Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PJBL FARMAKOKINETIKA KLINIK

THERAPEUTICS DRUG MONITORING

DISUSUN OLEH
KELOMPOK/KELAS : 3/A

Swastiana Pandya I1C017011


Megaasih Astari Pamungkas I1C017013
Adinda Putri I1C017032
Noviana Banawati Suryana P I1C017062
Destyana Ramadhanti I1C017067
Fritzi Elian Alfawwaz I1C017072
Septiana Resti Fajarini I1C017076
Fikri Pratama Putra I1C017078
Aulia Balqiska I1C017086

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
A. Therapeutics Drug Monitoring

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) adalah penyesuaian dosis obat secara


individual dengan pengukuran konsentrasi obat dalam darah sehingga dapat memberikan
terapi pengobatan yang efektif dan aman pada pasien. Pemantauan kadar obat dapat
digunakan untuk memastikan konsentrasi obat dalam plasma yang berada di atas atau di
bawah kisaran terapeutik, sehingga dapat meminimalkan waktu sebelum tindakan
korektif dapat diterapkan pada pasien. Tujuan adanya pemantauan kadar obat adalah
untuk menemukan obat yang lebih efektif dalam mengobati penyakit tanpa adanya efek
toksik berbahaya dengan menyesuaikan dosis obat secara individual dan secara uji klinis
menunjukkan hasil yang lebih baik. TDM berfokus pada obat-obatan dengan rentang
terapeutik sempit yang dapat dengan mudah menunjukkan dosis berlebih atau kurang
(Hakim, 2015).

Pemantauan kadar obat dibutuhkan dalam beberapa kondisi klinis, diantaranya :


1. Toksisitas serius dengan titik akhir klinis yang tidak jelas atau sulit untuk dideteksi
2. Kurva dosis - respon yang curam dan rentang terapi yang sempit
3. Variabilitas farmakokinetik antar-individu yang ditandai peningkatan pada
variabilitas dalam hubungan antara dosis dan konsentrasi dosis plasma
4. Toksisitas yang tidak terduga akibat interaksi obat
(Hazarika, 2015)
Pemantauan kadar obat tidak dibutuhkan pada kondisi :
1. Hasil klinis tidak terkait dengan dosis atau konsentrasi plasma
2. Dosis tidak perlu ditentukan secara individual
3. Ketika hubungan efek konsentrasi tidak ada
4. Obat-obatan dengan jangkauan terapeutik yang luas seperti beta blockers dan
calcium beta blockers
(Hazarika, 2015)
B. Regulasi Penetapan Kadar

Menurut PERMENKES RI Nomor 58 Tahun 2014, Untuk Pemantauan Kadar


Obat dalam Darah, dokter yang merawat mampu melakukan permintaan obat tertentu
berdasarkan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat dikarenakan indeks terapi yang
sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter. Pemantauan kadar obat dalam darah
juga bertujuan untuk mengetahui kadar obat dalam darah serta mampu mempermudah
pemberian rekomendasi terapi kepada dokter yang merawat.

Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) memiliki kegiatan berupa :

a. Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan Kadar


Obat dalam Darah
b. Hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah didiskusikan kepada dokter untuk
penentuan persetujuan tindak lanjut
c. Pemberian Rekomendasi dan Menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam
Darah (PKOD)
PERMENKES, 2014
C. Manfaat Therapeutics Drug Monitoring
1. Memperoleh terapi yang efektif melalui aturan dosis untuk menjamin tercapainya
kadar obat yang cukup di tempat aksi/reseptor (Wahyono, 2016)
2. Memantau kepatuhan pasien
3. Menghindari toksisitas (Buclin et al., 2012)
4. Memutuskan di hentikannya terapi
5. Memantau dan mendeteksi interaksi (Kang & Lee, 2009)
D. Akibat Tidak dilaksanakannya Therapeutics Drug Monitoring
1. Penggunaan dosis yang kurang tepat
Penggunaan dosis yang kurang tepat bisa berupa underdose dan overdoses, apabila
penggunaan dosis kurang maka akan membuat pengobatan yang tidak efektif
sedangkan apabila dosis berlebihan dapat menyebabkan resiko toksisitas (Knopf et
al., 2013)
2. Interaksi obat
Interaksi obat dapat menyebabkan penurunan efek obat yang disebabkan oleh adanya
obat lain dalam penggunaan waktu yang bersamaan sehingga obat tersebut tidak dapat
menghasilakn terapi yang optimal (Hanutami NP & Lestari Dandan, 2013).
3. Adverse Drug Reaction (ADR)
Adanya efek atau hal yang tidak diinginkan oleh pasien yang disebabkan oleh obat-
obat tertentu (Hanutami & Lestari, 2013).
4. Medication Error
Proses pengobatan yang dapat menyebabkan kerugian pada pasien dan menimbulkan
resiko yang tidak diinginkan dari pasien pada suatu penyakit (Perwitasari et al., 2010)

