Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018

Volume 4 : November 2018

DISTRIBUSI PENCAHAYAAN ALAMI


GEDUNG OLAHRAGA BASKET
(Studi Kasus: GOR Aspol Panaikang, Makassar)

Rahma Hiromi*, Rosady Mulyadi, Lucky S.E. Tamping


Departemen Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km.6, Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92171
*E-mail: hiromiramli@gmail.com

Abstrak
Gedung Olahraga (GOR) merupakan sebuah bangunan yang memberikan fasilitas berupa
tempat olahraga dalam ruangan (Najma Madariana, 2013 ; Wiranto A. Asmoro, 2013 ; Heri
Justiono, 2013). GOR “ASPOL” adalah gedung olahraga yang mempunyai lapangan basket
di dalamnya. Olahraga Basket sendiri adalah olahraga yang dimainkan oleh 10 (sepuluh)
orang pemain, dimana pemainnya bergerak secara dinamis, untuk itulah memerlukan
pencahayaan yang baik agar orang yang bermain di dalam dapat secara cepat dan tepat
menangkap objek secara visual dengan baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa bangunan yang
baik adalah bangunan yang dapat beradaptasi dengan alam atau dapat merespon
alam.Sebagai bagian dari alam, desain yang baik dan ideal adalah desain yang tidak
mengabaikan keberadaan alam sekitar, alam secara global, dan pengguna (Williams,
2007:3). Bangunan yang dapat memanfaatkan cahaya matahari dapat menghemat energi
listrik di siang hari. Pencahayaan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan
berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata
dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan
(Padmanaba, 2006). Kualitas pencahayaan yang harus dan layak disediakan, ditentukan
oleh : 1) penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya penglihatan oleh mata
terhadap aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan itu. 2) lamanya waktu aktivitas
yang memerlukan daya penglihatan yang tinggi dan sifat aktivitasnya, sifat aktivitas dapat
secara terus menerus memerlukan perhatian dan penglihatan yang tepat, atau dapat pula
secara periodik dimana mata dapat beristirahat. Tujuan dalam penelitian ini sebagai
berikut: 1. Mengetahui distribusi cahaya alami pada lapangan basket penonton yang berada
dalam GOR ASPOL berdasarkan penetrasi sudah sesuai dengan standar. 2. Memberikan
solusi pendekatan agar pencahayaan alami dapat mendekati standar.

Kata kunci: cahaya alami, kenyamanan visual, bukaan atas, simulasi

PENDAHULUAN

Istilah-istilah dalam pencahayaan


Cahaya (light) adalah gelombang magnet-elektro yang mempunyai panjang antara 380-700nm (nanometer,
-9
1nm= 10 m), dengan urutan warna: (ungu-ultra), ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, (merah-infra).
Ungu- ultra danmerah-infra hanya dapat terlihat dengan bantuan alatoptic khusus. Ungu-ultra (290-380nm)
berdaya kimia,sedangkan merah infra (700-2300nm) berdaya panas.Kecepatan cahaya m/dtk. Sinar adalah
berkas cahaya yang mengarah ke suatu tujuan.

Cahaya matahari (sunligth) mempunyai gelombang antara 290-2300 nm dan mempunyai spectrum lengkap dari
ungu-ultra hingga merah-ultra. Mata manusia paling peka terhadap cahaya kuning (550 nm). Cahaya langit(sky
light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar
matahari langsung. Sinar mataharilangsung dapat menyilaukan mata dan membawa panas, sehingga tidak
dipakai untuk menerangi ruangan.

Cahayabuatan (artificial light) adalah segala bentuk cahayayang bersumberdari alatyang diciptakanoleh
manusia, seperti: lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah, danobor.Lawandari cahaya buatan adalah
cahayaalami,yaitu cahaya yangbersumber darialam, misalnya: matahari, lahar panas, bulan, fosfordi pohon-

35
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya alami sekunder, karena sebenarnya bulan hanya
memantulkan cahaya matahari.

