan pada kndisi
tirai tertutup didapatkan Erata-rata = 280 lux. Keduanya memiliki keseragaman 0,6.
Ruangan berada pada kondisi tertutup jika terdapat pasien yang sedang dirawat, oleh
karena itu kuat pencahayaan rata-rata yang digunakan acuan adalah 280 lux. Nilai
tersebut kurag dari standard yang ditetapkan. Berikut ini adalah perhitungan indeks
kesilauan
Glare index yang dihasilkan sebesar 16,5. Nilai tersebut tidak melebihi kriteria
maksimum yang diperbolehkan, namun, karena terdapat keluhan tentang kesilauan, maka
desain sistem pencahayaan harus memiliki indeks kesilauan di bawah 16,5.
b. Simulasi
Simulasi dilakukan dengan mengganti luminer tanpa mengubah warna dinding, tirai,
lantai dan atap ruagan ICU.
a) Simulasi Pertama
Pada simulasi pertama dilakukan penggantian luminer menjadi lampu TL
dengan daya 28 watt yang berjumlah dua buah. Berikut ini merupakan spesifikasi
luminer yang digunakan pada simulasi pertama.
Tipe : Philips TBS415 2xTL5-28W HFP C6
Flux lampu : 5200 lumen
Flux luminer : 3536 lumen
Daya : 62 watt

5
Kuat pencahayaan rata-rata yang dihasilkan mencapai 327 lux pada bidang kerja dan
nilai keseragaman sebesar 0,5

2.1 Pengertian Pencahayaan Buatan


Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami, secara umum cahaya tersebut berasal dari hasil karya manusia berupa lampu
yang yang berfungsi menyinari ruangan sebagai pengganti jika sinar matahari tidak ada.
Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan mengganggu aktivitas keseharian kita,
misalnya ditempat kita bekerja. Bahkan, ada kalanya dengan cahaya buatan yang baik akan
mempertinggi aktivitas kita dalam bekerja jika dibandingkan pada saat beraktivitas pada
cahaya siang hari (alamiah).
Perkembangan cahaya buatan dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara, lampu
minyak tanah, lilin, lampu gas sampai pada lampu listrik. Setelah listrik ditemukan,
mungkin lampu-lampu jenis lain ada yang sudah tidak dipergunakan lagi. Penerangan
dibutuhkan agar mata kita merasa nyaman bila melihat dan beraktivitas. Tingkat
kenyamanan ini sebenarnya relatif bagi setiap orang. Ada orang yang merasa nyaman
dengan penerangan yang relatif sedikit (gelap) dan ada pula yang merasa nyaman bila
ruangannya terang benderang dengan cahaya. Bila dirasa kurang terang, kebanyakan solusi
yang dipakai adalah menambah pencahayaan buatan dengan m emasang lampu-lampu.
Penerangan buatan ini tidak diperlukan bila pencahayaan alami pada siang hari dirasa
sudah cukup.
Sebagai seorang arsitek, sebaiknya memiliki pengetahuan yang cukup tentang
pencahayaan, baik pencahayaan alami ataupun pencahayaan buatan, memperkirakan
banyaknya cahaya dalam ruangan juga ada dalam ilmu arsitektur, yang hasilnya dapat
menjadi sebuah acuan dalam rancangan rumah, yang menentukan berapa banyak lampu
yang dibutuhkan, jendela yang dibutuhkan, dan berapa lumens (satuan ukur intensitas
cahaya) sebaiknya hadir dalam sebuah ruangan.
2.2 Istilah-istilah Dalam Pencahayaan Buatan
1. Intensitas cahaya (Luminuos Intensity) adalah kuat cahaya sumber cahaya dan diukur
dengan candela pada sistem internasional. Disepakati bahwa jika sumber cahaya
mempunyai sumber intensitas cahaya 1 candela diletakan dititik pusat sebuah bola

6
dengan jari-jari 1 m, maka arus cahaya yang datang pada 1 ㎡ permukaan dalam kulit
bola tersebut adalah satu lunen.
2. Cahaya buatan (artificial ligh) adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang
diciptakan oleh manusia, seperti lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah, dan obor. Cahaya
buatan sering secara langsung diartikan atau diasosiasikan dengan cahaya lampu.
3. Kontras (contrast) adalah perbedaan antara luminan (kecerahan, brightness) benda yang
kita lihat dan luminan permukaan disekitarnya. Semakin besar kontras, semakin mudah
kita melihat atau mengenali benda tadi.

