Kelompok III
Putu Kharisma Ayu P, S. Ked
Zaimanur, S. Ked
Tri Wira Almunqis S.P, S. Ked
Sabila Shani, S. Ked
Marsella N. Karauwan¸ S. Ked
Ferdy Fitra Cipta, S. Ked
Mas Aditya Subangil, S. Ked
Olvy Sekarsari O., S. Ked
Hadi Wibowo, S.Ked
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
PT. Vaksindo Satwa Nusantara merupakan salah satu perusahaan farmasi
obat hewan yang memiliki produk yang berkualitas. Dengan serangkaian uji
laboratorium menghasilkan produk yang berkualitas dan disesuaikan dengan
kebutuhan industri peternakan saat ini. Salah satu produk vaksin yang diproduksi
yaitu vaksin aktif NDLS (NewCastle Desease Lasota), prose produksi yang paling
menentukan kualitas vaksin yaitu pada proses freeze drying. Dengan kondisi ini
sudah selayaknya PT. Vaksindo Satwa Nusantara menerapkan Sistem Manajeman
K3 (SMK3) dalam menjalankan kegiatan di perusahaan sebagai salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh
Pusat K3 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan
kunjungan ke perusahaan PT. Vaksindo Satwa Nusantara yang memiliki jenis
usaha dalam farmasi obat hewan. Melalui laporan ini kami menyampaikan hasil
inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Vaksindo Satwa Nusantara,
beserta hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait
penerapan SMK3 di perusahaan tersebut.
2
1.2 DASAR HUKUM
Beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan keselamatan kerja
antara lain sebagai berikut:
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980
tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982
tentang bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat
tenaga dan produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat
angkat-angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang
pengawasan instalasi penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang
penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya.
13. Permenakertrans No. 12 tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Listrik di Tempat Kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan
ketenagakerjaan nomor 113 tahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan
teknis petugas K3 ruang terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan
ketenagakerjaan nomor 45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan
3
dan kesehatan kerja bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali
(rope access).
4
b. Jumlah pegawai perusahaan
Jumlah pegawai PT Vaksindo Satwa Nusantara per bulan Desember 2017
berjumlah 297 orang.
c. Sektor usaha dan produk yang dihasilkan
PT. Vaksindo Satwa Nusantara adalah satu perusahaan pembuat vaksin
dan obat hewan di Indonesia, untuk menjaga kualitas vaksin yang dihasilkan
agar tetap berkualitas baik PT. Vaksindo Satwa Nusantara mempunyai sebuah
tempat khusus yang dinamakan Breeding Farm Spesific Pathogen Free (SPF)
untuk memelihara ayam ternak yang menghasilkan telur yang berkualitas, dan
ayam yang digunakan dari jenis ayam Leghorn. Telur yang dihasilkan akan
diproses dan diuji untuk menjadi sebuah produk vaksin yang berkualitas baik,
aman dan berdasarkan penelitian terkini, sehingga vaksin yang dihasilkan
menjadi vaksin yang berkualitas untuk hewan–hewan ternak yang ada di
Indonesia bahkan di dunia. Jenis produk–produk yang dihasilkan oleh PT.
Vaksindo Satwa Nusantara, antara lain :
1) Vaksin Aktif
Beberapa produk jenis Vaksin Aktif adalah Vaksimune ND, Vaksimune
Clone, Vaksimune ILT dan Vaksimune Pox.
2) Vaksin Inaktif
Beberapa produk jenis Vaksin Inaktif adalah Vaksimune AI (Avian
Influenza), Vaksimune ND, Vaksimune IB dan Vaksimune EDS.
3) Antigen
Produk jenis Antigen yang dihasilkan adalah Antigen Pullogen.
4) Livestock Vaksin
Beberapa produk jenis Livestock Vaksin adalah Vaksimune SE, dan
Vaksimune Antrax
5) Water Soluble Vitamin
Beberapa jenis produk Water Soluble Vitamin adalah Vitakur, Carnyvit,
Biostress, Biominovit dan Promotan BL.
