Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

Tata Cahaya (DI184628)

Dosen: Caesario Ari Budianto, S.T., M.T.

Oleh:

I Gede Made Dian Putra P. (08411640000008)

Umar Faruq Abdurrahman (08411640000027)

Nindy Ramastika Lestari (08411640000030)

Wahyu Putro Utomo (08411640000036)

DEPARTEMEN DESAIN INTERIOR

FAKULTAS ARSITEKTUR DESAIN DAN PERENCANAAN

INTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


2018

BAB I
DATA RUANG
A. Nama dan Fungsi Ruang

Pengukuran pencahayaan dilakukan di Masjid Manarul Ilmi ITS pada Area Sholat
dan Tempat Wudhu.

B. Posisi Ruang Dalam Bangunan

Area Sholat

Tempat Wudhu
BAB II
REFERENSI

A. Definisi Cahaya

Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah partikel yang dapat
merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari suatu benda yang bersinar seperti bulan,
matahari, dan lampu yang menyebabkan mata dapat menangkap bayangan dari benda – benda di
sekitarnya.

Cahaya menurut Newton (1642 - 1727) terdiri dari partikel-partikel ringan


berukuransangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Cahaya dapat juga didefinisikan sebagai energy radiasi yang dapat dievaluasi
secara visual (menurut Illuminating Engineering Society, 1972) atau bagian dari spectrum radiasi
elektromagnetik yang dapat dilihat (visible).

Cahaya berada pada daerah panjang gelombang 400 nm s.d. 800 nm (atau 380 nm. s.d.
780 nm). Di luar daerah tersebut, mata manusia tidak sensitif. Radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang di bawah 400 nm disebut sinar ultraviolet, sedangkan radiasi
elektromagnetik di atas 800 nm disebut sinar inframerah.

Gambar 1. Spektrum Elektromagnetik


Telah disampaikan bahwa cahaya adalah salah satu bagian dari bermacam-macam
gelombang elektromagnetik. Dalam pengertian lain, gelombang elektromagnetik memiliki
spektrum panjang gelombang yang luas, mulai dari gelombang radio dengan panjang gelombang
orde satu meter atau lebih sampai turun ke sinar-X dengan orde sepermilyar meter. Secara umum
pengertian spektrum adalah berkaitan dengan himpunan dari berbagai macam hal yang
berurutan. Gelombang elektromagnetik membentuk spektrum panjang gelombang artinya
gelombang elektromagnetik disusun dari berbagai range panjang gelombang.

1) Sinar inframerah

Sinar inframerah (infrared/IR) termasuk dalam gelombang elektromagnetik dan


berada dalam rentang frekuensi 300 GHz sampai 40.000 GHz (10 pangkat 13). Sinar
inframerah dihasilkan oleh proses di dalam molekul dan benda panas. Telah lama
diketahui bahwa benda panas akibat aktivitas (getaran) atomik dan molekuler di
dalamnya dianggap memancarkan gelombang panas dalam bentuk sinar inframerah.
Oleh karena itu, sinar inframerah sering disebut radiasi panas.

Gambar 2. Radiasi Infrared

2) Cahaya atau sinar tampak

Dalam rentang spektrum gelombang elektromagnetik, cahaya atau sinar tampak


hanya menempati pita sempit di atas sinar inframerah. Spektrum frekuensi sinar tampak
berisi frekuensi dimana mata manusia peka terhadapnya. Frekuensi sinar tampak
membentang antara 40.000 dan 80.000 GHz (10 pangkat 13) atau bersesuaian dengan
panjang gelombang antara 380 dan 780 nm (10 pangkat -9). Cahaya yang kita rasakan
sehari-hari berada dalam rentang frekuensi ini. cahaya juga dihasilkan melalui proses
dalam skala atom dan molekul berupa pengaturan internal dalam konfigurasi electron
urutan spectrum warna cahaya berdasarkan kenaikan panjang gelombang adalah:

 Ungu
 Biru
 Hijau
 Kuning
 Jingga
 Merah

Gambar 3. Sinar Tampak

3) Sinar ultraviolet

Rentang frekuensi sinar ultraviolet (ultraungu) membentang dalam kisaran 80.000


GHz sampai puluhan juta GHz (10 pangkat 17). Sinar ultraungu atau disebut juga sinar
ultraviolet datang dari matahari berupa radiasi ultraviolet memiliki energi yang cukup
kuat dan dapat mengionisasi atom-atom yang berada di lapisan atmosfer.

