PAPER
Di ajukan sebagai salah satu syarat tugas Mata Kuliah Higiene Industri
yang di Bina Oleh DR.Lalu M. Saleh, SKM.,M.Kes
K012171114
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa karena
atas Rahmat, karunia dan Taufik-Nya, paper ini dapat diselesaikan. Paper ini penulis
sampaikan kepada dosen mata kuliah Higiene Industri Bapak DR. Lalu M. Saleh,
SKM.,M.Kes sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut.
Penulis sangat berharap paper ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan. Penulis pun menyadari paper ini masih banyak
kekurangan didalamnya, baik dari segi bahasanya maupun isinya sehingga saran dan
kritikan yang bersifat membangun sangat di harapkan demi lebih baiknya karya – karya
tulis yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Demikian yang dapat penulis sampaikan,Semoga paper sederhana ini dapat
berguna bagi pembaca dan mudah – mudahan segala urusan dan pengorbanan kami
tidak sia – sia.
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. Pengertian pencahayaan di tempat kerja ..................................................................... 3
B. Fungsi penglihatan di tempat kerja ............................................................................... 3
C. Sumber pencahayaan di tempat kerja........................................................................... 6
D. Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan di tempat kerja ......................................... 8
E. Alat ukur pencahayaan dan cara penggunaannya ..................................................... 12
F. Pengaruh pencahayaan di tempat kerja ..................................................................... 16
G. Pengendalian Pencahayaan di Tempat Kerja......................................................... 17
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 21
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat melihat atau mengamati suatu benda dan sekitarnya,kita selalu
mempergunakan indera penglihatan atau mata. Benda – benda tersebut dapat
dilihat atau diamati disebabkan karena mata menerima rangsangan – rangsangan
yang berasal dari cahaya atau sinar yang datang dari benda tersebut, baik yang
dipancarkan secara langsung maupun dipantulkan dari sumber penerangan
(cahaya) yang mengenai benda tersebut. (Wahyu, 2003)
Penerangan atau pencahayaan yang baik tidak hanya penting diterapkan
diarea perkantoran, tetapi juga sangat penting diterapkan di semua tempat kerja.
Pada dasarnya hamper seluruh jenis pekerjaan memerlukan ketajaman
penglihatan. Jika ingin melihat objek dengan baik, jelas dan tanpa upaya yang
dipaksakan, maka diperlukan suatu ketersediaan intensitas penerangan yang baik
dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Bagi tenaga kerja,lingkungan tempat kerja suatu industry mempunyai
pengaruh yang dramatis terhadap produktivitasnya. Penelitian di lapangan
tentang efisiensi tenaga kerja menunjukan bilamana kenyamanan fisik dan
fisiologi tenaga kerja diperbaiki, maka dalam melaksanakan pekerjaannya
menjadi lebih efisien,produk yang dihasilkan meningkat, sehingga perusahaan
lebih menguntungkan. (Moeljosoedarmo, 2008)
Debu yang banyak, panas yang berlebihan,intensitas bising yang sangat
tinggi dan intensitas penerangan yang tidak memadai (tidak baik), merupakan
faktor – faktor lingkungan yang timbul oleh karena penerapan teknologi proses
produksi yang dapat menyebabkan produktivitas tenaga kerja menurun atau
menjadi lebih rendahj.