Berikut beberapa istilah yang digunakan ketika membahas masalah pencahayaan sebagai berikut (Fitrianti,
2010).
a. Luminous Flux/Flux cahaya adalah jumlah kekuatan cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya dalam
waktu satu detik. Fulx cahaya memiliki satuan lumen (lm)
b. Intensity Luminous/Intesitas cahaya adalah intensitas pancaran/ kekuatan cahaya yang dikeluarkan oleh
sumber cahaya. Intensitas cahaya memiliki satuan candela (cd) serta menunjukkan distribusi flux cahaya.
c. Illuminance/Iluminasi adalah jumlah lumen yang jatuh pada setiap square foot (ft2) sebuah permukaan.
d. Luminance/luminansi adalah jumlah cahaya yang direflisikan oleh permukaan benda dan sampai ke mata.
Luminansi memiliki satuan cd/m2.

Pencahayaan memiliki 3 fungsi utama (Code for Lighting 1) yaitu menjamin keselamatan penggunan interior,
memfasilitasi performa visual, dan memperbaiki atmosfer lingkungan visual.

Menurut Darmasetiawan (1991) dalam Purnama (2012) untuk merencanakan pencahayaan yang baik ada 5
kriteria yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Kuantitas cahaya (lighting level) atau tingkat kuat penerangan
b. Distribusi kepadatan cahaya (luminance distribution)
c. Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan (limitation of glare)
d. Arah pencahayaan dan pembentukan bayangan (light directionality and shadows)
e. Warna cahaya dan refleksi warna (light colour and colour rendering)
f. Kondisi dan iklim ruang

Berdasarkan sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu pertama, penerangan alami adalah
penerangan yang berasal dari cahaya matahari; kedua, penerangan buatan yaitu penerangan yang berasal dari
lampu; ketiga, penerangan alami dan buatan yaitu penggabungan anatara penerangan alami dari sinar matahari
dengan lampu/penerangan buatan (Rai, 2006).

Menurut Tarwaka (2004), sumber penerangan secara umum dibedakan menjadi dua yaitu penerangan buatan
dan penerangan alami. Penerangan alami adalah sumber dari cahaya matahari atau terangnya langit. Cahaya
matahari tidak dapat diatur menurut keinginan kita. Penerangan buatan dalam penggunaan penerangan listrik
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a. Penerangan listrik harus cukup intensitasnya sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
b. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan pertambahan suhu udara di tempat kerja yang berlebihan. Jika
hal itu terjadi, maka diusahakan suhu dapat turun misalnya dengan ventilasi, kipas angin dan lain-lain.
c. Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang tepat, menyebar, merata tidak
berkedip-berkedip, tidak menyilaukan, serta tidak menimbulkan bayangan yang menganggu.

Klasifikasi Pencahayaan
Cahaya menerut Newton (1642-1727) terdiri dari partikel-partikel ringan berukuran sangat kecil yang
dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Cahaya dapat juga
didefinisikan sebagai energi radiasi yang dapat dievaluasi secara visual (menurut IESNA, 2000), atau juga
bagian dari spektrum radiasi elektromagnetik yang sensetif bagi penglihatan mata manusia (Lechner, 1968
dalam Fitrianti, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari suatu
benda yang bersinar seperti bulan, matahari, dan lampu yang menyebabkan mata dapat menangkap bayangan
dari benda-benda di sekitarnya.

Cahaya memasuki tubuh manusia melalui mata dan kulit. Cahaya yang masuk melalui mata melewati proses
biokimia melalui saraf. Sinyal melalui saraf tersebut akan diarahkan ke korteks dan berakhir di hipotalamus.
Jika cahaya infra merah yang masuk ke mata dengan suhu tinggi dapat merusak retina dan mengakibatkan
kebutaan (Rostron, 2005 dalam Azhara, 2014). Pencahayaan adalah proses, cara, perbuatan memberi cahaya.
Cahaya adalah prasyarat untuk penglihatan manusia terutama dalam mengenali lingkungan dan menjalankan
aktifitasnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016).

Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah bidang permukaan. Tingkat
pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja, dengan
bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang horisontal imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas

36
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

lantai pada seluruh ruangan (SNI 03-6575-2001). Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah
lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan
sekitar. Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya dengan
jelas. Pencahayaan sebagai faktor persepsi sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan emosional.
Informasi yang masuk 90% melalui visual. Mata menjadi organ yang penting dalam melakukan pekerjaan dan
profesi oleh karena itu memerlukan pencahayaan yang tepat. Cahaya adalah radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang spektrum dan dibagi menjadi tiga wilayah-ultraviolet, cahaya tampak dan inframerah
masing-masing memiliki efek yang berbeda pada manusia. (Rostron, 2005). Panjang gelombang cahaya yang
kasat mata adalah berkisar antara 380-750 nm. Panjang gelombang yang kurang dan melebihi angka tersebut,
seperti gelombang ultraviolet dan infra merah tidak dapat dilihat manusia tanpa alat bantu.

