Anda di halaman 1dari 24

PENCAHAYAAN DI LINGKUNGAN TEMPAT KERJA

PAPER

Di ajukan sebagai salah satu syarat tugas Mata Kuliah Higiene Industri
yang di Bina Oleh DR.Lalu M. Saleh, SKM.,M.Kes

ANDI ROSANITA NEFIRLIE RUSDI

K012171114

KONSENTRASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa karena
atas Rahmat, karunia dan Taufik-Nya, paper ini dapat diselesaikan. Paper ini penulis
sampaikan kepada dosen mata kuliah Higiene Industri Bapak DR. Lalu M. Saleh,
SKM.,M.Kes sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut.
Penulis sangat berharap paper ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan. Penulis pun menyadari paper ini masih banyak
kekurangan didalamnya, baik dari segi bahasanya maupun isinya sehingga saran dan
kritikan yang bersifat membangun sangat di harapkan demi lebih baiknya karya – karya
tulis yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Demikian yang dapat penulis sampaikan,Semoga paper sederhana ini dapat
berguna bagi pembaca dan mudah – mudahan segala urusan dan pengorbanan kami
tidak sia – sia.

Amin Ya Rabbal Alamin

Makassar, 01 April 2018

Andi Rosanita N. Rusdi

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. Pengertian pencahayaan di tempat kerja ..................................................................... 3
B. Fungsi penglihatan di tempat kerja ............................................................................... 3
C. Sumber pencahayaan di tempat kerja........................................................................... 6
D. Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan di tempat kerja ......................................... 8
E. Alat ukur pencahayaan dan cara penggunaannya ..................................................... 12
F. Pengaruh pencahayaan di tempat kerja ..................................................................... 16
G. Pengendalian Pencahayaan di Tempat Kerja......................................................... 17
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 21

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat melihat atau mengamati suatu benda dan sekitarnya,kita selalu
mempergunakan indera penglihatan atau mata. Benda – benda tersebut dapat
dilihat atau diamati disebabkan karena mata menerima rangsangan – rangsangan
yang berasal dari cahaya atau sinar yang datang dari benda tersebut, baik yang
dipancarkan secara langsung maupun dipantulkan dari sumber penerangan
(cahaya) yang mengenai benda tersebut. (Wahyu, 2003)
Penerangan atau pencahayaan yang baik tidak hanya penting diterapkan
diarea perkantoran, tetapi juga sangat penting diterapkan di semua tempat kerja.
Pada dasarnya hamper seluruh jenis pekerjaan memerlukan ketajaman
penglihatan. Jika ingin melihat objek dengan baik, jelas dan tanpa upaya yang
dipaksakan, maka diperlukan suatu ketersediaan intensitas penerangan yang baik
dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Bagi tenaga kerja,lingkungan tempat kerja suatu industry mempunyai
pengaruh yang dramatis terhadap produktivitasnya. Penelitian di lapangan
tentang efisiensi tenaga kerja menunjukan bilamana kenyamanan fisik dan
fisiologi tenaga kerja diperbaiki, maka dalam melaksanakan pekerjaannya
menjadi lebih efisien,produk yang dihasilkan meningkat, sehingga perusahaan
lebih menguntungkan. (Moeljosoedarmo, 2008)
Debu yang banyak, panas yang berlebihan,intensitas bising yang sangat
tinggi dan intensitas penerangan yang tidak memadai (tidak baik), merupakan
faktor – faktor lingkungan yang timbul oleh karena penerapan teknologi proses
produksi yang dapat menyebabkan produktivitas tenaga kerja menurun atau
menjadi lebih rendahj.
Kualitas dan kuantitas penerangan baik ditempat kerja maupun
penerangan di seluruh lingkungan kerja yang mempunyai pengaruh positif
terhadap kesehatan, keselamatan dan kenyamanan bagi tenaga kerja. Oleh
karena itu, penerangan yang memadai dapat memperbaiki moral kerja, motivasi
kerja dan efisiensi hasil produksi.

