Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

NAMA LENGKAP : Evangeline Keisha Annabel

NIM : 208114056

HARI PRAKTIKUM : Senin, 15 Maret 2020

GOLONGAN :B1

KELOMPOK :1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2021
ACARA V

IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI BAKTERI : PENGECATAN GRAM

DAN UJI BIOKIMIAWI

1. TUJUAN
- Melihat bentuk sel, rangkaian sel, sifat gram (gram negatif dan gram positif).
- Mengidentifikasi dan mendeterminasi bakteri berdasarkan sifat-sifat
biokimiawinya.

2. PERTANYAAN PENUNTUN
a) Apa perbedaan mendasar antara bakteri Gram + dengan bakteri Gram - ?
Jawab :
Warna bakteri gram positif yaitu ungu karena asam ribonukleat di sitoplasma
membentuk kompleks ungu kristal violet yang kuat. Hal yang mendasarinya
adalah karena dinding sel bakteri gram positif mempunyai lapisan peptidoglikan
tebal. Sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah muda setelah dilakukan
pengecatan karena lapisan peptidoglikan tipis dan kandungan tinggi dari lemak
dan lipid dari pada gram positif (Safrida, 2012).

b) Jelaskan morfologi bakteri Gram Positif dan Gram Negatif!


Jawab :
Karakteristik yang membedakan bakteri Gram positif adalah komposisi dinding
selnya terdiri dari beberapa lapisan peptidoglikan yang bergabung bersama
membentuk struktur tebal dan kaku. Terdapat sekitar 40 lapisan peptidoglikan
atau disebut juga lapisan Murein/ Mukopeptida yang merupakan 50% dari bahan
dinding sel. Sedangkan pada bakteri Gram negatif hanya ada 1 atau 2 lapisan yang
merupakan 5-10% dari bahan dinding sel. Selain itu dinding sel bakteri Gram-
positif memiliki asam Teikoat dan Teikuronat, yang terutama terdiri dari alkohol
(seperti ribitol dan alcohol) dan fosfat. Asam Teikoat terdiri dari 2 jenis yaitu:
asam lipoteikoat dan dinding asam Teikoat. Kedua jenis asam Teikoat bermuatan
negatif karena mengandung gugus fosfat dalam struktur molekul mereka.
Komponen khusus dinding sel Bakteri Gram negatif terdiri dari Lipoprotein dan
selaput Luar. Selaput luar mempunyai saluran khusus yang mengandung molekul
protein yang disebut porin yang memudahkan difusi pasif senyawa hidrofil
dengan berat molekul rendah (gula, asam amino, ion-ion tertentu). Molekul
antibiotika dapat menembus, tetapi relatif lambat, sehingga bakteri Gram Negatif
relatif lebih resisten terhadap antibiotika (Putri dkk, 2017).

c) Apa tujuan fiksasi dan bagaimana cara melakukannya? Kapan fiksasi dilakukan
dalam pengecatan bakteri?
Jawab:
Tujuan fiksasi untuk mengikat sel dan komponen-komponennya (globula-globula)
agar tidak mudah berpindah tempat. Fiksasi dilakukan sebelum pegecatan bakteri.
Caranya yaitu dengan methanol atau perlakuan panas guna merusak protein
seluler lalu rantai di sampingnya terbuka dan melekat pada kaca (Slonczewski,
2011).

3. SKEMA KERJA
1. Pembuatan Pulasan Bakteri
A. Alat dan Bahan
1) Gelas benda
2) Jarum ose
3) Lampu bunsen
4) Label preparat
5) Aquades steril
6) Kultur murni bakteri
7) Penjepit gelas benda

B. Cara Kerja

Gelas benda yang kering dan bersih dilabeli. Jarum ose disterilkan dengan
dipijarkan di nyala bunsen lalu didinginkan.

Jika kultur berbentuk suspensi, maka diambil satu ose penuh dan diletakkan di
tengah-tengah gelas benda kemudia diratakan ± 1 cm2.