Pencahayaan Alami
Cahaya alami adalah cahaya yang bersumber dari cahaya matahari. Intensitas cahaya yang dihasilkan bervariasi
tergantung pada jam, musim dan tempat. Pencahayaan alami menjadi pilihan utama untuk dipertimbangkan
ketika mendesain sebuah bangunan. Keuntungan yang didapat adalah pengurangan terhadap energi listrik. Oleh
karena itu, sangat disarankan agar menggunakan cahaya alami semaksimal mungkin di dalam bangunan untuk
memenuhi kebutuhan pencahayaan manusia dalam berkegiatan. Pencahayaan alami bisa didapatkan dari sinar
matahari melalui ventilasi atau bukaan yang ada pada bangunan tersebut. Matahari merupakan sumber cahaya
atau penerangan alami yang paling mudah didapat dan banyak manfaatnya. Oleh karena itu,harus dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Apalagi di Indonesia sebagai daerah tropis yang terletak di garis
khatulistiwa, matahari memancarkan sinarnya sepanjang tahun tanpa perbedaan siang dan malam. Tidak seperti
di daerah-daerah sub tropis, waktu penyinaran matahari pada siang hari lebih banyak dari pada malam hari ataus
ebaliknya (Dwi Tanggoro, 1999). Pemanfaatan pencahayaan alami sangat terkait erat dengan posisi geografis
suatu bangunan karena pergerakan relatif matahari pada setiap koordinat di bumi berbeda-beda. Untuk itu
diperlukandiagram matahar iyang dapat membantu pengamatan dan perkiraan jumlah cahaya matahari yang
masuk ke dalamsebuah bangunan (Gunawan, 2011:7-11).

Selaini tu terdapat beberapa istilah yang sering kali digunakan pada perancangan pencahayaan alami pada
bangunan. Oleh sebab itu perlu dijabarkan beberapa istilah berikut:
a. Azimut adalah deklinas imatahari dari Utara, diukur dengan derajat dari Utara ke Timur, Selatan, Barat
dan kembali ke Utara (menurut arah jarum jam).
b. Tinggi matahari/Altitude adalah sudut antara horizon dan matahari.
c. Garis tanggal digambarkan dalam arah Timur-Barat dan merupakan representasi jalan matahari dari
matahari terbit sampai matahar iterbenam pada hari yang bersangkutan. Dari posisi pengamat, yang
selalu berada di pusat lingkaran, matahari terlihat bergerak pergi dan kembali sekali setahun antara
garis-garis tanggal untuk 22, 6 dan 22, 12.
d. Garis jam adalah garis yang terletak vertical terhadap garis tanggal, masing-masing dalam jarak satu
jam. Garis yang bersamaan dengan sumbu Utara-Selatan menunjukkan waktu tengah hari setempat
yang sebenarnya, artinya waktu dimana tinggi matahari terbesar dari azimut tepat 1800 atau 3600
(tergantung pada tempat dan musim).
e. HAS atau Horizontal Shadow Angle adalah sudut pada denah antara arah cahaya matahari dengan garis
normal terhadap dinding.
f. VSA atau Vertical Shadow Angle adalah sudut pada potongan atau tampak antara arah cahaya
matahari dengan bidang horisontal.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun
penelitian yang dilakukan oleh penulis terkait “Analisis Pencahayaan Alami pada Gedung Olahraga ASPOL
Panaikang Makassar”. Lokasi yang akan dijadikan penelitian ini adalah lapangan basket dan tribun Gedung
Olahraga Aspol Panaikang Makassar.