Pencahayaan di Lingkungan Kerja 1


Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas lebih jelas
tentang pencahayaan,baik sumbernya, resiko, Nilai Ambang Batas (NAB)
maupun pengaruh pencahayaan di tempat kerja yang dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan Paper ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah hygiene Industri, penulis juga ingin memberikan informasi untuk
mengetahui fungsi dan peranan pencahayaan di tempat kerja yang dapat
mempengaruhi produktivitas pekerja
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian pencahayaan di tempat kerja
b. Untuk mengetahui fungsi penglihatan di tempat kerja
c. Untuk mengetahui sumber pencahayaan di tempat kerja
d. Untuk mengetahui berapa NAB Pencahayaan di tempat kerja
e. Untuk mengatahui alat ukur pencahayaan dan cara penggunaannya
f. Untuk mengetahui pengaruh pencahayaan di tempat kerja
g. Untuk mengetahui pengendalian pencahayaan di tempat kerja

2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pencahayaan di tempat kerja
Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja
dapat bekerja / mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat,
nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan yang memadai akan memberikan
kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan.maksud dari pencahayaan di tempat kerja adalah agar benda
terlihat jelas.pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa agar
disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara
kesehatan mata dan kegairahan kerja. (Haryono, 2011)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002, Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Satuannya adalah lux , dimana lm adalah lumens atau lux cahaya.
Pencahayaan /penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan
tenaga kerja dapat melihat objek pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa
upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman,dan menyenangkan. Pencahayaan atau penerangan ditentukan oleh
faktor – faktor berikut :
1. Pembagian Luminensi dalam lapangan penglihatan
2. Pencegahan terhadap kesilauan
3. Pengaturan arah sinar
4. Penggunaan warna yang dipakai untuk penerangan
5. Pemakaian sumber cahaya yang tidak atau minim menimbulkan panas
terhadap lingkungan. (Suma'mur, 2014)

B. Fungsi penglihatan di tempat kerja

Mata sebagai alat penglihatan sangat penting peranannya dalam


melakukan pekerjaan. dcngan penglihatan, pekerjaan dapat dilakukan dengan
baik. Oleh karena dengan penglihatan keseluruhan dari aspek-aspek pekerjaan
dapat dilihat, disadari, untuk kemudian dikendalikan secara tepat. Besarnya

3
peranan mata sebagai alat penglihatan dalam melakukan suatu
pekerjaan dipengaruhi oleh dua faktor antara lain :

1. Faktor-faktor dari dalam mata, berupa kemampuan-kemampuan mata dalam


beberapa hal sebagai berikut:
a. Ketajaman Penglihatan yaitu kemampuan mata untuk membedakan
bagian-bagian detail yang kecil baik terhadap obyek maupun permukaan.
Ketajaman penglihatan merupakan persepsi yang terpisah atas dua titik
yang berdekatan dan persepsi jarak. Makin tinggi ketajaman penglihatan
maka makin jelas dan tediri atas penglihatannya terhadap obyek kerja,
sehingga pekerjaan dapat dikerjakan dengan lebih baik dan lebih mudah.
b. Kepekaan terhadap kontra yaitu kemampuan persepsi terhadap perbedaan
minimal dalam luminensi. Makin tinggi tingkat kepekaan terhadap kontras
maka akan lebih mudah dan lebih cepat membedakan barang-barang yang
sama dengan warna yang hampir sama, sehingga pekerjaan-pekerjaan yang
berhubungan dengan perbandingan warna akan dapat diselesaikan lebih
mudah, cepat dan lebih baik.
c. Kepekaan terhadap persepsi adalah kemampuan mata untuk rnenafsirkan
obyek kerja yang dilihatnya. Sedang waktu yang diperlukan sejak melihat
suatu obyek sampai timbulnya persepsi penglihatan disebut kecepatan
persepsi, Tingkat kepekaan persepsi akan berpengaruh terhadap kecepatan
persepsinya, dan ini juga akan berpengaruh terhadap pemahaman dan
kesadarannya terhadap obyek-obyek kerja yang dihadapinya.Kemampuan-
kemampuan mata seperti yang sudah disebutkan di atas dipengaruhi oleh:
1) Daya akomodasi, yaitu kemampuan mata untuk memfokus kepada
obyek-obyek pada jarak-jarak dari titik terdekat sampai titik terjauh.
Usia tertentu berpengaruh terhadap kemampuan ini. Demikian juga.
tingkat penerangan berpengaruh terhadapnya..
2) Lebar kecilnya pupil; yang tergantung pada intensitas dan sifat
penyinaran, jarak obyek, keadaan emosi dan tingkat kesehatan serta
pengaruh bahan kimia.

