Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PHARMACEUTICAL KARDIO ENDOKRIN

PERTEMUAN III

MONITORING EFEK SAMPING OBAT

Disusun oleh:

Nama : Evangeline Keisha Annabel

NIM : 208114056

Golongan/Kelompok : B1/3

PJ Laporan :

LABORATORIUM PHARMACEUTICAL CARE

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2022
PERTEMUAN 3

MONITORING EFEK SAMPING OBAT

KASUS 1

Bapak L usia 80 tahun dengan Riwayat penyakit hipertensi, DM 2, dan baru saja
didiagnosa Glaukoma (sudut terbuka) 10 hari yang lalu. Bapak L dilarikan ke Rumah sakit
karena tiba-tiba kehilangan kesadaran. Hasil pemeriksaan menunjukan GCS 1/5/6, GDS 90
mg/dL Tanda-tanda vital pasien, yaitu tekanan darah 60/43 mmHg, nadi 35x/menit, dan laju
pernafasan 20 kali/menit. Hasil EKG menunjukan terjadinya sinus dysfunction dan Mobitz 1
block. Bapak L kemudian diberikan dextrose 50% 100mL dan 0.5 mg Atropine. Setelah
pemberian tersebut keadaan bapak L mulai membaik.

Riwayat Pengobatan:

Enalapril 10mg 1x1,

Metformin 500mg 2x1

Timolol Maleate 0.5% 1 tetes 2x sehari kanan kiri

1. Apakah pasien mengalami ADR karena terapi?


Ya, Pasien mengalami ADR karena terapi
Analisis:
- Hasil pemeriksaan GCS pasien cukup rendah yaitu 1/5/6, dimana poin ini
merupakan interpretasi dari respon mata/ respon suara/ respon gerak. Poin 1 untuk
respon mata menunjukkan bahwa mata pasien tetap terpejak meski telah diberi
rangsangan. Poin 5 untuk respon suara menunjukkan bahwa suara pasien
terdengar dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan benar
serta sadar penuh terhadap lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu. Poin 6 untuk
respon gerakan menunjukkan bahwa pasien mampu melakukan gerakan tubuh apa
pun saat diperintahkan. Dan apabila dijumlahkan, maka total GCS pasien hanya
12, di mana pasien bisa dikatakan berada pada keadaan soporokomatus. Hal ini
bisa disebabkan oleh Hipoglikemia dan hipotensi yang dialami oleh pasien
(Suryanarayanan, 2017; Wuysang dan Bahar, 2015).
- Hasil GDS pasien adalah 50 mg/dL yang mana nilai normal dari GDS yaitu 70-
200 mg/dL, sehingga bisa dikatakan pasien mengalami hipoglikemia.
- Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien yaitu 60/43 mmHg (rendah) dengan nilai
normal yaitu 120/80 mmHg. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien dapat
dikatakan mengalami hipotensi. Hipotensi ini bisa disebabkan karena penggunaan
obat Enalapril karena efek samping obat ini adalah hipotensi (BPOM RI, 2015).
- Nadi 35x/menit (rendah) seharusnya 60-100 x per menit dan laju pernafasan 20
kali/menit (rendah), menunjukkan pasien mengalami bradikardia. Dimana
normalnya adalah 28 kali/menit.
- Laju napas 20 kali/menit (normal)

