Anda di halaman 1dari 25

SAINS BANGUNAN DAN UTILITAS 1

PENDALAMAN MATERI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH


TINGGAL DAERAH GATSU

Disusun oleh :

Dewa Bagus Mahesa Ramanatha 1805521066


I Putu Arya Satria Wararuchi 1805521089
I Putu Agung Purnadi Nanda 1805521098
Pande Gede Khrisna Anata Yuda 1805521086
Eka Saputra Yu Kamarena 1805521106

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami selaku penyusun, sehingga dapat
menyelesaikan makalah mengenai “Pencahayaan Alami Rumah Tinggal di Gatsu, Bali.
Penyusunan makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 1
tahun ajaran 2019/2020 dan makalah ini juga sebagai bukti bahwa kami selaku penyusun telah
melaksanakan pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan-kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun dari ilmu
pengetahuan yang dikuasai. Oleh karena itu kami selaku penyusun mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan pembuatan laporan atau karya tulis dimasa
mendatang. Atas pehatian dan waktunya penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, 2 DESEMBER 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

1.3. Tujuan ................................................................................................................. 2

1.4. Manfaat ............................................................................................................... 2

BAB II METODE DAN OBJEK

II.1. Metodologi Pendataan ....................................................................................... 3

ii.2. Metodologi Analisis............................................................................................ 3

II.3. Identitas Proyek .................................................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN

1.Pengcahayaan Alami ............................................................................................... 5

.2. istilah umum pada pencahayaan…………………………………………………5

.3 Persyaratan Umum pada Penerangan Siang Hari di Ruang Bagian Dalam………7

BAB IV STUDI OBJEK PENELITIAN

IV.1. Informasi Objek ................................................................................................ 9

IV.1. Lay out Pencahayaan alami pada objek ............................................................ 11

IV.2. Pendalaman Pencahayan alami secara keseluruhan ......................................... 19

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP

V.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 20

V.2. Saran................................................................................................................... 20

iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Manusia lebih mudah beraktivitas ketika ada sumber cahaya yang membuat
manusia mampu menerima dan mengakses informasi Visual. Dengan
mengenal dan memahami kondisi ruang di sekitar kita maka kita dapat
melakukan berbagai aktivitas. Kondisi ini membawa cahaya pada perannya
secara fungsional. Di sisi lain, cahaya juga berperan dalam memberikan
akses Visual pada informasi yang diberikan sebuah karya arsitektur, serta
mampu memberikan aksentuasi sehingga permainan geometri terasa semakin
kuat.

Penggunaan cahaya alami menjadi salah satu keharusan dalam upaya


pengurangan penggunaan listrik. Menurut Aplesteel.com Indonesia menjadi
Negara dengan Indeks paling boros dalam penggunaan listrik untuk
konsumsi lampu dan penerangan. Hal tersebut menjadi sebuah kegagalan
dalam memanfaatkan energy terbarukan ini. Pemanfaatan cahaya alami pada
pagi hari secara maksimal akan menimbulkan efek positif yang lebih
ketimbang cahaya buatan.

Cahaya matahari yang mengandung vitamin akan memberikan energi positif


bagi pemilik dan orang yang menempati rumah tersebut. Maka dari itu,
sangatlah penting untuk membahas bagaimana memasukan dan
memanfaatkan cahaya alami sebagai komponen pencahayaan di dalam
ruangan.

1
I.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana sistem pencahayaan alami dari rumah tinggal yang berlokasi
di gatsu?
- Komponen apa saja pada pencahayaan alami yang ada pada rumah
tinggal yang berlokasi di gatsu?
- Bagaimanakah sistem LayOut pencahayaan pada rumah tinggal yang
berlokasi di gatsu?
- Berapakah kapasitas pencahayaan alami pada rumah tinggal yang
berlokasi di gatsu?

I.3 Tujuan
- Mampu memahami prinsip-prinsip dasar sistem lingkungan dan utilitas
terutama dalam materi pencahayaan alami
- Mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar sistem lingkungan dan utilitas
terutama dalam materi pencahayaan alami.
- Untuk mengetahui sistem pencahayaan alami..
- Untuk mengtahui layout dari pencahayaan alami
- Untuk mengetahui kapasitas pencahayaan alamii perruangan.