6) Desinfektan
Beberapa produk jenis Desinfektan adalah Benzalvak dan Biodan.
5
d. Jam kerja
Jam kerja PT Vaksindo Satwa Nusantara hanya 1 shift yaitu, dari pukul 08.00
s/d 17.00. Jam istirahat pukul 12.00 s/d 13.00. total jam kerja 8jam x 5 hari =
40 jam. Hari sabtu dan minggu libur / tidak ada kegiatan.
e. Asuransi
BPJS Ketenagakerjaan
f. Sertifikasi perusahaan
Perusahaan telah memiliki sertifikasi ISO 9001:2008
g. Kelembagaan P2K3
Tidak ada lembaga khusus P2K3, hanya berupa tim P2K3 yang dibentuk dari
anggota tenaga kerja perusahaan tersebut.
6
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial,
dengan usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Keselamatan kerja menurut PP no.50/ 2012 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sedangkan beberapa ahli sepert Suma’mur, Simanjuntak, Mathis dan Jackson
mengemukakan beberapa pengertian tentang keselamatan kerja, yaitu :
• Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
• Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja.
• Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu
usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja
maka diperlukan adanya keselamatan kerja. Keselamatan kerja secara filosofi
diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
7
Pentingnya keselamatan kerja tidak hanya untuk para pekerja tetapi juga
untuk sebuah perusahaan. Jika perusahaan dapat menurunkan angka kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja, atau penyakit yang berhubungan dengan kerja maka
perusahaan akan semakin efektif. Keselamatan kerja merupakan hak para pekerja
karena diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 yang secara garis besar adalah untuk
melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja, menjamin agar setiap
sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien, dan untuk menjamin
proses produksi berjalan lancar.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara
menyeluruh dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan
menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang paling
berat. Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi hazard yang dapat
diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi
membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
a. Karyawan
b. Orang lain yg berada ditempat kerja
c. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
a. Kerugian harta benda (Property Loss)
b. Kerugian masyarakat
c. Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
8
a. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang
komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap
elemen.
b. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi
daftar kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-
penyebab yang mungkin ada/terjadi.
c. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko
antara lain adalah: Inspeksi, Check list, Hazops (Hazard and Operability
Studies), What if, FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), Audits g.
Critical Incident Analysis, Fault Tree Analysis, Event Tree Analysis, dll.
Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada type dan ukuran
risiko.
2. Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian
risiko di tempat kerja yaitu untuk :
a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
d. mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan
penanggulangan yang telah diambil;
3. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai
berikut:
a. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
b. Substitusi
1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
2) Proses menyapu diganti dengan vakum
3) Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
4) Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
c. Rekayasa Teknik
1) Pemasangan alat pelindung mesin (machine guarding)
9
2) Pemasangan general dan local ventilation
3) Pemasangan alat sensor otomatis
d. Pengendalian Administratif
1) Pemisahan lokasi
2) Pergantian shift kerja
3) Pembentukan sistem kerja
4) Pelatihan karyawan
e. Alat Pelindung Diri
10
BAB II
PELAKSANAAN
DOKUMEN PENGAMATAN
11
BAB III
HASIL PENGAMATAN
12
2. PROPAGATION : proses berikutnya stelah dilakukannya Automatic
Antigen Harvesting, antigen-antigen yang didapatkan dari telur ayam,
bebek ataupun bakteri dari medianya(hewan tersebut) akan diteliti dan
dilakukan proses pembuatan vaksin yaitu Bacterial Vaaccines, active
Vaccines (Specific Pathogen Free /SPF), dan Inactive Vaccines (Clean
Eggs).
