Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami selaku penyusun, sehingga dapat
menyelesaikan makalah mengenai “Pencahayaan Alami Rumah Tinggal di Gatsu, Bali.
Penyusunan makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 1
tahun ajaran 2019/2020 dan makalah ini juga sebagai bukti bahwa kami selaku penyusun telah
melaksanakan pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan-kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun dari ilmu
pengetahuan yang dikuasai. Oleh karena itu kami selaku penyusun mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan pembuatan laporan atau karya tulis dimasa
mendatang. Atas pehatian dan waktunya penulis ucapkan terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
V.2. Saran................................................................................................................... 20
iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
I.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana sistem pencahayaan alami dari rumah tinggal yang berlokasi
di gatsu?
- Komponen apa saja pada pencahayaan alami yang ada pada rumah
tinggal yang berlokasi di gatsu?
- Bagaimanakah sistem LayOut pencahayaan pada rumah tinggal yang
berlokasi di gatsu?
- Berapakah kapasitas pencahayaan alami pada rumah tinggal yang
berlokasi di gatsu?
I.3 Tujuan
- Mampu memahami prinsip-prinsip dasar sistem lingkungan dan utilitas
terutama dalam materi pencahayaan alami
- Mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar sistem lingkungan dan utilitas
terutama dalam materi pencahayaan alami.
- Untuk mengetahui sistem pencahayaan alami..
- Untuk mengtahui layout dari pencahayaan alami
- Untuk mengetahui kapasitas pencahayaan alamii perruangan.
I.4 Manfaat
2
BAB II
- Studi Pustaka
Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha dalam memperoleh data
yang bersifat teori sebagai pembanding data penelitian yang diperoleh.
Data tersebut dapat diperoleh dari interatur, catatan kuliah serta tulisan
lain yang berhubungan dengan penelitian
- Metode Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengamati secara langsung
dilapangan
- Metode Kuantitatif
Penggumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan
mengguna-kan alat yang objektif dan baku
Melibatkan perhitungan angka atau kuantifikasi data
- Metode Kualitatif
Merumuskan masalah
Merupakan pertanyaan mengenai objek yang jelas batas-batasnya
serta dapat diidentifikasikan factor-faktor yang terkait didalamnya
Perumusan hipotesis
Merupakan jawaban sementara yang diajukan
Pengujian hipotesis
Pengumpulan fakta-fakta yang diajukan untuk memperlihatkan
apakah terdapat fakta-fakta yang dapat mendukung hipotesis tersebut
3
Penarikan kesimpulan
Objek merupakan rumah tinggal yang berlokasi di jalan sekar tunjung Gatsu
Timur, objek ini dikerjakan oleh contractor sarana kreasi. Pada lantai satu,
objek rumah tinggal ini terdapat 9 ruangan diantaranya 1 kamar utama, 2
toilet, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 garasi, 1 daput, 1 kamar pembantu, 1
pantry area sementara Pada lantai dua, objek rumah tinggal ini terdapat 7
ruangan diantaranya 3 kamar tidur, 1 ruang jemur, 1 gudang, 1 toilet, dan 1
ruang keluarga
4
BAB III
PEMBAHASAN
PENCAHAYAAN ALAMI
Pada zaman ini kehidupan manusia dan hewan sebagai makluk hidup
yang memiliki sekaligus mengandalkan penglihatan dalam melakukan suatu
aktivitas yang sangat membutuhkan bantuan cahaya. Tanpa disadari bahwa
cahaya pada indera penglihatan tidak akan dapat berfungsi dengan baik.
Makhluk hidup membutuhkan cahaya agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Pencahayaan dapat memainkan perannya yang sangat penting dalam
arsitektur, baik dalam menunjang fungsi ruang dan berlangsungnya berbagai
kegiatan di dalam ruang, membentuk citra visual, maupun menciptakan
kenyamaan dan keamanan bagi para pengguna ruang.
Jauh sebelumnya Thomas A. Edison menciptakan sebuah lampu, manusia
memiliki keterangan yang sangat besar pada cahaya alami, baik pada siang hari
dan terlebih pada waktu malam hari.
Manusia juga memang tidak lepas dari sumber cahaya alami, bukan
semata – mata karena kebutuhan visual, namun juga karena cahaya alami
mampu memberikan atmosfer yang sangat berbeda. Cahaya selalu identic
dengan kehangatan, karena cahaya seringkali juga disertai oleh temperature
yang lebih tinggi oleh karena energy yang menyertai kehadirannya.