Kualitas dan kuantitas penerangan baik ditempat kerja maupun
penerangan di seluruh lingkungan kerja yang mempunyai pengaruh positif
terhadap kesehatan, keselamatan dan kenyamanan bagi tenaga kerja. Oleh
karena itu, penerangan yang memadai dapat memperbaiki moral kerja, motivasi
kerja dan efisiensi hasil produksi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan Paper ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah hygiene Industri, penulis juga ingin memberikan informasi untuk
mengetahui fungsi dan peranan pencahayaan di tempat kerja yang dapat
mempengaruhi produktivitas pekerja
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian pencahayaan di tempat kerja
b. Untuk mengetahui fungsi penglihatan di tempat kerja
c. Untuk mengetahui sumber pencahayaan di tempat kerja
d. Untuk mengetahui berapa NAB Pencahayaan di tempat kerja
e. Untuk mengatahui alat ukur pencahayaan dan cara penggunaannya
f. Untuk mengetahui pengaruh pencahayaan di tempat kerja
g. Untuk mengetahui pengendalian pencahayaan di tempat kerja
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pencahayaan di tempat kerja
Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja
dapat bekerja / mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat,
nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan yang memadai akan memberikan
kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan.maksud dari pencahayaan di tempat kerja adalah agar benda
terlihat jelas.pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa agar
disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara
kesehatan mata dan kegairahan kerja. (Haryono, 2011)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002, Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Satuannya adalah lux , dimana lm adalah lumens atau lux cahaya.
Pencahayaan /penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan
tenaga kerja dapat melihat objek pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa
upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman,dan menyenangkan. Pencahayaan atau penerangan ditentukan oleh
faktor – faktor berikut :
1. Pembagian Luminensi dalam lapangan penglihatan
2. Pencegahan terhadap kesilauan
3. Pengaturan arah sinar
4. Penggunaan warna yang dipakai untuk penerangan
5. Pemakaian sumber cahaya yang tidak atau minim menimbulkan panas
terhadap lingkungan. (Suma'mur, 2014)
3
peranan mata sebagai alat penglihatan dalam melakukan suatu
pekerjaan dipengaruhi oleh dua faktor antara lain :
4
3) Adaptasi retina, yaitu perubahan kepekaan retina atas dasar
penerangan atau perubahan penerangan, Dikenal istilah-istilah
adaptasi gelap, adaptasi terang dan adaptasi sebagain (partial).
2. Faktor-faktor dari luar mata meliputi :
a. Luminensi (Brightness) dari lapangan penglihatan.
Jumlah cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan obyek kerja sangat
mempengaruhi tingkat kejelasan mata dalam melihat obyek kerja tersebut.
Makin banyak cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan oleh obyek kerja
maka obyek kerja akan makin jelas kelihatan dengan batas maksimum 5000
asb. (± 1600 cd/m2).
b. Ukuran obyek. Makin besar ukuran obyek maka makin mudah dilihat mata
normal pada tingkat penerangan yang cukup. Ukuran obyek biasanya
dinyatakan dalam derajat, yaitu sudut antara garis lurus ujung-ujung obyek
ke arah mata. D= Ukuran obyek dalam derajat ,Jika ukuran obyek terkecil
yang masih dapat dilihat mata normal adalah Do, maka besarnya tingkat
kejelasan obyek (visibilitas)nya adalah R = D/Do. Apabila derajat
visibilitas obyek lebih dari 2,5 maka obyek akan mudah dilihat, jika
visibilitas antara 1 - 2,5 maka obyek dapat dilihat namun harus dengan
upaya yang kontinyu dan jika visibilitasnya kurang dari 1 maka obyek tidak
dapat dilihat dengan jelas meskipun dengan upaya maksimum.
c. Derajat kontras antara obyek dan sekelilingnya. Kontras merupakan
perbedaan luminensi antara dua permukaan yang dalam hal ini adalah
permukaan obyek dan sekelilingnya. Derajat kontras akan selalu berkisar
antara 0-1. Makin besar derajat kontras maka makin jelas mata melihat
obyek kerjanya, dengan angka maksimum 0,9 atau perbedaan luminensi 10:
1.
d. Lamanya melihat. Suatu obyek jika dalam keadaan sepintas tidak kelihatan
dengan jelas, maka jika diperhatikan dengan seksama akan kelihatan lebih
jelas. Jadi makin lama waktu melihat maka obyek makin jelas
terlihat.Faktor-faktor tersebut satu dengan yang lainnya dapat
mengimbangi, misalnya suatu obyek dengan kontras yang kurang dapat
5
dilihat dengan jelas apabila obyek tersebut cukup besar ukurannya atau
apabila mendapat penerangan yang cukup memadai. (Wulandari, 2014)
6
b. Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya.
c. Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki daya
panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makluk hidup di bumi
d. Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda, bahkan
kadang-kadang sangat memuaskan.