4
3) Adaptasi retina, yaitu perubahan kepekaan retina atas dasar
penerangan atau perubahan penerangan, Dikenal istilah-istilah
adaptasi gelap, adaptasi terang dan adaptasi sebagain (partial).
2. Faktor-faktor dari luar mata meliputi :
a. Luminensi (Brightness) dari lapangan penglihatan.
Jumlah cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan obyek kerja sangat
mempengaruhi tingkat kejelasan mata dalam melihat obyek kerja tersebut.
Makin banyak cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan oleh obyek kerja
maka obyek kerja akan makin jelas kelihatan dengan batas maksimum 5000
asb. (± 1600 cd/m2).
b. Ukuran obyek. Makin besar ukuran obyek maka makin mudah dilihat mata
normal pada tingkat penerangan yang cukup. Ukuran obyek biasanya
dinyatakan dalam derajat, yaitu sudut antara garis lurus ujung-ujung obyek
ke arah mata. D= Ukuran obyek dalam derajat ,Jika ukuran obyek terkecil
yang masih dapat dilihat mata normal adalah Do, maka besarnya tingkat
kejelasan obyek (visibilitas)nya adalah R = D/Do. Apabila derajat
visibilitas obyek lebih dari 2,5 maka obyek akan mudah dilihat, jika
visibilitas antara 1 - 2,5 maka obyek dapat dilihat namun harus dengan
upaya yang kontinyu dan jika visibilitasnya kurang dari 1 maka obyek tidak
dapat dilihat dengan jelas meskipun dengan upaya maksimum.
c. Derajat kontras antara obyek dan sekelilingnya. Kontras merupakan
perbedaan luminensi antara dua permukaan yang dalam hal ini adalah
permukaan obyek dan sekelilingnya. Derajat kontras akan selalu berkisar
antara 0-1. Makin besar derajat kontras maka makin jelas mata melihat
obyek kerjanya, dengan angka maksimum 0,9 atau perbedaan luminensi 10:
1.
d. Lamanya melihat. Suatu obyek jika dalam keadaan sepintas tidak kelihatan
dengan jelas, maka jika diperhatikan dengan seksama akan kelihatan lebih
jelas. Jadi makin lama waktu melihat maka obyek makin jelas
terlihat.Faktor-faktor tersebut satu dengan yang lainnya dapat
mengimbangi, misalnya suatu obyek dengan kontras yang kurang dapat

5
dilihat dengan jelas apabila obyek tersebut cukup besar ukurannya atau
apabila mendapat penerangan yang cukup memadai. (Wulandari, 2014)

C. Sumber pencahayaan di tempat kerja


Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu,pencahayaan
alamiah (dari sinar matahari ) dan pencahayaan buatan (Pencahayaan artificial)
1. Sumber Pencahayaan/ Penerangan Alamiah
Sumber Pencahayaan umum pada siang hari terutama berasal dari cahaya
sinar matahari. Berapa banyak sinar matahari yang dapat mencapai didalam
ruangan tempat kerja tergantung pada jumlah dan arah sinar matahari,keadaan
mendung yang dapat menutup sinar matahari, letak lokasi gedung terhadap
gedung lainnya, lingkungan sekitarnya dan musim itu sendiri. Selain hal
tesebut, juga dipengaruhi oleh ukuran, orientasi, dan kebersihan jendela.
Jumlah cahaya matahari yang masuk ke tempat kerja dapat dikendalikan
dengan kaca berwarna, korden, kerai plastic dan alat lain sejenisnya. Cahaya
sinar matahari sangat diperlukan selama tidak menyebabkan kesilauan dan
reflektan ditempat kerja. Namun demikian, apabila cahaya sinar matahari
tidak mencukupi untuk kebutuhan intensitas penerangan di tempat kerja.
Maka sistem penerangan yang bersumber dari listrik tetap dibutuhkan.
(Tarwaka, 2015)
(Suma'mur, 2014),Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang
efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena
intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama
saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar
alami mendapat keuntungan, yaitu:
a. variasi intensitas cahaya matahari;
b. distribusi dari terangnya cahaya;
c. efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan dan letak
geografis dan kegunaan bangunan gedung.
Keuntungan pencahayaan alam :
a. Bersifat alami, tersedia melimpah dan terbaharui.

6
b. Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya.
c. Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki daya
panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makluk hidup di bumi
d. Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda, bahkan
kadang-kadang sangat memuaskan.
Kelemahan pencahayaan alam :
a. Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena
dipengaruhi oleh waktu dan cuaca
b. Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia
c. Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda di dalam
ruang.
d. Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya
tambahan yang cukup tinggi. (Ode, 2012)

2. Sumber Pencahayaan/ Penerangan Artifisial


Sumber Pencahayaan Artifisial atau buatan yang utama adalah bersumber dari
energi listrik. Jumlah cahaya,warna cahaya itu sendiri dan warna objek kerja
berbeda – beda tergantung dari jenis sumber cahaya listrik yang digunakan.
Pada prinsipnya,pencahayaan buatan atau artifisial terdiri dari 3 jenis
penerangan, yaitu
a. Pencahayaan/Penerangan Umum
Merupakan jenis penerangan yang didesain untuk keperluan pencahayaan
bagi seluruh area tempat kerja. Pada umumnya didesain pada plafon secara
permanen.
b.Pencahayaan/Penerangan Kombinasi
Penerangan kombinasi diperlukan manakala penerangan umum tidak
memberikan kecukupan intensitas terhadap pekerjaan tertentu. Penerangan
kombinasi local dan penerangan umum dipasang diatas kepala secara
permanen untuk meningkatkan intensitas cahaya sesuai jenis pekerjaan
yang dilakukan.