3. FORMULATION : tahap terakhir dari proses kerja adalah membuat
formulasi sediaan dari masing-masing vaksin. Dibedakan menjadi vaksin
hidup/aktif dengan sediaan kering (Freeze Dried) dan vaksin mati/inaktif
dengan sedian basah(emulsified). Setelah itu dilakukan pemeriksaan oleh
quality control. Setelah semua produk teruji kualitasnya maka dilakukan
proses filling up juga pengemasan. Semua proses kerja di pabrik ini
berlangsung secara semiotomatis. Masing-masing ruangan produksi
memiliki ketua regu, dimana tiap pekerja bekerja selama 8 jam tiap harinya
dengan 1 shift selama 5 hari dalam setiap minggunya. Pengecualian pada
bagian ternak mereka memberlakukan system rolling shift untuk hari sabtu
an minggu untuk merawat dan pemeliharaan hewan-hewan ternak.
13
pada bagian pengangkutan barang yang dikemas, kemasan-kemasan yang siap
dikirim memiliki ukuran-ukuran yang besar sehingga adalam
pengangkutannya memrlukan bantuan-bantuan dari peralatan otomatis
contonya forklifting. Pada hasil wawancara karyawan di perusahan tersebut
bebrap karyawan mengeluhkan nyeri pada pinggang setiap bekerja namun
gejala tersebut tidak memberat dan hanya timbul sesekali. Namun disini perlu
diperhatikan bawa kadaan yang lama dapat memicu terjadinya perubahan
anatomis dari bentuk semula dan gejala gejala lain yang dapat memperberat
dan mengganggu pekerjaan terutama pada bagian pengangkutan. Namun tidak
dapat diketahui apakah SOP kerja yang ada mencakup hal tersebut atau tidak
karena saat survey tidak diperlihatkan SOP yang ada.
Untuk pembaruan SOP oleh masing-masing bagian perusahaan
dilakukan pada bulan Juli dan November secara rutin. Dan jika diperlukan
segera dalam perubahan SOP akan dibuat Pembaruan SOP. Maksudnya adalah
jika selama SOP kerja tidak terdapat masalah maka tidak dilakukan
pembaruan, namun tetap diperbarui sesuai jadwal tertera.
Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu suatu standar yang
sangat penting bagi keselamatan dan kesehatan kerja dalam menjalani
pekerjaan /praktek. SOP sangat besar manfaatnya dalam melaksanakan suatu
pekerjaan yaitu untuk menangani bahaya atau resiko dalam menggunakan
peralatan dan melakukan sesuatu pekerjaan dengan keadaan selamat dan sehat.
Keselamatan dan kesehatan kerja disekolah kejuruan sangatlah penting,begitu
juga diperusahaan, bahkan di Indonesia telah memiliki undang-undang
sebagai bahan acuan untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja,
tetapi kadang–kadang dalam pelaksanaannya sering diabaikan oleh
perusahaan.
Dengan menerapkan standar keselamatan dan kesehatan kerja,
diharapkan para pekerja akan terlindungi dari kemungkinan resiko kerja yang
selalu mengancamnya dalam kecelakaan kerja, baik yang disebabkan oleh
lingkungan kerja maupun kesalahan siswa/pekerja itu sendiri ( Human Error ).
Pihak perusahaan harus menjamin bahwa lingkungan kerja dan peralatan
14
yang digunakan harus aman dan layak digunakan. Oleh karena itu menjadi
kewajiban bagi setip sekolah/perusahaan untuk mengadakan pelatihan kepada
karyawannya sebelum dipekerjakan pada bidangnya berdasarkan standar yang
berlaku ( SOP ). Standar Operasional Prosedur dibuat berdasarkan jenis
kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan disesuaikan dengan petunjuk
berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk meminimalkan suatu
kecelakaan saat bekerja, karena kecelakaan sangat mudah terjadi akibat dari
sarana /prasarana peralatan dan kelalaian pekerja itu sendiri. SOP akan efektif
dan efisien pencegahan kecelakaan bila diperlukan kerjasama tim yang baik
dari setiap anggota tim itu.
15
Untuk mengantisipasi adanya sambaran petir pada saat hujan, PT.
Vaksindo Satwa Nusantara membuat peyalur petir, tetapi penulis tidak
melihat secara langsung penyalut petir tersebut dan tidak tahu apakah
penyalur tersebut berfungsi dengan baik.
Dari pengamatan yang dilakukan juga didapatkan bahwa PT.