Kejaadian ADR
P(Problem)
P2.1 Adverse drug event (possibly) occuring
a) Resiko Hipoglikemia akibat penggunaan kombinasi obat antihipertensi
dan antidiabetik
Hasil pemeriksaan GDS pasien yaitu 90 mg/dL dimana masih
masuk dalam kategori normal (PERKENI, 2021). Resiko hipoglikemia
dapat terjadi karena pemberian enalapril dan metformin secara
bersamaan. Jika diberikan secara bersamaan obat golongan ACE
inhibitor seperti enalapril dapat meningkatkan toksisitas dari metformin
dan dapat meningkatkan resiko hipoglikemia dan asidosis laktat
(Medscape, 2022).
b) Sinus dysfunction dan Mobutz 1 block akibat penggunaan obat timolol
Hasil pemeriksaan nadi pasien didapatkan hasil 35 kali/menit
(normal 60-100 kali/menit) dan frekuensi pernafasan 20 kali/menit
(normal 12-20 kali/menit) yang berarti nilai tersebut berada di bawah
nilai normal. Selain itu, hasil EKG juga menunjukkan sinus dysfunction
dan Mobutz 1 block sehingga dapat ditegaskan bahwa pasien mengalami
bradikardia. Bradikardia disebabkan oleh penggunaan timolol maleat.
Timolol maleat menginduksi blok atrioventrikular intermiten yang dapat
menyebabkan bradikardia sinus. Obat ini merupakan obat beta blocker
yang memiliki efek samping pada jantung berupa bradikardi (Walia et
al, 2011).
c) Hipotensi
Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien rendah yaitu 60/43
mmHg sehingga pasien kemungkinan mengalami resiko hipotensi.
Hipotensi yang dialami pasien disebabkan oleh pemberian enalapril
karena merupakan efek samping dari obat tersebut yaitu berupa
hipotensi asimptomatis. Enalapril sendiri memiliki mekanisme inhibitor
ACE yang dimana akan menghambat produksi dari angiotensin II
(BPOM RI, 2015).

Other intervention or activity


I4.2: Side effect reported to authorities
Perlu dilakukan pelaporan kepada pihak yang berwenang terkait efek samping
obat yang dialami oleh pasien.

2. Skor Naranjo

Naranjo score point dari pasien 6. Score ini didapatkan dengan cara
menjumlahkan setiap score dari setiap pertanyaan pada algoritma naranjo. Total skor
tersebut masuk dalam kategori “probable”, atau dapat dinyatakan bahwa pada pasien
kemungkinan terjadi Adverse Drug Reaction (ADR) akibat penggunaan obat
sebelumnya.
Alasan:
No. Hasil Alasan
1. Yes Berdasarkan guideline/jurnal/database bpom ditemukan (ada)
laporan efek samping yang pernah direkam. Contoh jurnal yang
dapat menjadi acuan untuk ini adalah “Ophthalmic Timolol and
Hospitalization for Symptomatic Bradycardia and Syncope: A
Case Series” yang ditulis oleh Abbas, S. A., Hamadani, S. M.,
Ahmad, U., Desai, A., dan Kitchloo, K. pada tahun 2020.
2. Yes Efek samping baru terjadi ketika meminum obat beberapa hari
yang lalu. Timolol dapat menyebabkan sinus bradikardia.
Menurut laporan, sinus bradikardi terjadi setelah 31 sampai 180
hari setelah konsumsi timolol (Pratt et al., 2015).
3. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah Efek Samping Obat yang
dirasakan oleh pasien membaik atau tidak setelah obat dihentikan
karena pada soal tidak ada informasi lebih lanjut terkait ESO
yang terjadi.
4. Unknown Tidak ditemukan keterangan pasti mengenai apakah obat tersebut
memberikan ESO ketika diberikan secara berulang dan
mengakibatkan efek samping yang sama pada pasien.
5. No Tidak ada alternative penyebab yang dapat menjelaskan
kemungkinan terjadinya efek samping obat.
6. Unknown Efek placebo hanya dilakukan saat uji klinis. Untuk
memastikannya dilakukan penggantian obat dengan placebo. Jika
placebo menghasilkan efek, maka kecurigaan berkurang karena
efek dari pasiennya.
7. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah obat di dalam darah atau
cairan tubuh pasien tersebut dalam keadaan toksik atau dosis
berlebih atau tidak karena tidak ada keterangan terkait
penggunaan dosis yang berlebih.
8. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah Efek Samping Obat
bertambah parah atau tidak setelah dosis ditambahkan atau tidak
karena pada soal tidak ada keterangan lebih lanjut.
9. No Tidak, karena pasien belum pernah menggunakan obat timolol
sebelumnya sehingga bisa dipastikan bahwa tidak ada efek
samping obat berulang dari penggunaan timolol.
10. Yes Terdapat bukti data objektif yang berasal dari pemeriksaan
penunjang EKG dan pemeriksaan tanda-tanda vital denyut nadi.