Kelemahan pencahayaan alam :
a. Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena
dipengaruhi oleh waktu dan cuaca
b. Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia
c. Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda di dalam
ruang.
d. Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya
tambahan yang cukup tinggi. (Ode, 2012)
7
c. Pencahayaan/Penerangan Lokal
Penerangan lokal untuk pekerjaan tertentu sangat diperlukan untuk
meningkatkan intensitas penerangan pada pekerjaan tertentu memerlukan
ketelitian, seperti pekerjaan membaca dan menulis, quality
control,menjahit, dan lain sebagainya. (Tarwaka, 2015)
8
Tabel 1.
Standar Tingkat Pencahayaan Menurut IES
Kategori Rentang Illuminasi (Lux) Jenis Kegiatan
A 20-30-50 Area publik berlingkungan gelap
B 50-75-100 Tempat kunjungan singkat
C 100-150-200 Ruang publik,tugas visual jarang
D 200-300-500 Tugas visual berkontras tinggi
E 500-750-1000 Tugas visual berkontras sedang
F 1000-1500-2000 Tugas visual berkontras rendah
G 2000-3000-5000 Tugas visual berkontras rendah dalam waktu
lama
H 5000-7500-10000 Tugas visual sangat teliti dalam waktu lama
I 10000-15000-20000 Tugas visual khusus berkontras sangat rendah
dan kecil
Sumber : (Rahmayanti, 2015)
Tabel 2.
Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut Kepmenkes
No. 1405 Tahun 2002
Tingkat
Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan
Minimal (Lux)
Ruang penyimpanan dan peralatan atau
Pekerjaan kasar dan
100 instalasi yang memerlukan pekerjaan
tidak terus-menerus
kontinyu
Pekerjaan kasar dan
200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
terus-menerus
Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan
Pekerjaan rutin 300
mesin dan perakitan
Pembuatan gambar atau bekerja dengan
Pekerjaan agak halus 500 mesin kantor, pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,
Pekerjaan halus 1000
pekerjaan mesin halus dan perakitan halus
1500 tidak Mengukir dengan tangan, pemeriksaan
Pekerjaan sangat
menimbulkan pekerjaan mesin, dan perakitan yang sangat
halus
bayangan halus
3000 tidak
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat
Pekerjaan terinci menimbulkan
halus
bayangan
Sumber: Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002
9
Tabel 3.
Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut PMP
No. 7 Tahun 1964
Tingkat Penerangan
Area Kegiatan Minimal
(Lux)
Penerangan Darurat 5
Penerangan untuk halaman dan jalan –jalan dalam lingkungan 20
perumahan
Pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar, seperti :
e. Mengerjakan bahan –bahan yang besar
f. Mengerjakan arang atau abu 50
g. Gang – gang, tangga didalam gedung yang selalu dipakai
h. Gudang untuk penyimpanan barang besar dan kasar
Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas
lalu, seperti :
a. Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah
selesai.