Tabel 2.1 reflektan


reflektan(%)
Kelas Kantor
langit-langit 70-90 >80
Dinding* 40-60 50-70
Partisi -- 40-70
Lantai 30-50 20-40
prabotan
dan mesin -- 25-45
bangku dan
meja 35-50 35-50
Dari tabel diatas yang menjadi contoh yaitu dinding. Dinding yang berjendela harus
mempunyai reflektan >80% untuk mengurangi kontras antara kaca yang cerah dengan
sekitarnya.
Dari segi pengarahan cahaya dikenal istilah pencahayaan langsung (direct lighting),
yaitu pencahayaan dengan mengarahkan sinar langsung kebidang kerja atau objek. Lawan dari
pencahayaan langsung adalah pencahayan tak langsung (indirect lighting), yaitu pencahayaan
dengan cara memantulkan sinar terlebih dahulu misalnya ke langit-langit, dan kedinding.
Pencahayaan tak langsung sangat baur sehingga menimbulkan suasana lembu

Gambar 2.1 pencahayaan langsung

7
Gambar 2.2 pancahayaan tak langsung
Berdasarkana cakupannaya dikenal Pencahayaan umum (general lighting), yaitu
pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan untuk memberikan terang
merata, walau mungkin minimal, agara tidak terlalu gelap.
Pencahayaan kerja(task lighting), adalah pencahayaan fungsional untuk kerja visual
tertentu, biasanya disesuaikan dengan setandar kebutuhan penerangan bagi suatau jenis kerja.
Pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke objek tertentu untuk memperkuat
penampilannya.
 Istilah-istilah lampu
1. Lampu penyinar atas (up-lighter), yaitu lampu yang menyorot keatas.
2. Lampu penyinar bawah (down-lighter), lampu yang menyorot kebawah
3. Lampu penyorot sempit (spot light), lampu dengan sudut sinar <30°
4. Lampu penyorot lebar (flood light), lampu dengan sudut sinar >30°
5. Lampu penyiram dinding (wall-wash light), lampu untuk menyirambidang vertical
dengan cahaya.
 Jenis-jenis lampu
a. Lampu pijar (incandescent), cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (titik
lebur >2200°∁ ), yang berpijar karena panas. Maka disebut lampu tungsten. Efikasi
lampu ini rendah, hanya 8-10% energy menjadi cahaya. Sisanya terbuang sebagai
panas. Untuk memperbaiki efikasinya, lampu tungsten diisi gas halogen (antara lain
iodine, cholorine, bromine dan fluorine), dan disebut lampu tungsten –halogen.
Efikasinya mencapai 17,5 lm/watt.
b. Lampu fluorescent: cahaya dihasilkan oleh peredaran bubuk fosfor yang melapisi
bagian dalam tabung lampu. Fosfor tersebut erpendar karena menyerap gelombang
pendek cahaya ungu-ultra sebagai akibat lecutan listrik (terbentuk oleh loncata
loncatan electron antar katode di dalam tabung yang berisi uap merkuri bertekanan

8
rendah dan argon).Ramuan bubuk menentukan cahaya yang dihasilkan. Lebih dari 25%
energy dijadikan cahaya. Efikasinya antara 40-85 lm/watt. Pada serratus jam
pertama,terjai penyusutan besarpada intensitas cahaya (lumen). Efikasi (lumen per
watt)lampu fluorescent 2-3 kali lebih baik dari lampu pijar.
c. Lampu HID (High-Intensity Discharge lamps); cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik
melalui uap zat logam. Lampu merkuri menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam
tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40-60
lm/watt. Dibutuhkan waktu 3-8 menit untuk menguapkan merkuri sebelum
menghasilkan cahaya maksimal. Perlu selang 5-10 menit sebelum dihidupkan kembali.
Untuk memperbaiki efikasi dan warna, pada tabung lecutan listrik ditambahkan halide
logam (seperti thallium, indium, dan sodium), maka disebut lampu metal halide.
Walau efikasi bisa mencapai 70 lm/watt, umumnya berkurang hingga separuh.
Perkembangan selanjutnya dari lampu HID adalah lampu uap sodium bertekanan
tinggi (High pressure sodium vapor lamp). Salah satunya adalah dengan membuat
tabung lecutan dari keramik yang berisi xenon, merkuri dan sodium.