37
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

Gambar 1. Lokasi Gedung Olahraga Aspol Panaikang Makassar


Sumber: Google Earth (diakses pada tanggal 17 Februari 2018 pukul 19.26)

Gambar 2. Kondisi Eksisting Gedung Olahraga Aspol Panaikang Makassar

Waktu Penelitian
Untuk waktu kegiatan pengukuran di lapangan dengan menggunakan lux meter pada objek penelitian dilakukan
pada bulan Maret hingga April 2018. Pengukuran dengan lux meter dilakukan selama 4 hari untuk kemudian
didapatkan rata-rata intensitas pencahayaan alami selama penelitian. Pengukuran dilakukan antara pukul 08.00
sampai 17.00 WITA dengan tiga kali pengukuran yakni pada pukul 08.00-09.00 WITA (pagi hari), pukul 12.00-
13.00 WITA (siang hari) dan pukul 16.00-17.00 WITA (sore hari). Penelitian ini merupakan suatu studi
evaluasi yaitu melakukan evaluasi terhadap tingkat pencahayaan di Gedung Olahraga ASPOL Panaikang
Makassar dengan melakukan pengukuran yang disajikan dalam bentuk tabel dan membandingkan hasil
pengukuran tersebut dengan standar yang berlaku. Kemudian menganalisis hasil pengukuran tersebut dengan
perubahan dimensi penetrasi dan menganalisis persepsi kenyamanan visual pengguna GOR terhadap
pencahayaan pada GOR. Sehingga jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mengambarkan atau
menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya tanpa mengubah atau merekayasa hasil penelitian. Metode
deskriptif dipilih karena untuk menjelaskan atau menggambarkan secara jelas bagaimana pengaruh dimensi
penetrasi, dan pencahayaan pada Gedung Olahraga ASPOL Panaikang Makassar.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu
masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif
dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi, semua alat yang bisa
mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur
nilai variabel yang diteliti.

Lux Meter
Lux Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya di suatu tempat yang akan diteliti.
Lux Meter digunakan untuk mengukur tingkat luminansi. Hasil dari penguk uran luxmeter akan dibandingkan
dengan standar pencahayaan ruang perpustakaan sebesar 300 lux berdasarkan SNI. Cara pengukurannya yaitu
sensor ditempatkan pada tempat kerja atau pada tempat dimana intensitas cahaya harus diukur, dan alat akan
secara langsung memberikan hasil pembacaan pada layar panel. Agar tidak terjadi kesalahan pengukuran maka

38
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

sensor harus ditempatkan secara tepat pada tempat kerja untuk menghasilkan pembacaan yang akurat. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh operator saat melakukan pengukuran yaitu operator harus berhati-hati
supaya tidak menimbulkan bayangan. Jangan menimbulkan pantulan cahaya yang disebabkan oleh pakaian
operator.

Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur dimensi ruang dan jarak serta untuk mengukur ukuran jendela.
Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau tape atau bisa disebut juga sebagai Roll Meter ialah alat ukur
panjang yang bisa digulung, dengan panjang 25-50 meter. Meteran ini sering digunakan oleh tukang bangunan
atau pengukur lebar jalan. Ketelitian pengukuran dengan rollmeter hingga 0,5 mm.

Komputer/laptop
Digunakan untuk menjalankan program software yang akan dipakai dalam mensimulasikan hasil dari
perhitungan data iluminans yang ada di lapangan. Software DIAlux Evo 2016 merupakan software yang akan
digunakan untuk mensimulasikan data yang sudah didapatkan dilapangan.

Program Simulasi dengan Software Velux Visualizer Daylight 3


Simulasi adalah proses perancangan model dari suatu sistem nyata dan pelaksanaan eksperimen-eksperimen
dengan model ini untuk tujuan memahami tingkah laku sistem atau untuk menyusun strategi sehubungan
dengan operasi sistem tersebut. Simulasi yang digunakan yaitu Software Velux Visualizer Daylight 3.

Kamera
Kamera digunakan untuk mendokumentasikan objek penelitian dan keadan ruangan.

Jenis dan Sumber Data


Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah kuantitatif yang berisi hasil dari pengukuran intensitas
pencahayaan pada Gedung Olahraga ASPOL Panaikang Makassar.

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu.

Data Primer
Data yang diambil langsung oleh peneliti berupa data tingkat pencahayaan lapangan basket dan tribun GOR
ASPOL Panaikang Makassar menggunakan alat ukur lux meter, pengukuran pencahayaan eksisting, mencatat
data yang didapat di lapangan dan simulasi komputer. Kemudian pengambilan data kegiatan pengguna GOR
yang dilakukan dengan teknik kuesioner.

Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan referensi yang di anggap relevan dengan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, jenis data yang dibutuhkan disesuaikan dengan variabel pencahayaan yang digunakan.
Variabel bebas disini berarti jenis sampel yang diubah-ubah atau diganti guna mendapatkan hasil sistem
pencahayaan yang lebih tepat yang sesuai dengan standar nasional Indonesia yang dianjurkan.

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi kepada kita tentang bagaimana
caranya mengukur variabel. Definisi operasional adalah semacam petunjuk kepada kita tentang bagaimana
caranya mengukur suatu variable. Definisi operasional merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama. Karena berdasarkan
informasi itu, ia akan mengetahui bagaimana caranya melakukan pengukuran terhadap variabel yang dibangun
berdasarkan konsep yang sama. Dengan demikian ia dapat menentukan apakah tetap menggunakan prosedur
pengukuran yang sama atau diperlukan pengukuran yang baru.

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Logikanya, antara
peneliti yang satu dengan yang lain bisa beda definisi operasional dalam satu judul skripsi yang sama. DO
(Definisi Operasional) boleh merujuk pada kepustakaan.

39
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional


Intensitas Pencahayaan Banyaknya jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan tertentu.
Intensitas pencahayaan dilambangkan dengan E (iluminasi) dan
dinyatakan dalam satuan lux (lx).
Penetrasi Penetrasi adalah bukaan pada bangunan yang dimaksudkan
untuk mendistribusikan cahaya pada bangunan

Teknik Pengumpulan Data

Penentuan Titik Ukur


Titik ukur dibagi dalam 3 area penelitian, yaitu area lantai dasar dan area lapangan dimana titik ukur penelitian
terbagi melalui titik potong horizontal Panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 m sesuai pada SNI 16-
7062-2004 dan area tribun dengan jarak titik horizontal panjang dan lebar juga mengacu pada SNI 16-7062-
2004 yaitu 3 m yang tegak lurus dengan as tiap ketinggian tribun dan terbagi menjadi 3 zona yaitu zona A
(merah), zona B (biru) dan zona C (hijau) (lihat Gambar).

Gambar 3. Titik Ukur Area Lapangan

Pengukuran dengan Lux Meter


Pengukuran lux meter digunakan untuk mengetahui intensitas pencahayaan alami pada bangunan yang akan
diteliti. Hasil dari pengukuran lux meter akan dibandingkan dengan standar pencahayaan ruang perpustakaan
sebesar 400 lux berdasarkan SNI 03-3647-1994. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
Pengambilan data dari pengukuran lux meter ini dilakukan selama beberapa hari untuk kemudian didapatkan
rata-rata intensitas pencahayaan alami.

Pengukuran dalam penelitian GOR ASPOL Panaikang Makassar dilakukan antara pukul 08.00 sampai 17.00
WITA dengan tiga kali pengukuran yakni pada pukul 08.00-9.00 WITA (pagi hari), pukul 12.00-13.00 WITA
(siang hari) dan pukul 16.00-17.00 WITA (sore hari).

Teknik Analisis Data


Menurut Biklen, pengertian analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis melalui
transkip wawancara dan catatan lapangan, serta dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman
peneliti terhadap yang ditemukan.

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang dapat dianalisis secara kuantitatif,
bahkan dapat pula dianalisis secara kualitatif. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini hanya berupa akumulasi data
dasar dalam bentuk deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji
hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan.

40
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

Teknik analisis ini biasa digunakan untuk penelitian-penelitian yang bersifat eksplorasi, misalnya ingin
mengetahui persepsi masyarakat terhadap kenaikan harga BBM, ingin mengetahui minat mahasiswa terhadap
profesi guru, dan sebagainya. Penelitian-penelitian jenis ini biasanya hanya mencoba untuk mengungkap dan
mendeskripsikan hasil penelitiannya. Biasanya teknik statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Teknik analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyajian data dalam bentuk
visual seperti histogram, poligon, diagram batang, diagram lingkaran, diagram pastel (pie chart), dan diagram
lambang.

