Anda di halaman 1dari 4

Nama : Evangeline Keisha Annabel

NIM : 208114056

Kelas : Farmakoepidemiologi A

TUGAS MANDIRI 2 FARMAKOEPIDMIOLOGI

Drug utilization evaluation studies yang juga dikenal sebagai Drug utilization review
(DUR) atau Medication utilization evaluation (MUE) adalah suatu sistem evaluasi yang
sistematis, berkelanjutan dan berguna untuk melakukan evaluasi penggunaan obat agar
rasional. Drug utilization evaluation studies berperan penting terhadap kualitas terapi obat
yang optimal (Suman et al., 2014). Tujuan lain dari drug utilization evaluation studies yaitu
dapat membantu dalam pemantauan, evaluasi, dan modifikasi yang diperlukan pada saat
peresepan untuk mencapai perawatan medis yang lebih baik (Bhavika, et al., 2016).
Singkatnya, drug utilization evaluation studies ini dapat diartikan sebagai evaluasi penggunaan
obat.

Drug utilization evaluation sangat dibutuhkan karena terdapat pengobatan yang tidak
rasional atau penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat menyebabkan peningkatan biaya
perawatan medis, resistensi antimikroba, efek samping, dan kematian pasien. Selain itu juga
peningkatan jumlah obat dan pilihan pengobatan menyebabkan peningkatan jumlah
pengobatan yang tidak rasional yang menyebabkan hasil pasien yang buruk. Dibutuhkannya
DUE juga karena jumlah ADR yang tinggi, tanda kegagalan pengobatan (obat yang salah,
meresepkan dosis yang salah, meresepkan obat yang menyebabkan ADR atau interaksi obat),
jumlah obat formular yang digunakan berlebihan, jumlah obat yang berlebihan dalam kelas
terapi. DUE dapat disusun sedemikian rupa sehingga akan menilai proses aktual pemberian
obat (indikasi yang tepat, dosis, interaksi obat) atau mengakses hasil (sembuhnya infeksi,
penurunan kadar lipid) (Bollavaram dkk., 2021).

Apoteker berperan besar dalam program DUR dalam hal pembinaan, pengawasan, dan
koordinasi. DUR ini membantu apoteker untuk mendokumentasikan dan mengevaluasi
manfaatnya intervensi farmasi dalam meningkatkan terapi hasil. DUR dirancang untuk
meninjau pola resep dan penggunaan obat sebagai feedback yang akan digunakan untuk
menggambarkan penggunaan obat yang optimal. Target umum untuk studi DUR mencakup
obat yang diresepkan (Antibiotik, Penghambat Pompa Proton), obat yang terkait dengan obat
yang berpotensi mengalami interaksi (Warfarin, Teofilin, Phenytoin), penggunaan obat dengan
harga tinggi ( LMWH, Cephalosporins), obat-obatan baru, obat-obatan dengan indeks
terapeutik sempit (Digoxin, Teofilin), obat yang menyebabkan reaksi merugikan yang serius
(Antibiotik aminoglikosida, NSAID), obat yang digunakan dalam pasien berisiko tinggi seperti
lansia, pasien anak dan obat-obatan digunakan dalam pengelolaan kondisi umum seperti ISR
atau ISK (Ashok dan Subramanian, 2017).