Vaksindo Satwa Nusantara melakukan maintenance listrik secara berkala,
yang dilakukan oleh petugas yang memiliki lisensi khusus kelistrikan.
Penerangan pada tiap lorong, ruang produksi maupun ruang penyimpanan
terbilang cukup baik.
16
Pada ruang penyimpanan logistik alat bantu angkut yang
digunakan hanya satu , yaitu troli barang, sehingga untuk pengangkutan
barang masih dikerjakan secara semi manual. Untuk pengangkutan barang
dengan posisi yang tinggi menggunakan tangga ,dan tidak ditemukan
adanya forklift maupun alat bantu angkat –angkut lainnya.
Pada pengamatan juga tidak ditemukan adanya kantin, hanya
ditemukan tempat makan saja. Toilet tersedia di setiap ruang produksi
,pengemasan maupun penyimpanan dan tersedia shower room pada ruang
produksi. Terdapat dua lahan parkir yaitu utama berlokasi di depan
gedung, dan lahan parkir belakang. Pada lahan parkir belakang juga
terdapat lapangan untuk berolahraga.
17
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) telah ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat serta dijangkau menggantung pada tembok dan diatas lantai,
hampir terdapat pada seluruh koridor dan disetiap ruangan. Tabung alat
berwarna merah, bentuk dari tabung tersebut tidak berlubang ataupun
cacat, sesuai dengan Permenakertrans No PER.04/MEN/1980.
2. Pekerja hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat pemadam api
ringan (APAR) karena telah diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan
dicapai juga berwarna merah.
3. Perusahaan tidak memiliki petugas khusus tanggap darurat, tetapi
perusahaan menunjuk tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) sebagai petugas peran kebakaran, koordinator
kebakaran, dan regu penanggunganan kebakaran sebagaimana tertuang
pada Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999.
4. Pada beberapa tempat tidak ditemukan detector api, water sprinkle
maupun hydrant.
5. Pada APAR dilengkapi dengan kertas pemeriksaan berkala, pemeriksaan
berkala sudah dilakukan sesuai dengan Permenakertrans No
PER.04/MEN/1980.
6. Untuk pemeliharaan APAR cukup baik dikarenakan APAR tidak berkarat,
tidak ada sumbatan pada ujung selang, dilakukan pemeriksaan rutin,
terdapat cara penggunaan APAR dan APAR terkunci dengan baik.
7. Terdapat petunjuk jalur evakuasi dan tangga darurat disetiap koridor dan
ruangan. Juga terdapat 2 titik kumpul (Assembly Point)
18
Rambu peringatan jalur evakuasi dan emergency exit
Rambu peringatan pada saklar lampu
19
3.8 ALAT PELINDUNG DIRI
Alat pelindung diri di berikan pada tenaga kerja di daerah dengan level
biosafety II dan III ,Instalasi Pengelolaan Limbah Akhir (IPAL) dan
petugas pada bagian loading dan packaging.
Biosafety Level II:
Goggle
Masker
Coverall anti static
Gloves
Boots
Peruntukan penggunaan APD di biosafety level II adalah untuk menjaga
sterilitas produk di karenakan sifat mikrobakteri yang di olah pada tahap
ini bersifat non – zoonotic.
Biosafety Level III:
Goggle
Masker N – 95
Coverall anti static
Gloves
Boots
Peruntukan penggunaan APD di biosafety level III adalah selain menjaga
sterilitas dari produk juga untuk melindungi tenaga kerja karena
mirkoorganisme yang diolah pada tahap ini bersifat zoonotic.
IPAL, Loading, dan Packaging:
Masker
Glove
Boots
20
Gambar. Alat pelindung diri
21
e) Jangan kembali ke dalam gedung sebelum ada informasi “AMAN”
dari tim evakuasi
Terdapat dua titik kumpul; di depan dan di belakang. Pada pekerja atau tamu yang
berada di daerah office ke pintu depan berkumpul di titik kumpul di depan, dan
pekerja atau tamu yang berada di daerah logistic dan produksi berkumpul di titik
kumpul di belakang. Terdapat window exit pada masing-masing sisi gedung di
lantai bawah untuk jalur evakuasi yang disertai dengan palu pemecah kaca.
