Kokkada SB1, Barthakur R1, Natarajan M1, Palaian S2,3, Chhetri AK2,
Mishra P2,3
1
Department of Ophthalmology, 2Department of Pharmacology, 3Department of
Pharmacy, Manipal Teaching Hospital / Manipal College of Medical Sciences,
Pokhara, Nepal
Abstrak
Kata kunci: Obat anti tuberkulosis, etambutol, efek samping pada mata
TBC adalah salah satu penyakit utama kesehatan masyarakat yang penting
di dunia. Jumlah penderita tuberkulosis sebanyak 2,5% dari berbagai penyakit di
dunia. Perkiraan global pada tahun 1997 menunjukkan bahwa 8 juta orang
terjangkit TB aktif setiap tahun dengan 2 juta kematian. Insiden tersebut telah
meningkat 2-4 kali lipat pada tahun 1990 di negara-negara dengan prevalensi
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang tinggi. Perawatan terhadap
tuberkulosis yang resistan terhadap obat memerlukan waktu yang panjang, mahal,
dan tidak mudah bagi pasien dan petugas medis serta seringkali tidak berhasil.
1. Jika tersedia obat alternatif lebih baik untuk menghindari etambutol untuk
pengobatan TBC dikarenakan toksisitas yang terjadi dengan konsumsi dosis
paling rendah yang dianjurkan meskipun dilakukan follow-up medis dan
pemeriksaan mata dan bisa menyebabkan kehilangan penglihatan parah yang
kadang-kadang mungkin tidak dapat dipulihkan setelah menghentikan obat.
2. Jika tidak ada alternatif, sebelum memulai pengobatan pasien harus dinilai
ketajaman visual, penglihatan warna dan lapang pandang. Pengurangan dosis
etambutol harus dilakukan atau seharusnya dikontraindikasikan pada pasien
dengan ketajaman visual awal yang rendah yang tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata, pada pasien yang tidak dapat melaporkan gejala seperti anak-anak,
orang dengan
4. Dengan fungsi ginjal normal dosis etambutol adalah 15 mg/kg/hari. Jika dosis
25 mg diperlukan, seharusnya tidak diberikan lebih dari 2 bulan.
5. Selama konsultasi medis dan follow-up, secara rutin menilai status visual.
Dalam hal apa pun jika timbul kecurigaan, rujuk pasien untuk pemeriksaan mata
rinci termasuk ketajaman visual, penglihatan warna, lapang pandang dan rekaman
dari visually evoked response (VER).
7. Jika terjadi neuritis berat, INH juga harus dihentikan. Pada neuritis optik yang
tidak terlalu parah INH dilanjutkan dengan diberikan penambahan pyridoxine
dosis tinggi 50-100 mg setiap hari, dan jika neuritis optik gagal membaik dalam
waktu enam minggu penghentian etambutol, INH juga dihentikan.
8. Koreksi kekurangan gizi dan kekurangan zinc dapat berperan dalam mencegah
toksisitas etambutol tetapi tidak ada data yang cukup untuk mendukung manfaat
terapi tersebut.
Penatalaksanaan neuritis optik karena etambutol memerlukan penghentian
etambutol segera. Dosis tinggi prednisolon sistemik dapat dicoba untuk
menurunkan peradangan di sekitar saraf optik. Dosis tinggi vitamin mungkin
bermanfaat untuk perlindungan saraf, tetapi sejauh mana hal itu mempengaruhi
hasil penglihatan masih belum dapat dipastikan.
Kesimpulan
Kesimpulannya, meskipun sangat penting untuk menyembuhkan pasien
tuberkulosis, untuk mengatasi masalah global HIV yang terkait peningkatan
prevalensi TBC dan untuk mencegah perkembangan resisten obat TBC, sama
pentingnya dengan melindungi penglihatan pasien TB. Diperlukan pemeriksaan
berkala dari status visual pasien selama follow-up dan DOTS. Disarankan untuk
menghindari etambutol jika memungkinkan, terutama pada pasien tua dan jika
benar-benar diperlukan harus digunakan dengan bijaksana sesuai dengan pedoman
yang disarankan. Seseorang harus ekstra hati-hati jiks memiliki insufisiensi ginjal.
Seseorang juga seharusnya tidak melupakan fakta bahwa INH juga dapat
menyebabkan neuritis retro bulbar dan harus memiliki indeks kecurigaan dan
tanggapan secara tepat.