Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PHARMACEUTICAL KARDIO ENDOKRIN

PERTEMUAN VIII

PERACIKAN STERIL

Disusun oleh:

Nama : Evangeline Keisha Annabel

NIM : 208114056

Golongan/Kelompok : B1/3

PJ Laporan : Ellisia Michelina

LABORATORIUM PHARMACEUTICAL CARE

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2022
A. TUJUAN
Mampu menyiapkan sterile preparation secara benar dan aseptis.

B. PERINTAH

Seorang pasien dewasa yang mengalami infeksi hendak diberikan Cefotaxime 1000
mg secara IV selama 60 menit
1. Kerjakan lembar kerja:
a. Pilih pelarut yang sesuai dan volume pelarut!
Pelarut yang digunakan adalah Water for Injection sebanyak 4 ml untuk
melarutkan 1 gram cefotaxime.

b. Hitung kecepatan tetes infus


Diketahui:
Faktor tetes = 20 tetes
Jumlah kebutuhan cairan = 100 mL
Waktu = 60 menit
( Jumlah kebutuhan cairan × Faktor penetes)
Kecepatan tetes infus=
Waktu(menit )
(100 mL ×20 drops)
Kecepatan tetes infus=
60 menit
Kecepatan tetes infus=33 drops/menit

c. Lakukan penetapan BUD dan suhu penyimpanan!


- BUD

(Christina, 2012)
- Suhu Penyimpanan
Botol yang belum dibuka: Jangan simpan di atas 25°C. Simpan wadah di
karton luar. Setelah rekonstitusi 2-8°C.
(iMedi, 2022)

2. Racik sesuai prosedur untuk 1x pemberian


Alat dan Bahan
1. Alkohol
2. Kapas
3. Vial Cefotaxime 1000 mg
4. Syringe 1 Ml
5. Syringe 5 mL
6. Infus NaCl 100mL
7. Water for Injection

Lembar Kerja
Pelarut Water for injection
Volume pelarut 4 mL
BUD 24 jam
Suhu penyimpanan Disimpan pada suhu 2-8oC (iMedi, 2022)

Perhitungan kecepatan infus:

Kecepatan infus = faktor tetes × (volume infus/menit)

Kecepatan infus = 20 tetes/mL × 1,67 ml/menit 

Kecepatan infus = 33 tetes/menit

FORM KERJA STERILE PREPARATION


LABEL

Nama pasien -
Ruang perawatan -
pasien
Komposisi produk Cefotaxime 100 mg
NaCl 100 mL
Water for Injection 4 mL
No Batch -
Tanggal pembuatan 11 November 2022 (pukul 10.30 WIB)
Tanggal kadaluarsa 12 Novermber 2022 (pukul 10.30 WIB)
Cara penyimpan Setelah rekonsitusi pada suhu 2-8oC
Perhatian khusus Kontraindikasi juga tambahan efek samping (yg sering terjadi) contoh :
alergi , alergi ditandai dengan apa, efek samping pemberian secara lokal
(nyeri)
 Kontraindikasi dengan alergi terhadap antibiotik golongan
sefalosporin (PIONAS, 2022).
 Efek sampingnya yaitu diare dan kolitis yang disebabkan oleh
antibiotik (keduanya karena penggunaan dosis tinggi), mual dan
muntah, rasa tidak enak pada saluran cerna, sakit kepala,
eosinofil, gangguan darah (trombositopenia, leukopenia,
agranulositosis, anemia aplastik, anemia hemolitik); nefritis
interstisial reversibel, gangguan tidur, hiperaktivitas, bingung,
hipertonia dan pusing, nervous (PIONAS, 2022).
 Reaksi alergi berupa ruam, pruritus, urtikaria, serum sickness-
like reactions dengan ruam, demam dan artralgia, anafilaksis,
sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksis, gangguan
fungsi hati, hepatitis transien, dan kolestatik jaundice (PIONAS,
2022).
Instruksi Hasil perhitungan kecepatan infus: 33 tetes/menit
Pemberian injeksi intramuskular, intravena atau infus: 1 g tiap 12 jam,
dapat ditingkatkan sampai 12 g per hari dalam 3-4 kali pemberian.
Kecepatan tetes 33 drops/menit
Dosis Cefotaxime pada: 
 Anak: 100 - 150 mg.kgbb/hari dalam 2-4 kali pemberian. Pada
infeksi berat ditingkatkan 200 mg/kgbb/hari.
 Neonatus: 50 mg/kgbb/hari dalam 2-4 kali pemberian. Pada
infeksi berat ditingkatkan 150-200 mg/kgbb/hari
 Gonore: 1g dosis tunggal
(PIONAS, 2022)

