Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

NAMA LENGKAP : Evangeline Keisha Annabel

NIM : 208114056

HARI PRAKTIKUM : Senin, 26 April 2020

GOLONGAN :B1

KELOMPOK :1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2021
ACARA IX

UJI STERILITAS

1. TUJUAN
Melakukan pengujian sterilitas berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V.

2. PERTANYAAN PENUNTUN
a) Jelaskan pengertian dan prinsip uji fertilitas media!
Jawab :
Uji fertilitas media merupakan uji yang digunakan untuk melihat dan
menjamin media kultur bisa menumbuhkan mikroorganisme yang diuji sesuai
dengan yang diinginkan (Bustianto, et all., 2020). Maka dari itu harus teramati
pertumbuhan mikroba yang spesifik sebelum dilakukan uji sterilitas. Pada uji
fertilitas terdapat untuk aerob, anaerob, dan kapang. Prinsipnya dengan dilakukan
terhadap tiap lot media siap pakai dan tiap bets dari media yang dibuat dengan
media kering atau dengan bahannya. Media yang digunakan yaitu media cair
tioglikolat, media tioglikat alternative, dan Soybedan Casein Digest Medium
dengansejumlah mikroba tidak lebih dari 100 koloni. Lalu diinkubasi tidak lebih
dari 3 hari untuk bakteridan tidak lebih dari 5 hari untuk kapang. Apabila terdapat
pertumbuhan mikroba dengan jelas, mikroba dapat digunakan (Farmakope
Indonesia Edisi V, 2014).

b) Jelaskan pengertian dan prinsip uji efektivitas media!


Jawab :
Uji ekektivitas media adalah pengujian yang berfungsi untuk memastikan
bahwa suatu media mampu ditumbuhi inoculum bakteri dengan baik. Prinsip uji
efektivitas media dilakukan secara mikrobiologi dengan menggunakan medium
pertumbuhan tertentu. Pada uji efektivitas larutan yang diinginkan harus keruh,
karena menandakan adanya bakteri yang tumbuh yang artinya media tersebut
efektif untuk digunakan. (Setiawati, 2015).

c) Jelaskan pengertian dan prinsip sterilitas media!


Jawab :
Uji sterilitas media yaitu validasi prosedur aseptic media yang akan digunakan
untuk uji sterilitas yang nantinya dapat mengetahu secara pasti apakah terdapat
suatu kontaminan mikroba dalam produk atau alat-alat farmasi. Prinsip uji
sterilitas adalah dengan menginokulasikan atau membiakan mikroorganisme yang
terdapat di dalam sediaan uji pada media perbenihan yang sesuai. Hasil akhir uji
sterilitas yang diharapkan adalah larutan jernih yang menandakan bahwa proses
sterilitas berhasil (Edy, et all., 2016).

d) Mengapa uji sterilitas perlu dilakukan terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan
steril?
Jawab :
Tujuan proses sterilisasi adalah untuk menghancurkan semua mikroorganisme di
dalam atau di atas permukaan suatu benda atau sediaan dan menandakan bahwa
benda atau sediaan tersebut bebas dari resiko untuk menyebabkan infeksi. Dalam
hal ini, uji sterilitas perlu dilakukan terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan
steril karena uji sterilitas digunakan untuk menjamin sediaan farmasi dan alat-alat
kesehatan terbebas dari kontaminasi mikroorganisme (Edy, et all., 2016). Hal ini
bertujuan untuk memastikan jaminan keamanan kepada pasien. Jaminan yang
dimaksud yaitu pasien dapat terhindar dari penyebaran penyakit infeksi dari
mikroorganisme dalam layanan kesehatan. Jaminan keamanan ini berpengaruh
terhadap tingkat kepercayaan pasien/konsumen terhadap sediaan farmasi dan alat
kesehatan steril. Apabila tidak dilakukan uji sterilitas dan keamannya kurang
karena terdapat kontaminan mikroba maka tingkat kepercayaannya pasien atau
konsumen akan menurun (Ansyori, 2015).

3. SKEMA KERJA
A. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Laminar Airflow Cabinet
2) Alat Suntik
b. Bahan
1) Fluid Thioglycollate Medium (FTM)
B. Cara Kerja
 Uji Fertilitas Media
Disiapkan 4 tabung berisi 15 FTM dan 2 tabung berisi 15 ml TSB .

Ke dalam 2 tabung FTM diinokulasi masing-masing 0,1 ml suspensi
Bacillus Substilis ATCC 6633 (1000 spora hidup per ml), ke dalam 2
tabung FTM lainnya 0,1 ml suspensi Clostridium Sporagenes NIHJ (1000
sel hidup per ml).

Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan uji sterilitas contoh
tabungtabung berisi FTM diinkubasi pada suhu 35 -37℃ selama tidak
kurang dari 7 hari.

 Uji Efektivitas Media


Sebanyak 4 tabung berisi masing-masing 15 ml FTM diinokulasikan 1 ml
contoh ke dalam semua tabung.

Pada 2 tabung FTM diinokulasikan masing-masing 0,1 ml suspense
Bascillus Susbtilis ATCC 6633 (1000 spora hidup per ml ), ke dalam 2
tabung FTM lainnya 0,1ml suspensi Clostridium Sporagenes NIHJ (1000
sel hidup per ml) .

Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan uji sterilitas contoh tabung-
tabung berisi FTM diinkubasi pada suhu 35-37℃ selama tidak kurang dari
7 hari. Uji Sterilitas Media Sebanyak 2 tabung berisi masing-masing.

 Uji Sterilitas Media


Sebanyak 2 tabung berisi masing-masing media 15 ml FTM dan 15 ml dari
bets yang sama.

Diinkubasi pada suhu dan waktu yang sama dengan media yang digunakan
untuk uji sterilitas.
 Cara penetapan
Pengujian dilakukan dalam Laminar Airflow Cabinet yang sebelumnya
telah disucihamakan dengan etanol 70% atau larutan benzalkonium klorida
0,2 % steril dan telah dijalankan selama 30-60 menit.

Secara aseptic diambil 2 bagian cuplikan seberat 250-500 mg dari bagian
paling dalam contoh atau keseluruhan contoh bila ukurannya kecil
kemudian masing-masing cuplikan dimasukkan kedalam 100 ml FTM.

Media FTM diinkubasi pada suhu 35-37℃ selama tidak kurang 14 hari.

 Pengamatan dan penafsiran hasil uji


1) Tahap pertama
Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, diamati secara
makroskopis dan pertumbuhan jasad renik didalam tabung.

Bila tidak ada pertumbuhan dikatakan bahwa sample memenuhi syarat
sterilitas .

bila ada pertumbuhan dan dapat dibuktikan dari pemantauan bahwa
pengujian , bahan yang digunakan pengujian,maka dinyatakan tidak
absah dan tahap pertama harus diulang .

Bila ada pertumbuhan dan terbukti pengujian tahap pertama absah,
dilakukan tahap kedua.

2) Tahap kedua
Jumlah contoh minimum dua kali dari jumlah contoh pada pengujian
tahap pertama.

Bila tidak terdapat pertumbuhan jasad renik, maka dinyatakan sampel
memenuhi syarat sterilitas.

Bila ada pertumbuhan maka dinyatakan sampel tidak memenuhi syarat
sterilitas kecuali dapat dibuktikan bahwa tahap kedua tidak absah.

Dalam hal ini pengujian tahap kedua dapat diulang dengan contoh dan
cara yang sama.

4. HASIL PRAKTIKUM

A. Uji sterilitas dari video


- Persiapan personil
Masuk ke ruang c dan pakaian di rak diambil

Tangan dicuci dengan mengikuti 5 gerakan dasar, kemudian dikibaskan dan
dikeringkan

Pakaian kerja (masker, tutup kepala, handschoen) digunakan

Tangan personil didesinfeksi sebelum memasuki ruang kerja

Masuk ke ruang kerja, pintu dibuka dengan menggunakan lengan

- Persiapan alat
Peralatan kerja yang bertanda bersih dan steril diambil
 Alat dan bahan :
 Kasa steril
 Korek api
 Pinset (2)
 Batang pengaduk (1)
 Spatel logam (1)
 Labu Erlenmeyer (1)
 Kaca Arloji (3)
 Gelas Ukur 25 mL (1)
 Gelas Beaker 50 mL (1)
Bungkus alat yang akan digunakan dibuka lalu alat diletakkan di atas tray

Passbox yang akan digunakan didesinfeksi

Alat yang akan dimasukkan ke passbox didesinfektan, kemudian alat dimasukkan
ke passbox menuju ruang B

Dilakukan pemeriksaan ulat pada alat yang diterima dengan list kebutuhan

- Persiapan Media Thioglycolate


Sebanyak 1,79 g Media thioglycolate ditimbang dengan gelas arloji

WFI add 60 ml diambil

Mulut erlenmeyer disterilisasi dengan api bunsen

WFI dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Media dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Diaduk hingga larut dan homogen

