Disusun oleh:
Kelompok 3
Adam Cahya Pratama
Annisa Verina
Evangeline Keisha A.
Melinda Rahmat
Nur Kholis Kholil
Sarah Kanaya A.
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan
untuk menyelesaikan laporan percobaan dengan judul “Pembiasan Cahaya pada Kaca Plan
Pararel” ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
1) Guru pembimbing yaitu bapak Hj. Endang Jaenudin selaku guru mata pelajaran
fisika kelas XII IPA 7 SMAN 1 Banjar
2) Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan laporan ini
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas praktikum mata pelajaran fisika, tujuan
penyusunan makalah ini untuk membantu kita dalam memahami mata pelajaran fisika
khususnya pada materi indeks bias.
Selain itu kami juga menyadari bahwa pada laporan percobaan kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar
menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang
selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa disertai saran yang konstruktif. Dan semoga laporan percobaan ini dapat
memberikan manfaat.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................1
LAMPIRAN ...................................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita tidak asing dengan benda-benda seperti
sedotan, namun apabila kita mengamati sedotan yang tercelup dalam gelas berisi
air, sedotan tersebut akan terlihat seperti bengkok. Sebenarnya sedotan tersebut
tidak bengkok, sedotan tersebut mengalami pembiasan.
Apabila cahaya merambat mengenai bidang batas dua medium, maka rambatan
cahaya tersebut akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan
cahaya. Banyak kegiatan sehari-hari yang dapat menjelaskan peristiwa pembiasan
tersebut.
Pada contoh tersebut belum kita ketahui bagaimana pembiasan itu terjadi dan
apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, untuk mengetahui bagaimana
pembiasan yang terjadi, maka digunakan kaca plan paralel yang prinsip kerjanya
sama seperti sedotan yang dicelupkan didalam air, namun mediumnya saja yang
berbeda untuk mengetahui besarnya pembiasan dan pergeseran sehingga benda
terlihat seperti bengkok.
Praktikum ini menggunakan peralatan praktikum yaitu kaca plan paralel
berwarna bening, kertas, jarum pentul, busur derajat dan alat tulis lainnya.
Praktikum ini dilakukan dengan cara menggambar garis normal pada kertas HVS,
meletakan kaca plan paralel tegak lurus pada garis normal, melakukan pengamatan
pada kaca plan paralel dengan sudut yang telah ditentukan, serta menggambar
sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan sinar bias terhadap garis normal.
4
5) Dapat mendiskripsikan hubungan sudut datang (i) terhadap besarnya pergeseran
sinar cahaya (t)
1.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami mempunyai hipotesis sebagai berikut :
1) Jika nilai sudut datang dan sudut bias diketahui, maka indeks kaca plan pararel
dapat ditentukan
2) Jika garis sudut datang dan garis sudut biasnya diperpanjang hingga terbentuk
garis yang sejajar, maka pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel dapat
diukur dengan mengukur jarak antara perpanjangan garis sudut datang dan garis
sudut bias.
3) Jika nilai sudut datang (i) kecil, maka nilai pergeseran sinar cahaya juga kecil
5
BAB II
DASAR TEORI
6
mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini
disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang
berbeda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya
melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati
garis normal ketika sinar datang dari medium kurang rapat (udara) ke medium
lebih rapat (kaca). Sinar bias akan menjauhi garis normal ketika cahaya merambat
dari medium lebih rapat (kaca) ke
medium kurang rapat (udara).
Pada gambar 2.2 balok kaca berada di meja. Berkas sinar masuk dari salah
satu sisi balok kaca dengan sudut datang i dan lalu mengalami pembiasan dua kali.
Pertama saat melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas sinar
dibiaskan dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati bidang batas antara balok kaca
dan udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut datang i` dan sudut
bias r`. Tampak pada Gambar 2.2, besar sudut bias pertama sama dengan sudut
datang kedua atau r = i`. Tampak pula berkas sinar yang masuk ke balok bergeser
ke arah kiri bawah saat keluar dari balok kaca, namun keduanya tampak sejajar.
