PERTEMUAN III
Disusun oleh:
NIM : 208114056
Golongan/Kelompok : B1/3
PJ Laporan :
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2022
PERTEMUAN 3
KASUS 1
Bapak L usia 80 tahun dengan Riwayat penyakit hipertensi, DM 2, dan baru saja
didiagnosa Glaukoma (sudut terbuka) 10 hari yang lalu. Bapak L dilarikan ke Rumah sakit
karena tiba-tiba kehilangan kesadaran. Hasil pemeriksaan menunjukan GCS 1/5/6, GDS 90
mg/dL Tanda-tanda vital pasien, yaitu tekanan darah 60/43 mmHg, nadi 35x/menit, dan laju
pernafasan 20 kali/menit. Hasil EKG menunjukan terjadinya sinus dysfunction dan Mobitz 1
block. Bapak L kemudian diberikan dextrose 50% 100mL dan 0.5 mg Atropine. Setelah
pemberian tersebut keadaan bapak L mulai membaik.
Riwayat Pengobatan:
Kejaadian ADR
P(Problem)
P2.1 Adverse drug event (possibly) occuring
a) Resiko Hipoglikemia akibat penggunaan kombinasi obat antihipertensi
dan antidiabetik
Hasil pemeriksaan GDS pasien yaitu 90 mg/dL dimana masih
masuk dalam kategori normal (PERKENI, 2021). Resiko hipoglikemia
dapat terjadi karena pemberian enalapril dan metformin secara
bersamaan. Jika diberikan secara bersamaan obat golongan ACE
inhibitor seperti enalapril dapat meningkatkan toksisitas dari metformin
dan dapat meningkatkan resiko hipoglikemia dan asidosis laktat
(Medscape, 2022).
b) Sinus dysfunction dan Mobutz 1 block akibat penggunaan obat timolol
Hasil pemeriksaan nadi pasien didapatkan hasil 35 kali/menit
(normal 60-100 kali/menit) dan frekuensi pernafasan 20 kali/menit
(normal 12-20 kali/menit) yang berarti nilai tersebut berada di bawah
nilai normal. Selain itu, hasil EKG juga menunjukkan sinus dysfunction
dan Mobutz 1 block sehingga dapat ditegaskan bahwa pasien mengalami
bradikardia. Bradikardia disebabkan oleh penggunaan timolol maleat.
Timolol maleat menginduksi blok atrioventrikular intermiten yang dapat
menyebabkan bradikardia sinus. Obat ini merupakan obat beta blocker
yang memiliki efek samping pada jantung berupa bradikardi (Walia et
al, 2011).
c) Hipotensi
Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien rendah yaitu 60/43
mmHg sehingga pasien kemungkinan mengalami resiko hipotensi.
Hipotensi yang dialami pasien disebabkan oleh pemberian enalapril
karena merupakan efek samping dari obat tersebut yaitu berupa
hipotensi asimptomatis. Enalapril sendiri memiliki mekanisme inhibitor
ACE yang dimana akan menghambat produksi dari angiotensin II
(BPOM RI, 2015).
2. Skor Naranjo
Naranjo score point dari pasien 6. Score ini didapatkan dengan cara
menjumlahkan setiap score dari setiap pertanyaan pada algoritma naranjo. Total skor
tersebut masuk dalam kategori “probable”, atau dapat dinyatakan bahwa pada pasien
kemungkinan terjadi Adverse Drug Reaction (ADR) akibat penggunaan obat
sebelumnya.
Alasan:
No. Hasil Alasan
1. Yes Berdasarkan guideline/jurnal/database bpom ditemukan (ada)
laporan efek samping yang pernah direkam. Contoh jurnal yang
dapat menjadi acuan untuk ini adalah “Ophthalmic Timolol and
Hospitalization for Symptomatic Bradycardia and Syncope: A
Case Series” yang ditulis oleh Abbas, S. A., Hamadani, S. M.,
Ahmad, U., Desai, A., dan Kitchloo, K. pada tahun 2020.
2. Yes Efek samping baru terjadi ketika meminum obat beberapa hari
yang lalu. Timolol dapat menyebabkan sinus bradikardia.