22
PT. Vaksindo Satwa Nusantara memiliki personil keselamatan kerja yang
terdiri dari Tim Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
P2K3 ini merupakan badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja. Pada PT. Vaksindo Satwa Nusantara, selain terdapat
P2K3, juga terdapat komite 5S yang dalam struktur organisasinya tergabung
menjadi P2K3 dan Komite 5S. Pengurus dan anggota dari P2K3 dan Komite
5S merupakan bagian dari karyawan dan tenaga kerja di perusahaan tersebut
yang ingin bergabung dengan organisasi tersebut, jadi bukan merupakan
badan tersendiri. Komite 5S dalam perusahaan ini didasarkan pada falsafah
seiri (ringkas), seiton (rapi), seiso (resik), seiketsu (rawat), shitsuke (rajin).
Sehingga diharapkan para pekerja tidak hanya menerapkan dasar kesehatan
dan keselamatan kerja tetapi juga memiliki etos kerja yang baik berdasarkan
falsafah tersebut.
23
24
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
25
Tidak adanya Undang-undang No.1 Ditambahkan jalur
penggambaran jalur Tahun 1970 tentang evakuasi yang secara
evakuasi yang rinci keselamatan kerja rinci sampai ke pintu
pada titik-titik arah keluar agar
evakuasi memudahkan saat
evakuasi
Tidak adanya papan Undang-undang No.1 Ditambahkan papan
tulisan titik Tahun 1970 tentang tulisan titik berkumpul
berkumpul pada keselamatan kerja
masing-masing
assembly point
Tidak adanya data dan Pertaturan Menteri Memfasilitasi pekerja
Tenaga Kerja RI
pelaporan yang jelas agar segera melapor
No.Per 03/Men/1998
mengenai angka Tentang Tata Cara jika terjadi kecelakaan
Pelaporan dan
kejadian kecelakaan kerja
Pemeriksaan
kerja Kecelakaan
Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No.
609 tahun 2012 tentang
Pedoman Penyelesaian
Kasus Kecelakaan
Kerja dan Penyakit
Akibat Kerja
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Personil keselamatan kerja pada pabrik ini sudah baik dan sesuai karena
adanya tim P2K3 yang dibagi menjadi beberapa divisi yang memiliki
peran dan fungsinya masing-masing dalam aspek keselamatan kerja
sehingga terbentuk struktur organisasi yang holistik mencakup berbagai
aspek dalam keselamatan dan kesehatan kerja
Jalur evakuasi dan tanggap darurat di pabrik juga sudah cukup jelas dan
informatif sehingga memudahkan tenaga kerja jika terjadi keadaan darurat.
Penggunaan alat produksi, pelindung diri, dan rambu peringatan juga
sudah sesuai dan memadai serta tepat sasaran guna meningkatkan
kepedulian dan keselamatan dalam bekerja.
Terdapat kekurangan seperti kegiatan angkat-angkat masih menggunakan
semi manual, yaitu penggunaan troli dan tangga.
Kejadian kecelakaan kerja di pabrik ini juga cenderung rendah bahkan
tidak ada, namun meskipun demikian diperlukan lagi pelaporan dan data
yang akurat mengenai kecelakaan kerja agar dapat segera ditindaklanjuti.
5.2 SARAN
1. Menyediakan alat angkat-angkut seperti forklift untuk menunjang
kegiatan angkat-angkut.
2. Pembuatan kantin sesuai dengan surat edaran menteri, dan untuk
memudahkan karyawan mencukupi kebutuhan gizi.
3. Segera melapor jika terjadi kecelakaan kerja dan dari tim P2K3
memfasilitasi jika ada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja
sehingga pelaporan dan data menjadi lebih akurat dan aspek
keselamatan kerja perusahaan bisa lebih ditingkatkan.
27
BAB VI
PENUTUP
28
LAMPIRAN
29