E. Contoh Obat yang Perlu Therapeutics Drug Monitoring


1. Punya Indeks terapi sempit
Contoh obatnya yaitu: Aminofilin, Digoksin dan Fenitoin.
2. Kadar obat atau metabolit aktif obat dalam plasma memiliki hubungan dengan efek
farmakologis atau toksik.
Contoh obatnya yaitu: Barbiturat, Aspirin.
3. Kadar obat dalam plasma dapat diukur dan Teknik analitik yang tepat, mudah,
tersedia dan murah
Contoh obatnya yaitu: Sulfonamid.
4. Obat non linier
Contoh obatnya yaitu: Fenitoin
5. Ada gangguan fungsi organ
Contoh obatnya yaitu: Golongan AINS (metotreksat)
(PIONAS, 2021; Clarke, 2016)
F. Kendala Pelaksanaan Therapeutics Drug Monitoring
Menurut penelitian yang dilakukan Megawaty et al (2020) Kendala dilakukannya
TDM yaitu terbatasnya sumber daya manusia yaitu apoteker farmasi klinik. Kendala
lainnya yaitu kurangnya pengalaman apoteker yang bertugas sehingga kompetensi
apoteker belum bisa melakukan assessment (Megawaty & Shirly, 2020). Selain itu TDM
di Indonesia belum bisa dilakukan pengambilan sampel darah secara ideal karena
biayanya relatif mahal (Suryoputri et al.,, 2020). Keterbatasan alat yang tersedia pada
setiap rumah sakit, serta waktu pengambilan sampel darah yang tepat menjadi salah satu
kendala dalam pelaksanaan TDM di Indonesia (Suryoputri et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Buclin, T., Gotta, V., Fuchs, A., Widmer, N., & Aronson, J. 2012 . Monitoring drug therapy.
British Journal of Clinical Pharmacology, no. 73, vol. 6, pp. 917–923.

Clarke, W. 2106. Drug Monitoring Clinical Challenges in Therapeutic Drug Monitoring.

Hakim, L. 2015. Farmakokinetik Klinik. Bursa Ilmu.

Hanutami NP, B., & Lestari Dandan, K. 2013. Identifikasi Potensi Interaksi Antar Obat Pada
Resep Umum Di Apotek Kimia Farma 58 Kota Bandung Bulan April 2019. Farmaka, no.
4,pp. 1–15.

Hazarika, I. 2015. Therapeutic Drug Monitoring (TDM): An Aspect of Clinical Pharmacology


and Pharmacy Practice. Research & Reviews: A Journal of Pharmacology, January 2015,
pp. 27–34.

Kang, J. S., & Lee, M. H. 2009. Overview of therapeutic drug monitoring. Korean Journal of
Internal Medicine, no. 24, vol. 1, pp. 1–10.

Kementrian Kesehatan, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta

Knopf, H., Wolf, I. K., Sarganas, G., Zhuang, W., Rascher, W., & Neubert, A. 2013. Off-label
medicine use in children and adolescents: Results of a population-based study in Germany.
BMC Public Health, no. 13, vol 1, pp.1–12.

Megawaty, F., & Shirly, S. A. K. 2020. Evaluasi Pelayanan Pemantauan Terapi Obat di Rumah
Sakit X Tangerang ( Evaluation of Therapeutic Drug Monitoring Services in Tangerang X
Hospital ). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, no 18, vol. 1,pp. 28–33.

Perwitasari, D. A., Abror, J., & Wahyuningsih, I. (2010). Medication errors in outpatients of a
government hospital in Yogyakarta Indonesia. International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research, no. 1, vol.1, pp. 8–10.
Suryoputri, M.W., Mustikaningtias, I., Maharani, L., 2020. Pemantauan Kadar Obat Indeks
Terapi Sempit Melalui Estimasi Kadar Obat di Dalam Darah pada Pasien Rawat Inap di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, no. 2
Vol. 9, pp.105-117

Wahyono, D. 2016. Farmakokinetika Klinik : Konsep Dasar dan Terapan dalam Farmasi Klinik.
Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai