Anda di halaman 1dari 21

KAPASITAS PADA PENCAHAYAAN ALAMI

RUMAH TINGGAL

Rumah tinggal adalah salah satu dari 3 kebutuhan primer manusia, yaitu sandang, pangan, dan
papan. Pada awalnya rumah (papan) adalah suatu bangunan yang memiliki fungsi utama sebagai
tempat berteduh dan berlindung dari pengaruh lingkungan fisik yang berhubungan secara
langsung, misalnya gangguan cuaca dan ancaman binatang buas.

Dalam merancang sebuah lokasi hunian ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk
meningkatkan kenyamanan hunian, antara lain:

Radasi sinar matahari Radiasi matahari berhubungan erat dengan orientasi bangunan terutama
karena peredaran matahari pada wilayah tropis lembab seperti Indonesia hampir selalu berada
diatas kepala dengan arah terbit-tenggelam yaitu Timur-Barat. Untuk itulah orientasi bangunan
pada fasade terbuka sebaiknya menghadap ke SelatanUtara, agar meniadakan radiasi langsung
dari cahaya matahari, sehingga suhu dalam ruangan tidak terlalu panas.

Angin

Temperatur

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi rumah bertambah yaitu
sebagai lambang status dan prestige. Hal inilah yang kemudian memunculkan berbagai tipe dan
golongan rumah dari perumahan biasa hingga perumahan elite. Salah satunya yang berkembang
pesat adalah rumah tipe townhouse.

TOWNHOUSE

Townhouse adalah kompleks kecil yang berisi rumah-rumah yang dibangun berderet. Kompleks
rumah kecil ini disebut dengan cluster, yang umumnya memakai sistem keamanan one gate
system. Dalam satu cluster umumnya berisi tidak lebih dari 30 rumah. Umumnya, townhouse
dilengkapi dengan fasilitas bersama seperti kolam renang, club house, dan ruang terbuka
bersama untuk mendukung kenyamanan dan aktifitas penghuni (Suci, 2009). Facade seluruh
rumah townhouse dalam cluster adalah sama.
Adapun kekurangan dari townhouse dalam bidang sosial adalah penghuni tidak boleh mengubah
facade bangunan. Selain itu, menurut Kepala Riset Jones Lang Lasalle Anton Sitorus, karena
penghuni townhouse relatif sedikit mengakibatkan kurangnya interaksi dan sosialisasi antar
penghuni townhouse. Dari segi ekonomi, umumnya townhouse membidik pasar menengah ke
atas dan karena merupakan kawasan eksklusif dengan sistem 1 pintu, biaya perawatan
lingkungan townhouse cenderung lebih tinggi dari kawasan perumahan biasa.

Selain kelemahan dalam bidang sosial, townhouse di Surabaya memiliki kelemahan dalam
pemanfaatan energi khususnya pemanfaatan cahaya matahari. Karena letak bangunan yang
berderet dan untuk memaksimalkan jumlah unit dalam 1 cluster, pengembang umumnya
membuat townhouse yang saling berdempetan satu dengan yang lain. Selain itu tanah digunakan
untuk full bangunan sehingga praktis hanya menyisakan sedikit lahan di depan rumah untuk
taman kecil dan carport.

Hal ini mengakibatkan minimnya bukaan yang tersedia. Akibatnya pencahayaan alami yang
masuk kedalam rumah datangnya dari bukaan yang tersedia dibagian depan rumah, seperti pintu
masuk dan jendela. Selain membuat sirkulasi udara dalam rumah kurang lancar (tidak ada sistem
cross ventilation yang membuat aliran udara lancar), minimnya bukaan juga membuat bagian
dalam rumah menjadi gelap. Sehingga untuk mengatasinya dipakailah pencahayaan buatan untuk
menerangi rumah, walaupun pada siang hari. Walau demikian, penambahan cahaya buatan ini
tetap tidak bisa memenuhi standar pencahayaan yang dibutuhkan.

Berikut adalah hasil pengukuran lapangan yang mengambil sample salah satu townhouse di
Surabaya Timur dan Selatan yang menghadap barat (sampel: ruang keluarga dan kamar tidur
utama):
kategori Surabaya Timur Surabaya Selatan

Kamar
Tidur
Utama

Luas Ruang : 4 m x 4 m Luas ruang : 3.5 m x 3,5 m

Tingkat R. Lingkungan : 15 lux R. Keluarga : 41.4 lux


pencahyaa Kamar Tidur Utama : 5.11 lux Kamar Tidur Utama : 87,83 lux
n
Lapangan
rata – rata (
tanpa
lampu )
Tingkat Ruang Keluarga : 36.33 lux R. Keluarga : 41.4 lux
Pencahyaa Kamar Tidur Utama : 66.4 lux Kamar Tidur Utama : 87,80 lux
n
Lapangan
rata – rata (
dengan
lampu )
Tingkat R. Keluarga : 120 – 150 lux
Pencahyaa Kamar Tidur Utama : 120 – 150 lux
n Standar

Tabel 1. Tabel Perbandingan Data Lapangan dan Tingkat Pencahayaan yang Direkomendasikan
Sumber: Dokumentasi Pribadi dan SNI-03-6197-2000 Konservasi Energi Pada Sistem
Pencahayaan (2000, 4)
Hal ini banyak dilakukan karena beberapa faktor:

Kesalahan arah hadap bangunan

Ketakutan berlebih pada cahaya matahari

PENCAHAYAAN

Terdapat perbedaan mendasar antara pencahayaan dan penerangan. Pencahayaan lebih


menekankan sifat-sifat penyinaran yang harus dipelajari oleh seorang perancang interior.
Penerapan pencahayaan yang baik tidak bisa lepas dari pemanfaatan cahaya alami yang optimal
dan buatan yang efisien. Sedangkan penerangan hanya sekedar membuat ruangan menjadi
terang. Karena hanya sekedar mengejar terang dan tidak mengaplikasikan dengan bijakana, maka
bukaan besar dalam ruang menjadi dihindari karena akan menyebabkan panas semata yang
akhirnya mengacu kepada pemborosan energi. Di lain pihak, pencahayaan yang kurang dapat
membuat kita kesulitan merespon sekitar, sedangkan pencahayaan berlebihan dapat
mengakibatkan silau (glare) sehingga pengguna tidak nyaman.

Sebuah desain interior yang baik tidak dapat dilepaskan dari pencahayaan. Tanpa pencahayaan
yang baik, maka desain ruang itu kurang bisa dinikmati secara maksimal, kekhasan dalam
ruangan bisa jadi tidak terlihat dan seseorang dalam ruang tersebut dalam jangka waktu tertentu
dapat terpengaruh secara psikologis

Pencahayaan memiliki 3 fungsi utama yaitu menjamin keselamatan penggunan interior,


memfasilitasi performa visual, dan memperbaiki atmosfer lingkungan visual. Pencahayaan yang
baik adalah pencahayaan yang memenuhi 3 kebutuhan dasar manusia yaitu kenyamanan visual,
performa visual, dan keamanan.

Menurut Darmasetiawan dan Puspakesuma (1-9), dalam merencanakan pencahayaan yang baik,
ada 5 kriteria yang harus diperhatikan, yaitu:

 Kuantitas cahaya (lighting level) atau tingkat kuat penerangan


 Distribusi kepadatan cahaya (luminance distribution)
 Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan (limitation of glare)
 Arah pencahayaan dan pembentukan bayangan (light directionality and shadows)
 Kondisi dan iklim ruang
 Warna cahaya dan refleksi warna (light colour and colour rendering)

Berikut adalah standar penerangan ruang dalam rumah menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI) guna mendukung fungsi ruang dan mengukur kecukupan cahaya dalam ruang:

Fungsi Ruang Tingkat Kategori


Pencahayaan Renderasi
( LUX) Warna
Teras 60 1 atau 2
Ruang Tamu 120 - 150 1 atau 2
Ruang Makan 120 – 150 1 atau 2
Ruang Kerja 120 - 150 1
Kamar Tidur 120 – 150 1 atau 2
Kamar Mandi 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4

Tabel 2. Tabel Tingkat Pencahayaan yang Direkomendasikan Sumber: SNI-03-6197-2000


Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan (2000, 4)

Ketajaman warna suatu benda dipengaruhi oleh spektrum cahaya yang mengenainya. Semakin
panjang spektrumnya, maka benda yang dikenai cahaya ini akan semakin mendekati warna
alami. Warna alami dinyatakan dengan indeks Ra (colour rendering) 100% yang mewakili
cahaya matahari. Dan sampai saat ini, belum ada pencahayaan buatan yang dapat mencapai Ra
100%.
Kategori Indeks Ra
1 80 % - 100 %
2 60 % - 90 %
3 40 % - 60 %
4 <40 %
Tabel 3. Tabel Tingkat Indeks Ra Sumber: SNI-03-6197-2000 Konservasi Energi Pada Sistem
Pencahayaan (2000, 10)

Untuk menghemat energi, pemanfaatan cahaya alami pada bangunan sedapat mungkin harus
dilakukan pada siang hari. Namun demikian, harus diingat bawa pemanfaatan cahaya alami
dengan memasukkan cahaya matahari secara berlebihan akan membawa dampak pada ketidak
nyamanan visual (silau) dan ketidak nyamanan termal (disamping memberikan sinar terang,
cahaya alami juga membawa panas melalui proses radiasi).

PENCAHAYAAN ALAMAI SIANG HARI SEDAPAT MUNGKIN DIGUNAKAN


SIANG HARI

( DAY LIGHT ) MEMBAWA PANAS ( MENJADI BEBAN


AC)

Berapa besar terang cahaya yang diperlukan untuk mendapatkan kondisi visual yang nyaman,
sangat tergantung kepada kegiatan yang terjadi di dalam ruang/bangunan tersebut. Dengan
demikian terang cahaya yang dibutuhkan untuk ruang kelas dimana terjadi proses ajar-mengajar
berbeda dengan terang yang dibutuhkan untuk sebuah ruang kantor atau ruang industri
(garment).
PERHITUNGAN TERANG CAHAYA

Terdapat tiga komponen cahaya siang hari yang jatuh pada bidang kerja, mis; pada titik P:

DIKETAHUI :

1. KOMPONEN LANGIT (KL) -> cahaya yang langsung dari matahari ke bidang kerja atau titik
P.

2. KOMPONEN REFLEKSI LUAR (KRL) -> cahaya pantulan dari benda-benda sekitar,
dinding, halaman rang jatuh pada bidang kerja atau titik P.

3. KOMPONFN REFLEKSI DALAM (KRD) -> cahaya yang jatuh di lantai, dipantulkan lagi
oleh langit-langit ke bidang kerja atau titik P.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa besar terang cahaya yang diperlukan sangat tergantung
kepada kegiatan yang terjadi di dalam ruang/bangunan tersebut. Secara umum bangunan dapat
dibagi atas 4 (empat) kelompok berdasarkan kegiatan yang terjadi di dalamnya, sedangkan
klasifikasi derajat bangunan dibagi atas 3 kelompok sebagai berikut:

Pengelompokan Bangunan berdasarkan Kegiatan: (4 Kelompok)

A B C D
(300 Lux ) ( 150 Lux) ( 80 Lux ) (40 Lux)
 Kerja halus  Kerja halus  Kerja sedang,  Kerja
sekali  Cermat ( tidak tanpa kasar
 Cermat terus intesif ) konsentrasi
menerus Mis : menulis, besar
Mis : gravir, pembuatan alat, Mis : pekerja
jahit membaca kayu

Klasifikasi derajat bangunan dibagi atas 3 kelompok :

Kelas I Kelas II Kelas III


Bangunan Representatif  Hotel Bangunan Biasa
 Ged. MPR/DPR  Gedung Pertemuan
 Kantor Gubernur  Kantor
 Gedung Olah Raga

Perhitungan terang cahaya berdasarkan :

1. factor cahaya siang hari / day light factor (df)

2. Faktor terang langit ( fl )

DF ( Day Light Factor ) atau Faktor Cahaya Siang Hari adalah :

1. perbandingan tingkat penerangan di dalam ruang pada titik P dengan titik di luar ruang pada
lapangan terbuka di titik O.

2. Presentase jumlah terang pada siang hari yang jatuh pada suatu titik pada bidang di dalam
ruangan terhadap kekuatan terang di lapangan terbuka.
Kekuatan Terang cahaya di lapangan terbuka selaluberubah-ubah:(100.000 Lux –0 Lux)

Kesepakatan : Kekuatan terang di lap. Terbuka : 3.000 Lux

 Jika terang cahaya lap. Terbuka < 3.000 lux maka ruang harus menggunakan sumber
cahaya lampu.
 Ada persyaratan minimal faktor cahaya siang hari ( DF ) di dalam ruang- ruang tertentu :
Misalkan tidak boleh < … lux atau <…… % x dari 3.000 lux

Contoh
Kantor, perpustakaan = kegiatan menulis, membaca
Penerangan min : 150 lux atau
150/3.000 x 100 % = 5 %
Jadi dari tingkat penerangan di luar/lap terbuka faktor cahaya siang
hari
( DF ) pada ruangan adalah sebesar 5 %

Faktor langit

Perhitungan faktor langit : KL sebagai faktor penentu Ep :


Perhitungan KRL dan KRD cukup sulit,
sehingga KRL dan KRD dianggap saling
meniadakan

Ep = Tingkat Penerangan di titik P


= KL
Eo = Tingkat Penerangan di lap terbuka.

𝐸𝑝
hanya KL = fl (%)
𝐸𝑜

Faktor langit ( fl ) adalah

Perbandingan kekuatan penerangan langsung dari langit ( KL ) di dalam ruangan pada titik P
dengan kekuatan penerangan oleh terang langit pada lapangan terbuka di titik O .

Fakor langit :

 Sebagai penunjuk kualitas penerangan minimal dalam ruangan


 Angka karakteristik yang digunakan sebagai ukuran penerangan alami pada siang har di
berbagai tempat di dalam ruang
 Presentase jumlah terang pada siang hari yang jatuh pada suatu titik pada bidang di dalam
ruangan terhadap kekuatan terang oleh langit perencanaan di lapangan terbuka

Terang langit = sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat
mengenai penerangan alami pada siang hari.

Langit perencanaan = kekuatan penerangan pada titik-titik di bidang datar suatu lapangan
terbuka sebesar 10.000 lux
Persyaratan perhitungan faktor langit T :

PENERANGAN ALAMI MEMUASKAN JIKA FAKTOR LANGIT MINIMUM ( flmin) DI


TITIK UKUR TERPENUHI

TERGANTUNG PADA :

 Fumgsi bangunan
 Besar ruangan
 Klasifikasi derajat bangunan
 Kualitas penerangan yang dikehendaki/ direncanakan

TABEL
BANGUNAN UTILITAS

Nilai flmin ( dalam % ) untuk TUU


Klasifikasi I II III
bangunan
Kualitas
Penerangan
A 0,50 d 0,45 d 0,35 d
B 0,40 d 0,35 d 0,30 d
C 0,30 d 0,25 d 0,20 d
D 0,20 d 0,15 d 0,10 d
Nilai flmin TUS = 40 % flim TUU ( tidak boleh < 0,10 d )
TABEL
BANGUNAN TEMPAT TINGGAL

Jenis Ruangan Flmin Flmin TUS


TUU
R.Tinggal 0.35 d 0.16 d
Kamar kerja 0.35 d 0.16 d
Kamar tidur 0.18 d 0.05 d
Dapur 0.20 d 0.20 d

Titik ukur ( u )

a) Adalah titik di dalam ruangan yang dijadikan sebagai indicator untuk penerangan seluruh
ruangan ( berada pada bdang kerja 75 cm di atas lantai ).
b) Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 meter di atas
lantai. Bidang datar di sebut bidang kerja
c) Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan yang cukup memuaskan maka
faktor langit (fl) titik ukur tersebut harus memenuhi suatu nilai minimum tertentu yang
ditetapkan menurut fungsi dan ukuran ruangannya.
d) Dalam perhitungan digunakan dua jenis titik ukur :
1. Titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-tengah antar kedua dinding
samping, yang berada pada jarak 13 d dari bidang lubang cahaya efektif.
2. Titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak 0,50 meter dari dinding
samping, yang juga berada pada jarak 13 d dari bidang lubang cahaya
efektif, dengan d adalah ukuran kedalaman ruangan, diukur dari mulai
bidang lubang cahaya efektif hingga pada dinding seberangnya, atau
hingga pada “bidang” batas dalam ruangan yang hendak dihitung
pencahayaannya itu.
e) Jarak “d” pada dinding tidak sejajar apabila kedua dinding yang berhadapan tidak sejajar,
maka untuk d diambil jarak di tengah antara kedua dinding samping tadi, atau diambil
jarak rata-ratanya.
f) Ketentuan jarak “ 1/3 d” minimum. Untuk ruang dengan ukuran d sama dengan atau
kurang dari 6 meter, maka ketentuan jarak 1/3 d diganti dengan jarak minimum 2 meter.

Lubangcahaya ≠ lubang cahaya efektif sebab


ada penghalangan cahaya :
 Bangunan lain
 Pohon
 Bagian bangunan overstek
 Letak bidang kerja terhadap bidang
lubang cahaya
Perhitungan Faktor Langit Jika Lubang Cahaya/Jendela Berada Pada Satu Dinding.

• Jika jarak antara 2 titik ukur < 3m atau panjang ruang (p) < 7 m : fl yang harus diteliti

• satu TUU

• Dua TUS (TUS 1 dan TUS 2)

• Jika panjang ruang (p) > 7m : fl yang harus diteliti lebih pada 3 titik ukur (menambah TUU)
Jika d2> d1, Maka jendela yang paling berpengaruh adalah jendela 1 Pengukuran pada dinding
ke-2 hanya pada satu titik ukur tambahan yaitu : TUU2 → flmin TUU2 = 50 % flmin TUU1 → d
yang digunakan adalah yang paling kecil yaitu d1.

PERHITUNGAN FAKTOR LANGIT JIKA LUBANG CAHAYA/JENDELA BERADA PADA


2 DINDING YANG BERHADAPAN/SEJAJAR
Tiap Lubang Cahaya Efektif mempunyai titik ukur sendiri

Untuk bidang lubang cahaya yang paling penting (misalnya jendela I):

flmin sesuai dengan tabel (1A, 1B,1C) → untuk fl2min:

jika jarak jendela 1 dan 2 (d) 6m Lubang cahaya ke dua: fl2min = 30% fllmin

→ jarak jendela: 4m <(d) < 9m Lubang cahaya ke dua: fl2min = 30% fllmin dengan
syarat: Luas tub. Cahaya efektif jendela 2 min 40% luas lubang cahaya efektif
jendela 1 Letak jendela 2: tinggi antara 1m - 3m

→ fl untuk tiap titik ukur = fl 1 + fl 2

FAKTOR LANGIT SEBAGAI FUNGSI H/D DAN L/D

Perhitungan besarnya Faktor Langit untuk titik ukur pada bidang kerja di dalam ruangan
dapat dilakukan dengan menggunakan metoda analisis dimana fl dinyatakan sebagai
fungsi HID dan L/D: H = tinggi lubang cahaya efektif L = lebar lubang cahaya efektif D =
jarak titik ukur ke bidang lubang cahaya efektif

 Lubang cahaya efektif berbentuk persegi panjang OPQR dengan tinggi H dan lebar L.
 Posisi ttk ukur U, jauhnya D dari lubang cahaya efektif
 Ukuran H dihitung dari O ke atas
 Ukuran L dihitung dari O ke kanan atau kiri ( sama saja )
Anjuran
Bangunan rumah tinggal :

Luas bukaan (kaca) pada gang :


 Pada dinding luar min 0,1 m2
 Pada dinding dalam berbatas denga :
o Kamar tidur
o Ruang kerja
o Ruang keluarga min 0,33 m2
 Luas kaca ruangan lainnya seperti gudang, kamar mandi, dsb diperhitungkan 0 %, perlu
bukaan pada dinding luar seluas 0,1 m2

Bangunan umum :
Gang/lorong bangunan umum harus dapat menerima cahaya siang hari melalui luas kaca
minimal :
 KELAS I = 0,42 m2
 KELAS II = 0,30 m2 untuk setiap 5 m panjang gang/lorong
 KELAS III = 0,20 m2
Dengan ketentuan jika :

 Kaca berada pada dinding luar/atap, luas diperhitungkan 100%


 Kaca berada pada dinding dalam dengan kualitas penerangan A dan B, luas
diperhitungkan 20%
 Kaca berbatasan dengan ruangan kualitas penerangan C, luas diperhitungkan 10%
 Kaca pada kondisi lainnya, luas diperhitungkan 0 %

Penerangan alami memuaskan ditentukan oleh :


 Ratio luas kaca/luas lantai
 Perletakan lubang cahaya/kaca :
 Lubang cahaya efektif yang sama besarnya apabila letaknya lebih tinggi,
maka fl-nya akan lebih besar.
 Lubang cahaya efektif yang sama besarnya apabila letaknya lebih ke
samping dari titik ukur, maka fl-nya akan lebih kecil.
 Lubang cahaya efektif yang letaknya sentral dan tinggi terhadap titik ukur
akan lebih efektif dari pada yang letaknya ke samping dan rendah.
 Lubang cahaya efektif yang letaknya tinggi lebih efektif dalam
mendistribusikan cahaya ke bagian ruangan yang letaknya lebih dalam
dari pada ke samping.
 Bentuk lubang cahaya

 Lubang cahaya efektif yang berbentuk melebar, berguna untuk mendistribusikan


cahaya lebih merata dalam arah lebar ruangan.
 Lubang cahaya efetif yang ukuran tingginya lebih besar dari ukuran lebarnya,
memberikan distribusi cahaya ke dalam yang lebih baik.
 Kedudukan lubang cahaya ( mungkin terdapat penghalang cahaya akibat overstek, balkon
dll. )

Anda mungkin juga menyukai