Oleh:
BAB I
DATA RUANG
A. Nama dan Fungsi Ruang
Pengukuran pencahayaan dilakukan di Masjid Manarul Ilmi ITS pada Area Sholat
dan Tempat Wudhu.
Area Sholat
Tempat Wudhu
BAB II
REFERENSI
A. Definisi Cahaya
Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah partikel yang dapat
merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari suatu benda yang bersinar seperti bulan,
matahari, dan lampu yang menyebabkan mata dapat menangkap bayangan dari benda – benda di
sekitarnya.
Cahaya berada pada daerah panjang gelombang 400 nm s.d. 800 nm (atau 380 nm. s.d.
780 nm). Di luar daerah tersebut, mata manusia tidak sensitif. Radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang di bawah 400 nm disebut sinar ultraviolet, sedangkan radiasi
elektromagnetik di atas 800 nm disebut sinar inframerah.
1) Sinar inframerah
Ungu
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah
3) Sinar ultraviolet
Sinar-X dikenal luas dalam dunia kedokteran sebagai sinar Rontgen. Dipakai untuk
memeriksa organ bagian dalam tubuh. Tulang yang retak di bagian dalam tubuh dapat
terlihat menggunakan sinar-X ini. Sinar-X berada pada rentang frekuensi 300 juta GHz
(10 pangkat 17) dan 50 miliar GHz (10 pangkat 19). Penemuan sinar-X dianggap sebagai
salah satu penemuan penting dalam fisika. Sinar-X ditemukan oleh ahli fisika Jerman
bernama Wilhelm Rontgen saat sedang mempelajari sinar katoda.
Gambar 5. X Ray
5) Sinar Gamma
B. Sifat-Sifat Cahaya
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang bisa kita lihat. Cahaya dapat
merambat tanpa memerlukan medium. Cahaya matahari bisa sampai ke bumi kita
meskipun melewati ruang antarplanet yang merupakan ruang hampa. Di ruang hampa,
cahaya merambat dengan kecepatan 3x108 m/s atau 300.000 km/s. Sifat cahaya yang
merambat lurus dapat kita lihat ketika ada cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan
melewati jendela. Cahaya matahari yang melewati jendela tersebut akan memperlihatkan
berkasberkas cahaya yang merambat lurus kedalam ruangan. Cahaya akan selalu
merambat menurut garis lurus, kecuali jika cahaya tersebut mengenai sesuatu yang
merubah arahnya. Sinar cahaya selalu berjalan lurus dari benda yang kita lihat dan
menuju ke mata kita. Dalam kehidupan sehari-hari banyak bukti yang menunjukkan
bahwa cahaya merambat lurus. Bukti-bukti tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Sinar matahari yang melalui celah sempit dan menembus ruangan gelap tampak
seperti garis-garis putih yang lurus.
2) Cahaya lampu mobil atau senter pada malam hari.
3) Nyala lilin tidak tampak jika dilihat melalui pipa bengkok.
4) Berkas cahaya dari proyektor film yang dipancarkan ke arah layar.
Bening Benda bening adalah benda-benda yang dapat ditembus cahaya. Benda
bening akan meneruskan cahaya sehingga tampak menembus benda tersebut. Contoh
benda bening adalah air jernih, gelas kaca bening, kristal, dan kertas roti. Benda-benda
yang tidak dapat ditembus oleh cahayadisebut benda gelap. Cahaya yang mengenai
benda gelap akan diserap sehingga cahaya seolah-olah tampak terperangkap dan tidak
dapat keluar lagi. Beberapa contoh benda gelap adalah buku, kayu, tembok, sendok,
garpu dan lain sebagainya
Gambar 8. Cahaya Menembus Benda Bening
a) Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan
bertemu pada satu titik.
b) Sudut datang (i) besarnya sama dengan sudut pantul (r).
Berdasarkan arah sinar pantulnya, maka pemantulan cahaya dapat dibagi menjadi
dua jenis:
a) Pemantulan teratur, yaitu pemantulan cahaya yang terjadi pada permukaan benda
yang rata. Dan akan menghasilkan sinar-sinar pantul yang sejajar.
b) Pemantulan baur/diffus, yaitu pemantulan cahaya yang terjadi pada permukaan
tidak rata.
Cahaya yang melewati medium bening yang berbeda kerapatannya dapat diubah
arahnya. Pembelokan seberkas cahaya yang merambat dari satu medium ke medium
lainnya yang berbeda kerapatannya dinamakan pembiasan
C. Definisi Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah bidang
permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan
rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang
horisontal imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI
Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000).
Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari
luas permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan
yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya dengan jelas.
1) Lumen, adalah satuan flux cahaya yang dipancarkan di dalam satuan unit sudut
padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu
lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik
dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens
pada panjang gelombang 555 nm.
2) Luminaire, adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau
beberapa lamu, termasuk ranacangan pendistribusian cahaya, penempatan, dan
perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkan lampu ke pasokan daya.
3) Lux, merupakan satuan metric ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-
rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang
sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi.