Bila d = PQ menyatakan ketebalan balok kaca dan t = RS menyatakan besar
pergeseran berkas sinar, sehingga dari segitiga RPS, diapatkan persamaan (a) :
7
𝑅𝑆 𝑡
Sin (i - r) = 𝑃𝑆 = 𝑃𝑆
atau
𝑡
PS = sin(𝑖−𝑟)
atau
𝑑
PS = cos 𝑟
𝑡 𝑑
= 𝐶𝑜𝑠 𝑟
𝑆𝑖𝑛 (𝑖−𝑟)
dari persamaan (c) dihasilkan persamaan (d) yang dapat digunakan untuk
menentukan pergeseran berkas sinar atau cahaya yang melewati kaca plan paralel
sebagai berikut :
𝑑 𝑆𝑖𝑛 (𝑖−𝑟)
t= cos 𝑟
Keterangan :
d = tebal balok kaca (cm)
i = sudut datang ( ° )
r = sudut bias ( ° )
t = pergeseran cahaya (cm)
Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar
dari
kaca plan pararel adalah sejajar. Berkas cahaya hanya mengalami pergerseran
sebesar t (besaran panjang). Jika berkas cahaya datang dengan sudut i maka rumus
𝑑 𝑆𝑖𝑛 (𝑖−𝑟)
pergeseran adalah t = cos 𝑟
8
(1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya
dalam suatu zat dinamakan indeks bias dan diberi simbol (n).”
Jika cahaya merambat dari udara atau hampa ke suatu medium, indeks biasnya
disebut indeks bias mutlak. Secara matematis dituliskan.
dengan :
Indeks bias mutlak dari beberapa medium diperlihatkan pada Tabel berikut.
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ≥1), dan nilainya
untuk beberapa zat.
9
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang.
Hubungan analitis antara i1 dan r1 ditemukan secara eksperimental pada sekitar
tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626). Hubungan ini dikenal
sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin r1 = n2 sin i2 atau n1 Sin ɵ1 = n2 Sin ɵ2
i1 adalah sudut datang, dan r1 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap
garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media). ɵ1 merupakan sudut datang
dan ɵ2 merupakan sudut biasnya. n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi
tersebut. Berkas-berkas datang dan bisa berada pada bidang yang sama, yang juga
termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar
Hukum pembiasan.
Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka r1 > i1, artinya jika cahaya
memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas
cahaya dibelokkan menuju normal.
10
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Jenis Percobaan
Praktikum mengenai “Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel” ini merupakan jenis
eksperimen (percobaan), karena dalam praktikum ini terdapat variabel-variabel
sehingga diperoleh data dari hasil percobaan.
3.2 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fisika SMA N 1 Banjar pada hari
Selasa, 24 April 2019 pukul 07.00 WIB.
3.3 Alat dan Bahan
Alat/ Bahan Jumlah
Kaca Plan Pararel 1 Buah
Kertas HVS ( Kertas polos) 4 Lembar
Penggaris 30 cm 1 Buah
Busur Derajat 1 Buah
Jarum Pentul 4 Buah
Lampu (Sumber Cahaya) 1 Buah
Sterofoam 1 Buah
Celah Cahaya 1 Buah
Pulpen/ Pensil 1 Buah
11
normal (i) . Sudut datang dimanipulasi sebanyak
10 kali yaitu sebesar 30°, 35°, 40° dan 45°.
3. Variabel respon : Sudut bias ®, pergeseran (t), dan indeks bias (n)
Definisi Operasional : Sudut bias adalah sudut yang dibentuk antara sinar
yang keluar (garis pada kaca) dengan garis
normal,dimana nanti akan di ukur dengan busur.
Pergeseran (t) adalah jarak antara sinar datang
dengan sinar yang meninggalkan sisi kaca plan
paralel.
3.5 Langkah Kerja
1) Meletakkan kaca di atas kertas kemudian memberi garis atas dan garis bawah
sesuai dengan lebar kaca.
2) Membuat garis normal di sepertiga sebelah kiri panjang kaca.
3) Membuat garis sinar cahaya 30°, 35°, 40° dan 45° dari garis normal.
4) Merambatkan cahaya berhimpit (melalui) titik 1 dan titik 2 sampi cahaya
menembus dan melewati kaca.
5) Menancapkan jarum pentul pada garis cahaya yang teramati (titik 1,2,3 dan 4).
6) Membuat garis melalui titik 3 dan 4.
7) Mengukur besar sudut (r.)
8) Mengukur lebar kaca (d).