5
Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda
penerang alami seperti matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang ruang.
Karena berasal dari alam, cahaya alami bersifat tidak menentu, tergantung
pada situasi iklim, dan cuaca.
Berdasarkan tata cara penerangan sistem pencahayaan pada gedung yang
diatur dalam SNI 63-6575-2001, sistem pencahayaan dapat dibedakaan dari :
a) Sistem pencahayaan merata
Suatu sistem memberikan tingkat pencahayaan yang merata diseluruh
ruangan dan dapat digunakan jika terdapat visual yang dilakukan diseluruh
tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang cukup.
6
Untuk mencapai kenyamanan visual dalam suatu ruangan, diperlukan
pengaturan terhadap intensitas cahaya yang masuk. Berikut ini merupakan SNI tata
cara sistem pencahayaan untuk rumah tinggal atau hunian:
Untuk mendapatkan pencahayaan pada suatu ruang, dapat dilihat dari fungsi ruang dan lama
penggunaan ruang itu sendiri. System penggunaan pencahayaan dapat dibedakan menjadi 5
yaitu:
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan,
tetapi ada kelemahannya karena dapat me nimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada
didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan
7
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan
sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui
bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean
pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan
dan kesilauan masih ditemui.
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
8
BAB IV
OBJEK PENELITIAN
Informasi Objek
Rumah lantai 2 di daerah Sekar Tunjung, Denpasar, Bali.
Denah rumah:
Lantai 1
9
Denah Kusen Lantai 1
10
Lay out Pencahayaan alami pada objek
Diliahat pada ruangan ini memiliki lima bukaan berupa 4 jendela dan 1 pintu sebagai tempat
masuknya pencahayaan alami.
Pada ruangan ini menggunakan jenis jendela tipe J4 yang berisikan 4 buah jendela
dengan luasan tinggi 1950 mm dan lebar kusen 700 mm perjendela dan total lebar adalah
2800 mm dan tinggi 1950 mm. pada bagian pintu yang digunakan merupakan jenis pintu P1
dengan material berupa kayu dengan ukuran lebar 800mm dan tinggi 2200
11
Demikian dengan ukuran jendela yang lebar dan cukup tinggi sehingga cahaya matahari
yang dapat dijangkau oleh ruangan dapat secara merata dengan bantuan pencahayaan alami dari
bukaan pintu. Namun pencahayaan alami tidak terdapat pada kamar mandi tetapi hanya terdapat
bukaan untuk penghawaan alami. Tingkat pencahayan pada ruangan ini cukup baik untuk
beraktivitas dan kurang pada kamar mandi dengan bantuan lampu sebagai pencahayaan
buatannya.
Pada denah ruangan ini terdapat pintu dengan jendela dan sliding door dengan jendelanya
sebagai tempat masuknya pencahayaan alami yang masuk ruangan.
Pada bagian pintu depan dengan 2 jendela disamping ( PD1) memiliki ukuran lebar 1500
mm dan tinggi 2450 mm pada pintu, untuk lebar 600 mm dan tinggi 2400mm pada masing-masing
jendela dan total ukuran lebar 2600 mm dan tinggi 2450mm, pintu ini menggunakan material kayu
sehingga dapat menyalurkan cahaya pada saat pintu terbuka. Dengan demikian ukuran jendela dan
12
pintu yang tinggi, cahaya dapat menembus ruang keluarga dan lebar bukaan bekisar 80% dari lebar
ruangan. Maka cahaya yang disalurkan akan merata pada setiap sisi ruangan
Pada bagian sliding door dengan 2 jendela disamping (PS1) memiliki ukuran lebar 1400mm
dan tinggi berkisar 2200mm pada sliding door, lebar 700 mm dan tinggi 2000mm pada jendela dan
untuk ukuran total lebar 2800mm dan tinggi 2200mm, sliding door ini memiliki material kaca yang
tahan panas pada sinar matahari dan dapat menyalurkan cahaya pada pintu tertutup, cahaya yang
dihasilkan tadi dapat merata pada tiap sisi ruangan.
13
Maid room lantai 1
Untuk ruangan ini terdapat satu pintu dan jendela sebagai tempat masuknya sinar
matahari sebagai pencahayaan alami.
