Anda di halaman 1dari 9

TUGAS DISASTER PLAN

GEMPA BUMI KECAMATAN DUREN SAWIT


JAKARTA TIMUR

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


dalam menempuh Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat

DISUSUN OLEH :

Kharisa Hana Hapsari

030. 13. 108

PEMBIMBING :

Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE JANUARI 2019 - MARET 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


JAKARTA

A. DEMOGRAFI KECAMATAN DUREN SAWIT


Secara geografis kecamatan Duren Sawit merupakan salah satu
kecamatan di kota administrasi Jakarta Timur yang terletak antara 106 049’35”
Bujur Timur dan 06010’37” Lintang Selatan dengan batas wilayah :
 Sebelah Utara : Kecamatan Pulogadung kota administrasi
Jakarta Timur
 Sebelah Timur : Kecamatan Cakung kota administrasi Jakarta
Timur
 Sebelah Selatan : Kecamatan Makassar kota administrasi Jakarta
Timur
 Sebelah Barat : Kecamatan Jatinegara kota administrasi Jakarta
Timur
Kecamatan Duren Sawit memiliki luas wilayah sebesar 12,04% luas
wilayah kota administrasi Jakarta Timur yang sebesar 188,03 Km2, terdiri atas
tujuh kelurahan, 95 Rukun Warga (RW) dan 1.101 Rukun Tetangga (RT)
dengan jumlah penduduk 394.657 jiwa.
Berdasarkan data dari Badan Metereologi, Klimatologi, dan dan
Geofisika (BMKG), Kecamatan Duren Sawit memiliki tekanan udara rata-rata
79,3% dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 6,6 knot. Total hari hujan
sepanjang tahun 2014 sebanyak 177 hari dengan rata-rata curah hujan sebesar
269,7 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan jumlah
hari hujan sebanyak 25 hari.

Topografis
Wilayah Jakarta merupakan dataran rendah yang sebagian besar
terdiri dari lapisan batu endapan zaman Pleitosen yang batas lapisan atasnya
berada 50 meter dibawah permukaan tanah. Bagian selatan merupakan bagian
aleuvial Bogor yang terdiri atas lapisan alluvial, sedangkan dataran rendah
pantai merentang ke bagian pendalaman sekitar 10 Km dan dibawahnya
terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan
tanah karena seluruhnya merupakan endapan alluvium. Di bawah bagian utara,
permukaan keras baru terdapat pada kedalaman 8-15 meter, pada bagian kota
tertentu, lapisan permukaan tanah yang keras terdapat pada kedalaman 40
meter.
Sebagai wilayah dataran rendah yang letaknya tidak jauh dari pantai,
tercatat terdapat 5 sungai mengaliri kotamadya Jakarta Timur. Sungai-sungai
tersebut antara lain Sungai Ciliwung, Sungai Sunter, Kali Malang, Kali
Cipinang, dan Cakung drain di bagian utara wilayah ini. Sungai-sungai
tersebut pada musim puncak hujan pada umumnya tidak mampu menampung
air sehingga beberapa kawasan tergenang banjir.