Media dipanaskan di atas bunsen

Perubahan warna larutan diamati (biru-pink-kuning)

Pemanasan dihentikan setelah terbentuk warna kuning

Sebanyak 15 ml media diambil dengan spuit injeksi lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

Mulut tabung reaksi ditutup dengan alumunium foil kemudian diikat dengan tali
- Persiapan Media Soybean Casein Digest
Sebanyak 1,8 gram Soybean-Casein Digest ditimbang

Sebanyak 60 ml WFI diambil lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Soybean-Casein Digest dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian diaduk
hingga larut

- Pemanasan media
Media dididihkan di atas bunsen

Media diangkat dan jika terjadi pengurangan volume ditambahkan dengan WFI

Sebanyak 15 mL media diambil dengan spuit injeksi

Mulut tabung reaksi ditutup menggunakan alumunium foil

Semua tabung berisi media diikat dengan tali

Semua media dimasukkan ke dalam beaker glass dan diletakkan ke dalam passbox

- Sterilisasi dengan autoklaf


Dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121℃ selama 15
menit
Catatan untuk Thioglicolate:
1) Jika pada media lebih dari ½ bagian atas berwarna merah, maka lakukan
pemanasan ulang hingga warna merah muda hilang.
2) Media siap digunakan jika tidak lebih dari 1/10 bagian atas media berwarna
merah muda.

- Persiapan LAF
Laminar Air Flow dinyalakan

Jendela dibuka sebelum dilakukan desinfektan

Laminar Air Flow dibersihkan dengan desinfektan

Desinfektan dilakukan pada seluruh bagian Laminar Air Flow

- Persiapan alat dan bahan


Dilakukan desinfektan untuk setiap alat dan bahan yang akan dimasukkan

Spirtus dinyalakan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja

Jendela Laminar Air Flow diatur untuk bekerja secara aseptis

Desinfektan dilakukan juga pada tangan personil

- Uji Sterilitas
a. Persiapan Uji Sterilitas
Tali yang mengikat tabung media dibuka

Kemasan sput injeksi dibuka

Dilakukan desinfektan ampul sebelum lehernya dipatahkan

Seluruh larutan dalam ampul diambil untuk pengujian sterilitas

Gelembung dihilangkan dengan cara mengetuk spuit injeksi

Spuit dipastikan bebas dari gelembung udara dan volumenya tepat

Dilakukan pemijaran pada tutup media

Posisi spuit diatur tegak lurus dengan tutup media

½ volume sediaan dimasukka ke dalam Tiongkolat

Seluruh sisa sediaan dimasukkan ke dalam Soybean-Casein Digst

Alumunium foil dipijarkan sebelum digunakan

Alumunium foil sebelumnya dilapisi dengan yang baru

Media dihomogenkan perlahan dengan tangan

Media uji diikat dengan tali

- Setelah Bekerja
Semua alat dan bahan dikeluarkan dari Laminar Air Flow kemudian didesinfektan
Catatan untuk inkubasi :
1. Dilakukan pengamatan pertumbuhan bakteri secara visual pada media di hari
ke-2,4, 5, 7, 8, dan 14.
2. Kondisi inkubasi media. Tiongkolat : 87℃ Soybean-Casein Digest : 20℃

B. Lembar Kerja Farmakope


1. Pengujian sterilitas dapat digunakan untuk apa saja (obyek pengujian)?
Jawaban:
Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan farmakope yang
dipersyaratkan harus steril.

2. Kondisi bagaimanakah yang harus terpenuhi dalam pengujian sterilitas?


Jawaban:
Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik. Untuk mencapai
kondisi tersebut, lingkungan pengujian harus dibuat sama seperti ketika uji
sterilitas dilakukan. Tindakan pencegahan untuk mencegah kontaminasi tidak
boleh mempengaruhi mikroba yang ada dalam pengujian. Kondisi pengerjaan,
ketika uji dilakukan dimonitor secara berkala dengan melakukan sampling yang
sesuai pada area kerja dan kontrol yang sesuai.
3. Media apakah yang digunakan dalam uji sterilitas?
Jawaban:
Media untuk pengujian dapat dibuat seperti tertera di bawah mi atau setara
dengan media komersil yang memenuhi syarat Uji Fertilitas Aerob, Anaerob dan
Kapang. Media berikut adalah media yang sesuai untuk uji sterilitas. Media Cair
Tioglikolat terutama digunakan untuk pertumbuhan bakteri anaerob, termasuk
juga untuk mendeteksi bakteri aerob. "Soybean-Casein Digest Medium" sesuai
untuk pertumbuhan kapang dan bakteri aerob.

