Anda di halaman 1dari 9

TUGAS DISASTER PLAN

TANAH LONGSOR KABUPATEN MEMPAWAH

Disusun oleh:

Herawati 030.13.228

Pembimbing:

dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 14 JANUARI – 23 MARET 2019
I. Skenario Bencana
Hujan deras mengguyur Kabupaten Mempawah, akibatnya wilayah di Bukit
Peniram Sungai Pinyuh dan sekitarnya mengalami longsor sebanyak 4 kali di area
tersebut. Bahkan, mengkhawatirkan longsor susulan, sehingga penambang galian
C dan warga yang bertempat di bawah bukit dn sekitarnya untuk meninggalkan
lokasi. Berdasarkan pantauan (13/09/2017), longsor daerah tersebut tidak
memakan korban jiwa, dikarenakan setelah mengetahui kejadian tersebut Tim dari
Badan Penanggulangan Bencana Daerah bersama Polri, TNI dan Kades setempat
langsung mengambil tindakan.

Gambar 1. Longsor di Bukit Peniram

II. Hazard Mapping


Secara geografis Kabupaten Mempawah terletak pada posisi 0°44’ Lintang
Utara dan 0°0,4’ Lintang Selatan serta 108°24’ - 109°21,5’ Bujur Timur. Karakter
fisik wilayah terdiri dari daerah daratan dan pulau-pulau pesisir yang memiliki
lautan. Dengan batas-batas wilayah bagian utara Kabupaten Bengkayang, bagian
selatan Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak, bagian barat Selat Karimata,
dan bagian timur Kabupaten Landak. Daerah Pemerintahan Kabupaten
Mempawah pada tahun 2008 paska pemekaran dengan Kabupaten Kubu Raya
terdiri dari 9 kecamatan, 7 kelurahan dan 60 desa. Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Sadaniang dengan luas 213,90 km2 atau 16,75 persen, sedangkan
yang terkecil adalah Kecamatan Anjongan dengan luas wilayah 80,58 km2 atau
6,31 persen dari luas wilayah Kabupaten Mempawah. Kecamatan Sungai Pinyuh
mempunyai luas wilayah sebesar 184,81 Km2, dengan jumlah Desa atau Dusun
sebanyak 9 Desa atau Dusun.
Secara umum daerah Kalimantan Barat terdiri atas satuan morfologi
daratan, satuan morfologi bergelombang lemah dan satuan morfologi perbukitan.
Daerah yang relatif datar pada umumnya merupakan daerah pantai. Satuan
morfologi bergelombang lemah meliputi daerah transisi antara satuan morfologi
daratan dan satuan morfologi perbukitan. Daerah perbukitan yang merupakan
daerah potensial pertambangan batu Granodiorit mempunyai ketinggian sampai
lebih kurang 40 - 140 meter di atas permukaan air laut. Secara fisografi daerah
Kabupaten Mempawah terdiri dari suatu zona pantai, dataran alluvial dan undak
pasir putih di bagian barat, serta perbukitan bergelombang rendah yang meningkat
sampai perbukitan curam yang terisolasi di bagian timur.
Iklim di Kabupaten Mempawah lebih dipengaruhi oleh iklim pancaroba
sebagaimana iklim daerah yang berada pada daerah khatulistiwa. Curah hujan di
suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan Topografi dan
perputaran / pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan di Kabupaten
Mempawah pada Tahun 2012 berkisar antara 54,7 sampai dengan 319,3 milimeter.
Kabupaten Mempawah mempunyai kelembaban udara (lembab nisbi) relative
tinggi dimana pada Tahun 2012 rata-rata berkisar 82% - 86%. Suhu udara di suatu
tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari
permukaan air laut dan jaraknya dari pantai.
Gambar 2. Peta Provinsi Kalimantan Barat

III. VULNERABILITY

Fisik

Kecamatan Sungai Pinyuh rata-rata curah hujan pada tahun 2016


berkisar antara 187,35 mm. Jumlah hari hujan berkisar 13 sampai dengan
23 hari hujan. Kelembaban udara (Lembab Nisbi) relative tinggi yaitu
rata-rata berkisar antara 81% sampai 86%. Berdasarkan data dari Stasiun
Klimatologi Siantan, suhu udara rata-rata berkisar antara 27,3°C.
Kecepatan angin umumnya merata setiap bulannya, rata-rata berkisar
antara 3 knots hingga 5 knots.