Gambar 1. Demografi Kecamatan Duren Sawit

B. ANALISIS KOMPONEN BENCANA


1. Hazard Mapping
Secara geografis kota administrasi Jakarta Timur termasuk daerah rawan
bencana untuk jenis yang beragam. Secara alamiah, kondisi geografis wilayah
DKI Jakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Selain ancaman
bencana banjir, DKI Jakarta juga memiliki ancaman bencana berupa cuaca
ekstrim, gelombang ekstrim, gempa bumi, tanah longsor, maupun bencana non
alam dan sosial seperti konflik sosial, kegagalan teknologi, epidemi dan wabah
penyakit, kebakaran gedung, dan pemukiman.
Dalam catatan sejarah, gempa bumi di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang
merusak terjadi pada tahun 1834 yang menyebabkan sebagian besar bangunan di
wilayah tersebut retak. Gempa bumi terakhir yang mengguncang Jakarta terjadi
Kamis 1/11/2012 pukul 21.15 WIB. Getaran gempa terasa hanya beberapa detik
saja. BMKG melansir gempa yang terasa di Jakarta berkekuatan 5,8 Skala
Richter (SR). Pusat gempa berjarak sekitar 136 kilometer dari Jakarta atau sekitar
24 kilometer tenggara Cianjur. Sebelumnya, Senin 4/6/2012 sekitar pukul 18.20
WIB gempa juga dilaporkan dirasakan di wilayah Jabodetabek, Bandung, Garut,
dan Tasikmalaya berkekuatan 6,1 SR dan berpusat di laut sekitar 121 kilometer
arah barat daya kota Sukabumi, Jawa Barat.
Gempa ini diakibatkan karena pergerakan lempeng Indo-Australia yang
menghujam kebawah lempeng Eurasia. Kegempaan Jakarta tersebut lebih
berhubungan dengan kondisi geologi regional Jakarta, terutama hubungannya
dengan jalur-jalur patahan yang ada di Jakarta. Dari peta topografi dan citra
landsat struktur wilayah Jakarta dan sekitarnya ditentukan berdasarkan pola
kelurusan sungai yang terbelokkan secara tiba-tiba. Berdasarkan ciri-ciri tersebut
dijumpai kelurusan patahan berpola Timur Laut – Barat Daya, yaitu kelurusan
Patahan Cikeas, Cangkudu - Tangerang dan Serpong - Dukuh. Selain patahan
berarah Timur Laut – Barat Daya, dijumpai patahan beruarah baratlaut - tenggara,
yaitu Patahan Cibinong, Patahan Cisadane, dan Patahan Parung Ciparai.
Memotong dua struktur utama tersebut dijumpai kelurusan arah barat-timur yang
disebut sebagai kelurusan Patahan Jasinga-Cijantung-Tambun.
Patahan Aktif Cisadane Ciliwung, Kedua patahan aktif ini mengikuti
kelurusan Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung. Berdasarkan data evolusi
Cekungan Jakarta (Herman Mochtar, 2009; dalam Asdani Soehaini, diduga ada
empat kali deformasi pada batuan dasar Cekungan Jakarta sehingga
mengakibatkan adanya endapan tebal di kawasan Jakarta. Keempat deformasi
tersebut berhubungan dengan dinamika Patahan Cisadane di sebelah barat
Cekungan Jakarta, dan Patahan Citarik di sebelah timur Cekungan Jakarta.
Untuk mengantisipasi kejadian gempa bumi maka dilakukan pemetaan
intensitas gempa bumi merusak yang pernah terjadi. Intensitas gempa bumi
adalah ukuran besarnya pengaruh goncangan gempa terhadap lingkungan
geologi, sarana dan prasarana berdasarkan hasil observasi gempa bumi yang
terjadi.
Kejadian gempa bumi adalah bencana yang tidak dapat diprediksi ataupun
dicegah, namun, melalui berbagai upaya yang dilakukan dapat menurunkan
banyaknya korban jiwa berjatuhan maupun kerugian secara material ataupun
infrastruktur. Berdasarkan pertimbangan demografis, kepadatan penduduk,
kepadatan bangunan, kondisi bangunan maka daerah dengan tingkat kerawanan
yang memerlukan penanganan dan perhatian adalah wilayah bagian selatan dan
bagian timur. Di wilayah bagian timur dengan tingkat kerentanan tinggi adalah
Kecamatan Duren Sawit.

2. Vulnerability
 Kerentanan Fisik
Tata letak bangunan di daerah Kecamatan Duren Sawit
tertutama perumahan yang berdekatan dan padat sehingga apabila
terjadi gempa bumi kemungkinan akan menimbulkan dampak yang
cukup serius ditimbulkan dari reruntuhan bangunan. Diantara
perumahan dengan penduduk yang padat, tidak semua dilengkapi
dengan infrastruktur jalanan yang luas. Masih banyaknya didapatkan
jalan sempit akan mempersulit evakuasi warga apabila terjadi bencana.
Kondisi struktur bangunan dan perumahan di Duren Sawit seara umum
tidak memenuhi standar konstruksi tahan gempa.
 Kerentanan Lingkungan
Adanya zona patahan berupa 2 sesar aktif yang sensitif turut
bergetar ketika gelombang gempa melalui zona patahan tersebut.
 Kerentanan Aspek Sosial
Jumlah penduduk di Kecamatan Bayan menurut sensus 2015
adalah sebesar 81.666 penduduk. Jika berdasarkan Rukun Warga
(RW), RW 02 yang memiliki jumlah rumah tangga terbanyak adalah
kecamatan Tanjung dengan jumlah rumah tangga sebanyak 7.081
Berdasarkan kelompok usia, jumlah penduduk di Duren Sawit lebih
banyak yaitu pada usia 30-34 tahun. Hal ini merupakan suatu
kerentanan yang dapat menyebabkan kesulitan untuk melarikan diri
mencari tempat yang aman pada saat bencana terjadi. Kapasitas
masyarakat yang rendah (belum tanggap) atas bahaya gempa.
 Kerentanan Aspek Ekonomi
Struktur perekonomian di Duren Sawit didominasi oleh sektor
industri pengolahan. Kawasan Sentra Meubel Klender merupakan
salah satu kawasan dengan karakter dan daya tarik khusus bagi
Kecamatan Duren Sawit dalam hal barang industri meubel.
Keberadaan kawasan ini saat sekarang masih belum memiliki daya
saing yang baik jika dibandingkan dengan kawasan serupa yang ada di
Kota Jakarta. Sentra Meubel Klender yang berada di kelurahan
Klender, Kecamatan Duren Sawit memiliki karakter koridor komersial
dengan produk utamanya adalah meubel pada saat ini hanya memiliki
lingkup layanan lokal. Koridor komersial, dengan produk meubel
berbahan baku kayu, workshop, hingga showroom, merupakan satu
daya tarik terus tumbuh dan harus dikembangkan sehingga memiliki
lingkup layanan luar kota. Para pengerajin meubel dan showroom
meubel Klender terletak di Jalan Bekasi Timur Raya dan Jalan
Pahlawan Revolusi, disepanjang koridor kawasan sentra ini terdapat
lebih dari 200 pengusaha meubel, baik perorangan maupun badan
usaha.

3. Capacity
 Kapasitas Fisik
Jarak penduduk untuk mencapai tempat pengungsian ketika
terjadi bencana cukup jauh karena di wilayah Kecamatan Duren hanya
sedikit memiliki tanah lapang dan perbukitan untuk dijadikan tempat
pengungsian bila terjadi bencana. Jumlah fasilitas kesehatan di
Kecamatan Duren Sawit terdapat total 12 Puskesmas Health Service, 6
Rumah Sakit, 11 Rumah Sakit Bersalin, 51 apotik dan 116 Tempat
Dokter Praktek.
 Kapasitas Sosial
Tingkat keberadaan organisasi kemasyarakatan / LSM yang
berhubungan dengan penanggulangan bencana di masyarakat cukup
dekat. Terdapat berbagai organisasi kemasyarakatan di kecamatan
Duren Sawit yang dapat membantu penanggulangan bencana. Tingkat
kekerabatan penduduk dalam masyarakat sebagai upaya
penanggulangan bencana sangat baik.
 Kapasitas Sumber Daya Masyarakat
Jumlah tenaga kesehatan yang tersebar di kecamatan Duren Sawit dan
8 kelurahan terdiri atas:
 Dokter Umum sejumlah 29 orang
 Dokter Gigi sejumlah 20 orang
 Bidan sejumlah 41 orang

C. MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA

Pra Bencana
 Pencegahan
 Melakukan penyuluhan tanggap bencana pada masyarakat
 Menghimbau masyarakat untuk mendengar siaran radio atau menyaksikan
televisi menyangkut perkiraan terkini cuaca setempat dan dering tanggap
untuk selalu melihat berita terbaru dari situs terkait bencana dari
pemerintah
 Mengikuti rangkaian simulasi tanggap bencana
 Waspada terhadap perubahan cuaca
 Waspada terhadap tanda tanda bahaya sebagai:
 Langit gelap pertanda hujan akan datang
 Reruntuhan batu (rock fall) dan tanah pada jalan.
 Retakan baru pada lereng, jalan atau dinding penahan tanah.
 Material berupa tanah, batuan, pohon berjatuhan dari lereng
 Mitigasi
- Membuat peta rawan bencana
- Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi.
- Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi, penyuluhan
dan pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang melibatkan
masyarakat.
- Membuat peta rawan gempa bumi, daftar sarana kesehatan dan tenaga
kesehatan, jumlah lansia, balita dan ibu hamil daerah setempat.
- Sosialisasi dan pelatihan prosedur tetap penanggulangan dan kesiapsiagaan
gempa bumi
- Mendirikan Posko Gempa
- Menyebarluaskan informasi, baik dari pemerintah maupun pemerintah
daerah, berkaitan dengan gempa
- Menyebarluaskan informasi daerah rawan bencana, ancaman atau bahaya,
dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah
rawan bencana
- Mempersiapkan evakuasi dengan menentukan titik kumpul (lokasi yang
aman)
- Mempersiapkan peralatan berat, seperti buldozer, dan lain-lain agar
disiapsiagakan pada lokasi yang strategis agar mudah dimobilisasi
- Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
mahasiswa kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk
mengevakuasi korban-korban bencana

 Kesiapsiagaan
 Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dengan menyiapkan dukungan
sumber daya yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian
individu dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan
ancaman/bahaya.
 Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang, terutama alat-
alat Hecting, Bidai maupun obat-obatan seperti analgetik.

Saat Bencana
 Saat gempa sedang berlangsung, jangan langsung berlari. Lebih baik cari
tempat perlindungan terdekat (seperti di bawah meja, di bawah kusen
pintu kayu) serta melindungi kepala, leher, dan tulang belakang. Jangan
berdiam didekat kaca, jendela, atau di bawah lampu.
 Setelah gempa berhenti diperbolehkan mencari tempat perlindungan yang
sudah ditentukan.

Pasca Bencana
 Menjauhi titik rawan gempa, karena tidak menutup kemungkinan akan
terjadi gempa susulan dan mungkin saja gempa akan terjadi di daerah
gempa tersebut.
 Identifikasi korban luka dan korban yang terjebak gempa tanpa langsung
memasuki daerah gempa.
 Membantu mengarahkan Tim SAR ke lokasi gempa.
 Melaporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang
berwenang.
 Rehabilitasi: membangun tempat pengungsian sementara selama rumah
penduduk belum aman dari tanah gempa.
 Rekonstruksi: pembangunan kembali bangunan atau infrastruktur yang
rusak akibat gempa.

D. MANAGEMENT DISASTER PLAN DI PUSKESMAS

Penanggulangan kesehatan bencana di Puskesmas pada bencana gempa bumi yang


dapat dilakukan, sebagai berikut:
 Memastikan puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca
bencana. Puskesmas di wilayah kabupaten Lombok Utara sebagian besar
berlokasi di tempat yang aman, berada cukup jauh dari pesisir pantai dan lereng
gunung.
 Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai desa,
sekolah, tempat ibadah.
 Menunjuk command leader di puskesmas yaitu salah satu dokter puskesmas.
 Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana
 Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang, terutama alat-alat
hecting, bidai maupun obat-obatan seperti analgetik
 Meminta bantuan dinas kesehatan setempat bila ada obat-obatan atau alat
penunjang yang kurang serta meminta bantuan dari mantri desa dan bidan desa
untuk membantu puskesmas.
 Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
mahasiswa kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk mengevakuasi
korban-korban bencana.
 Bekerja sama denga Rumah Sakit terdekat yaitu di RS Tanjung sebagai tempat
rujukan apabila ada korban yang tidak dapat ditangani di puskesmas.
 Menentukan triase, memilah-milah korban berdasarkan tingkat keparahan dan
kegawatdaruratannya.
 Membuat traffic flow dari pintu masuk puskesmas ke ruang-ruang yang sudah
ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu keluar yang berbeda
dengan pintu masuk awal
 Membuat papan informasi di depan puskesmas berisi tentang data korban yang
berada di Puskesmas sebagai sumber informasi untuk keluarga/masyarakat
 Membangun WC umum bagi warga pengungsian dilengkapi dengan air bersih
guna mencegah terjadinya penyakit yang dapat terjadi di tempat pengungsian,
serta membangun dapur darurat.

Anda mungkin juga menyukai