Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Suatu tempat kerja yang nyaman dapat meningkatkan gairah kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prokduktifitas kerja. Sedangkan tempat kerja yang tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan

bertambahnya beban kerja. Kondisi lingkungan kerja mempengaruhi kinerja para pekerja di lingkungan kerja, keadaan yang nyaman akan membuat pekerja mampu meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi ialah intensitas penerangan pada lingkungan kerja. Hal tersebut menjadi penting di samping beberapa faktor lainnya. Jika salah satu faktor ini dapat dipenuhi maka pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan nyaman karena intensitas penerangan yang cukup dan memenuhi standard. Banyak industri yang terkadang sering melupakan hal yang sangat sederhana mengenai intensitas penerangan di lingkungan kerja. Hal itu bisa saja terjadi karena beberapa faktor, misalnya dari segi biaya sehingga sebuah industri tidak mau mengeluarkan uang untuk kepentingan tersebut..Hal ini dapat mengakibatkan pada penurunan produktivitas pekerja di lingkungan kerja. Jika hal tersebut terjadi tentu akan merugikan sebuah industri. Intensitas penerangan yang cukup diharapkan dapat memberi solusi agar pekerja dapat bekerja secara nyaman, sehingga produktivitas kerja yang dihasilkan tinggi dan sebuah perusahaan atau industri dapat meraih keuntungan. Penerangan yang baik memungkinkan tanaga kerja untuk melihat obyek yang dikerjakannya secara jelas, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu lebih. Penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang nyaman(Sumamur, 2000). Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat suatu karakteristika dari indera penglihatan. Upaya-upaya yang dilakukan agar dapat melihat

obyek dengan lebih baik dan pengaruh termasuk pencahayaan terhadap lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan alat yang bernama luxmeter untuk mengetahui intensitas penerangan yang dihasilkan dari sumber penerangan di Kelas PPNS, studio gambar, dan lain-lain. Sehingga dengan mengetahui kondisi penerangan di ruangan tersebut diharapkan dapat member rekomendasi yang sesuai dengan kondisi kerja. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana cara membuat analisa survey awal? 2. Bagaimana cara melakukan pengukuran intensitas penerangan? 3. Bagaimana cara melakukan analisa hasil pengukuran? 4. Apakah hubungan antara penerangan dengan luas tempat kerja?

1.3

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mahasiswa mampu membuat analisa survey dalam pengukuran penerangan dan pemetaan ruangan (mapping) 2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran penerangan dengan

menggunakann lux meter 3. Mahasiswa mampu melakukan analisa hasil pengukuran dengan membandingkan dengan standart serta menentukan kondisi ideal sesuai dengan landasan teori yang benar. 4. Mahasiswa mampu membuat analisa tentang hubungan antara

penerangan dengan luas tempat kerja.

1.4

Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dilakukan pada area PPNS dengan batasan ruang yaitu Studio Gambar dan ruang kelas 2. Pengambilan data di laksanakan pada hari Senin, 8 April 2013 mulai pukul 07.00 sampai 10.25

3. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah lux meter dan meteran. 4. Standar yang digunakan adalah SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Dasar Teori Penerangan di tempat kerja sangat berpengaruh terhadap keadaan kesehatan keselamatan dan produktivitas tenaga kerja . penerangan yang buruk secara lansung tidak menyebabkan kerusakan pada mata namun sring menimbulkan kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata. Sedangkan penerangan yang terlalu kuat juga tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kesilauan. Alat yang digunakan untuk intensitas penerangan adalah luxmeter. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energy cahaya menjadi tenaga listrik oleh photo elektrik cell. Intensitas penerangan diukur dengan 2 cara , yaitu: 1. Penerangan umum , pengukuran dilakukan setiap meter persegi luas lantai , dengan tinggi pengukuran kuang lebih 85 cm dari lantai(setinggi pinggang) 2. Penerapan local, diukur ditempat kerja atau meja kerja pada obyek yang dilihat oleh tenaga kerja. Keadaan penerangan di tempat kerja memadai atau tidak selain ditentukan oleh kualitas atau tinggi luminasi yang menyebabkan obyek dan sekitarnya terlihat dengan jelas, juga di tentukan oleh kualitas penerangan tersebut yang di antaranya menyangkut arah dan penyebaran/distribusi cahaya, tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula dengan dekorasi tempat kerja atau warna dari dinding, langit-langit , peralatan kerja dan lain-lainnya juga berpengaruh dalam tingkat penerangan di tempat kerja Faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran intensitas penerangan dalam ruangan antara lain adalah efisiensi penerangan yang dipengaruhi oleh: rendemen armature/distribusi cahaya/faktor refleksi/ pemantulan/ indeks ruangan/ bentuk-bentuk penyusutan/depresiasi.