Aspek Sosial dan Ekonomi


Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Mempawah, jumlah
penduduk di Kecamatan Sungai Pinyuh pada tahun 2016 sebanyak 50.900
jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 26.029 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 24.873 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
di Desa Peniraman sendiri pada tahun 2016 adalah sebanyak 6.948 jiwa,
dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.555 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 3.393 jiwa.
Kegiatan ekonomi yang dominan menjadi mata pencaharian
masyarakat di sekitar lokasi penyelidikan yaitu pertanian, nelayan,
perdagangan, dan penambang batu. Selanjutnya semakin jauh jarak
pemukiman warga dari jalan raya maka mata pencaharian pokok
masyarakat semakin homogen yaitu sebagian besar bertani padi dan
menoreh karet. Sedangkan masyarakat yang jarak pemukimannya dekat
dengan jalan raya dan ibukota kecamatan, mata pencahariannya cukup
heterogen antara lain pedagang, karyawan swasta, PNS dan buruh
tambang. Adanya kegiatan pertambangan dan pengolahan batu Granodiorit
yang akan dilakukan oleh Kelompok Empat tentu kedepannya akan
berdampak terhadap mata pencaharian penduduk setempat karena akan
membuka kesempatan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat sehingga
dapat meningkatkan aktivitas perekonomian lokal.

IV. CAPACITY
Kapasitas yang dimiliki oleh penduduk Desa Peniraman Kecamatan Sungai
Pinyuh adalah tingkat gotong–royong masyarakat tinggi dalam menghadapi
bencana dan telah dilakukan penurapan atau memperkuat dinding saluran cabang
irigasi. Serta pemahaman masyarakat tentang bagaimana mengatasi suatu bencana
yang umum terjadi di daerahnya yaitu banjir dan tanah longsor.

Aspek Fasilitas Kesehatan


Tingkat kesehatan masyarakat umumnya dipengaruhi oleh adanya
fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi lingkungan yang memadai. Sumber air bersih yang dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk konsumsi rumah tangga berasal dari air gunung dan
air hujan, sedangkan untuk keperluan mandi, cuci dan MCK menggunakan
air sungai dan sumur galian. Data fasiltas dan tenaga kesehatan di
Kecamatan Sungai Pinyuh dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Sungai Pinyuh


No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 2
2 Puskesmas Pembantu 3
3 Puskesmas Keliling 3
4 Balai Pengobatan 8
5 Klinik Bersih 3

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Sungai Pinyuh

No Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Dokter Umum 6
2 Bidan 22
3 Para Medis Lainnya 19
4 Non Medis 11

V. Manajemen Penanganan Bencana


Pre Bencana
 Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan
terkini cuaca setempat (curah hujan).
 Waspadalah terhadap perubahan cuaca.
 Waspadalah terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut :
- Langit gelap pertanda hujan akan datang
- Reruntuhan batu (rock fall) dan tanah (debris) pada jalan.
- Retakan baru pada lereng,jalan atau dinding penahan tanah.
- Material berupa tanah, batuan, pohon berjatuhan dari lereng.
- Air mengalir dari lereng atau saluran air konstruksi penahan tanah
berubah warnanyadari bening menjadi coklat.
- Air terkonsentrasi dan alirannya memotong badan jalan atau
menuju wilayah yang lebih rendah.
- Konstruksi penahan tanah merusak akibat erosi.
- Saluran air rusak akibat derasnya saluran air.
- Air dibagian puncak tidak tertampung lagi dan mengalir deras
kebadan jalan.
- Rembesan air semakin banyak dan terjadi tibatibai pada lereng atau
konstruksi penahan air.
 Segera mengevakuasi atau memindahkan penduduk yang terancam
tanah longsor atau setelah diketahui tanda-tanda tebing akan longsor ke
tempat yang lebih aman.
a. Pada saat ini kita sebagai tenaga kesehatan bisa berkoordinasi
dengan petugas masyarakat seperti ketua camat atau kelurahan
serta jajaran dibawahnya (RT/RW) untuk memberikan
pengumuman terhadap masyarakat mengenai resiko yang akan
terjadi, pada ilustrasi kasus ini ialah tanah longsor.
b. Memastikan kepada pihak berwenang untuk menentukan dimana
tempat penampungan sementara untuk para masyarakat yang
terancam bencana tanah longor ( Sekolah, Balai desa atau tempat
peribadatan)
c. Segera menghubungi puskesmas yang ada di desa setempat
(Puskesmas Ciangsana) memiliki 1 orang dokter umum dan 3
perawat , 2 petugas apotik memastikan peralatan dan obat-obatan
dapat dipergunakan) dalam peristiwa tanah longsor lebih disiapkan
alat-alat Hecting, Bidai maupun obat-obatan seperti analgetik.
 Segera hubungi pihak yang memiliki wewenang untuk menangani tanah
longsor.
 Dihimbau kepada masyarakat yang tinggal di lokasi rawan longsor agar
mencari tempat aman/mulai evakuasi diri dan begitu hujan deras dalam
jangka waktu lama turun.