Variabel Penelitian
Dalam Sains, Pengertian variabel adalah objek penilitian. Artinya segala sesuatu yang harus diteliti. Variabel
terdiri atas nama dan nilai atau dapat dikosongkan dan diisi nilainya. Dalam penelitian ini memberlakukan dua
jenis variabel yang menjadi objek penelitian, yaitu:
Variabel Bebas, Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang
diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi
atau diamati (Nanda, 2015). Varibel bebas dalam penelitian ini adalah dimensi bukaan (penetrasi) yang
menentukan masuknya cahaya alami ke dalam ruang khususnya lapangan basket dan tribun.

Variabel terikat, Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya
pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang
diperkenalkan oleh peneliti (Nanda, 2015). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat intensitas
pencahayaan yang terdistribusi dari cahaya langit (daylight).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Titik Pengukuran GOR ASPOL Panaikang Makassar


Penentuan titik pengukuran didasarkan pada SNI 16-7062-2004 dimana untuk luas ruangan kurang dari 10
meter persegi, titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter,
luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi, titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter, dan luas ruangan lebih dari 100 meter persegi titik potong
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Area lantai dasar memiliki luas 725,52 m²
terbagi menjadi 2 (dua) zona titik ukur yaitu zona lantai dasar dan zona lapangan, adapun pembagiannya adalah
sebagai berikut:

Zona Lantai Dasar


Titik pengukuran zona lantai dasar mencakup seluruh area berwarna abu-abu (Gambar 4). Area ini menjadi titik
pengukuran tingkat intensitas cahaya untuk aktivitas pada keselurahan lantai dasar (tidak hanya aktivitas
bermain basket).

Gambar 4. Zona Lantai Dasar Gambar 5. Titik Ukur

Mempunyai 16 titik ukur yang diambil dari as luas area interior lantai dasar zona keseluruhan lantai dasr GOR
ASPOL dan sesuai dengan ketentuan SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat
kerja (Gambar 3).

41
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

Zona Lapangan Basket


Zona lapangan basket dengan luas 420 m² hanya mencakup area yang berwarna hijau (Gambar 4). Area ini
dkhususkan agar dapat dilakukan pengukuran intensitas pecahayaan pada area lapangan basket saja, dimana
menjadi hal yang utama dalam penelitian ini dikarenakan aktivitas bermain basket yang sangat dinamis dan
membutuhkan kenyamanan visual yang baik. Penentuan titik ukur pun dilakukan sesuai dengan standar SNI 16-
7062-2004 yang diambil dari as lapangan. Adapun titik ukur yang didapat menjadi 15 titik ukur (Gambar 5).

Hasil Pengukuran pada pukul 08.00 WITA


Pengukuran pada pagi hari dilakukan selama 4 hari yaitu pada tanggal 23 Maret 2018 , 2 April 2018, 3 April
2018 dan 5 April 2018. Pengukuran berlangsung pada pukul 08.00-09.00 WITA.
Intensitas cahaya langit luar.

Tabel 2. Intensitas cahaya langit luar pada pengukuran pagi hari (08.00 WITA)

Tanggal waktu pengukuran Lux


23 Maret 2018 106859
02 April 2018 108975
03 April 2018 119812
05 April 2018 96573

Nilai rata-rata pengukuran tiap zona titik ukur


Nilai rata-rata diukur berdasarkan tiap zona ukur, hal ini bertujuan untuk mengetahui besaran nilai rata-rata
zona pengukuran sesuai dengan orientasi matahari terhadapa bangunan tersebut. Adapun besarannya adalah
sebagai berikut:

Tabel 3. Nilai rata-rata pengukuran tiap zona titik ukur pukul 08.00 WITA

Area lantai dasar


Tanggal
Seluruh lantai dasar Lapangan
23 Maret 2018 20,5 20,2
02 April 2018 30 28,5
03 April 2018 36,75 38
05 April 2018 63,1 63,1

Besaran Distribusi Cahaya pada GOR ASPOL Panaikang Makassar


Distribusi cahaya pada pada GOR ASPOL Panaikang Makassar diukur dari berapa persen cahaya yang
terdistribusi ke dalam bangunan dari total cahaya yang berada diluar bangunan, berikut total distribusi cahaya
yang masuk kedalam gedung bangunan:

Dari Gambar 6 grafik menunjukan hampir keseluruhan titik ukur pada zona seluruh lantai dasar pada tanggal 5
April 2018 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan pengukuran pada hari lainnya padahal intensitas
cahaya langit luarnya jauh lebih kecil. Dimana pengukuran tertinggi pada tanggal 5 April 2108 adalah sebesar
97 lux dan pengukuran terendah adalah 35 lux. Hal ini disebabkan karena pada tanggal tersebut peneliti
membuka semua area terpal yang menutupi bukaan.

Gambar 6. Grafik Pencahayaan zona seluruh lantai dasar pada pukul 08.00 WITA

42
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

Dari grafik tersebut juga menunjukan bahwa pada titik ukur H, I dan L memiliki nilai intensitas paling rendah
yaitu pada titik H pengukuran pada 23 Maret 2018 sebesar 21 lux, 2 April 2018 sebesar 9 lux, 3 April 2018
sebesar 21 lux dan 5 April 2018 sebesar 46 lux. Pada titik I pengukuran pada 23 Maret 2018 sebesar 24 lux, 2
April 2018 sebesar 13 lux, 3 April sebesar 27 lux dan 5 April sebesar 50 lux. Serta pada titik L pada 23 April
2018 sebesar 21 lux, 2 April 2018 sebesar 19 lux, 3 April sebesar 21 lux dan 5 April sebesar 40 lux.Hal ini
dikarenakan pada titik ukur H, I dan L memiliki posisi di tengah zona titik ukur dimana titik tersebut berada
sangat jauh dari segala arah bukaan.

Hasil Simulasi
Simulasi Velux Visualizer Daylight adalah program desain pencahayaan alami yang dilakukan dengan cara
menduplikasikan atau menggambarkan ciri, tampilan, dan karakteristik dari suatu sistem nyata tanpa menyentuh
dan merubah keuntungan dan kerugian dari apa yang menjadi kebijakan utama suatu keputusan yang di uji coba
dalam sistem model.

Dari Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa tingkat penerangan terendah adalah 196,5 lux (Gambar 7) dan
tertinggi adalah 418 lux (Gambar 8), dimanatingkat penerangan tertinggi 1,6%<standar penerangan untuk
latihan (200 lux) dan tingkat penerangan terendah adalah 40%>standar penerangan untuk pertandingan yaitu
(300 lux).

Gambar 7. Gambar kontur cahaya pada area lapangan basket sisi utara

Gambar 8. Gambar kontur cahaya pada area lapangan basket sisi selatan

Dari gambar kontur (Gambar 7 dan 8) menunujukkan persebaran cahaya pada zona lapangan relatif merata
dikarenakan besaran intensitas cahaya yang masuk berkisar dari 195,5 lux – 418 lux (Gambar 7 dan 8), hal
tersebut juga dapat dilihat dari kontur pada lapangan yang berwarna hijau, kuning dan jingga.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Intensitas cahaya pada lapangan GOR ASPOL bisa dikatakan jauh di bawah standar SNI 02-3647-1994.
Adanya pengaruh saat dimensi dinding di atas tribun dikurangi sehingga rata dengan tribun teratas dan

43
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

hanya menyisahkan tiang kolom. Pengaruh dari perubahan tersebut adalah peningkatan intensitas cahaya
pada lapangan.
2. Sehingga hasil simulasi untuk pagi dan sore hari telah mendekati standar SNI 03-3647-1994, dan untuk
siang hari mendekati pertengahan antara standar pertandingan (300 lux) dan standar pertandingan yang
didokumentasikan (1000 lux).