5) Intensitas cahaya dan Flux, satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga
dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang
jatuh pada setiap meter persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1 m)
jika sumber cahayanya isotropic 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh arah)
merupakan pusat isotropic lingkaran. Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari r
adalah 4 × π × r², maka lingkaran dengan jari-jari 1 m memiliki luas 4 × π × m², dan
oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1-cd adalah 4π1m.
jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropic dengan intensitas I
adalah:
Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal pada
mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter
persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama
untuk 1000 lumens, yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya menghasilkan
cahaya suram 1000 lux.
D. Sumber Pencahayaan
1) Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya yang berasal
dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah sumber pencahayaan alami yang
paling utama, namun sumber pencahayaan ini tergantung kepada waktu (siang hari atau
malam hari), musim, dan cuaca (cerah, mendung, berawan, dll). Penggunaan
pencahayaan alami pada siang hari dalam bangunan sangat bermanfaat terutama untuk
mengurangi konsumsi energy listrik pada bangunan serta memberikan kenyamanan
secara fisiologis dan psikologis bagi penghuni bangunan (Veitch J. A., 2001).
a) Sunlight
Yaitu cahaya matahari langsung, umumnya memiliki intensitas yang tinggi dan
sudut penyebaran cahaya yang sempit. Cahaya jenis ini harus selalu dijaga agar
jumlahnya tetap terkendali, sehingga tidak menimbulkan silau dan radiasi panas yang
terlalu tinggi.
b) Daylight
2) Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya selain
cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas, dll. Pencahayaan
buatan diperlukan ketika pencahayaan alami tidak tersedia di ruangan pada saat medung
atau matahari terbenam, ketika ingin memberikan efek arah dan warna pencahyaan pada
suatu ruangan, ketika suatu ruangan memerlukan pencahayaan yang konstan seperti pada
ruangan operasi, serta untuk fungsi tertentu seperti menyediakan kehangatan bagi bayi
yang baru lahir.
Pada sistem ini, pencahayaan tersebar pada semua area di ruangan secara merata Sistem
pencahayaan merata digunakan pada ruangan yang tidak memerlukan ketelitian dalam
melihat seperti pada koridor atau jalan.
Pada sistem ini, cahaya hanya dikonsentrasikan pada objek yang membutuhkan cahaya
secara optimal seperti pada area kerja. Sistem pencahayaan jenis ini cocok untuk
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi dan mengamati benda yang membutuhkan
cahaya.
Gambar 14. (a) Pencahyaan Merata, (b)Pencahayaan Setempat, (c) Pencahayaan Gabungan
F. Distribusi Cahaya
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem
pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan distribusi cahaya, armatur
lampu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Fungsi untuk penerangan umum secara merata dalam ruangan. Misalnya penerangan
untuk ruang kerja atau ruang kelas.
Fungsi untuk penerangan setempat khususnya pada lokasi konsentrasi kerja seperti
penerangan untuk menggambar, belajar atau untuk kerja khusus seperti tukang jam.
Fungsi untuk memberikan aksen pada ruangan untuk kepentingan estesis pada interior
suatu ruangan. Misalnya penempatan lampu pada dinding atau pada kolom suatu ruangan
untuk memperindah ruangan.
Kenyamanan visual adalah kebutuhan akan tingkat penerangan yang baik di didalam
suatu ruangan. Pencahayaan yang baik, merupakan pencahayaan yang dapat memenuhi
kebutuhan akan penggunanya, terkait dengan jenis kegiatan yang dilakukan di dalam
ruang tersebut.
b) Kualitas Cahaya
2) Silau (glare), terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi
kecerahan dari interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling umum
adalah kecerahan yang berlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat
langsung atau melalui pantulan. Ada dua macam silau, yaitu disability glare
yang dapat mengurangi kemampuan melihat (terjadi jika terdapat daerah yang
dekat dengan medan penglihatan yang mempunyai luminansi jauh diatas
luminansi objek yang dilihat), dan discomfort glare yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan penglihatan (terjadi jika beberapa elemen interior mempunyai
luminansi yang jauh diatas luminansi elemen interior lainnya). Kedua macam
silau ini dapat terjadi secara bersamaan atau sendiri-sendiri (SNI 03-6575-2001).
Berikut ini merupakan harga Ra dan temperatur warna untuk beberapa jenis lampu:
Jendela adalah salah satu bentuk pelubangan dinding yang lazim dipasang /dilengkapi
tritisan atau merupakan bagian elemen (unsur rumah/ bangunan) yang dapat memasukkan cahaya
alami atau sirkulasi udara dari dalam dan dari luar bangunan (Bebhi, 2014: h. 4). Menurut
Daryanto (2012), jendela merupakan salah satu komponen bangunan yang berhubungan
langsung dengan aspek pencahayaan dan penghawaan.
Menurut Dahniar dan Andi Asmulyani (2013), jendela merupakan ukuran pada sebuah
dinding di sebuah bangunan yang memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang dalam
(interior). Ukuran jendela merupakan elemen yang dapat memodifikasi iklim luar ke dalam
interior. Oleh karena itu, jendela sangat diperlukan dalam suatu ruang sehingga ruangan tersebut
mendapatkan penerangan alami dari cahaya matahari yang menghemat biaya listrik.
Dengan memperhatikan orientasi jendela, acuan akan dibuat berdasarkan orientasi georafi
karena garis edar matahari akan berpengaruh pada pencahayaan alami. Berdasarkan pandangan
ini, jendela dapat dikelompokkan ke dalam:
Persyaratan Ukuran bukaan dinding untuk kusen pintu : harus sesuai dengan ketentuan
koordinasi modular, seperti berikut ;
Dasar perhitungan ukuran kusen pintu dan jendela harus sesuai dengan spesifikasi
berikut:
a) Kusen Pintu
1) Ukuran kayu untuk kusen pintu seperti: 60 x (100, 120, 130, 150); 80 x (100,
120, 150) dan 100 x (120, 150) dalam mm.
2) Ukuran tinggi bagian dalam kusen pintu dihitung dengan :
Dimana, Tkp = tinggi kusen bag. Dalam, Tbp = tinggi bukaan dinding, tk = tebal
kayu dikurangi 2 mm – 5 mm Sk = tinggi sepatu kusen.
b) Kusen Jendela
1) Ukuran kayu untuk kusen jendela : 60 x (100, 120, 130, 150 ); 80 x (100, 120,
150) dan 100 x (120, 150) dalam mm.
Cara Pengukuran:
Penentuan titik pengukuran diambil dari titik potong horizontal panjang dan lebar
ruangan pada jarak 3 meter (SNI 16-7062-2004). Sehingga didapatkan 88 titik
pengukuran dengan lokasi:
Pengukuran dilaksanakan saat cuaca mendung. Ruangan ini memiliki luas 736
m2. Pengukuran dilakukan pada keadaan lampu tidak menyala.
Pengukuran dilakukan pada 88 titik. Pengukuran yang dilakukan mendapatkan
hasil rata-rata 23,6 Lux. Hasil pengukuran tersebut belum memenuhi standar
pencahayaan untuk tempat ibadah yaitu 200 Lux.
Dari hasil pengukuran yang didapatkan, tidak semua titik pengukuran memenuhi
batas minimum pencahayaan. Hal tersebut di karenakan adanya beberapa titik ruangan
yang jauh dari cahaya matahari. Faktor lain yang dapat menyebabkan pencahayaan
tersebut kurang terang adalah adanya kemungkinan tertutup / terhalang oleh benda-benda
sehingga menghalangi cahaya.
B. Tempat Wudhu
Penentuan titik pengukuran diambil dari titik potong horizontal panjang ruangan
pada jarak 1,8m dan lebar ruangan pada jarak 2,4 meter. Sehingga didapatkan 18 titik
pengukuran dengan lokasi:
Hasil pengukuran pada tiap titiknya adalah sebagai berikut:
Pengukuran dilaksanakan saat cuaca mendung. Ruangan ini memiliki luas 62 m2.
Pengukuran dilakukan pada keadaan lampu tidak menyala.
Pengukuran dilakukan pada 18 titik. Pengukuran yang dilakukan mendapatkan
hasil rata-rata 552,9 Lux. Hasil pengukuran tersebut melebihi standar pencahayaan untuk
tempat ibadah yaitu 200 Lux.
Pada beberapa titik pengukuran menunjukkan hasil pengukuran yang cukup tinggi
yaitu mencapai 300 sampai 1400 lux. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi sebaiknya
dihindari karena dapat menyebabkan kelelahan mata akibat cahaya yang terlalu banyak.
Dari hasil pengukuran yang didapatkan, tidak semua titik pengukuran memenuhi
batas minimum pencahayaan. Hal tersebut di karenakan adanya kemungkinan tertutup /
terhalang oleh benda-benda sehingga menghalangi cahaya.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dan pembahasan, dapat terlihat bahwa pencahayaan alami
pada Area Sholat Masjid Manarul Ilmi ITS kurang memenuhi standar pencahayaan untuk tempat
ibadah. Sedangkan, pada Tempat Wudhu melebihi standar pencahayaan untuk tempat ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43117/Chapter
%20II.pdf;sequence=4
http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/67/jbptppolban-gdl-giligretar-3326-3-bab2--6.pdf
http://merlindriati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/30545/Pencahayaan.pdf
%20diakses%20pada%20April%202016
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00750-AR%20Bab2001.pdf
http://eprints.ung.ac.id/4999/4/2012-1-20401-521305030-bab2-16082012015457.pdf
http://digilib.unila.ac.id/2556/16/LAMPIRAN%20-%20LAMPIRAN.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/1084/6/083911061_Bab2.pdf
https://elfajr.blog.uns.ac.id//files/2010/04/desain_pencahayaan_buatan.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124128-S-5265-Kajian%20pencahayaan-Literatur.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/375/3/2MTA00017.pdf
https://www.scribd.com/document/130650904/SNI-03-0675-1989-Spesifikasi-Ukuran-
Kusen-Pintu-Kayu-Kusen-Jendela-Kayu-Daun-Pintu-Kayu-Dan-Daun-Jendela-Kayu-
Untuk-Bangunan-Rumah-Dan-Gedung