NIM : 208114056
GOLONGAN :B1
KELOMPOK :1
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
2021
ACARA IX
UJI STERILITAS
1. TUJUAN
Melakukan pengujian sterilitas berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V.
2. PERTANYAAN PENUNTUN
a) Jelaskan pengertian dan prinsip uji fertilitas media!
Jawab :
Uji fertilitas media merupakan uji yang digunakan untuk melihat dan
menjamin media kultur bisa menumbuhkan mikroorganisme yang diuji sesuai
dengan yang diinginkan (Bustianto, et all., 2020). Maka dari itu harus teramati
pertumbuhan mikroba yang spesifik sebelum dilakukan uji sterilitas. Pada uji
fertilitas terdapat untuk aerob, anaerob, dan kapang. Prinsipnya dengan dilakukan
terhadap tiap lot media siap pakai dan tiap bets dari media yang dibuat dengan
media kering atau dengan bahannya. Media yang digunakan yaitu media cair
tioglikolat, media tioglikat alternative, dan Soybedan Casein Digest Medium
dengansejumlah mikroba tidak lebih dari 100 koloni. Lalu diinkubasi tidak lebih
dari 3 hari untuk bakteridan tidak lebih dari 5 hari untuk kapang. Apabila terdapat
pertumbuhan mikroba dengan jelas, mikroba dapat digunakan (Farmakope
Indonesia Edisi V, 2014).
d) Mengapa uji sterilitas perlu dilakukan terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan
steril?
Jawab :
Tujuan proses sterilisasi adalah untuk menghancurkan semua mikroorganisme di
dalam atau di atas permukaan suatu benda atau sediaan dan menandakan bahwa
benda atau sediaan tersebut bebas dari resiko untuk menyebabkan infeksi. Dalam
hal ini, uji sterilitas perlu dilakukan terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan
steril karena uji sterilitas digunakan untuk menjamin sediaan farmasi dan alat-alat
kesehatan terbebas dari kontaminasi mikroorganisme (Edy, et all., 2016). Hal ini
bertujuan untuk memastikan jaminan keamanan kepada pasien. Jaminan yang
dimaksud yaitu pasien dapat terhindar dari penyebaran penyakit infeksi dari
mikroorganisme dalam layanan kesehatan. Jaminan keamanan ini berpengaruh
terhadap tingkat kepercayaan pasien/konsumen terhadap sediaan farmasi dan alat
kesehatan steril. Apabila tidak dilakukan uji sterilitas dan keamannya kurang
karena terdapat kontaminan mikroba maka tingkat kepercayaannya pasien atau
konsumen akan menurun (Ansyori, 2015).
3. SKEMA KERJA
A. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Laminar Airflow Cabinet
2) Alat Suntik
b. Bahan
1) Fluid Thioglycollate Medium (FTM)
B. Cara Kerja
Uji Fertilitas Media
Disiapkan 4 tabung berisi 15 FTM dan 2 tabung berisi 15 ml TSB .
Ke dalam 2 tabung FTM diinokulasi masing-masing 0,1 ml suspensi
Bacillus Substilis ATCC 6633 (1000 spora hidup per ml), ke dalam 2
tabung FTM lainnya 0,1 ml suspensi Clostridium Sporagenes NIHJ (1000
sel hidup per ml).
Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan uji sterilitas contoh
tabungtabung berisi FTM diinkubasi pada suhu 35 -37℃ selama tidak
kurang dari 7 hari.
2) Tahap kedua
Jumlah contoh minimum dua kali dari jumlah contoh pada pengujian
tahap pertama.
Bila tidak terdapat pertumbuhan jasad renik, maka dinyatakan sampel
memenuhi syarat sterilitas.
Bila ada pertumbuhan maka dinyatakan sampel tidak memenuhi syarat
sterilitas kecuali dapat dibuktikan bahwa tahap kedua tidak absah.
Dalam hal ini pengujian tahap kedua dapat diulang dengan contoh dan
cara yang sama.
4. HASIL PRAKTIKUM
- Persiapan alat
Peralatan kerja yang bertanda bersih dan steril diambil
Alat dan bahan :
Kasa steril
Korek api
Pinset (2)
Batang pengaduk (1)
Spatel logam (1)
Labu Erlenmeyer (1)
Kaca Arloji (3)
Gelas Ukur 25 mL (1)
Gelas Beaker 50 mL (1)
Bungkus alat yang akan digunakan dibuka lalu alat diletakkan di atas tray
↓
Passbox yang akan digunakan didesinfeksi
↓
Alat yang akan dimasukkan ke passbox didesinfektan, kemudian alat dimasukkan
ke passbox menuju ruang B
↓
Dilakukan pemeriksaan ulat pada alat yang diterima dengan list kebutuhan
- Pemanasan media
Media dididihkan di atas bunsen
↓
Media diangkat dan jika terjadi pengurangan volume ditambahkan dengan WFI
↓
Sebanyak 15 mL media diambil dengan spuit injeksi
↓
Mulut tabung reaksi ditutup menggunakan alumunium foil
↓
Semua tabung berisi media diikat dengan tali
↓
Semua media dimasukkan ke dalam beaker glass dan diletakkan ke dalam passbox
- Persiapan LAF
Laminar Air Flow dinyalakan
↓
Jendela dibuka sebelum dilakukan desinfektan
↓
Laminar Air Flow dibersihkan dengan desinfektan
↓
Desinfektan dilakukan pada seluruh bagian Laminar Air Flow
- Uji Sterilitas
a. Persiapan Uji Sterilitas
Tali yang mengikat tabung media dibuka
↓
Kemasan sput injeksi dibuka
↓
Dilakukan desinfektan ampul sebelum lehernya dipatahkan
↓
Seluruh larutan dalam ampul diambil untuk pengujian sterilitas
↓
Gelembung dihilangkan dengan cara mengetuk spuit injeksi
↓
Spuit dipastikan bebas dari gelembung udara dan volumenya tepat
↓
Dilakukan pemijaran pada tutup media
↓
Posisi spuit diatur tegak lurus dengan tutup media
↓
½ volume sediaan dimasukka ke dalam Tiongkolat
↓
Seluruh sisa sediaan dimasukkan ke dalam Soybean-Casein Digst
↓
Alumunium foil dipijarkan sebelum digunakan
↓
Alumunium foil sebelumnya dilapisi dengan yang baru
↓
Media dihomogenkan perlahan dengan tangan
↓
Media uji diikat dengan tali
- Setelah Bekerja
Semua alat dan bahan dikeluarkan dari Laminar Air Flow kemudian didesinfektan
Catatan untuk inkubasi :
1. Dilakukan pengamatan pertumbuhan bakteri secara visual pada media di hari
ke-2,4, 5, 7, 8, dan 14.
2. Kondisi inkubasi media. Tiongkolat : 87℃ Soybean-Casein Digest : 20℃
4. Modifikasi apakah yang digunakan pada media utk gol penisilin dan sefalosporin?
Jawaban:
Jika media uji sterilitas akan digunakan pada metode Inokulasi langsung ke
dalam Media Uji seperti tertera pada Uji Sterilitas Sediaan, modifikasi pembuatan
media, baik Media Cair Tioglikolat maupun "Soybean Casein Digest Medium"
sebagai berikut: Masukkan secara aseptik pada setiap wadah media sejumlah 3-
laktamase untuk menginaktifkan sejumlah antibiotik dalam zat uji. Tetapkan
jumlah J3-laktamase yang diperlukan untuk menginaktifkan antibiotik
menggunakan sediaan 3-1aktamase yang sebelumnya sudah diuji inaktivasi daya
hambat dari penisilin atau sefalosporin. [Catatan Media yang telah mengandung
J3-laktamase dapat juga digunakan untuk pengujian dengan metode penyaringan
membran.] Sebagai alternatif (Lakukan uji di daerah yang benar-benar terpisah
dari tempat uji sterilitas), tetapkan jumlah 3-laktamase yang diperlukan di dalam
media seperti tertera pada Uji kesesuaian metode menggunakan Staphylococcus
aureus kurang dari 100 koloni (lihat Tabel I) sebagai bakteri tantang. Amati
pertumbuhan mikroba yang khas sebagai konfirmasi bahwa kadar laktamase
sudah tepat.
5. Pembuatan media
a) Media apakah yang digunakan?
Jawaban: Media Tioglikolat dan Soybean-Casein Digest.
b) Bagaimana cara pembuatan media dalam jurnal tsb? (bagan alir)
Jawaban:
Media Tioglikolat
Media Tioglikolat dibuat dengan menimbang 29,8 g.
↓
Kemudian dilarutkan dalam 1 L aquadest lalu dididihkan sampai larut
secara sempurna.
↓
Media dimasukkan dalam tabung reaksi, ditutup dengan kapas yang
dibalut kasa.
↓
Kemudian disterilkan dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 C.
Media Soybean-Casein Digest
Media dibuat dengan menimbang 30 g.
↓
Kemudian dilarutkan ke dala
↓
Lalu disterilkan dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 C.
m 1 L aquadest, didihkan sampai larut secara sempurna.
↓
Media dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditutup dengan kapas yang
dibalut kasa.
9. Sebutkan cara kerja uji efektivitas media dalam jurnal tsb! (bagan alir)
Jawaban:
Uji efektifitas dilakukan dengan cara menanamkan bakteri Bacillus subtilis ke
dalam dua tabung reaksi berisi media Tioglikolat steril kemudian masing-masing
ditambahkan sediaan uji 2 mL kemudian diinkubasikanpada suhu 30-35℃ selama
tidak kurang dari 7 hari
↓
Ke dalam dua tabung reaksi berisi media Soybean-Casein Digest steril, masing-
masing ditanamkan jamur Candida albicans serta ditambahkan 2 mL sediaan uji,
diinkubasikan pada suhu 20-25℃ selama tidak kurang dari 7 hari
↓
Amati apakah terjadi kekeruhan atau tidak
10. Sebutkan proses yang dilakukan untuk menjaga sterilitas ruang uji!
Jawaban:
Sebelum melakukan uji sterilitas dari sediaan, pada meja lemari aseptis
terlebih dahulu dilap dengan alkohol 70%, lalu dinyalakan lampu ultraviolet (UV)
dan aliran udara laminar selama 1 jam. Kemasan obat tetes mata bagian luarnya
dibersihkan dengan alkohol 70%. Pastikan tidak ada pertumbuhan
mikroorganisme pada ruang uji agar ruang uji memenuhi syarat dan dinyatakan
steril.
12. Sebutkan semua kontrol yang digunakan dalam jurnal tsb dan isinya masing-
masing!
Jawaban:
Terdapat 3 kontrol yang digunakan, yaitu:
Kontrol positif yaitu tabung berisi media Tioglikolat yang telah ditanami
bakteri indikator Bacillus subtilis dan juga tabung yang berisi media
Soybean-Casein Digest yang telah ditanami jamur Candida albicans,
kemudian diinkubasikan bersama dengan tabung uji lainnya.
Kontrol negatif, yaitu tabung yang berisi media Tioglikolat dan tabung
media Soybean-Casein Digest yang telah diberi 5 tetesAlbuvit® (sediaan
tetes mata natrium sulfasetamid steril) dan diinkubasikan bersama dengan
tabung uji lainnya.
Kontrol sterilitas uji, tabung yang berisi media Tioglikolat dan tabung
berisi media Soybean-Casein yang tidak ditanami, tetapi diinkubasikan
juga bersama tabung uji lainnya.
17. Bagaimanakah hasil uji sterilitas sediaan? (sertakan screenshoot dari hasil di tabel)
Jawaban :
5. PERTANYAAN DISKUSI
a) Mengapa digunakan bakteri Bacillus substilis pada pengujian sterilitas?
Jawab :
Karena bakteri ini sesuai untuk penggunaan uji fertilitas dan uji kesesuaian
metode alam uji fertilitas. Pada Farmakope Indonesia edisi V jilid II, tertulis
bahwa bakteri aerob ini telah memiliki nomor ATCC yaitu 6633; CIP 52,62;
NCIMB 8054; NBRC 3134 (FI, 2014).
Selain itu Bacillus subtilis merupakan bakteri termofilik yang dapat hidup
pada suhu tinggi hingga 60oC, bakteri ini bisa digunakan untuk indikator
sterilisasi. Apabila sterilisasi produk dilakukan pada suhu optimal maka dapat
diketahui apakah proses sterilisasi benar-benar berhasil atau masih terdapat
kontaminan bakteri (Ristiati, 2013).
6. DAFTAR PUSTAKA
Ansyori K., Satibi, Mulyaningsih, R., 2015. Analisis Karakteristik Pimpinan dan
Rumah Sakit Dalam Praktek Sterilisasi yang Baik. Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi, 5(3), 185-194.
Butsianto, M., Dipahayu, D., Ebtavany, T., 2020. Pengaruh Linen Bedah Rekondisi
terhadap Shelf-Life Linen Bedah Steril di CSSD Rumah Sakit “X” Surabaya.
Journal of Pharmacy and Science, 3(1), 25-33.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Edy, H., J., Marchaban, Wahyuono, S., Nugroho, A., 2016. Formulasi dan Uji
Sterilitas Hidrogel Herbal Ekstrak Etanol Daun Tagetes erecta L.. Pharmacon,
5(2), 9-16.
Ristiati, N., 2013. Sensitivitas Perbedaan Temperatur Sterilisasi Dalam Medium
Degradasi Terhadap Kemampuan Bakteri Dalam Mendegradasi Minyak Solar.
Jurnal Pendidikan Biologi, 11(1), 1-11.
Setiawati ,T. C., Mandala M., 2015. Pemanfaatan Inokulasi Ganda Bakteri Pelarut
Fosfat dan Pelarut Kalium pada Media Bagase Tebu Guna Peningkatan
Ketersediaan Hara Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Laporan Penelitian,
Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jember.
Yogyakarta, 26 April 2020