Pada bagian pintu dan jendela yang digunakan merupa tipe PJ1 dengan lebar 800 mm dan tinggi
2200mm pada pintu dan lebar 650 mm dan tinggi 1300mm pada jendela. Pada pencahayaan alami
hanya menjangkau pada tempat tidur sedangkan pada bagian depan toilet kurang cukup dan di
bagian toilet juga tidak ada bukaan untuk penghawaan maupun pencahayaan pada ruangan ini
terbilang cukup kurang. Hanya ada pencahayaan buatan berupa lampu.
14
Ruang makan dan area toilet
Pada bagian area ruang makan ini mendapatkan pencahayaan buatan dan alami dari ruang
keluarga dan jenis jendela berupa tipe Kaca Mati ( KMC 2 ). Pada area toilet tidak menggunakan
pencahayaan alami tetapi menggunakan pencahayaan buatan berupa lampu yang sebagai
penerangan pada ruangan.
Untuk jendela nya memiliki ukuran lebar 800mm dan tingginya berkisar 4800mm. dengan ukuran
jendela yang cukup tinggi maka cahaya yang masuk dapat menembus/masuk
pada ruang makan.Untuk tingkat pencahayaan pada ruang makan ini terbilang
cukup baik sedangkan pada bagian toilet sangat kurang.
Pada masing-masing area kamar tidur terdapat tiga bukaan yaitu berupa 2 jendela dan 1
pintu pada disetiap kamar sebagai tempat masuknya pencahayaan alami. Untuk pintu
15
yang digunakan adalah jenis tipe P1 dan jendela tipe J2A pada ruangan kiri dan J2 pada
ruangan kanan dengan lebar 800mm dan tinggi 2200mm untuk bagian pintu, lebar
1200mm dan tinggi 2500mm untuk jendela J2A dan lebar 1200mm dan tinggi 2000mm
pada jendela J2. Untuk jendela J2A memberikan cahaya yang menembus lebih jauh dari
jenis jendela J2, dengan demikian luasan ruang kiri lebih kecil dari ruangan kanan maka
untuk pencahayaan alami pada ruangan kiri lebih baik dari ruangan kanan.
16
Ruang keluarga lantai 2
Pada bagian area keluarga memiliki pencahayaan alami yang cukup banyak yang didapatkan dari
bukaan jendela yang banyak.
Jendela yang digunakaan adalah jenis tipe kaca mati ( KCM4 dan KCM 1 ) sebanyak 3 buah, dan KCM
2. Untuk lebar ukurannya 2900mm dan tinggi 1100mm untuk KCM 4, sedangkan lebar 800mm dan
tinggi 4800mm pada KCM2, lebar 650mm dan tinggi 2200m pada KCM1. Untuk tipe KCM
4 dapat menyalurkan cahaya dengan sangat merata namun tidak dapat menjangkau jauh untuk
sisi area lainnya, Jendela KCM 1 dengan penempatanya yang cukup renggang dapat
menyebarluaskan dengan merata dan dengan ukuran yang tinggi, cahaya dapat menembus
cukup jauh. KCM2 memiliki ukkuran yang sangat tinggi sehingga dapat mengjangkau hingga
ke ujung. Tingkat pencahayaan terbilang terang untuk ruang keluarga.
17
Kamar tidur lantai 2
18
. Pendalaman Pencahayan alami secara keseluruhan
Kondisi langit pada site merupakan overcast ( mendung) dan clearsky ( cerah ).
Dengan orientasi bangunan menghadap ke utara yang memberi efek sudut cahaya yang lebih
besar (intensitas cahaya kurang ) namun menerima sinar matahari yang konsisten tiap
tahunya. Luasan ruang yang tidak terlalu besar sehingga cahaya yang masuk melalui jendela
dapat menjangkau pada titik terjauh, penggunaa jendela pada rumah ini menggunakan
jendela dengan lubang yang meninggi, dengan ukkurannya yang meninggi maka cahaya
dapat mempenertrasi lebih baik.
19
KESIMPULAN & PENUTUP
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, “Pengaturan Penghawaan dan Pencahayaan Pada Bangunan” diakses pada
Senin, 1 Desember 2019 pukul 09.20 pm. Dikutip dari
http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturan-penghawaan-dan-
pencahayaan-pada-bangunan/
21