9) Mengukur lebar penyimpangan sinar (x).
10) Mengamati posisi jarum pentul 1,2 dan 3,4 langsung tidak melalui kaca dan
mengamati posisi jarum 1,2 dan 3,4 melalui kaca kemudian membandingkan
mengapa hal tersebut bisa terjadi
11) Melakukan percobaan tersebut sebanyak empat kali, kemudian mencatat
datanya dan memasukannya pada tabel.
12
3.6 Alur Percobaan
Kaca Plan paralel
diletakkan di atas kertas A4
digambar / disalin
Kertas HVS Bergambar
Digambar garis normal
Dibuat garis sinar datang dengan sudut 30°,35°, 40° dan 45°
Ditancapkan jarum pada garis sinar datang
Jarum pentul pada garis
sinar datang
Diamati dari sisi lain pada kaca plan paralel
Gambar Percobaan
13
BAB IV
DATA DAN ANALISIS PERCOBAAN
4.1 Data
Sin Dsin (i-r)
No. i r Sin i Sin r Sin i Sin r Cos r X
(i-r) Cos r
1. 30o 20 o 0,5 0,34 1,47 0,17 0,93 1,3 cm 0,98
4.2 Analisis
Dari percobaan pembiasan pada kaca plan dengan ketebalan kaca plan
pararel yaitu 6 cm didapatkan data sebagai berikut :
Pada percobaan pertama dengan sudut datang sebesar 30° (sin 30° = 0,5)
diperoleh pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel yaitu 1,3 cm,
sudut bias sebesar 20° (sin 20° = 0,34 dan cos 20° = 0,93), dan sin (i-r)
yaitu 0,17. Hasil perhitungan indeks bias 1,47 dan hasil perhitungan
pergeseran sinar cahaya pada kaca plan yaitu 0,98 cm. Selain itu, posisi
jarum di titik 1,2 dengan 3,4 jika diamati tanpa menggunakan kaca plan
pararel tampak tidak segaris, namun apabila diamati menggunakan kaca
plan pararel, maka titk 1,2 dan 3,4 akan tampak segaris.
Pada percobaan kedua dengan sudut datang sebesar 35° (sin 35° = 0,57)
diperoleh pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel yaitu 1,6 cm,
sudut bias yaitu 22°(sin 22° = 0,37 dan cos 22° = 0,92), dan sin (i-r) yaitu
0,22. Hasil perhitungan indeks bias 1,54 dan hasil perhitungan pergeseran
sinar cahaya pada kaca plan yaitu 1,25 cm. Selain itu, posisi jarum di titik
1,2 dengan 3,4 jika diamati tanpa menggunakan kaca plan pararel tampak
tidak segaris, namun apabila diamati menggunakan kaca plan pararel,
maka titk 1,2 dan 3,4 akan tampak segaris.
14
Pada percobaan ketiga dengan sudut datang 40°(sin 40° = 0,64) diperoleh
pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel yaitu 1,7 cm, sudut bias
yaitu 25°(sin 25° = 0,42 dan cos 25° = 0,90), dan sin (i-r) yaitu 0,26. Hasil
perhitungan indeks bias 1,52 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya
pada kaca plan yaitu 1,40 cm. Selain itu, posisi jarum di titik 1,2 dengan
3,4 jika diamati tanpa menggunakan kaca plan pararel tampak tidak
segaris, namun apabila diamati menggunakan kaca plan pararel, maka titk
1,2 dan 3,4 akan tampak segaris.
Pada percobaan keempat dengan sudut datang sebesar 45°(sin 45° = 0,7)
diperoleh pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel yaitu 2,15 cm,
sudut bias yaitu 28°(sin 28° = 0,47 dan cos 28° = 0,88), dan sin (i-r) yaitu
0,29. Hasil perhitungan indeks bias1,49 dan hasil perhitungan pergeseran
sinar cahaya pada kaca plan yaitu 1,55 cm. Selain itu, posisi jarum di titik
1,2 dengan 3,4 jika diamati tanpa menggunakan kaca plan pararel tampak
tidak segaris, namun apabila diamati menggunakan kaca plan pararel,
maka titk 1,2 dan 3,4 akan tampak segaris.
