Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH TATA CAHAYA TERHADAP

INTERIOR RUANG KELUARGA


Tugas Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah “ Bahasa Indonesia ” Pada Semester Genap

NAMA : GUSTAMI NUR ALAMI


NIM : 1912266023

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR


JURUSAN DESAIN
FAKULTAS SENU RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
Jl. Parangtritis No.KM. 6,5, Glondong, Panggungharjo, Kec. Sewon, Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55188
PENGARUH TATA CAHAYA TERHADAP

SUASANA INTERIOR RUANG KELUARGA

PENDAHULUAN

Perancangan interior pada dasarnya adalah pembentukan suasana ruang


dengan cara memadukan beberapa unsur utama ditambah unsur penunjang interior
dengan suatu landasan atau konsep yang mendalam. Dalam desain interior, tata
cahaya merupakan salah satu unsur utama untuk menciptakan suasana sebuah
ruang.

Banyak studi dan riset yang menerangkan bahwa tata cahaya memiliki
efek langsung terhadap suasana ruang serta psikologis penggunanya. Menurut
Mirta Tarigan, dalam https://gaya.tempo.co/read/1041073/hubungan-
pencahayaan-dan-suasana-hati-bedakan-cahaya-tiap-ruang, “Cahaya putih yang
lebih hangat dan kuning dapat menciptakan suasana ruang yang santai, sementara
cahaya putih yang lebih tajam cenderung memberi suasana yang cocok untuk
melakukan suatu pekerjaan atau tugas tertentu.”.

Pada kenyataannya sulit dipungkiri bahwa potensi cahaya demikian besar


pengaruhnya dalam membentuk kesan seseorang terhadap sebuah ruang beserta
suasananya. Khususnya pada ruang keluarga, tata cahaya memberikan peran yang
penting untuk menciptakan suasana ruang yang nyaman. Hal ini karena ruang
keluarga adalah wadah yang bebas diakses oleh seluruh anggota
keluarga. Berbagai aktivitas berlangsung di sana secara bersamaan di dalam ruang
keluarga. Seperti aktivitas makan, bersantai, bekerja, belajar, dan lain-lain. Tanpa
bermaksud mengabaikan aspek-aspek lain yang juga berperan pada perancangan
ruang, maka sudah selayaknya kalau aspek tata cahaya ini perlu mendapat
perhatian lebih bagi para perancang interior.

Lantas, adakah standar tertentu yang dapat dijadikan acuan oleh para
perancang interior dalam pengaturan tata cahaya pada ruang keluarga? Kemudian
apa saja pengaruh yang ditimbulkan dari pengaturan tata cahaya terhadap suasana
serta kenyamanan ruang? Hal tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makah ini.
Secara umum, makalah ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaiman
pengaruh tata cahaya terhadap suasana dan pengguna ruang. Namun, selain itu
makalah ini juga akan membahas mengenai bagaimana cara pengaturan cahaya
yang baik untuk menciptakan suasana ruang keluarga yang nyaman.

PEMBAHASAN

PENCAHAYAAN RUANGAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pencahayaan adalah proses, cara,


perbuatan memberi cahaya. Oleh sebab itu bagaimana kita melihat dan merespon
sekeliling kita sangat tergantung dari jenis pencahayaan yang digunakan. Hal ini
karenap pada dasarnya objek yang kita lihat adalah pantulan cahaya dari objek
tersebut. Menurut Oktavia (2010: 9). “Cahaya adalah prasyarat untuk penglihatan
manusia terutama dalam mengenali lingkungan dan menjalankan aktifitasnya.”

Terdapat perbedaan mendasar antara pencahayaan dan penerangan.


Pencahayaan lebih menekankan sifat-sifat penyinaran yang harus dipelajari oleh
seorang perancang interior. Penerapan pencahayaan yang baik tidak bisa lepas
dari pemanfaatan cahaya alami yang optimal dan buatan yang efisien. Sedangkan
penerangan hanya sekedar membuat ruangan menjadi terang.