b. Pemasangan yang kasar
c. Penggilingan padi
d. Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas. 100
e. Mengerjakan bahan-bahan pertanian lain yg kira-kira
setingkat dengan d
f. Kamar mesin dan uap
g. Alat pengangkut orang dan barang
h. Ruang penerimaan dan pengiriman dengan barang
i. Tempat penyimpanan barang sedang dan kecil
j. Kakus, tempat mandi dan tempat kencing
Pekerjaan membeda – bedakan barang barang kecil yang agak
teliti sepertil:
a. Pemasangan alat-alat sedang
b. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
c. Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-
barang 200
d. Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna-warna
e. Pemasukan dan pengawetan bahan – bahan makanan
dalam kaleng
f. Pembungkusan daging
g. Mengerjakan kayu
h. Melapis perabot
Pekerjaan membedakan teliti dan pada barang kecil dan
halus,seperti :
a. Pekerjaan mesin yang teliti
b. Pemeriksaan yang teliti
c. Percobaan – percobaan yang teliti dan halus 300
d. Pembuatan tepung
e. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan katun atau wol
berwarna muda
10
f. Pekerjaan kantor yg berganti – ganti menulis dan
membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat
Pekerjaan membeda-bedakan barang –barang halus dan kontras
yang sedang dan dalam waktu yang lama, seperti :
a. Pemasangan yang halus
b. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
c. Penyemiran yg halus dan pemotongan gelas kaca 500-1000
d. Pekerjaan kayu yg halus (ukiran)
e. Menjahit bahan-bahan wol nyg berwarna tua
f. Akuntan,pemegang buku,pekerjaan steno, mengetik atau
pekerjaan kantor yg lama dan teliti
pekerjaan membeda – bedakan barang – barang yang sangat kuat
untuk waktu yang lama, seperti :
a. pemasangan yg ekstra halus (arloji,dll)
b. pemeriksaan yg ekstra halus (ampul obat)
c. percobaan alat-alat yg ekstra halus Paling sedikit 1000
d. tukang mas dan intan
e. penilaian dan penyisihan hasil – hasil tembakau
f. penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam
percetakan
g. pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua
Sumber: PMP No. 7 Tahun 1964 dalam (Moeljosoedarmo, 2008)
SNI Pencahayaan
Standar ini memuat ketentuan pedoman pencahayaan pada bangunan gedung
sehingga penggunaan energi dapat efisien tanpa harus mengurangi dan atau
mengubah fungsi bangunan, kenyamanan dan produktivitas kerja penghuni serta
mempertimbangkan aspek biaya. Standar ini diperuntukan bagi semua pihak yang
terlibat dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan gedung
untuk mencapai penggunaan energi yang efisien. (Pamungkas, 2015)
Berikut adalah daftar standar pencahayaan setiap ruangan.
Tabel 4.SNI Intensitas Cahaya di Ruangan
Ruangan Intensitas Cahaya (lux)
Rumah Tinggal
Teras 60
Ruang tamu 120-150
Ruang makan 120-250
Ruang kerja 121-250
Kamar tidur 122-250
Dapur 250
Garasi 60
Lembaga Pendidikan
Ruang kelas 250
Perpustakaan 300
Laboratorium 500
11
Ruang gambar 750
Kantin 200
Rumah Sakit
R. Rawat inap 250
R.Operasi 300
Laboratorium 500
R. Rehabilitasi 250
Perkantoran
Ruang direktur 350
Ruang kerja 350
Ruang computer 350
Ruang rapat 300
Ruang gambar 750
Ruang arsip 150
Hotel dan Restaurant
Lobi 100
Ruang serba guna 200
Ruang makan 250
Kafetaria 200
Kamar tidur 150
Dapur 300
Rumah ibadah
Masjid 200
Gereja 200
Vihara 200
Sumber : Pamungkas.2015
12
Prinsip Kerja
Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini
didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat
ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor
tersebut diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya
akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi
arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan
pun semakin besar.
Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk
kedalam jenis sensor cahaya atau optic. Sensor cahaya atau optic adalah sensor
yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya
ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu. Kemudian dari hasil
dari pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada layar panel.
Berbagai jenis cahaya yang masuk pada luxmeter baik itu cahaya alami atapun
buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai warna
yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda,dan panjang
gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan yang ditampilkan
hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang
gelombang yang ditangkap oleh sensor photo diode. Pembacaan hasil pada
Luxmeter dibaca pada layar panel LCD (liquid Crystal digital) yang format
pembacaannya pun memakai format digital. Format digital sendiri didalam
penampilannya menyerupai angka 8 yang terputus-putus. LCD pun mempunyai
karakteristik yaitu Menggunakan molekul asimetrik dalam cairan organic
transparan dan orientasi molekul diatur dengan medan listrik eksternal.