2.3 Karakter Lampu Sesuai Dengan Warna Sinarnya


Lampu pijar (incandescent), karakternya putih hangat, mengeluarkan warna hangat
antara merah dan kuning.
Fluorescent, uap merkuri, metal halide, karakternya putih dingin, mengeluarkan warna
dingin antara hijau dan biru.
Sodium bertekanan tinggi, karakteristi cahayanya putih keemasan, mengeluarkan warna
cemerlang antara kuning dengan jingga.
Sodium bertekanan rendah ,karakteristik cahayanya monokromatik, mengeluarkan
warna tunggal jingga.

9
2.4 Kualitas Pencahayaan Buatan

KUALITAS PENCAHAYAAN BUATAN

Brightness
Distribution

Glare Atau Silau

Shadows (bayang-
bayang)

Background

1.Brightness Distribution

Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam setiap daerah penglihatan. Suatu rasio
kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan yang detil, variasi yang berlebihan dari luminansi
dapat mengakibatkan timbulnya masalah.

Mata menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga menyebabkan mata menjadi sulit
untuk memeriksa dengan cermat objek-objek yang lebih gelap didalam suatu daerah yang terang.

Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3
sampai 1. Untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata seharusnya
sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakangnya.

2.Glare atau Silau

Cahaya yang silau terjadi ketika cahaya yang berlebihan mengenai mata. Cahaya yang silau
dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :

 Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)

10
Cahaya ini mengganggu, tapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap
penglihatan, tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat
menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.

 Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)

Cahaya ini apabila terkena mata secara berkala mampu mengganggu penglihatan dengan
adanya penghamburan cahaya yang ada didalam lensa mata. Orang lanjut usia kurang bisa untuk
menerima cahaya seperti ini.

3.Shadows (Bayang-bayang)

Bayang-bayang tajam (sharp shadows ) adalah akibat dari sumber cahaya buatan
(artificial) yang kecil atau dari cahaya yang berasal dari cahaya matahari langsung. Kedua sumber
mampu mengakibatkan rasio terang yang berlebihan pada jangkauan penglihatan, detil penting
yang tidak terlalu jelas.

4.Background

Latar belakang sampai kedaerah kerja utama, setidaknya harus dibuat sesederhana
mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang memiliki beberapa perpindahan
sedapat mungkin dihindari, dengan menggunakan sekat.

11
2.5 Pemakain Energi Listrik Terhadap Pencahayaan Buatan
Standart yang tepat untuk pencahayaan buatan adalah berdasarkan SNI tahun 2001
Standar yang tepat yaitu mencapai 300 LUX.
Tabel 2.2 SNI 03-6575-2001

tingat kelompok
fungsi ruangan pencahyaan renderasi keterangan
LUX warna

rumah tinggal:
teras 60 1 atau 2
ruang tamu 120-250 1 atau 2
ruang makan 120-250 1 atau 2
ruang kerja 120-250 1
kamar tidur 120-250 1 atau 2
kamar mandi 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4
perkantoran:
ruang direktur 350 1 atau 2
ruang kerja 350 1 atau 2

gunakan armatur berkisi untukuntuk mencegah silau


pantulan layar monitor
ruang komputer 350 1 atau 2
ruang rapat 300 1 atau 2

gunaka pencahayaa setempat pada meja gambar


ruang gambar 750 1 atau 2
gudang arsip 150 3 atau 4
ruang arsip aktif 500 1 atau 2
lembaga pendidikan:
ruang kelas 250 1 atau 2
perpustakaan 300 1 atau 2
labolatorium 500 1

ruang gambar 750 1 gunaka pencahayaa setempat pada meja gambar


Kantin 200 1
hotel restauran:

pencahayaa pada bidang vertikal sangat penting untuk


menciptakan suasana/kesan ruang yang baik
lobby koridor 100 1

12
sistem pencahayaan harus dirancang untuk
menciptakan suasana yang sesuai.sistem
ballrom/ruang sidang
pengendalian"switcing"dan"dimming"dapat igunakan
untuk memperoleh bebagai efek pencahayaan

200 1
ruang makan 250 1
cafetaria 250 1

diperlukan lampu tambahan pada bagiankepala tempat


tidur dan cermin
kamar tidur 150 1 atau 2
Dapur 300 1
rumah sakit/balai
pengobatan:
ruang rawat inap 250 1 atau 2
ruang operasi,ruang gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang
bersalin 300 1 diperlukan
labolatorium 500 1 atau 2
ruang rekreasi dan
rehabilitasi 250 1
pertokoan/ruang pamer

tingkat pencahayaan ini harusdi penuhu pada


ruang pamer dan obyek
lantai.untuk beberapa produk tingaktpencahayaan pada
berukuran besar
bidang vertikaljuga penting