I.4 Manfaat

Dengan ini diharapkan pembaca mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang


mendalam mengenai pencahayaan alami secara maksimal dan efisien.

2
BAB II

METODE DAN OBJEK

II.1. Metodologi Pendataan

- Studi Pustaka
Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha dalam memperoleh data
yang bersifat teori sebagai pembanding data penelitian yang diperoleh.
Data tersebut dapat diperoleh dari interatur, catatan kuliah serta tulisan
lain yang berhubungan dengan penelitian
- Metode Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengamati secara langsung
dilapangan

II.2. Metode Analisis

- Metode Kuantitatif
 Penggumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan
mengguna-kan alat yang objektif dan baku
 Melibatkan perhitungan angka atau kuantifikasi data
- Metode Kualitatif
 Merumuskan masalah
Merupakan pertanyaan mengenai objek yang jelas batas-batasnya
serta dapat diidentifikasikan factor-faktor yang terkait didalamnya
 Perumusan hipotesis
Merupakan jawaban sementara yang diajukan
 Pengujian hipotesis
Pengumpulan fakta-fakta yang diajukan untuk memperlihatkan
apakah terdapat fakta-fakta yang dapat mendukung hipotesis tersebut

3
 Penarikan kesimpulan

II.3. Identitas Proyek

Objek merupakan rumah tinggal yang berlokasi di jalan sekar tunjung Gatsu
Timur, objek ini dikerjakan oleh contractor sarana kreasi. Pada lantai satu,
objek rumah tinggal ini terdapat 9 ruangan diantaranya 1 kamar utama, 2
toilet, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 garasi, 1 daput, 1 kamar pembantu, 1
pantry area sementara Pada lantai dua, objek rumah tinggal ini terdapat 7
ruangan diantaranya 3 kamar tidur, 1 ruang jemur, 1 gudang, 1 toilet, dan 1
ruang keluarga

4
BAB III
PEMBAHASAN
PENCAHAYAAN ALAMI

Pada zaman ini kehidupan manusia dan hewan sebagai makluk hidup
yang memiliki sekaligus mengandalkan penglihatan dalam melakukan suatu
aktivitas yang sangat membutuhkan bantuan cahaya. Tanpa disadari bahwa
cahaya pada indera penglihatan tidak akan dapat berfungsi dengan baik.
Makhluk hidup membutuhkan cahaya agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Pencahayaan dapat memainkan perannya yang sangat penting dalam
arsitektur, baik dalam menunjang fungsi ruang dan berlangsungnya berbagai
kegiatan di dalam ruang, membentuk citra visual, maupun menciptakan
kenyamaan dan keamanan bagi para pengguna ruang.
Jauh sebelumnya Thomas A. Edison menciptakan sebuah lampu, manusia
memiliki keterangan yang sangat besar pada cahaya alami, baik pada siang hari
dan terlebih pada waktu malam hari.
Manusia juga memang tidak lepas dari sumber cahaya alami, bukan
semata – mata karena kebutuhan visual, namun juga karena cahaya alami
mampu memberikan atmosfer yang sangat berbeda. Cahaya selalu identic
dengan kehangatan, karena cahaya seringkali juga disertai oleh temperature
yang lebih tinggi oleh karena energy yang menyertai kehadirannya.

Istilah umum yang digunakan dalam pencahayaan adalah sebagai berikut :


1. Lumen merupakan satuan lux cahaya yang dipancarkan di dalam satuan
unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang
seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumer per m2.
2. Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap yang terdiri dari sebuah
lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pada cahaya,
penempatan dan perlindungan lampu, dan dapat dihubungkannya lampu
ke stopkontak.
3. Lux adalah satuan ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-
rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada
area yang sudah ditentukan.