Sehingga diperlukan kemampuan teori dan praktek yang baik agar diperoleh hasil analisa yang akurat agar dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan

K3 khususnya penerangan yang baik dalam lingkungan. Dua macam pengukuran penerangan adalah 1. 2. Pengukuran penerangan umum Pengukuran penerangan lokal Penentuan titik pengukuran penerangan umum yaitu potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi 1 meter dari lantai. Penentuan titik lokal yaitu obyek kerja berupa meja kerja maupun peralatan , ila merupakan meja kerja, pengukuran dapat diliakukan di atas meja yang ada. Jarak tertentu dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut: 1. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi Titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti gambar 2.1 berikut 1m 1m 1m 1m

1m

1m Gambar 2.1 Penentuan Titik Pengukuran Penentuan Umum dengan luas Kurang dari 10 m2
(Sumber : SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja)

2.

Luas ruangan antara 10 meter persgi sampai 100 mter persegi Titik potong garis horizontal psnjsng dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persgi seperti gambar 2.2 berikut ini

Gambar 2.2

Pentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Antara 10 m2100 m2

(Sumber:

SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja)

3.

Luas ruangan lebih dari100 meter persegi Titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan lebih dari 100 m seperti gambar 2.3 berikut: 6m 6m 6m 6m

6m

6m

6m Gambar 2.3 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Lebih dari 100 m (Sumber:
SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja)

Dalam ruang lingkup pekerjaan,faktor yang menentukan visibilitas guna memudahkan dilakukannya pekerjaan adalah ukuran obyek, derajat kontras di antara obyek, sekelilingnya luminensi (brightness) lapangan penglihatan yang tergantung dari pencahayaan, dan pemantulannya pada arah pengamat, serta lama waktunya melihat. Faktor - faktor demikian dapat saling mengimbangi satu dengan yang lainnya misalnya, suatu obyek dengan kontras yang kurang dapat dilihat apabila obyek tersebut cukup besar dan bila penerangan cukup baik. Konsep ini sangat penting pengaruhnya

terhadap arti ketajaman penglihatan yang diartikan sebagai harga kebalikan dari ukuran obyek terkecil dan dapat dilihat. Ukuran yang terkecil itu ternyata masih tergantung kepada kontras dan tingkat penerangan. Ukuran suatu obyek dinyatakan dengan derajad sudut penglihatan (Sumamur, 2000) Pengertian sederhana dari sifat keterlihatan (visibilitas) suatu obyek bagi seseorang adalah perbandingan antara ukuran obyek dan ukuran obyek terkecil yang dapat dilihat. Jika ukuran sudut terkecil yang dapat dilihat adalah Do, sedangkan D adalah ukuran sudut suatu benda , maka visibilitasnya adalah V = D / Do. Atau jika benda berukuran garis setinggi h dan di lihat pada jarak d. Maka V = 3400 x h/d Table 2.1 Derajat Visibilitas Perbandingan ukuran 2.5 atau lebih 1- <2.5 Lebih kecil dari 1 Visibilitas Terlihat dengan mudah Perlu upaya agar terlihat Tidak terlihat

Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Sumamur, 2000)

Upaya mata yang berlebihan menjadi sebab kelelahan psikis / mental. Gejala-gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, berkurangnya daya konsentrasi, dan melambatnya kecepatan berfikir. Lebih dari itu, bila tenga kerja mencoba mendekatkan matanya terhadap obyek untuk memperbesar ukuran benda (visibilitas),terjadi upaya akomodasi mata yang lebih dipaksakan, sehingga mungkin terjadi penglihatan rangkap atau (dobel) atau kabur. Gejala demikian biasanya, disertai pula oleh perasaan sakit kepala di daerah atas mata. Menurut DR.Sumamur P.K.MSc ketajaman penglihatan berkurang dengan bertambahnya usia. Pada tenaga kerja yang berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6 melainkan berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dari ketajaman yang sama. Perbandingan ukuran benda untuk orang berusia lebih dari 40 tahun dapat dihitung dari rumus R40+x =2.5-0.05x, maka dari itu perlu pembesaran obyek, kontras yang lebih baik dan penerangan yang jelas. Sehubungan dengan itu, perlu upaya:

a. Perbaikan kontras. Cara ini termudah dan tersederhana, serta dilakukan dengan memilih latar belakang penglihatan yang tepat tetapi kontras selalu ditentukan oleh sifat bahan yang tidak dapat dirubah atas permintaan dari tenaga kesehatan. b. Meninggikan penerangan. Biasanya, intensitas penerangan harus sekurang kurangnya 2x dibesarkan. Dalam berbagai hal, masih perlu dipasang lampu lampu ditempat kerja untuk lebih mempermudak penglihatan. c. Penempatan tenaga kerja dengan visus yang setinggi tingginya. Kerja malam harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang berusia muda, yang apabila usianya bertanbah yang bersangkutan dapat ditempatkan pada pekerjaan yang kurang memerlukan ketelitian. Dapat pula digunakan alat pembesar sehingga dapat melihat obyek dengan mudah, namun dalam hal ini terdapat kerugian sebagai berikut: a. Lapangan penglihatan menjadi terbatas b. Berkurangnya pengguna potensi mata untuk berakomodasi c. Terganggunya koordinasi antara indera penglihatan dan gerakan tangan d. Kepala harus tetap berada pada posisi tertentu. Alat bantu yang dapat memperbaiki kerugian ini adalah semacam penggunaan televisi yang di sertai dengan pembesaran visibilitas obyek. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat obyek pekerjaannya dengan teliti, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Penerangan yang baik ditentukan oleh faktorfaktor: a. Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan b. Pencegahan terhadap kesilauan c. Pengaturan arah sinyal d. Penggunaan warna yang di pakai untuk penerangan e. Pemakaian sumber cahaya yang tidak atau minimal yang menimbulkan panas terhadap lingkungan.

Table 2.2 Standart IES (Illuminating Engineering Society) Nilai level iluminasi Tempat Jenis pekerjaan Sangat baik Pembukuan, mengetik, membaca, menulis, melayani Kantor biasa mesin-mesin kantor Ruang arsip, tangga, gang, ruang tunggu Ruang kelas Ruang gambar Ruang jahit-menjahit Pembuatan jam tangan, instrument kecil dan halus, mengukir Industri Pekerjaan pemasangan halus, menyetel mesin bubut otomatis, bubut halus, poles Pekerjaan bor, bubut kasar, pekerjaan biasa Etalase took besar Toko Toko lain 1000 500 1000 500 2000 1000 500 2500 250 500 1000 1000 150 250 500 500 1000 500 Baik

Sekolah

2000

1000

Rumah ibadah Kamar tidur, kamar mandi, Rumah tinggal kamar rias, dapur Penerangan umum

250

125

500 250

250 125

Sumber: Standart berdasarkan IES ( Iluminating Engineering Society)

Tabel 2.3 Standart Intensitas penerangan No 1. Jenis bangunan atau tempat Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian : Pengeboran, pengerasan skrup, penggilingan Assembling aklur Hanggar untuk perbaikan pesawat Kasar Sedang Halus 2. Penjilitan buku : Pemotongan, penjahitan, pelubangan Embasing, pemeriksaan 3. Industri kimia : Area pabrik Ruangan pencampuran Injeksi dan kalendering Ruang pengendali Laboratorium Ruang pemeriksaan warna 4. Pabrik keramik : Pencetakan, pengepresan, pembersihan Pewarnaan 5. Industri kelistrikan : Penggulungan Pekerjaan assembling : Halus Sangat halus 6. Garasi mobil : Tempat perbaikan Area untuk lalu lalang 1000 200 200 300 500 500 750 1000 300 1000 750 2000 750 1000 1000 300 1000 2000 Lux

500

1500 2000

Lanjutan Tabel 2.3 No 6 Jenis bangunan atau tempat Tempat parkir : Jalur masuk Jalur lintasan Gudang 7. Usaha pencucian dan penyetrukan pakaian : Pencucian Penyetrukan Mesin penekanan akhir, Sortir 8. Pabrik kulit : Pembersihan, pementangan, penyamakan Pekerjaan akhir, scarfing 300 1000 500 100 50 300 500 750 Lux

9.

Bengkel bermesin : Pengelasan Pekerjaan kasar Pekerjaan setengah halus Pekerjaan halus 300 500 1000 2000

10.