500 1
toko kue dan makanan 250 1
toko buku dan alat tulis 300 1
toko perhiasan,arloji 500 1
toko barang kulit dan
sepatu 500 1
toko pakaian 500 1

pencahayaan pada bidang vertikalpada rak barang


pasar swalayan 500 1 atau 2
toko alat listrik 250 1 atau 2
umum:
ruang parkir 50 3
gudang 100 3
pekerjaan kasar 100-200 2 atau 3

13
pekerjaan sedang 200-500 1 atau 2
pekerjaan halus 500-1000 1
pekerjaan amat halus 1000-2000 1
pemeriksaan warna 750 1
rumah ibadah:
untuk tempat tempat yang membutuh kantingat
pencahayaanyang lebih tinggi dapat di gunakan
Masjid 200 1 atau 2 pencahayaan setempat
Gereja 200 1 atau 2 Idem
Vihara 200 1 atau 2 Idem

 Luminansi Permukaan Dinding.


Luminansi permukaan dinding tergantung pada luminansi obyek dan tingkat
pencahayaan
merata di dalam ruangan. Untuk tingkat pencahayaan ruangan antara 500 ~ 2000 lux, maka
luminansi dinding yang optimum adalah 100 kandela/m2.
Ada 2 (dua) cara pendekatan untuk mencapai nilai optimum ini, yaitu :
Nilai reflektansi permukaan dinding ditentukan, tingkat pencahayaan vertikal
dihitung,
Tingkat pencahayaan vertikal diambil sebagai titik awal dan reflektansi yang
diperlukan
Nilai tipikal reflektansi dinding yang dibutuhkan untuk mencapai luminansi
dinding yang
optimum adalah antara 0,5 dan 0,8 untuk tingkat pencahayaan rata-rata 500 lux, dan antara
0,4 dan 0,6 untuk 1000 lux.
 Luminansi Permukaan Langit-langit.
Luminansi langit-langit adalah fungsi dari luminansi armature, jika luminansi
armatur kurang dari 120 kandela/m2 maka langit-langit
harus lebih terang dari pada terang armatur. Nilai untuk luminansi langit-langit tidak
dapat dicapai dengan hanya menggunakan armatur yang dipasang masuk ke dalam langit-
langit

14
Flowchart pencahayaan buatan dalam pencahayaan ruangan kantor

Mulai

1.dimensi ruang
2.jenis dan lumen
lampu
3.jumlah lampu
yang di pakai

Faktor
prncahayaan
berdasarkan
HGDWHJ.png

SNI:250 LUX

KESIMPULAN

15
Aspek perancangan

Fungsi
ruangan

Tentukan tingkat pencahayaan


maksimum

Tentukan warna muda untuk


langit langit

Hitung:

Diperoleh titik lampu dan


lumen yang diperlukan

Periksa jumlah
LUX

16
Tabel 2.3 Daya Listrik Maksimum Untuk pencahayaan yang Diijikan

3 Rumus-Rumus Pencahayaan Buatan


Rumus-rumus yang digunakan pada pencahayaan buatan adalah sebagai berikut:
1. Aspek matematis

KONTRAS

LUMINAN

METODE TITIK
(a) Kontras
C = (Lt-Ls)/Ls
Lt = lumina pada objek bersangkutan, cd/𝑚2

17
Ls = luminan permukaan sekitar objek bersangkutan , cd/𝑚2
Atau rumus bilangan pantul permukaan
C = (ρt – ρs)/ρs
Contoh soal:
sebuah buku bacaan terbuka di atas meja yang diterangi lampu. Jika
diketahui luminan di buku 500 cd/𝑚2 dan di meja 200 cd/𝑚2 berapakah kontras
yang terjadi..?
Jawab: akan digunakan rmus
C = (Lt-Ls)/Ls
Luminan di buku, Lt = 500 cd/𝑚2
Luminan di meja, Ls = 200 cd/𝑚2
Jadi kontras C = (Lt-Ls)/Ls
= (500-200)/200
= 1,5
2. Luminan (kecerahan atau Brightness)
a) Luminan permukaan tak transparan
L = E.ρ cd/𝒎𝟐
Dengan L = luminan, cd/𝒎𝟐
E = iluminan, lumen/𝒎𝟐
𝜌 = reflektan permukaan, %
Contoh soal
Sebuah meja kayu mempunyai reflektan 30 % (0,3). Bila di atas meja
tersebut ada lampu yang memberikan iluminan (penerangan) di atas meja
sebesar 500 lux. Berapakah luminan permukaan meja tersebu…?
Jawab
Akan digunakan rumus L = E. 𝜌.
Iluminasi di permukaan meja E = 500 lumen /𝑚2
Reflektan permukaan, 𝜌 = 0,3
Jadi luminan permukaan meja :
L = E. 𝜌.
= (500)(0,3)