MONITORING

Tanda/ Gejala/ Hasil Lab Alasan


Efek samping: Efek samping yang sangat umum (mungkin mempengaruhi
Colitis, peningkatan nitrogen lebih dari 1 dari 10 orang). Rasa nyeri karena penyuntikkan
urea darah (BUN) dan IM dapat dihindarkan dengan melarutkan cefotaxime dalam 4
kreatinin, peningkatan
transaminase hati, eosinofilia, ml larutan lidokain 1% (OGB Dexa, 2020).
demam, sakit di areat suntikan,
mual, ruam, trombositopenia,
dan muntah (Medscape, 2022).
Kontraindikasi Kontraindikasi dengan pasien yang alergi terhadap antibiotik
Monitoring pasien dengan golongan sefalosporin juga harus menghindari sefotaksim
riwayat alergi. (PIONAS, 2022).
Interaksi Menurut Medscape (2020), cefotaxime memiliki interaksi
Monitoring interaksi antara yang serius dengan vaksin aktif BCG, vaksin kolera, dan
cefotaxime dengan obat hal vaksin aktif tifoid. 
lainnya. Cefotaxime akan menurunkan efek ketiga vaksin tersebut
secara antagonis farmakodinamik. Cefotaxime sebagai
antibiotik sistemik akan aktif melawan strain vaksin.
Cefotaxime juga memiliki interaksi yang perlu dipantau
dengan saksama bila digunakan bersama
bazedoxifene/estrogens terkonjugasi, dienogest/ estradiol
valerat, etinilestradiol, levonorgestrel
oral/etinilestradiol/bisglisinat besi, probenecid, natrium
picosulfate/magnesium oksida/asam sitrat anhidrat, ticarcillin,
voclosporin, dan warfarin. Cefotaxime akan menurunkan efek
bazedoxifene/estrogens terkonjugasi, dienogest/estradiol
valerat, etinilestradiol, levonorgestrel
oral/etinilestradiol/bisglisinat besi, dan natrium
picosulfate/magnesium oksida/asam sitrat anhidrat.
Cefotaxime akan meningkatkan efek dari probenecid dan
warfarin. Cefotaxime juga akan saling meningkatkan kadar
satu sama lain dengan ticarcillin. Cefotaxime juga akan
meningkatkan toksisitas satu sama lain dengan voclosporin.
Fungsi Ginjal Cefotaxime dapat berpengaruh pada pasien dengan gangguan
Monitoring fungsi ginjal ginjal. Pemeriksaan fungsi ginjal harus dilakukan jika
pasien cefotaxime sodium dikombinasi dengan golongan
aminoglycoside. Studi in vitro menyebutkan bahwa aktivitas
antibakteri cefotaxime sodium dan amino glycoside bersifat
aditif dan sinergis terhadap beberapa organisme termasuk
beberapa strain Ps. aeruginosa dan S. marcescens. Meskipun
demikian, sifat sinergisme tidak dapat diprediksi dan sifat
antagonisme juga dapat terjadi bila cefotaxime sodium
dikombinasikan dengan amino glycoside. Pada pasien dengan
bersihan kreatinin ≥ 20 ml/menit per 1,73 m2: tidak perlu
modifikasi dosis lazim. Pada pasien dengan bersihan kreatinin
<20 ml/menit per 1,73 m2: perlu dilakukan modifikasi dosis
dan/atau frekuensi pemberian tergantung pada tingkat
kerusakan ginjalnya. Pada pasien tersebut, dianjurkan untuk
menurunkan dosis menjadi setengah dari dosis lazim. Pada
pasien yang menjalani hemodialisis: 0,5-2 g diberikan dalam
dosis tunggal per hari dan dosis tambahan diberikan setelah
setiap periode dialisis (OGB Dexa, 2020).

DISKUSI

1) Cefotaxime
Cefotaxime merupakan golongan cephalosporin generasi ke III berspektrum luas,
semisintetik yang diberikan secara IM atau IV dan bersifat bakteriosidal. Antibiotik ini
memiliki aktivitas yang sangat kuat untuk melawan bakteri gram negatif (Hemophilus
influenza, Moraxella catarrhalis, Neisseria meningitidis, dan Enterobacteriaceae) dan
gram positif (grup a dan b Streptococci, Streptococci viridians, Streptococcus
pneumonia) (Wildan dkk., 2018).
Mekanisme kerjanya dari Cefotaxime adalah dengan mengikat protein pengikat
penisilin dan menghambat langkah transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan,
mengakibatkan kematian dinding sel; menolak degradasi oleh beta-laktamase; Dosis yang
tepat dan rute pemberian yang tepat ditentukan oleh kondisi pasien, tingkat keparahan
infeksi, dan kerentanan mikroorganisme (Medscape, 2022). 
Pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus:1 g tiap 12 jam, dapat
ditingkatkan sampai 12 g per hari dalam 3-4 kali pemberian. (Dosis di atas 6 g/hari
diperlukan untuk infeksi pseudomonas). Pada neonatus: 50 mg/kg bb/hari dalam 2-4 kali
pemberian. Pada infeksi berat, dapat ditingkatkan 150-200 mg/kg bb/hari. Pada anak:
100-150 mg/kg bb/hari dalam 2-4 kali pemberian. (pada infeksi berat dapat ditingkatkan
menjadi 200 mg/kg bb/hari) (PIONAS, 2022).

2) Cara Kerja Teknik Aseptis


a. Prosedur Mencuci Tangan
Pertama-tama tangan dibasahi terlebih dahulu menggunakan air bersih yang mengalir

Sabun diambil dan digunakan di tangan secukupnya

Telapak tangan digosok menggunakan telapak tangan lainnya

Punggung tangan dan sela-sela jari digosok secara perlahan

Telapak tangan dan sela jari digosok dengan posisi saling bertautan

Punggung jari ke telapak tangan digosok dengan posisi jari saling bertautan

Ibu jari digenggam dan dibasuh dengan posisi memutar

Bagian ujung jari ke telapak tangan digosok agar bagian kuku terkena sabun

Kemudian tangan dibilas di air mengalir hingga bersih dari sabun

Tangan dikeringkan menggunakan kain sekali pakai atau tissue
                                                                                        (Kemenkes RI, 2020)
b. Prosedur Menggunakan APD pada Ruang Bersih (white area)
Masuk ke ruang ganti white area, pintu dibuka dengan siku

Sebelum memulai pembungkus dibaung pada bench bila ada 

Desinfeksi sarung tangan dengan cairan desinfektan

Baju steril dipilih sesuai dengan ukuran 

Atur perlengkapan pada bench, usahakan tidak saling bertumpuk

Desinfeksi sarung tangan dengan dengan cairan desinfektan

Sarung kepala steril digunakan 

Desinfeksi sarung tangan dengan dengan cairan desinfektan 

Masker digunakan

Desinfeksi kembali sarung tangan 

Baju coveralll steril digunakan

Desinfeksi sarung tangan 

Shoe cover steril digunakan

 Langkahkan kaki yang telah menggunakan shoe cover pada area yang bersih

 Shoe cover satunya digunakan pada area yang bersih

Kembali desinfeksi sarung tangan 

Kacamata pelindung digunakan 

Pastikan kacamata menutupi penutup kepala steril 

Disinfeksi lagi sarung tangan 

Sarung tangan steril digunakan sesuai prosedur 

Disinfeksi akhir sarung tangan

                                                                                                      (Kemenkes RI, 2016)

c. Teknik Pemakaian Sarung Tangan (gloves) yang benar

Cuci tangan dengan air mengalir, sesuai prosedur yang benar  



Sarung tangan diambil dengan ukuran yang sesuai

Pembungkus sarung tangan diambil mulai dari pembungkus primer hingga sekunder 

Perhatikan bahwa terdapat daerah dalam sarung tangan yang dilipat keluar 

Saat ingin memakai sarung tangan di tangan dominan pastikan tidak menyentuh atau
kontak dengan bagian luar sarung tangan yang merupakan bagian steril

Jika sudah memakai sarung tangan, tidak boleh kontak dengan bagian dalam sarung
tangan

Gunakan sarung tangan hingga overlap pada lengan baju 

Lakukan hal yang sama dengan tangan yang lain 

Proses menggunakan sarung tangan selesai 
                                                                             (Kemenkes RI, 2016)

3) Cara Pembuatan Sediaan Steril di Laminar Air Flow (LAF)

APD disiapkan dan digunakan dengan lengkap, diantaranya menggunakan jas lab, head
cap, penutup sepatu, masker, dan juga gunakan hand gloves.

Alat dan bahan dipersiapkan dan diletakkan di ruang transit/ pass box

Kemudian praktikan masuk ke dalam ruangan preparation sterile dan mengambil alat
bahan yang sudah disiapkan di ruang transit/pass box

Lalu, lampu UV LAF dinyalakan terlebih dahulu, kemudian dinyalakan pembersih udara
pada LAF untuk mensterilkan LAF selama 15-30 menit, kemudian dimatikan dan
dinyalakan lampu LAF.

Area dalam LAF dibersihkan setiap sisinya menggunakan Alkohol 96% dengan
digosokkan searah. Dari atas ke bawah, dan bagian area kerja di lap dari ujung ke luar.

Alat dan bahan yang sudah disiapkan di ruang transit diambil dimasukkan ke dalam LAF,
di dalam LAF dibagi 3 area yaitu area bersih, area kerja dan area limbah. 

Lalu alat dan bahan yang diambil diletakkan di ruang alat dalam LAF, gelas beker
diletakkan pada ruang limbah, syringe, vial berisi Cefotaxime, Water for Injection , Infus
NaCL 100ml diletakkan di ruang kerja..

Vial dibuka menggunakan pinset, kemudian Water for Injection dibuka dengan memutar
tutup wadah.

Penutup Syringe dibuka dan dimasukkan ke dalam botol water for injection (WFI)
kemudian diambil cairan sebanyak 4 ml. 

Kemudian dimasukan kedalam botol vial yang berisikan serbuk obat Cefotaxime 1000
mg.

Lalu Syringe ditarik dan ditutup kembali dan botol vial digojok membentuk huruf “J”
secara berulang hingga tidak terdapat partikel atau endapan pada vial.

Syringe dimasukkan kembali ke dalam vial dan mengambil volume udara yang sama
dengan jumlah cairan yang dikehendaki yaitu sampai 4 ml. Kemudian cairan diambil
pada botol vial dengan syringe tersebut. 

Setelah syringe terisi, ditusukkan ke bagian infus NaCl 100 mL. Setelah syringe ditutup
kembali, botol infus di gojok beberapa kali.

Alat dan bahan, serta LAF dibersihkan kembali secara aseptis.

LAF dimatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Christina, F., 2012. Beyond Use Date (BUD). Rasional, 10(3), 23.

iMedi, 2022. Ceftriaxone 250mg Powder For Solution For Injection, https://imedi.co.uk/
ceftriaxone-250mg-powder-for-solution-for-injection , diakses pada tanggal 11
November 2022.

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. 

Kementerian Kesehatan RI, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI. Kementrian Kesehatan RI,
Jakarta.

Medscape, 2022. Cefotaxime, https://reference.medscape.com/drug/claforan-cefotaxime-


342506#5, diakses tanggal 11 November 2022.

OGB Dexa, 2020. Cefotaxime Sodium. https://ekatalog.lkpp.go.id/jcommon.blob.


filedownloader/download?
id=692b5296c4439b37424ba485f1a44c472e88f63a4e94f83728d23a34cc413c1635796ee
52188356b7ba6cdced16842a4e5055a90968693c3e1223686d929adbf243adae1e81578b2c
d3f2ea817b859b7248cd99c45182ea13366c0739dc538f, diakses tanggal 11 November
2022.

PIONas BPOM, 2022, Sefaklor, https://pionas.pom.go.id/monografi/sefaklor, diakses tanggal 11


November 2022. 

PIONas BPOM, 2022, Sefotaksim, https://pionas.pom.go.id/monografi/sefotaksim, diakses


tanggal 11 November 2022. 

Wildan, Husin, U. A., Roekmantara, T., 2018. Perbandingan Efektivitas Penggunaan Ceftriaxone
dengan Cefotaxime pada Pasien Demam Tifoid Anak Berdasarkan Lama Rawat Inap di
RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung 2016-2017. Pendidikan Dokter, 4(2), 344.

Anda mungkin juga menyukai