Gambar 4. Sinar Ultraviolet


4) Sinar X

Sinar-X dikenal luas dalam dunia kedokteran sebagai sinar Rontgen. Dipakai untuk
memeriksa organ bagian dalam tubuh. Tulang yang retak di bagian dalam tubuh dapat
terlihat menggunakan sinar-X ini. Sinar-X berada pada rentang frekuensi 300 juta GHz
(10 pangkat 17) dan 50 miliar GHz (10 pangkat 19). Penemuan sinar-X dianggap sebagai
salah satu penemuan penting dalam fisika. Sinar-X ditemukan oleh ahli fisika Jerman
bernama Wilhelm Rontgen saat sedang mempelajari sinar katoda.

Gambar 5. X Ray

5) Sinar Gamma

Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi (dan


karenanya juga energi) yang paling besar. Sinar gamma memiliki rentang frekuensi dari
10 pangkat 18 sampai 10 pangkat 22 Hz. Sinar gamma dihasilkan melalui proses di
dalam inti atom (nuklir).

Gambar 6. Bom Atom Memancarkan Sinar Gamma

B. Sifat-Sifat Cahaya

1) Cahaya Merambat Lurus

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang bisa kita lihat. Cahaya dapat
merambat tanpa memerlukan medium. Cahaya matahari bisa sampai ke bumi kita
meskipun melewati ruang antarplanet yang merupakan ruang hampa. Di ruang hampa,
cahaya merambat dengan kecepatan 3x108 m/s atau 300.000 km/s. Sifat cahaya yang
merambat lurus dapat kita lihat ketika ada cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan
melewati jendela. Cahaya matahari yang melewati jendela tersebut akan memperlihatkan
berkasberkas cahaya yang merambat lurus kedalam ruangan. Cahaya akan selalu
merambat menurut garis lurus, kecuali jika cahaya tersebut mengenai sesuatu yang
merubah arahnya. Sinar cahaya selalu berjalan lurus dari benda yang kita lihat dan
menuju ke mata kita. Dalam kehidupan sehari-hari banyak bukti yang menunjukkan
bahwa cahaya merambat lurus. Bukti-bukti tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Sinar matahari yang melalui celah sempit dan menembus ruangan gelap tampak
seperti garis-garis putih yang lurus.
2) Cahaya lampu mobil atau senter pada malam hari.
3) Nyala lilin tidak tampak jika dilihat melalui pipa bengkok.
4) Berkas cahaya dari proyektor film yang dipancarkan ke arah layar.

Gambar 7. Cahaya Merambat Lurus

2) Cahaya Menembus Benda Bening

Bening Benda bening adalah benda-benda yang dapat ditembus cahaya. Benda
bening akan meneruskan cahaya sehingga tampak menembus benda tersebut. Contoh
benda bening adalah air jernih, gelas kaca bening, kristal, dan kertas roti. Benda-benda
yang tidak dapat ditembus oleh cahayadisebut benda gelap. Cahaya yang mengenai
benda gelap akan diserap sehingga cahaya seolah-olah tampak terperangkap dan tidak
dapat keluar lagi. Beberapa contoh benda gelap adalah buku, kayu, tembok, sendok,
garpu dan lain sebagainya
Gambar 8. Cahaya Menembus Benda Bening

3) Cahaya dapat Dipantulkan

Dalam pemantulan cahaya berlaku Hukum Snellius tentang pemantulan cahaya.


Hukum Snellius dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan
bertemu pada satu titik.
b) Sudut datang (i) besarnya sama dengan sudut pantul (r).