4. Modifikasi apakah yang digunakan pada media utk gol penisilin dan sefalosporin?
Jawaban:
Jika media uji sterilitas akan digunakan pada metode Inokulasi langsung ke
dalam Media Uji seperti tertera pada Uji Sterilitas Sediaan, modifikasi pembuatan
media, baik Media Cair Tioglikolat maupun "Soybean Casein Digest Medium"
sebagai berikut: Masukkan secara aseptik pada setiap wadah media sejumlah 3-
laktamase untuk menginaktifkan sejumlah antibiotik dalam zat uji. Tetapkan
jumlah J3-laktamase yang diperlukan untuk menginaktifkan antibiotik
menggunakan sediaan 3-1aktamase yang sebelumnya sudah diuji inaktivasi daya
hambat dari penisilin atau sefalosporin. [Catatan Media yang telah mengandung
J3-laktamase dapat juga digunakan untuk pengujian dengan metode penyaringan
membran.] Sebagai alternatif (Lakukan uji di daerah yang benar-benar terpisah
dari tempat uji sterilitas), tetapkan jumlah 3-laktamase yang diperlukan di dalam
media seperti tertera pada Uji kesesuaian metode menggunakan Staphylococcus
aureus kurang dari 100 koloni (lihat Tabel I) sebagai bakteri tantang. Amati
pertumbuhan mikroba yang khas sebagai konfirmasi bahwa kadar laktamase
sudah tepat.

5. Sebutkan pengujian dalam uji sterilitas


a) Uji Media:
i. Uji fertilitas untuk aerob, anaerob, dan kapang.
ii. Uji sterilitas media.
b) Uji sterilitas.
c) Pengamatan dan penafsiran hasil uji.
6. Sebutkan ketentuan dalam uji sterilitas media!
Jawaban :
Tidak boleh ada pertumbuhan mikroba

7. Sebutkan ketentuan dalam uji Fertilitas


a) Lakukan uji fertilitas terhadap tiap lot media siap pakai dan tiap bets dari
media yang dibuat menggunakan media kening atau dan bahannya.
Inokulasikan sejumlah Media Cair Tioglikolat dengan sejumlah mikroba
berikut (tidak lebih dari 100 koloni), menggunakan sejumlah media terpisah
untuk setiap spesies mikroba: Clostridium sporogenes, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphylococcus aureus. Inokulasikan sejumlah Media
Tioglikolat Altematif dengan sejumlah Clostridium sporogenes (tidak lebih
dari 100 koloni). Inokulasikan sejumlah "Soybean Casein Digest Medium"
dengan sejumlah mikroba berikut (tidak lebih dari 100 koloni) menggunakan
sejumlah media terpisah untuk setiap spesies mikroba: Aspergillus
brasiliensis, Bacillus subtilis dan Candida albicans. Inkubasi tidak Iebih dari 3
hari untuk bakteri dan tidak lebih dari 5 hari untuk kapang. Teknik
pemeliharaan lot benih kultur (sistem lot benih) untuk miknoba viabel yang
diinokulasikan tidak lebih dari 5 pasase yang diturunkan dari lot benih master
ash. Media dapat digunakan jika tenlihat pertumbuhan miknoba dengan jelas.

8. Sebutkan 2 macam metode pengujian sterilitas sediaan


a) Metode penyaringan membran.
b) Metode inokulasi langsung.