Fungsi bagian- bagian alat ukur :
1. Layar panel : Menampilkan hasil pengukuran
2. Tombol Off/On : Sebagai tombol untuk menyalakan atau mematikan alat
3. Tombol Range : Tombol kisaran ukuran
4. Zero Adjust VR : Sebagai pengkalibrasi alat (bila terjadi error)
5. Sensor cahaya : Alat untuk mengkoreksi/mengukur cahaya.
13
Gambar 1. Luxmeter
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam perawatan alat ini adalah sensor cahaya
yang bersifat amat sensitif. Dalam perawatannya sensor ini harus diamankan
pada temapat yang aman sehingga sensor ini dapat terus berfungsi dengan baik
karena sensor ini merupakan komponen paling vital pada alat ini.
14
Selain dari sensor, yang harus diperhatikan pada alat ini pun adalah baterainya.
Jikalau pada layar panel menunjukan kata ” LO BAT” berarti baterai yang
digunakan harus diganti dengan yang baru. Untuk mengganti baterai dapat
dilakukan dengan membuka bagian belakang alat ini (lux meer) kemudian
mencopot baterai yang habis ini, lalu menggantinya dengan yang dapat
digunakan. Baterai yang digunakan pada alat ini adalah baterai dengan tegangan
9 volt, tetapi untuk tegangan beterai ini tergantung pada spesifikasi alatnya.
Cara Pembacaan
Pada tombol range ada yang dinamakan kisaran pengukuran. Terdapat 3 kisaran
pengukauran yaitu 2000, 20.000, 50.000 (lux). Hal tersebut menunjukan kisaran
angka (batasan pengukuran) yang digunakan pada pengukuran. Memilih 2000
lux, hanya dapat dilakukan pengukuran pada kisaran cahaya kurang dari 2000
lux. Memilih 20.000 lux, berarti pengukuran hanya dapat dilakukan pada kisaran
2000 sampai 19990 (lux). Memilih 50.000 lux, berarti pengukuran dapat
dilakukan pada kisaran 20.000 sampai dengan 50.000 lux. Jika Ingin mengukur
tingkat kekuatan cahaya alami lebih baik baik menggunakan pilihan 2000 lux
agar hasil pengukuran yang terbaca lebih akurat. Spesifikasi ini, tergantung
kecangihan alat.
15
F. Pengaruh pencahayaan di tempat kerja
Apabila pencahayaan ditempat kerja ditambah sampai pada tingkat tertentu,akan
menaikan produktivitas tenaga kerja. Bila penerangan di tambah diatas
optimum, pekerjaan akan mudah dilakukan dan beban kerja menjadi ringan
walaupun produksi belum tentu meningkat. Jadi jelaslah penglihatan para
pekerja menjadi sangat sukar, maka pekerjaan akan mengeluarkan energy yang
lebih besar, dan bila pekerja melihat dengan lebih mudah maka energy yang kan
dikeluarkan menjadi lebih kecil.dengan demikian cadangan sumber energy pada
pekerja akan bertambah dan pekerja yang tidak produktif akan berkurang.
(Wahyu, 2003)
(Tarwaka, 2015),Secara umum desain pencahayaan yang tidak baik ditempat
kerja dapat mempengaruhi kinerja kesehatan dan keselamatan kerja bagi para
pekerja, diantaranya :
16
b. Kelelahan mental, fisik dan psikologis.
c. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada
penurunan performa kerja, antara lain : Kehilangan produktivitas ,kualitas kerja
rendah,banyak terjadi kesalahan dalam bekerja, kecelakan dan penyakit akibat
kerja meningkat.