3. UMC-WHO causality categories

Jenis Hubungan Kausal Kriteria Penilaian


Probable a. Suatu kejadian atau hasil laboratorium yang
abnormal memiliki hubungan waktu dengan
penggunaan obat (terjadi setelah penggunaan obat).
Pasien menderita glaukoma (sudut terbuka) sejak 10
hari lalu sehingga diberikan pengobatan Timolol
maleate 0,5%. Kemudian, tidak lama pasien
mengalami ESO.
b. Tidak nampak bahwa adanya perkembangan
penyakit yang dialami pasien disebabkan oleh obat
lain. Bradikardi yang dialami pasien ada
kemungkinan disebabkan oleh pemberian timolol
maleat 0,5% dan timolol maleat adalah penyebab
tertinggi.
c. Respon terhadap penghentian penggunaan obat
secara klinik dapat diterima. Dilihat dari hasil
pemeriksaan lab pasien menunjukkan hasil EKG
terjadinya sinus dysfunction dan Mobitz 1 block.
Bradikardi yang dialami pasien juga ditegaskan pada
hasil pemeriksaan denyut nadi pasien yang dibawah
normal yaitu 35x/menit.
d. Tidak ada percobaan pemberian ulang yang
dilakukan kepada pasien untuk membuktikan adanya
ESO dari Timolol Maleat.
(WHO, 2013)

4. Form MESO

FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT Kode Sumber Data :


PENDERITA
Nama (Singkatan) Umur : Suku : Berat Badan : Pekerjaan :
L 80 - - ..............................
Penyakit Utama : Kesudahan Penyakit Utama (Beri
Kelamin (beri tanda X) : Tanda X) :
Hipertensi, Diabetes Melitus Tipe 2 dan Sembuh
Pria............................... X Glaukoma Meninggal
Sembuh dengan gejala sisa
Wanita : X Belum sembuh
Tidak Tahu
Hamil....................

Tidak hamil.......... Penyakit/ kondisi lain yang menyertai (beri tanda X) :

Tidak tahu............ Gangguan Ginjal


X Kondisi medis lainnya
Gangguan Hati Faktor Industri, pertanian, kimia.
Alergi Lain-lain
EFEK SAMPING OBAT (E.S.O)

Bentuk/manifestasi E.S.O. yang terjadi : Saat/Tanggal mula terjadi : Kesudahan E.S.O. (beri tanda X) :
Tanggal:……………………………
Kehilangan kesadaran dan Jam 09.00 Pada
30/09/2022 Sembuh
pasien mengalami bradikardia.
Meninggal
Berdasarkan hasil EKG X Sembuh dengan gejala sisa
menunjukkan terjadinya sinus Belum sembuh
disfunction dan Mobitz I block. Tidak tahu
Pasien juga memiliki resiko
hipoglikemia dan hipotensi
Riwayat E.S.O yang pernah dialami :
-

OBAT

Nama Bentuk No. Bets Beri Pemberiaan


(Nama Sediaan tanda X Cara Dosis/Waktu Tgl. Mula Tgl. akhir
Indikasi
Dagang/Nama untuk penggunaan
Generik/Pabrik/IF) obat
yang
dicurigai
1. Enalapril Tablet - X Oral 10 mg/ 1 x sehari - - Hipotensi
- -
2. Metformin 500 mg Tablet - X Oral 500 mg/ 2x sehari DM Tipe 2
Diteteskan 1 tetes/ 2x sehari - - Glaukoma
3. Timolol maleat 0,5% Drops - X - -
Injeksi IV 100 mL Hipoglikemia
4. Dextrose 50% Cairan infus - .............. - -
Oral 0,5 mg - - Bradikardia
5. Atropine Tablet - ..............
6. ................................ ............... .............. ..............
.
............... .............. ..............
7. ................................
............... .............. ..............
.
............... .............. ..............
8. ................................
. ............... .............. ..............
9. ................................
.
10. .............................
Keterangan tambahan (misalnya : kecepatan timbulnya Efek
Samping Obat, reaksi setelah obat dihentikan, pengobatan yang Data Laboratorium(bila ada)
diberikan untuk mengatasi ESO) GCS 6/1/5, GDS 50 mg/dL,
tekanan darah 60/43 mmHg, EKG =
Sinus dysfunction dan Mobitz I block

Tgl. Pemeriksaan :
Tanggal Pemeriksaan : 30/09/2022

Yogyakarta, 30 September 2022


Tanda Tangan Pelapor

(Apt. Evangeline Keisha Annabel)


KASUS 2

Jono berusia 66 tahun memiliki riwayat penyakit dislipidemia, datang kerumah sakit
karena mendadak merasakan sakit pada pergelangan kaki kirinya yang membuatnya
terbangun pukul 05.00 Selama 2 jam terakhir, pergelangan kaki kirinya telah menjadi
merah dan bengkak, dan rasa sakit dari sendi sangat buruk sehingga dia tidak bisa
berjalan. Dia tidak menceritakan pernah trauma atau cedera pada pergelangan kaki di masa
lalu. Dia tidak pernah mengalami gejala-gejala ini sebelumnya.Riwayat penyakit :

Dislipidemia 1 bulan lalu, PUD (Duodenal Ulcer ditemukan 6 bulan lalu) dan obesitas

Riwayat pengobatan : Niacin 1000mg po bedtime (extended release), omeprazole 20 mg


po daily

Riwayat alergi : Simvastatin membuat nyeri otot

BP 135/100

RR 18

P 100

T 37,5

Berat badan 97 kg

Tinggi badan 180 cm

Hasil Lab

Pemeriksaan Hasil

Uric Acid 11.6 mg/dL

HDL 25 mg/dL

LDL 99 mg/dL

Trig 280 mg/dL

Choles Total 180 mg/dL

SCr 1.0 mg/dL


Glu 105 mg/dL

1. Apakah pasien mengalami ADR karena terapi?


Ya, pasien mengalami ADR karena terapi.
Analisis:
- Berat badan pasien 97 kg → IMT 29,94 (Obesitas tingkat I)
- Tekanan darah : 135/100 mmHg  → prehipertensi (normal 120/90 mmHg)
- Laju nafas pasien : 18 kali/menit → normal
- Asam urat : 11,6 mg/dL → menunjukkan hasil yang tidak normal karena kadar
asam urat normal pria berkisar antara 2,5-7,0 mg/dL.
- HDL : 25 mg/dL → menunjukkan hasil yang tidak normal karena kadar HDL
normal berkisar antara 40-60 mg/dL.
- LDL : 99 mg/dL → menunjukkan hasil yang normal yaitu <100 mg/dL.
- Trigliserida : 280 mg/dL → menunjukkan hasil yang tidak normal karena kadar
trigliserida normal yaitu <150 mg/dL.
- Kolesterol total : 180 mg/dL → menunjukkan hasil yang normal karena kadar
kolesterol normal sebesar <200 mg/dL.
- Serum kreatinin : 1,0 mg/dL → menunjukkan hasil yang normal karena kadar
serum kreatinin normal pada pria berkisar antara 0,6-1,3 mg/dL.
- Glukosa : 105 mg/dL → menunjukkan hasil yang normal karena kadar gula darah
sewaktu yang normal yaitu sebesar <200 mg/dL.