5
Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda
penerang alami seperti matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang ruang.
Karena berasal dari alam, cahaya alami bersifat tidak menentu, tergantung
pada situasi iklim, dan cuaca.
Berdasarkan tata cara penerangan sistem pencahayaan pada gedung yang
diatur dalam SNI 63-6575-2001, sistem pencahayaan dapat dibedakaan dari :
a) Sistem pencahayaan merata
Suatu sistem memberikan tingkat pencahayaan yang merata diseluruh
ruangan dan dapat digunakan jika terdapat visual yang dilakukan diseluruh
tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang cukup.

b) Sistem pencahayaan setempat


Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak
merata. Ditempat yang dapat diperlukan untuk melakukan tugas visual yang
memerlukan tingkat pencahayaan yang cukup tinggi, diberikan cahaya yang
lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya.
c) Sistem pencahayaan merata dan setempat
Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambahkan suatu
sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata. Sistem
pencahayaan gabungan dianjurkan yaitu :
1. Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan
cahaya yang dating dari arah tertentu.
2. Pencahayaan merata dapat terhalang, sehingga tidak dapat
sampai pada tempat yang terhalang tersebut.
3. Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk
orang-orang yang lebih tua atau yang kemampuan penglihatannya
yang sudah berkurang.
Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan

2.1 Kenyamanan Visual

Kenyamanan visual adalah kebutuhan akan tingkat penerangan yang baik di


didalam suatu ruangan. Pencahayaan yang baik, merupakan pencahayaan yang dapat
memenuhi kebutuhan akan penggunanya, terkait dengan jenis kegiatan yang
dilakukan di dalam ruang tersebut.

2.2 Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan

6
Untuk mencapai kenyamanan visual dalam suatu ruangan, diperlukan
pengaturan terhadap intensitas cahaya yang masuk. Berikut ini merupakan SNI tata
cara sistem pencahayaan untuk rumah tinggal atau hunian:

Persyaratan Umum pada Penerangan Siang Hari di Ruang Bagian Dalam

Untuk mendapatkan pencahayaan pada suatu ruang, dapat dilihat dari fungsi ruang dan lama
penggunaan ruang itu sendiri. System penggunaan pencahayaan dapat dibedakan menjadi 5
yaitu:

a) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan,
tetapi ada kelemahannya karena dapat me nimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada
didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan

b) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

7
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan
sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui
bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean
pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%

c) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan
dan kesilauan masih ditemui.

d) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

e) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding


bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh
langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan
pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan
bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total
yang jatuh pada permukaan kerja.

8
BAB IV

OBJEK PENELITIAN

Informasi Objek
Rumah lantai 2 di daerah Sekar Tunjung, Denpasar, Bali.
Denah rumah:
 Lantai 1

9
Denah Kusen Lantai 1

Denah Kusen Lantai 2

10
Lay out Pencahayaan alami pada objek

 Master Bed Room Lanttai 1

Diliahat pada ruangan ini memiliki lima bukaan berupa 4 jendela dan 1 pintu sebagai tempat
masuknya pencahayaan alami.
Pada ruangan ini menggunakan jenis jendela tipe J4 yang berisikan 4 buah jendela
dengan luasan tinggi 1950 mm dan lebar kusen 700 mm perjendela dan total lebar adalah
2800 mm dan tinggi 1950 mm. pada bagian pintu yang digunakan merupakan jenis pintu P1
dengan material berupa kayu dengan ukuran lebar 800mm dan tinggi 2200

11
Demikian dengan ukuran jendela yang lebar dan cukup tinggi sehingga cahaya matahari
yang dapat dijangkau oleh ruangan dapat secara merata dengan bantuan pencahayaan alami dari
bukaan pintu. Namun pencahayaan alami tidak terdapat pada kamar mandi tetapi hanya terdapat
bukaan untuk penghawaan alami. Tingkat pencahayan pada ruangan ini cukup baik untuk
beraktivitas dan kurang pada kamar mandi dengan bantuan lampu sebagai pencahayaan
buatannya.

 Ruang Tamu dan Keluarga Lantai 1

Pada denah ruangan ini terdapat pintu dengan jendela dan sliding door dengan jendelanya
sebagai tempat masuknya pencahayaan alami yang masuk ruangan.

Pada bagian pintu depan dengan 2 jendela disamping ( PD1) memiliki ukuran lebar 1500
mm dan tinggi 2450 mm pada pintu, untuk lebar 600 mm dan tinggi 2400mm pada masing-masing
jendela dan total ukuran lebar 2600 mm dan tinggi 2450mm, pintu ini menggunakan material kayu
sehingga dapat menyalurkan cahaya pada saat pintu terbuka. Dengan demikian ukuran jendela dan

12
pintu yang tinggi, cahaya dapat menembus ruang keluarga dan lebar bukaan bekisar 80% dari lebar
ruangan. Maka cahaya yang disalurkan akan merata pada setiap sisi ruangan

Pada bagian sliding door dengan 2 jendela disamping (PS1) memiliki ukuran lebar 1400mm
dan tinggi berkisar 2200mm pada sliding door, lebar 700 mm dan tinggi 2000mm pada jendela dan
untuk ukuran total lebar 2800mm dan tinggi 2200mm, sliding door ini memiliki material kaca yang
tahan panas pada sinar matahari dan dapat menyalurkan cahaya pada pintu tertutup, cahaya yang
dihasilkan tadi dapat merata pada tiap sisi ruangan.

13
 Maid room lantai 1

Untuk ruangan ini terdapat satu pintu dan jendela sebagai tempat masuknya sinar
matahari sebagai pencahayaan alami.

Pada bagian pintu dan jendela yang digunakan merupa tipe PJ1 dengan lebar 800 mm dan tinggi
2200mm pada pintu dan lebar 650 mm dan tinggi 1300mm pada jendela. Pada pencahayaan alami
hanya menjangkau pada tempat tidur sedangkan pada bagian depan toilet kurang cukup dan di
bagian toilet juga tidak ada bukaan untuk penghawaan maupun pencahayaan pada ruangan ini
terbilang cukup kurang. Hanya ada pencahayaan buatan berupa lampu.

 Dapur dan pantry lantai 1

Pada bagian dapur untuk pencahayaan alami yang


didapat hanya bagian dari ruang disekitar area tersebut
dan tidak secara langsung, pada pantry juga
mendapatkan pencahayaan alami dari ruang keluarga.
Untuk tingkat pencahyaan pada ruangan ini terbilang
sangat kurang untuk sebuah area dapur.

14
 Ruang makan dan area toilet

Pada bagian area ruang makan ini mendapatkan pencahayaan buatan dan alami dari ruang
keluarga dan jenis jendela berupa tipe Kaca Mati ( KMC 2 ). Pada area toilet tidak menggunakan
pencahayaan alami tetapi menggunakan pencahayaan buatan berupa lampu yang sebagai
penerangan pada ruangan.

Untuk jendela nya memiliki ukuran lebar 800mm dan tingginya berkisar 4800mm. dengan ukuran
jendela yang cukup tinggi maka cahaya yang masuk dapat menembus/masuk
pada ruang makan.Untuk tingkat pencahayaan pada ruang makan ini terbilang
cukup baik sedangkan pada bagian toilet sangat kurang.

 Kamar tidur lantai 2

Pada masing-masing area kamar tidur terdapat tiga bukaan yaitu berupa 2 jendela dan 1
pintu pada disetiap kamar sebagai tempat masuknya pencahayaan alami. Untuk pintu

15
yang digunakan adalah jenis tipe P1 dan jendela tipe J2A pada ruangan kiri dan J2 pada
ruangan kanan dengan lebar 800mm dan tinggi 2200mm untuk bagian pintu, lebar
1200mm dan tinggi 2500mm untuk jendela J2A dan lebar 1200mm dan tinggi 2000mm
pada jendela J2. Untuk jendela J2A memberikan cahaya yang menembus lebih jauh dari
jenis jendela J2, dengan demikian luasan ruang kiri lebih kecil dari ruangan kanan maka
untuk pencahayaan alami pada ruangan kiri lebih baik dari ruangan kanan.

16
 Ruang keluarga lantai 2

Pada bagian area keluarga memiliki pencahayaan alami yang cukup banyak yang didapatkan dari
bukaan jendela yang banyak.

Jendela yang digunakaan adalah jenis tipe kaca mati ( KCM4 dan KCM 1 ) sebanyak 3 buah, dan KCM
2. Untuk lebar ukurannya 2900mm dan tinggi 1100mm untuk KCM 4, sedangkan lebar 800mm dan
tinggi 4800mm pada KCM2, lebar 650mm dan tinggi 2200m pada KCM1. Untuk tipe KCM
4 dapat menyalurkan cahaya dengan sangat merata namun tidak dapat menjangkau jauh untuk
sisi area lainnya, Jendela KCM 1 dengan penempatanya yang cukup renggang dapat
menyebarluaskan dengan merata dan dengan ukuran yang tinggi, cahaya dapat menembus
cukup jauh. KCM2 memiliki ukkuran yang sangat tinggi sehingga dapat mengjangkau hingga
ke ujung. Tingkat pencahayaan terbilang terang untuk ruang keluarga.

17
 Kamar tidur lantai 2

Pada ruangan ini terdapat tiga


bukaan beupa 2 jendela dan 1 pintu sebagai
temppat masuknya pencahayaan alami.

Pintu yang digunakan bertipe P1 dan


jendela bertipe J2 dengan ukuran lebar
800mm dan tinggi 2200mm untuk
pintu,lebar 1200mm dan tinggi 2100mm
pada jendela J2. Cahaya yang dihasilkan
pada ruangan ini terbilang cukup terang.

 Gudang dan Toilet Lantai 2

Pada ruangan ini gudang dan toilet


hanya menerima cahaya dari ruangan
sebelumnya melalui pintu, Tingkat
pencahayaan terbilang cukup kurang.

18
. Pendalaman Pencahayan alami secara keseluruhan

Kondisi langit pada site merupakan overcast ( mendung) dan clearsky ( cerah ).
Dengan orientasi bangunan menghadap ke utara yang memberi efek sudut cahaya yang lebih
besar (intensitas cahaya kurang ) namun menerima sinar matahari yang konsisten tiap
tahunya. Luasan ruang yang tidak terlalu besar sehingga cahaya yang masuk melalui jendela
dapat menjangkau pada titik terjauh, penggunaa jendela pada rumah ini menggunakan
jendela dengan lubang yang meninggi, dengan ukkurannya yang meninggi maka cahaya
dapat mempenertrasi lebih baik.

19
KESIMPULAN & PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :


 Pada rumah tinggal yang diobservasi jenis pencahayaan alami nya menggunakan
Bukaan Jendela dan pintu.
 Penggunaan bukaan untuk pengcahayaan alami beberapa ruang sudah cukup
bagus seperti kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, kamar
mandi.
 Beberapa ruang memiliki pengcahayaan alami yang minim dan tidak ada sama
sekali seperti pada dapur, gudang, dan kamar pembantu
 Perhitungan jumlah dan luas bukan terbilang sudah cukup bagus dilihat dari
penempatan luas bukaan yang sesuai dengan luas ruang.

V.2. Saran

Dalam penyusunan makalah hendaknya menyiapkan bahan atau referensi yang


relevan dan sesuai sehingga dapat mempermudah kita dalam penyusunannya. Selain
itu gunakan juga beberapak referensiyang berbeda namun dapat dipertanggung
jawabkan. Serta memiliki landasan dari segi isi maupun penulisan.
Saran bagi pemilik rumah : agar mempertimbangkan bukaan pada toilet dan
beberapa ruang yang tidak memiliki pencahayaan alami.
Saran bagi pembaca : makalah ini diharapkan dapat memberikan refrensi
ataupun pembelajaran dalam perancangan dengan pencahayaan alami.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, Susanti., 2018. “Pengaruh-bukaan-terhadap-pencahayaan-alami-bangunan-tropis-


indonesia” diakses pada Senin, 1 Desemberr 2019 pukul 08.10 pm. Dikutip dari
https://docplayer.info/70806041-Pengaruh-bukaan-terhadap-pencahayaan-alami-bangunan-
tropis-indonesia.html

Anonim, 2015, “Pengaturan Penghawaan dan Pencahayaan Pada Bangunan” diakses pada
Senin, 1 Desember 2019 pukul 09.20 pm. Dikutip dari
http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturan-penghawaan-dan-
pencahayaan-pada-bangunan/

21

Anda mungkin juga menyukai