Saat Bencana
 Bila dalam keadaan bahaya segeralah ke tempat perlindungan yang
telah disiapkan.
 Jika berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran,
sekolah, rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar
langit, maka yang harus dilakukan adalah segera pergi ketempat yang
aman ( pengungsian ) dan lakukan pemindahan korban dengan hati-hati.
 Bila tidak memungkinkan untuk mencari tempat perlindungan, maka
lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala
anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik untuk badan
anda.

Post Bencana
 Hindari daerah longsor, karena tidak menutup kemungkinan longsor
susulan akan terjadi.
 Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung
memasuki daerah longsor.
 Bantu arahkan SAR ke lokasi longsor.
 Waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor.
 Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang
berwenang.
 Periksa keadaan pondasi rumah dan tanah di sekitar lokasi longsor.
 Rehabilitasi : membuat tempat pengungsian sementara selama rumah
penduduk belum aman dari tanah longsor.
 Rekonstruksi : pembangunan kembali bangunan atau infrastruktur yang
rusak akibat tanah longsor.

VI. Health Care Disaster Plan


Penanggulangan kesehatan bencana di Puskesmas pada tanah longsor :

 Memastikan puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca


bencana
 Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai
desa, sekolah, masjid ( tempat ibadah ).
 Menunjuk command leader di puskesmas yaitu salah satu dokter
puskesmas.
 Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana.
 Mengumpulkan obat - obatan dan alat-alat medis penunjang.
 Meminta bantuan dinas kesehatan setempat bila ada obat - obatan atau
alat penunjang yang kurang.

 Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang serta bahan


sandang dan pangan bagi warga pengungsian.

 Meminta bantuan dari mantri - mantri desa dan bidan - bidan desa
untuk membantu puskesmas ataupun tempat pengungsian.
 Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, mahasiswa kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan
untuk mengevakuasi korban - korban bencana.
 Menentukan triase, memilah - milah korban berdasarkan tingkat
keparahan atau kegawatdaruratannya.
 Membagi ruangan/tempat khusus di puskesmas untuk pasien
berdasarkan triase tersebut
 Membuat traffic flow dari pintu masuk puskesmas ke ruang - ruang
yang sudah ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu
keluar yang berbeda dengan pintu masuk awal.

 Membangun WC umum bagi warga pengungsian dilengkapi dengan air


bersih guna mencegah terjadinya penyakit yang dapat terjadi di tempat
pengungsian.

 Membuat papan informasi di depan puskesmas berisi tentang data


korban yang berada di puskesmas sebagai sumber informasi untuk
keluarga / masyarakat.
 Membuat daftar RS yang dekat dengan lokasi bencana untuk merujuk
pasien yang tidak dapat ditangani di puskesmas.

Pengendalian penyakit pasca bencana

Biasanya dalam menangani kasus tanah longsor didapati korban yang


cedera mulai dari patah tulang, luka robek atau bisa juga terdapat penyakit
lain seperti gangguan saluran pernapasan (akibat tinggal di posko bencana)
dan bahkan beberapa bisa memiliki masalah psikis akibat harta bendanya
yang rata dengan tanah. Perlu ditinjau aspek-aspek berikut yang bisa
dilakukan tenaga medis dalam menangani kasus-kasus pasca bencana.

 Konseling kejiwaan bisa dilakukan untuk anak-anak dan orang tua,


dilakukan oleh tenaga medis atau berkomunikasi dengan psikolog yang
bisa didatangkan dengan bekerjasama dengan BNPB.
 Perawatan korban patah tulang dengan merujuk ke RS terdekat (RSUD)
dan melakukan pendataan serta mengurus rujukan.
 Pengobatan ISPA di pengungsian dengan sistematis dan memberikan
masker kepada penderita.
 Perawatan Vulnus Laceratum setelah dilakukan penjahitan kita pantau
jahitan dan jaga kebersihan bekas luka serta aff hecting.

Anda mungkin juga menyukai