Kejadian ADR
P (Problem)
P2.1: Adverse drug event (possibly) occuring
a) Hiperurisemia akibat Niacin
Berdasarkan hasil pemeriksaan, uric acid pasien berada di atas normal yaitu
11,6 mg/dL (normal 4,0-8,5 mg/dL). Hiperurisemia ini diduga diakibatkan oleh
Niacin 100 mg yang diindikasikan untuk terapi dislipidemia karena niacin memiliki
efek menghambat urease. Keadaan hiperurisemia dapat menyebabkan artritis gout.
Gejala gout biasanya menyerang satu atau beberapa persendian. Sakit yang
dirasakan penderita sering di mulai di malam hari dan rasanya berdenyut-denyut
atau nyeri seperti ditusuk jarum. Persendian yang terserang meradang, merah, terasa
panas, dan bengkak (Dianati, 2015).
b) Rhadomyolysis
Selain itu, berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien diduga juga mengalami
Rhabdomyolysis yang disebabkan oleh penggunaan obat Omeprazole sebagai obat
PUD. Efek samping yang ditimbulkan obat Omeprazole pada pasien yaitu
Rhabdomyolysis yang ditandai adanya nyeri pada sendi, bengkak, dan kesulitan
dalam menggerakkan kakinya. Rhabdomyolysis sendiri merupakan kumpulan
gejala dari kerusakan atau kematian jaringan otot rangka, yang berakibat pada
terlepasnya konstituen serat otot ke dalam cairan ekstraseluler. Gejala klinisnya
dapat berupa nyeri yang dialami pasien serat pembengkakan dan disfungsi otot
(Medscape, 2022). Walaupun penggunaan omeprazole dibutuhkan untuk
penggobatan PUD, tetapi menimbulkan efek samping.

Other intervention or activity


I4.2: Side effect reported to authorities
Perlu dilakukan pelaporan kepada pihak yang berwenang terkait efek samping obat
yang dialami oleh pasien.

2. Naranjo score

Naranjo score point dari pasien 6. Score ini didapatkan dengan cara menjumlahkan
setiap score dari setiap pertanyaan pada algoritma naranjo. Total skor tersebut masuk
dalam kategori “probable”, atau dapat dinyatakan bahwa pada pasien kemungkinan
terjadi Adverse Drug Reaction (ADR) akibat penggunaan obat sebelumnya.
Alasan:

No. Hasil Alasan


1. Yes Karena obat Niacin 1000 mg sebagai obat dislipidemia diketahui
dapat memberikan ESO berupa asam urat atau hiperurisemia
yang ditandai dengan munculnya kemerahan pada pergelangan
dan obat Omeprazole diketahui dapat menyebabkan edema
perifer dan mialgia (efek samping jarang terjadi). Berdasarkan
hasil laporan dari Widyanto dkk (2014), terdapat 20 orang dari
100 penderita dislipidemia mengalami hiperurisemia bahkan
GOUT setelah mengkonsumsi Niacin (Vitamin B3).
2. Yes Selama 1 bulan, pasien mengalami hiperurisemia dengan keluhan
pasien merasa kesakitan pada pergelangan kaki kirinya yang telah
menjadi merah dan bengkak, dan rasa sakit dari sendi sangat
buruk sehingga dia tidak bisa berjalan. Tetapi hal ini tidak
diketahui pasti kapan keluhan mulai timbul.
3. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah Efek Samping Obat yang
dirasakan oleh pasien membaik atau tidak setelah obat dihentikan
karena pada soal tidak ada informasi lebih lanjut terkait ESO
yang terjadi.
4. Unknown Tidak ditemukan keterangan pasti mengenai apakah obat tersebut
memberikan ESO ketika diberikan secara berulang dan
mengakibatkan efek samping yang sama pada pasien.
5. No Karena pasien hanya mengalami hiperurisemia saja dan obat yang
hanya dapat memberikan ADR berupa hiperurisemia adalah
niacin. Tetapi butuh diketahui lebih lanjut terkait makanan apa
yang dikonsumsi oleh pasien yang mungkin berpotensi untuk
meningkatkan asam urat pasien.
6. Unknown Efek placebo hanya dilakukan saat uji klinis. Untuk
memastikannya dilakukan penggantian obat dengan placebo. Jika
placebo menghasilkan efek, maka kecurigaan berkurang karena
efek dari pasiennya.
7. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah obat di dalam darah atau
cairan tubuh pasien tersebut dalam keadaan toksik atau dosis
berlebih atau tidak karena tidak ada keterangan terkait
penggunaan dosis yang berlebih.
8. Unknown Tidak diketahui secara pasti apakah Efek Samping Obat
bertambah parah atau tidak setelah dosis ditambahkan atau tidak
karena pada soal tidak ada keterangan lebih lanjut.
9. No Tidak, karena pasien tidak mengalami gejala-gejala sebelumnya.a
10. Yes Terdapat bukti data objektif yang berasal dari pemeriksaan hasil
lab.