Bengkel pengecatan : Penyemprotan Pengecetan halus dengan tangan Poles dan pengeringan 500 1000 500

Sumber : Standart Intensitas penerangan( Suripto, 2000)

Tabel 2.4 Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaam Contoh pekerjaan Tingkat Penerangan yang dibutuhkan (Lux) Tidak teliti Agak teliti Teliti Sangat teliti Penimbunan barang Pemasangan (tak teliti) Membaca, menggambar Pemasangan 80 170 170-350 350-700 700-1000

Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Sumamur, 2009)

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam tabel 2 berikut ini : Tabel 2.5 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 Jenis Pekerjaan Tingkat Keterangan Pencahayaan Minimal ( Lux ) Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus 100 Ruang penyimpanan dan ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan kasar dan terus-menerus Pekerjaan rutin 300 200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun Pekerjaan agak Halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus. Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,

Tidak menimbulkan pemeriksaan pekerjaan mesin Bayangan dan perakitan yang sangat halus. Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,

Tidak menimbulkan perakitan Bayangan


Sumber : Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

sangat halus.

A = luas bidang yang diterangi (m) Q = lumen total per armature, dapat dihitung dengan 1 watt = 65 lumen Ef dihitung dengan permulaan menghitung nilai K untuk memperoleh nilai ef (efisiensi) ..(2.1) Dengan : P = panjang ruangan L = lebar ruangan H = tinggi pemasangan lampu, tinggi bidang kerja Setelah K diketahui nilai ef dapat dicari pada tabel berikut : Tabel efisiensi penerangan lampu TL 40 watt dengan faktor depresiasi = 0,7 dan reflektansi dinding = 0,5 Tabel 2.6 Efisiensi penerangan K 0,5 0,6 0,8 1 1,2 1,5 2 2,5 3 4 5 Efisiensi 0,28 0,83 0,42 0,48 0,52 0,56 0,61 0,64 0,66 0,69 0,71

Sumber : Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

Jika yang dicari tidak ditemukan maka dilakukan interpolasi untuk menentukan, d = faktor depresiasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sistematika Penelitian Latar Belakang Untuk menciptakan suasana pada tempat kerja yang baik yaitu dengan memperhatikan atau menilai kualitas penerangannya. Untuk setiap kegiatan dalam sebuah ruangan, diperlukan kualitas penerangan yang baik dan disesuaikan dengan standart penerangan. Dengan mengetahui hasil analisis pengukuran penerangan, kita akan dapat mengontrol dan mengetahui pengukuran penerangan pada suatu tempat kerja sesuai dengan standart atau tidak agar dapat mengaplikasikan teori keselamatan dan kesehatan kerja mengenai penerangan di suatu tempat kerja. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Bagaimana cara membuat analisa survey awal? Bagaimana cara melakukan pengukuran intensitas penerangan? Bagaimana cara melakukan analisa hasil pengukuran? Apakah hubungan antara penerangan dengan luas tempat kerja? Metodologi Penelitian

Data primer 1 Pengukuran intensitas pencahayaan 2. Karakteristik tempat kerja

Sekunder 1. Jenis lampu 2. Daya lampu

Praktikum dilakukan untuk mengetahui hasil analisis pengukuran penerangan pada suatu tempat kerja sesuai dengan standart atau tidak dan dapat menentukan kondisi ideal sesuai dengan landasan teori yang benar.

Analisis Data > Analisis survey awal pengukuran > Analisis pemetaan ruangan (mapping) > Analisis hasil pengukuran dengan membandingkan dengan standart > Analisis kondisi ideal sesuai dengan landasan teori yang benar

Kesimpulan dan Saran

3.2

Peralatan Alat yang digunakan untuk mengukur penerangan pada praktikum kali ini adalah lux meter. Satuan ukur sebagai hasil dari pengukuran lux meter adalah lux atau lumen per meter kuadrat. Setiap menggunakan lux meter harus dikalibrasi terlebih dahulu atau tiap satu tahun sekali, agar dalam pengukuran diperoleh hasil denagn ketelitian yang maksimal.

Gambar 3.1 Lux Meter


Sumber: http://www.safety_25.blogspot.com/images/lux_meter.html

Bagian bagian lux meter : 1. Display 2. Range switch yang trediri dari : A : < 2000 lux B : 2000 19.900 lux C : 20.000 50.000 lux 3. Tombol On / Off Dipakai untuk mengaktifkan atau menonaktifkan lux meter

4. Tombol Zero adjust VR Untuk meyakinkan bahwa light sensor membaca nilai zero pada display dapat digunakan tombol ini. Catatan : keadaan tidak zero tidak terlalu berpengaruh terhadap keakuratan pembacaan. 5. Light sensor Merupakan bagian terpisah dari lux meter dan digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dari sumber cahaya yang dikehendaki. 6. Battery compartment Merupakan wadah baterai dan bisa dibuka / ditutup untuk mengganti baterai.