Pencahayaan memiliki 3 fungsi utama yaitu menjamin keselamatan


penggunan interior, memfasilitasi performa visual, dan memperbaiki atmosfer
lingkungan visual (Code for Lighting, 2002:1). Pencahayaan yang baik adalah
pencahayaan yang memenuhi 3 kebutuhan dasar manusia yaitu kenyamanan
visual, performa visual, dan keamanan (Code for Lighting, 2002: 28).

Menurut Darmasetiawan dan Puspakesuma (1-9), dalam merencanakan


pencahayaan yang baik, ada 5 kriteria yang harus diperhatikan, yaitu:
 Kuantitas cahaya (lighting level) atau tingkat kuat penerangan
 Distribusi kepadatan cahaya (luminance distribution)
 Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan (limitation of glare)
 Arah pencahayaan dan pembentukan bayangan (light directionality and
shadows)
 Kondisi dan iklim ruang Warna cahaya dan refleksi warna (light colour
and colour rendering)

Berikut adalah standar penerangan ruang dalam rumah menurut Standar


Nasional Indonesia (SNI) guna mendukung fungsi ruang dan mengukur
kecukupan cahaya dalam ruang:

Tingkat Kategori
Fungsi Ruang Pencahayaan Renderasi
(Lux) Warna
Teras 60 1 atau 2
Ruang Tamu 120 – 150 1 atau 2
Ruang Makan 120 – 150 1 atau 2
Ruang Kerja 120 – 150 1
Kamar Tidur 120 – 150 1 atau 2
Kamar Mandi 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4

Tabel 1. Tabel Tingkat Pencahayaan yang Direkomendasikan Sumber: SNI-03-


6197-2000 Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan (2000, 4)

Berdasarkan sumbernya, pencahayaan dibagi menjadi 2 yaitu pencahayaan


alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami adalah cahaya yang berasal
dari benda penerang alam seperti cahaya matahari, bulan, bintang, api, dan
mineral berfluorescent. Sedangkan pencahayaan buatan adalah cahaya yang
dihasilkan dari benda buatan manusia seperti lampu dan lilin.
Pencahayaan yang bersumber dari matahari biasanya sanagat tergantung
dengan ukuran serta letak bukaan/jendela. Ukuran jendela atau skylight
mengendalikan jumlah cahaya yang dapat diterima sebuah ruangan. Sementara
letak/ orientasinya biasanya disesuaikan agar dapat menerima cahaya langsung
dalam jangka waktu tertentu dalam satu hari.

Sementara itu, pencahayaan buatan yang umum di gunakan adalah lampu


pijar. Menurut Ernst Neufert (terjemahan Dr. Ing Sunarto Tjahjadi 1996:128) Ciri
khas lampu pijar adalah warna cahaya yang putih hangat,dapat dikecilkan tidak
terbatas, reproduksi warna yang sangat baik, serta bekerjanya bebas dari berkelip
kelip. Pencahayaan buatan ini dimulai sejak ditemukannya bola lampu oleh
Thomas Alfa Edison (1979). Hingga saat ini berbagai jenis dan tipe lampu terus
berkembang dan digunakan..

RUANG KELUARGA

Dalam sebuah tempat atau area, pasti memiliki pusat, tak terkecuali
di rumah dimana pusatnya adalah ruang keluarga. “Ruang keluarga memiliki
kedudukan vital dalam sebuah rumah, sebab ruang keluarga adalah wadah yang
bebas diakses oleh seluruh anggota keluarga” (Dwi Ayu, 2015). Berbagai
aktivitas berlangsung di sana secara bersamaan di dalam ruang keluarga. Seperti
aktivitas makan, bersantai, bekerja, belajar, dan lain-lain. Maka idak berlebihan
jika kita menyematkan predikat ‘inti’ atau ‘pusat’ dari sebuah rumah adalah ruang
keluarga

Dengan fungsi yang amat vital inilah, maka ruang keluarga layak
mendapat perhatian khusus bagi penghuni rumah, atau calon penghuni rumah,
untuk mendesain ruang keluarga yang hangat, menyenangkan dan layak
dirindukan.
PENGARUH TATA CAHAYA TERHADAP SUASANA RUANG
KELUARGA