Saran
1. Hasil penelitian dan pengukuran pada lapangan menunjukkan bahwa kondisi awal GOR tidak mencapai
standar SNI 03-3647-1994. Sehingga untuk menyesuaikan dengan SNI 02-3647-1994 maka perlu
dilakukan pengurangan pada dimensi dinding sehingga bukaannya lebih banyak mendistribusikan cahaya
dari langit luar sperti pada hasil simulasi yang dilakukan peneliti.
2. Dari hasil penelitian terhadap kenyamanan pengguna GOR bahwa meskipun pencahayaan pada GOR jauh
di bawah standar, namun pengguna GOR khususnya pemain basket masih dapat bermain dan bergerak
tanpa gangguan kenyamanan visual sama sekali. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti selanjutnya
agar dapat meneliti lebih lanjut akan hal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bean. 2004 dalam Ignatius. 2017. Teknik Optimasi Pencahayaan Alami dalam Interior Rumah Tinggal.
Universitas Kristen Petra. Surabaya
Birren. 1982 dalam Lucian. 2004. Penelitian terhadap Kuat Penerangan dan hubungannya dengan angka
reflektansi warna dinding, Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Dora, P. E dan Nilasari, P. F. 2011. Pemanfaatan Pencahayaan Alami pada Rumah Tinggal Tipe Townhouse.
Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Fitrianti, Diorita. 2010. Sistem Pencahayaan Sebagai Salah Satu Penunjang Kegiatan Membaca Pada
perpustakaan. Skripsi Program Sarjana Strata 1 Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas
Indonesia. Depok.
Gunawan, Ryani. 2011. Simulasi Rancangan Bukaan Pencahayaan Cahaya Matahari Langsung. Universitas
Katolik Parahyangan.
Google Earth. 2018. “Explore, Search anda Discover”. http:// www. Earth.Google.com. (Diakses pada tanggal
17 Februari 2018 pukul 19:26)
Haslizen. 1983. Simulasi Matematis Radiasi Matahari di Indonesia. LFN-LIPI. Bandung.
Haviidho, Agung, Nurachmad. 2014. Perancangan Sport Center di Kota Bontang (Pengaruh Bukaan pada
Selubung Bangunan). Universitas Brawijaya. Malang.
IESNA. 2000. Lighting Handbook “Reference and Application”. Illuminating Engineering: North America.
Kroemer, K. H. E dan Grandjean. 2000. Fitting the Task to the Human a Textbook of Occupational
Ergonomics. Taylor & Francis: London.
Latlong. 2018. “Latlong”.https://www.latlong.net/. (Diakses pada tanggal 25 Juni 2018 pukul 18:02)
Mangunwijaya. 1998. Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta: Djambatan.
Mona, Yulkifli, Zulhendri. 2015. Sistem Pengukuran Intensitas dan Durasi Penyinaran Matahari Realtime PC
berbasis LDR dan Motor Stepper. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Mujib, F. K dan Rahmadiansah, A. 2012. Desain Pencahayaan Lapangan Bulu Tangkis Indoor ITS. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Najma, Wiranto, Heri. 2013. Perancangan Pencahayaan GOR “Target” Keputih dengan Menganalisa Daya serta
Menerapkan Konsep Green Building. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya
Olgyay, A. dan Olgyay, V. 1957. Solar Control and Shading Devices. Princeton: Princeton University Pres.
New Jersey
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 38 Tahun 2012

44
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018

Rahim, Ramli, dkk. 2011. Monitoring Perubahan Iklim dengan Data Pengukuran Luminansi dan Lama
Penyinaran Matahari. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Rai, Padmanaba Cok Gd. 2006. Pengaruh Penerangan dalam Ruang Terhadap Produktivitas Kerja Mahasiswa.
Skripsi Program Studi desain interior FSRD. Institut Seni Indonesia Denpasar.
Roston, Jack. 2005 dalam Azhara. 2014. Gambaran Pemenuhan Standar Pencahayaan Perpustakaan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi Program Strata 1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Roy, M. 2017. Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Perpustakaan Fakultas Teknik. Skripsi Program
Sarjana Strata 1 Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas Hasanuddin. Gowa Universitas
Hasanuddin. Gowa
Setiawan, A. 2013. Optimasi Distribusi Pencahayaan Alami terhadap Kenyamanan Visual pada Toko “Oen” di
Kota Malang. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Setiawan, D. 2010. Analisis Kelelahan Mata Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Intensitas Penerangan
Dibawah Standar di Ruangan Office PT. Buma Jobsite Adaro. Akademika Program D. IV Kesehatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
SNI 03-3647-1994 Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olahraga
SNI 03-6575-2001: Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung.
SNI 16-7062-2004: Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja
Soetiadji S, Setyo. 1986. Anatomi Tampak. Penerbit Djambatan, PT.
Suma’mur PK. 1993. Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji Masagung.
Syahriana, Syarif, Sulaiman. 2013. Pengaruh Bukaan terhadap Pencahayaan Alami Bangunan Tropis di
Indonesia. Universitas Hasanuddin. Makassar
Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Universitas
Islam Batik Surakarta.
Thojib, J dan Adhitama, M. S. 2013. Kenyamanan Visual melalui Pencahayaan Alami pada Kantor. Universitas
Brawijaya. Malang.

45

Anda mungkin juga menyukai