Berdasarkan arah sinar pantulnya, maka pemantulan cahaya dapat dibagi menjadi
dua jenis:

a) Pemantulan teratur, yaitu pemantulan cahaya yang terjadi pada permukaan benda
yang rata. Dan akan menghasilkan sinar-sinar pantul yang sejajar.
b) Pemantulan baur/diffus, yaitu pemantulan cahaya yang terjadi pada permukaan
tidak rata.

Gambar 9. Cahaya dapat Dipantulkan


4) Cahaya dapat Dibiaskan

Cahaya yang melewati medium bening yang berbeda kerapatannya dapat diubah
arahnya. Pembelokan seberkas cahaya yang merambat dari satu medium ke medium
lainnya yang berbeda kerapatannya dinamakan pembiasan

Gambar 10. Cahaya dapat Dibiaskan

C. Definisi Pencahayaan

Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah bidang
permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan
rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang
horisontal imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI
Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000).
Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari
luas permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan
yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya dengan jelas.

Beberapa standar dalam pencahayaan beserta satuannya antara lain:

1) Lumen, adalah satuan flux cahaya yang dipancarkan di dalam satuan unit sudut
padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu
lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik
dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens
pada panjang gelombang 555 nm.
2) Luminaire, adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau
beberapa lamu, termasuk ranacangan pendistribusian cahaya, penempatan, dan
perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkan lampu ke pasokan daya.

3) Lux, merupakan satuan metric ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-
rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang
sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi.

4) Footcandle, adalah satuan pengukuran iluminasi (level cahaya) pada suatu


permukaan. Satu footcandle setara dengan satu lumen per kaki kuadrat.

5) Intensitas cahaya dan Flux, satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga
dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang
jatuh pada setiap meter persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1 m)
jika sumber cahayanya isotropic 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh arah)
merupakan pusat isotropic lingkaran. Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari r
adalah 4 × π × r², maka lingkaran dengan jari-jari 1 m memiliki luas 4 × π × m², dan
oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1-cd adalah 4π1m.
jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropic dengan intensitas I
adalah:

Flux cahaya (lm) = 4π × intensitas cahaya (cd)

Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal pada
mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter
persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama
untuk 1000 lumens, yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya menghasilkan
cahaya suram 1000 lux.

D. Sumber Pencahayaan

Menurut sumber cahaya, pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1) Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya yang berasal
dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah sumber pencahayaan alami yang
paling utama, namun sumber pencahayaan ini tergantung kepada waktu (siang hari atau
malam hari), musim, dan cuaca (cerah, mendung, berawan, dll). Penggunaan
pencahayaan alami pada siang hari dalam bangunan sangat bermanfaat terutama untuk
mengurangi konsumsi energy listrik pada bangunan serta memberikan kenyamanan
secara fisiologis dan psikologis bagi penghuni bangunan (Veitch J. A., 2001).

Pencahayaan alami umumnya dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Sunlight

Yaitu cahaya matahari langsung, umumnya memiliki intensitas yang tinggi dan
sudut penyebaran cahaya yang sempit. Cahaya jenis ini harus selalu dijaga agar
jumlahnya tetap terkendali, sehingga tidak menimbulkan silau dan radiasi panas yang
terlalu tinggi.

Gambar 11. Sunlight

b) Daylight

Yaitu cahaya matahari tidak langsung yang disebarkan oleh partikel-partikel


atmosfer, termasuk awan. Umumnya memiliki intensitas yang sedang sampai dengan
rendah dan sudut penyebaran cahaya yang lebar (mendekati difus/merata ke segala
arah). Cahaya jenis ini umumnya lebih disukai untuk digunakan sebagai pencahayaan
alami dalam bangunan, karena tidak menimbulkan silau dan radiasi panas yang tinggi.

Gambar 12. Daylighting


Pencahayaan alami memiliki beberapa keuntungan yaitu :
 Hemat energi listrik
 Dapat membunuh kuman penyakit
 Variasi intensitas cahaya matahari dapat membuat suasana ruangan memiliki efek
yang berbeda – beda (seperti pada hari mendung, suasana di dalam ruangan akan
memiliki efek sejuk, dan hari cerah menyebabkan suasana bersemangat).

Kelemahan dari pencahayaan alami yaitu :


 Tidak dapat mengatur intensitas terang cahaya matahari sehingga jika cuaca terik
akan menimbulkan kesilauan
 Sumber pencahayaan alami yaitu matahari dapat menghasilkan panas
 Distribusi cahaya yang dihasilkan tidak merata.

2) Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya selain
cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas, dll. Pencahayaan
buatan diperlukan ketika pencahayaan alami tidak tersedia di ruangan pada saat medung
atau matahari terbenam, ketika ingin memberikan efek arah dan warna pencahyaan pada
suatu ruangan, ketika suatu ruangan memerlukan pencahayaan yang konstan seperti pada
ruangan operasi, serta untuk fungsi tertentu seperti menyediakan kehangatan bagi bayi
yang baru lahir.

Gambar 13. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan memiliki beberapa keuntungan seperti :


 Dapat menghasilkan pencahayaan yang merata
 Dapat menghasilkan pencahayaan khusus sesuai yang diinginkan
 Dapat menerangi semua daerah pada ruangan yang tidak terjangkau oleh sinar
matahari
 Menghasilkan pencahayaan yang konstan setiap waktu.

Pencahayaan buatan memiliki beberapa kelemahan seperti :


 Memerlukan energi listrik sehingga menambah biaya yang dikeluarkan
 Tidak dapat digunakan selamanya karena lampu dapat rusak.

E. Sistem Pencahayaan Buatan

Sistem pencahayaan buatan secara umum terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini, pencahayaan tersebar pada semua area di ruangan secara merata Sistem
pencahayaan merata digunakan pada ruangan yang tidak memerlukan ketelitian dalam
melihat seperti pada koridor atau jalan.

2. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini, cahaya hanya dikonsentrasikan pada objek yang membutuhkan cahaya
secara optimal seperti pada area kerja. Sistem pencahayaan jenis ini cocok untuk
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi dan mengamati benda yang membutuhkan
cahaya.

3. Sistem Pencahayaan Gabungan

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menggabungkan sistem pencahayaan


setempat dan sistem pencahayaan merata. Sistem pencahayaan ini cocok untuk memenuhi
pencahayaan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan tinggi.

Gambar 14. (a) Pencahyaan Merata, (b)Pencahayaan Setempat, (c) Pencahayaan Gabungan
F. Distribusi Cahaya

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem
pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan distribusi cahaya, armatur
lampu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

a) Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)

Pencahayaan langsung merupakan pencahayaan dengan distribusi sumber cahaya


langsung menuju ke sasaran yang dituju. Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan
secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Pencahayaan langsung biasanya
merupakan cahaya yang ditujukan secara fungsional untuk memenuhi kebutuhan cahaya
secara kuantitatif pada sebuah ruang atau bidang kerja. Sistem ini dinilai paling efektif
dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan
bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun
karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta
benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.

Gambar 15. Direct Lighting

b) Pencahayaan Semi Langsung/Tak Langsung (Semi-direct/indirect)

Pencahayaan semi langsung atau tak langsung merupakan pencahayaan yang


pendistribusiannya terbagi pada dua arah distribusi, yaitu sebagian cahaya yang berasal
dari sumber cahaya langsung dan sebagian lagi dipantulkan pada bidang permukaan.
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari,
sedangkan sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Pencahayaan jenis ini sering
digunakan karena dapat diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan kuantitas cahaya dan
juga dapat diaplikasikan untuk menciptakan kualitas visual suatu objek arsitektural.
Pencahayaan semilangsung atau tak langsung sering diaplikasikan pada pencahayaan
untuk mendefinisikan dinding, kolom, dan bidang vertikal lainnya.

Gambar 16. Semi Direct/Indirect Lighting

c) Pencahaaan Tak Langsung (Indirect Lighting)

Pencahayaan tak langsung diaplikasikan dengan memantulkan cahaya yang berasal


dari sumber cahaya pada bidang pemantul atau reflektor. Pada sistem ini 90-100% cahaya
diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk
menerangi seluruh ruangan. Pencahayaan tak langsung biasanya digunakan untuk
mengurangi tingkat kesilauan yang dihasilkan oleh sumber cahaya sehingga pencahayaan
tersebut dapat menghasilkan cahaya yang lebih lembut. Pencahayaan jenis ini sering
diaplikasikan pada ruangan dengan aktivitas yang memiliki tingkat pergerakan serta
ketelitian yang rendah. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan
kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada
permukaan kerja.

Gambar 17. Indirect Lighting


Berkaitan dengan fungsi distribusi cahaya dikenal beberapa istilah yaitu :

a) Pencahayaan Umum (General Lighting)

Fungsi untuk penerangan umum secara merata dalam ruangan. Misalnya penerangan
untuk ruang kerja atau ruang kelas.

Gambar 18. General Lighting

b) Pencahayaan Setempat (Local Lighting)

Fungsi untuk penerangan setempat khususnya pada lokasi konsentrasi kerja seperti
penerangan untuk menggambar, belajar atau untuk kerja khusus seperti tukang jam.

Gambar 19. Local Lighting


c) Pencahayaan Aksen (Accent Lighting)

Fungsi untuk memberikan aksen pada ruangan untuk kepentingan estesis pada interior
suatu ruangan. Misalnya penempatan lampu pada dinding atau pada kolom suatu ruangan
untuk memperindah ruangan.

Gambar 20. Accent Lighting

d) Pencahayaan Gabungan (Ambient Lighting)

Merupakan pencahayaan keseluruhan dalam ruang yang merupakan gabungan


berbagai model pencahayaan yang berfungsi untuk memberikan kesan ruang.

Gambar 21. Ambient Lighting


G. Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan
a) Kenyamanan Visual

Kenyamanan visual adalah kebutuhan akan tingkat penerangan yang baik di didalam
suatu ruangan. Pencahayaan yang baik, merupakan pencahayaan yang dapat memenuhi
kebutuhan akan penggunanya, terkait dengan jenis kegiatan yang dilakukan di dalam
ruang tersebut.

b) Kualitas Cahaya

Terdapat beberapa istilah pada pencahayaan secara umum yang mempengaruhi


kualitas pencahayaan antara lain :

1) Kontras (contrast), adalah perbedaan antara luminan (kecerahan, brightness)


benda yang kita lihat dan luminan permukaan disekitarnya. Semakin besar
kontras, semakin mudah kita melihat atau mengenali benda tadi. Di ruang yang
redup, kontras semakin berkurang pula (Satwiko, 2004: 66).

Gambar 22. Contoh Sederhana tentang Kontras

2) Silau (glare), terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi
kecerahan dari interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling umum
adalah kecerahan yang berlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat
langsung atau melalui pantulan. Ada dua macam silau, yaitu disability glare
yang dapat mengurangi kemampuan melihat (terjadi jika terdapat daerah yang
dekat dengan medan penglihatan yang mempunyai luminansi jauh diatas
luminansi objek yang dilihat), dan discomfort glare yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan penglihatan (terjadi jika beberapa elemen interior mempunyai
luminansi yang jauh diatas luminansi elemen interior lainnya). Kedua macam
silau ini dapat terjadi secara bersamaan atau sendiri-sendiri (SNI 03-6575-2001).

3) Refleksi dan reflektansi (Reflection and Reflectance), besarnya pencahayaan


dalam ruangan tidak hanya ditentukan oleh pencahayaan langsung dari lampu
tanpa atau dengan armatur, tetapi juga dipengaruhi oleh refleksi atau pantulan
cahaya dari berbagai permukaan yang ada pada ruangan tersebut. Besaran
pantulan cahaya dinyatakan dalam prosentase.
4) Kualitas warna cahaya, berdasarkan SNI 03-6575-2001, kualitas warna suatu
lampu mempunyai dua karakteristik yang berbeda sifatnya, yaitu tampak warna
yang dinyatakan dalam temperatur warna dan renderasi warna yang dapat
mempengaruhi penampilan objek yang diberikan cahaya suatu lampu. Sumber
cahaya yang mempunyai tampak warna yang sama dapat mempunyai renderasi
warna yang berbeda.

c) Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan

Untuk mencapai kenyamanan visual dalam suatu ruangan, diperlukan pengaturan


terhadap intensitas cahaya yang masuk. Berikut ini merupakan SNI dari tingkat
pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagai
fungsi ruangan:
Disamping perlu diketahui tampak warna suatu lampu, juga dipergunakan suatu
indeks yang menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu
tersebut. Nilai maksimum secara teoritis dari indeks renderasi warna adalah 100. Untuk
aplikasi, ada 4 kelompok renderasi warna yang dipakai, yaitu:

Berikut ini merupakan harga Ra dan temperatur warna untuk beberapa jenis lampu:

H. Pengaruh Jendela terhadap Intensitas Pencahayaan pada Ruang

Jendela adalah salah satu bentuk pelubangan dinding yang lazim dipasang /dilengkapi
tritisan atau merupakan bagian elemen (unsur rumah/ bangunan) yang dapat memasukkan cahaya
alami atau sirkulasi udara dari dalam dan dari luar bangunan (Bebhi, 2014: h. 4). Menurut
Daryanto (2012), jendela merupakan salah satu komponen bangunan yang berhubungan
langsung dengan aspek pencahayaan dan penghawaan.

Menurut Dahniar dan Andi Asmulyani (2013), jendela merupakan ukuran pada sebuah
dinding di sebuah bangunan yang memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang dalam
(interior). Ukuran jendela merupakan elemen yang dapat memodifikasi iklim luar ke dalam
interior. Oleh karena itu, jendela sangat diperlukan dalam suatu ruang sehingga ruangan tersebut
mendapatkan penerangan alami dari cahaya matahari yang menghemat biaya listrik.
Dengan memperhatikan orientasi jendela, acuan akan dibuat berdasarkan orientasi georafi
karena garis edar matahari akan berpengaruh pada pencahayaan alami. Berdasarkan pandangan
ini, jendela dapat dikelompokkan ke dalam:

a) Jendela menghadap Selatan


Tingkat penerangan tinggi dan sedikit variabel cahaya; memiliki energi tinggi
pada musim dingin dan sedang dimusim panas.

b) Jendela menghadap Timur-Barat


Keduanya menyediakan tingkat penerangan yang sedang, namun menghasilkan
cahaya yang sangat baik, orientasi ke timur menghasilkan cahaya yang dengan
intensitas tinggi pada pagi hari, sedangkan orientasi ke barat menghasilkan
intensitas yang tinggi pada siang hari. Memiliki energi yang tinggi pada musim
panas dan rendah pada musim dingin.

c) Jendela menghadap Utara


Tingkat penerangan rendah, namun menghasilkan tingkat cahaya yang stabil
sepanjang hari, energi yang dihasilkan sangat rendah (Manurung, 2012: h. 71-
72).

Berdasarkan SNI 03-0675-1989, terdapat spesifikasi ini memberikan ketentuan dasar


dalam merencanakan kusen pintu, kusen jendela, daun) pintu, dan daun jendela serta memuat
ukuran-ukuran kayu yang terpilih untuk kusen.

Persyaratan Ukuran bukaan dinding untuk kusen pintu : harus sesuai dengan ketentuan
koordinasi modular, seperti berikut ;

a) Ukuran untuk daun pintu tunggal (mm) : (2000,2100,2400) x (800,900,1200)


b) Ukuran untuk dua daun pintu berbeda (mm) : (2000,2100, 2400) x (1200, 1500)
c) Ukuran untuk daun pintu ganda (mm) : (2000, 2100, 2400)x (1500, 1800, 2100,
2400)
d) Ukuran bukaan dinding untuk jendela harus sesuai dengan koordinasi modular,
seperti : (2400, 2100, 2000, 1800, 1500, 1200, 900, 600, 400) x (600, 900, 1200,
1500, 1800, 2100, 2400) dalam mm.

Dasar perhitungan ukuran kusen pintu dan jendela harus sesuai dengan spesifikasi
berikut:

a) Kusen Pintu
1) Ukuran kayu untuk kusen pintu seperti: 60 x (100, 120, 130, 150); 80 x (100,
120, 150) dan 100 x (120, 150) dalam mm.
2) Ukuran tinggi bagian dalam kusen pintu dihitung dengan :
Dimana, Tkp = tinggi kusen bag. Dalam, Tbp = tinggi bukaan dinding, tk = tebal
kayu dikurangi 2 mm – 5 mm Sk = tinggi sepatu kusen.

b) Kusen Jendela
1) Ukuran kayu untuk kusen jendela : 60 x (100, 120, 130, 150 ); 80 x (100, 120,
150) dan 100 x (120, 150) dalam mm.

2) Ukuran tinggi bagian dalam kusen jendela dihitung dengan :


Dimana, Tkj = tinggi kusen bag. Dalam, Tbj = tinggi bukaan dinding, tk = tebal
kayu.

3) Ukuran lebar bag. dalam kusen pintu dan jendela :


Dimana, Lkp/Lbp = lebar bag. Dalam kusen pintu atau jendela, Lbp = lebar
bukaan

Dasar perhitungan ukuran daun pintu dan jendela.

a) Ukuran tinggi daun pintu ditentukan dengan :


Dimana, Tdp = tinggi pintu, Tkp = tinggi kusen bag. dalam, Sk = sepatu kusen dan S
= sponing = 10 mm -15 mm.

b) Ukuran lebar daun pintu dan jendela ditentukan dengan :


Ldp = Lkp + 2S dimana, Ldp/Ldj = lebar pintu atau Jendela, Lkp = tinggi kusen bag.
Dalam, dan S = sponing = 10 mm -15 mm.

c) Ukuran tinggi daun jendela ditentukan dengan :


Dimana, Tdj = tinggi daun jendela, Tkj = tinggi kusen jendela, dan S = sponing.
(2000, 2100, 2400) x (800, 900, 1200)
BAB III
METODE DAN TEKNIK UKUR

A. Alat dan Cara Pengukuran

Alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah:

1. Aplikasi Lux Meter


2. Kertas Data
3. Alat Tulis
4. Kamera
5. Meteran

Cara Pengukuran:

1. Meghitung luas ruangan dengan meteran


2. Menentukan titik pengukuran, luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100
meter persegi memotong garis panjang dan lebar ruangan pada jarak setiap 3
(tiga) meter.
3. Menyiapkan Aplikasi Lux meter.
4. Melakukan pengukuran dengan tinggi kurang lebih 30 cm di atas lantai dan posisi
photo cell menghadap sumber cahaya.
5. Membaca hasil pengukuran pada aplikasi setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.
6. Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
A. Area Sholat

Luas Area Sholat pada Masjid Manarul Ilmi adalah:


P= 32m
L= 23m
Luas = 32x23 = 736m2

Penentuan titik pengukuran diambil dari titik potong horizontal panjang dan lebar
ruangan pada jarak 3 meter (SNI 16-7062-2004). Sehingga didapatkan 88 titik
pengukuran dengan lokasi:

Hasil pengukuran pada tiap titiknya adalah sebagai berikut:


44 67 48 43 19 13 35 43 68 63 27
42 45 37 21 11 8 17 12 17 20 21
40 33 28 11 7 6 5 11 15 18 18
40 45 37 21 11 8 7 12 17 20 21
42 39 28 14 6 5 6 11 16 16 18
43 49 33 23 10 9 9 10 14 21 22
46 38 27 16 14 13 12 14 19 20 14
23 11 25 33 31 44 21 24 12 12 12

Pengukuran dilaksanakan saat cuaca mendung. Ruangan ini memiliki luas 736
m2. Pengukuran dilakukan pada keadaan lampu tidak menyala.
Pengukuran dilakukan pada 88 titik. Pengukuran yang dilakukan mendapatkan
hasil rata-rata 23,6 Lux. Hasil pengukuran tersebut belum memenuhi standar
pencahayaan untuk tempat ibadah yaitu 200 Lux.
Dari hasil pengukuran yang didapatkan, tidak semua titik pengukuran memenuhi
batas minimum pencahayaan. Hal tersebut di karenakan adanya beberapa titik ruangan
yang jauh dari cahaya matahari. Faktor lain yang dapat menyebabkan pencahayaan
tersebut kurang terang adalah adanya kemungkinan tertutup / terhalang oleh benda-benda
sehingga menghalangi cahaya.

B. Tempat Wudhu

Luas Tempat Wudhu pada Masjid Manarul Ilmi adalah:


P= 10m
L= 6,2m
Luas = 10x6,2 = 62m2

Penentuan titik pengukuran diambil dari titik potong horizontal panjang ruangan
pada jarak 1,8m dan lebar ruangan pada jarak 2,4 meter. Sehingga didapatkan 18 titik
pengukuran dengan lokasi:
Hasil pengukuran pada tiap titiknya adalah sebagai berikut:

342 923 442


472 1418 74
524 1314 545
446 1150 415
293 560 220
190 455 170

Pengukuran dilaksanakan saat cuaca mendung. Ruangan ini memiliki luas 62 m2.
Pengukuran dilakukan pada keadaan lampu tidak menyala.
Pengukuran dilakukan pada 18 titik. Pengukuran yang dilakukan mendapatkan
hasil rata-rata 552,9 Lux. Hasil pengukuran tersebut melebihi standar pencahayaan untuk
tempat ibadah yaitu 200 Lux.
Pada beberapa titik pengukuran menunjukkan hasil pengukuran yang cukup tinggi
yaitu mencapai 300 sampai 1400 lux. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi sebaiknya
dihindari karena dapat menyebabkan kelelahan mata akibat cahaya yang terlalu banyak.
Dari hasil pengukuran yang didapatkan, tidak semua titik pengukuran memenuhi
batas minimum pencahayaan. Hal tersebut di karenakan adanya kemungkinan tertutup /
terhalang oleh benda-benda sehingga menghalangi cahaya.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dan pembahasan, dapat terlihat bahwa pencahayaan alami
pada Area Sholat Masjid Manarul Ilmi ITS kurang memenuhi standar pencahayaan untuk tempat
ibadah. Sedangkan, pada Tempat Wudhu melebihi standar pencahayaan untuk tempat ibadah.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43117/Chapter
%20II.pdf;sequence=4
http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/67/jbptppolban-gdl-giligretar-3326-3-bab2--6.pdf
http://merlindriati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/30545/Pencahayaan.pdf
%20diakses%20pada%20April%202016
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00750-AR%20Bab2001.pdf
http://eprints.ung.ac.id/4999/4/2012-1-20401-521305030-bab2-16082012015457.pdf
http://digilib.unila.ac.id/2556/16/LAMPIRAN%20-%20LAMPIRAN.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/1084/6/083911061_Bab2.pdf
https://elfajr.blog.uns.ac.id//files/2010/04/desain_pencahayaan_buatan.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124128-S-5265-Kajian%20pencahayaan-Literatur.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/375/3/2MTA00017.pdf
https://www.scribd.com/document/130650904/SNI-03-0675-1989-Spesifikasi-Ukuran-
Kusen-Pintu-Kayu-Kusen-Jendela-Kayu-Daun-Pintu-Kayu-Dan-Daun-Jendela-Kayu-
Untuk-Bangunan-Rumah-Dan-Gedung

Anda mungkin juga menyukai