Jika kultur dalam medium padat, maka diambil dengan jarum ose 1 bagian
kecil kultur dan diletakkan di tengah gelas benda yang sebelumnya sudah
diberi aquadest steril dan diratakan.

Gelas benda diangin-anginkan sampai kering

Fiksasi pulasan bakteri dengan dilewatkan di atas nyala bunsen tergantung
jenis pengecatannya dan jangan sampai terlalu kering/gosong.

Pulasan bakteri siap untuk diwarnai.

Gambar II. Teknik pembuatan pulasan bakteri dan fiksasi

2. Pengecatan Gram
A. Alat dan bahan
1) Mikroskop cahaya
2) Kristal violet (Gram A)
3) Larutan iodin (Gram B)
4) Alkohol 96% (Gram C)
5) Safranin (Gram D)
6) Minyak immersi
7) Isolat murni bakteri
8) Gelas benda
9) Jarum ose

B. Cara Kerja

Sesudah dibuat pulasan bakteri lalu diteteskan cat crystal violet (Gram A) dan
didiamkan selama 30-60 detik.

Sisa cat dibuang lalu dicuci sisanya dengan air mengalir.

Larutan iodine (Gram B) diteteskan ke gelas benda dan didiamkan selama 1-2
menit.

Kemudian dicuci dengan air mengalir, selanjutnya didecolorisasi (di beri
larutan peluntur) dengan alkohol (Gram C) (kira-kira 20 detik (jangan sampai
berlebihan yang mengakibatkan kesalahan hasil).

Kemudian dicuci dengan air mengalir dan ditambahkan larutan safranin (Gram
D) selama 10-20 detik.

Dicuci kembari dengan air mengalir, diangin-anginkan dan diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran kuat (1000x) menggunakan minyak immersi.

Gambar hasil-hasil pengecatan bakteri dengan diberi keterangan mengenai
warna sel bakteri yang menunjukkan sifat gram dan bentuk sel.
Gambar II. Teknik pengecatan bakteri

Tabel I. Hasil pengamatan morfologi sel isolat murni bakteri


Uji morfologi sel bakteri Hasil pengamatan Kesimpulan
Pengetan Gram

3. Uji Biokimiawi
A. Alat dan Bahan
1) Isolat murni bakteri
2) Reagen untuk test oksidase : tetramethyl-paraphenyldiamine
3) Reagen untuk test katalase : 10% atau 30% H2O2
4) Bahan untuk test O-F : media O-F yang mengandung 0,5-1% karbohidrat,
paraffin cair
5) Bahan untuk test sitrat : Simmons Citrate Agar yang mengandung
indikator Brom Thymol Blue-BTB
6) Bahan untuk test dekarboksilase lisin : media Lysin Iron Agar (LIA) yang
mengandung Lisin dan indikator Brom Cresol Purple-BCP, media tanpa
Lisin
7) Media Nutrien Agar (NA)
8) Gelatin
9) Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
10) Bahan untuk test pembentukan indol : media Tryptone Water, reagen
Kovacs
11) Bahan untuk test MR-VP : media MR-VP, larutan 40% KOH, larutan 5%
alpha-naphtol
12) Bahan untuk test Urease : media Urea Broth, indikator Phenol Red
13) Buku Panduan Determinasi Bakteri : Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology (Holt et al., 2000)
14) Jarum ose
15) Pipet volume steril

B. Cara kerja
1. Test Oksidase
2-3 tetes larutan tetramethyl-paraphenyldiamine diletakkan pada keras
saring.

Suspensi isolat murni bakteri dalam nutrien cair diambil dan diinokulasi
pada kertas saring yang telah ditetesi reagen.

Hasil pengujian diamati dan dilaporkan, reaksi positif terjadi jika timbul
warna ungu tua atau hitam setelah didiamkan selama beberapa menit.
Kadangkala perubahan warna memakan waktu lebih lama sampai 10-30
menit. Bandingkan dengan kontrol (tanpa inokulasi bakteri).

2. Test Katalase
1-2 tetes 10 % atau 30% H2O2 diletakkan pada gelas benda dan
ditambahkan 1 ose atau 2-3 tetes suspensi isolat murni bakteri.

Diamati, katalase positif ditandai oleh pembentukan buih seketika

Dibandingkan dengan kontrol (tanpa inokulasi bakteri).

3. Test O-F (Oksidasi-Fermentasi)

Isolat murni bakteri dinokulasi secara hati-hati ke dalam 4 tabung berisi


media O-F yang mengandung 0,5-1% karbohidrat (glukosa, laktosa,
manitol, maltosa atau sukrosa) secara tusukan.

Tabung I ditutup dengan parafin lunak, tabung II tidak ditutup parafin,
tabung III dan IV sebagai kontrol (ditutup paraffin dan tidak ditutup
paraffin tanpa inokulasi bakteri).

Diamati setelah 24 jam pada suhu kamar.

Perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Oksidasi (terbentuk warna kuning
pada media O-F yang tidak ditutup paraffin) terjadi pada mikroba aerobik
dan fermentasi (terbentuk warna kuning pada media O-F yang ditutup
paraffin) terjadi pada mikroba anaerob.

Perubahan warna media yang terjadi dan indikator yang terkandung dalam
media O-F diperhatikan.

4. Test Penggunaan Sitrat

Isolat murni bakteri diinokulasikan secara goresan zig zag menggunakan


ose dan secara tusukan menggunakan jarum inokulasi pada media
Simmons Citrat Agar miring.

Diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam.

Perubahan warna diperhatikan dengan melihat perubahan warna dari hijau
menjadi biru.

Dibandingkan dengan kontrol.

5. Test Dekarboksilase Lisin

Pada medium yang mengandung lisin dan kontrol (media tanpa lisin)
diinokulasi secara tusukan dengan isolat murni bakteri.

DiInkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Positif jika terjadi perubahan
warna dari ungu menjadi kuning dan kembali ke ungu, sementara pada
kontrol (media tanpa lisin) terjadi perubahan warna dari ungu menjadi
kuning.

6. Test Hidrolisis Gelatin

Dengan cara tusukan, isolat murni bakteri diinokulasi pada media yang
mengandung gelatin sedalam ¾ bagian dari lapisan permukaan.

Diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar.

Pada saat pengamatan, tabung perlakuan dan kontrol (media tanpa
inokulasi bakteri) dimasukkan ke dalam almari es selama 30 menit. Positif
berarti terjadi pencairan.

7. Test H2S dan Fermentasi Gula-gula


Dengan menggunakan media TSIA, isolat murni bakteri diinokulasi
secara goresan menggunakan jarum ose dan secara tusukan menggunakan
jarum inokulasi.

Diinkubasi selama 24 jam. Pembentukan H2S ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan warna hitam. Perubahan warna media TSIA dari
merah menjadi kuning menunjukkan adanya fermentasi gula (glukosa,
sukrosa, laktosa).

Diamati juga apakah terbentuk gas yang ditandai dengan pecahnya media
atau terangkatnya media ke atas.

Dibandingkan dengan kontrol (media tanpa inokulasi bakteri).
8. Test Indol

1 tabung media Tryptone Water diinkoulasi dengan 2 tetes isolat murni


bakteri dan 1 tabung media untuk kontrol (tanpa inokulasi bakteri).

Diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam.

Setelah inkubasi, tiap-tiap tabung ditambah 10 tetes reagen Kovacs.
Terbentuknya warna merah/merah muda pada lapisan larutan reagen
menunjukkan terbentuknya indol.

Dibandingkan dengan kontrol.

9. Test MR (Methy Red)

Isolat murni bakteri diinokulasi pada media MR-VP (media Methyl Red-
Voges Proskauer).

Diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar.

5 tetes reagen Methyl Red ditambahkan ke dalam tabung berisi media MR-
VP.
Dikocok dengan hati-hati, Hasil tes positif jika terjadi warna merah dalam
waktu 30 menit setelah penambahan reagen. Bandingkan dengan kontrol
(tanpa inokulasi bakteri).

10. Test VP (Voges Proskauer)

Isolat murni bakteri diinokulasi pada media MR-VP.



Diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar.

Ditambahkan 0,6 ml larutan alpha-naphtol 5% dilanjutkan 0,2 ml KOH
40%.

Dikocoklah dengan hati-hati, tutupnya dilonggarkan, dikocok kembali,
diulangi setiap 5 menit.

Perubahan warnanya dibaca setelah 30 menit. Hasil tes positif jika terjadi
warna merah dalam waktu 30 menit setelah penambahan reagen.

Dibandingkan dengan kontrol (tanpa inokulasi bakteri).

11. Test Urease

Media Urea Broth yang mengandung indikator fenol merah diinokulasi


dengan 1 tetes kultur muni bakteri.

Perubahan warna menjadi merah (phenol red) diamati setelah 24 jam pada
suhu kamar.

Dibandingkan dengan kontrol.

Tabel II. Hasil pengamatan uji biokimiawi isolat murni bakteri


Uji bikomiawi sel bakteri Hasil pengamatan Kesimpulan
1. Uji Oksidase
2. Uji Katalase
3. Uji O-F (Oksidasi-
Fermentasi)
4. Uji Penggunaan
Sitrat
5. Uji Dekarboksilase
Lisin
6. Uji Hidrolisis
Gelatin
7. Uji H2S dan
Fermentasi Gula-
gula
8. Uji Indol
9. Uji MR (Methy
Red)
10. Uji VP (Voges
Proskauer)
11. Uji Urease

4. Determinasi Bakteri

Pada pengujian yang lengkap untuk determinasi bakteri, hasil-hasil pengujian


dimasukkan dalam daftar pengamatan yang disebut Descriptive Chart.

Untuk determinasi bakteri, digunakan buku panduan determninasi bakteri Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology.

Karakter-karakter hasil pengujian (meliputi : morfologi sel individual dan uji
biokimiawi), masing-masing digambar, ditabulasikan dan dicocokkan dengan buku
panduan determinasi bakteri yang memuat deskripsi bakteri yang telah dikenal
sehingga dapat dideterminasi identitas bakteri pada tingkat genus.

5. HASIL PRAKTIKUM

- Pengecatan Gram

1) Skema Kerja Berdasarkan Video

Fresh kultur ditransfer ke kaca bersih kemudian dibuat ulasan menggunakan jarum
ose dan dibiarkan mengering.

Dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan kaca bersih di atas api bunsen hingga
ulasannya kering.

Kaca dipastikan berada dalam keadaan yang hangat (tidak terlalu panas).

Kaca objek diletakkan di atas rak pengecatan.

Sel ditetesi kristal violet selama 30-40 detik.

Dibilas dengan air mengalir.

Ditambahkan larutan iodin lalu didiamkan selama 1 menit.

Dibilas dengan air mengalir.

Dilakukan dekolorasi menggunakan etanol 95%.

Dibilas dengan air mengalir.

Sel ditutup dengan safranin selama 20-30 detik.

Dibilas dengan air mengalir.

Dikeringkan dengan menggunakan kertas saring.

Dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop.

2) Jurnal Pengecatan Gram

Sumber Jurnal : Virgianti, D.P., Luciana, C., 2017. Penggunaan Ekstrak


Kombinasi Angkak dan Daun Jati Sebagai Pewarna Penutup Pada Pewarnaan
Gram. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 17(1), 66-72.
- Judul jurnal : Penggunaan Ekstrak Kombinasi Angkak dan Daun Jati Sebagai
Pewarna Penutup Pada Pewarnaan Gram.
- Gambar Hasil Pewarnaan Gram di Jurnal
- Uji Biokimiawi
1) Skema kerja berdasarkan video

Hasil uji biokimia dapat ditentukan setelah diinkubasi.



Triptofan indol diukur untuk menentukan apakah kultur dapat memetabolisme
produksi.

Dilakukan pengujian indole, dengan diletakkannya selembar kertas saring di
cawan petri dan ditambahkan beberapa tetes dari file tes indol. Kemudian
ditransfer koloni dari tryptone 4% dari piring ke kertas saring, lalu dicampur
menggunakan loop. Untuk warna biru - hijau, akan berkembang selama 1 menit
dan kulturnya menjadi positif.Tidak akan ada perubahan warna yang dilihat jika
terjadi kultur indole.

Dilakukan pengujian bakteri positif dan negatif, dilakukan dengan enzim fosfatase
yang menahan tempat terbuka dari koloni yang tumbuh di medium fenolftalein, di
atas satu botol amonia yang diletakkan di tempat yang berventilasi baik.

Jika fenolftalein bebas dan telah dilepaskan oleh enzim fosfatase, koloni positif
akan berubah warna menjadi merah muda, dan koloni negatif tetap tidak
berwarna.

Kemudian dilakukan pengujian laktosa, dengan hasil yang diperoleh ditentukan
dengan observasi medium yang dimiliki. Jika media di tabung berwarna kuning,
berarti kultur mampu menggunakan laktosa, sedangkan jika berwarna merah,
maka kultur tidak dapat menggunakan laktosa.

Untuk pengujian merah metil, beberapa tetes larutan metil merah ditambahkan ke
dalam tabung reaksi.

Kemudian jika bakteri mampu memecah glukosa dan menjadi asam setelah metil
merah ditambahkan, media akan berubah warna menjadi merah cerah yang
menandakan hasil uji metil merah positif. Sedangkan jika warnanya tetap kuning,
maka hasil uji metil merahnya negatif karena tidak ada asam yang dihasilkan.

Dilakukan pengujian kelarutan pro voges dengan ditambahkan 600 mikroliter dari
5 % larutan alfanaftol ke tabung reaksi.

Ditambahkan 200 mikroliter dari 40 % KOH ke tabung reaksi yang sama
menggunakan tip yang baru.

Tabung reaksi digojog dan dimiringkan. Setelah 15 menit-1 jam terjadi perubahan
warna dari kuning ke merah yang menunjukkan hasil positif, dan jika tidak ada
perubahan warna, maka menunjukkan hasil negatif.

Kemudian dilakukan uji pemanfaatan sitrat dengan diamati warna yang ada.
Warna hijau berarti tidak digunakan, sedangkan warna biru berarti sitrat telah
digunakan.

Dilakukan uji hidrolisis dengan gelatin yang menentukan apakah suatu spesies
bakteri dapat pecah ke bawah. Hasil ini dapat dilihat setelah diinkubasi terlebih
dahulu. Jika media yang dihasilkan padat, maka bakterinya negatif. Sedangkan
jika medianya cair, maka bakterinya positif.

Terrdapat enzim dan karboksilat pada bakteri. Jika bakteri gagal memecah
glukosa, maka media dikontrol sebagai penanda dekarboksilasi dimulai.

Pada tahap pertama dekarboksilasi, glukosa dipecahkan oleh bakteri dan terjadi
perubahan warna dari ungu menjadi kuning.

Jika tabung yang berisi asam amino lisin dan ornithine berwarna kuning, maka
menandakan dekarboksilasi negatif, sedangkan jika berwarna ungu maka
menandakan dekarboksilasi positif.

2) Hasil

a. Catalase test
Katalase positif ditandai oleh pembentukan buih/gelembung seketika,
sedangkan bila tidak ada gelembung berarti katalase negatif.

b. Oxidase test
Bertujuan untuk mengetahui adanya enzim oksidase sitokrom pada bakteri.
Reaksi positif terjadi jika timbul warna ungu tua atau hitam setelah
didiamkan beberapa menit. Jika tidak terjadi perubahan warna maka hasil
negatif.

c. Citrate utilization test


Bertujuan untuk melihat mikrobia menggunakan sitrat sebagai satu satunya
sumber karbon dan energi. Perubahan warna dari hijau menjadi biru
menunjukkan bahwa hasil positif mikrobia menggunakan sitrat sebagai
satu-satunya sumber karbon, apabila tidak terjadi perubahan warna maka
hasil negatif.

d. Lactose fermentation test


Bertujuan untuk melihat bakteri apakah memfermentasi gula dan
menghasilkan asam. Hasil positif menunjukkan perubahan warna menjadi
kuning dan menghasilkan gas CO2, sedangkan jika hasilnya negatif maka
tidak akan terjadi perubahan warna dan tidak menghasilkan gas CO2
e. H2S (Hydrogen sulfide production) test
Bertujuan untuk melihat pembentukan H2S pada bakteri yang
menunjukkan bahwa bakteri dapat menghasilkan senyawa desulfurase,
selain itu digunakan juga untuk mengamati fermentasi gula. Pembentukan
H2S ditunjukkan dengan terbentuknya endapan warna hitam dan
perubahan warna dari merah menjadi kuning yang menunjukkan adanya
fermentasi gula.

f. MR (Methyl Red) test


Bertujuan untuk mengetahui apakah mikrobia menghasilkan asam. Hasil
positif terjadi jika terjadi warna merah dalam waktu 30 menit setelah
penambahan reagen. Jika tidak terbentuk warna merah maka hasilnya
negatif.

g. VP (Voges-Proskauer) test
Uji VP bertujuan untuk identifikasi kapabilitas bakteri dalam produksi
asetil metil karbinol dari metabolisme glukosa non asam. Hasil positif jika
terjadi perubahan warna dari kuning ke merah dalam waktu 1 jam 15 menit
setelah penambahan reagen. Jika tidak terjadi perubahan warna, maka
hasilnya negatif.

h. Nitrate reduction test


Uji reduksi nitrat dilakukan untuk mengetahui kecepatan bakteri
pendenitrifikasi dalam mereduksi nitrat secara in vitro.

i. Indole test
Bertujuan untuk menunjukkan terbentuknya idol pada mikrobia. Hasil
positif menunjukkan terbentuknya warna biru kehijauan pada hasil goresan
dalam waktu satu menit setelah digoreskan. Jika tidak terjadi perubahan
warna maka hasilnya negatif.

j. Urease test
Uji urease bertujuan untuk mengetahui bakteri yang menghasilkan enzim
urease dan mengubahnya menjadi amoniak. Hasil positif menunjukkan
terbentuknya warna merah muda, sedangkan jika hasilnya negatif maka
warna yang akan ditunjukkan adalah orange.

k. Motility test
Hasil positif menunjukkan media menjadi keruh seluruhnya, sedangkan
hasil negatif hanya keruh pada daerah tusukan.

l. Ae/an (aerobic and anerobic) test

3) Nama Spesies Bakteri

Berdasarkan data yang ada pada tabel tersebut bakteri yang dimaksud adalah
Pseudomonas sp.

6. PERTANYAAN DISKUSI
a. Mengapa untuk identifikasi bakteri pengecatan gram perlu dilakukan?
Jawab :
Karena pengecatan gram diperlukan dalam menentukan bentuk dan susunan
bakteri berdasarkan sifat dinding selnya, terutama komposisinya (Romadhon,
2012). Selain itu, pengecatan gram juga berfungsi dalam konteks pembasmian
atau pengendalian bakteri, menentukkan kecocokan bakteri dengan suatu
antibiotik (Kalalo, 2018).

b. Pengamatan apa saja yang bisa digunakan sebagai parameter untuk


mengidentifikasi dan mendeterminasi bakteri tak dikenal?
Jawab :
Pengecatan gram, uji biokimia: tes sitrat, tes H2S dan fermentasi gula-gula, tes
indol, uji methyl Red, tes VP, tes katalase, dan isolasi dengan medis EMB
(Cappucino, 2014).

c. Jelaskan mekasnisme reaksi biokimiawi yang Anda uji dalam praktikum ini!
Jawab :
Mekanisme reaksi biokimiawi yang diuji dalam praktikum ini antara lain :
Uji sitrat pada percobaan menunjukkan adanya perubahan warna dari hijau
menjadi biru menunjukkan bahwa hasil positif mikrobia menggunakan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon, apabila tidak terjadi perubahan warna maka
hasil negatif.
Uji H2S pada percobaan ditunjukkan dengan terbentuknya endapan warna
hitam dan perubahan warna dari merah menjadi kuning yang menunjukkan adanya
fermentasi gula.
Uji indol pada percobaan hasil positif menunjukkan terbentuknya warna biru
kehijauan pada hasil goresan dalam waktu satu menit setelah digoreskan. Jika
tidak terjadi perubahan warna maka hasilnya negatif.
Uji methyl Red pada percobaan, menunjukkan hasil positif terjadi jika terjadi
warna merah dalam waktu 30 menit setelah penambahan reagen. Jika tidak
terbentuk warna merah maka hasilnya negatif.
Uji VP pada percobaan menunjukkan, hasil positif didapatkan jika terjadi
perubahan warna dari kuning ke merah dalam waktu 1 jam 15 menit setelah
penambahan reagen. Jika tidak terjadi perubahan warna, maka hasilnya negatif.
Uji katalase pada percobaan menghasilkan gelembung udara yang
menunjukkan hasil yang positif.
Uji oksidase pada percobaan, menunjukkan reaksi positif terjadi jika timbul
warna ungu tua atau hitam setelah didiamkan beberapa menit. Jika tidak terjadi
perubahan warna maka hasil negatif.
Uji laktosa pada percobaan, menunjukkan hasil positif jika teradi perubahan
warna menjadi kuning dan menghasilkan gas CO2, sedangkan jika hasilnya
negatif maka tidak akan terjadi perubahan warna dan tidak menghasilkan gas
CO2.
Uji urease bertujuan untuk mengetahui bakteri yang menghasilkan enzim
urease dan mengubahnya menjadi amoniak. Pada percobaan, hasil positif
menunjukkan terbentuknya warna merah muda, sedangkan jika hasilnya negatif
maka warna yang akan ditunjukkan adalah orange.
Uji reduksi nitrat pada percobaan dilakukan untuk mengetahui kecepatan
bakteri pendenitrifikasi dalam mereduksi nitrat secara in vitro.
Motility test pada percobaan menunjukkan jika hasil positif media menjadi
keruh seluruhnya, sedangkan hasil negatif hanya keruh pada daerah tusukan.
7. DAFTAR PUSTAKA

Cappucino, J. G., & Sherman, N., 2014, Manual Laboratorium Mikrobiologi, Edisi 8,
Jakarta, EGC.
Kalalo, L. P., & Subagjo, B., 2018. Pola Bakteri dan Tes Kepekaan Antibiotika
Wanita Hamil dengan Bakteriuria Asimtomatis. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory, 12(3), 103-109.
Putri, M., Sukini, & Yodong., 2017. Mikrobiologi Keperawatan Gigi. Jakarta:
Kemenkes RI.
Riyanto, dkk., 2012. Cemaran Escherichia Coli, Salmonel sp., dan Staphylococcus
aureus pada Daging Broiler yang Berasal dari beberapa Pasar Tradisional dan
Supermarket di Yogyakarta. (Online). resporitory.
Romadhon, Subagiyo, Sebastian M., 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam
Laktat dari Usus Udang Penghasil Bakteriosin sebangai Agen Antibakteria
pada Produk-produk Hasil Perikanan. Jurnal Saintek Perikanan Vol 8 (1) : 59-
64.
Safrida, Yuni Dewi, Cut Yulvizar , dan Cut Nanda Devira., 2012. Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Berpotensi Probiotik pada Ikan Kembung (Rastrelliger
sp.). Depik, Vol 1 (2):200-203.
Slonczewski, J., 2009. Microbiology An Evolving Science, W.W. Norton and
Company, Mc, Canada
Virgianti, D.P., Luciana, C., 2017. Penggunaan Ekstrak Kombinasi Angkak dan Daun
Jati Sebagai Pewarna Penutup Pada Pewarnaan Gram. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada, 17(1), 66-72.
Yogyakarta, 15 Maret 2020

Asisten praktikum Praktikan

Tanggal ACC: 15/3/2021

( Ni Kadek Nita M ) ( Evangeline Keisha Annabel )

Anda mungkin juga menyukai