Untuk mengetahui adanya pengaruh tata cahaya terhadap suasana ruang


keluarga, penulis telah melakukan penelitian sederhana. Penelitian dilakukan
dengan cara literatur review dan kuisioner. Literatur review dilakukan dengan
menngunakan berbagai sumber, antara lain dari buku, artikel, dan internet.
Sementara itu, kuisioner dilakukan melalui google folmulir dengan melibatkan 89
responden. Berikut ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan penulis

A. Demografis
1. Usia responden

Gambar 1. Diagram Usia Responden

Berdasarkan diagram 1 mayoritas responden menggunakan berusia 19 tahun

2. Jenis kelamin responden

Gambar 2. Diagram Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan diagram 2 mayoritas responden berjenis kelamin perempuan


B. Penggunaan Cahaya Alam Dan Cahaya Buatan Dalam Ruang Keluarga
1. Penggunaan cahaya alam dalam pencahayaan ruang keluarga

Gambar 3. Diagram Ukuran Jendela Pada Ruang Keluarga Responden

Menurut diagram 3, mayoritas responden memiliki jendela dengan


ukuran sedang di ruang keluarga mereka, dengan perbandingan jumlah
responden yang memiliki jendela besar 13 orang, yang memiliki jendela
sedang 58 orang, yangmemiliki jendela kecil 11 orang dan sisanya yang
tidak memiliki jendela sebanyak 8 orang. Data tersebut
mengintrepretasikan bahwa mayoritas responden cenderung menghindari
masuknya cahaya matahari dengan intensitas terlalu tinggi ke dalam
ruangan dengan pertimbangan takut (ketakutan yang berlebihan) ruangan
menjadi panas serta silau. Bagaimanapun juga kondisi iklim tropis perlu
menjadi bahan pertimbangan untuk memasukkan cahaya alam (matahari)
ke ruang dalam.

Sir John Soane (1753-1837), arsitek Inggris yang dikenal dengan


kejeniusannya dalam penataan cahaya, menggunakan kubah yang
berlubang serta sky light dengan kaca berwarna untuk memberikan
suasana ruang dalam yang lebih hangat akibat pengaruh cahaya alam. Dia
berhasil membuktikan bahwa cahaya alam (matahari) yang masuk ke
dalam ruang apabila dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
suasana yang menyenangkan. (Honggowidjaja, S.P, 2004).
2. Penggunaan Cahaya Buatan Dalam Pencahayaan Ruang Keluarga

Gambar 4. Diagram Jenis Lampu yang Digunakan Pada Ruang Keluarga Responden

Berdasarkan diagram 4 mayoritas responden menggunakan jenis lampu LED


dengan perbandingan jumlah responden yang menggunakan lampu LED 52 orang,
yang menggunakan lampu neon 27 orang, dan yang menggunakan lampu pijar 10
orang.

Gambar 5. Diagram Warna Lampu yang Digunakan Pada Ruang Keluarga Responden

Berdasarkan diagram 5 mayoritas responden menggunakan lampu berwarna putih


dengan perbandingan jumlah responden yang menggunakan lampu berwarna
putih 84 orang, yang menggunakan lampu berwarna kuning 4 orang, dan yang
menggunakan warna lainnya 1 orang.

Gambar 6. Diagram Intensitas Cahaya Dalam Skala 1-5 Yang Digunakan Pada Ruang
Keluarga Responden

Berdasarkan diagram 6 mayoritas responden menggunakanlampu dengan


intensitas cahaya bernilai 4 (artinya terang) dari skala 1-5
Gambar 7. Diagram Jumlah Lampu yang Digunakan Pada Ruang Keluarga Responden

Berdasarkan diagram 7 mayoritas responden menggunakan menggunakan 1 buah


lampu. Data tersebut (diagram 4-7) mengiterpretasikan bahwa mayoritas
responden cenderung menyukai cahaya lampu LED dengan warna putih, dan
memiliki intesitas cukup tinggi yaitu bernilai 4 dari skala 1-5. Selain itu data
tersebut menunjukan bahwa impresi suatu ruangan banyak dipengaruhi
intensitas, dan warna cahaya. Penulis menyimpulkan bahwa hal itu terjadi
karena pengaruh iklim. Karena indonesia memiliki iklim tropis, dan memiliki
temperatur yang cukup tinggi. Maka dari itu responden secara umum menyukai
nyala lampu berwarna putih dengan intensitas yang cukup terang untuk
menciptakan suasana ruang yang dapat terkesan santai dan sejuk. Hal ini sesuai
dengan diagram 8 yang menunjukan bawa mayoritas responden merasakan
suasana santai 34% dan sejuk 22,6% pada ruang keluarga mereka