Menurut laporan, sinus bradikardi terjadi setelah 31 sampai 180
hari setelah konsumsi timolol (Pratt et al., 2015).
3. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah Efek Samping Obat yang
dirasakan oleh pasien membaik atau tidak setelah obat dihentikan
karena pada soal tidak ada informasi lebih lanjut terkait ESO
yang terjadi.
4. Unknown Tidak ditemukan keterangan pasti mengenai apakah obat tersebut
memberikan ESO ketika diberikan secara berulang dan
mengakibatkan efek samping yang sama pada pasien.
5. No Tidak ada alternative penyebab yang dapat menjelaskan
kemungkinan terjadinya efek samping obat.
6. Unknown Efek placebo hanya dilakukan saat uji klinis. Untuk
memastikannya dilakukan penggantian obat dengan placebo. Jika
placebo menghasilkan efek, maka kecurigaan berkurang karena
efek dari pasiennya.
7. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah obat di dalam darah atau
cairan tubuh pasien tersebut dalam keadaan toksik atau dosis
berlebih atau tidak karena tidak ada keterangan terkait
penggunaan dosis yang berlebih.
8. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah Efek Samping Obat
bertambah parah atau tidak setelah dosis ditambahkan atau tidak
karena pada soal tidak ada keterangan lebih lanjut.
9. No Tidak, karena pasien belum pernah menggunakan obat timolol
sebelumnya sehingga bisa dipastikan bahwa tidak ada efek
samping obat berulang dari penggunaan timolol.
10. Yes Terdapat bukti data objektif yang berasal dari pemeriksaan
penunjang EKG dan pemeriksaan tanda-tanda vital denyut nadi.
4. Form MESO
Bentuk/manifestasi E.S.O. yang terjadi : Saat/Tanggal mula terjadi : Kesudahan E.S.O. (beri tanda X) :
Tanggal:……………………………
Kehilangan kesadaran dan Jam 09.00 Pada
30/09/2022 Sembuh
pasien mengalami bradikardia.
Meninggal
Berdasarkan hasil EKG X Sembuh dengan gejala sisa
menunjukkan terjadinya sinus Belum sembuh
disfunction dan Mobitz I block. Tidak tahu
Pasien juga memiliki resiko
hipoglikemia dan hipotensi
Riwayat E.S.O yang pernah dialami :
-
OBAT
Tgl. Pemeriksaan :
Tanggal Pemeriksaan : 30/09/2022
Jono berusia 66 tahun memiliki riwayat penyakit dislipidemia, datang kerumah sakit
karena mendadak merasakan sakit pada pergelangan kaki kirinya yang membuatnya
terbangun pukul 05.00 Selama 2 jam terakhir, pergelangan kaki kirinya telah menjadi
merah dan bengkak, dan rasa sakit dari sendi sangat buruk sehingga dia tidak bisa
berjalan. Dia tidak menceritakan pernah trauma atau cedera pada pergelangan kaki di masa
lalu. Dia tidak pernah mengalami gejala-gejala ini sebelumnya.Riwayat penyakit :
Dislipidemia 1 bulan lalu, PUD (Duodenal Ulcer ditemukan 6 bulan lalu) dan obesitas
BP 135/100
RR 18
P 100
T 37,5
Berat badan 97 kg
Hasil Lab
Pemeriksaan Hasil
HDL 25 mg/dL
LDL 99 mg/dL
Kejadian ADR
P (Problem)
P2.1: Adverse drug event (possibly) occuring
a) Hiperurisemia akibat Niacin
Berdasarkan hasil pemeriksaan, uric acid pasien berada di atas normal yaitu
11,6 mg/dL (normal 4,0-8,5 mg/dL). Hiperurisemia ini diduga diakibatkan oleh
Niacin 100 mg yang diindikasikan untuk terapi dislipidemia karena niacin memiliki
efek menghambat urease. Keadaan hiperurisemia dapat menyebabkan artritis gout.