3.3

Prosedur Alat Kerja Prosedur penggunaan lux meter adalah sebagai berikut : 1. Mengubah power on / off pada posisi ON 1 = ON 2. pada range switch. 3. Bila dirasa perlu, melakukan zero adjusment untuk meyakinkan posisi zero value. 4. Memegang light sensor dengan setinggi kurangb lebih 0,85 0,90 cm dari lantai dan menghadapkan pada sumber cahaya dan tunggu beberapa saat sampai display menunjukkan nilai yang terbaca. 5. Sebelum melakukan pengukuran membiarkan light sensor terpapar cahaya selama 5 menit. 6. Memperhatikan jangan sampai bayangan operator tertangkap oleh light sensor disarankan jauhkan dari badan operator. 7. Pakaian operator hendaknya berwarna gelap, untuk menghindari terjadinya pantulan cahaya. 8. 9. Melakukan pengukuran sesuai dengan petunjuk praktikum Pembacaan untuk masing masing range Range 0 1999 Range 2000 19.999 : sesuai display : kalikan dengan 10 2 = OFF

Memilih range yang sesuai ( 2000 lux, 20.000 lux, atau 50.000 lux)

Range 20.000 50.000

: kalikan dengan 100

10. Menggunakan faktor koreksi dibawah ini untuk jenis lampu yang berbeda : Tabel 3.6 Faktor koreksi Lampu Lampu merkuri Lampu fluorescent Lampu Sodium Daylight
(Sumber : SNI 16-7062-2004)

X 1,05 X 0,96 X 1.11 X 0,96

Rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan penerangan suatu ruangan adalah sebagai berikut : .(3.1) Dengan :N = jumlah armature E = spesifikasi standart lumer ruangan, dapat dilihat dalam tabel yang ada untuk mengetahui standart lumer ruangan

BAB VI TUGAS PENDAHULUAN 1. Peraturan pemerintah nomer berapa yang mengatur tentang syarat penerangan ditempat kerja, serta berikan contoh salah satu aturannya ? 2. Suatu tuangan kerja dengan ukuran 1020m dengan tinggi 5m diberi penerangan 23000 lumen. Tentukan jumlah armature yang diperlukan dan gambarkan denahnya ? Keterangan : Bila kerja 0,85m dari lantai Faktor refleksi adalah rp = 0,7 rw = 0,5 rm = 0,1 Faktor depresiosi = 0,7 Pekerjaan yang dilakukan adalah jahit menjahit Rendaman / efisiensi armature adalah penerangan langsung Jawab : 1. Peraturan menteri perburuhan no.07 tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja Contoh pasal 10 : Jarak antara gedung-gedung / bangunan-bangunan harus sedemikian rupa sehingga tidak menganggu masuknya adanya siang ditempat kerja Setiap tempat kerja harus mendapat penerangan yang cukup untuk melakukan pekerjaan 2. Diket : L = (1020)m @ 2 lampu TL 40 W Tinggi pemasangan = 5 cm

Tinggi bidang kerja = 0,85 m D = 0,7 Ditanya = jumlah armature dan gambar denah Jawab =

Untuk : K = 1,5 K=2 Untuk : K = 1,606

0,106x 0,059 = 0,1462 0,34x 0,466 = 0,2052 = 0,46

N=

= 51, 759 = 52 armatur

6m 4m

6m

6m

6m

20m

DAFTAR PUSTAKA Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Jakarta : Graha Ilmu Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Sumamur, 2009) Modul Tata Tertib Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja, PPNS ITS Penerangan di Tempat Kerja, Februari 2006, Keselamatan & Kerja PT Konimex Peraturan Menteri Perburuhan Nomer 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam tempat kerja. SNI 16-7062-2004, tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja. Standart IES (illuminating engineering society) Standart United Nations environment programe (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia Kesehatan

PRAKTIKUM LINGKUNGAN KERJA

ILLUMINATION

Disusun Oleh :

Lutfian Aditya Pratama

(6511040029)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2012

Anda mungkin juga menyukai