9. Teknik penyaringan membran


a) Sebutkan jenis penyaring yang dapat digunakan dalam teknik ini!
Jawaban :
Penyaring yang digunakan dalam teknik penyaringan membran dengan
porositas tidak lebih dari 0,45 urn yang telah terbukti efektif menahan
mikroba. Sebagai contoh, penyaring selulosa nitrat digunakan untuk larutan
yang mengandung air, minyak dan larutan inengandung alkohol berkadar
rendah; dan penyaning selulosa asetat digunakan untuk larutan mengandung
alkohol berkadar tinggi. Penyaring khusus yang sesuai mungkin diperlukan
untuk sediaan tertentu (misal: untuk antibiotik). Teknik ini menggunakan
membran berdiameter lebih kurang 50 mm. Jika digunakan penyaring dengan
diameter yang berbeda, volume larutan pengencer dan pembilas harus
disesuaikan. Peralatan penyaring dan membran disterilisasi dengan cara yang
sesuai. Peralatan dirancang hingga larutan uji dapat dimasukkan dan disaring
pada kondisi aseptik, membran dapat dipindahkan secara aseptik ke dalam
media, atau dapat dilakukan inkubasi setelah media dimasukkan ke dalam alat
penyaring itu sendiri.
b) Sebutkan syarat-syarat bahan yang diuji dengan teknik penyaringan membran
Jawaban:
Teknik Penyaringan Membran digunakan apabila sifat contoh sesuai,
yaitu untuk sediaan yang mengandung air dan dapat disaring, sediaan yang
mengandung alkohol atau minyak, dan sediaan yang dapat dicampur dengan
atau yang larut dalam pelarut air atau minyak, dengan ketentuan bahwa pelarut
tidak mempunyai efek antimikroba pada kondisi pengujian.
c) Sebutkan bahan-bahan yang diuji dengan metode teknik penyaringan
membran! Jawaban:
Bahan-bahan yang diuji dengan metode penyaringan membran yaitu
larutan dalam air, zat padat yang dapat larut, minyak dan larutan minyak, salep
dan krim, alat suntik terisi, zat padat untuk injeksi selain antibiotik, zat padat
antibiotik untuk injeksi, zat padat antibiotik, ruahan, dan campuran, sediaan
aerosol steril, alat kesehatan dengan lumen beretiket steril, dan zat padat
antibiotik untuk injeksi.

10. Inokulasi langsung ke dalam media


a) Sebutkan bahan-bahan yang diuji dengan metode inokulasi langsung ke dalam
media!
Jawaban:
Bahan-bahan yang diuji dengan metode inokulasi langsung yaitu
larutan minyak, salep dan krim, zat padat, kapas murni, pembalut bedah, dan
bahan sejenisnya, alat kesehatan steril, benang bedah dan alat bedah lain untuk
penggunaan dokter hewan.
i. Apakah yang harus dilakukan jika sediaan uji mempunyai aktifitas
antimikroba?
Jawaban :
Jika sediaan uji mempunyai aktifitas antimikroba, lakukan uji
setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan
cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup. Jika diperlukan
penggunaan volume besan dari sediaan, maka lebih baik digunakan
media yang lebih pekat dan dilakukan pengenceran bertahap. Jika
sesuai, media pekat dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan
dalam wadah.

11. Pengamatan dan Penafsiran hasil uji


a) Pengamatan:
Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati secara visual
adanya pertumbuhan mikroba dalam media.
b) Penafsiran hasil uji:
Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan pada media sehingga tidak dapat
ditetapkan secara visual ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba, 14 hari sejak
mulai inkubasi, pindahkan sejumlah media (tiap tabung tidak kurang dari 1
ml) ke dalam media segar yang sama, kemudian inkubasi bersama-sama
tabung awal selama tidak kurang dari 4 hari. Jika tidak teijadi pertumbuhan
mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat sterilitas. Jika terbukti terjadi
pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi syarat sterilitas,
kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal yang
tidak berhubungan dengan bahan uji. Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba,
maka bahan uji memenuhi syarat sterilitas. Jika terbukti terjadi pertumbuhan
mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi syarat sterilitas, kecuali dapat
ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal yang tidak
berhubungan dengan bahan uji. Uji dikatakan tidak absah jika satu atau lebih
kondisi dibawah ini dipenuhi:
a. Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas
menunjukkan ketidaksesuaian
b. Pengkajian prosedun uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan
ketidaksesuaian
c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif
d. Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisólasi dari hasil uji,
pertumbuhan mikroba (beberapa mikroba) dapat dianggap berasal dan
kesalahan pada bahan uji, atau teknik pengujian yang digunakan pada
prosedur uji stenilitas. Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji
ulang dengan jumlah bahan yang sama dengan uji awal. Jika tidak terbukti
terjadi pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh memenuhi
syarat uji stenilitas. Jika ditemukan pertumbuhan miknoba path uji ulang,
maka contoh tidak memenuhi syarat uji sterilitas.

C. Lembar Kerja Jurnal


1. Pada jurnal tersebut bahan apakah yang diuji?
Jawaban :
Bahan yang diuji dalam jurnal adalah tetes mata sulfasetamida yang
mengandung natrium sulfasetamida 10%, 15%, dan 30%.

2. Uji apa sajakah yang dilakukan pada penelitian tsb?


Jawaban :
Uji strerilitas, uji penentuan kadar natrium sulfasetamida yang dilakukan
dengan megukur absorbansi pada spektofotometer UV dengan metode standar
adisi kadar, uji fertilitas media, uji kejernihan, uji pemeriksaan pH sediaan tetes
mata, dan uji efektivitas media.

3. Pada penelitian tersebut, sediaan manakah yang diuji sterilitasnya?


Jawaban :
Uji sterilitas hanya dilakukan pada sediaan tetes mata natrium sulfasetamida
yang paling stabil selama penyimpanan, yaitu sediaan IB yang mengandung
natrium sulfasetamida sebesar 10% dan disterilisasi dengan penyaring bakteri.
Sebelum melakukan uji sterilitas sediaan, dilakukan uji sterilitas, uji fertilitas, dan
uji efektfitas terhadap media pertumbuhan.

4. Sebutkan tahapan uji sterilitas yang dilakukan dalam jurnal tersebut!


Jawaban:
a. Pelarutan media uji.
b. Evaluasi media uji.
c. Uji sterilitas sediaan.

5. Pembuatan media
a) Media apakah yang digunakan?
Jawaban: Media Tioglikolat dan Soybean-Casein Digest.
b) Bagaimana cara pembuatan media dalam jurnal tsb? (bagan alir)
Jawaban:
 Media Tioglikolat
Media Tioglikolat dibuat dengan menimbang 29,8 g.

Kemudian dilarutkan dalam 1 L aquadest lalu dididihkan sampai larut
secara sempurna.

Media dimasukkan dalam tabung reaksi, ditutup dengan kapas yang
dibalut kasa.

Kemudian disterilkan dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 C.
 Media Soybean-Casein Digest
Media dibuat dengan menimbang 30 g.

Kemudian dilarutkan ke dala

Lalu disterilkan dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 C.
m 1 L aquadest, didihkan sampai larut secara sempurna.

Media dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditutup dengan kapas yang
dibalut kasa.

6. Apa saja tahapan yang dilakukan saat evaluasi media uji?


Jawaban:
Media uji yang telah dibuat harus dievaluasi terlebih dahulu sebelum
digunakan dalam uji sterilitas. Pengujian pada tahap evaluasi meliputi:
 Uji fertilitas media.
 Uji efektivitas media.
 Uji sterilitas media

7. Sebutkan cara kerja uji sterilitas media dalam jurnal tsb!


Jawaban:
Uji sterilitas media dilakukan dengan mengambil media Tioglikolat dan Soybean
Casein Digest steril masing-masing dua tabung dan diinkubasikan pada suhu 30-
35℃ (untuk Tioglikolat) dan suhu 20-25℃ (untuk Soybean-Casein Digest) dalam
waktu tidak kurang dari 7 hari.

Sisa media disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 10℃ sampai waktu
penggunaan

Pertumbuhan bakteri atau jamur dapat diketahui dengan timbulnya kekeruhan
pada media.

8. Sebutkan cara kerja uji fertilitas dalam jurnal tsb!


Jawaban:
Uji fertilitas dilakukan dengan cara penanaman bakteri Bacillus subtilis ke dalam
dua tabung reaksi yang berisi media Tioglikolat steril, diinkubasikanpada suhu 30-
35℃ selama tidak kurang dari 7 hari.

Kemudian ke dalam dua tabung reaksi yang berisi media Soybean-Casein Digest
masing-masing ditanamkan jamur Candida albicans, diinkubasikan pada suhu 20-
25℃ selama tidak kurang dari 7 hari.

Diamati apakah terjadi kekeruhan atau tidak

9. Sebutkan cara kerja uji efektivitas media dalam jurnal tsb! (bagan alir)
Jawaban:
Uji efektifitas dilakukan dengan cara menanamkan bakteri Bacillus subtilis ke
dalam dua tabung reaksi berisi media Tioglikolat steril kemudian masing-masing
ditambahkan sediaan uji 2 mL kemudian diinkubasikanpada suhu 30-35℃ selama
tidak kurang dari 7 hari

Ke dalam dua tabung reaksi berisi media Soybean-Casein Digest steril, masing-
masing ditanamkan jamur Candida albicans serta ditambahkan 2 mL sediaan uji,
diinkubasikan pada suhu 20-25℃ selama tidak kurang dari 7 hari

Amati apakah terjadi kekeruhan atau tidak

10. Sebutkan proses yang dilakukan untuk menjaga sterilitas ruang uji!
Jawaban:
Sebelum melakukan uji sterilitas dari sediaan, pada meja lemari aseptis
terlebih dahulu dilap dengan alkohol 70%, lalu dinyalakan lampu ultraviolet (UV)
dan aliran udara laminar selama 1 jam. Kemasan obat tetes mata bagian luarnya
dibersihkan dengan alkohol 70%. Pastikan tidak ada pertumbuhan
mikroorganisme pada ruang uji agar ruang uji memenuhi syarat dan dinyatakan
steril.

11. Sebutkan prosedur uji sterilitas sediaan dalam jurnal tsb!


Jawaban:
Sebelum melakukan uji sterilitas dari sediaan, pada meja lemari aseptis terlebih
dahulu dilap dengan alkohol 70%

Dinyalakan lampu ultraviolet (UV) dan aliran udara laminar selama 1 jam.

Kemasan obat tetes mata bagian luarnya dibersihkan dengan alkohol 70%

Tiga tabung reaksi yang berisi media Tioglikolat, ke dalam masing-masing tabung
diteteskan 2 mL sediaan uji dan diinkubasikan pada suhu 30−35 ℃

Hal yang sama dilakukan terhadap tiga tabung reaksi yang berisi media
Soybean-Casein Digest, dan diinkubasikan pada suhu 20−25 ℃℃

Inkubasi dilakukan selama tidak kurang dari 14 hari dan setiap hari diamati
apakah terjadi kekeruhan.

12. Sebutkan semua kontrol yang digunakan dalam jurnal tsb dan isinya masing-
masing!
Jawaban:
Terdapat 3 kontrol yang digunakan, yaitu:
 Kontrol positif yaitu tabung berisi media Tioglikolat yang telah ditanami
bakteri indikator Bacillus subtilis dan juga tabung yang berisi media
Soybean-Casein Digest yang telah ditanami jamur Candida albicans,
kemudian diinkubasikan bersama dengan tabung uji lainnya.
 Kontrol negatif, yaitu tabung yang berisi media Tioglikolat dan tabung
media Soybean-Casein Digest yang telah diberi 5 tetesAlbuvit® (sediaan
tetes mata natrium sulfasetamid steril) dan diinkubasikan bersama dengan
tabung uji lainnya.
 Kontrol sterilitas uji, tabung yang berisi media Tioglikolat dan tabung
berisi media Soybean-Casein yang tidak ditanami, tetapi diinkubasikan
juga bersama tabung uji lainnya.

13. Bagaimanakah hasil uji sterilitas media?


Jawaban:
Hasil uji sterilitas media menunjukkan bahwa tidak adanya pertumbuhan
mikroba atau bakteri, yang menandakan media tersebut telah steril dan dapat
digunakan untuk pengujian selanjutnya.

14. Bagaimanakah hasil uji fertilitas media?


Jawaban:
Hasil uji fertilitas media menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri Bascillus
substilis pada media Tioglikolat dan jamur Candida albicans pada media Soybean
Casein-Digest. Hal ini menunjukkan bahwa kedua media tersebut mampu
menumbuhkan bakteri dan lolos uji fertilitas sehingga dapat digubakan untuk
pengujian selanjutnya.
15. Bagaimanakah hasil uji efektivitas media?
Jawaban:
Hasil pengujian efektivitas media menunjukkan hasil yaitu terdapat kekeruhan
pada media Tioglikolat dan Soybean Casein-Digest setelah ditanam bakteri
indikator dan sediaan steril, berarti bahwa media tersebut dapat menumbuhkan
mikroorganisme walaupun mengandung sediaan uji.

16. Bagaimanakah hasil pemantauan ruang uji sterilitas?


Jawaban:
Dalam pemantauan ruang uji sterilitas, tidak ditemukan atau tidak terdapat
pertumbuhan mikroorganisme, artinya ruangan tersebutsudah steril dan terbebas
dari kontaminasi.

17. Bagaimanakah hasil uji sterilitas sediaan? (sertakan screenshoot dari hasil di tabel)
Jawaban :

Berdasarkan keterangan yang tertera pada tabel tersebut, dapat disimpulkan


bahwa tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan tidak
adanya kekeruhan pada media uji. Hal ini berarti sediaan steril dan terbebas dari
pertumbuhan mikroba, serta teknik pengerjaan dilakukan secara aseptis.

5. PERTANYAAN DISKUSI
a) Mengapa digunakan bakteri Bacillus substilis pada pengujian sterilitas?
Jawab :
Karena bakteri ini sesuai untuk penggunaan uji fertilitas dan uji kesesuaian
metode alam uji fertilitas. Pada Farmakope Indonesia edisi V jilid II, tertulis
bahwa bakteri aerob ini telah memiliki nomor ATCC yaitu 6633; CIP 52,62;
NCIMB 8054; NBRC 3134 (FI, 2014).
Selain itu Bacillus subtilis merupakan bakteri termofilik yang dapat hidup
pada suhu tinggi hingga 60oC, bakteri ini bisa digunakan untuk indikator
sterilisasi. Apabila sterilisasi produk dilakukan pada suhu optimal maka dapat
diketahui apakah proses sterilisasi benar-benar berhasil atau masih terdapat
kontaminan bakteri (Ristiati, 2013).

b) Jelaskan metode-metode yang digunakan untuk pengujian sterilitas!