Gejala gout biasanya menyerang satu atau beberapa persendian. Sakit yang
dirasakan penderita sering di mulai di malam hari dan rasanya berdenyut-denyut
atau nyeri seperti ditusuk jarum. Persendian yang terserang meradang, merah, terasa
panas, dan bengkak (Dianati, 2015).
b) Rhadomyolysis
Selain itu, berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien diduga juga mengalami
Rhabdomyolysis yang disebabkan oleh penggunaan obat Omeprazole sebagai obat
PUD. Efek samping yang ditimbulkan obat Omeprazole pada pasien yaitu
Rhabdomyolysis yang ditandai adanya nyeri pada sendi, bengkak, dan kesulitan
dalam menggerakkan kakinya. Rhabdomyolysis sendiri merupakan kumpulan
gejala dari kerusakan atau kematian jaringan otot rangka, yang berakibat pada
terlepasnya konstituen serat otot ke dalam cairan ekstraseluler. Gejala klinisnya
dapat berupa nyeri yang dialami pasien serat pembengkakan dan disfungsi otot
(Medscape, 2022). Walaupun penggunaan omeprazole dibutuhkan untuk
penggobatan PUD, tetapi menimbulkan efek samping.
2. Naranjo score
Naranjo score point dari pasien 6. Score ini didapatkan dengan cara menjumlahkan
setiap score dari setiap pertanyaan pada algoritma naranjo. Total skor tersebut masuk
dalam kategori “probable”, atau dapat dinyatakan bahwa pada pasien kemungkinan
terjadi Adverse Drug Reaction (ADR) akibat penggunaan obat sebelumnya.
Alasan:
4. Form meso
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT Kode Sumber Data :
PENDERITA
Bentuk/manifestasi E.S.O. yang terjadi : Saat/Tanggal mula terjadi : Kesudahan E.S.O. (beri tanda X) :
Tanggal:……………………………
Pasien mendadak merasakan Jam 09.00 Pada
30/09/2022 Sembuh
sakit pada pergelangan kaki
Meninggal
kirinya, kemudian pergelangan X Sembuh dengan gejala sisa
kaki kirinya menjadi merah dan Belum sembuh
bengkak serta rasa sakit dari Tidak tahu
sendi hingga pasiien tidak bisa
berjalan
Riwayat E.S.O yang pernah dialami :
-
OBAT
Abbas, S. A., Hamadani, S. M., Ahmad, U., Desai, A., dan Kitchloo, K., 2020.
Ophthalamic Timolol and Hospitalization for Symptomatic Bradycardia and Syncope:
A Case Series. Cureus, 12(3).
Anggriani, A., Utami, P., & Lisni, I. 2016. Kajian Potensi Interaksi Obat Pada Pasien
Glaukoma di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung. Jurnal Sains dan Kesehatan, 1(5),
226-235.
Choi, H. K., Atkinson, K., Karlson, E. W., & Curhan, G., 2005. Obesity, Weight Change,
Hypertension, Diuretic Use, and Risk of Gout in Men: The Health Professionals
Follow-up Study. Arch Intern Med. 165(7):742–748.
Dianati, N.A., 2015. Gout and Hyperuricemia. Journal Majority, 4(3), 83.
Hasanatuludhhiyah, N., Basori, A., Suhartati, 2015. Gangguan Ginjal Akut Akibat
Rhabdomiolisis. Majalah Biomorfologi, 28(2), 27.
Pratt et al., 2015. Association Between Ophthalmic Timolol and Hospitalisation for
Bradycardia. J Opthalmol, 5(6), 73-87.
Sari, Y., P., 2018. Penatalaksanaan Glaukoma Akut Primer Sudut Terbuka. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 18(3), 174.
Suryanarayanan, B., 2017. Glasgow Coma Scale: Technique and Interpretation. Clinics in
Surgery, 2(1575), 1-4.
Walia, H.S., Walia, S, S., Emanuel, M. E., 2011. Sick Sinus Syndrome Associated with
Topical Timolol Maleate Installation. J Phamacol Pharmacother, 2(4), 300-302.
WHO, 2013. The Use of The WHO-UMC System for Standardised Case Causality
Assessment. Online: https://www.who.int/medicines/areas/quality_safety/safety_
efficacy/WHOcausality_assessment.pdf. Diakses pada 30 September 2022.
Wuysang, D., Bahar, A., 2015. Pemeriksaan Derajat Kesadaran (Glasgow Coma Scale)
dan Fungsi Kortikal Luhur (Mini-Mental State Eximination (MMSE)). Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.