Gambar 8. Diagram Suasana yang Ditimbulkan Pada Ruang Keluarga Responden

Sementara itu, sisanya menyebutkan bahwa ruang keluarga mereka


memiliki suasana ceria 29%, dan menyegarkan 7,5%. Hal ini terkait
dengan penggunaan cahaya alam. Cahaya yang bersuber dari alam dapat
memberikan suasana yang berbeda terhadap ruang keluarga. Menurut
Francis D.K. Ching (2007:175) “Sinar matahari dengan intensitas tertu
misalnya, dapat menciptakan sebuah atmosfer yang ceria dan
menyegarkan dalam ruangan.“
C. Pendapat Responden Mengenai Pengaruh Tata Cahaya Terhadap Ruang
Keluarga

Gambar 9. Diagram Pendapat Responden Mengenai Pengaruh Tata Cahaya Terhadap


Suasana Ruang Keluarga

Berdasarkan diagram 9 mayoritas responden berpendapat bahwa tata cahaya


mempengaruhi suasana ruang keluarga , dengan perbandingan jumlah responden
yang menjawam iya sebanyak 77 orang, menjawab mungkin 11 orang, dan yang
menjawab tidak 1 orang.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa, pencahayaan memang memiliki


dampak yang begitu besar dalam kehidupan, baik dari segi fungsi maupun estetika.
Penerangan yang terencana dengan baik mampu menampilkan keindahan
atmosfer ruangan.serta menciptakan suasana ruangan yang nyaman.

PENCAHAYAAN YANG TEPAT UNTUK RUANG KELUARGA

Pada ruang keluarga, interior menjadi unsur yang sangat penting untuk
mendukung kebersamaan dan kenyamanan dalam mengerjakan aktivitas yang ada.
Pada umumnya di ruangan ini seluruh anggota keluarga berkumpul untuk
melakukan berbagai aktivitas. Terdapat di dalamnya adalah aktivitas menonton
televisi, membaca, menjahit, ataupun sekadar berbincangbincang. Oleh karena itu
jenis pencahayaan yang digunakan pada ruang keluarga harus bersifat fleksibel
agar bisa memenuhi kebutuhan yang berbeda, seperti pencahayaan umum
(general lighting) dan pencahayaan khusus (standing lamp, spotlight)
Pencahayaan yang bersifat umum atau general lighting adalah penataan
pada peletakan lampu yang dilakukan dengan cara memasang lampu pada titik
tengah ruangan atau pada beberapa titik yang dipasang secara simetris dan merata.
Tujuan penggunaan general lighting adalah menghasilkan sumber cahaya secara
terang dan menyeluruh pada ruangan, termasuk untuk aktivitas yang
menghadirkan banyak orang dalam ruangan tersebut.

Gambar10. Penggunaan Downlight Dengan Warna Lampu Putih Pada Ruang Keluarga. Sumber :
https://panasonic.net/ls/id/products/residential_lighting/choose_lighting/choose_by_room/

Oleh karena itu general lighting yang cocok digunakan yaitu berupa
downlight untuk memfasilitasi keberagaman aktivitas yang terjadi di ruang
keluargat. Ada baiknya jika downlight diposisikan di beberapa titik sehingga
dapat menyinari ruangan secara merata. Jumlah titik dan jarak lampu pada plafon
tergantung dari luas ruang dan daya (watt) tiap lampu. Diperlukan perhitungan
yang jeli tentang perbandingan jumlah titik dan daya lampu agar tercipta terang
ruang yang diigninkan. Sementara itu, untuk menciptakan ruangan yang berkesan
semi formal dengan suasana santai dan sejuk dapat digunakan lampu berwarna
putih dengan intensitas sedang.

Gambar 11. Penggunaan standing lamp dalam ruang Gambar 12. Penggunaan lampu spotlight dalam
keluarga. Sumber : ruang keluarga. Sumber :
https://www.arsitag.com/article/kreasi-dekorasi-dan- https://artikel.rumah123.com/punya-fungsi-berbeda-
pencahayaan-ruang-cantik-dengan-standing-lamp yuk-kenali-5-jenis-lampu-untuk-ruang-keluarga-ini-
53479
Sedangkan, pencahayaan khusus merupakan tipe pencahayaan yang
menempatkan beberapa lampu pada sudut-sudut ruangan untuk aktivitas yang
lebih khusus, seperti membaca, mendengarkan musik, dan mengobrol yang
sifatnya pribadi. Misalanya, penempatan lampu meja pada meja sudut dapat
mengundang pengguna ruang untuk duduk santai pada kursi di sebelah meja
tersebut. Kemudian, standing lamp dapat disertakan di sebuah sudut di antara sofa
untuk membantu penerangan aktivitas membaca, selain itu untuk menerangi objek
seni, dapat menggunakan pencahayaan spotlight. Terakhir, untuk mempercantik
ruangan dapat ditambahkan indirect lamp yang disembuyikan pada plafon,
dinding, atau lantai untuk menghasilkan cahaya yang artistik.

PENUTUP

Dalam proses perancangan interior sebuah ruang secara utuh,, mutlak


dibutuhkan kehadiran cahaya. Dengan demikian cahaya merupakan unsur
signifikan pada perancangan interior. Cahaya juga memberikan pengaruh yang
demikian besar dalam menciptakan karakter serta suasana ruang, terutama ruang
keluarga. Beragam cara mengolah cahaya alam yang telah dilakukan sejak masa
lampau menunjukkan bahwa cahaya alam (matahari) yang masuk ke sebuah ruang,
apabila dirancang dengan detail-detail yang cermat akan menghasilkan
peningkatan kualitas suasana, karakter ruang ruang keluarga.

Sekalipun cahaya buatan hingga saat ini belum dapat menyamai


kesempurnaan refleksi warna cahaya alam (matahari), namun cahaya buatan juga
memiliki pengaruh yang signifikan untuk menciptakan suasana dankarakter pada
ruang keluarga. Cahaya buatan memiliki beberapa kelebihan, antara lain
kemudahan untuk menghadirkan pencahayaan yang merata ataupun setempat,
kemudahan dalam mengatur posisi, sudut arah datang cahaya, memberi warna
cahaya untuk menonjolkan suatu obyek, seperti: tekstur, warna, pola, detail
struktural ataupun non struktural sebuah ruang, karya seni dua dimensi maupun
tiga dimensional.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor penting yang
mampu berdampak langsung para pengguna dalam penataan cahaya dalam ruang
keluarga. Tiga faktor tersebut adalah warna cahaya, sumber cahaya dan intensitas.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ching, F.Dk., 2008. Architecture, Form, Space, and Order. United States of
America : John Wiley & Sons, Inch

[2] Code for Lighting. 2002. Oxford: Butterworth – Heinemann.

[3] Neufert, Ernst, 1996. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

[4] Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI-03-6197-2000 Konservasi Energi


Pada Sistem Pencahayaan.

[5] Oktavia, Tantri. 2010. Fisika Bangunan. Malang: Bayumedia Publishing.

DAFTAR LAMAN

[1] Honggowidjaja, S.P. Pengaruh Signifikan Tata Cahaya Pada Desain Interior.
https://media.neliti.com/media/publications/217788-none.pdf (diakses tanggal 8
Mei 2020)

[2] Tarigan, Mirta, 2017. Hubungan Pencahayaan Dan Suasana Hati Bedakan
Cahaya Tiap Ruang. https://gaya.tempo.co/read/1041073/hubungan-
pencahayaan-dan-suasana-hati-bedakan-cahaya-tiap-ruang (diakses tanggal 8
Mei 2020)

[3] Ayu, Dwi, 2015. Yuk, Kenali Arti Ruang Keluarga Yang Sesungguhnya.
https://media.rooang.com/2015/07/yuk-kenali-arti-ruang-keluarga-yang-
sesungguhnya (diakses tanggal 8 Mei 2020)

Anda mungkin juga menyukai