Peneilitan yang dilakukan oleh (Rahmayanti, 2015), menunjukan bahwa
Keluhan kelelahan mata pada pekerja di area perkantoran unit HSE RU VI
Balongan akan dipengaruhi oleh faktor internalnya terlebih dahulu yaitu seperti
penyakit mata yang diderita oleh pekerja. Berdasarkan data kuesioner yang
didapatkan, pekerja yang mengalami penyakit pada mata sebanyak 11 orang
dengan persentase sebesar 38%. secara garis besar seluruh pekerja mengalami
tanda-tanda kelelahan.
3. Pengaruh pencahyaan terhadap postur tubuh
Hampir seluruh postur tubuh akan menyesuaikan dengan objek kerja untuk
mengatasi masalah – masalah pencahayaan. Pada banyak kasus, postur tubuh
akan menyesuaiakan dengan pekerjaan yang dilakukan untuk dapat melihat
objek dengan jelas. Namun demikian akibatnya tubuh itu sendiri akan
menjadi stres terjadi kepenatan dan kelelahan.
G. Pengendalian Pencahayaan di Tempat Kerja
(Harianto, 2010),bahwa risiko gangguan kesehatan akibat bekerja di lingkungan
panas yang terlalu tinggi dapat dikurangi dengan cara:
1. Eliminasi
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat
desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan
manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif
sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari
resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak
selalu praktis dan ekonomis.
17
Untuk pengendalian secara eliminasi yang dapat dilakukan pada lingkungan
fisik pencahayaan yaitu kondisi terjadinya kesilauan pada tempat kerja
adalah menghilangkan kesilauan pada tempat kerja dengan cara
menghilangkan benda-benda yang mempunyai permukaan yang mengkilap
karena ini akan menjadi fakor terjadinya kesilauan di tempat kerja akibat
pantulan cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut.
2. Subsitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi
ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya
dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui
disain sistem ataupun desain ulang
Untuk pengendalian secara subtitusi yang dapat dilakukan pada lingkungan
fisik pencahayaan yaitu pada kondisi intensitas cahaya yang kurang
memadai di tempat kerja adalah dengan mengganti lampu yang ada di
tempat kerja dengan lampu yang mempunyai intensitas yang lebih tinggi
misalnya, mengganti lampu bola menjadi lampu TL.
3. Pengendalian Secara Teknik
a. Memperbesar ukuran obyek (sudut penglihatan) dengan menggunakan
kaca pembesar dan kaca pembesar dan layer monitor.
b. Memperbesar intensitas penerangan
c. Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek.
4. Pengendalian Secara Administratif
Untuk pekerjaan malam atau yang membutuhkan ketelitian tinggi,
memperkerjakan tenaga kerja yang berusia relatif masih muda dan tidak
menggunakan kacamata adalah lebih baik Menjaga kebersihan dinding,
langit-langit, lampu dan perangkatnya penting untuk diperhatikan.Perawatan
tersebut sebaiknya dilakukan minimal 2 kali dalam 1 tahun, karena kotoran
atau debu yang ada ternyata dapat mengurangi intensitas penerangan.
Adapun cara pencegahan pada kesilauan sebagai berikut:
18
a. Pemilihan lampu secara tepat, yang tidak menjadi pelambang kedudukan
seseorang, melainkan dimaksudkan untuk tujuan penyelenggaraan
penerangan yang baik.
b. Penempatan sumber cahaya terhadap meja dan mesin serta juga
diperhitungkan letak jendela terhadap kemungkinan timbulnya kesilauan.
c. Penggunaan alat pelapis yang tidak mengkilat (untuk dinding, lantai,
meja dan lain lain-lain) atau yang mengkilat untuk hal-hal tertentu.
d. Penyaringan sinar matahari langsung.
5. Alat Pelindung Diri (APD)
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal
yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya, dan APD hanya
berfungsi untuk mengurangi reriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya
hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan
alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
19
BAB III KESIMPULAN
20
Daftar Pustaka
Harianto, R. (2010). Buku Ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran.
Haryono, H. S. (2011). Higiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
21