7
c. Pencahayaan/Penerangan Lokal
Penerangan lokal untuk pekerjaan tertentu sangat diperlukan untuk
meningkatkan intensitas penerangan pada pekerjaan tertentu memerlukan
ketelitian, seperti pekerjaan membaca dan menulis, quality
control,menjahit, dan lain sebagainya. (Tarwaka, 2015)

Keuntungan menggunakan pencahayaan buatan:

a. Cahaya buatan dapat dikendalikan, dalam arti bahwa kekuatan pencahayaan


yang dihasilkan dari lampu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
b. Cahaya buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi alam
c. Arah jatuhnya cahaya dapat diatur, sehingga tidak menimbulkan silau bagi
pekerja.
Kelemahan penggunaan pencahayaan buatan:
a. Cahaya buatan memerlukan biaya yang relatif besar karena dipengaruhi oleh
sumber tenaga listrik
b. Cahaya buatan kurang baik bagi kesehatan manusia jika digunakan terus
menerus di ruang tertutup tanpa dukungan cahaya alami. (Ode, 2012)
D. Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan di tempat kerja
Nilai ambang dari bahaya fisik intensitas pencahayaan tidak ditampilkan melalui
satuan waktu paparan tetapi ditentukan melalui jenis pekerjaan dan berapa taraf
standar kebutuhan akan cahaya dalam melakukan pekerjaan tersebut. Menurut
IES (Illuminating Engineering Society) dalam (Rahmayanti, 2015), sebuah area
kerja dapat dikatakan memiliki pencahayaan yang baik apabila memiliki
iluminansi sebesar 300 lux yang merata pada bidang kerja. Apabila
iluminansinya kurang atau lebih dari 300 lux, maka dapat menyebabkan ketidak
nyamanan dalam bekerja, dan pada akhirnya menurunkan kinerja pekerja.
Standar atau nilai ambang batas pencahayaan menurut IES, Kepmenkes Nomor
1405 Tahun 2002 dan Peraturan Menteri Perburuan Nomor 7 tahun1964 akan
ditampilkan pada tabel dibawah ini.

8
Tabel 1.
Standar Tingkat Pencahayaan Menurut IES
Kategori Rentang Illuminasi (Lux) Jenis Kegiatan
A 20-30-50 Area publik berlingkungan gelap
B 50-75-100 Tempat kunjungan singkat
C 100-150-200 Ruang publik,tugas visual jarang
D 200-300-500 Tugas visual berkontras tinggi
E 500-750-1000 Tugas visual berkontras sedang
F 1000-1500-2000 Tugas visual berkontras rendah
G 2000-3000-5000 Tugas visual berkontras rendah dalam waktu
lama
H 5000-7500-10000 Tugas visual sangat teliti dalam waktu lama
I 10000-15000-20000 Tugas visual khusus berkontras sangat rendah
dan kecil
Sumber : (Rahmayanti, 2015)
Tabel 2.
Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut Kepmenkes
No. 1405 Tahun 2002
Tingkat
Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan
Minimal (Lux)
Ruang penyimpanan dan peralatan atau
Pekerjaan kasar dan
100 instalasi yang memerlukan pekerjaan
tidak terus-menerus
kontinyu
Pekerjaan kasar dan
200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
terus-menerus
Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan
Pekerjaan rutin 300
mesin dan perakitan
Pembuatan gambar atau bekerja dengan
Pekerjaan agak halus 500 mesin kantor, pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,
Pekerjaan halus 1000
pekerjaan mesin halus dan perakitan halus
1500 tidak Mengukir dengan tangan, pemeriksaan
Pekerjaan sangat
menimbulkan pekerjaan mesin, dan perakitan yang sangat
halus
bayangan halus
3000 tidak
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat
Pekerjaan terinci menimbulkan
halus
bayangan
Sumber: Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002

9
Tabel 3.
Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut PMP
No. 7 Tahun 1964
Tingkat Penerangan
Area Kegiatan Minimal
(Lux)
Penerangan Darurat 5
Penerangan untuk halaman dan jalan –jalan dalam lingkungan 20
perumahan
Pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar, seperti :
e. Mengerjakan bahan –bahan yang besar
f. Mengerjakan arang atau abu 50
g. Gang – gang, tangga didalam gedung yang selalu dipakai
h. Gudang untuk penyimpanan barang besar dan kasar
Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas
lalu, seperti :
a. Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah
selesai.
b. Pemasangan yang kasar
c. Penggilingan padi
d. Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas. 100
e. Mengerjakan bahan-bahan pertanian lain yg kira-kira
setingkat dengan d
f. Kamar mesin dan uap
g. Alat pengangkut orang dan barang
h. Ruang penerimaan dan pengiriman dengan barang
i. Tempat penyimpanan barang sedang dan kecil
j. Kakus, tempat mandi dan tempat kencing
Pekerjaan membeda – bedakan barang barang kecil yang agak
teliti sepertil:
a. Pemasangan alat-alat sedang
b. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
c. Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-
barang 200
d. Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna-warna
e. Pemasukan dan pengawetan bahan – bahan makanan
dalam kaleng
f. Pembungkusan daging
g. Mengerjakan kayu
h. Melapis perabot
Pekerjaan membedakan teliti dan pada barang kecil dan
halus,seperti :
a. Pekerjaan mesin yang teliti
b. Pemeriksaan yang teliti
c. Percobaan – percobaan yang teliti dan halus 300
d. Pembuatan tepung
e. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan katun atau wol
berwarna muda

10
f. Pekerjaan kantor yg berganti – ganti menulis dan
membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat
Pekerjaan membeda-bedakan barang –barang halus dan kontras
yang sedang dan dalam waktu yang lama, seperti :
a. Pemasangan yang halus
b. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
c. Penyemiran yg halus dan pemotongan gelas kaca 500-1000
d. Pekerjaan kayu yg halus (ukiran)
e. Menjahit bahan-bahan wol nyg berwarna tua
f. Akuntan,pemegang buku,pekerjaan steno, mengetik atau
pekerjaan kantor yg lama dan teliti
pekerjaan membeda – bedakan barang – barang yang sangat kuat
untuk waktu yang lama, seperti :
a. pemasangan yg ekstra halus (arloji,dll)
b. pemeriksaan yg ekstra halus (ampul obat)
c. percobaan alat-alat yg ekstra halus Paling sedikit 1000
d. tukang mas dan intan
e. penilaian dan penyisihan hasil – hasil tembakau
f. penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam
percetakan
g. pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua
Sumber: PMP No. 7 Tahun 1964 dalam (Moeljosoedarmo, 2008)
SNI Pencahayaan
Standar ini memuat ketentuan pedoman pencahayaan pada bangunan gedung
sehingga penggunaan energi dapat efisien tanpa harus mengurangi dan atau
mengubah fungsi bangunan, kenyamanan dan produktivitas kerja penghuni serta
mempertimbangkan aspek biaya. Standar ini diperuntukan bagi semua pihak yang
terlibat dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan gedung
untuk mencapai penggunaan energi yang efisien. (Pamungkas, 2015)
Berikut adalah daftar standar pencahayaan setiap ruangan.
Tabel 4.SNI Intensitas Cahaya di Ruangan
Ruangan Intensitas Cahaya (lux)
Rumah Tinggal
Teras 60
Ruang tamu 120-150
Ruang makan 120-250
Ruang kerja 121-250
Kamar tidur 122-250
Dapur 250
Garasi 60
Lembaga Pendidikan
Ruang kelas 250
Perpustakaan 300
Laboratorium 500

11
Ruang gambar 750
Kantin 200
Rumah Sakit
R. Rawat inap 250
R.Operasi 300
Laboratorium 500
R. Rehabilitasi 250
Perkantoran
Ruang direktur 350
Ruang kerja 350
Ruang computer 350
Ruang rapat 300
Ruang gambar 750
Ruang arsip 150
Hotel dan Restaurant
Lobi 100
Ruang serba guna 200
Ruang makan 250
Kafetaria 200
Kamar tidur 150
Dapur 300
Rumah ibadah
Masjid 200
Gereja 200
Vihara 200
Sumber : Pamungkas.2015

E. Alat ukur pencahayaan dan cara penggunaannya


Dalam melakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan adalah lux
meter. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi
listrik dalam bentuk arus listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada
layar monitor. Selain luxmeter juga ada brightnessmeter untuk luminensi dan
pengukur kekuatan sumber cahaya yaitu fotometer.
Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan
dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua
jenis cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna
putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang berbeda.
Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber cahaya yang
berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa cahaya terlihat
lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.

12
Prinsip Kerja
Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini
didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat
ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor
tersebut diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya
akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi
arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan
pun semakin besar.
Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk
kedalam jenis sensor cahaya atau optic. Sensor cahaya atau optic adalah sensor
yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya
ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu. Kemudian dari hasil
dari pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada layar panel.
Berbagai jenis cahaya yang masuk pada luxmeter baik itu cahaya alami atapun
buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai warna
yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda,dan panjang
gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan yang ditampilkan
hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang
gelombang yang ditangkap oleh sensor photo diode. Pembacaan hasil pada
Luxmeter dibaca pada layar panel LCD (liquid Crystal digital) yang format
pembacaannya pun memakai format digital. Format digital sendiri didalam
penampilannya menyerupai angka 8 yang terputus-putus. LCD pun mempunyai
karakteristik yaitu Menggunakan molekul asimetrik dalam cairan organic
transparan dan orientasi molekul diatur dengan medan listrik eksternal.
Fungsi bagian- bagian alat ukur :
1. Layar panel : Menampilkan hasil pengukuran
2. Tombol Off/On : Sebagai tombol untuk menyalakan atau mematikan alat
3. Tombol Range : Tombol kisaran ukuran
4. Zero Adjust VR : Sebagai pengkalibrasi alat (bila terjadi error)
5. Sensor cahaya : Alat untuk mengkoreksi/mengukur cahaya.

13
Gambar 1. Luxmeter

Prosedur Penggunanaan Alat

Dalam mengoperasikan atau menjalankan lux meter amat sederhana. Tidak


serumit alat ukur lainnya, dalam penggunaannya yang harus benar- benar
diperhatikan adalah alat sensornya,karena sensornyalah yang kan mengukur
kekuatan penerangan suatu cahaya. Oleh karena itu sensor harus ditempatkan
pada daerah yang akan diukur tingkat kekuatan cahayanya (iluminasi) secara
tepat agar hasil yang ditampilkan pun akuarat. Adapun prosedur penggunaan alat
ini adalah sebagai berikut :

1. Geser tombol ”off/on” kearah On.


2. Pilih kisaran range yang akan diukur ( 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux)
pada tombol Range.
3. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah
yang akan diukur kuat penerangannya.
4. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.

Hal- hal yang harus diperhatikan dalam perawatan alat ini adalah sensor cahaya
yang bersifat amat sensitif. Dalam perawatannya sensor ini harus diamankan
pada temapat yang aman sehingga sensor ini dapat terus berfungsi dengan baik
karena sensor ini merupakan komponen paling vital pada alat ini.

14
Selain dari sensor, yang harus diperhatikan pada alat ini pun adalah baterainya.
Jikalau pada layar panel menunjukan kata ” LO BAT” berarti baterai yang
digunakan harus diganti dengan yang baru. Untuk mengganti baterai dapat
dilakukan dengan membuka bagian belakang alat ini (lux meer) kemudian
mencopot baterai yang habis ini, lalu menggantinya dengan yang dapat
digunakan. Baterai yang digunakan pada alat ini adalah baterai dengan tegangan
9 volt, tetapi untuk tegangan beterai ini tergantung pada spesifikasi alatnya.

Apabila hasil pengukuran tidak seharusnya terjadi, sebagai contoh diruangan


yang dengan kekuatan cahaya normal setelah dilakukan pengukuran ternyata
hasilnya tidak normal maka dapat dilakukan pengkalibrasian ulang dengan
menggunakan tombol ”Zero Adjust”.

Cara Pembacaan

Pada tombol range ada yang dinamakan kisaran pengukuran. Terdapat 3 kisaran
pengukauran yaitu 2000, 20.000, 50.000 (lux). Hal tersebut menunjukan kisaran
angka (batasan pengukuran) yang digunakan pada pengukuran. Memilih 2000
lux, hanya dapat dilakukan pengukuran pada kisaran cahaya kurang dari 2000
lux. Memilih 20.000 lux, berarti pengukuran hanya dapat dilakukan pada kisaran
2000 sampai 19990 (lux). Memilih 50.000 lux, berarti pengukuran dapat
dilakukan pada kisaran 20.000 sampai dengan 50.000 lux. Jika Ingin mengukur
tingkat kekuatan cahaya alami lebih baik baik menggunakan pilihan 2000 lux
agar hasil pengukuran yang terbaca lebih akurat. Spesifikasi ini, tergantung
kecangihan alat.