Jawab :
- Penyaringan Membran
Penyaringan membran yang digunakan dengan porositas tidak lebih dari 0,45
𝜇m yang telah terbukti efektif menahan mikroba. Sebagai contoh, penyaring
selulosa nitrat digunakan untuk larutan yang mengandung air, minyak dan
larutan mengandung alkohol berkadar rendah; dan penyaring selulosa asetat
digunakan untuk larutan mengandung alkohol berkadar tinggi. Penyaring
khusus yang sesuai mungkin diperlukan untuk sediaan (misal: untuk
antibiotik). Teknik pengujian ini menggunakan membran berdiameter lebih
kurang 50 mm. Jika digunakan penyaring dengan diameter yang berbeda,
volume larutan pengencer dan pembilas harus disesuaikan. Peralatan
penyaring dan membran disterilisasi dengan cara yang sesuai. Peralatan
dirancang hingga larutan uji dapat dimasukkan dan disaring pada kondisi
aseptik, membran dapat dipindahkan secara aseptik ke dalam media, atau
dapat dilakukan inkubasi setelah media dimasukkan ke dalam alat penyaring
itu sendiri (Departemen Kesehatan RI, 2014).
- Inokulasi Langsung
Setelah isi wadah atau isi beberapa wadah yang diuji, dimasukkan ke dalam
media, tambahkan sejumlah kecil inokulum mikroba "viable" (tidak lebih dari
100 koloni) ke dalam media. Pada kedua cara diatas, gunakan mikroba yang
sama seperti tertera pada Uji Fertilitas untuk Aerob, Anaerob dan Kapang.
Lakukan uji fertilitas sebagai kontrol positif. Inkubasi semua wadah yang
berisi media selama tidak lebih dari 5 hari. Jika setelah masa inkubasi terlihat
pertumbuhan mikroba dengan jelas secara visual dibandingkan dengan tabung
yang tidak berisi sampel, maka sampel tidak mempunyai sifat antimikroba
pada kondisi uji atau aktivitasnya telah dihilangkan dengan sempurna. Uji
sterilitas kemudian dapat dilakukan tanpa modifikasi lebih lanjut. Jika tidak
terlihat pertumbuhan mikroba dengan jelas pada tabung yang berisi sampel
secara visual; dibandingkan dengan tabung yang tidak berisi sampel, maka
sampel mempunyai aktivitas antimikroba yang tidak dapat dihilangkan pada
kondisi pengujian. Modifikasi kondisi ini untuk menghilangkan daya aktivitas
antimikroba (Departemen Kesehatan RI, 2014).

6. DAFTAR PUSTAKA
Ansyori K., Satibi, Mulyaningsih, R., 2015. Analisis Karakteristik Pimpinan dan
Rumah Sakit Dalam Praktek Sterilisasi yang Baik. Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi, 5(3), 185-194.
Butsianto, M., Dipahayu, D., Ebtavany, T., 2020. Pengaruh Linen Bedah Rekondisi
terhadap Shelf-Life Linen Bedah Steril di CSSD Rumah Sakit “X” Surabaya.
Journal of Pharmacy and Science, 3(1), 25-33.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Edy, H., J., Marchaban, Wahyuono, S., Nugroho, A., 2016. Formulasi dan Uji
Sterilitas Hidrogel Herbal Ekstrak Etanol Daun Tagetes erecta L.. Pharmacon,
5(2), 9-16.
Ristiati, N., 2013. Sensitivitas Perbedaan Temperatur Sterilisasi Dalam Medium
Degradasi Terhadap Kemampuan Bakteri Dalam Mendegradasi Minyak Solar.
Jurnal Pendidikan Biologi, 11(1), 1-11.
Setiawati ,T. C., Mandala M., 2015. Pemanfaatan Inokulasi Ganda Bakteri Pelarut
Fosfat dan Pelarut Kalium pada Media Bagase Tebu Guna Peningkatan
Ketersediaan Hara Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Laporan Penelitian,
Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jember.
Yogyakarta, 26 April 2020

Asisten praktikum Praktikan

Tanggal ACC: 26 April 2021

( Benedicta Vicka S.H. ) ( Evangeline Keisha Annabel )

Anda mungkin juga menyukai