Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI KOMUNITAS KLINIS

PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PENYAKIT

KARDIOVASKULAR

Disusun Oleh :

Syadiah Nur Amalia


200101053

Dosen Pengampu :

Apt. Yopi Rikmasari, M.Sc


NIDN. 0203017801

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pharmaceutical care adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab

farmasis dalam menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga

pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat (quality of life). Unsurunsurnya

berkaitan dengan medikasi (medication related/ drug relatet problem/ DRP). DRP

merupakan masalah yang terkait dengan pengobatan pasien. Antara lain ada 8

masalah yang umumnya muncul yakni, indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi,

dosis kurang, dosis lebih, pemilihan obat yang kurang tepat, reaksi yang tidak

dikehendaki, gagal mendapatkan obat, interaksi obat.

Farmasi komunitas berperan dalam membantu memperbaiki dan

mempromosikan kesehatan, mengedukasi pasien mengenai penyakit yang diderita,

menyediakan informasi mengenai penggunaan obat yang tepat dan efek samping

yang potensial, menganjurkan kepatuhan, serta mengidentifikasi, menyelesaikan,

dan mencegah masalah terkait terapi obat dengan berkolaborasi bersama penyedia

layanan kesehatan yang lain.Untuk menjamin mutu pelayanan farmasi kepada

masyarakat, telah dikeluarkan standar pelayanan farmasi komunitas (apotek) yang

meliputi antara lain sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pelayanan resep

(tidak hanya meliputi peracikan dan penyerahan obat tetapi juga termasuk

pemberian informasi obat), konseling, pengawasan penggunaan obat, edukasi,


promosi kesehatan, dan evaluasi terhadap pengobatan (antara lain dengan

membuat catatan pengobatan pasien). Semakin pesatnya perkembangan pelayanan

apotek dan semakin tingginya tuntutan masyarakat, menuntut pemberi layanan

apotek harus mampu memenuhi keinginan dan selera masyarakat yang terus

berubah dan meningkat (Depkes RI, 2006).

Praktek farmasi klinik memerlukan metodologi yang tepat guna dan tepat

sasaran. Penggunaan SOAP untuk menulis di rekam medis pasien merupakan

salah satu cara efektif untuk mengkomunikasikan hasil telaah apoteker farmasi

klinik terhadap pasien. Sebelum menulis di rekam medis, hendaknya apoteker

farmasi klinik mengumpulkan data-data sebagai bahan bakunya. Data tersebut

dapat bersumber dari pemeriksaan laboratorium maupun keluhan pasien secara

langsung. Metode SOAP akan sangat membantu apoteker farmasi klinik di dalam

menyusun kerangka pikir bertindak dan sebagai alat untuk mempermudah proses

telaah status pasien di hari berikutnya.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes, 2017). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung

dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal

(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)

bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak

pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus

meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai
bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan

agar hipertensi dapat dikendalikan (Yulanda, 2017).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan terkait penggunaan obat

2. Mahasiswa mampu menjelaskan alternatif rekomendasi terapi dan

monitoring terapi menggunakan EBM, pedoman terapi dan/atau kajian

farmakoekonomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140

mmHg dan tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit pada keadaan cukup istirahat atau tenang

(Kemenkes, 2019). Menurut data dari WHO, sekitar satu milyar orang di dunia

menderita hipertensi. Berdasarkan Riskedas pada tahun 2018 di Indonesia tercatat

8,4% penduduk terdiagnosis hipertensi dengan Sulawesi Utara tercatat peringkat

tertinggi dengan penduduk yang terdiagnosis hipertensi yaitu 13,2%.

Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit

yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu

faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia

senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014). Peningkatan kasus hipertensi di masyarakat

mengakibatkan peningkatan penggunaan obat antihipertensi, dimana hal ini

berdampak pada meningkatnya potensi ketidakrasionalan dalam penggunaan obat

antihipertensi (Probosiwi, 2018). Penggunaan obat antihipertensi yang rasional

sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan terapi. Penggunaan obat

antihipertensi yang rasional dapat ditinjau dari kriteria tepat diagnosis, tepat

indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat informasi, tepat harga, tepat

cara dan lama pemberian, serta waspada efek samping (Kemenke


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Buku / referensi
2. Laptop
3. In focus

3.2 Prosedur kerja


1. Kerjakan kasus menggunakan format isian yang telah disediakan dan
disiapkan dalam bentuk power point
2. Berdasarkan keluhan pasien dan obat yang diresepkan dokter, lakukan
pengerjaan resep berikut:
a) Lakukan skrining resep (skrining, administratif, farmasetis dan
klinis), dengan mengisi form yang telah disediakan
b) Lakukan analisa resep dengan menggunakan format SOAP
(Subjective, Objective, Assesment, dan Plan)
 S (Subyektif) = data yang bersumber dari pasienatau keluarga
yang tidak dapat di konfirmasikan secara independent.
 O (Obyektif) = data yang bersumber dari hasil observasi,
pengukuran yang dilakukan oleh profesi Kesehatan lain.
 A (Assesment) = Assemen terhadap masalah medic berdasarkan
informasi subyektif dan obyektif serta data terapi dihubungkan
dengan prinsip farmakoterapi, guideline/ pedomanterapi dan
EBM. Problem medik yang ditemui diklasifikasikan sesuai
kategori DRPs dan dipikirkan peluang untuk meningkatkan dan
atau menjamin keamanan, efektivitas terapi serta obat serta
peluang menminimalkan DRPs.
 P (Plan) = Memformulasikan rencana pelayanan kefarmasian
sesuai dengan DRPs yang ditemukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Resep 1
4.2 PEMBAHASAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes, 2017). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung

dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal

(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)

bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak

pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus

meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai

bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan

agar hipertensi dapat dikendalikan (Yulanda, 2017).

Pada praktikum kali ini kami sebagai mahasiswa mempelajari bagaimana cara

pelayanan resep yang sesuai dengan SOAP, kegiatan pengkajian resep meliputi

Administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Penggunaan SOAP

untuk menulis di rekam medis pasien merupakan salah satu cara efektif untuk

mengkomunikasikan hasil telaah apoteker farmasi klinik terhadap pasien. Metode

SOAP akan sangat membantu apoteker farmasi klinik di dalam menyusun

kerangka pikir bertindak dan sebagai alat untuk mempermudah proses telaah

status pasien di hari berikutnya.


BAB V
KESIMPULAN

Praktek farmasi klinik memerlukan metodologi yang tepat guna dan tepat

sasaran. Penggunaan SOAP untuk menulis di rekam medis pasien merupakan

salah satu cara efektif untuk mengkomunikasikan hasil telaah apoteker farmasi

klinik terhadap pasien. Sebelum menulis di rekam medis, hendaknya apoteker

farmasi klinik mengumpulkan data-data sebagai bahan bakunya. Data tersebut

dapat bersumber dari pemeriksaan laboratorium maupun keluhan pasien secara

langsung. Metode SOAP akan sangat membantu apoteker farmasi klinik di dalam

menyusun kerangka pikir bertindak dan sebagai alat untuk mempermudah proses

telaah status pasien di hari berikutnya.

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mampu melakukan

skrining resep yang meliputi skrining administratif, farmasetis dan klinis secara

tepat dan secara SOAP, mampu menjelaskan alternatif rekomendasi terapi dan

monitoring terapi menggunakan EBM, pedoman terapi dan/atau kajian

farmakoekonomi, mampu menyiapkan obat dengan tepat berdasarkan resep.

Anda mungkin juga menyukai