Berdasarkan desain studi, studi DUE juga dapat dikategorikan sebagai prospective,
concurrent, dan retrospective. 1. Prospective merupakan tahap mengevaluasi terapi obat yang
direncanakan pasien sebelum obat diberikan. Apoteker secara rutin melakukan tinjauan
prospektif dalam praktik sehari-hari dengan cara menilai dosis dan petunjuk obat resep sambil
meninjau informasi pasien untuk kemungkinan interaksi obat atau terapi duplikat. Contoh pada
kategori ini yaitu pada pasien yang diobati dengan warfarin untuk mencegah penggumpalan
darah dapat diresepkan obat baru untuk mengobati arthritis. Hal tersebut karena jika obat
digabungkan, pasien busa mengalami pendarahan internal. Setelah meninjau resep pasien,
apoteker akan mencatat potensi interaksi obat dan menghubungi penulis resep untuk
mengingatkan masalah tersebut, 2. Concurrent merupakan pemantauan berkelanjutan dari
terapi obat selama pengobatan. Pada kategori ini dapat memberi apoteker kesempatan untuk
memperingatkan penulis resep mengenai masalah potensial dan melakukan intervensi di
bidang-bidang seperti obat-obat, terapi rangkap, penggunaan yang berlebihan atau kurang, dan
dosis yang berlebihan atau tidak mencukupi. Jenis tinjauan ini memungkinkan terapi untuk
pasien diubah. Contoh pada kategori ini yaitu tinjauan berkala catatan pasien sehingga dapat
mendeteksi interaksi obat-obat yang aktual atau potensial. Pada kategori ini juga mengingatkan
apoteker akan perlunya perubahan obat seperti antibiotik atau perlunya penyesuaian dosis
berdasarkan hasil tes laboratorium. Penulis resep utama kemudian harus diinformasikan
mengenai situasi yang terjadi sehingga tindakan korektif dapat diambil. 3. Retrospective
merupakan tinjauan terapi obat setelah pasien menerima obat. Tinjauan retrospektif bertujuan
untuk mendeteksi pola dalam meresepkan, mendistribusikan obat-obatan dan membantu
mencegah terulangnya penggunaan obat atau penyalahgunaan obat yang tidak tepat. Hasil dari
tinjauan ini dapat membantu pemberi resep dalam meningkatkan perawatan pasien, baik secara
individu maupun dalam populasi target tertentu seperti pasien dengan asma. Contoh pada
kategori ini dapat berupa identifikasi sekelompok pasien yang terapinya tidak memenuhi
pedoman yang disetujui. Misalnya, seorang apoteker dapat mengidentifikasi sekelompok
pasien asma, yang menurut riwayat medis harus menggunakan steroid inhalasi oral. Dengan
adanya informasi ini, apoteker dapat mendorong penulis resep untuk menggunakan obat yang
diindikasikan (Ashok dan Subramanian, 2017). Proses Drug utilization evaluation studies
dibagi menjadi empat fase, yaitu:

1. Fase I : Perencanaan
- Pengembangan komite DUR
- Penulisan kebijakan dan prosedur
- Penjelasan tentang departemen rumah sakit dimana obat digunakan (unit perawatan
intensif, radiologi, departemen bedah, atau departemen medis)
- Penentuan pilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam program, pendataan dan
evaluasi indikasi, dosis, bentuk sediaan, dan frekuensi obat yang digunakan,
- Pemilihan kriteria dan ambang kinerja
- Pengembangan metodologi pengumpulan data, evaluasi dan pembuatan jadwal
- Pemberian edukasi kepada staf rumah sakit terkait studi DUR yang akan dilakukan
2. Fase II : Pengumpulan data dan evaluasi
- Pengumpulan data
- Evaluasi data yang didapat dan determinasi permasalahan yang muncul
3. Fase III : Intervensi
- Pengiriman hasil yang didapat ke staf rumah sakit
- Jika ditemukan permasalahan dalam penggunaan obat, dilakukan perancangan desain
dan implementasi intervensi
- Pengumpulan data baru untuk mendeterminasi jika penggunaan obat mengalami
perbaikan sebagai hasil dari intervensi
- Mensosialisasikan hasil evaluasi ulang
4. Fase IV : Evaluasi program
- Evaluasi semua program DUR di akhir tahun dan rancangan aktivitas baru untuk tahun
berikutnya
(Ashok dan Subramanian, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Ashok, P., Subramanian, V.T., 2017. Importance of Drug Utilization Evaluation Studies In
Patient Health Care. Indian Journal of Pharmacy Practice, 10(3), 157-158.

Bhavika, D., Prasanna, V., Swathi, B, 2016. Drug utilization study of antihypertensive drugs
in a tertiary care hospital. International Journal of Basic & Clinical Pharmacology, 5
(4), 1580-1585.

Bollavaram, C., Bhukya, K., Komuravelli, S., Valupadas, C., Bandaru, S.B., Eggadi, V., 2021.
Drug Utilization Evaluation of Pantoprazole in Inpatients of Tertiary Care Hospital.
Indian Journal of Pharmacy Practice, 14(1), 42.

Suman, Rajesh K., I. P., Mohanty, Y. A., Deshmukh, 2014. The Concepts of Drug Utilization
Study. World Journal of Pharm and Phamaceutical Sciences, 3(10), 352 – 363.

Anda mungkin juga menyukai