Apabila dalam pengukuran menggunakan range 0-1999 maka dalam pembacaan


pada layar panel di kalikan 1 lux. Bila menggunakan range 2000-19990 dalam
membaca hasil pada layar panel dikalikan 10 lux. Bila menggunakan range
20.000 sampai 50.000 dalam membaca hasil dikalikan 100 lux. (Web.id, 2016)

15
F. Pengaruh pencahayaan di tempat kerja
Apabila pencahayaan ditempat kerja ditambah sampai pada tingkat tertentu,akan
menaikan produktivitas tenaga kerja. Bila penerangan di tambah diatas
optimum, pekerjaan akan mudah dilakukan dan beban kerja menjadi ringan
walaupun produksi belum tentu meningkat. Jadi jelaslah penglihatan para
pekerja menjadi sangat sukar, maka pekerjaan akan mengeluarkan energy yang
lebih besar, dan bila pekerja melihat dengan lebih mudah maka energy yang kan
dikeluarkan menjadi lebih kecil.dengan demikian cadangan sumber energy pada
pekerja akan bertambah dan pekerja yang tidak produktif akan berkurang.
(Wahyu, 2003)
(Tarwaka, 2015),Secara umum desain pencahayaan yang tidak baik ditempat
kerja dapat mempengaruhi kinerja kesehatan dan keselamatan kerja bagi para
pekerja, diantaranya :

1. Pengaruh penglihatan terhadap sumber bahaya


Desain terhadap intensitas pencahayaan yang tidak baik dan tidak sesuai
dengan jenis pekerjaan, akan menyebabkan seseorang tidak dapat melihat
objek dengan dengan baik dan mengenali sumber bahaya secara jelas.
Pada beberapa keadaan, dimana warna suatu benda merupakan faktor
keselamatan yang sangat penting,misalnya warna kabel listrik,warna pipa,
tanda peringatan,dsb. Warna tersebut akan berubah jika desain penerangan
tidak baik. Contohnya hijau bisa berunah menjadi hitam jika terkena cahaya
merah. Dengan demikian di perlukan suatu intensitas pencahayaan yang
sesuai sehingga setiap informasi dapat dibaca, dikenali dan diterima dengan
baik.
2. Pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan
Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik akan
menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh
dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak,
yaitu:
a. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.

16
b. Kelelahan mental, fisik dan psikologis.
c. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada
penurunan performa kerja, antara lain : Kehilangan produktivitas ,kualitas kerja
rendah,banyak terjadi kesalahan dalam bekerja, kecelakan dan penyakit akibat
kerja meningkat.
Peneilitan yang dilakukan oleh (Rahmayanti, 2015), menunjukan bahwa
Keluhan kelelahan mata pada pekerja di area perkantoran unit HSE RU VI
Balongan akan dipengaruhi oleh faktor internalnya terlebih dahulu yaitu seperti
penyakit mata yang diderita oleh pekerja. Berdasarkan data kuesioner yang
didapatkan, pekerja yang mengalami penyakit pada mata sebanyak 11 orang
dengan persentase sebesar 38%. secara garis besar seluruh pekerja mengalami
tanda-tanda kelelahan.
3. Pengaruh pencahyaan terhadap postur tubuh
Hampir seluruh postur tubuh akan menyesuaikan dengan objek kerja untuk
mengatasi masalah – masalah pencahayaan. Pada banyak kasus, postur tubuh
akan menyesuaiakan dengan pekerjaan yang dilakukan untuk dapat melihat
objek dengan jelas. Namun demikian akibatnya tubuh itu sendiri akan
menjadi stres terjadi kepenatan dan kelelahan.
G. Pengendalian Pencahayaan di Tempat Kerja
(Harianto, 2010),bahwa risiko gangguan kesehatan akibat bekerja di lingkungan
panas yang terlalu tinggi dapat dikurangi dengan cara:
1. Eliminasi
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat
desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan
manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif
sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari
resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak
selalu praktis dan ekonomis.

17
Untuk pengendalian secara eliminasi yang dapat dilakukan pada lingkungan
fisik pencahayaan yaitu kondisi terjadinya kesilauan pada tempat kerja
adalah menghilangkan kesilauan pada tempat kerja dengan cara
menghilangkan benda-benda yang mempunyai permukaan yang mengkilap
karena ini akan menjadi fakor terjadinya kesilauan di tempat kerja akibat
pantulan cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut.
2. Subsitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi
ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya
dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui
disain sistem ataupun desain ulang
Untuk pengendalian secara subtitusi yang dapat dilakukan pada lingkungan
fisik pencahayaan yaitu pada kondisi intensitas cahaya yang kurang
memadai di tempat kerja adalah dengan mengganti lampu yang ada di
tempat kerja dengan lampu yang mempunyai intensitas yang lebih tinggi
misalnya, mengganti lampu bola menjadi lampu TL.
3. Pengendalian Secara Teknik
a. Memperbesar ukuran obyek (sudut penglihatan) dengan menggunakan
kaca pembesar dan kaca pembesar dan layer monitor.
b. Memperbesar intensitas penerangan
c. Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek.
4. Pengendalian Secara Administratif
Untuk pekerjaan malam atau yang membutuhkan ketelitian tinggi,
memperkerjakan tenaga kerja yang berusia relatif masih muda dan tidak
menggunakan kacamata adalah lebih baik Menjaga kebersihan dinding,
langit-langit, lampu dan perangkatnya penting untuk diperhatikan.Perawatan
tersebut sebaiknya dilakukan minimal 2 kali dalam 1 tahun, karena kotoran
atau debu yang ada ternyata dapat mengurangi intensitas penerangan.
Adapun cara pencegahan pada kesilauan sebagai berikut:

18
a. Pemilihan lampu secara tepat, yang tidak menjadi pelambang kedudukan
seseorang, melainkan dimaksudkan untuk tujuan penyelenggaraan
penerangan yang baik.
b. Penempatan sumber cahaya terhadap meja dan mesin serta juga
diperhitungkan letak jendela terhadap kemungkinan timbulnya kesilauan.
c. Penggunaan alat pelapis yang tidak mengkilat (untuk dinding, lantai,
meja dan lain lain-lain) atau yang mengkilat untuk hal-hal tertentu.
d. Penyaringan sinar matahari langsung.
5. Alat Pelindung Diri (APD)
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal
yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya, dan APD hanya
berfungsi untuk mengurangi reriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya
hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan
alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.

19
BAB III KESIMPULAN

1. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/Menkes/SK/XI/2002, Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Satuannya adalah lux , dimana lm adalah lumens atau lux cahaya.
2. Sumber pencahayaan di tempat kerja yaitu Sumber Pencahayaan/ Penerangan
Alamiah dan sumber pencahayaan buatan.
3. Nilai ambang dari bahaya fisik intensitas pencahayaan tidak ditampilkan melalui
satuan waktu paparan tetapi ditentukan melalui jenis pekerjaan dan berapa taraf
standar kebutuhan akan cahaya dalam melakukan pekerjaan tersebut.
4. Dalam melakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan adalah lux meter.
Selain luxmeter juga ada brightnessmeter untuk luminensi dan pengukur
kekuatan sumber cahaya yaitu fotometer.
5. Pengaruh pencahayaan di tempat kerja terdiri dari :Pengaruh penglihatan
terhadap sumber bahaya; Pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan; dan
Pengaruh pencahyaan terhadap postur tubuh

20
Daftar Pustaka
Harianto, R. (2010). Buku Ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran.
Haryono, H. S. (2011). Higiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Moeljosoedarmo, S. (2008). Higiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.
Ode. (2012, November 7). Penerangan Dalam K3. Retrieved April 2, 2018, from Ilmu
Kesehatan Masyarakat: http://kesmas-
ode.blogspot.co.id/2012/11/penerangan-dalam-k3.html
Pamungkas, M. (2015). Perancangan dan Realisasi Alat Pengukur. Jurnal ELKOMIKA ,
120-132.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Keraja Perkantoran dan Industri
Rahmayanti, D. (2015). ANALISIS BAHAYA FISIK: HUBUNGAN TINGKAT
PENCAHAYAAN DAN KELUHAN MATA PEKERJA. Jurnal Optimasi
Sistem Industri , 71-98.
Suma'mur. (2014). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:
Sagung Seto.
Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.

Wahyu, A. (2003). Higiene Perusahaa. Makassar: Jurusan Kesehatan Masyarakat FKM


Unhas.
Web.id, A. U. (2016, Oktober 21). Lux Meter, Fungsi,prinsip Kerja dan cara
Menggunakannya. Retrieved April 2, 2018, from Alat Ukur:
http://alatukur.web.id/lux-meter-alat-pengukur-cahaya-fungsi-prinsip-kerja-
dan-cara-menggunakannya/
Wulandari, A. (2014, Juni 16). Makalah Pencahayaan di Tempat Kerja. Retrieved April
4, 2018, from Kesehatan Masyarakat:
http://arymulan.blogspot.co.id/2014/06/makalah-hlk-pencahayaan.html

21

Anda mungkin juga menyukai