15
4.3 Pembahasan
Pembiasan adalah peristiwa pembelokan sinar karena melalui kerapan yang
berbeda. Pembelokan ini ada dua macam, yaitu pembelokan yang mendekati garis
normal dan pembelokan yang menjauhi garis normal. Pembelokan yang mendekati
garis normal terjadi ketika sinar melalui medium renggang menuju medium rapat.
Sedangkan pembelokan yang menjauhi garis normal adalah ketika sinar melalui
medium rapat menuju medium renggang. Percobaan kaca plan parallel bertujuan
untuk mengetahui nilai indeks bias pada kacaplan parallel dan mengetahui
pengaruh sudut datang terhadap pergeseran sinar.
Hubungan antara sudut datang (i) dengan sudut bias (r) yaitu pada grafik 4.1
adalah semakin besar sudut datang maka nilai sudut biasnya juga semakin besar
agar konstan yaitu pada teori hukum Snellius “Dalam peristiwa pembiasan cahaya,
perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah konstan”. Sudut bias
bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang. Pada percobaan
kami hasil yang didapat pada sudut bias (r) adalah konstan yaitu grafiknya terus
naik. Hasil tersebut bisa terjadi karena tingkat kejelian pengamat dalam melihat
jarum pentul yang saling berhimpit. Peletakkan jarum pentul yang kurang tepat
juga mempengaruhi hasil yang diperoleh. Selain itu, posisi jarum yang tidak tepat
lurus juga mempengaruhi pengamat dalam melihat berhimpitnya keempat jarum
tersebut.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sinar yang melalui dua medium berbeda yaitu kaca dan udara (dalam
percobaan) akan mengalami perubahan kecepatan dengan indikasi pembelokan
sinar. Hal ini disebut pembiasan cahaya. Indeks bias akan membuat pergeseran dari
sudut datang semula.
Berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar dari kaca plan
paralel adalah sejajar. Berkas cahaya tersebut mengalami pergeseran (t). Dalam
percobaan ini, besarnya pergerseran dapat dihitung dengan cara membuat garis
putus-putus yang merupakan perpanjangan sinar yang keluar dari kaca plan paralel.
Selanjutnya mengukur jarak antara perpanjangan sinar yang keluar dari kaca plan
paralel dengan sinar datang menggunakan penggaris. Hasil yang diperoleh dari
percobaan sudah sesuai dengan teori yaitu semakin besar sudut datang maka
pergeseranya akan semakin panjang yaitu empat kali pengulangan secara berturut-
turut 1,3 ; 1,6; 1,7; 2,15 cm.
Semakin kecil sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya kecil, dan apabila
semakin besar sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya akan besar pula.
Apabila kerapatannya lebih tinggi dari udara, maka sinar mengalami pembiasan
mendekati garis normal. Sebaliknya, ketika sinar dari kaca keluar menuju medium
yang tingkat kerapatannya lebih rendah juga mengalami pembiasan, tetapi
pembiasannya menjauhi garis normal.
17
5.2 Saran
1) Praktikan harus memperhatikan kelengkapan alat-alat untuk melakukan praktikum.
2) Diperlukan ketelitian dalam melakukan praktikum untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
3) Harus memperhatikan setiap langkah kerja yang tertera di dalam prosedur
penuntun dalam melalukan percobaan.
4) Lebih teliti dalam mengamati pada sisi kedua kaca plan parallel yaitu sudut
biasnya.
5) Lebih terampil dalam menggaris supaya hasil percobaanya tidak jauh melenceng
dari teori.
18
DAFTAR PUSTAKA
1) https://www.fisikabc.com/2017/11/pembiasan-cahaya-pada-kaca-plan-paralel.html
2) https://novikandi.blogspot.com/2016/01/indeks-bias-pada-kaca-plan-paralel.html
3) http://anadestifitriani.blogspot.com/2016/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
4) http://devianaeka.blogspot.com/2015/12/laporan-go-7-pembiasan-pada-kaca-
plan_15.html
5) https://www.scribd.com/doc/109469459/Laporan-Praktikum-Plan-Paralel
6) https://rumushitung.com/2013/08/29/pembiasan-cahaya-pada-kaca-plan-pararel/
7) https://saifulrunardi.wordpress.com/2014/03/24/percobaan-kaca-plan-paralel/
19
LAMPIRAN
20
Sudut Tanpa kaca Dengan Kaca
30o
35o
40o
45o
21