18
= 150 cd/𝑚2
b) Luminan permukaan transparan
L = E.τ cd/𝒎𝟐
Contoh soal :
Kaca susu diterangi oleh lampu yang memberikan iluminasi 600 lux.
Berapakah luminan di balik kaca bila transmitan kaca 70%
Jawab :
L = E.τ cd/𝑚2
= (600)(0,7)
= 420 cd/𝑚2
3. Metode Titik (poin to point method)
a. Menghitung iluminasi di satu titik oleh satu lampu
E = I/𝒅𝟐 cos β lux
Dengan E = iluminasi, lux (lm/𝑚2 )
I = arus cahaya dari sumber cahaya kea rah titik yang disinari, lm.
D = jarak dari lampu ke titik di bidang yang disinari, m
Β = sudut datang sinar
4. Rumus untuk berbagai bentuk ruangan
a. Ruangan empat persegi panjang
Cavity ratio = 2,5 h (perimeter)/(area)
b. Ruangan berbentuk denah L
Cavity ratio = 5h (W+L)/(WL)
c. Ruangan berdenah segitiga
Cavity ratio = 5h(W+L)/(WL-XY)
d. Ruangan berbentuk lingkaran
Cavity ratio = 2,5h (A+B+C)/(0,5BC)
e. Ruangan berdenah segi enam
Cavity ratio = 5h/r
Contoh soal
Menentukan daya listrik pada ruanga kantor

19
Ruang kantor berukuran 20×10×3m direncanakan memakai TL philip yang tiap TL
36 watt ,jumlah lumen= 2500, CU= 60%, LLF 0,8 dengan penerangan E = 300 lux. Hitung
jumlah titik lampu dan daya listrik yang dibutuhkan!
E. A
N =
 .UF .CU .n
300.200
=
2500.0,8.0,6.4
= 12,5
= 13 titik
2 N.W
Jumlah w / m =
A
13.144
=
200
=9,36
Jadi hasil penghitungan di atas menunjukkan bahwa pencahayaan pada
ruangan tersebut tidak nyaman karena kurang dari standar kenyamanan untuk
suatu ruangan.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut :
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami, secara umum cahaya tersebut berasal dari hasil karya manusia berupa lampu
yang yang berfungsi menyinari ruangan sebagai pengganti jika sinar matahari tidak ada.
Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan mengganggu aktivitas keseharian kita, misalnya
ditempat kita bekerja. Bahkan, ada kalanya dengan cahaya buatan yang baik akan
mempertinggi aktivitas kita dalam bekerja jika dibandingkan pada saat beraktivitas pada
cahaya siang hari (alamiah). Ada beberapa penggunaan istilah-istilah lampu dalam
pencahayaan buatan antara lain lampu, lampu penyinar atap, lampu penyinar bawah, lampu
penyinar sempit, lampu penyinar lebar, lampu penyinar dinding.
Untuk penggunaan pencahayaan buatan sesuai dengan penghitungan yautu:
1) Menghitung kontras
Rumus C = (Lt-Ls)/Ls
2) Menghitung luminan
a. Luminan permukaan tak transparan
L = E.ρ cd/𝒎𝟐
b. Luminan permukaan transparan
L = E.τ cd/𝒎𝟐
3) Menghitung metode titik poin
Menghitung iluminasi di satu titik oleh satu lampu
E = I/𝒅𝟐 cos β lux
B. Saran
Sebaiknya dalam penggunaan lampu pada penerangan suatu ruangan harus
mengetahui SNI sesuai dengan ruangan yang akan di terangi sebab itu akan mempengaruhi
rasa nyaman bagi penghuni ruangan tersebut. Selanjutnya dalam pencahayaan buatan sebainya
memperhatikan luas desain suatu ruangan karena hal itu akan mempengaruhi pemakaian daya
listrik karena semakin luas suatu ruangan semakin banyak menggunakan lampu hal itulah
yang akan menyebabkan penggunaan daya listrik yang lebih besar.
21
DAFTAR PUSTAKA
Satwiko, Prasasto, 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi offset.
Jurnal teknik pomits vol. 1, no. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8)
National Electric Code
Iluminating Engineering Society (IES)
International Electrotechnical Commission (IEC)
Australian Standard
SNI 03-6575-2001

22

Anda mungkin juga menyukai