3. Evaluasi UMC-WHO causality categories

Jenis Hubungan Kausal Kriteria Penilaian


Possible (Belum pasti a. Suatu hasil laboratorium yang abnormal memiliki
berhubungan dengan hubungan waktu dengan penggunaan obat. Dilihat
penggunaan obat) dari kasus, pasien di diagnosa dislipidemia sehingga
diberikan Niacin 1000 mg yang menyebabkan nilai
asam urat pasien melebihi batas normal yaitu 11,6
mg/dL.
b. Efek samping yang dialami pasien bisa dikarenakan
dari penggunaan obat niacin. Efek samping lain dari
Niacin termasuk hiperurisemia, gangguan
gastrointestinal, ruam, peningkatan kadar
homosistein, hipotensi, dispepsia, peningkatan AST
dan ALT, mual, muntah, dan parestesia (Djadjo and
Bajaj, 2021). Selain itu, penggunaan niacin juga bisa
menyebabkan efek samping rhabdomyolysis dengan
gejala berupa nyeri, pembengkakan dan disfungsi
otot, kaku, kesemutan, kelemahan serta urin
berwarna teh (Hasanatuludhhiyah, 2015).
c. Gejala bisa disebabkan oleh penyakit atau
penggunaan obat lain. Pasien memiliki BMI 29,9
yang masuk dalam kategori obesitas. Hal ini bisa
meningkatkan kadar asam urat pasien (Choi et al.,
2005).
d. Informasi tentang penghentian penggunaan obat
(withdrawal) mungkin kurang atau tidak jelas.
Dalam kasus ini belum dilakukan penghentian obat.
(WHO, 2013)

4. Form meso
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT Kode Sumber Data :

PENDERITA

Nama (Singkatan) Umur : Suku : Berat Badan : Pekerjaan :


L 80 - - ..............................
Penyakit Utama : Kesudahan Penyakit Utama (Beri
Kelamin (beri tanda X) : Tanda X) :
Dislipidemia, PUD (Duodenal Ulcer), dan Sembuh
Pria............................... X Obesitas Meninggal
Sembuh dengan gejala sisa
Wanita : X Belum sembuh
Tidak Tahu
Hamil....................

Tidak hamil.......... Penyakit/ kondisi lain yang menyertai (beri tanda X) :

Tidak tahu............ Gangguan Ginjal Kondisi medis lainnya


Gangguan Hati Faktor Industri, pertanian, kimia.
X
Alergi Lain-lain

EFEK SAMPING OBAT (E.S.O)

Bentuk/manifestasi E.S.O. yang terjadi : Saat/Tanggal mula terjadi : Kesudahan E.S.O. (beri tanda X) :
Tanggal:……………………………
Pasien mendadak merasakan Jam 09.00 Pada
30/09/2022 Sembuh
sakit pada pergelangan kaki
Meninggal
kirinya, kemudian pergelangan X Sembuh dengan gejala sisa
kaki kirinya menjadi merah dan Belum sembuh
bengkak serta rasa sakit dari Tidak tahu
sendi hingga pasiien tidak bisa
berjalan
Riwayat E.S.O yang pernah dialami :
-

OBAT

Nama Bentuk No. Bets Beri Pemberiaan


(Nama Sediaan tanda X Indikasi
Dagang/Nama untuk Cara Dosis/Waktu Tgl. Mula Tgl. akhir penggunaan
Generik/Pabrik/IF) obat yang
dicurigai

1. Niacin Tablet - X Oral 1000 mg/1x sehari - - Dislipidemia


- -
2. Omeprazole Tablet - - Oral 20 mg/1x sehari Duodenal ulcer
3.................................. ............... .............. .............. (PUD)
4. ............................. ............... .............. ..............
5. ................................ ............... .............. ..............
.
............... .............. ..............
6. ................................
............... .............. ..............
.
..............
7. ................................
. ..............
8. ................................
.
9. ................................
.
10. .............................
Keterangan tambahan (misalnya : kecepatan timbulnya Efek
Samping Obat, reaksi setelah obat dihentikan, pengobatan yang Data Laboratorium(bila ada)
diberikan untuk mengatasi ESO) Uric acid= 11,6 mg/Dl; HDL= 25
Pasien mengalami efek samping bermula ketika di pagi hari, mg/dL; LDL= 99 mg/dL; Trig= 280
pasien secara mendadak merasakan sakit pada pergelangan kaki mg/dL; Choles Total= 180 mg/dL;
kirinya hingga timbul kemerahan dan bengkak hingga pasien SCr= 1 mg/dL; Glu= 105 mg/dL
tidak bisa berjalan. Diketahuo pasien terdiagnosa dislipidemia
sejak 1 bula yang lalu kemudian menggunakan terapi Niacin.
Ketika dilarikan ke rumah sakiit, pasien melakukan pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Yang mana hasilnya menunjukkan bahwa
Tgl. Pemeriksaan :
terjadi peningkatan kadar asam urat atau hiperurisemia sebesar Tanggal Pemeriksaan : 30/09/2022
11,6 mg/dL. Pasien belum diberikan pengobatan untuk mengatasi
efek samping tersebut

Yogyakarta, 30 September 2022


Tanda Tangan Pelapor

(Apt. Evangeline Keisha Annabel)


DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. A., Hamadani, S. M., Ahmad, U., Desai, A., dan Kitchloo, K., 2020.
Ophthalamic Timolol and Hospitalization for Symptomatic Bradycardia and Syncope:
A Case Series. Cureus, 12(3).

Anggriani, A., Utami, P., & Lisni, I. 2016. Kajian Potensi Interaksi Obat Pada Pasien
Glaukoma di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung. Jurnal Sains dan Kesehatan, 1(5),
226-235.

BPOM RI., 2015. Enalapril Maleate, https://pionas.pom.go.id/monografi/enalapril-


maleat , diakses tanggal 30 September 2022.

Choi, H. K., Atkinson, K., Karlson, E. W., & Curhan, G., 2005. Obesity, Weight Change,
Hypertension, Diuretic Use, and Risk of Gout in Men: The Health Professionals
Follow-up Study. Arch Intern Med. 165(7):742–748.

Dianati, N.A., 2015. Gout and Hyperuricemia. Journal Majority, 4(3), 83.

Hasanatuludhhiyah, N., Basori, A., Suhartati, 2015. Gangguan Ginjal Akut Akibat
Rhabdomiolisis. Majalah Biomorfologi, 28(2), 27.

Medscape, 2022, Amoxicillin/omeprazole/rifabutin, https://reference.medscape.com/drug/


amoxicillin-omeprazole-rifabutin-4000001#4 . diakses pada 30 September 2022.

Medscape, 2022. Enalapril. https://reference.medscape.com/drug/vasotec-


enalaprilatenalapril-342317 , diakses pada 30 September 2022.

Medscape., 2022. Interaction Checker Enalapril and Metformin,


https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker , diakses tanggal 30
September 2022.

Pratt et al., 2015. Association Between Ophthalmic Timolol and Hospitalisation for
Bradycardia. J Opthalmol, 5(6), 73-87.

Sari, Y., P., 2018. Penatalaksanaan Glaukoma Akut Primer Sudut Terbuka. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 18(3), 174.

Suryanarayanan, B., 2017. Glasgow Coma Scale: Technique and Interpretation. Clinics in
Surgery, 2(1575), 1-4.
Walia, H.S., Walia, S, S., Emanuel, M. E., 2011. Sick Sinus Syndrome Associated with
Topical Timolol Maleate Installation. J Phamacol Pharmacother, 2(4), 300-302.

WHO, 2013. The Use of The WHO-UMC System for Standardised Case Causality
Assessment. Online: https://www.who.int/medicines/areas/quality_safety/safety_
efficacy/WHOcausality_assessment.pdf. Diakses pada 30 September 2022.

Wuysang, D., Bahar, A., 2015. Pemeriksaan Derajat Kesadaran (Glasgow Coma Scale)
dan Fungsi Kortikal Luhur (Mini-Mental State Eximination (MMSE)). Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai